Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

AVA (AKASA VANA ASTHANA): INOVASI HUTAN PANGGUNG UNTUK

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN YANG MENYOKONG


KESEJAHTERAAN HIDUP MANUSIA DAN KELESTARIAN
LINGKUNGAN HIDUP

Nugroho Rinadi Pamungkas1), Eka Ramadhan Hariadhi2), Prihantari Mukti Ibrani3),


Maria Veronika Kartjito4), Frenty Yohana Laurencya Maramis5)
Universitas Airlangga

Abstract
Sustainable development is development activities that can be ongoing and aimed at improving the
quality of human life without life support beyond the ability of the ecosystem. But activities such as
forest conversion to plantations, transmigration settlements, mining and logging, as well as forest
concession are less responsible, contrary to sustainable development. In addition, the development
in the big cities in Indonesia seems to ignore the environmental aspects and has caused ecological
problems and socio-.
Forest Concept Stage AVA (Akasa Vana Asthana) is the answer to the challenge of sustainable
development by providing new forest land as a replacement or an addition to the already deforested
forest area, without constrained by limited land significantly. This concept is preferred to be applied
in urban areas, as it aims to bring back the forest functions and additional functions attached to
them to address ecological problems in urban areas. Our idea is to make the forest above the city
areas which will result in the preservation of the environment and impact on human welfare with
the example is the landscape in the area of Surabaya. However, it is possible to apply this concept
in other major cities in Indonesia.
Keywords: sustainable development, ecological issues, the Forest Stage

1. PENDAHULUAN menyediakan kerangka kerja nasional untuk


Pengertian pembangunan berkelanjutan melakukan upaya pembangunan pelestarian;
yang telah disepakati oleh komisi Brundtland (9) menciptakan kerja sama global (WALHI
adalah pembangunan untuk memenuhi dan WWF, 1993).
kebutuhan sekarang tanpa mengurangi Sekitar dua pertiga dari 191 juta hektar
kemampuan generasi yang akan datang untuk daratan Indonesia adalah kawasan hutan
memenuhi kebutuhan mereka (Askar Jaya, dengan ekosistem yang beragam, mulai dari
2004). Konsep keberlanjutan ini sedikitnya hutan tropika dataran rendah, hutan tropika
mengandung dua dimensi, yaitu dimensi dataran tinggi, sampai hutan rawa gambut,
waktu karena keberlanjutan tidak lain hutan rawa air tawar, dan hutan
menyangkut apa yang akan terjadi di masa bakau/mangrove (Nandika, 2005:1). Hutan
mendatang, dan dimensi interaksi antara yang merupakan satu kesatuan ekosistem
sistem ekonomi dan sistem sumber daya alam berisi sumber daya hayati dan didominasi
dan lingkungan (Jaya, 2004, Yudhi Utomo, et pepohonan, memiliki peranan positif yang
al., 2009). Prinsip-prinsip kehidupan yang beragam disamping sebagai tempat
berkelanjutan, yaitu: (1) menghormati dan pelestarian keanekaragaman hayati di
memelihara komunitas kehidupan; (2) dalamnya. Ditinjau dari keuntungan ekologis,
memperbaiki kualitas hidup manusia; (3) pepohonan dalam hutan dapat menghasilkan
melestarikan daya hidup dan keragaman Oksigen (O2) dari proses fisiologisnya yang
bumi; (4) menghindari sumber daya yang dapat menetralisir efek buruk polutan di
tidak terbarukan; (5) berusaha tidak udara. Secara ekonomis, hutan menghasilkan
melampaui kapasitas yang tidak terbarukan; banyak komoditi baik dari kayu, buah,
(6) mengubah sikap dan gaya hidup orang per maupun bagian pohon yang lain, serta area
orang; (7) mendukung kreativitas masyarakat hutan dapat dijadikan sebagai tempat wisata
untuk memelihara lingkungan sendiri; (8) yang dapat meningkatkan pendapatan daerah

