Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

MIMBAR, Vol. XXV, No.

2 (Juli - Desember 2009): 181-195

Sikap Masyarakat terhadap Pemberitaan Bahaya


Flu Babi di Media Massa

DADI AHMADI1 , ADHI IMAN SULAEMAN2


1
Fikom Unisba, Jl. Tamansari No.1 Bandung, email: dadi.ahmadi@gmail.coom
2
Fisip Universitas Jenderal Soedirman, Jl. Prof. Boenyamin No. 1 Purwokerto,
Jawa Tengah, email: adhi_iman@yahoo.com,

Abstract

The result shows that television is the most accessible mass media and
owned by the majority of the respondents. Even though the respondents
very intensive in accessing the television, they only incidentally viewed
the news of swine influenza risk and thus they are very speculative in
nature in viewing the news of swine influenza risk. Thus, cognition
aspect of respondent about the swine influenza risk news release is very
low because they only acknowledge the news but they do not under-
stand the importance of the news for them. While, their affective aspect
shows that they feel more anxious about swine flu risk because there is
no socialization of swine flu risk preventions. The last but not least as-
pect is the behavior aspect. Here, the respondents generally act to ask
to close the pig livestock to the owners or even to the state apparatuses
if there is a swine flu infected case in their area. This research suggested
that the Banyumas local government through the health, animal
husbandry, and fishery agencies should more proactive on the swine flu
risk preventions policy implementation, for example, socializing, peri-
odically and sustainably, swine flu risk preventions specially in the area
surrounding the pigs livestock.

Kata kunci: swine influenza, media massa, policy implementation

I. PENDAHULUAN hari Kamis 30 April 2009, banyak topik


pemberitaan yang mengangkat bahaya flu
A. Bahaya Flu Babi Menjadi “Agenda
babi seperti “Setelah Flu Burung dan Sars,
Setting” Media Massa
Asia Siap Hadapi Flu Babi”, “36 Puskesmas
“Waspada Flu Babi” itulah topik hangat Disiagakan: Antisipasi Flu Babi,” “Disnakan
yang menghiasi media massa khususnya di Pantau Peternakan Babi”, “Dinas Kesehatan
media cetak seperti surat kabar, yang Siapkan 8000 Butir Tamiflu,” “Semua
pemberitaannya seakan menyaingi headline Puskesmas Didrop Tamiflu,” “Kandang Babi
pemberitaan tentang perhelatan politik pasca Disemprot Disinfektan,” “Pengawasan Ternak
pemilu legislatif serta ramainya fenomena Babi Diperketat,” “Dinas Periksa Semua
koalisi partai politik dan politikus pra Pilpres Peternakan Babi,” “Cegah Penularan Flu
2009. Terbukti dalam satu terbitan surat Babi”, “Bukan Penyakit Baru, tapi Perlu
kabar harian saja di Suara Merdeka pada Waspadai”, bahkan di sub surat kabar Suara

181
DADI AHMADI DAN ADHI I.S. Sikap Masyarakat terhadap Pemberitaan Bahaya Flu Babi di Media

Merdeka pada segmen Suara Banyumas (Effendy, 2005: 28) karena komunikasi massa
headline -nya “Babi Disuntik Vitamin, merupakan bagian dari suatu bentuk
Kunjungan ke Kandang Dibatasi.” komunikasi dengan media massanya yang
Banyaknya pemberitaan waspada flu dapat menjangkau khalayak yang luas
babi di media surat kabar dikarenakan: memiliki fungsi menyampaikan informasi (to
Pertama, sebelumnya telah terjadi wabah inform ), mendidik ( to educate ), dan
penyakit fenomenal yaitu flu burung (avian mempengaruhi (to influence ), yang lebih
influenza) jenis H5N1. Kedua, wabah penyakit lanjut memiliki fungsi pembentuk opini publik
flu babi (swine influenza) yang merebak dan dengan kemampuannya untuk menyampai-
diberitakan puluhan orang meninggal dunia kan pesan secara simultan kepada khalayak
sejak pertengahan Maret 2009 dan ratusan luas yang heterogen. sehingga pengaruh
lainnya tertular di Meksiko yang telah komunikasi massa yang memiliki efek terpaan
menyebar ke Texas dan California Selatan terhadap khalayak, seperti pada teori agenda
Amerika Serikat, Prancis dan beberapa setting, McCombs dan Shaw mengemukakan
negara Eropa. Ketiga, World Health Organi- bahwa media membentuk persepsi khalayak
zation (WHO) telah mengingatkan ada tentang apa yang dianggap penting.
kemungkinan flu babi menyebar ke Indone- Dengan teknik pemilihan dan
sia ( Suara Merdeka , 30 April 2009) penonjolan, media memberikan kasus
mengingat banyaknya juga peternakan babi tentang mana isu yang lebih penting. Apa
di Indonesia yang tersebar di daerah-daerah yang dianggap penting oleh media, akan
termasuk di Kabupaten Banyumas Provinsi dianggap penting pula oleh masyarakat.apa
Jawa Tengah. Keempat, Flu babi merupakan yang dilupakan media, akan luput juga dari
penyakit saluran pernafasan yang menular perhatian masyarakat. (Miller, 2002: 258).
dan dikhawatirkan menjadi pandemik baru Kemudian teori depensi mengenai efek teori
dan mematikan, karena pembawa flu babi komunikasi massa yang dikembangkan oleh
bersifat sonosis artinya penyakit ini bisa Sandra Ball-Rokeach dan Malvin DeFleur
menular dari hewan ke manusia maupun (1976) (dalam Sendjaja, 1994: 100)
sebaliknya. memfokuskan perhatiannya pada kondisi
Meskipun belum ada kasus di Indone- strukturral suatu masyarakat yang mengatur
sia tentang flu babi, akan tetapi kewaspadaan kecenderungan terjadinya suatu efek media
dan antisipasi terhadap wabah tersebut itu massa yang dapat dianggap sebagai suatu
lebih baik seperti hal-hal yang perlu dilakukan sistem informasi yang memiliki peran penting
yaitu melakukan pemeriksaan terhadap dalam proses pemeliharaan, perubahan dan
sanitasi peternakan hewan babi, penyuntikan konflik pada tataran masyarakat, kelompok
hewan babi dan sekaligus penyemprotan atau individu dalam aktivitas sosial. Efek
disinfektan yang efektivitasnya bertahan 10 tersebut terfokus pada sikap pengetahuan
hingga 12 hari. Hingga penjagaan di (kognitif), sikap penilaian dan perasaan
sejumlah bandara internasional mulai (afektif) serta sikap tindakan (behavioral),
ditingkatkan dengan memasang alat dalam hal ini berkaitan dengan pemberitaan
penyemprot disinfektan terhadap waspada flu babi di media massa yang
penumpang dan barang serta termometer diakses oleh khayak atau masyarakat di
yang bekerja otomatis mensensor Kabupaten Banyumas Jawa Tengah.
penumpang yang keluar dan masuk. Maka
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
tidak lagi hanya kampanye tanggap flu
burung, tetapi harus digalakan kampanye Penelitian ini bertujuan untuk
waspada flu babi terhadap masyarakat. membuktikan teori depedensi mengenai efek
Hal tersebut salah satunya diperankan komunikasi massa dalam konteks waspada
oleh media massa yang memiliki fungsi yang flu babi di Kabupaten Banyumas, secara
sangat strategis karena eksistensinya secara teoritis, penelitian ini bermanfaat
sebagaimana menurut Sean MacBride untuk memperkaya kajian sosial dalam

