Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 16

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/322722361 

Awal Pandemi Influenza A(H1N1) 2009: Sebuah Tinjauan 


Article · January 2009 
CITATIONS 
READS 0 
139 
2 authors, including: 
Some of the authors of this publication are also working on these related projects: 
Vivi Setiawaty National Institute of Health Research and Development, Ministry of Health, Indonesia 
114 PUBLICATIONS 461 CITATIONS 
SEE PROFILE 
Epidemiology and Virology of Influenza B in Indonesia View project 
All content following this page was uploaded by Vivi Setiawaty on 26 January 2018. 
The user has requested enhancement of the downloaded file. 

Naskah Kajian 
Awal Pandemi Influenza A(H1N1)
2009: 
Sebuah Tinjauan 
Endang R. Sedyaningsih, Vivi Setiawaty Pusat
Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi 
Badan Litbang Kesehatan, Depkes RI 
Email : esedyani@indo.net.id 

Abstract 

In mid-March 2009, individual and cluster cases of unusual influenza-like-illness (ILI) were reported in
Mexico and the United States. Laboratory tests revealed that the etiology of those
infections was a new strain of influenza A (HINI) virus. This novel virus was initially
named 
then Mexican Flu, novel influenza A (HINI) 2009, and finally was officially termed as
Pandemic Influenza Virus A (HINI) 2009 by the WHO. This virus is able to transmit
effectively from human-to-human, and spread to more than 80 countries in a relatively short
time, prompting the WHO to increase the pandemic preparedness level from three to four,
five, and finally six, which means a full blown pandemic. To anticipate the spread of the new
virus in Indonesia, the Department of Health has started with a strategy of seven steps,
i.e., thermal scanning at international airports, activating influenza and pneumonia
sentinel surveillance, stockpiling of antiviral drugs, preparing and activating hospitals and
laboratories, information dissemination and preparation of Desa Siaga, and
pandemic simulation. However, with the continuing spread of the virus in several
provinces in Indonesia, the government needs to change the strategy into mitigation
efforts. 

Key words. Influenza virus A (HINI) 2009, influenza pandemic, Mexican Flu, Swine
Flu. 

Pendahuluan 
Dalam enam tahun terakhir ini negara-
negara di dunia telah disibukkan dengan
persiapan menghadapi pandemi influenza.
Kewaspadaan ini dicetuskan oleh munculnya
virus influenza baru yaitu HPAI (Highly
Pathogenic Avian Influen za) A (H5N1).
Pasien-pasien terinfeksi virus yang
melakukan loncat inang dari unggas ke
manusia ini dilaporkan oleh ber bagai
negara sejak tahun 2003. Laporan World
Health Organization (WHO) bulan Mei 2009
memperlihatkan 15 negara telah melaporkan
adanya kasus infeksi virus influenza A
(H5N1) dengan tingkat ke matian global
61,5%. Indonesia merupa kan negara
dengan kasus terbanyak (n=141; 33,2% dari
jumlah kasus H5N1 di dunia) dan dengan
tingkat kematian yang tertinggi pula (81,6%). 
aman, virus influenza baru yang patogen berpotensi sangat besar untuk menyebabkan pandemi,
karena manusia belum memiliki kekebalan terhadapnya. Munculnya virus influenza A
(H5NI) menyebabkan dunia khawatir akan terjadi pandemi influenza ke empat dalam
abad ini. Pandemi pertama terjadi pada tahun 1918 (Spanish Flu), ke dua
pada tahun 1957 (Asian Flu), dan yang ke tiga terjadi pada tahun 1968 (Hong Kong
Flu). 
i tingkat kesiap siagaan pandemi menjadi enam tingkatan Hingga awal April 2009, status kesiap
siagaan dunia dalam menghadapi pandemi masih berada pada fase 3, dan
sesuai anjuran WHO, setiap negara termasuk Indonesia telah mempersiapkan
strategi 

untuk di periksa lebih lanjut. 

