Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 30

LAPORAN TUTORIAL BLOK 14 2018

SKENARIO A BLOK 14 TAHUN 2018


Mr. B, a 30-year old scavenger, was admitted to hospital because of massive hemoptoe. He
complained that 3 hours before admission, he had severe cough with bloody sputum abaout 2 glasses.
He also said that in the previous month he had productive cough with a lot of phlegm, mild fever, loss
of appetite, loss of body weight and shortness of breath. Since a week ago, he felt his symptoms were
worsening. He also complaint of 2 palpable mass, which mobile, painless, with the size of peanut in
the left side of the neck. He felt the mass since two months before admitted to the hospital. He never
consumption any drug before.

Physical examination:
General appearance: he looked severely sick and pale. Body height: 170 cm, body weight: 45 kg BP:
100/70 mmHg, HR: 116x/min, RR: 36x/min, temp 37,6C
There was lymphadenopathy of the left neck.
In chest auscultation there was an increase of vesicular sound at the right upper lung with moderate
rales.

Additional information: (given only when asked by the students)


Laboratory:
Hb: 8,6 g%, WBC: 5.000/mL, ESR 70 mm/hr, Diff count: 0/3/2/75/15/5, Acid fast bacilli: (+2/+2/+3),
HIV test (-)
Radiology:
Chest radiograph showed infiltrate at right upper lung.
PA: showed giant cell langhans, caseosa necrotic tissue, lymphocte cell, epitheloid cell.

Klarifikasi Istilah
1. Massive hemoptoe: pengeluaran darah atau dahak bercampur darah yang berasal dari saluran
napas bawah dan parenkim paru yang sekurang-kurangnya 200mL dalam 24 jam atau
sebanyak 50 mL per episode batuk.
2. Phlegm: mukus yang kental yang di ekskresikan dalam jumlah yang banyak dari traktus
respiratorius. (miller-keane)
3. Productive cough: batuk yang terjadi secara terus menerus yang bertujuan untuk
membersihkan mukus atau sputum dan bahan-bahan asing dari saluran pernapasan. (webmd)
4. Lymphadenopathy: penyakit pada kelenjar limfe biasanya ditandai dengan pembengkakan.
(Dorland)
5. Vesicular sound: suara napas normal dimana nada yang rendah dan fase inspirasi lebih
panjang dibanding fase ekspirasi.
6. Giant cell langhans: sel sel dengan multinukleus inflamasi dan berukuran besar yang
terbentuk karena fusi dari sel lain. (NCBI)
7. Caseosa necrotic tissue: jaringan yang mengalami nekrosis yang berbentuk seperti keju.

Identifikasi Masalah
Keluhan utama: Mr. B, a 30-year old scavenger, was admitted to hospital because of massive
hemoptoe.
Keluhan tambahan: He also complaint of 2 palpable mass, which mobile, painless, with the size of
peanut in the left side of the neck.
Riwayat perjalan penyakit: He complained that 3 hours before admission, he had severe cough with
bloody sputum abaout 2 glasses. He also said that in the previous month he had productive cough with
a lot of phlegm, mild fever, loss of appetite, loss of body weight and shortness of breath. Since a week
ago, he felt his symptoms were worsening.
Riwayat penyakit terdahulu: He felt the mass since two months before admitted to the hospital. He
never consumption any drug before.
Pemeriksaan fisik: General appearance: he looked severely sick and pale. Body height: 170 cm, body
weight: 45 kg BP: 100/70 mmHg, HR: 116x/min, RR: 36x/min, temp 37,6C
There was lymphadenopathy of the left neck.
In chest auscultation there was an increase of vesicular sound at the right upper lung with moderate
rales.
Pemeriksaan Laboratorium: Hb: 8,6 g%, WBC: 5.000/mL, ESR 70 mm/hr, Diff count: 0/3/2/75/15/5,
Acid fast bacilli: (+2/+2/+3), HIV test (-)
Pemeriksaan tambahan: Radiology: Chest radiograph showed infiltrate at right upper lung.
PA: showed giant cell langhans, caseosa necrotic tissue, lymphocte cell, epitheloid cell.
Diagnosis kerja: TB paru

Analisis Masalah
1. Mr. B, a 30-year old scavenger, was admitted to hospital because of massive hemoptoe.
a. Apa hubungan jenis kelamin, usia, dan pekerjaan dengan gejala yang dialami pasien
pada kasus ini?
b. Apa saja yang dapat menyebabkan batuk berdarah?
c. Bagaimana mekanisme terjadinya massive hemoptoe pada kasus?
d. Apa dampak massive hemoptoe?
2. He also complaint of 2 palpable mass, which mobile, painless, with the size of peanut in the
left side of the neck.
a. Apa arti dari “He also complaint of 2 palpable mass, which mobile, painless, with the
size of peanut in the left side of the neck.”?
Gejala yang dirasakan oleh Mr. B adalah pebesaran kelenjar getah bening yang
merupakan manifestasi klinis dari Tuberculosis.
“Mycobacterial cervical lymphadenitis, juga dikenal sebagai scrofula atau King's evil,
mengacu pada limfadenitis pada kelenjar getah bening servikal yang terkait dengan
tuberkulosis serta mikobakteri non-tuberkulosis (atipikal)”
Scrofula adalah istilah yang digunakan untuk limfadenopati leher, biasanya akibat
infeksi pada kelenjar getah bening, yang dikenal sebagai limfadenitis. Hal ini dapat
disebabkan oleh mikobakteri TB atau bukan tuberkulosis. Sekitar 95% dari kasus
scrofula pada orang dewasa disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, paling
sering pada pasien immunocompromised (sekitar 50% dari limfadenopati
tuberkulosis serviks). Pada anak-anak imunokompeten, scrofula sering disebabkan
oleh mikobakteria atipikal (Mycobacterium scrofulaceum) dan mycobacteria
nontuberculous (NTM) lainnya. Berbeda dengan kasus orang dewasa, hanya 8%
kasus pada anak-anak adalah TB.
Dengan penurunan tuberkulosis yang tajam pada paruh kedua abad ke-20, penyakit
scrofula menjadi penyakit yang kurang umum pada orang dewasa, tetapi tetap umum
pada anak-anak. Dengan munculnya AIDS, bagaimanapun, ini telah menunjukkan
kebangkitan, dan saat ini mempengaruhi sekitar 5% dari pasien yang mengalami
gangguan sistem kekebalan yang parah.

b. Apa saja yang dapat menimbulkan benjolan di leher?


c. Bagaimana mekanisme munculnya benjolan di leher?
3. He complained that 3 hours before admission, he had severe cough with bloody sputum about
2 glasses. He also said that in the previous month he had productive cough with a lot of
phlegm, mild fever, loss of appetite, loss of body weight and shortness of breath. Since a
week ago, he felt his symptoms were worsening.
a. Apa yang dapat menyebabkan batuk produktif dengan dahak berdarah yang banyak
pada kasus?
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada
setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit
berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau
berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering
(nonproduktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah
karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada
tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapatjuga terjadi pada ulkus dinding
bronkus.
b. Apa yang dapat menyebabkan demam pada kasus?
c. Apa yang dapat menyebabkan kehilangan napsu makan, penurunan berat badan pada
kasus?
d. Apa yang dapat menyebabkan napas pendek pada kasus?
e. Bagaimana hubungan antar gejala pada kasus?
Pada kasus Mr. B mengalami Tuberkulosis paru dimana pada awalnya saat
Mr. B terinfeksi dari bakteri Tb tubuh meresponnya dengan demam.
peningkatan suhu tubuh biasa mencapai 39 – 40 ˚C, karena kondisi ini
terpengaruh akan daya tahan tubuh terhadap infeksi kuman tuberculosis.
Tahap selanjutnya terjadi iritasi pada saluran pernafasan berupa batuk. Batuk
terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar dahak. Keadaan selanjutnya adalah
berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Saat infiltrasi
radang sudah mencapai pleura sehingga timbullah pleuritis atau radang
pleura. Tampak inspirasi dan ekspirasi yang tidak normalNyeri. Lalu sesak
napas mulai terjadi saat kondisi penyakit sudah pada tahap yang kronis,
dimana telah terjadi komplikasi pada paru–paru seperti terjadi efusi pleura,
pneumothorak dan abses paru. Dan timbullah malaise berupa tidak nafsu
makan (anoreksia), berat badan turun secara drastis yang merupakan tindak
lanjut dari sesak.

4. He felt the mass since two months before admitted to the hospital. He never consumption any
drug before.
a. Apa hubungan penyakit terdahulu dengan penyakit sekarang?
b. Apa arti Mr. B tidak mengkonsumsi obat sebelumnya?

5. General appearance: he looked severely sick and pale. Body height: 170 cm, body weight: 45
kg BP: 100/70 mmHg, HR: 116x/min, RR: 36x/min, temp 37,6C
There was lymphadenopathy of the left neck.
In chest auscultation there was an increase of vesicular sound at the right upper lung with
moderate rales.
a. Apa interpretasi dari pemeriksaan fisik pada kasus?
b. Bagaimana mekanisme abnormal pemeriksaan fisik pada kasus?