182
MIMBAR, Vol. XXV, No. 2 (Juli - Desember 2009): 181-195

bidang komunikasi massa, khususnya klasik komunikasi massa mengatakan, ketika


tentang efek media dalam masyarakat. sebuah organisasi menggunakan teknologi
Secara praktis, penelitian ini bisa menjadi sebagai media berkomunikasi dengan
bahan masukan bagi jajaran stakeholder atau khalayak yang luas, maka terjadilah apa yang
aparat yang berwenang di pemerintahan disebut sebagai komunikasi massa (Baran,
Kabupaten Banyumas khususnya Dinas 2003: 10).
Peternakan dan Dinas Kesehatan terhadap Secara teknis, berbagai defenisi
sikap masyarakat di desa yang memiliki mengenai komunikasi massa, mengacu pada
potensi bahaya flu babi. Kemudian bagi satu proses penyampaian ide atau pesan dari
masyarakat Banyumas untuk dapat komunikator kepada komunikan melalui me-
meningkatkan sikap kewaspadaan terhadap dia massa. Proses komunikasi massa diawali
bahaya flu babi disekitar lingkungan oleh komunikator (sender) yang menyampai-
peternakan babi di desanya kan message kepada komunikan (receiver)
melalui media (channel) dan kemudian
II. PEMBAHASAN komunikan memberikan feed back atas mes-
sage yang diterimanya kepada komunikator.
A. Kekuatan dan Fungsi Komunikasi
Dalam hal ini, komponen komunikasi massa
Massa
adalah komunikator, message, channel/me-
Kita sekarang hidup dalam apa yang dia, komunikan, dan efek. (Schramm dalam
disebut Marshall McLuhan sebagai desa glo- McQuail, 1987: 23-24).
bal (global village), media komunikasi mod- Sebuah definisi sederhana pun dibuat,
ern memungkinkan berjuta-juta orang di yang menyatakan komunikasi massa adalah
seluruh dunia untuk menghubungungi hampir komunikasi melalui media massa, baik cetak
setiap pelosok dunia. Seperti yang dinyatakan maupun elektronik (Nurudin, 2004: 2).
oleh George Gerbner (Littlejohn, 1996: 562) Komunikasi massa merupakan sutu proses
mengenai pentingnya media dalam kontak hubungan dan atau interaksi di antara
masyarakat dari media massa komunikasi, manusia dengan ciri, antara lain, lebih
yaitu kemampuan untuk memasyarakatkan, bersifat impersonal. Dalam arti, kontak
menentukan topik pembahasan, hubungan dan atau interaksi tersebut tidak
menyediakan bahan bacaan yang sama, dan berlangsung secara tatap muka, melainkan
pada akhirnya mengalokasikan perhatian dan melalui perantaraan media (medium) seperti
kekuatan telah menimbulkan sumbangan- surat kabar, majalah, televisi, video disk, dan
sumbangan teoretis. lain-lain (McQuail, 1987: 3).
Lebih lanjut komunikasi massa adalah Sifat lain dari hubungan antara
proses di mana lembaga-lembaga media pengirim dan penerima dalam komunikasi
membuat dan menyampaikan pesan-pesan massa adalah impersonalitas yang
kepada khalayak dan proses di mana pesan- bersumber dari adanya jarak fisik dan sosial
pesan tersebut dicari, dimanfaatkan, antara kedua belah pihak. Jarak sosial yang
dimengerti, dan dipengaruhi oleh para ada berkenaan dengan hubungan yang tidak
audiens (pendengar, pemirsa, dan simetris (asimetris), walaupun pengirim tidak
pembaca). Pusat perhatian dalam memiliki kekuasaan formal terhadap
pembahasan komunikasi massa adalah me- penerima, namun pengirim biasanya memiliki
dia. Lembaga-lembaga media lebih banyak sumber daya, prestise, keahlian,
menyebarluaskan pesan-pesan yang dan otoritas, sedangkan penerima hanya
memengaruhi dan men-cerminkan budaya merupakan bagian dari khalayak luas.
masyarakat dan mereka menyampaikan Penerima merasakan pengalaman dan
informasi secara bersamaan pada sejumlah memberikan reaksi secara bersama-sama
besar audiens yang heterogen, dan dengan orang lain menurut pola tertentu
menjadikan media sebagai bagian dari yang dapat diperkirakan sebelumnya
kekuatan institusional masyarakat. Rumusan Sementara, komunikasi massa sendiri antara

183
DADI AHMADI DAN ADHI I.S. Sikap Masyarakat terhadap Pemberitaan Bahaya Flu Babi di Media

lain mempunyai ciri: menetukan pilihannya, keinginannnya.


(1) Diarahkan pada audiens yang secara Mendorong keinginan individu atau
relatif luas dan anonim. Komunikasi kelompok berdasarkan tujuan bersama
massa seringkali mencakup kontak yang akan dikejar.
secara serentak antara satu pengirim (4) Perdebatan dan diskusi; menyediakan
dengan banyak penerima. media untuk saling menukar fakta yang
(2) Pesan disampaikan secara terbuka dan diperlukan untuk memungkinkan
menciptakan pengaruh luas dalam persetujuan atau penyelesaian
waktu yang singkat dan bersifat perbedaan pendapat mengenai masalah
sementara. publik. Menyediakan bukti-bukti yang
(3) Komunikatornya cenderung, atau relevan yang diperlukan untuk
beroperasi dalam sebuah organisasi kepentingan umum agar masyarakat
yang kompleks dan melibatkan biaya lebih melibatkan diri dalam masalah
yang besar (McQuail, 1987: 34). yang menyangkut kegiatan bersama di
tingkat internasional, nasional, dan
Menurut Sean MacBride (Effendy,
lokal.
2005: 27-28), karena komunikasi massa
(5) Pendidikan: pengalihan ilmu pengetahu-
merupakan bagian dari suatu bentuk
an sehingga mendorong perkembangan
komunikasi dengan media massanya yang
intelektual, pembentukan watak, dan
dapat menjangkau khalayak yang luas, maka
pendidikan keterampilan, serta
fungsi komunikasi juga menjadi fungsi
kemahiran yang diperlukan pada semua
komunikasi massa dengan media massanya
bidang kehidupan.
yang dapat menjangkau khalayak yang amat
luas baik lokal, nasional, maupun Harold D. Lasswell menyatakan,
internasional. Lebih lanjut MacBridge proses komunikasi di masyarakat menunjuk-
menyatakan, apabila komunikasi dipandang kan tiga fungsi:
dari arti yang luas, tidak hanya diartikan (1) Pengamatan terhadap lingkungan (the
sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi surveillance of the environment ),
juga sebagai kegiatan individu dan kelompok penyingkapan ancaman dan
mengenai tukar menukar data, fakta, dan ide, kesempatan yang memengaruhi nilai
maka fungsinya dalam setiap sistem sosial masyarakat dan bagian-bagian unsur di
di antaranya adalah: dalamnya.
(1) Informasi; Pengumpulan, penyimpanan, (2) Korelasi unsur-unsur masyarakat ketika
pemrosesan penyebaran berita, data, menanggapi lingkungan (correlation of
gambar, fakta dan pesan, opini, the components of society in making
komentar yang dibutuhkan agar orang response to the environment).
dapat mengerti dan bereaksi secara (3) Penyebaran warisan sosial (transmis-
jelas terhadap kondisi internasional, sion of the social inheritance), di sini
lingkungan, dan orang lain, dan agar berperan para pendidik, baik dalam
dapat mengambil keputusan yang tepat. peran rumah tangganya maupun
(2) Sosialisasi ; Penyediaan sumber ilmu disekolah yang meneruskan warisan
pengetahuan yang memungkinkan orang sosial kepada keturunan berikutnya.
bersikap dan bertindak sebagai anggota
B. Teori Depedensi Mengenai Efek
masyarakat yang efektif serta
Komunikasi Massa
menyebabkan kesadaran diri akan fungsi
sosialnya, sehingga ia dapat aktif di Teori ini dikembangkan oleh Sandra
dalam masyarakat. Ball Rokeach dan Malvin L. DeFleur (Sandjaja,
(3) Motivasi ; menjelaskan tujuan setiap 1994: 200) yang memfokuskan pada kondisi
masyarakat jangka pendek maupun struktural suatu masyarakat yang mengatur
jangka panjang yang mendorong orang kecenderungan terjadinya suatu efek