JUAN 

kuensing di CDC memperlihatkan adanya virus influenza A subtipe HINI strain baru, yang merupakan
virus triple-reassortant. Asal virus ini diduga dari virus influenza babi (S-OIV = swine
origin influenza virus) yang kemudian bergabung dengan virus influenza manusia
dan virus influenza unggas. Virus yang sama ternyata juga dideteksi oleh
Canada dari pasien-pasien Mexico.* Semua temuan ini dilaporkan ke WHO
karena dianggap dapat menyebabkan Public Health Emergency of International
Concern (PHEIC) sesuai ketentuan dalam International Health Regulation 2005." 
dan rencana untuk menghadapi pandemi
(Pandemic Preparedness Plan). Namun
pada pertengahan Maret 2009, terjadi
perkembangan yang tidak terduga.
Departemen Kesehatan Mexico mencatat
adanya kenaikan kejadian ILI (influenza
like-illness) di negaranya justru pada
saat biasanya kasus ILI mulai menurun.*
Seperti diketahui, kasus ILI di negara sub
tropis biasanya meningkat pada musim
dingin; berarti di belahan bumi utara
biasa nya terjadi di sekitar bulan November -
Februari, dan di belahan bumi selatan di sekitar
bulan April - Juli. Hal tidak biasa lain yang
diamati di Mexico adalah munculnya
kasus-kasus pneumonia berat pada individu
dan kelompok (cluster) dewasa muda yang
semula sehat. Pada minggu ke tiga April
2009, beberapa spesimen dari pasien-pasien
tersebut di kirim ke the National
Microbiology Laboratory of the Public Health
Agency of Canada untuk diperiksa lebih
lanjut. 
Sementara itu, pada akhir Maret
2009, dua orang anak (perempuan 9 tahun,
dan laki-laki 10 tahun) di dua County yang
berbeda di California mengalami demam
akut dan batuk (pada yang laki-laki juga
didapati gejala muntah). Setelah mendapat
pengobatan, dalam waktu seminggu anak
anak itu sembuh kembali. Karena kebetul
an klinik tempat anak perempuan tersebut
berobat merupakan sentinel influenza-like
illness (ILI) dan klinik tempat anak laki laki
berobat sedang melakukan uji klinik untuk
mengevaluasi sejenis kit diagnostik
influenza yang baru, maka spesimen naso
faringeal kedua anak tersebut diambil dan
dianalisis. Ternyata pada spesimen kedua
pasien didapati adanya virus influenza
A, namun subtipenya tidak dapat dikenali
dengan uji rRT-PCR (real-time reverse
transcriptase-polymerase-chain-
reaction) yang biasa dilakukan untuk virus
influenza A manusia (seasonal
influenza: A (H1N1) atau A (H3N2)).
Sesuai prosedur, spesimen-spesimen
tersebut dikirim ke the United States
Centers for Disease Control 
Virus Flu Baru Berasal Dari Babi ? 
nza yang alami adalah unggas, terutama unggas air liar. Saat ini dikenal tiga tipe virus influenza,
yaitu tipe A, B dan C, ketiganya dapat di jumpai pada unggas. Virus influenza tipe
A dan B dapat pula menginfeksi spesies lain seperti manusia, kuda, babi, kucing,
anjing, dan sebagainya. Berdasarkan gliko protein permukaannya (surface
glyco protein), yaitu HA (hemaglutinin) dan NA (neuraminidase), virus influenza
terbagi dalam banyak subtipe. Telah ter identifikasi sebanyak 16 jenis HA (HI s/d
H16) dan 9 jenis NA; yang disebut subtipe adalah kombinasi dari keduanya,
misal HINI, H3N2, HSN1, dan sebagainya. Di dalam subtipe dikenal pula
bermacam macam strain; contohnya HINI strain New Caledonia, HINI
strain Solomon, H3N2 strain Fujian, dan H3N2 strain Brisbane. 
us influenza yang hidup di unggas patogenisitasnya tidak tinggi (low pathogenic avian influenza /
LPAI). Namun dikenal juga beberapa subtipe yang patogenisitasnya
tinggi (HPAI / highly pathogenic avian influen 