6. Hb: 8,6 g%, WBC: 5.000/mL, ESR 70 mm/hr, Diff count: 0/3/2/75/15/5, Acid fast bacilli:
(+2/+2/+3), HIV test (-)
a. Apa interpretasi dari pemeriksaan lab pada kasus?
b. Bagaimana mekanisme abnormal pemeriksaan lab pada kasus?
 Hb: 8,6 g% (tidak normal)
nilai normal 11-16 gr/dl untuk wanita, dan 13-18 gr/dl untuk pria.
HB menurun terjadi karena batuk masif dan akut maupun batuk darah yang
berulang kali dalam waktu yang lama.
 WBC: 5.000/mL (normal)
4000-10.000/mL
Peningkatan jumlah leukosit (disebut Leukositosis) menunjukkan adanya
proses infeksi atau radang akut,misalnya pneumonia (radang paru-paru),
meningitis (radang selaput otak), apendiksitis (radang usus buntu), tuberculosis,
tonsilitis, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obat-obatan
misalnya aspirin, prokainamid, alopurinol, antibiotika terutama ampicilin,
eritromycin, kanamycin, streptomycin, dan Iain-Iain.
Penurunan jumlah Leukosit (disebut Leukopeni) dapat terjadi pada
infeksi tertentu terutama virus, malaria, alkoholik, dan Iain-Iain. Selain itu juga
dapat disebabkan obat-obatan, terutama asetaminofen (parasetamol),kemoterapi
kanker, antidiabetika oral, antibiotika (penicillin, cephalosporin, kloramfenikol),
sulfonamide (obat anti infeksi terutama yang disebabkan oleh bakter).

 ESR 70 mm/hr (meningkat)


Pria <15 mm/jam. wanita <20 mm/jam.
Laju dapat meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis,
kerusakan jaringan (nekrosis), rheumatoid, penyakit kolagen, malignasi dan
kondisi stres fisiologis
 Diff count: 0/3/2/75/15/5
neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit
o Peningkatan jumlah neutrofil biasanya pada kasus infeksi akut, radang,
kerusakan jaringan, apendiksitis akut (radang usus buntu), dan Iain-Iain.
Penurunan jumlah neutrofil terdapat pada infeksi virus, leukemia, anemia
defisiensi besi, dan Iain-Iain.

o Peningkatan eosinofil terdapat pada kejadian alergi, infeksi parasit,


kankertulang, otak, testis, dan ovarium. 
Penurunan eosinofil terdapat pada kejadian shock,  stres, dan luka bakar.

o Peningkatan basofil terdapat pada proses inflamasi(radang), leukemia,


dan fase penyembuhan infeksi.
Penurunan basofil terjadi pada penderita stres, reaksi hipersensitivitas
(alergi), dan kehamilan

o Peningkatan limposit terdapat pada leukemia limpositik, infeksi virus,


infeksi kronik, dan Iain-Iain.
Penurunan limposit terjadi pada penderita kanker, anemia aplastik, gagal
ginjal, dan Iain-Iain.
o Peningkatan monosit terdapat pada infeksi virus,parasit (misalnya
cacing), kanker, dan Iain-Iain.
Penurunan monosit terdapat pada leukemia limposit dan anemia aplastik.

 HIV test (-)


HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi
sakit TB. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh
seluler (cellular immunity), sehingga jika terjadi infeksi penyerta (oportunistic),
seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan
bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka
jumlah pasien TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di masyarakat
akan meningkat pula.

7. Radiology: Chest radiograph showed infiltrate at right upper lung. PA: showed giant cell
langhans, caseosa necrotic tissue, lymphocte cell, epitheloid cell.
a. Apa interpretasi dari pemeriksaan tambahan pada kasus?
b. Bagaimana mekanisme abnormal pemeriksaan tambahan pada kasus?
Question:
1. Apa diagnosis kerja pada kasus ini?
a. Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit udara menular dan sering berat yang disebabkan
oleh infeksi dengan (Mycobacterium tuberculosis Mtb) bakteri. TB biasanya
mempengaruhi paru-paru, tetapi juga dapat mempengaruhi organ tubuh lainnya.
Biasanya diobati dengan rejimen obat yang diambil selama enam bulan sampai dua
tahun tergantung pada apakah organisme yang menginfeksi resisten terhadap obat.

b. Etiologi
Tuberkulosis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri (Mycobacterium
tuberculosis). Ini menyebar melalui udara — ketika orang yang terinfeksi batuk,
bersin, tertawa, dll. Namun, tidak mudah untuk terinfeksi tuberkulosis. Biasanya
seseorang harus dekat dengan seseorang dengan penyakit TB untuk jangka waktu
yang lama. TB biasanya menyebar di antara anggota keluarga, teman dekat, dan orang
yang bekerja atau tinggal bersama. TB tersebar paling mudah di ruang tertutup selama
jangka waktu yang panjang.

Sebagian besar kasus TB aktif diakibatkan oleh aktivasi infeksi TB laten atau infeksi
lama pada orang dengan gangguan sistem kekebalan. Orang dengan TB aktif secara
klinis sering tetapi tidak selalu menampilkan gejala dan dapat menyebarkan penyakit
ke orang lain.
c. Epidemiologi
Situasi Tb di dunia yang memburuk, terutama dengan meningkatnya jumlah kasus Tb
dan pasien TB yang tidak berhasil disembuhkan, terutamapada 22 negara dengan
beban TB makin tinggi didunia, yakni: India, Cina, Indonesia, Bangladesh, Nigeria,
Pakistan, Afrika selatan, Filipina, Rusia, Ethiopia, Kenya, Congo, VItenam, Tanzania,
Brazilia, Thailand, Zimbabwe, Kamboja, Myanmar, Uganda, Afganistan dan
Mozambik. Pada tahun 1993 WHO mendeklarasikan TB sebagai global health
emergency.
Masalah munculnya/meningkatnya beban global antara lain :
1. Kemiskinan pada berbagai penduduk, tidak hanya pada negara yang sedang
berkembang tetapi juga pada penduduk perkotaan tertentu yang sudah maju.
2. Adanya perubahan demorafikdengan meningkatnya penduduk dunia dan
perubhana dari struktur usia manusia yang hidup.
3. Perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi pada penduduk dikelompok
rentan, terutama dinegara-negara miskin.
4. Tidak memadainya pendidkan kesehatan mengenai TB diantara para dokter.
5. Terlantar dan kurangnya biasya untuk obat, sarana diagnostic dan pengawasan
kasusTb dimana terdekteksi adanya kasus yang tidak terlaksana dengan baik dan
benar.
6. Adanya epidemic HIV/AIDS di seluruh dunia terutama Afrika dan Asia

Sesudah tahun 1993 dimulailah program pengobatan TB yang intensif yang


dikenal sebagai DOTS(directly Observed Treatment Short-course) diberbagia
negara terutama dengan insiden TB tiggi yang dimotori oleh WHO dan IUALTD
( International Union Against Lung and Tuberculosis Disease). Dalam
pengendalian TB dengan menurunnya angka penemuan kasus baru dan angka
kematian akibta TB dalam dua decade terakhir itu, insidens TB secara global
dilaporakan menurun dengan laju 2,3 % pada tahun 2010-2011. Walaupun ada
kemajuan yang cukup berarti ini, bebn global akibat TB masih tetap besar antara
lain adanya masalah TByang resisten terhadap obat standar (obat anti TB lini
pertama).

Epidemiologi Tuberkulosis Di Indonesia


Indonesia adalah negara dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di duni, tetapi
pada tahun 2011 ( dengan 0,38-0,54 juta kasus TB) menempati urutan ke-4
setelah India, Cina, dan Afrika Selatan. Sebelumnya pada tahun 2006 Indonesia
dengan beban TB tertinggi di Asia Tenggara, dan berhasil mencapai target
Millennium Developmen Goals (MDG) untuk penemuan kasus TB diatas 70%
dan angka kesembuhan 85 %. Hal ini terjadi karena diterapkannya strategi DOTS
di seluruh Puskesmas, RS pemerintah dan beberapa RS swasta. Strategi DOTS
telah terbukti memberikan kesembuhan yang tinggi. DOTS ini telah diadopsi dan
dimanfaatkan oleh banyak negara dan hasil yang baik, terutama di negara-negara
maju seperti Amerika Serikat.
Strategi DOTS mempunyai 5 komponen, yaitu :
1. Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dan.
2. Diagnosis TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.
3. Pengobatan dengan panduan OAT jangka pendek dengan pengawasan
langsung oleh pengawas dalam menelan obat (PMO).
4. Kesinambungan persediaan OBat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek
untuk pasien.
5. Pencatatn dan pelaporanyang baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program TB.
Hambatan dalam mencapai angka kesembuhan yang tinggi terhadap penyakit
TB ini ketidak patuhan berobat secara teratur oleh penderitanya.Tingginya angka
putus berobat dapat mengakibatkan tingginya kasus resistensi bakteri terhadap
obat anti TB, yang akhirnya butuh biaya lebih besar dan bertambah lama
terapinya.
Banyak faltor yang berperan dalam kejasian puus obat, tapi yang terpenting
Adalah kurangnya komunikasi yang baik antara petugas kesehatan dengan pasien
TB. Yang lain dapat berupa efek samping obat, jauhnya jarak antara rumah
dengan tempat pengobatan, tingkat pengobatan yang rendah, kurangnya pengawas
menelan obat(PMO), kebiasaan merokok dan alcohol yang tinggi, adaya
komorbiditas, status pekerjaan dan lain-lain.
d. Faktor resiko
Resiko terinfeksi TB jika berada di sekitar orang dengan penyakit TB aktif yang batuk,
yang melepaskan bakteri ke udara. Risiko infeksi meningkat untuk pengguna narkoba
suntikan, petugas layanan kesehatan, dan orang-orang yang tinggal atau bekerja di tempat
penampungan tunawisma, kamp pertanian migran, penjara atau penjara, atau panti jompo.

