1 PB PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Peranan Komunikasi dalam Kepemimpinan Organisasi di Dinas

Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga


Oleh :
ROSITA MEGAWATI LUMBANTOBING
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ross_little99@yahoo.com

Abstract
“The role of communication in organizational leadership” is the title of
this thesis, subbed with “Descriptive study of the role of communication in
organizational leadership at Sibolga Agency of Culture Tourism Youth and
Sporst” It aims at finding out the role of communication in organizational
leadership at Sibolga Agency of Culture Tourism Youth and Sporst. This research
applies descriptive-qualitative method, i.e. a type of research to describe
phenomenons, facts or happenings systematically and accurately of the research
and to analyze the truth as well based on the obtained data. Data collection is
worked through interview and observation which are the materials for analysis
using interpretation. Six government officials, who are posted structural heads of
The Sibolga Agency of Culture Tourism Youth and Sporst, are the informants of
this research. Sampling technique is purposive sampling, placing the Head of the
Agency as the key informant and five other officials as common informants –
Secretary and four Division Heads. Through descriptive analysis, thirteen themes
are gained as the result of the communication role in organizational leadership at
Sibolga Agency of Culture Tourism Youth and Sporst. They are : (1) Arousing
Understanding, (2) Giving Pleasure, (3) Changing Attitude, (4) Managing the
Harmony, (5) Producing Action, (6) Trusting Each other, (7) Teamwork Spirit, (8)
Respecting Status and Role, (9) Human Resources Optimalization, (10) Time
Efficiency, (11) Motivating, (12) Bureucracy, and (13) Problem Solving. The
research shows that communication plays a significant role in organizational
leadership, and it can be concluded that the role of communication in
organizational leadership at Sibolga Agency of Culture Tourism Youth and Sporst
runs effectively in the same line with the five effective communication indicators
(Suranto AW 2005 : 105) i.e. : (1) Understanding, (2) Pleasure, (3) Behavioural
Changing, (4) relationship, and (5) (Action).
Keywords: Communication, Leadership, Sibolga Agency of Culture Tourism
Youth and Sporst

Pendahuluan
Latar Belakang
Efektivitas organisasi terletak pada efektivitas komunikasi, sebab
komunikasi itu penting untuk menghasilkan pemahaman yang sama antara
pengirim informasi dengan penerima informasi pada semua tingkatan/level dalam
organisasi. Kelancaran semua kegiatan organisasi akan dapat terganggu jika
terdapat suatu masalah yang menyangkut komunikasi, dan apabila terjadi masalah
dalam komunikasi maka dikhawatirkan akan memberikan dampak yang buruk
bagi organisasi tersebut. Komunikasi ibarat sistem yang menghubungkan antar

1
orang, antar bagian dalam organisasi, atau sebagai aliran yang mampu
membangkitkan kinerja orang-orang yang terlibat di dalam organisasi tersebut.
Menurut Everett M. Rogers (dalam Suranto AW, 2005 : 15) memberikan
definisi bahwa : Komunikasi ialah proses yang didalamnya terdapat sesuatu
gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk
mengubah perilakunya. Peranan komunikasi tidak saja sebagai sarana atau alat
bagi pimpinan untuk menyampaikan informasi, misalnya tentang suatu kebijakan,
melainkan juga sebagai sarana untuk menciptakan hubungan yang baik diantara
pimpinan dengan pengawainya. Suatu organisasi tidak dapat melaksanakan
fungsinya tanpa adanya komunikasi dan bahkan lebih dari itu organisai tidak
dapat berdiri tanpa komunikasi. Oleh karena itu komunikasi memiliki peranan
yang sangat penting dalam organisasi. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik
untuk meneliti bagaimana peranan komunikasi dalam organisasi di Dinas
Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Pemko Sibolga.

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan dan membahas bagaimana peranan
komunikasi dalam kepemimpinan organisasi di Dinas Kebudayaan
Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga.
2. Untuk mengetahui jaringan komunikasi yang berlangsung di Dinas
Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga.
3. Untuk mengetahui metode komunikasi yang dilakukan di Dinas
Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga.
4. Untuk mengetahui hambatan komunikasi yang terjadi di Dinas
Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Pemko Sibolga.