1
hingga Negara. Di samping itu, Dodi Nandika Konsep Hutan Panggung AVA (Akasa
(2005) mengatakan bahwa secara sosial- Vana Asthana) adalah desain alternatif solutif
budaya, bagi masyarakat yang tinggal di dan bersifat visioner untuk pembangunan
sekitar hutan, sumber daya pada dasarnya berkelanjutan di masa depan yang berangkat
bukan saja merupakan sumber pangan, papan, dari kondisi hutan di Indonesia akhir-akhir
dan keperluan rumah tangga lainnya, tetapi ini, yakni untuk menyediakan lahan hutan
juga sumber pengetahuan dan budaya, seperti baru sebagai pengganti atau penambah luas
seni tari, seni lukis, seni pahat, seni batik yang hutan-hutan yang terdeforestasi, tanpa
sangat terpengaruh oleh karakteristik dan dihalangi oleh ketersediaan lahan yang
potensi hutan. semakin lama semakin menipis di berbagai
Sejalan dengan pertambahan penduduk, daerah, terutama di kota-kota besar di
tuntutan pertumbuhan ekonomi, dan Indonesia, yaitu dengan mengisi ruang
lemahnya sistem pengelolaan hutan di angkasa yang kosong. Selain itu untuk
Indonesia, tekanan terhadap sumberdaya “menghadang” dominasi “hutan beton” di
hutan terus meningkat dan hampir-hampir kota-kota besar. Tentu saja hal ini bukan
tidak terkendali. World Bank (1994) berarti memberikan ruang terhadap
melaporkan bahwa laju perusakan hutan di pengerusakan hutan-hutan Indonesia.
Indonesia dalam kurun waktu 25 tahun Tujuan pengajuan gagasan ini adalah:
terakhir mencapai 0,9 juta hektar per tahun, 1. Untuk mengetahui potensi pengembangan
sementara Program Inventarisasi Hutan hutan kota, baik secara ekologis, ekonomis,
Nasional, Departemen Kehutanan mengung- sosial-budaya, dan lain-lain dalam inovasi
kapkan bahwa laju perusakan hutan rata-rata Hutan Panggung AVA, dan
mencapai 0,8 juta hektar per tahun. Pada 2. Untuk mengetahui desain inovasi Hutan
2004, laju kerusakan hutan mencapai 3,6 juta Panggung AVA yang menghadirkan
hektar dengan kerugian tidak kurang dari Rp kembali peranan dan fungsi hutan di
30 triliun. Penyebab deforestasi tersebut wilayah perkotaan sebagai salah satu
terutama adalah: (1) kegiatan konversi hutan wahana pembangunan berkelanjutan di
menjadi perkebunan, transmigrasi, permu- masa depan.
kiman, pertambangan dan lain-lain; (2)
penebangan liar; serta (3) kebakaran hutan 2. METODE
yang hampir setiap tahun. Hal-hal tersebut Dari seluruh lahan di Indonesia yang
sangat mungkin telah memusnahkan puluhan dialokasikan untuk 4 (empat) fungsi hutan,
spesies organisme endemik yang hidup dalam yakni fungsi lindung, fungsi produksi, fungsi
ekosistem hutan (Nandika: 2005:3-4). wisata, serta fungsi suaka, fungsi produksi
menempati posisi terluas dengan 64 juta ha
(Maman Sutisna, 2001). Dalam
mengusahakan hutan produksi, Pemerintah
Indonesia banyak bekerja sama dengan
BUMN maupun BUMS dan kerap
mengeluarkan berbagai Undang-undang
terkait penanaman modal untuk pengusahaan
hutan, di antaranya Undang-undang
Penanaman Modal Asing (UUPMA) dan
Undang-undang Penanaman Modal Dalam
Negeri (UUPMDN) pada tahun 1968. Namun,
meski Pemerintah melakukan intervensi
Gambar 1. Aktivitas Pengerusakan Hutan secara langsung terkait pengusahaan hutan
Alam Indonesia produksi, bukan berarti tidak ada kendala
(Sumber: http://www.greenpeace.org/seasia/id/news/
fonterra_terlibat_kehancuran_hutanindonesia. Diakses yang harus dihadapi.
pada 4 Maret 2013)

2
Pencemaran udara dewasa ini semakin
menampakkan kondisi yang sangat
memprihatinkan. Sumber pencemaran udara
dapat berasal dari berbagai kegiatan antara
lain industri, transportasi, perkantoran, dan
perumahan (lh.surabaya.go.id).

Gambar 2. Sisa hutan Indonesia di Pulau


Kalimantan dan Prediksinya pada 2020
(Sumber:http://awsassets.wwf.or.id/downloads/lembar
_fakta_deforestasi_tanpa_foto.pdf
Diakses pada 1 Maret 2013)
Gambar 4. Kemacetan di Salah Satu Jalan
Sejak tahun 1970-an, sebagian kawasan Raya di Surabaya
hutan harus dihilangkan akibat kebijakan (Sumber:http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2011/0
Pemerintah Provinsi setempat yang 4/13023130591479552050.jpg
bermaksud membuka kebutuhan ruang untuk Diakses pada 1 Maret 2013)
kegiatan non-kehutanan. Kendala lain muncul
dari tindakan konservasi hutan menjadi Adanya arus kendaraan dari daerah-
ladang dan kebun yang dilakukan penduduk daerah pinggiran kota menuju ke pusat kota
sekitar hutan. Selain itu, kurang mampunya dengan jumlah yang sangat besar melebihi
pemegang HPH (Hak Pengusahaan Hutan) kapasitas jalan raya menyebabkan kemacetan.
dalam melakukan pelestarian, adanya Penggunaan kendaraan bermotor dalam
pembalakan liar oleh oknum-oknum tertentu, jumlah besar di sebuah daerah selain akan
serta kurang ketatnya pengawasan aparat menghasilkan emisi gas-gas beracun dalam
untuk melindungi hutan dari tindakan jumlah yang besar, juga akan meningkatkan
eksploitasi merupakan faktor pendukung suhu udara karena akumulasi pelepasan
yang amat kuat untuk menyumbang energi panas. Kondisi-kondisi yang tidak
pemangkasan luas hutan di Indonesia menyenangkan ini akan berpengaruh pada
(Nandika, 2005). perilaku sosial pengendara, sehingga sering
ditemui pengendara yang saling menyerobot,
mudah marah, dan tidak peduli dengan para
pengguna jalan lain.