Kebanyakan orang yang terinfeksi dengan bakteri yang menyebabkan TB tidak


mengembangkan penyakit aktif. Faktor-faktor berikut meningkatkan risiko bahwa penyakit
laten akan berkembang menjadi penyakit aktif:
 Infeksi dengan HIV, virus yang menyebabkan AIDS dan melemahkan sistem
kekebalan tubuh
 Diabetes mellitus
 Berat badan rendahKanker kepala atau leher, leukemia, atau penyakit Hodgkin
 Beberapa perawatan medis, termasuk kortikosteroid atau obat-obatan tertentu yang
digunakan untuk penyakit autoimun atau vaskulitis seperti rheumatoid arthritis atau
lupus, yang menekan sistem kekebalan tubuh.
 Silikosis, kondisi pernapasan yang disebabkan oleh menghirup debu silika.

Orang yang Berisiko


Siapa pun dapat terinfeksi M. tuberculosis hanya dengan bernapas di kuman, tetapi di
Amerika Serikat saat ini, TB secara tidak proporsional melibatkan imigran dan minoritas.
Mereka yang berasal dari Asia, sub-benua India, Afrika, Amerika Latin atau Rusia / bekas
Republik Soviet memiliki kemungkinan lebih besar untuk menyimpan infeksi TB daripada
warga AS. Risiko untuk TB aktif tertinggi dalam beberapa tahun pertama setelah imigrasi
tetapi berlangsung seumur hidup.

Di dalam populasi asli AS, risikonya lebih besar di antara individu Hispanik, Afrika-Amerika,
atau Asia-Amerika. Faktor-faktor lain, yang meningkatkan risiko infeksi TB laten adalah
waktu di penjara, pekerjaan perawatan kesehatan atau perjalanan panjang di daerah berisiko
tinggi. Infeksi HIV atau AIDS secara dramatis meningkatkan risiko reaktivasi TB.

Sebagian besar TB terlihat pada populasi orang dewasa, risikonya meningkat seiring
bertambahnya usia. Namun, anak-anak di rumah tangga dengan kasus TB aktif mungkin
berisiko tinggi.
e. Patogenesis/patofisiologi
PATOGENESIS
Tuberkulosis Primer
Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan
keluar menjadi droplet
nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas
selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk
dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari
sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan
menempel pada saluran napas atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar
bila ukuran partikel < 5 mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh
neutrofil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau
dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabangan trakeobronkial bersama gerakan
silia dengan sekretnya. Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam
sito-plasma makrofag. Di sini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman
yang bersarang di jaringan paru akan ber-bentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil
dan disebut sarang primer atau afek primer atau sarang (fokus) Ghon. Sarang primer
ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai ke pleura, maka
terjadilah efusi pleura. Kuman dapat juga masuk melalui saluran gastrointestinal,
jaringan limfe, orofaring, dan kulit, terjadi limfadenopati regional kemudian bakteri
masuk ke dalam vena dan menjalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, tulang.
Bila masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru
menjadi TB milier.

Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjaf getah bening hilus
(limfadenitis regional). Sarang primer limfangitis lokal + limfadenitis regional =
kompleks primer (Ranke). Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu.Kompleks
primer ini selanjut-nya dapat menjadi: Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat.
Ini yang banyak terjadi. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-
garis fibrotik, kalsifikasi di hilus, keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang
luasnya > 5 mm dan ± 10% di antaranya dapat terjadi reaktivasi lagi karena kuman
yang dormant. Berkomplikasi dan menyebar secara : a), per kontinuitatum, yakni
menyebar ke sekitarnya, b). secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun
paru di sebelahnya. Kuman dapat juga tertelan bersama sputum dan ludah sehingga
menyebar ke usus, c).secara limfogen, ke organ tubuh lain-lainnya, d). secara
hematogen, ke organ tubuh lainnya.
Semua kejadian di atas tergolong dalam perjalanan tuberkulosis primer.

Tuberkulosis Pasca Primer ( Tube rkulosis Sekunder)


Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-tahun
kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa (tuberkulosis post
primer = TB pasca primer = TB sekunder). Mayoritas reinfeksi mencapai 90%.
Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi, alkohol,
penyakit maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal. Tuberkulosis pasca-primer ini dimulai
dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (bagian apikal-posterior lobus
superior atau inferior). Invasinya adalah ke daerah parenkim paruparu dan tidak ke
nodus hiler paru. Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil.
Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri
dari sel-sel Histiosit dan sel Datia-Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang
dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat.
TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda
menjadi TB usia tua (elderly tuberculosis). Tergantung dari jumlah kuman, virulensi-
nya dan imunitas pasien, sarang dini ini dapat menjadi: Direabsorbsi kembali dan
sembuh tanpa meninggalkan cacat.
Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan serbukan jaringan
fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi keras, menimbulkan per-kapuran.
Sarang dini yang meluas sebagai granuloma berkembang menghancurkan jaringan
ikat sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis, menjadi lembek
membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju dibatukkan keluar akan terjadilah
kavitas. Kavitas ini mula-mula berdinding tipis, lamalama dindingnya menebal karena
infiltrasi jaringan fibroblas dalam jumlah besar, sehingga menjadi kavitas sklerotik
(kronik). Terjadinya perkijuan dan
kavitas adalah karena hidrolisis protein lipid dan asam nukleat oleh ensim
yang diproduksi oleh makrofag, dan proses yang berlebihan sitokin dengan TNF-nya.
Bentuk perkijuan lain yang jarang adalah cryptic disseminate TB yang terjadi pada
imunodefisiensi dan usia lanjut.
Di sini lesi sangat kecil, tetapi berisi bakteri sangat banyak. Kavitas dapat:
a).Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas ini
masuk dalam peredaran darah arteri, maka akan terjadi TB miller. Dapatjuga masuk
ke paru sebelahnya atau tertelan masuk lambung dan selanjutnya ke usus jadi TB
usus. Sarang ini selanjutnya mengikuti perjalanan seperti yang disebutkan terdahulu.
Bisa juga terjadi TB endobronkial dan TB endotrakeal atau empiema bila ruptur ke
pleura; b). memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberkuloma.
Tuberkuloma ini dapat mengapur dan menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi
cair dan jadi kavitas lagi. Komplikasi kronik kavitas adalah kolonisasi oleh fungus
seperti Aspergillus dan kemudian menjadi mycetoma; c. bersih dan menyembuh,
disebut open healed cavity. Dapatjuga menyembuh dengan membungkus diri menjadi
kecil. Kadang-kadang berakhir sebagai kavitas yang terbungkus, menciut dan
berbentuk seperti bintang disebut stellate shaped. Secara keseluruhan akan terdapat 3
macam sarang yakni: 1). Sarang yang sudah sembuh. Sarang bentuk ini tidak perlu
pengobatan lagi; 2). Sarang aktif eksudatif. Sarang bentuk ini perlu pengobatan yang
lengkap dan sempurna; 3). Sarang yang berada antara aktif dan sembuh. Sarang
bentuk ini dapat sembuh spontan, tetapi mengingat kemungkinan terjadinya
eksaserbasi kembali, sebaiknya diberi pengobatan yang sempurna juga.
f. Klasifikasi
Sampai sekarang belum ada kesepakatan di antara para klinikus, ahli radiologi, ahli
patologi, mikrobiologi dan ahli kesehatan masyarakat tentang keseragaman klasifikasi
tuberkulosis. Dari sistem lama diketahui beberapa klasifikasi seperti :
 Pembagian secara patologi
o Tuberkulosis primer (childhood tuberculosis)
o Tuberkulosis post-primer (adult tuberculosis)
 Pembagian secara aktivitas radiologis Tuberkulosis paru (Koch Pulmonum) aktif,
non aktif dan quiescerit (bentuk aktif yang mulai menyembuh).
 Pembagian secara radiologis (luas lesi)
o Tuberkulosis minimal. Terdapat sebagian kecil infiltrat nonka-vitas pada
satu paru maupun kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus
paru.
o Moderately advanced tuberculosis. Ada kavitas dengan diameter tidak
lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu
bagian paru. Bila bayangannya kasar tidak lebih dari sepertiga bagian
satu paru.
o Far advanced tuberculosis. Terdapat infiltrat da kavitas yang melebihi
keadaan pada moderatel advanced tuberculosis.
Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru yang
diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat.
Kategori 0 : Tidak pernah terpajan, dan tidak terinfeksi, riwayat kontak negatif, tes tuberkulin
negatif.
Kategori I : Terpajan tuberkulosis, tapi tidak terbukti ada infeksi. Di sini riwayat kontak
positif, tes tuberculin negatif.
Kategori II : Terinfeksi tuberkulosis, tetapi tidak sakit. Tes tuberkulin positif, radiologis dan
sputum negatif.
Kategori III : Terinfeksi tuberkulosis dan sakit.
Di Indonesia klasifikasi yang banyak dipakai adalah berdasarkan kelainan klinis, radiologis,
dan mikro biologis:
Tuberkulosis paru
Bekas tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru tersangka, yang terbagi dalam:
a.) Tuberkulosis paru tersangka yang diobati. Di sini sputum BTA negatif, tetapi
tanda-tanda lain positif.
b). Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati. Di sini sputum BTA negatif dan
tanda-tanda lain juga meragukan.
Dalam 2-3 bulan, TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah termasuk TB paru
(aktif) atau bekas TB paru. Dalam klasifikasi ini perlu dicantumkan :
1. Status bakteriologi,
2. Mikroskopik sputum BTA (langsung),
3. Biakan sputum BTA,
4. Status radiologis, kelainan yang relevan untuk tuberkulosis paru,
5. Status kemoterapi, riwayat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis. WHO 1991
berdasarkan terapi membagi TB dalam 4 kategori yakni:
Kategori I, ditujukan terhadap :
 Kasus baru dengan sputum positif.
 Kasus baru dengan bentuk TB berat.
Kategori II, ditujukan terhadap :
 Kasus kambuh
 Kasus gagal dengan sputum BTA positif
Kategori III, ditujukan terhadap :
 Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas.
 Kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I
Kategori IV, ditujukan terhadap : TB kronik.
g. Manifestasi klinik
Ketika proses seluler terjadi, tuberkulosis dapat berkembang secara berbeda pada
setiap pasien, sesuai dengan status sistem kekebalan pasien. Tahapan termasuk
latensi, penyakit primer, penyakit progresif primer, dan penyakit ekstrapulmoner.
Setiap tahap memiliki manifestasi klinis yang berbeda (Tabel 1⇓).
h. Pemeriksaan fisik
PEMERIKSAAN FISIS
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan
konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfebris),
badan kurus atau berat badan menurun. Pada pemeriksaan fisis pasien sering tidak
menunjukkan suatu kelainan pun terutama pada kasus-kasus dini atau yang sudah
terinfiltrasi secara asimtomatik. Demikian juga bila sarang penyakit terletak di dalam,
akan sulit menemukan kelainan pada pemeriksaan fisis, karena hantaran getaran/suara
yang lebih dari 4 cm ke dalam paru sulit dinilai secara palpasi, perkusi dan auskultasi.
Secara anamnesis dan pemeriksaan fisis, TB paru sulit dibedakan dengan pneumonia
biasa.
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks
(puncak) paru. Bila dicurigai adanya infiltrat yang agak luas, maka didapatkan perkusi
yang redup dan auskultasi suara napas bronkial. Akan didapatkan juga suara napas
tambahan berupa ronki basah, kasar, dan nyaring. Tetapi bila infiltrat ini diliputi oleh
penebalan pleura, suara napasnya menjadi vesicular melemah. Bila terdapat kavitas
yang cukup besar, perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan auskultasi
memberikan suara amforik.
Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering ditemukan
atrofi dan retraksi otot-otot inter-kostal. Bagian paru yang sakit jadi menciut dan
menarik isi mediastinum atau paru lainnya. Paru yang sehat menjadi lebih
hiperinflasi. Bila jaringan fibrotic amat luas yakni lebih dari setengah jumlah jaringan
paru-paru, akan terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan selanjutnya
meningkatkan tekanan arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti terjadinya kor
pulmonal dan gagal jantung kanan. Di sini akan didapatkan tanda-tanda kor pulmonal
dengan gagal jantung kanan seperti takipnea, takikardia, sianosis, right ventricular lift,
right atrial gallop, murmur Graham-Steel, bunyi P2 yang mengeras, tekanan vena
jugularis yang meningkat, hepatomegali, asites, dan edema.
Bila tuberkulosis mengenai pleura, sering terbentuefusi pleura. Paru yang sakit
terlihat agak tertinggal dalam pernapasan. Perkusi memberikan suara pekak.
Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar sama sekali.
Dalam penampilan klinis, TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru
dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis dada pada pemeriksaan rutin atau
uji tuberkulin yang positif.
i. Pemeriksaan penunjang
j. Tatalaksana(farmako dan nonfarmako)
k. Edukasi dan pencegahan
l. Komplikasi
m. Prognosis
n. Algoritma penegakan diagnosis
o. SKDI
2. Apa diagnosis banding pada kasus ini?

Hipotesis
Mr. B, 30 tahun, menderita TB paru disertai limfadenopati
Learning Issue
1. Anatomi, histologi, dan fisiologi sistem respiratori
2. TB paru

Overview
Tuberculosis (TB) is a bacterial infection spread
through inhaling tiny droplets from the coughs or
sneezes of an infected person.
It mainly affects the lungs, but it can affect any part of the
body, including the tummy (abdomen) glands, bones and
nervous system.
TB is a serious condition, but it can be cured if it's treated
with the right antibiotics.
Ikhtisar
Tuberkulosis (TB) adalah infeksi bakteri yang menyebar
melalui hirup tetesan kecil dari batuk atau bersin dari
orang yang terinfeksi.

Ini terutama mempengaruhi paru-paru, tetapi dapat


mempengaruhi bagian tubuh, termasuk kelenjar perut
(perut), tulang dan sistem saraf
TB adalah kondisi serius, tetapi dapat disembuhkan jika
diobati dengan antibiotik yang tepat.

Symptoms of TB
Typical symptoms of TB include:
 a persistent cough that lasts more than three weeks
and usually brings up phlegm, which may be bloody
 weight loss
 night sweats
 high temperature (fever)
 tiredness and fatigue
 loss of appetite
 swellings in the neck

You should see a GP if you have a cough that lasts more


than three weeks or you cough up blood.
Gejala TB
Gejala khas TB termasuk:

batuk terus-menerus yang berlangsung lebih dari tiga


minggu dan biasanya mengeluarkan dahak, yang mungkin
berdarah
penurunan berat badan
keringat malam
suhu tinggi (demam)
kelelahan dan kelelahan
kehilangan selera makan
pembengkakan di leher
Anda harus menemui dokter umum jika Anda menderita
batuk yang berlangsung lebih dari tiga minggu atau Anda
batuk darah.
What causes TB?
TB is a bacterial infection. TB that affects the lungs
(pulmonary TB) is the most contagious type, but it usually
only spreads after prolonged exposure to someone with the
illness. 

In most healthy people, the body's natural defence against


infection and illness (the immune system) kills the bacteria
and there are no symptoms.

Sometimes the immune system can't kill the bacteria, but


manages to prevent it spreading in the body.

You won't have any symptoms, but the bacteria will remain
in your body. This is known as latent TB. People with latent
TB aren't infectious to others.

If the immune system fails to kill or contain the infection, it


can spread within the lungs or other parts of the body and
symptoms will develop within a few weeks or months. This
is known as active TB.

Latent TB could develop into an active TB disease at a later


date, particularly if your immune system becomes
weakened.
Apa yang menyebabkan TB?
TB adalah infeksi bakteri. TB yang mempengaruhi paru-paru (TB paru) adalah jenis
yang paling menular, tetapi biasanya hanya menyebar setelah paparan yang lama pada
seseorang dengan penyakit tersebut.
Pada kebanyakan orang sehat, pertahanan alami tubuh terhadap infeksi dan penyakit
(sistem kekebalan tubuh) membunuh bakteri dan tidak ada gejala.

Kadang-kadang sistem kekebalan tidak dapat membunuh bakteri, tetapi berhasil


mencegahnya menyebar di dalam tubuh.

Anda tidak akan memiliki gejala apa pun, tetapi bakteri akan tetap ada di tubuh Anda.
Ini dikenal sebagai TB laten. Orang dengan TB laten tidak menular ke orang lain.

Jika sistem kekebalan gagal untuk membunuh atau mengandung infeksi, sistem
kekebalan dapat menyebar di paru-paru atau bagian lain dari tubuh dan gejala akan
berkembang dalam beberapa minggu atau bulan. Ini dikenal sebagai TB aktif.

TB laten dapat berkembang menjadi penyakit TB aktif di kemudian hari, terutama jika sistem
kekebalan tubuh Anda menjadi lemah.

Treating TB
With treatment, TB can almost always be cured. A course
of antibiotics will usually need to be taken for six months.

Several different antibiotics are used because some forms


of TB are resistant to certain antibiotics.

If you're infected with a drug-resistant form of TB,


treatment with six or more different medications may be
needed.

If you're diagnosed with pulmonary TB, you'll be contagious


for about two to three weeks into your course of treatment.