Kajian Literatur
Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi adalah proses pengiriman dan penerimaan berbagai
pesan organisasi di dalam organisasi baik yang terjadi di dalam kelompok formal
maupun kelompok informal di dalam organisasi (Safaria, 2004 : 133). Goldhaber
(Muhammad, 2009 : 67) memberikan definisi komunikasi organisasi sebagai
berikut : “organizational communication is the process of creating and
exchanging message within a network of interdependent relationship to cope with
environmental uncertainty.” Dalam definisi ini terlihat bahwa komunikasi
organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu
jaringan hubungan yang saling tergantung sama lain untuk mengatasi lingkungan
yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah.

Jaringan Komunikasi Organisasi


Peranan individu dalam sistem komunikasi ditentukan oleh hubungan
struktur antara satu individu dengan individu lainnya dalam organisasi. Hubungan
ini ditentukan oleh pola hubungan interaksi individu dengan arus informasi dalam
jaringan komunikasi. Secara umum jaringan komunikasi ini dapat dibedakan atas
jaringan komunikasi formal dan jaringan komunikasi informal.

2
Jaringan Komunikasi Formal
Jaringan komunikasi formal (Muhammad, 2009 : 107) mencakup susunan
tingkah laku organisasi, pembagian departemen maupun tanggung jawab tertentu,
posisi jabatan, dan distribusi pekerjaan yang ditetapkan bagi anggota organisasi
yang berbeda. Pesan mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki
resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan. Menurut (AW Suranto, 2005 : 39)
komunikasi formal ialah proses penyampaian pesan dengan memanfaatkan
saluran-saluran formal yang tersedia di dalam organisasi perkantoran. Saluran
formal disini tidak lain adalah saluran birokrasi yang telah tersusun secara hirarkis
sesuai dengan struktur organisasi di kantor itu. Ada tiga bentuk utama dari arus
pesan dalam jaringan komunikasi formal yaitu :
a. “Downward Communication” atau komunikasi kepada bawahan.
b. “Upward Communication” atau komunikasi kepada atasan
c. “Horizontal Communication” atau komunikasi horizontal.
a. Komunikasi ke bawah
Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari atas ke
bawah. Komunikasi ke bawah biasanya diberikan oleh pimpinan kepada bawahan
atau kepada para anggota organisasi dengan tujuan untuk memberikan pengertian
mengenai apa yang harus dikerjakan oleh para anggota sesuai dengan
kedudukannya. Pesan-pesan tersebut dapat dijalankan melalui kegiatan:
pengarahan, petunjuk, perintah, teguran, penghargaan, dan keterangan umum.
b. Komunikasi ke atas
Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawah ke atas, yakni
pesan yang disampaikan oleh para anggota organisasi/ bawahan kepada pimpinan.
Komunikasi ini dimaksudkan untuk memberikan masukan, saran atau bahan-
bahan yang diperlukan oleh pimpinan agar pimpinan dapat melaksanakan fungsi
dengan sebaik-baiknya.
c. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal atau mendatar terjadi diantara orang-orang yang
mempunyai kedudukan sederajat atau satu level. Pesan yang disampaikan
biasanya berhubungan dengan tugas-tugas, tujuan kemanusiaan, saling memberi
informasi, penyelesaian konflik, dan koordinasi. Koordinasi diperlukan untuk
mencegah tendensi-tendensi, selain itu juga dimaksudkan untuk memelihara
keharmonisan dalam organisasi (Muchlas, 2005: 281).
Jaringan Komunikasi Informal
Jaringan komunikasi informal tidaklah direncanakan dan biasanya tidak
mengikuti struktur formal organisasi. Menurut (AW Suranto, 2005 : 42),
komunikasi informal adalah penyampaian dan penerimaan pesan yang
berlangsung secara tidak resmi dan tidak terikat saluran-saluran birokrasi formal
yang tersedia di dalam organisasi perkantoran. Pada umumnya, komunikasi
informal ini merupakan ungkapan kepentingan pribadi yang tidak relevan apabila
disampaikan secara formal.
Kepemimpinan
Kepemimpinan (Liliweri, 2004: 24) adalah kemampuan seorang pemimpin
melalui kekuasaan dan kewenangan yang dia miliki atau melalui perilaku yang dia
tampilkan sehingga bisa mempengaruhi (mengubah) perilaku para pengikutnya.
Kepemimpinan yang efektif diperlukan untuk mengemudikan dan mengendalikan