Gambar 3. Kabut Asap Akibat Polusi yang


Menyelimuti Gedung-gedung di Daerah Gambar 5. Banjir yang Menggenangi Salah
Surabaya Satu Jalan Raya di Surabaya
(Sumber: http://soerya.surabaya.go.id/AuP/e- (Sumber: http://d-onenews.com/wp-
DU.KONTEN/edukasi.net/Peng.Pop/Lingk.Hidup/ content/uploads/2013/01/Banjir-Surabaya.jpg
Polusi/images/udaracemar.jpg Diakses pada 1 Maret 2013)
Diakses pada 1 Maret 2013)

3
Banjir seperti menjadi bencana tahunan C. Konservasi Hutan
terutama di wilayah perkotaan saat musim Konservasi kawasan dan keanekara-
hujan tiba. Salah satu penyebabnya adalah gaman hayati meliputi pengelolaan dan
hilangnya kemampuan tanah untuk menyerap pendayagunaan kawasan konservasi serta
dan menyimpan air, baik karena minimnya pemberdayaan masyarakat sekitar taman
jumlah pepohonan yang mampu menyerap nasional, taman wisata, taman hutan raya,
dan menyimpan debit air dalam tanah, kawasan suaka alam, hutan lindung dan taman
tertutupnya lapisan tanah atas oleh bangunan buru. Sedangkan Hutan Konservasi adalah
beton, dan sebaginya. kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang
mempunyai fungsi pokok pengawetan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
Solusi yang Pernah Ditawarkan ekosistemnya. Sampai tahun 2002, hutan
A. Pengendalian Pencemaran Udara konservasi di Indonesia mencapai luas
Solusi mengatasi kepadatan lalu lintas di 18.344.410 di darat, dan 4.723.273 di laut.
jalan raya dan polusi udara yang Hal itu dapat dilihat pada tabel berikut
ditimbulkannya adalah dengan menerapkan (dishut.jabarprov.go.id).
sistem 3 in 1 (three in one) bagi setiap
kendaraan mobil yang lewat di jalan-jalan Tabel 1.Jumlah dan Jenis-jenis Hutan
tertentu, pada jam-jam sibuk seperti halnya Konservasi (sampai tahun 2002)
Jenis
telah diterapkan di Jakarta. Dengan cara ini Konservasi Konservasi Darat Konservasi Laut
jumlah mobil yang ada di jalanan paling tidak Hutan Unit Luas Unit Luas
berkurang, dan kemacetan bisa dihindari Cagar Alam 169 2.683.898 8 211.555
begitu pula dampak limbah pembuangan asap Suaka
Margasatwa 52 3.526.343 3 65.220
kendaraan bermotor juga berkurang. Bisa Taman Wisata 84 282.086 18 765.762
juga dilakukan penanaman pohon-pohon di Taman Buru 14 225.993 - -
sepanjang jalan di samping membuat teduh, Taman
Nasional 35 11.291.754 6 3.680.936
juga asri dan indah, yang terpenting siang hari Taman Hutan
pohon mengeluarkan oksigen. Semua itu bisa Rakyat 17 334.336 - -
mengantisipasi dampak adanya polusi udara Total 371 18.344.410 35 4.723.473
sesuai dengan penerapan Peraturan (Sumber:http://dishut.jabarprov.go.id/data/arsip/PERLIND
Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang UNGAN%20HUTAN%20DAN%20KONSERVASI%20AL
AM.pdf)
Pengendalian Pencemaran Udara pada 26 Mei
1999 terkait Program Langit Biru (Widyawati Upaya-upaya yang sudah berjalan di atas
Boediningsih, 2011). secara garis besar dapat dikatakan berupa
B. Gerakan 1 Miliar Pohon pembatasan pengeluaran polutan udara dan
Ada beberapa gerakan untuk memper- konservasi hutan. Pembatasan pengeluaran
baiki kondisi lingkungan yang telah polutan amat penting untuk dijalankan,
dicanangkan oleh pemerintah RI, seperti namun tetap saja fungsi hutan sebagai
gerakan 1 juta pohon, one man one tree, dan pengurang polutan menjadi kunci utama.
(baru-baru ini) gerakan 1 miliar pohon. Sementara upaya konservasi hutan akan
Gerakan ini akan menghabisi dana sebesar Rp sangat berkaitan dengan luas lahan yang
27 triliun yang digunakan untuk penanaman tersedia, sehingga kehadirannya diperkotaan
pohon hingga lima tahun ke depan. Dengan yang memiliki lahan terbatas dan padat
dana tersebut pemerintah menargetkan akan penduduk akan kurang optimal. Oleh karena
mendapat hasil berupa mengurangi emisi itu, dibutuhkan solusi alternatif lain yang
karbon hingga 26 persen pada 2020. Suhu di mampu mengatasi permasalahan-permasa-
seluruh dunia akan meningkat hingga 6 lahan tersebut.
derajat celcius jika tidak ada tindakan segera Hutan Panggung AVA sebagai Alternatif
untuk mengurangi emisi karbon dioksida. Baru Pembangunan Berkelanjutan
Global Carbon Project menyatakan, emisi Kata majemuk Akasa Vana Asthana yang
karbon meningkat 29 persen antara tahun digunakan untuk menamai inovasi hutan
2000 hingga 2008 (1miliarpohon.com).