You won't usually need to be isolated during this time, but


it's important to take some basic precautions to stop the
infection spreading to your family and friends.
You should:
 stay away from work, school or college until your TB
treatment team advises you it's safe to return
 always cover your mouth when coughing, sneezing or
laughing
 carefully dispose of any used tissues in a sealed
plastic bag
 open windows when possible to ensure a good supply
of fresh air in the areas where you spend time
 avoid sleeping in the same room as other people 

If you're in close contact with someone who has TB, you


may have tests to see whether you're also infected. These
can include a chest X-ray, blood tests, and a skin test
called the Mantoux test.
Mengobati TB
Dengan pengobatan, TB hampir selalu bisa disembuhkan. Antibiotik biasanya perlu
diambil selama enam bulan.

Beberapa antibiotik berbeda digunakan karena beberapa bentuk TB resisten terhadap


antibiotik tertentu.

Jika Anda terinfeksi dengan bentuk TB yang resistan terhadap obat, pengobatan
dengan enam atau lebih obat yang berbeda mungkin diperlukan.

Jika Anda didiagnosis dengan TB paru, Anda akan menularkan selama dua hingga tiga
minggu ke dalam pengobatan Anda.

Anda biasanya tidak perlu diisolasi selama waktu ini, tetapi penting untuk mengambil
beberapa tindakan pencegahan dasar untuk menghentikan penyebaran infeksi ke
keluarga dan teman-teman Anda.

Anda harus:

jauhi pekerjaan, sekolah atau kuliah sampai tim pengobatan TB Anda menyarankan
Anda untuk kembali dengan selamat
selalu tutup mulut saat batuk, bersin atau tertawa
hati-hati membuang semua jaringan yang digunakan dalam kantong plastik tertutup
buka jendela jika memungkinkan untuk memastikan pasokan udara segar di area di
mana Anda menghabiskan waktu
hindari tidur di ruangan yang sama dengan orang lain
Jika Anda berhubungan dekat dengan seseorang yang memiliki TB, Anda mungkin memiliki
tes untuk melihat apakah Anda juga terinfeksi. Ini bisa termasuk rontgen dada, tes darah, dan
tes kulit yang disebut tes Mantoux.

Vaccination for TB
The BCG vaccine offers protection against TB, and is
recommended on the NHS for babies, children and adults
under the age of 35 who are considered to be at risk of
catching TB.

The BCG vaccine isn't routinely given to anyone over the


age of 35 as there's no evidence that it works for people in
this age group.

At-risk groups include:


 children living in areas with high rates of TB
 people with close family members from countries with
high TB rates
 people going to live and work with local people for
more than three months in an area with high rates of TB

If you're a healthcare worker or NHS employee and you


come into contact with patients or clinical specimens, you
should also have a TB vaccination, irrespective of age, if:
 you haven't been previously vaccinated (you don't
have a BCG scar or the relevant documentation), and
 the results of a Mantoux skin test or a TB interferon
gamma release assay (IGRA) blood test are negative

Read more about who should have the BCG vaccine.

Countries with high TB rates


Parts of the world with high rates of TB include:
 Africa – particularly sub-Saharan Africa (all the African
countries south of the Sahara desert) and west Africa
 southeast Asia – including India, Pakistan, Indonesia
and Bangladesh
 Russia
 China
 South America
 the western Pacific region (to the west of the Pacific
Ocean) – including Vietnam, Cambodia and the Philippines 

The World Health Organization (WHO) has produced


a world map showing countries with high rates of TB.
Vaksinasi untuk TB
Vaksin BCG menawarkan perlindungan terhadap TB, dan direkomendasikan pada
NHS untuk bayi, anak-anak dan orang dewasa di bawah usia 35 tahun yang dianggap
berisiko terkena TB.

Vaksin BCG tidak secara rutin diberikan kepada siapa pun yang berusia di atas 35
tahun karena tidak ada bukti bahwa ia bekerja untuk orang-orang dalam kelompok
usia ini.

Kelompok yang berisiko termasuk:

anak-anak yang tinggal di daerah dengan tingkat TB yang tinggi


orang dengan anggota keluarga dekat dari negara-negara dengan tingkat TB yang
tinggi
orang-orang akan tinggal dan bekerja dengan penduduk setempat selama lebih dari
tiga bulan di daerah dengan tingkat TB yang tinggi
Jika Anda pekerja perawatan kesehatan atau karyawan NHS dan Anda bersentuhan
dengan pasien atau spesimen klinis, Anda juga harus memiliki vaksinasi TB, tanpa
memandang usia, jika:

Anda belum pernah divaksinasi sebelumnya (Anda tidak memiliki bekas luka BCG atau
dokumentasi yang relevan), dan
hasil tes kulit Mantoux atau tes tes kadar glukosa interferon gamma (IGRA) negatif
Baca lebih lanjut tentang siapa yang harus memiliki vaksin BCG.

Negara-negara dengan tingkat TB yang tinggi


Bagian dunia dengan tingkat TB yang tinggi termasuk:

Afrika - khususnya sub-Sahara Afrika (semua negara Afrika di selatan gurun Sahara)
dan Afrika barat
Asia Tenggara - termasuk India, Pakistan, Indonesia dan Bangladesh
Rusia
Cina
Amerika Selatan
wilayah Pasifik barat (di sebelah barat Samudera Pasifik) - termasuk Vietnam,
Kamboja, dan Filipina
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menghasilkan peta dunia yang menunjukkan
negara-negara dengan tingkat TB yang tinggi.

How Is It Spread?

Through the air, just like a cold or the flu. When


someone who’s sick coughs, sneezes, talks, laughs, or
sings, tiny droplets that contain the germs are released.
If you breathe in these nasty germs, you get infected.
TB is contagious, but it’s not easy to catch. The germs
grow slowly. You usually have to spend a lot of time
around a person who has it. That’s why it’s often spread
among co-workers, friends, and family members.
Tuberculosis germs don’t thrive on surfaces. You can’t
get the disease from shaking hands with someone who
has it, or by sharing their food or drink.
Bagaimana Penyebarannya?
Lewat udara, sama seperti pilek atau flu. Ketika seseorang yang sakit batuk, bersin,
berbicara, tertawa, atau bernyanyi, tetesan kecil yang mengandung kuman dilepaskan.
Jika Anda menghirup kuman jahat ini, Anda akan terinfeksi.
TB menular, tetapi tidak mudah untuk ditangkap. Kuman tumbuh perlahan. Anda
biasanya harus menghabiskan banyak waktu di sekitar orang yang memilikinya. Itu
sebabnya sering menyebar di antara rekan kerja, teman, dan anggota keluarga.

Kuman tuberculosis tidak berkembang di permukaan. Anda tidak bisa mendapatkan penyakit
dari berjabat tangan dengan seseorang yang memilikinya, atau dengan berbagi makanan atau
minuman mereka.

How Does Tuberculosis Affect Your Body?


A TB infection doesn’t mean you’ll get sick. There are two forms of the disease:
Latent TB: You have the germs in your body, but your immune system stops them from
spreading. That means you don’t have any symptoms and you’re not contagious. But the
infection is still alive in your body and can one day become active. If you are at high risk for
re-activation — for instance, you have HIV, your primary infection was in the last 2 years,
your chest X-ray is abnormal, or you are immunocompromised --- your doctor will treat you
with antibiotics to lower the risk for developing active TB.  
Active TB disease: This means the germs multiply and can make you sick. You can spread
the disease to others. Ninety percent of adult cases of active TB are from the reactivation of a
latent TB infection.
 

What Are the Symptoms of TB?


There aren’t any for latent TB. You’ll need to get a skin or blood test to find out if you’re
infected.
Bagaimana Tuberkulosis Mempengaruhi Tubuh Anda?
Infeksi TB tidak berarti Anda akan sakit. Ada dua bentuk penyakit:

TB Laten: Anda memiliki kuman di tubuh Anda, tetapi sistem kekebalan Anda
menghentikan mereka dari penyebaran. Itu berarti Anda tidak memiliki gejala apa pun
dan Anda tidak menular. Tetapi infeksi masih hidup di dalam tubuh Anda dan suatu
hari dapat menjadi aktif. Jika Anda berisiko tinggi untuk aktivasi ulang - misalnya,
Anda memiliki HIV, infeksi primer Anda dalam 2 tahun terakhir, sinar-X dada Anda
tidak normal, atau Anda mengalami gangguan kekebalan --- dokter akan
memperlakukan Anda dengan antibiotik untuk menurunkan risiko mengembangkan
TB aktif.

Penyakit TB aktif: Ini berarti kuman berkembang biak dan dapat membuat Anda sakit.
Anda bisa menyebarkan penyakit ke orang lain. Sembilan puluh persen kasus TB aktif
pada orang dewasa berasal dari reaktivasi infeksi TB laten.

Apa Gejala TB?


Tidak ada untuk TB laten. Anda harus melakukan tes kulit atau darah untuk mengetahui
apakah Anda terinfeksi.
But there are usually signs if you have active TB disease. They include:
 A cough that lasts more than 3 weeks
 Chest pain

 Coughing up blood

 Feeling tired all the time

 Night sweats

 Chills

 Fever

 Loss of appetite

 Weight loss

If you experience any of these symptoms, see your doctor to get tested. Get medical help
right away if you have chest pain.

Who’s at Risk?
You’re more likely to get TB if you come into contact with others who have it. Here are some
situations that could increase your risk:
 A friend, co-worker, or family member has active TB disease.
 You live or have traveled to an area where TB is common, like Russia, Africa, Eastern Europe,
Asia, Latin America, and the Caribbean.