30 
Jur. Peny Mie Indo. Vol.1.1.2009: 29-
41 
Awal Pandemi Influenza...........(Endang R.
Sedyaningsih, et ah) 

Peneliti-peneliti Mexico mencoba


melakukan penelitian kembali ke desa La
Gloria, kota Perote, Veracruz, Mexico, di
mana kasus-kasus awal mulai dilaporkan.
Ketika itu ratusan orang di kota tersebut
menderita flu yang parah, namun
spesimen yang diambil hanya dari satu
anak laki laki. Tampaknya penelitian ini
sulit di laksanakan karena jeda waktu
yang sudah terlalu lama. Selain pasien-
pasien yang telah sembuh, para peneliti
juga me meriksa ternak babi di kota tersebut. 
FO 

G. 

za), seperti H5N1 dan H7N7. Sifat


dasar virus influenza adalah terus
bermutasi dengan cara drifting
(perlahan-lahan) atau shifting
(mendadak), yaitu melalui
penggabungan gen (genetic reassort-
ment) virus influenza unggas
dengan virus influenza spesies lain. Hasil
mutasi tidak dapat diduga; ada kalanya
muncul subtipe atau strain baru yang
sangat berbahaya bagi manusia. 
Sebenarnya pada akhir tahun
1990an, sudah dideteksi adanya virus
influenza babi triple-reassortant
(gabungan gen virus influenza unggas,
manusia dan babi) yang muncul dan
menjadi enzootic pada ternak babi di
Amerika Utara. Dari hasil analisis surveilans
ILI dan investigasi kasus di Amerika
Serikat (AS), Shinde dkk. memperoleh
bukti bahwa sejak Desember 2005
sebenarnya juga sudah terjadi loncat
inang virus influenza dari babi ke
manusia. Namun infeksi pada manusia
ini hanya terjadi secara sporadik, dan
masih erat hubungannya dengan babi. Dari
11 pasien yang dilaporkan sejak Desember
2005 hingga Februari 2009, sembilan di
antaranya mempunyai kontak langsung
tidak langsung dengan babi. Semua
pasien sembuh total, walau beberapa
menderita pneumonia yang cukup parah dan
beberapa juga menderita diare. Data
pohon filogenetik memperlihatkan bahwa
ada lebih dari satu strain/lineage virus
flu babi yang selama ini beredar di AS. 
Virus pandemi influenza A
(HINI) 2009 yang sekarang
menghebohkan tidak sama dengan
strain yang pernah dideteks sebelumnya.
Virus ini tidak tepat untuk disebut Flu Babi,
karena walaupun secara genetik
kemungkinan berasal dari virus flu babi,
namun kasus-kasus yang sekarang
dilaporkan sudah tidak ada hubungannya
dengan babi. Infeksi baru ini bukan lagi
merupakan kasus loncat inang dari babi
ke manusia, akan tetapi sudah
merupakan infeksi yang menular dari
manusia ke manusia. Para ahli belum
dapat menetapkan sumber awal infeksi
ini. 
Penyebaran Virus Paodemi Influenza A
(HINI) 2009 
erinfeksi virus pandemi influenza A (HINI) 2009 yang terdeteksi di Mexico dan AS kian ber
tambah dalam waktu singkat. Hal ini me maksa WHO untuk meningkatkan
status kewaspadaan terhadap pandemi menjadi fase empat pada tanggal 27
April 2009, dan menjadi fase lima pada tanggal 29 April 2009 Negara-
negara lain me ningkatkan sistem kewaspadaannya, dan satu per satu
melaporkan adanya kasus influenza A (HINI) 2009 di negaranya. Pada
awalnya kasus-kasus tersebut mem punyai riwayat perjalanan dari negara
negara yang sebelumnya sudah terjangkit virus ini. 