4
panggung ini, ketiga kata yang merupakan intelektual atas persoalan-persoalan aktual di
unsurnya memiliki arti sebagai berikut. Kata tengah masyarakat. Hal ini beranjak dari
Akasa berasal dari bahasa Sanskerta yang pengalaman empiris mengenai permasalahan
artinya ‘tempat terbuka;eter; langit/atmosfer’ ekologis yang dirasakan para penulis di Kota
(Monier-Williams, 1981 dalam Edi Surabaya, tetapi tidak menutup kemungkinan
Sedyawati et al., 1994) atau dalam bahasa untuk pengaplikasian konsep Hutan
Indonesia adalah ‘angkasa’ yang berarti (1) Panggung AVA di kota-kota besar lainnya di
lapisan udara yang melingkupi bumi; (2) Indonesia. Selain itu, peletakkan hutan
awang-awang; udara; langit (Kamus Besar panggung di daerah dekat laut seperti
Bahasa Indonesia, 1988 dalam Edi Sedyawati Kenjeran, di samping berfungsi mengurangi
et al., 1994). Vana juga berasal dari bahasa udara yang panas, juga memiliki nilai wisata
Sanskerta yang artinya adalah ‘hutan; yang tinggi karena pemandangan laut dari
belukar; sejumlah teratai atau tanaman lain ketinggian hutan panggung. Tentang luas dan
yang tumbuh menggerombol; tanah yang ketinggian hutan panggung yang dibangun di
asing atau jauh; wadah dari kayu; awan; mata beberapa daerah tersebut tergantung dari hasil
air (Monier-Williams, 1981 dalam Edi analisis para ahli, potensi bentang darat, serta
Sedyawati et al., 1994). Asthana adalah kata kebijakan pemerintah.
yang berasal dari bahasa Sanskerta yang Pembangunan Hutan Panggung AVA
artinya ‘ruang pertemuan (aula); kumpulan diharapkan mampu menekan tingginya kadar
(pertemuan)’ atau ‘tempat, landasan, ruang polusi udara yang mengalahkan banyaknya
pertemuan, ruang audiensi’ (Monier- volume Oksigen (O2) di Kota Surabaya.
Williams, 1981 dalam Edi Sedyawati et al., Padahal Oksigen (O2) berperan penting dalam
1994) yang kemudian diserap dalam bahasa menyokong kelangsungan hidup berbagai
Indonesia menjadi “istana”, yang berarti organisme biotik. Harapan ini didasarkan
‘rumah kediaman resmi raja (kepala negara, pada kalkulasi bahwa setiap 1m2 ruang
pre-siden) dan keluarganya’ (Ebta Setiawan, terbuka hijau mampu menghasilkan 50,625
KBBI Offline versi 1.3., ©2010-2011). gram O2/m2/hari (Gerakis, 1974 yang
Makna yang ingin disampaikan dari kata dimodifikasi Wisesa, 1988 dalam Niti Sesanti
majemuk Akasa Vana Asthana adalah et. al, 2011). Ini berarti tiap luasan 1 ha, O2
‘tempat, istana, atau rumah kediaman yang per hari yang akan diproduksi oleh pepohonan
amat besar sebagai ruang pertemuan dalam Hutan Panggung AVA ialah sebesar
(keanekaragaman hayati) yang berupa hutan 506.250 gram atau 506,25 kilogram. Jika
di angkasa atau langit (mengawang)’. melihat kebutuhan O2 yang besarnya 0,864
Pengambilan kata dari bahasa Sanskerta kg/jiwa/hari (Herliani, 2007 dalam Niti
hanya bermaksud sebagai upaya menggali Sesanti, et. al., 2011), maka total kebutuhan
kembali nilai-nilai budaya (dalam hal bahasa) O2 per hari di Kota Surabaya yang hingga
yang pernah digunakan oleh nenek moyang Desember 2011 berpenduduk sebanyak
bangsa Indonesia dalam ranah komunikasi 3.023.680 jiwa (ILPDD Kota Surabaya, 2011)
para cendikiawan dan sastrawan pada adalah 3.023.680 x 0,864 = 2612459,52 kg.
babakan-babakan sejarah yang telah silam Perhitungan lebih lanjut yang didapat
yang hingga abad 15 Masehi menjadi sumber dari pembagian total kebutuhan O2 seluruh
pustaka terutama dalam sastra dan agama penduduk di Kota Surabaya dengan massa O2
(Sedyawati et al. 1994: 1-2). yang dihasilkan tiap 1 ha luasan hutan
panggung menunjukkan bahwa luas minimal
Fungsi Ekologis dan Lokasi
Hutan Panggung AVA yang harus dibangun
Beberapa landscape yang dinilai penulis
ialah sekitar 5160,414 ha. Alasan utama
cocok untuk diaplikasikan konsep Hutan
mengapa 5160,414 ha dikatakan sebagai luas
Panggung AVA adalah kawasan Tandes,
minimal adalah bahwa adanya fakta jumlah
Kenjeran, dan kawasan Tugu Pahlawan,
penduduk yang terus meningkat tiap tahun.
Surabaya. Alasan pemilihan landscape
Sehingga sangat perlu untuk mengalokasikan
tersebut adalah sebagai jawaban atas tujuan
luas lahan yang melebihi luas lahan minimal
utama dari PKM-GT, yakni memberikan
yang direkomendasikan. Luas lahan yang
gagasan kreatif-solutif sebagai respons