 You’re part of a group where TB is more likely to spread, or you work or live with someone
who is. This includes homeless people, people with HIV, and IV drug users.

 You work or live in a hospital or nursing home.

Tetapi biasanya ada tanda-tanda jika Anda memiliki penyakit TB aktif. Mereka
termasuk:

Batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu


Sakit dada
Batuk darah
Merasa lelah sepanjang waktu
Berkeringat di malam hari
Panas dingin
Demam
Kehilangan selera makan
Berat badan turun
Jika Anda mengalami gejala-gejala ini, temui dokter Anda untuk diuji. Dapatkan
bantuan medis segera jika Anda mengalami nyeri dada.
Siapa yang Berisiko?
Anda lebih mungkin terkena TB jika Anda berhubungan dengan orang lain yang
memilikinya. Berikut beberapa situasi yang dapat meningkatkan risiko Anda:

Seorang teman, rekan kerja, atau anggota keluarga memiliki penyakit TB aktif.
Anda tinggal atau bepergian ke suatu daerah di mana TB adalah umum, seperti Rusia,
Afrika, Eropa Timur, Asia, Amerika Latin, dan Karibia.
Anda adalah bagian dari grup tempat TB lebih cenderung menyebar, atau Anda
bekerja atau tinggal dengan seseorang yang. Ini termasuk tunawisma, orang dengan
HIV, dan pengguna narkoba IV.
Anda bekerja atau tinggal di rumah sakit atau panti jompo.

A healthy immune system fights the TB bacteria. But if you have any of the following,
you might not be able to fend off active TB disease:
YOU MIGHT LIKE
WEBMD
8 Tips for Psoraisis Care
Everyday ways to care for yourself.
WEBMD
Taking Care of Your Diabetes Every Day
If you have diabetes, there are things you must do every day to keep yourself healthy.
WebMD provides a list of what you need to do.
WEBMD
Healthy Eating With Adult ADHD
Tips for healthy eating.
HIV or AIDS
Diabetes
Severe kidney disease
Head and neck cancers
Cancer treatments, such as chemotherapy
Low body weight and malnutrition
Medications for organ transplants
Certain drugs to treat rheumatoid arthritis, Crohn’s disease, and psoriasis
Babies and young children also are at greater risk, because their immune systems aren’t fully
formed.
Sistem kekebalan tubuh yang sehat melawan bakteri TB. Tetapi jika Anda memiliki
salah satu dari yang berikut ini, Anda mungkin tidak dapat menangkis penyakit TB
aktif:
ANDA MUNGKIN INGIN
WEBMD
8 Tips untuk Perawatan Psoraisis
Cara sehari-hari untuk merawat diri sendiri.
WEBMD
Merawat Diabetes Anda Setiap Hari
Jika Anda menderita diabetes, ada hal-hal yang harus Anda lakukan setiap hari untuk
menjaga kesehatan Anda. WebMD memberikan daftar apa yang perlu Anda lakukan.
WEBMD
Makan Sehat Dengan ADHD Dewasa
Tips makan sehat.
HIV atau AIDS
Diabetes
Penyakit ginjal yang parah
Kanker kepala dan leher
Perawatan kanker, seperti kemoterapi
Berat badan rendah dan malnutrisi
Obat-obatan untuk transplantasi organ
Obat-obatan tertentu untuk mengobati rheumatoid arthritis, penyakit Crohn, dan
psoriasis
Bayi dan anak kecil juga berisiko lebih besar, karena sistem kekebalan tubuh mereka belum
sepenuhnya terbentuk.

Sumber:
What is tuberculosis.https://www.webmd.com/lung/understanding-tuberculosis-basics#2.
Diakses pada tanggal 26 Maret 2018
Tuberculosis(TB). https://www.nhs.uk/conditions/tuberculosis-tb/. Pad atanggal 26 maret
2018
Tuberculosis: Pathophysiology, Clinical Features, and Diagnosis
.http://ccn.aacnjournals.org/content/29/2/34.full..#sec-10. Diakses pada tanggal 28 Maret
2018

- Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM (1996), Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

 Tuberculosis (TB) is one of the top 10 causes of death worldwide.


 In 2016, 10.4 million people fell ill with TB, and 1.7 million died from the
disease (including 0.4 million among people with HIV). Over 95% of TB deaths occur in
low- and middle-income countries.
 Seven countries account for 64% of the total, with India leading the count,
followed by Indonesia, China, Philippines, Pakistan, Nigeria, and South Africa.
 In 2016, an estimated 1 million children became ill with TB and 250 000
children died of TB (including children with HIV associated TB).
 TB is a leading killer of HIV-positive people: in 2016, 40% of HIV deaths were
due to TB.
 Multidrug-resistant TB (MDR-TB) remains a public health crisis and a health
security threat. WHO estimates that there were 600 000 new cases with resistance to
rifampicin – the most effective first-line drug, of which 490 000 had MDR-TB. Globally,
TB incidence is falling at about 2% per year. This needs to accelerate to a 4–5%
annual decline to reach the 2020 milestones of the End TB Strategy.
 An estimated 53 million lives were saved through TB diagnosis and treatment
between 2000 and 2016.
 Ending the TB epidemic by 2030 is among the health targets of the Sustainable
Development Goals.

Tuberculosis (TB) is caused by bacteria (Mycobacterium tuberculosis) that most often