22 Mei 2009, 42 negara melaporkan adanya kasus vírus influenza A (HINI) 2009, dengan
jumlah kasus lebih dari 11.000 dengan kematian 86 orang (Case Fatality
proportion: 0,8%)."" Tanggal 10 Juni 2009, 74 negara melaporkan
adanya kasus dengan jumlah total lebih dari 27.000 dan dengan ke
matian 141 orang (CF proportion: 0,5%)." Pada tanggal 11 Juni 2009,
WHO menaik kan lagi status kewaspadaan pandemi men jadi fase enam,
yang berarti sudah terjadi pandemi influenza ke empat di dunia. Pe
ningkatan status ini didasarkan pada ke nyataan bahwa telah terjadi
penyebaran Vírus di komunitas secara mantap (sustained) di beberapa
negara pada lebih 
Data terkini (24 Juli 2009),' yang di
dasarkan pada laporan dari Canada, Chili,
Jepang, Inggris dan Amerika Serikat,
memperlihatkan bahwa virus ini tetap ter
utama menyerang usia muda, dengan median
umur pasien 12-17 tahun. Umur pasien yang
memerlukan perawatan rumah sakit dan
meninggal hanya sedikit lebih 
tua. 15 
dari satu regional. Menurut WHO, arti Pandemi di
sini adalah : telah muncul jenis virus
influenza yang baru, yang meng infeksi
manusia dan menyebar ke banyak tempat di dunia.
Tingkat keparahannya di anggap masih
moderat.Data tanggal 15 Juli 2009
memperlihatkan telah lebih dari 100.000 orang
konfirm tertular virus influenza pandemi A
(HINI) di 124 negara dengan jumlah
kematian 460 pasien (<0,5%). "3" 
Di WHO laporan epidemiologis yang cukup
lengkap diperoleh dari Mexico dan AS. Di
bawah ini adalah data dari Mexico.'' Hasil
analisis dari 3.734 pasien positif virus
influenza A (H1N1) strain Mexico
memperlihatkan bahwa sebagian terbesar
pasien berusia muda : 28% ber umur 0-9
tahun, sedangkan 25,2% ber umur 10-19
tahun (Grafik 1). Tampaknya faktor jenis
kelamin tidak berpengaruh pada kejadian
kasus ini. 
Hasil analisis data AS dari 532 pasien
(15 April 2009 - 5 Mei 2009) juga
memperlihatkan bahwa sebagian terbesar
pasien berusia muda: 20% berusia 0-9 tahun
dan 39,8% berumur 10-18 tahun. Usia
pasien termuda dan tertua yang di laporkan
adalah tiga bulan dan 81 tahun. 
virus baru ini antara 1 hingga 7 hari, lebih lama dari masa inkubasi infeksi A (HINI) yang biasa
menginfeksi manusia (seasonal influenza).' Penularan virus ini dari manusia ke manusia
diperkirakan melalui droplei nuclei yang disemburkan melalui batuk/bersin orang yang
terinfeksi. Jalan lain adalah melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi cairan
saluran per nafasan dan pencernaan (muntah, tinja) yang terinfeksi." Secondary
attack rate (penularan ke orang lain) diperkirakan se besar 22% (jadi 1 dari 5
orang kontak akan tertular penyakit), di tempat-tempat ter tentu seperti sekolah,
angka ini lebih tinggi 
lagi, 14 
Jumla 
h 12001 

1000 

800 

600 

400 

200 



0-9 
10-19 
20-29 
30-39 
40-49 
50-59 
>=60 
Tidak diketahui 

Umur (tahun) 

Grafik 1. Distribusi umur pasien terinfeksi virus pandemi influenza A (H1N1)


2009 
di Mexico, data 20 Mei 2009. 
Sumber : WHO.14 

Jur. Peny Mir Indo. Vol.1.1.2009: 29 - 41 


Awal Pandemi Influenza........... (Endang R.
Sedyaningsih, et al) 