5
direkomendasikan sebenarnya tidak terlalu jalan dan luas lahan di perkotaan tersebut,
memakan lahan Kota Surabaya, mengingat seorang arsitek dapat menentukan
Kota Surabaya memiliki luas sebesar 52.087 penempatan yang cocok. Selain itu seorang
ha yang meliputi dataran seluas 33.048 ha dan arsitek juga perlu menganalisa aspek
lebih dari 19.000 ha lautan. Ini berarti luas kelayakan dari Hutan Panggung AVA.
Hutan Panggung AVA hanyalah sekitar
B. Kontraktor Bangunan
15,61% dari keseluruhan luas daratan Kota
Seorang kontraktor bangunan memiliki
Surabaya.
peranan dalam menganalisa kelayakan dari
Selain itu, Hutan Panggung AVA juga
Hutan Panggung jika ditinjau dari kekuatan
akan berfungsi sebagai “payung kota” yang
struktur. Analisa yang dilakukan oleh seorang
akan menampung suplai air hujan yang
kontraktor bangunan meliputi (1) analisa daya
menjadi penyebab banjir di kota Surabaya dan
dukung tanah, (2) analisa kekuatan pondasi
mengalirkan kelebihan air yang tidak dapat
sebagai struktur utama bangunan, (3) analisa
ditampung untuk irigasi pertanian di daerah
pengaruh beban hidup seperti manusia, angin,
pinggiran kota, serta disimpan sebagai debit
serta pohon terhadap keseimbangan hutan
air, dan juga pemanfaatan-pemanfaatan
panggung dan (4) proses pemilihan material
lainnya. Hal utama yang harus kita ingat
yang cocok, kuat, berkualitas sebagai elemen
adalah hakikat konsep Hutan Panggung AVA
dalam pembuatan Hutan Panggung AVA.
sebagai ‘hutan panggung’, yang
Selain itu, seorang kontraktor juga yang pada
pembangunannya tidak akan memakan lahan
nantinya merancang sistem perairan pada
dengan jumlah yang berarti. Aktivitas
Hutan Panggung AVA.
pemanfaatan infrastruktur pun tidak akan
terganggu. C. Kementrian Lingkungan Hidup
Peran pemerintah dalam mengimplemen-
Pihak-pihak yang Membantu Mengimple- tasikan hutan panggung adalah membantu
mentasikan Gagasan Ini mewacanakan kepada masyarakat mengenai
konsep Hutan Panggung AVA. Upaya yang
Agar konsep Hutan Panggung AVA dapat
dapat dilakukan oleh pemerintah adalah
terealisasikan, maka pihak-pihak yang
dengan mempromosikan hutan panggung
dilibatkan dalam mengimplementasikan
tersebut melalui sosialisasi kepada
konsep tersebut ada beberapa yang dijelaskan
masyarakat melalui peraturan pemerintah
sebagai berikut.
mengenai adanya hutan panggung tersebut,
A. Arsitek pematenan produk dan legalitas dari kegiatan,
Arsitek memiliki peran yang sangat serta status hukum yang mantap. Dengan
penting dalam mengimplementasikan konsep adanya dukungan dari Pemerintah, maka
Hutan Panggung AVA. Peran pertama program Ruang Terbuka Hijau dalam konsep
seorang arsitek adalah perencanaan Hutan Panggung AVA dapat terealisasikan
implementasi dari konsep Hutan Panggung dengan baik.
AVA yang berisi desain dan struktur dari
D. Dinas Kehutanan
bangunan tersebut. Isi dari desain berupa
Dinas Kehutanan juga mempunyai andil
layout dari konsep Hutan Panggung AVA.
besar dalam mengimplementasikan Hutan
Peran kedua dari seorang arsitek adalah harus
Panggung AVA. Dinas Kehutanan membantu
mampu membuat desain yang fleksibel dan
peran pemerintah dalam
disesuaikan dengan kondisi lingkungan
mengimplementasikan hutan panggung
sekitar. Lahan yang digunakan dalam konsep
tersebut dengan membantu penataan hutan
pembuatan Hutan Panggung AVA harus
dan juga membantu pemerintah dalam
benar-benar mempunyai space atau ruang
menjaga hutan panggung tersebut.
kosong di udara untuk mengimplementasikan
hutan panggung tersebut. Peran ketiga dari E. Konsultan AMDAL
seorang arsitek adalah menganalisa aspek Konsultan AMDAL memiliki peran yang
distribusi keruangan dalam hutan panggung. cukup penting dalam mengimplementasikan
Sehingga dengan bentuk hutan panggung Hutan Panggung AVA, yakni dalam
yang sesuai dengan model bentuk keruangan membuatkan dokumen AMDAL yang berisi

6
mengenai analisis dampak lingkungan
terhadap perencanaan bangunan.