affect the lungs. Tuberculosis is curable and preventable.
TB is spread from person to person through the air. When people with lung TB cough,
sneeze or spit, they propel the TB germs into the air. A person needs to inhale only a
few of these germs to become infected.
About one-quarter of the world's population has latent TB, which means people have
been infected by TB bacteria but are not (yet) ill with the disease and cannot transmit
the disease.
People infected with TB bacteria have a 5–15% lifetime risk of falling ill with TB.
However, persons with compromised immune systems, such as people living with HIV,
malnutrition or diabetes, or people who use tobacco, have a much higher risk of falling
ill.
When a person develops active TB disease, the symptoms (such as cough, fever, night
sweats, or weight loss) may be mild for many months. This can lead to delays in
seeking care, and results in transmission of the bacteria to others. People with active
TB can infect 10–15 other people through close contact over the course of a year.
Without proper treatment, 45% of HIV-negative people with TB on average and nearly
all HIV-positive people with TB will die.
Who is most at risk?
Tuberculosis mostly affects adults in their most productive years. However, all age
groups are at risk. Over 95% of cases and deaths are in developing countries.
People who are infected with HIV are 20 to 30 times more likely to develop active TB
(see TB and HIV section below). The risk of active TB is also greater in persons
suffering from other conditions that impair the immune system.
One million children (0–14 years of age) fell ill with TB, and 250 000 children
(including children with HIV associated TB) died from the disease in 2016.
Tobacco use greatly increases the risk of TB disease and death. 8% of TB cases
worldwide are attributable to smoking.
Global impact of TB
TB occurs in every part of the world. In 2016, the largest number of new TB cases
occurred in Asia, with 45% of new cases, followed by Africa, with 25% of new cases.
In 2016, 87% of new TB cases occurred in the 30 high TB burden countries. Seven
countries accounted for 64% of the new TB cases: India, Indonesia, China, Philippines,
Pakistan, Nigeria, and South Africa. Global progress depends on advances in TB
prevention and care in these countries.
Symptoms and diagnosis
Common symptoms of active lung TB are cough with sputum and blood at times,
chest pains, weakness, weight loss, fever and night sweats. Many countries still rely
on a long-used method called sputum smear microscopy to diagnose TB. Trained
laboratory technicians look at sputum samples under a microscope to see if TB
bacteria are present. Microscopy detects only half the number of TB cases and cannot
detect drug-resistance.
The use of the rapid test Xpert MTB/RIF® has expanded substantially since 2010,
when WHO first recommended its use. The test simultaneously detects TB and
resistance to rifampicin, the most important TB medicine. Diagnosis can be made
within 2 hours and the test is now recommended by WHO as the initial diagnostic test
in all persons with signs and symptoms of TB. More than 100 countries are already
using the test and 6.9 million cartridges were procured globally in 2016.
Diagnosing multi-drug resistant and extensively drug-resistant TB (see Multidrug-
resistant TB section below) as well as HIV-associated TB can be complex and
expensive. In 2016, 4 new diagnostic tests were recommended by WHO – a rapid
molecular test to detect TB at peripheral health centres where Xpert MTB/RIF cannot
be used, and 3 tests to detect resistance to first- and second-line TB medicines.
Tuberculosis is particularly difficult to diagnose in children and as yet only the Xpert
MTB/RIF assay is generally available to assist with the diagnosis of paediatric TB.
Treatment
TB is a treatable and curable disease. Active, drug-susceptible TB disease is treated
with a standard 6 month course of 4 antimicrobial drugs that are provided with
information, supervision and support to the patient by a health worker or trained
volunteer. Without such support, treatment adherence can be difficult and the disease
can spread. The vast majority of TB cases can be cured when medicines are provided
and taken properly.
Between 2000 and 2016, an estimated 53 million lives were saved through TB
diagnosis and treatment.
TB and HIV
People living with HIV are 20 to 30 times more likely to develop active TB disease than
people without HIV.
HIV and TB form a lethal combination, each speeding the other's progress. In 2016
about 0.4 million people died of HIV-associated TB. About 40% of deaths among HIV-
positive people were due to TB in 2016. In 2016, there were an estimated 1.4 million
new cases of TB amongst people who were HIV-positive, 74% of whom were living in
Africa.
WHO recommends a 12-component approach of collaborative TB-HIV activities,
including actions for prevention and treatment of infection and disease, to reduce
deaths.
Multidrug-resistant TB
Anti-TB medicines have been used for decades and strains that are resistant to 1 or
more of the medicines have been documented in every country surveyed. Drug
resistance emerges when anti-TB medicines are used inappropriately, through
incorrect prescription by health care providers, poor quality drugs, and patients
stopping treatment prematurely.
Multidrug-resistant tuberculosis (MDR-TB) is a form of TB caused by bacteria that do
not respond to isoniazid and rifampicin, the 2 most powerful, first-line anti-TB drugs.
MDR-TB is treatable and curable by using second-line drugs. However, second-line
treatment options are limited and require extensive chemotherapy (up to 2 years of
treatment) with medicines that are expensive and toxic.
In some cases, more severe drug resistance can develop. Extensively drug-resistant
TB (XDR-TB) is a more serious form of MDR-TB caused by bacteria that do not respond
to the most effective second-line anti-TB drugs, often leaving patients without any
further treatment options.
In 2016, MDR-TB remains a public health crisis and a health security threat. WHO
estimates that there were 600 000 new cases with resistance to rifampicin – the most
effective first-line drug – of which 490 000 had MDR-TB. The MDR-TB burden largely
falls on 3 countries – India, China and the Russian Federation – which together
account for nearly half of the global cases. About 6.2% of MDR-TB cases had XDR-TB
in 2016.
Worldwide, only 54% of MDR-TB patients and 30% of XDR-TB are currently
successfully treated. In 2016, WHO approved the use of a short, standardised regimen
for MDR-TB patients who do not have strains that are resistant to second-line TB
medicines. This regimen takes 9–12 months and is much less expensive than the
conventional treatment for MDR-TB, which can take up to 2 years. Patients with XDR-
TB or resistance to second-line anti-TB drugs cannot use this regimen, however, and
need to be put on longer MDR-TB regimens to which 1 of the new drugs (bedquiline
and delamanid) may be added.
WHO also approved in 2016 a rapid diagnostic test to quickly identify these patients.
More than 35 countries in Africa and Asia have started using shorter MDR-TB
regimens. By June 2017, 89 countries had introduced bedaquiline and 54 countries
had introduced delamanid, in an effort to improve the effectiveness of MDR-TB
treatment regimens.
WHO response
WHO pursues 6 core functions in addressing TB:
1. Providing global leadership on matters critical to TB.
2. Developing evidence-based policies, strategies and standards for TB
prevention, care and control, and monitoring their implementation.
3. Providing technical support to Member States, catalyzing change, and building
sustainable capacity.
4. Monitoring the global TB situation, and measuring progress in TB care, control,
and financing.
5. Shaping the TB research agenda and stimulating the production, translation
and dissemination of valuable knowledge.
6. Facilitating and engaging in partnerships for TB action.
The WHO End TB Strategy, adopted by the World Health Assembly in May 2014, is a
blueprint for countries to end the TB epidemic by driving down TB deaths, incidence
and eliminating catastrophic costs. It outlines global impact targets to reduce TB
deaths by 90%, to cut new cases by 80% between 2015 and 2030, and to ensure that
no family is burdened with catastrophic costs due to TB.
Ending the TB epidemic by 2030 is among the health targets of the newly adopted
Sustainable Development Goals. WHO has gone one step further and set a 2035
target of 95% reduction in deaths and a 90% decline in TB incidence – similar to
current levels in low TB incidence countries today.
The Strategy outlines three strategic pillars that need to be put in place to effectively
end the epidemic:
 Pillar 1: integrated patient-centred care and prevention
 Pillar 2: bold policies and supportive systems
 Pillar 3: intensified research and innovation
The success of the Strategy will depend on countries respecting the following 4 key
principles as they implement the interventions outlined in each pillar:
 government stewardship and accountability, with monitoring and evaluation
 strong coalition with civil society organizations and communities
 protection and promotion of human rights, ethics and equity
 adaptation of the strategy and targets at country level, with global
collaboration.

Tuberkulosis (TB) adalah salah satu dari 10 penyebab kematian di seluruh dunia.
Pada tahun 2016, 10,4 juta orang jatuh sakit dengan TB, dan 1,7 juta meninggal karena
penyakit (termasuk 0,4 juta di antara orang dengan HIV). Lebih dari 95% kematian TB
terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Tujuh negara mencakup 64% dari total, dengan India memimpin perhitungan, diikuti
oleh Indonesia, Cina, Filipina, Pakistan, Nigeria, dan Afrika Selatan.
Pada tahun 2016, diperkirakan 1 juta anak-anak menjadi sakit dengan TB dan 250.000
anak meninggal karena TB (termasuk anak-anak dengan HIV terkait TB).
TB adalah pembunuh utama orang HIV-positif: pada tahun 2016, 40% kematian HIV
disebabkan oleh TB.
Multidrug-resistant TB (MDR-TB) tetap merupakan krisis kesehatan masyarakat dan
ancaman keamanan kesehatan. WHO memperkirakan bahwa ada 600.000 kasus baru
dengan resistansi terhadap rifampicin - obat lini pertama yang paling efektif, dimana
490.000 memiliki MDR-TB. Secara global, kejadian TB menurun sekitar 2% per tahun.
Ini perlu dipercepat hingga 4-5% penurunan tahunan untuk mencapai tonggak tahun
2020 dari Strategi TB Akhir.
Diperkirakan 53 juta jiwa diselamatkan melalui diagnosis dan pengobatan TB antara
tahun 2000 dan 2016.
Mengakhiri epidemi TB pada tahun 2030 adalah salah satu target kesehatan Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan.
Tuberkulosis (TB) disebabkan oleh bakteri (Mycobacterium tuberculosis) yang paling
sering mempengaruhi paru-paru. Tuberkulosis dapat disembuhkan dan dapat dicegah.

TB menyebar dari orang ke orang melalui udara. Ketika orang dengan batuk paru-
paru TB, bersin atau meludah, mereka mendorong kuman TBC ke udara. Seseorang
perlu menghirup hanya beberapa dari kuman ini menjadi terinfeksi.

Sekitar seperempat dari populasi dunia memiliki TB laten, yang berarti orang telah
terinfeksi oleh bakteri TB tetapi tidak (belum) sakit dengan penyakit dan tidak dapat
menularkan penyakit.

Orang yang terinfeksi dengan bakteri TB memiliki risiko seumur hidup 5-15% jatuh
sakit dengan TB. Namun, orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang terganggu,
seperti orang yang hidup dengan HIV, kekurangan gizi atau diabetes, atau orang yang
menggunakan tembakau, memiliki risiko lebih tinggi jatuh sakit.

Ketika seseorang mengembangkan penyakit TB aktif, gejala (seperti batuk, demam,


keringat malam, atau penurunan berat badan) mungkin ringan selama berbulan-bulan.
Ini dapat menyebabkan keterlambatan dalam mencari perawatan, dan menghasilkan
transmisi bakteri ke orang lain. Orang dengan TB aktif dapat menginfeksi 10–15 orang
lainnya melalui kontak dekat selama satu tahun. Tanpa pengobatan yang tepat, 45%
orang HIV-negatif dengan TB rata-rata dan hampir semua orang HIV-positif dengan
TB akan meninggal.

Siapa yang paling berisiko?


Tuberkulosis kebanyakan menyerang orang dewasa di tahun-tahun paling produktif.
Namun, semua kelompok usia berisiko. Lebih dari 95% kasus dan kematian berada di
negara berkembang.

Orang yang terinfeksi HIV adalah 20 hingga 30 kali lebih mungkin mengembangkan
TB aktif (lihat bagian TB dan HIV di bawah). Risiko TB aktif juga lebih besar pada
orang yang menderita kondisi lain yang merusak sistem kekebalan.

Satu juta anak (usia 0–14 tahun) jatuh sakit dengan TB, dan 250.000 anak (termasuk
anak-anak dengan HIV terkait TB) meninggal karena penyakit pada tahun 2016.

Penggunaan tembakau sangat meningkatkan risiko penyakit TB dan kematian. 8%


kasus TB di seluruh dunia disebabkan oleh merokok.
Dampak global TB
TB terjadi di setiap bagian dunia. Pada tahun 2016, jumlah terbesar kasus TB baru
terjadi di Asia, dengan 45% kasus baru, diikuti oleh Afrika, dengan 25% kasus baru.

Pada tahun 2016, 87% kasus TB baru terjadi di 30 negara dengan beban TB yang
tinggi. Tujuh negara menyumbang 64% dari kasus TB baru: India, Indonesia, Cina,
Filipina, Pakistan, Nigeria, dan Afrika Selatan. Kemajuan global tergantung pada
kemajuan pencegahan dan perawatan TB di negara-negara ini.