Gambaran Klinis Pasien Influenza A 


(H1n1) 2009 
Gambaran klinis pasien yang ter
infeksi virus pandemi influenza A (HINI)
2009 ini mulai dari gejala infeksi saluran
pernafasan atas ringan tanpa demam
hingga pneumonia berat dan kemati an.
14,15,1 Di Amerika gejala tersering yang
ditemui adalah batuk, demam, sakit
tenggorokan, malaise dan sakit kepala
(Grafik 2), sedangkan di Eropa gejala ter
sering adalah (berturut-turut) demam,
batuk kering, sakit otot, sakit kepala dan
pilek,' Gejala-gejala gastrointestinal di
jumpai pada 38% pasien di AS, dan
sekitar 40% pasien di Eropa, yaitu mual,
muntah dan/atau diare. Sebagian terbesar
pasien menderita sakit ringan dan sembuh
kembali dalam waktu seminggu, dan hanya
kurang dari 9% pasien memerlukan
perawatan.14,15 Alasan utama pasien di
rawat adalah pneumonia atau disebut
juga “viral pneumonitis",!" dan >70% dari
mereka mempunyai sekurangnya satu ko
morbiditas, umumnya penyakit paru kronis
termasuk asma, atau penyakit kronis
lain seperti penyakit jantung, ginjal, imuno
supresi, serta kehamilan." 
ndasikan terapi dengan neuraminidase inhibitor (Tamiflu). Awalnya diprioritaskan pada pasien
yang dirawat dengan suspek atau konfirm terinfeksi virus influenza A (HINI)
dan untuk pasien terinfeksi seasonal influenza yang berisiko menderita
komplikasi. Namun dalam situasi pandemi saat ini di mana jumlah pasien
terus bertambah, Tamiflu hanya diberikan kepada pasien yang benar-benar
memerlukannya berdasarkan pertimbangan klinis, misalnya pasien dengan kondisi
klinis berat, dengan penyakit penyerta, dan wanita hamil. Pasien yang perlu dirawat
sebaiknya dimasukkan ke dalam kamar isolasi yang selalu tertutup. Bila akan
dilakukan tindakan yang kemungkinan menyebabkan aerosol, harus dilakukan di
ruang bertekanan negatif. Alat pelindung diri seperti masker N95, apron, dan
sarung tangan wajib dipakai oleh orang-orang yang merawat pasien tersebut.
Profilaksis hanya dibenarkan diberikan kepada petugas kesehatan yang
berhubungan langsung dengan pasien, seperti dokter, 
15 

Persentase 
MTTTTTTTTT 
batuk 
diare 
muntah 
demam 
sakit tenggorokan 
Gejala 

Grafik 2. Persentase gejala klinis pasien terinfeksi virus influenza A (H1N1)


di 
Amerika Serikat, April-Mei 2009 (N = 394). 
Sumber: Novel Swine-Origin Influenza A (HINI) Virus
Investigation Team." 
perawat, petugas laboratorium dan
petugas investigasi kasus, dan keluarga
kontak dekat (kebijakan profilaksis ini
berbeda beda di tiap-tiap Negara). Vaksinasi
influenza yang beredar saat ini hanya efektif
untuk mencegah infeksi virus A (HINI)
seasonal influenza, dan tidak protektif
terhadap strain yang baru 
ini 6,14,19 

Strategi Menghadapi Pandemi Influenza di


Indonesia 
Kita sering tidak menyadari adanya
bahaya pandemi yang disebabkan oleh
influenza, karena influenza bukanlah salah
satu penyakit yang dianggap merupakan
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Sebenarnya negara ini sudah pernah
mengalami masalah yang cukup besar,
yang mungkin disebabkan oleh influenza,
namun tidak dibuktikan dengan hasil
pemeriksaan laboratorium. Contohnya,
kasus KLB influenza di desa desa di
pegunungan Papua dan kasus KLB tahun
1918 di Tana Toraja, yang diyakini
penulisnya merupakan bagian dari
pandemni influenza.20 
Hingga tanggal 23 Mei 2009
Indonesia belum melaporkan adanya kasus
positif infeksi virus influenza pandemi A (HINI).
Kewaspadaan yang meningkat terbukti dari
adanya spesimen beberapa kasus suspek A
(HINI) yang dikirim ke Laboratorium
Virologi Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen
Kesehatan RI. Namun dengan
menggunakan reagens dari CDC
dengan mengikuti pedoman uji
laboratorium dari WHO, spesimen-
spesimen tersebut dinyatakan negatif influenza
pandemi A (HINI).22 