184
MIMBAR, Vol. XXV, No. 2 (Juli - Desember 2009): 181-195

komunikasi massa. Teori ini pada dasarnya Maka, teori ini menjelaskan saling
merupakan suatu pendekatan struktur sosial berhubungannya tiga perangkat variabel
yang berangkat dari gagasan mengenai sifat utama dan menentukan jenis efek tertentu
suatu masyarakat modern (atau masyarakat sebagai hasil interaksi antara tiga variabel
massa) di mana media massa dianggap tersebut, seperti yang dapat digambarkan
sebagai sistem informasi yang memiliki peran dalam model 1.
penting dalam proses pemeliharaan, Pembahasan lebih lanjut mengenai
perubahan, dan konflik pada tataran teori ini ditujukan pada jenis-jenis efek yang
masyarakat, kelompok atau individu dalam dapat dipelajari seperti yang dapat
aktivitas sosial. dirumuskan sebagai berikut:
Pemikiran terpenting dalam teori ini (1) Kognitif , menciptakan atau meng-
adalah bahwa dalam masyarakat modern, hilangkan ambiguitas dan pembentukan
audiens menjadi tergantung pada media sikap atas efek pemberitaan media
massa sebagai sumber informasi bagi massa pada isu dan topik tertentu
pengetahuan tentang dan orientasi kepada sehingga adanya perluasan sistem
apa yang terjadi dalam masyarakatnya. Jenis keyakinan masyarakat, penegasan serta
dan tingkat ketergantungan akan dipengaruhi penjelasan nilai-nilai.
oleh sejumlah kondisi struktural, meskipun (2) Afekif, menciptakan ketakutan atau
kondisi terpenting terutama berkaitan kecemasan, serta meningkatkan atau
dengan tingkat perubahan, konflik, atau tidak menurunkan dukungan moral
stabilnya masyarakat tersebut. Keduanya (3) Behavioral; mengaktifkan atau meng-
berkaitan dengan apa yang dilakukan media gerakkan akan pembentukan isu tertentu
yang melayani berbagai fungsi informasi. atau penyelesaiaannya. Menjangkau

SISTEM SOSIAL SISTEM MEDIA

(Tingkat stabilitas struktural (Jumlah dan sentralitas fungsi


yang bervariasi) informasi yang bervariasi)

Audience

(Tingkat ketergantungan pada


informasi media yang bervariasi)

EFEK :

Kognitif, Afektif dan Behavioral

Gambar 1
Hubungan antara Efek sebagai Hasil Interaksi antara Sistem Sosial,
Sistem Media dan Audience

185
DADI AHMADI DAN ADHI I.S. Sikap Masyarakat terhadap Pemberitaan Bahaya Flu Babi di Media

atau menyediakan strategi untuk suatu Sikap bukan perilaku tetapi ke-
aktivitas. Disebut juga sifat konatif. cenderungan untuk berperilaku dengan
cara-cara tertentu terhadap objek sikap.
Maka, teori depedensi mengenai efek
(2) Sikap mempunyai daya pendorong atau
komunikasik massa menegaskan posisi me-
motivasi.
dia massa dalam beragam kauntitas,
(3) Sikap seseorang terhadap sesuatu relatif
persebaran, reliabilitas, dan otoritas untuk
menetap.
kondisi tertentu atau dalam masyarakat yang
(4) Sikap mengandung aspek evaluatif,
lebih berperan untuk memberikan informasi
artinya mengandung nilai menyenangkan
dibandingkan dalam kondisi masyarakat
dan tidak menyenangkan.
lainnya. Selanjutnya, terdapat pula
(5) Sikap timbul dari pengalaman, tidak di
keragaman fungsi dari media massa untuk
bawa sejak lahir tetapi merupakan hasil
memenuhi berbagai kepentingan, selera,
belajar,. Karena itu sikap dapat diperteguh
kebutuhan, dan sebagainya. Hal ini juga
dan diubah (Rakhmat, 2007: 142)
dinyatakan oleh Staven M. Chaffe (Rakhmat,
2007: 218-219) bahwa efek komunikasi Berdasarkan beberapa pengertian
massa memiliki sasaran dalam jenis media sikap tersebut, memperjelas adanya satu
fisik dan pesan terhadap individual, interper- kesatuan dan hubungan dari sikap dan
sonal, dan sistem. tingkah laku, maka dapat dilihat sebagai
suatu sistem yang terrelasi antara tiga
C. Pengertian Sikap
komponen sikap, yaitu komponen kognisi yang
Sikap merupakan produk dari proses berhubungan dengan kepercayaan, ide, dan
sosialisasi di mana seorang bereaksi sesuai konsep; komponen afeksi yang menyangkut
dengan rangsangan yang diterimanya. Jika kehidupan emosional seseorang, dan
sikap mengarah pada objek tertentu, berarti komponen konasi merupakan kecenderungan
bahwa penyesuaian diri terhadap objek untuk bertingkah laku.
tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sosial Menurut Gerungan (1988: 12), pem-
dan kesediaan untuk bereaksi dari orang bentukan sikap yang selanjutnya disebut atti-
tersebut terhadap objek (Mar’at, 1984: 9) tude, tidak terjadi dengan sendirinya atau
Secord dan Backman mengatakan, sikap dengan sembarangan. Pembentukannya
adalah keteraturan tertentu dalam hal senantiasa berlangsung dalam interaksi
perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan manusia dan berkenaan dengan objek tertentu.
tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu Secara garis besar, pembentukan sikap dapat
aspek di lingkungan sekitarnya (Azwar, 1997: dibentuk dan diubah karena adanya interaksi
5). Sedangkan Breckler, Katz, Scotland, dan organisasi di mana terdapat hubungan timbal
Rajecki memandang sikap sebagai kombinasi balik yang langsung antarmanusia.
reaksi afektif, perilaku dan kognitif terhadap Dalam interaksi sosial, individu
suatu objek. Ketiga komponen tersebut secara bereaksi membentuk pola sikap tertentu
bersama mengorganisasikan sikap individu. terhadap berbagai objek psikologis yang
Allport menjelaskan sikap sebagai dihadapinya. Di antara berbagai faktor yang
kesiapan saraf sebelum memberi respons memengaruhi pembentukan sikap adalah
yaitu kecenderungan atau kesediaan media massa, institusi, pengalaman pribadi,
seseorang untuk bertingkah laku tertentu kebudayaan, dan orang lain. Mar’at (1984:
kalau ia menghadapi suatu rangsangan 12) mengatakan, “Dengan melihat adanya
tertentu (Rakhmat, 2007 : 39) . Dari berbagai suatu kesatuan dan hubungan atau
definisi yang ada, Rakhmat menyimpulkan keseimbangan dari sikap dan tingkah laku,
beberapa hal tentang sikap, yaitu: maka harus melihat sikap sebagai suatu
(1) Sikap adalah kecenderungan bertindak, sistem atau iterrelasi komponen-komponen
berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam sikap yaitu:
menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. (1) Komponen kognisi , yang berisi