Gejala dan diagnosis


Gejala umum TB paru aktif adalah batuk dengan dahak dan darah pada waktu, nyeri
dada, kelemahan, penurunan berat badan, demam dan keringat malam. Banyak negara
masih mengandalkan metode lama yang disebut sputum smear microscopy untuk
mendiagnosis TB. Teknisi laboratorium yang terlatih melihat sampel dahak di bawah
mikroskop untuk melihat apakah ada bakteri TB. Mikroskopi hanya mendeteksi
setengah dari jumlah kasus TB dan tidak dapat mendeteksi resistansi obat.

Penggunaan tes cepat Xpert MTB / RIF® telah berkembang secara substansial sejak
2010, ketika WHO pertama kali merekomendasikan penggunaannya. Tes ini secara
bersamaan mendeteksi TB dan resistan terhadap rifampisin, obat TB yang paling
penting. Diagnosis dapat dilakukan dalam 2 jam dan tes sekarang direkomendasikan
oleh WHO sebagai tes diagnostik awal pada semua orang dengan tanda dan gejala TB.
Lebih dari 100 negara sudah menggunakan tes dan 6,9 juta kartrid diperoleh secara
global pada tahun 2016.

Mendiagnosis TB yang resistan terhadap berbagai obat dan resistan terhadap banyak
obat (lihat bagian TB yang resistan terhadap obat di bawah) serta TB terkait HIV dapat
menjadi kompleks dan mahal. Pada tahun 2016, 4 tes diagnostik baru
direkomendasikan oleh WHO - tes molekuler cepat untuk mendeteksi TB di pusat
kesehatan periferal di mana Xpert MTB / RIF tidak dapat digunakan, dan 3 tes untuk
mendeteksi resistansi terhadap obat TB pertama dan kedua.

Tuberkulosis sangat sulit untuk didiagnosis pada anak-anak dan karena hanya tes Xpert MTB /
RIF yang umumnya tersedia untuk membantu diagnosis TB pediatrik.TreatmentTB adalah
penyakit yang dapat diobati dan disembuhkan. Aktif, penyakit TB yang rentan terhadap obat
diobati dengan kursus 6 obat antimikroba 6 bulan standar yang dilengkapi dengan informasi,
pengawasan dan dukungan kepada pasien oleh petugas kesehatan atau sukarelawan terlatih.
Tanpa dukungan semacam itu, kepatuhan pengobatan bisa sulit dan penyakitnya bisa
menyebar. Sebagian besar kasus TB dapat disembuhkan ketika obat-obatan disediakan dan
diambil dengan benar. Antara tahun 2000 dan 2016, diperkirakan 53 juta jiwa diselamatkan
melalui diagnosis dan pengobatan TB.TB dan HIV Orang yang hidup dengan HIV adalah 20
hingga 30 kali lebih mungkin untuk berkembang. penyakit TB aktif dibandingkan orang tanpa
HIV.HIV dan TB membentuk kombinasi mematikan, masing-masing mempercepat kemajuan
orang lain. Pada 2016 sekitar 0,4 juta orang meninggal karena TB terkait HIV. Sekitar 40%
kematian di antara orang HIV-positif adalah karena TB pada tahun 2016. Pada tahun 2016,
diperkirakan ada 1,4 juta kasus TB baru di antara orang-orang yang HIV-positif, 74% di
antaranya tinggal di Afrika. WHO merekomendasikan 12-komponen pendekatan aktivitas TB-
HIV kolaboratif, termasuk tindakan untuk pencegahan dan pengobatan infeksi dan penyakit,
untuk mengurangi kematian. Obat TBAnti-TB yang resisten terhadap obat telah digunakan
selama beberapa dekade dan strain yang resisten terhadap 1 atau lebih obat-obatan telah
didokumentasikan di setiap negara yang disurvei. Resistensi obat muncul ketika obat anti-TB
digunakan secara tidak tepat, melalui resep yang salah oleh penyedia layanan kesehatan, obat
berkualitas buruk, dan pasien yang menghentikan pengobatan sebelum waktunya. TB
tuberkulosis resisten-tahan (MDR-TB) adalah bentuk TB yang disebabkan oleh bakteri yang
tidak menanggapi isoniazid dan rifampisin, 2 obat anti-TB lini pertama yang paling kuat.
MDR-TB dapat diobati dan disembuhkan dengan menggunakan obat lini kedua. Namun,
pilihan pengobatan lini kedua terbatas dan memerlukan kemoterapi ekstensif (hingga 2 tahun
pengobatan) dengan obat-obatan yang mahal dan beracun. Dalam beberapa kasus, resistensi
obat yang lebih berat dapat berkembang. TB yang resistan terhadap obat secara luas (TB-
XDR) adalah bentuk MDR-TB yang lebih serius yang disebabkan oleh bakteri yang tidak
merespon terhadap obat anti-TB lini kedua yang paling efektif, sering meninggalkan pasien
tanpa pilihan pengobatan lebih lanjut. Di tahun 2016, MDR-TB tetap merupakan krisis
kesehatan masyarakat dan ancaman keamanan kesehatan. WHO memperkirakan bahwa ada
600.000 kasus baru dengan resistansi terhadap rifampicin - obat lini pertama yang paling
efektif - di mana 490.000 memiliki MDR-TB. Beban TB-MDR sebagian besar jatuh pada 3
negara - India, Cina dan Federasi Rusia - yang bersama-sama mencakup hampir setengah dari
kasus-kasus global. Sekitar 6,2% kasus TB-MDR memiliki XDR-TB pada tahun 2016. Di
seluruh dunia, hanya 54% pasien TB-MDR dan 30% TB-XDR yang saat ini berhasil diobati.
Pada 2016, WHO menyetujui penggunaan rejimen singkat standar untuk pasien TB-MDR yang
tidak memiliki strain yang resistan terhadap obat TB lini kedua. Rejimen ini membutuhkan
waktu 9–12 bulan dan jauh lebih murah dibandingkan pengobatan konvensional untuk MDR-
TB, yang bisa memakan waktu hingga 2 tahun. Pasien dengan TB-XDR atau resistansi
terhadap obat anti-TB lini kedua tidak dapat menggunakan rejimen ini, bagaimanapun, dan
perlu memakai rejimen MDR-TB yang lebih lama di mana 1 dari obat baru (bedquiline dan
delamanid) dapat ditambahkan. juga disetujui pada tahun 2016 tes diagnostik cepat untuk
dengan cepat mengidentifikasi pasien-pasien ini. Lebih dari 35 negara di Afrika dan Asia telah
mulai menggunakan rejimen TB-MDR yang lebih pendek. Pada Juni 2017, 89 negara telah
memperkenalkan bedaquiline dan 54 negara telah memperkenalkan delamanid, dalam upaya
untuk meningkatkan efektivitas rejimen pengobatan MDR-TB. Respon WHO akan
menentukan 6 fungsi inti dalam menangani TB: Memberikan kepemimpinan global pada hal-
hal yang penting untuk TB. kebijakan berbasis bukti, strategi dan standar untuk pencegahan,
perawatan dan kontrol TB, serta pemantauan pelaksanaannya. Memberikan dukungan teknis
kepada Negara-negara Anggota, mengkatalisasi perubahan, dan membangun kapasitas yang
berkelanjutan.Memantau situasi TB global, dan mengukur kemajuan dalam perawatan TB,
mengendalikan , dan pembiayaan. Membentuk agenda penelitian TB dan menstimulasi
produksi, penerjemahan dan penyebaran pengetahuan yang berharga. Memfasilitasi dan
terlibat dalam kemitraan untuk aksi TB. Strategi TB End WHO, yang diadopsi oleh Majelis
Kesehatan Dunia pada Mei 2014, adalah cetak biru untuk negara-negara untuk mengakhiri
epidemi TB dengan menurunkan kematian, kejadian, dan mengurangi biaya bencana. Laporan
itu menguraikan target dampak global untuk mengurangi kematian akibat TB sebesar 90%,
untuk memangkas kasus baru sebesar 80% antara tahun 2015 dan 2030, dan untuk
memastikan bahwa tidak ada keluarga yang dibebani dengan biaya bencana akibat TB.
Menyembuhkan epidemi TB pada tahun 2030 adalah di antara kesehatan target Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan yang baru diadopsi. WHO telah melangkah lebih jauh dan
menetapkan target 2035 pengurangan 95% kematian dan penurunan 90% kejadian TB -
serupa dengan tingkat saat ini di negara dengan insiden TB rendah saat ini.
Strategi menguraikan tiga pilar strategis yang perlu diberlakukan untuk secara efektif
mengakhiri epidemi: Pilar 1: perawatan dan pencegahan terpadu yang berpusat pada
pasienPillar 2: kebijakan yang berani dan sistem yang mendukungPillar 3: penelitian dan
inovasi yang ditingkatkan Keberhasilan Strategi akan bergantung pada negara-negara yang
menghormati berikut 4 prinsip utama ketika mereka menerapkan intervensi yang digariskan
dalam setiap pilar: penatagunaan dan akuntabilitas pemerintah, dengan pemantauan dan
evaluasi koalisi kuat dengan organisasi masyarakat sipil dan masyarakat perlindungan dan
promosi hak asasi manusia, etika dan kesetaraan adaptasi dari strategi dan target di tingkat
negara, dengan kolaborasi global.

You might also like