Pada tanggal 28 April 2009


Departemen Kesehatan RI
mengumumkan tujuh langkah untuk
mencegah penyebaran virus flu pandemi A
(HINI). Ke tujuh langkah tersebut ialah: 1)
memasang thermal scanner (alat
pendeteksi suhu tubuh) di terminal
kedatangan bandara 
kembali sentinel-sentinel untuk surveilans ILI dan Pneumonia baik dalam bentuk klinik atau virologi, 3)
menyiapkan obat-obatan yang berhubungan dengan penanggulangan influenza
yang pada dasarnya adalah Oseltamivir yang sama untuk H5N1 (virus Flu Burung), 4)
menyiapkan 100 rumah sakit rujukan yang sudah ada (untuk Flu Burung) dengan
kemampuan menangani kasus flu baru, 5) menyiapkan kemampuan laboratorium untuk
pemeriksaan virus A (HINI) yang baru di berbagai Laborato rium Flu Burung yang
sudah ada, 6) menyebarluaskan informasi ke masyarakat luas dan menyiagakan
kesehatan melalui desa siaga, 7) simulasi penanggulangan Pandemi Influenza di
Makassar yang juga merupakan upaya nyata persiapan Pemerintah dalam
menghadapi berbagai kemungkinan KLB atau Public Health Emergency of
International Concern (PHEIC) seperti flu pandemi A (HINI).23 
annya Indonesia tidak luput dari serangan virus influenza pandemi A (HINI). Kasus-kasus konfirm
mulai dilaporkan pada tanggal 23 Juni 2009, mula-mula hanya orang asing atau
penduduk Indonesia yang baru pulang dari negara terjangkit. Tetapi lama-
kelamaan muncul kasus-kasus yang tidak punya riwayat bepergian ke luar
negeri, dan kasus-kasus klaster besarpun mulai dilaporkan." Data tanggal 27
Juli 2009 memperlihatkan sebanyak 946 orang dilaporkan sebagai suspek
tertular dan 494 (52,2%) di antaranya adalah kasus konfirm influenza pandemi
A (H1N1). Sejauh ini kasus fatal yang dilaporkan hanya satu orang (pasien
berusia enam tahun) (0,2%).25 
mbil di Indonesia untuk penetapan kasus konfirm flu pandemi A (HINI) adalah : kasus positif
ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan TRT-PCR di Laboratorium
Puslitbang Biomedis dan Farmasi, Badan Litbangkes; hasil segera disampaikan
kepada dokter 