Langkah-Langkah Strategis yang Harus


Dilakukan untuk Mengimplementasikan
Gagasan
Produktivitas Tanah
Sebagai penunjang tegaknya tanaman,
tanah harus cukup kuat sehingga tanaman
dapat berdiri dengan kokoh dan tidak mudah
roboh. Di lain pihak, tanah harus cukup lunak
sehingga akar tanaman dapat berkembang dan
menjalankan fungsinya tanpa mengalami
hambatan yang berarti. Tanah juga harus
mempunyai kedalaman efektif yang cukup
Gambar 6. Bagan Langkah-langkah Strategis
sehingga akar tanaman tidak hanya terpusat untuk Mengimplementasikan Gagasan
pada lapisan atas, karena jika ini terjadi
tanaman akan peka terhadap kondisi Pemilihan Tanaman Pengisi Hutan
kekurangan air dan unsur hara, dan mudah Panggung AVA
tumbang oleh terpaan angin (Titiek Islami dan Perlu diperhatikan juga jenis-jenis
Wani Hadi Utomo 1995). pepohonan yang akan ditanam, sebab
Pembangunan Hutan Panggung AVA perakaran yang terlalu kuat dan sulit
tidak terlepas dari berbagai ancaman yang diarahkan akan merusak konstruksi, namun
dapat menghambat optimalisasi fungsi hutan perakaran yang terlalu lemah pada pohon juga
panggung ini, salah satunya adalah erosi. akan mudah roboh (hutan meranti yang
Erosi dapat disebabkan oleh air maupun terdapat di daerah Kalimantan). Berdasarkan
angin. Tidak dapat dipungkiri bahwa nantinya perawakan dan tapaknya, kebanyakan pohon
butiran hujan yang turun akan langsung dipterocarpaceae berpera-wakan besar (di
menghantam permukaan tanah. Gaya Kalimantan Timur umumnya mencapai tinggi
hantaman yang ditimbulkan menyebabkan 60 meter) dan bertajuk tinggi. Beberapa jenis
lapisan teratas tanah (top soil) yang banyak dipterocar-paceae yang ada dalam hutan alam
mengandung zat hara menjadi terkikis. Selain Kalimantan seperti tempudau (Dipterocarpus
itu, hembusan angin juga dapat membawa cornutus), resak (Vaticca rassak), meranti-
partikel halus di permukaan tanah. Karena merembung (Shorea smithiana), dan
kedua hal ini dapat memperburuk kualitas bangkirai (Shorea laevis). Sejalan dengan
tanah, maka pada lahan di tiap sela pepohonan perkembangan umur, berubah pula pola
akan ditanami rumput untuk memperlambat perakarannya. Pada masa muda jenis-jenis
aliran air permukaan sehingga mengurangi dipterocarpaceae berakar lateral. Kemudian
jumlah tanah yang dibawa. Di samping itu, bertahap membentuk akar vertikal. Akar
tanah yang digunakan ialah tanah yang lateral tumbuh berlanjut melebar, dan ada
berpartikel besar sehingga tidak mudah yang sampai mencapai radius 35 meter
terbawa angin (Foth, 1998:681-682, 689). dengan akar-akar vertikal di bawahnya yang
Selain itu juga perlu diadakan pengecekan dapat mencapai kedalaman 4 meter. Banir-
mutu tanah secara berkala untuk menjaga banir dari pohon dewasa juga merupakan
tanah tetap optimal sebagai media tumbuh lanjutan dari akar lateral (Breyer, 1988, dalam
pepohonan dan berbagai jenis tumbuhan yang Maman Sutisna, 2001: 11). Dari situ bisa
ditanam nantinya. dianalisis bagaimana konstruksi bangunan
yang tepat untuk pepohonan tersebut. Selain
Alur Strategis
itu, sangat penting untuk menerapkan sistem
Berikut ini alur secara umum dari
tebang-pilih tanam dalam kurun waktu
tahapan-tahapan yang akan dilalui untuk tertentu, untuk menghin-dari kerusakan
mengimplementasikan konsep Hutan konstruksi akibat partum-buhan akar yang
Panggung AVA.