186
MIMBAR, Vol. XXV, No. 2 (Juli - Desember 2009): 181-195

kepercayaan seseorang mengenai apa transmisi pengetahuan, keterampilan


yang berlaku apa yang benar bagi objek dan kepercayaan. Dalam konteks
sikap. Kadang-kadang apa yang penelitian ini, responden diuji
dipercayai oleh seseorang tersebut sejauhmana pengetahuan mereka
merupakan stereotype atau sesuatu tentang waspada flu babi. Aspek afektif,
yang telah terpolakan dalam pikirannya. efeknya akan timbul bila ada perubahan
Kepercayaan datang dari apa yang telah apa yang dirasakan, disenangi, atau
dilihat atau yang telah diketahui dibenci khalayak yang juga berhubungan
kemudian terbentuk ide atau gagasan dengan emosi atau nilai. Dalam konteks
mengenai sifat atau karakteristik suatu penelitian ini akibat dari menyimak me-
objek. Sekali kepercayaan telah dia massa tentang waspada flu babi,
terbentuk, maka ia akan kembali menjadi sehingga responden diuji begaimana
dasar pengetahuan seseorang meng- perasaan yang dialami, seperti sedih,
enai apa yang diharapkan dari objek khawatir, takut, dan lain-lain. Sedangkan
tertentu. aspek konasi merujuk pada perilaku
(2) Komponen afeksi, menyangkut masalah nyata yang dapat diamati, yang meiliputi
emosional subjektif seseorang terhadap pola-pola tindakan, kegiatan, atau
sutau objek sikap. Secara umum, kebiasaan berperilaku, sehingga
komponen ini disamakan dengan responden akan diuji niat, tekad, upaya,
perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. dan usaha yang cenderung menjadi
Namun, pengertian perasaan pribadi suatu kegiatan atau tindakan terhadap
sering berbeda perwujudannya bila waspada flu babi.
dikaitkan dengan sikap. Pada umumnya,
Menggunakan penelitian survei untuk
reaksi emosional yang merupakan
memeroleh fakta-fakta dari gejala-gejala
komponen afeksi ini banyak dipengaruhi
yang ada dan mencari keterangan-
oleh kepercayaan atau dipercayai
keterangan secara faktual menangani situasi
sebagai hal yang benar berlaku bagi
atau masalah dan hasilnya dapat digunakan
objek yang dimaksud.
dalam pembuatan rencana dan pengambilan
(3) Komponen konasi , menunjukkan
keputusan. Penelitian dilakukan terhadap
bagaimana perilaku atau kecenderungan
sejumlah individu atau unit, baik secara sen-
berperilaku yang ada dalam diri
sus maupun dengan sampel dan
seseorang yang berkaitan dengan objek
menggunakan kuesioner sebagai instrumen
sikap yang dihadapinya dan semunya
pengumpulan datanya. Tujuannya untuk
tergantung pada kepercayaan dan
memeroleh informasi tentang jumlah
perasaan yang selaras serta konsisten
responden yang dianggap mewakili populasi
membentuk sikap individu.
tertentu secara spesifik.
D. Metode Penelitian Bentuk penelitiannya adalah deskriptif
yang akan mempelajari masalah-masalah
Adapun materi penelitian ini yaitu
dalam masyarakat, serta tata cara yang
tentang:
berlaku dalam masyarakat serta situasi-
(1) Pemberitaan waspada flu babi, yang
situasi, termasuk tentang hubungan,
dilihat dari aspek-aspek: jenis media
kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-
massa, baik cetak maupun elektronik
pandangan, serta proses-proses yang
yang selama ini bisa diakses oleh
sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh
masyarakat.
dari suatu fenomena. Dimaksudkan untuk
(2) Sikap masyarakat terhadap waspada flu
pengukuran yang cermat terhadap
babi yang terdiri atas aspek kognisi yang
fenomena-fenomena masyarakat, sehingga
terjadi bila ada perubahan pada apa
dapat mengembangkan konsep dan
yang diketahui, dipahami, atau persepsi
himpunan fakta, tetapi tidak melakukan
khalayak. Efeknya berkaitan dengan

187
DADI AHMADI DAN ADHI I.S. Sikap Masyarakat terhadap Pemberitaan Bahaya Flu Babi di Media

pengujian hipotesis terhadap populasi yang mendalam yang biasa dijumpai pada riset
sedang diteliti. Fokus penelitian deskriptif kualitatif. Wawancara pada penelitian survai
adalah perilaku yang sedang terjadi (what digunakan sebatas untuk mengembangkan
exist at the moment) yang terdiri atas satu kuesioner yang diisi reponden.
variablel (Kriyantono, 2006: 60-61). Teknik analisis data statistik deskriptif
Teknik sampling yang digunakan yang digunakan untuk menggambarkan
dalam penelitian ini adalah dengan sampling peristiwa, perilaku atau objek tertentu, yaitu
kuota (Quota Sampling), yaitu menentukan distribusi frekwensi untuk mengetahui
sampel dari populasi yang mempunyai bagaimana distribusi frekwensi dari data
kriteria-kriteria tertentu sampai jumlah kuota penelitian dengan menyajikan tabel dengan
yang diinginkan peneliti (Kriyantono, 2006: mengakumulasi skor-skor serta persentasi
154-155). untuk mendapat gambaran dari masing-
Peneliti menentukan jumlah reponden masing subvariabel dan indikator. Kemudian
untuk setiap strata (kuota) dalam hal ini 4 ditambahkan dengan analisis berupa
desa di kabupaten Banyumas pada tempat pemaparan atau penjelasan tambahan yang
peternakan babi yang perlu mendapat mempertegas dan memperkuat hasil
kewaspadaan, yaitu Desa Kalisari Kecamatan penelitian yang bersumber dari hasil
Cilongok, Desa Kemutuglor Kecamatan wawancara (dialog) terstruktur serta hasil
Baturraden, Desa Kalikidang Kecamatan observasi sebagaimana dikatakan
Sokaraja, dan Kelurahan Arcawinangnun Abdurahman (2003:65), analisis data berarti
Kecamatan Purwokerto Timur, yang masing- mengurai data atau menjelaskan data,
masing diambil sampel sebanyak 50 sehingga berdasarkan data itu pada
responden, sehingga keseluruhan berjumlah gilirannya dapat ditarik pengertian-
200 responden yang dipilih berdasarkan pengertian serta kesimpulan-kesimpulan.
kriteria-kriteria sebagai berikut: responden Data yang sudah terkumpul kemudian
merupakan pemilik kandang babi, pengurus dianalisis dengan Pertama, reduksi data,
kandang babi yang tinggal didesa tersebut, yaitu reduksi data diartikan sebagai proses
responden yang tempat tinggalnya pemilihan, pemusatan perhatian pada
berdekatan dengan kandang atau peternakan penyederhanaan, pengabstrakan, trans-
babi, aparat pemerintah seperti kepala desa, formasi data kasar, yang muncul dari
sekretaris desa, dan pengurus desa, ketua catatan-catatan lapangan. Hasil wawancara
rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW), di lapangan penulis tuangkan dalam sebuah
tokoh masyarakat setempat yang berdekatan narasi yang kemudian disederhanakan
dengan kandang atau peternakan babi. dengan memilih hal-hal yang sejenis dan
Jenis data dalam penelitian ini, yaitu: dibutuhkan serta mengelompokkannya sesuai
Pertama: data primer yang diperoleh melalui pembahasan agar lebih mudah dalam
kuesioner atau angket yang telah diisi penyajiannya. Kedua, penyajian data yaitu
responden, termasuk hasil wawancara hasil penelitian dipaparkan secara deskriptif
terstruktur dengan responden. Kedua, data berdasarkan temuan di lapangan. Ketiga,
sekunder yang diperoleh dari hasil literatur penarikan kesimpulan, yaitu suatu kegiatan
atau kepustakaan serta hasil pengamatan konfigurasi yang utuh, dengan memverifikasi
(observasi). hasil temuan untuk ditinjau ulang pada hasil
Kemudian teknik pengumpulan data kuesioner (angket) dan catatan lapangan dari
yaitu dengan membuat dan menyebarkan hasil wawancara dan observasi.
kuesioner atau disebut juga angket yang diisi
F. Hasil dan Pembahasan Penelitian
oleh responden. Juga melakukan wawancara
yang tujuannya adalah untuk memperdalam 1. Media Massa Intensif dan Spekulatif
analisis deskriptif dan interpretasi data. Kepemilikan dan penggunaan media
Namun, wawancara ini bukan wawancara massa oleh reponden secara dominan adalah