Jur, Peny Mir Indo. Vol.1.1.2009: 29-41 


Awal Pandemi Influenza............(Endang R.
Sedyaningsih, er al) 
yang merawat, namun informasi hasil
kepada publik hanya dapat dilakukan oleh
pejabat berwenang. 
Pasien positif influenza A (HINI)
dirawat di rumah sakit rujukan yang telah
ditunjuk. Mula-mula seluruh pasien konfirm
dirawat di ruang isolasi oleh dokter/perawat
yang menggunakan alat pelindung diri
(APD) penuh. Lama kelamaan jumlah
pasien konfirm yang kian meningkat, terutama
pasien-pasien dengan gejala flu yang ringan
saja, menyebabkan penentuan
dirawat/tidaknya seorang pasien
terutama didasarkan pada manifestasi atau
kebutuhan klinik pasien tersebut, bukan atas
dasar etiologi. 
Oseltamivir (Tamiflu) 2 x 75mg
per hari selama 7 hari diberikan kepada
pasien dirawat, ditambah obat-obat lain
sesuai kondisi pasien. Awalnya Oseltamivir
juga diberikan kepada keluarga yang
kontak dengan pasien konfirm, namun kini
hanya diberikan kepada kontak yang
mengalami gejala-gejala flu. 
suk dan menyebar dari manusia ke manusia di Indonesia. Upaya menghitung kasus juga tidak
berarti lagi, mengingat banyaknya kasus ringan yang tidak berobat dan tidak
terdeteksi sebagai kasus influenza pandemi A (HINI). Saat ini jauh lebih penting
untuk meminimalkan penyebaran dengan cara meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk: sering-sering mencuci tangan, menutup mulut bila batuk bersin dengan
tisu atau saputangan, tidak keluar rumah bila menderita gejala flu, mengurangi
bersalaman dan berciuman, dan membatasi bepergian ke tempat ramai. Apabila terjadi
kasus klaster berjumlah banyak di sekolah, perlu dipertimbangkan untuk meliburkan
sementara siswa-siswanya. 
tama ditujukan pada kemungkinan bergabungnya virus influen za pandemi A (H1N1) yang
mempunyai daya sebar kuat dengan virus Flu Burung A (H5NI) yang mempunyai
daya bunuh tinggi. Dunia mengkhawatirkan timbulnya virus sirain baru yang
mempunyai se kaligus daya bunuh dan daya tular tinggi. Surveilans
virologi untuk memantau mutasi virus influenza A (HINI) dan A (H5N1) perlu
terus dilakukan oleh Laboratorium Puslitbang Biomedis dan Farmasi,
walaupun tidak tertutup ke mungkinan hal ini dilakukan oleh labora torium
penelitian lain di Indonesia yang kompeten. Virus yang dipantau terutama yang
berasal dari pasien berat/fatal atau klaster besar, atau kasus lain yang di
anggap penting, serta secara acak ber kala. 
ng harus dilakukan Pemerintah Indonesia adalah menyediakan vaksin influenza pandemi A (HINI).
Saat ini jejaring laboratorium WHO masih terus mengembangkan virus
kandidat vaksin influenza pandemi A (HINI). Tampak nya masih ada kesulitan
pada daya tumbuhnya. Namun demikian, WHO optimis produsen-produsen
vaksin akan memperoleh virus kandidat vaksin tersebut 

Strategi Mitigasi Pandemi


Influenza 
Situasi saat ini merupakan
situasi yang kritis dan serba tanggung. Di
titik ekstrim yang satu, kita dapat
tergelincir cenderung mengabaikan bahaya
pandemi influenza karena tingkat
kematiannya yang lebih kecil dari 1%
(sementara banyak penyakit infeksi lain di
Indonesia mempunyai angka kematian
yang jauh lebih tinggi), dan di titik ekstrim
yang lain adalah suasana panik dan
kecenderungan untuk mengeluarkan biaya dan
tenaga yang besar untuk program-program
yang tidak efektif ataupun efisien. 
Hingga saat ini strategi yang telah
dijalankan oleh Pemerintah Indonesia telah
cukup memadai sebagai langkah
awal. Sejalan dengan penyebaran
penyakit ke seluruh negeri, perlu dipikirkan
strategi selanjutnya sebagai upaya
mitigasi dampak pandemi. Upaya
skrining di bandara/ pelabuhan tidak
lagi utama, 
di bulan September 2009. Dengan
demikian, paling cepat (bila tidak diperlukan
uji klinis baru) diperkirakan baru pada
bulan November 2009 vaksin ini akan
tersedia dan siap pakai. WHO harus
mengupayakan agar negara-negara
berkembang memperoleh akses terhadap
vaksin ini secara murah atau bahkan
gratis. 
Sambil menunggu datangnya
vaksin, seluruh masyarakat
Indonesia perlu terus waspada.
Menjalani perilaku hidup bersih sehat:
diet seimbang, istirahat cukup,
olahraga teratur, tidak merokok dan
tidak minum alkohol, ditambah
perilaku pencegahan penyakit flu,
seperti yang telah disebutkan di atas,
adalah tindakan konkrit yang dapat
disumbangkan oleh setiap warganegara
Indonesia. 