7
menjadi amat besar dan kuat, di samping juga
pemanfaatan hasil-hasil hutannya.
Gagasan yang Diajukan
Konsep Hutan Panggung AVA adalah
desain alternatif solutif dan bersifat visioner
untuk pembangunan berkelanjutan di masa
Gambar 8a. Gambar 8b.
depan yang berangkat dari kondisi hutan di
Maket Peletakan Hutan Panggung AVA
Indonesia akhir-akhir ini, yakni untuk
(Akasa Vana Asthana) Berbentuk Persegi
menyediakan lahan hutan baru sebagai
Panjang Bertingkat (8a) dan Oval Bertingkat
pengganti (penambah) luas hutan-hutan yang
(8b) di Kota Surabaya
terdeforestasi, tanpa dihalangi oleh keterse-
diaan lahan yang semakin lama semakin
Hutan Panggung AVA dapat digolongkan
menipis di berbagai daerah yang memiliki
ke dalam definisi Hutan Konservasi yang
hutan di Indonesia. Tentu saja hal ini bukan
lebih spesifik lagi merupakan Kawasan hutan
berarti memberikan ruang terhadap pengeru-
Pelestarian Alam (KPA), yaitu hutan dengan
sakan hutan-hutan Indonesia. Idealnya adalah
ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi
mempertahankan kelestarian hutan Indonesia
pokok perlindungan sistem penyangga
dan menambah lahan hutan baru karena
kehidupan, pengawetan keanekaragaman
semakin meningkatnya jumlah penduduk.
jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan
Namun kemudian konsep ini dibawa
secara lestari sumber daya alam hayati dan
untuk diaplikasikan di wilayah perkotaan
ekosistemnya.
yang memang sangat sedikit sekali atau
Kawasan hutan Pelestarian Alam (KPA)
bahkan tidak tersedia kawasan ruang hijau
dapat berupa Taman Nasional (TN), Taman
apalagi sebuah hutan. Hal ini dengan tujuan
Hutan Raya (TAHURA) dan Taman Wisata
untuk menghadirkan kembali fungsi-fungsi
Alam (TWA). Sedangkan Hutan Panggung
hutan, terutama secara ekologis agar
AVA (Akasa Vana Asthana) lebih tepat
membantu mengatasi permasalahan-permasa-
digolongkan ke dalam Taman Hutan Raya
lahan lingkungan yang ada di perkotaan
(TAHURA) karena sesuai dengan definisinya
(seperti polusi udara karena emisi gas–gas
sebagai kawasan pelestarian alam untuk
beracun, banjir akibat suplai air hujan dan
tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang
sekaligus penyimpan debit air, isu-isu global
alami atau bukan alami, jenis asli atau bukan
warming, serta menambah suplai oksigen di
jenis asli yang dimanfaatkan bagi kepentingan
perkotaan); secara ekonomis dengan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
mengoptimalkan nilai-nilai ekono-misnya
penunjang budidaya tumbuhan dan atau
(seperti pemanfaatan hasil hutan secara
satwa, budaya, pariwisata dan rekreasi.
bertanggung jawab, sebagai wahana wisata
Pengelolaan Kawasan Taman Hutan Raya
baru, dan sebagainya); serta secara sosial-
dilakukan oleh Pemerintah
budaya (seperti mendukung stabilitas sosial
(dishut.jabarprov.go.id, diakses pada 25
karena lingkungan yang menjadi nyaman, dan
Februari 2013 pukul 01:00 WIB).
sumber pengetahuan dan budaya).
Teknik Implementasi yang Akan
Dilakukan
Tahap-tahap dalam pengimplementasian
gagasan ini adalah sebagai berikut. (1)
Adanya kesinergisan antar stakeholders yang
mampu mewujudkan konsep Hutan Panggung
Gambar 7a. Gambar 7b. AVA, yakni Kementrian Lingkungan Hidup,
Maket Peletakan Hutan Panggung AVA para pakar sosial , lingkungan, dan kehutanan,
(Akasa Vana Asthana) Berbentuk Persegi swadaya masyarakat setempat, serta pihak-
Panjang (7a) dan Oval (7b) di Kota Surabaya pihak teknis: arsitek dan kontraktor; (2)
Kementrian Lingkungan Hidup selaku
pemegang wewenang tertinggi dalam