188
MIMBAR, Vol. XXV, No. 2 (Juli - Desember 2009): 181-195

jenis televisi sebesar 191 responden, atau pengetahuan dan pemahaman mengenai
95,5%, dan begitu juga televisi dianggap bahaya flu babi akan sangat bergantung
sering memberikan informasi tentang terhadap pemberitaan di televisi, karena
bahaya flu babi sebesar 163 responden atau responden pun tidak dengan niat awal atau
82%. Karena televisi dianggap lebih menarik sengaja ingin mencari dan menyimak
dengan audio visual atau ada gambar yang informasi atau pemberitaan tentang kasus
bergerak dan suara, sehingga responden bahaya flu babi. Maka sebagaimana hasil
lebih mudah juga dalam menyimak atau penelitian tentang faktor kognisi responden
menyaksikannya. terhadap flu babi lebih dominan mengetahui
Televisi tidak memerlukan proses tentang bahaya flu babi tapi kurang
penyimakan dan pemahaman seperti memahami.
membaca koran atau majalah, yang Peran dan kegunaan media massa
berisikan rangkaian kalimat. Kemudian sangat penting dan strategis dalam
televisi siaran acaranya lebih mudah diakses, mentransformasikan pengetahuan dan
bervariatif, dan tidak membeli atau wawasan terhadap khalayak, juga kekuatan
berlangganan. terpaannya untuk memengaruhi dan
Sedangkan media massa lainnya membentuk opini publik. Akan tetapi, peran
seperti surat kabar dan majalah selain proses media massa masih relatif atau spekulatif
penyimakan makna kalimat, juga dalam pengaruh dan kekuatannya, tergantung
mendapatkan informasi terbaru harus sejauhmana responden menyaksikan
mencari atau membelinya terlebih. Namun informasi atau pemberitaan mengenai
media massa berupa surat kabar, bahaya flu babi. Jika kurang dan tidak intensif
penyimakannya lebih menetap artinya bisa menyimak informasinya, maka khalayak,
diakses kapan saja, walau korannya sudah dalam hal ini responden akan tidak mendapat
lama terbit (koran lama), akan tetapi informasi yang lengkap, sehingga hanya
informasi pemberitaan akan bisa tetap mengetahui tetapi tidak memahami atau
diakses menjadi terpaan, pengetahuan dan bahkan bisa saja tidak mengetahui apalagi
pemahaman bagi siapa saja yang untuk memahami.
membacanya kembali, sehingga jika kurang Bahkan pembiasan informasi akan
faham atau ingin mengetahui kembali terjadi jika informasi media massa yang
pemberitaan flu babi, bisa mencari dan diberikan bukan hasil konfirmasi ulang, hanya
membacanya lagi. sepihak dan baru dalam taraf wacana
Kemudian internet adalah media ataupun rumor. Seperti dalam salah satu
massa selain intensif dan spekulatif juga surat kabar yang memberitakan ada lima
lebih komprehensif dalam pencarian tempat kandang ternak babi di Kabupaten
informasi. Karena internet menyuguhkan Banyumas sekitar April 2009, ternyata ketika
pilihan bagi pengakses ( user ) apa saja peneliti langsung ke lapangan untuk
dengan keunggulan mesin pencari (search menelitinya, salah satunya yaitu Desa
engine), intinya apapun di internet bisa di Buniayu Kecamatan Tambak, sudah tidak ada
cari kapan saja di mana saja, namun tetap kandang ternak babi sejak 2007, sehingga
saja ada kelemahan, karena internet hanya sekai lagi, pemberitaan dan penyimakan
bisa diakses bila memiliki perlengkapan hard- terhadap media massa dalam kasus ini
ware dan software komputer, dan jaringan cenderung spekulatif. Maka, eksistensi dan
internet relatif mahal dan membutuhkan peran media massa sangat intensif
kemampuan mengoprasionalisasikannya. memberikan informasi kepada khalayak
Sedangkan dalam penelitian ini, dengan berbagai segmen yang ditawarkan
responden memiliki dan menggunakan me- kepada khalayak, untuk dipilah dan dipilih
dia massa jenis televisi yang paling dominan segmen mana yang mereka minati dan sukai.
daripada jenis koran dan internet, sehingga Kemudian media massa memiliki