1. Cumulative number of confirmed human


cases 
of Avian Influenza A (H5N1). World Health
Organization 15 May 2009. Tersedia di :
hüp://www.who.int/csr/disease/avian influenz a
country/cases_table_2009_05_15/en/index
.ht ml). Diunduh tanggal 19 Mei 2009. World
Health Organization. Current WHO phase of
pandemic alert. Tersedia di :
http://www.who.int/cst/diseaselavian_influenz
a/phase/en/index.html. Diunduh tanggal 19 
Mei 2009. 3. Departemen Kesehatan RI.
Indonesia National 
Influenza Pandemic Preparedness Plan 26 September
2005. World Health Organization. New
influenza A(HINI) virus infections: global
surveillance summary, May 2009. Weekly
Epidemiological Record 20, 2009; 84, 173-
179. World Health Organization. WHO
information for laboratory diagnosis of new
influenza A (H1N1) virus in humans 21 May
2009. Tersedia di
http://www.who.int/cst/resources/publications/
swineflu/diagnostic_recommendations/en/inde 
x.html. Diunduh tanggal 23 Mei 2009. 6. Novel
Swine-Origin Influenza A(HINI) Virus 
Investigation Team. Emergence of a novel
swine-origin influenza A (HIN1)
virus in humans. N Engl J Med 2009;
361. DOI: 
10.1056/NEJMoa0903810. 7. World
Health Organization. International 
Health Regulation 2005. Geneva,
2006. 
Shinde V, Bridges CB, Uyeki TM, et al.
Triple-reassortant swine influenza A (H1) in
humans in the United States, 2005-
2009.N Engl J Med 2009; 361. DOI,
10.1056/NEJMoa0903812. Wilkinson T,
Sánchez C. Swine flu is suspected in at
least 149 deaths and 1,995 cases, with
nearly all states reporting infections.
Officials look at what is thought to be the first
case, near a pig farm in 
s. April 28, 2009. 10. World Health Organization. Influenza 
09. Tersedia di: http://www.who.int/csr/don/2009_05_22/en/in 
al 23 Mei 2009. 11. World Health Organization. Influenza 
. Tersedia di: http://www.who.int/csr/don/2009_06_10/en/in 
15 Juni 2009, 12. World Health Organization. 11 Juni 2009. 
iacentre/news/stateme nts/2009/hini_pandemic phase6_20090611/e 
Ivindex.html. Diunduh tanggal 15 Juni 2009,
13. World Health Organization. Pandemic
(HINI) 
2009 briefing note 4. Preliminary
information important for understanding
the evolving situation. Tersedia di:
http://www.who.intcsr/disease/swineflu/not
es/ hini situation_20090724/en/index.html. 
009. 14. World Health Organization. Human infection 
with new influenza A (HIN1) virus: clinical
observations from Mexico and other
affected countries, May 2009. Weekly
Epidemiological 
Record 21, 2009; 84, 185-189. 15. Human
infection with pandemic A (HINI) 
rvations in hospitalized patients, Americas, July 2009 - update. Weekly Epidemiological Record 30, 
United States Centers for Disease Control 
and Prevention. Interim Guidance for
Clinicians on Identifying and Caring for
Patients with Swine-origin Influenza A
(HINI) Virus infection. May 4, 2009.
Tersedia di:
http://www.cdc.gov/hinlllw/identifyingpatient 
s.htm. Diunduh 23 Mei 2009. 17. World
Health Organization. Update on 
gion of the WHO. May 23, 2009. Tersedia di: http://www.euro.who.intinfluenza/AH1N1/20 
090523_1. Diunduh tanggal 22 Juli 2009. 18.
World Health Organization. Pandemic
(HIN1) 
nges in reporting requirements for pandemic (HINI) 

36 
Jur. Peny Mir Indo. Vol.1.1.2009:
29-41 
View publication stats View publication stats 

You might also like