8
mengurusi sistem lingkungan hidup di sebagai sarana wisata, karena sifat
Indonesia diharapkan mampu membuat keunikan dan kemanfaatannya.
sebuah rancangan besar (grand design) mulai 3. Selain dari fungsi-fungsi di atas, hutan
dari kebijakan, pola dan alur panggung ini masih memiliki fungsi –
pengimplementasian gagasan, serta fungsi yang dimiliki oleh hutan pada
bekerjasama dengan para stakeholder; (3) umumnya, yang antara lain adalah
Sosialisasi yang jelas kepada khalayak umum, sebagai area yang melestarikan
terutama masyarakat di sekitar lokasi keanekaragaman hayati dan
pembangunan, serta membuka peluang menghasilkan sumber-sumber ekonomis
kerjasama seluas-luasnya demi terealisasinya hutan. Fungsi tambahan yang dimiliki
gagasan serta penerimaan kemanfaatan adalah potensinya sebagai “payung kota”
bersama; (4) Pengecekan secara rutin serta yang menampung air hujan dan
perawatan dan peremajaan Hutan Panggung mengalirkan kelebihan airnya untuk
AVA untuk terus menjaga kelestariannya. irigasi pertanian di daerah pinggiran kota.
Hendaknya Hutan Panggung AVA 4. Di sisi lain hutan panggung ini masih
dibangun lebih memanjang pada bagian utara- memberikan fungsi di bidang sosial-
selatan daripada bagian timur ke barat. Hal ini budaya, misalnya mendukung stabilitas
karena mengingat bahwa adanya suplai sinar sosial dan memberi pengetahuan dan
matahari yang bisa diterima sangat penting inspirasi dalam pembuatan karya seni.
sebagai salah satu syarat lingkungan hidup
yang sehat. Oleh karenanya konstruksi hutan 5. REFERENSI
panggung hendaknya tidak memanjang dari [1] Anonim. Gerakan 1 Miliar Pohon “dan
arah timur-barat sehingga daerah di bawah Amanah UUD 1945” dalam
hutan panggung tidak selalu dan secara http://www.1miliarpohon.com/gogreen/g
permanen dibayang-bayangi hutan panggung erakan-1-miliar-pohon-dan-amanah-
di atasnya. Konstruksi hutan juga dibuat uud-1945. Diakses pada 4 Maret 2013
berlubang di tengahnya agar sinar matahari pukul 18.09 WIB.
dapat menembus sampai ke daerah di bawah [2] Anonim. Informasi Laporan
hutan panggung. Hal lain yang perlu Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
diperhatikan adalah sistem pengaliran dan (ILPDD) kota Surabaya Tahun 2011.
penyimpanan air yang tepat, sesuai dengan Dalam
kebutuhan hutan panggung dan manfaat yang www.surabaya.go.id/files.php?id=623
ingin dihasilkan, yakni sebagai “payung diakses pada 4 Maret 2013 pukul 18.02
kota”. WIB.
[3] Anonim. Lembar Fakta. Oleh WWF
4. KESIMPULAN (World Wide Fund for Nature) dalam
Apabila program ini berjalan, maka dapat http://awsassets.wwf.or.id/downloads/le
diprediksikan hal-hal berikut ini. mbar_fakta_deforestasi_tanpa_foto.pdf
1. Tatanan kota menjadi lebih rapi dan (diakses pada 1 Maret 2013 pukul 17.02
teratur karena banyak lahan yang dapat WIB).
digunakan untuk hunian dan pelebaran [4] Anonim. Perlindungan Hutan dan
jalan yang akan memudahkan akses Konservasi Alam. Dalam
transportasi, tanpa meninggalkan http://dishut.jabarprov.go.id/data/arsip/
kehadiran hutan di salah satu wilayah PERLINDUNGAN%20HUTAN%20DAN
Kota Surabaya tanpa mengurangi lahan %20KONSERVASI%20ALAM.pdf,
yang digunakan. diakses pada 25 Februari 2013 pukul
2. Dengan terwujudnya Hutan Panggung 01:00 WIB).
AVA (Akasa Vana Asthana) ini, selain [5] Boediningsih, W. 2011. Dampak
sebagai penghijauan dan sebagai sumber Kepadatan Lalu Lintas terhadap Polusi
oksigen serta pengurang polusi udara Udara Kota Surabaya. Jurnal Fakultas
yang dihasilkan kota di bawahnya, juga Hukum Volume XX, No. 20, Surabaya:
akan menjadi tempat yang potensial Fakultas Hukum Universitas Narotama.

9
Dalam [15] W., Alex Tri Kantjono (alih bahasa).
ejournal.narotama.ac.id/files/8%20Widy 1993. Bumi Wahana: Strategi Menuju
awati.pdf diakses pada 2 Maret 2013 Kehidupan yang Berkelanjutan,
pukul 10.54 WIB diterbitkan dengan kerjasama oleh
[6] Ebta Setiawan, KBBI Offline versi 1.3., WALHI dan WWF. Gramedia Pustaka
©2010-2011. Utama. Jakarta.
[7] Foth, H.D. (alih bahasa: Endang Dwi
Purbayanti, dkk). 1988. Dasar-dasar
Ilmu Tanah (edisi ketujuh). Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.
[8] Islami, T. dan Utomo, W. H. 1995.
HUbungan Tanah, Air dan Tanaman.
IKIP Semarang Press. Semarang.
[9] Jaya, A. 2004. Konsep Pembangunan
Berkelanjutan (Sustainable
Development), Tugas Individu Pengantar
Falsafah Sains (PPS-702) Semester
Ganjil 2004. Bogor: Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Dari:
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._P
END._LUAR_SEKOLAH/195207251978
031-ACE_SURYADI/askar_jaya.pdf
diakses pada 3 Maret 2013 pukul 09.54
WIB.
[10] Nandika, D. 2005. Hutan bagi
Ketahanan Nasional. Muhammadiyah
University Press. Surakarta.
[11] Sedyawati, E., et al. 1994. Kosakata
Bahasa Sanskerta dalam Bahasa Melayu
Masa Kini. Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
[12] Sesanti, N, et. al. 2011. Optimasi Hutan
sebagai Penghasil Oksigen Kota Malang,
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 3,
Nomor 1, Juli 2011. Dalam
http://tatakota.ub.ac.id/index.php/tatakot
a/article/download/131/129 diakses pada
4 Maret 2013 pukul 17.40 WIB.
[13] Sutisna, M. 2001. Silvikultur Hutan
Alami di Indonesia. Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi.
[14] Utomo, Y, et al. 2009. Pendidikan
Lingkungan Hidup: untuk SMA kelas XII.
Malang: Pusat Penelitian Lingkungan
Hidup, Lembaga Penelitian Universitas
Negeri Malang. Dari
http://lh.surabaya.go.id/PLH/Buku%20P
LH%20Kelas%2012%20SMA.pdf
diakses pada 3 Maret 2013 pukul 10.34
WIB.

10

You might also like