189
DADI AHMADI DAN ADHI I.S. Sikap Masyarakat terhadap Pemberitaan Bahaya Flu Babi di Media

potensi mempengaruhi bahkan bisa jiwa. Meminta kepada pemerintah untuk


membentuk opini publik secara masif, tetapi melakukan sosialisasi pencegahan terhadap
terpaannya dalam konteks pemberitaan bahaya flu babi.
mengenai bahaya flu babi bisa menjadi
4. Relokasi Kandang Ternak Babi
spekulatif. Jika pemirsa, dalam hal ini
Peneliti dalam melakukan penyebar-
responden, tidak menyimak secara intensif
an kuesioner ke lokasi penelitian, selalu
atau dengan sengaja mencari informasi
pertama-tama berfokus kepada lokasi
lewat media, hanya sesekali dengan secara
kandang ternak babi, kemudian baru ke
kebetulan menyimaknya, maka terpaan me-
masyarakat sekitar yang paling dekat dengan
dia pun menjadi spekulatif saja, yang terbukti
kandang ternak babi, lalu ke tokoh
dalam penelitian ini menyebabkan responden
masyarakat, Ketua Rukun Warga (RW), Ketua
hanya mengetahui dan sedikit memahami,
Rukun Tetangga (RT) dan aparat
atau bahkan tidak mengetahuinya sama
pemerintah di tingkat desa atau kelurahan.
sekali.
Peneliti mengalami kesulitan menemui
2. Mengetahui Tapi Kurang Memahami pemilik kandang ternak babi, karena pemilik
Berdasarkan pembahasan media tidak berdomisili di dekat atau sekitar
massa yang intensif dan spekulatif, maka kandang ternak babi. Pemilik bertempat
responden dalam kategori kognisi mengenai tinggal jauh di luar kandang ternak babi.
bahaya flu babi kecenderungan mengetahui, Berdasarkan keterangan dari peternak babi,
akan tetapi kurang memahami sebesar 122 pemilik hanya sesekali sekitar dua minggu
responden atau 61%, walau tingkat dua kali atau seminggu sekali mengontrol
mengetahui tentang bahaya flu babi ternak babi dalam jam-jam tertentu saja.
sebanyak 180 responden, atau 90%, dan Khususnya ketika jadwal pengiriman babi
penyebab flu babi oleh virus sebesar 152 untuk dipasarkan, atau ketika ada
responden, atau 76%, termasuk mengetahui pemesanan secara mendadak.
tempat rujukan bila ada yang disinyalir Peneliti, selain melakukan penyebaran
terjangit flu babi. Namun, ketika konteks: kuesioner, juga sekaligus melakukan
istilah lain dari flu babi, penyebarannya flu observasi (pengamatan), khususnya
babi pada level 6, gejala awan flu babi, salah mengenai keadaan dan kondisi kandang
satu pencegahan dan obat anti flu babi rata- ternak babi.
rata jawaban responden yang paling Ada beberapa hal yang harus
dominan adalah tidak tahu, sehingga aspek mendapatkan perhatian dan penanganan
afeksi responden kecenderungan khawatir penting, yaitu, kandang ternak babi idealnya
dengan adanya pemberitaan flu babi di me- berada di lokasi yang jauh dari pemukiman
dia massa bahkan memiliki rasa takut jika penduduk sekitar radius 1- 2 km, dari empat
ada kerabat, atau tetangga yang terjangkit. lokasi penelitian yang paling ideal adalah
Termasuk perasaan khawatir karena dirasa kandang ternak babi di Desa Kalisari
belum ada sosialisasi sebesar 132 responden Kecamatan Cilongok yang berada di tengah-
atau 66%. tengah sawah dan cukup jauh dengan
pemukiman penduduk kurang lebih sekitar 1
3. Aspirasi dan Inisiasi
Km. Sedangkan kandang ternak babi di Desa
Responden dalam konteks konasi
Kemutug Lor Kecamatan Batrurraden berada
cukup aspiratif untuk melaporkan kepada
di pemukiman penduduk sekitar 100 – 500
pihak pemerintah jika ada babi yang tiba-
meter. Terdapat dua pendapat yang berbeda
tiba mendadak mati, membawa ke dokter
yaitu penduduk yang sangat dekat sekali
jika ada yang disinyalir terjangkit flu babi.
dengan kandang merasa tidak begitu
Bahkan akan meminta untuk menutup
terganggu karena mereka adalah peternak
kandang ternak babi kepada pemilik babi dan
(buruh/pekerja) kandang babi sebagai
kepada pemerintah jika banyak yang
sumber penghasilan mereka. Sedangkan
terjangkit flu babi apalagi sudah ada korban

190
MIMBAR, Vol. XXV, No. 2 (Juli - Desember 2009): 181-195

penduduk bukan buruh atau pekerja di babi harus menjadi perhatian yang serius.
kandang ternak babi, merasa terganggu dan
5. Mencegah Lebih Baik daripada
khawatir karena selalu mengirup udara tidak
Mengobati
sedap dari kandang ternak babi. Alasannya
Peternak atau buruh dan pekerja di
sering mencium bau tak sedap, banyak lalat
kandang ternak babi sangat minim sekali
dan nyamuk yang mengganggu kenyamanan
pengetahuan dan pemahaman tentang
akibat keberadaan kandang ternak babi yang
bahaya flu babi. Mereka dalam bekerja di
berdekatan atau berdampingan sekali dengan
kandang babi tidak menggunakan masker,
pemukiman penduduk. Hal tersebut terjadi
alas kaki, apalagi sepatu boot, dan jarang
juga di Desa Kalikidang, Kecamatan
ada penyemprotan disinfektan. Bahkan, jika
Sokaraja, penduduk sekitar kandang ternak
terjadi salah satu babi yang mati mendadak
babi sangat keberatan adanya keberadaan
atau sakit, tidak ragu untuk mengkonsumsi-
ternak babi dilingkungannya. Bahkan
nya. Hal tersebut dilakukan karena anggapan
masyarakat di Desa Kalikidang pernah
tidak mau merasa sia-sia ada babi yang mati
melakukan aksi protes sebanyak tiga kali
dengan tidak mempertimbangkan apakah
kepada pemilik kandang ternak babi
babi tersebut mengidap penyakit (virus).
termasuk kepada aparat desa untuk menutup
Idealnya, peternak atau buruh ternak
kandang ternak babi.
babi dalam bekerja menggunakan masker,
Kemudian, di Kelurahan Arcawinagun,
sepatu boot, dan kandang secara rutin
Kecamatan Purwokerto Timur, posisi
disemprot disinfektan, kemudian melakukan
kandang ternak babi sangat dekat sekali,
cuci tangan sebelum mengonsumsi sesuatu,
yaitu dikelilingi oleh pemukiman penduduk
lalu pakaian yang sudah digunakan harus
yang jaraknya sangat begitu dekat. Peneliti
langsung dicuci. Memang, dari buruh
pun sangat merasakan bau tak sedap ketika
peternak babi atau masyarakat sekitar,
terjun kelapangan apalagi masuk ke kandang
kandang ternak babi belum ada yang
babi untuk menemui peternak, buruh atau
mengetahui atau melaporkan kejadian yang
pekerjanya, sehingga idealnya lokasi kandang
terjangkit flu babi, apalagi sampai ada korban
ternak babi harus jauh dengan pemukiman
jiwa. Mungkin karena ketidaktahuan atau
penduduk, karena bau tidak sedap, kotoran,
ketidakfahaman bagaimana gejala-gejala
lalat dan saluran pembuangan air yang bisa
terjangkit flu babi, dan bagaimana
menjadi sumber penyakit. Hal ini harus
pencegahannya. Buruh ternak babi dan
menjadi perhatian dan membutuhkan politi-
masyarakat sekitarnya merasa belum pernah
cal will pemerintah yang terkait, dalam hal secara intensif melakukan sosiliasasi
ini Dinas Kesehatan serta Dinas Peternakan
pencegahan akan bahaya flu babi dari
dan Perikanan Kabupaten Banyumas, untuk
pemerintah terkait, khususnya Dinas
memberikan sosialisasi, imbauan, termasuk
Kesehatan serta Dinas Peternakan dan
menegakan peraturan tentang lokasi
Perikanan Kabupaten Banyumas. Karena
peternakan babi. Begitu juga aparat
pencegahan lebih baik daripada mengobati
pemerintah setempat dalam hal ini desa atau
apalagi sudah ada korban jiwa.
kelurahan untuk lebih memerhatikan
kesehatan lingkungan di daerahnya, 6. Melayani dan Memberdayakan
sehingga izin keberadaan ternak babi bisa Berdasarkan hasil penelitian bahwa
lebih diatur tidak mengganggu kenyamanan pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan
dan kesehatan penduduk. Termasuk kepada serta Dinas Peternakan dan Perikanan yang
pemilik ternak babi lebih memiliki empati dan paling bertanggung jawab melakukan
kepedulian kesehatan untuk kenyaman sosilisasi bahaya flu babi kepada masyarakat.
lingkungan masyarakat sekitar. Jangan hanya Kemudian responden belum merasa ada
mempertimbangkan aspek profit motif sosilisasi yang dilakukan selama ini di
semata, sehingga relokasi kandang ternak lingkungannya, sehingga merasa khawatir,

191
DADI AHMADI DAN ADHI I.S. Sikap Masyarakat terhadap Pemberitaan Bahaya Flu Babi di Media

bahkan takut dikarenakan pemberitaan (2) Diretorat Jenderal Bina Kesehatan


bahaya flu babi yang diketahui lewat media Masyarakat tentang Meningkatkan
massa. Kesiagaan Puskesmas dalam Penangan-
Jadi, Pemerintah terkait harus an Virus Influenza Baru A-H1N1 A Baru
meningkatkan pelayanan dan (H1N1).
pemberdayakan potensi dan fasilitas yang (3) Direktorat Bina Pelayanan Medik,
dimiliki bersama institusi masyarakat untuk tentang Antisipasi Pandemi Flu baru.
melakukan sosialisasi kewaspadaan dan
Termasuk ada Petunjuk Teknis
pencegahan bahaya flu babi, terutama di
Surveilans Epidemiologi Flu H1N1 yang
lingkungan ternak kandang babi sebagai
dikeluarkan oleh Departemen RI Tahun 2009.
lokasi penelitian. Pemerintah terkait yang
Serangkaian Keputusan Menteri Kesehatan
memiliki tugas dan wewenang sekaligus
dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
tanggung jawab terhadap masyarakat, untuk
Indonesia serta Surat Edaran yang
lebih meningkatan bukan saja pelayanan
dikeluarkan Direktorat Jenderal di bawahnya.
tetapi pemberdayaan segala potansi yang
Seyogianya semua perangkat kekuatan
dimiliki seperti perangkat hukum berupa
hukum dan administrasi berupa Surat
peraturan sebagai produk kebijakan,
Keputusan dan Peraturan Pemerintah
fasilitas, jaringan, dan anggaran program
termasuk Surat Edaran tersebut diaplikasikan
dengan bekerjasama para institusi
secara nyata sampai ke tingkat daerah dan
masyarakat dan lembaga swadaya
ke tingkat akar rumput ( grassroot) yang
masyarakat yang memiliki perhatian dengan
menjadi fokus sasaran, dalam hal ini ternak
masalah bahaya flu babi di masyarakat.
kandang babi, pemilik kandang babi,
7. Evaluasi Kebijakan Pemerintah lebih peternak, dan buruh atau pekerja kandang
Aplikatif dan Kongkrit babi, serta masyarakat sekitar kandang
Kebijakan pemerintah sebagai produk ternak babi.
hukum dan juga produk kerja seperti: Peran media massa bisa saja
Keputusan Menteri Kesehatan Republik In- memberikan pencerahan baik sebatas tingkat
donesia No 311/MENKES/SK/V/2009 tentang mengetahui atau bahkan bisa sampai ke
Penetapan Penyakit Flu baru H1N1 (Mexican tingkat memahami (kognisi) dan tumbuh
Strain) sebagai Penyakit yang Dapat kesadaran diri (afeksi). Akan tetapi, masih
Menimbulkan Wabah, dan Kepmenkes RI No kurang jika peran tersebut tidak diperkuat
444/MENKES/SK/VI/2009 tentang Tim oleh tanggung jawab pemerintah
Kesiapsiagaan Penanggulangan Penyakit Flu melaksanakan kebijakan dan mencerdaskan
Babi H1N1 (Maxican Strain) Nasional. masyarakat. Supaya masyarakat mau
Kemudian beberapa surat edaran dari menjadi aktor dan agen (konasi) yang
Departemen Kesehatan RI, dan Peraturan melakukan pencegahan terhadap bahaya flu
Menteri Kesehatan Republik Indonesia babi lingkungannya, kemudian lebih jauh
Nomor 949 tentang pedoman Penyeleng- pemerintah selain harus memberikan
garaan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian sosilisasi dan pendidikan atau pelatihan juga
Luar Bisaa (KLB) seperti: harus memberikan fasilitas yang dibutuhkan
(1) Direktorat Jenderal Pengendalian dalam pencegahan bahaya flu babi.
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
8. Relativitas Teori Depedensi Efek
tentang Kewapadaan Flu baru H1N1
Komunikasi Massa
(Strain Mexico), Menghadapi Pendemi
Influenza, A Baru (H1N1) Fase 6, Teori depedensi efek komunikasi
Peningkatan Surveilans Influenza dalam massa memang bisa membuktikan bahwa di
Menghadapi Flu Baru (H1N1) dan surat masyarakat modern di mana masyarakat
Meningkatkan respon terhadap KLB In- menjadi tergantung pada media massa
fluenza A. sebagai sumber informasi bagi pengetahuan

192
MIMBAR, Vol. XXV, No. 2 (Juli - Desember 2009): 181-195

tentang dan orientasi kepada apa yang atau informasi media massa yang intensif
terjadi dalam masyarakatnya. Pada penelitian tetapi spekulatif, artinya hanya responden
ini, yang paling dominan dimiliki, digunakan yang kebetulan saja menyimak informasi atau
(diakses), dan dianggap paling penting pemberitaan tentang bahaya flu babi tidak
peranannya oleh reponden adalah televisi. mempunyai keinginan untuk mencari,
Televisi sebagai media massa yang paling sehingga tentang pemberitaan bahaya flu
mudah, murah, serta yang paling menarik babi cukup membuat pemirsa (reponden)
(audio visual) diakses dalam sistem sosial mengetahui tetapi kurang memahami.
responden. Sedangkan untuk media massa Ketiga, masih banyak masyarakat sekitar
lainnya seperti radio hanya audio saja yang kandang ternak babi dengan menjawab tidak
tidak semenarik televisi, kemudian surat tahu tentang gejala flu babi, pencegahannya
kabar relatif harus membelinya atau dan obat untuk flu babi. Keempat, Masyarakat
berlangganan dengan proses merasa khawatir dan takut akan bahaya flu
pengaksesannya dengan membacanya dan babi, karena belum maksimal tentang
memaknainya. Begitupun internet sebagai pencegahan flu babi dari pemerintah. Dalam
media massa yang masing tergolong mahal hal ini, Dinas Kesehatan serta Dinas
baik perangkat lunak ( software ) dan Peternakan dan Perikanan yang harus secara
perangkat keras ( hardware ) serta untuk intensif melakukan sosialisasi, penyuluhan,
mengaksesnya harus memiliki kemampuan bantuan, dan pelatihan mengenai
mengoprasionalkan internet dan komputer. pencegahan flu babi di lingkungan
Namun, dari segi sistem media yang masyarakat sekitar kandang ternak babi.
memberikan informasi atau pemberitaan Kelima, masyarakat yang berada di
yang intensif dalam hal ini tentang bahaya sekitar lingkungan kandang ternak babi, akan
flu babi di televisi sebagai media massa yang mengusulkan kepada pemerintah dan pemilik
paling dominan dimiliki dan digunakan ternak untuk menutup kandang ternak babi
(diakses) oleh responden. Khalayak atau jika sampai ada yang menjadi korban akibat
responden tidak mudah diterpa begitu saja terjangkit flu babi. Keenam, Pemerintah,
mengingat begitu banyaknya pilihan pro- dalam hal ini Departemen Kesehatan memiliki
gram, segmen acara dari beberapa stasiun payung hukum baik berupa Keputusan
televisi yang tersedia, sehingga responden Menteri, Surat-surat Edaran dan Peraturan
dapat memilih dan hanya secara kebetulan Menteri, termasuk ada Petunjuk Teknis
saja atau spekulatif menyimak informasi atau Surveilans Epidemiologi Flu H1N1 yang harus
pemberitaan tentang bahaya flu babi, tidak di implementasikan oleh dinas kesehatan di
memiliki inisiatif untuk mencari tahu secara daerah. Ketujuh , Teori Depedensi Efek
sengaja tentang informasi atau pemberitaan Komunikasi Massa bersifat relatif, dalam
tentang flu babi. Apalagi di media massa penelitian ini sistem sosial yang terbentuk
lainnya yang jarang dimiliki dan diakses bervariasi tetapi kepemilikan dan kegunaan
seperti radio, surat kabar, dan internet. media massa lebih dominan pada jenis
televisi yang mudah dan murah diakses oleh
III. PENUTUP responden dibandingkan jenis media massa
yang lain. Ketersediaan informasi atau
Pertama, media massa yang paling pemberiaan tentang flu babi memang intensif
banyak dimiliki dan diakses dalam penelitian tetapi dengan ketersediaan berbagai macam
ini adalah jenis televisi yang proses pilihan program acara dan stasiun televisi
penyimakannya dan kepemilikannya tidak memungkinkan terpaan informasi tentang
seperti surat kabar atau koran yang bahaya flu babi menjadi spekulatif. Apalagi
membutuhkan proses pencernaan makna ketergantungan dan sumber utama informasi
kalimat dan relatif harus membeli atau dari jenis televisi yang dominan dimiliki dan
berlangganan. Kedua, Terpaan pemberitaan diakses responden.

193
DADI AHMADI DAN ADHI I.S. Sikap Masyarakat terhadap Pemberitaan Bahaya Flu Babi di Media

Kedelapan, maka aspek kognisi hanya daripada mengobati apalagi sampai terjadi
mengetahui tetapi kurang begitu memahami korban jiwa.
tentang bahaya flu babi. Aspek afeksi Adanya relokasi dan regulasi yang
senyatanya responden khawatir dengan jelas dan tegas mengenai kandang ternak
adanya flu babi, apalagi merasakan belum babi dari pemerintah terkait dalam hal ini
intensifnya sosialisasi pencegahan flu babi. Dinas Kesehatan serta Dinas Peternakan dan
Kemudian aspek konasi masyarakat sangat Perikanan Kabupaten Banyumas. Mengingat
proaktif akan melakukan segala upaya lokasi ternak babi yang sangat dekat disekitar
pencegahan flu babi bahkan akan meminta pemukiman penduduk sehingga
menutup kandang babi jika banyak yang menyebabkan udara bau tak sedap dan
terjangkit flu babi apalagi sampai jatuh sanitasi yang kurang sehat. Termasuk aparat
korban jiwa kepada aparat pemerintah dan pemerintah di desa atau kelurahan juga
pemilik ternak babi. pemilik kandang ternak babi untuk berempati
Disamping itu, perlu diperhatikan oleh dan serius memperhatikan kesehatan dan
Pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan kenyamanan lingkungan penduduk.
serta Dinas Peternakan dan Perikanan Terakhir, Pemerintahan desa atau
Kabupaten Banyumas, semestinya melakukan kelurahan secara proaktif meminta program
inspeksi, monitoring dan evaluasi kesetiap sosialisasi dan kampanye pencegahan
daerah yang memiliki kandang ternak babi dilingkungan tempat ternak babi kepada
secara langsung, periodik dan kontinyu. pemerintahan daerah atau Dinas Kesehatan
Apakah implementasi kebijakan publik serta Dinas Peternakan dan Perikanan.
tentang bahaya flu babi dapat dan benar- Kepada para pengusaha/pemilik dan
benar dilaksankan. Karena idealnya lebih baik peternak babi juga harus melakukan
mencegah daripada sudah terjadi. kerjasama pencegahan.
Selanjutnya, Wakil rakyat yang duduk
di dewan legislatif, juga melakukan
optimalisasi fungsi, tugas dan
tanggungjawabnya khususnya tentang DAFTAR PUSTAKA
bahaya flu babi, untuk mengontrol,
mengevaluasi dan juga mendukung terhadap Abdurahman, D. (2003). Pengantar Metode
program pencegahan bahaya flu babi beserta Penelitian, Yogyakarta: Kurnia Kalam
pihak pemerintah daerah. Semesta.
Pemerintah terkait khususnya dari Azwar, S. (1997). Sikap Manusia: Teori dan
Dinas Kesehatan serta Dinas Peternakan dan Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka
Perikanan Kabupaten Banyumas, secara ru- Pelajar
tin melakukan kampanye/penyuluhan Baran, S. J. & Davis, Dennis K. (2003). Mass
terhadap bahaya flu babi pada peternak Communication Theory: Foundation,
buruh atau pekerja ternak babi dengan Ferment, and Future 3th ed. Balmont:
melakukan pertemuan/dialog. Kemudian Wadsworth Publishing.
mengadakan pelatihan dan pemberian Effendy, O. U. (2005). Ilmu Komunikasi : Teori
fasilitas pencegahan flu babi seperti dan Praktek, Bandung: Rosdakarya
pemberian masker, sepatu boot dan Gerungan. (1988). Psikologi Sosial, Edisi II
penyemprotan disinfektan di kandang ternak Cetakan II, Bandung: Eresco
babi. Bisa juga dengan secara komprehensif Kriyantono, R. (2006). Teknik Praktis Riset
menyebarkan brodur, menempelkan pam- Komunikasi, Jakarta: Kencana
phlet, spanduk dan program ceckup gratis Littlejohn, S. . W. (1996). Theories of Hu-
secara rutin bagi peternak atau buruh dan man Communication. USA: Wadsworth
pekerja ternak babi dan bagi masyarakat Publishing Company.
sekitarnya. Karena mencegah lebih baik Mar’at. (1984). Sikap Manusia Perubahan

194
MIMBAR, Vol. XXV, No. 2 (Juli - Desember 2009): 181-195

Serta Pengukurannya, Jakarta: Graha In- Rakhmat, J. (2007). Psikologi Komunikasi,


donesia. Bandung: Remaja Rosdakarya
McQuail, D. (1987). Teori Komunikasi Massa, Sandjaja, Da. (1994), Teori Komunikasi.
Jakarta: Penerbit Erlangga. Jakarta: Modul Universitas Terbuka
Miller, K. (2002). Communication Theories:
Perspective, Process, and Context. New Sumber lain:
York: McGraw Hill.
Harian Suara Merdeka, 27-30 April 2009
Nurudin. (2004). Komunikasi Massa. Malang:
Harian Kompas, 27 – 30 Mei 2009
Cespur

195
DADI AHMADI DAN ADHI I.S. Sikap Masyarakat terhadap Pemberitaan Bahaya Flu Babi di Media

Staf dan Redaksi

mengucapkan:

Selamat dan Sukses

Atas Terbitnya Tafsir Al-Quran Unisba


Semoga mendapatkan Ridho Allah SWT

196

You might also like