3
jalannya organisasi sedemikian rupa sehingga organisasi tersebut tetap berada
pada rel yang benar. Menurut Joseph C. Rost (dalam Safaria, 2004 : 3),
kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara
pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang
mencerminkan tujuan bersamanya.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif yang menggambarkan
fenomena tertentu pada saat penelitian dilakukan dimana data-data dikumpulkan
dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan, memo dan
dokumen resmi lainnya. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2006 : 3-5),
metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis/lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Menurut (Zuriah, 2003: 31), penelitian dengan menggunakan metode deskriftif
adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta
atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi
atau daerah tertentu. Sementara menurut Whitney (dalam Moh. Nazir, 2003 : 16),
metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat terhadap
masalah-masalah dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi
tertentu yang berupa fenomena.
Subjek Penelitian
Peneliti kualitatif sering mengistilahkan subjek penelitian atau responden
dengan informan (Idrus, 2009 : 91). Subjek dalam penelitian ini akan menjadi
informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama
proses penelitian. Informan penelitian ini meliputi informan kunci dan informan
biasa. Informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas Kebudayaan
Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Budparpora) Kota Sibolga sedangkan informan
biasa dalam penelitian ini adalah sekretaris, dan empat orang kepala bidang di
Dinas tersebut sehingga keseluruhan dari informan berjumlah 6 orang.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terbagi dalam 2 sumber, yaitu
data primer dan data sekunder. Data-data tersebut adalah sebagai berikut:
A. Data Primer
Adapun cara untuk mendapatkan data primer yaitu menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
1. Wawancara mendalam (Indepth interview). Wawancara yang digunakan
terhadap Informan adalah wawancara semistruktur (semistructur
Interview). Menurut (Sugiyono, 2010 : 73) jenis wawancara ini sudah
termasuk dalam kategori indepth interview, dimana dalam pelaksanaannya
lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur.
2. Observasi, yaitu kegiatan mengamati secara langsung tanpa mediator
sesuatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek
tersebut (Kriyantono, 2007 : 106). Jenis observasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah observasi non partisipan.
B. Data Sekunder
Adapun cara untuk mendapatkan data sekunder antara lain :
1. Dokumentasi, teknik dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data
sekunder dengan mempelajari sejumlah dokumen, catatan, laporan dan

4
sebagainya yang merupakan rekaman peristiwa dengan permasalahan
penelitian.
2. Studi Kepustakaan, yaitu dengan cara mengumpulkan data yang ada
mengenai permasalahan dengan membaca atau mencari literature yang
relevan dengan judul penelitian seperti buku-buku, artikel, makalah,
dan lain-lain yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Analisis Peranan Komunikasi dalam Kepemimpinan Organisasi
Dari hasil penelitian dan observasi yang dilakukan diperoleh data tentang
peranan komunikasi dalam kepemimpinan di Dinas Budparpora adalah sebagai
berikut :
1 Menimbulkan Pemahaman
Pemahaman dalam berkomunikasi ialah kemampuan memahami pesan secara
cermat sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator. Dalam hal ini komunikasi
dikatakan efektif apabila mampu memahami secara tepat. Sedang komunikator
dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan secara cermat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabid Pariwisata mengatakan bahwa :
“Setiap ada hal-hal yang mau ditindaklanjuti, kita langsung turunkan ke
bawahan. Karena kita juga memberikan informasi sesuai bidang masing-
masing, mereka langsung paham dan mengerti apa-apa yang dikerjakan.”
2. Menimbulkan Kesenangan
Kesenangan diartikan apabila proses komunikasi itu selain berhasil
menyampaikan informasi, juga dapat berlangsung dalam suasana yang
menyenangkan kedua belah pihak. Sebenarnya tujuan berkomunikasi tidaklah
sekedar transaksi pesan, akan tetapi dimaksudkan pula untuk saling interaksi
secara menyenangkan untuk memupuk hubungan antar pegawai. Adapun hasil
wawancara penulis dengan Sekretaris mengatakan bahwa:
“Setelah menyampaikan pesan kepada bawahan, pada dasarnya mereka
senang, menyelesaikan tugasnya. Kadang-kadang ide datang dari mereka,
inovasi para Kabid dalam pelaksanaan tugas cukup baik. Datangnya ide
dari bawah.”
3. Merubah Sikap
Pengaruh pada sikap dapat diartikan apabila seorang komunikan setelah
menerima pesan kemudian sikapnya berubah sesuai dengan makna pesan itu.
Tindakan mempengaruhi orang lain merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari
di perkantoran. Dalam berbagai situasi kita berusaha mempengaruhi sikap orang
lain dan berusaha agar orang lain bersikap positif sesuai keinginan kita. Adapun
hasil wawancara penulis dengan Kabid Olahraga mengatakan bahwa:
“Pada saat apel, saya menyampaikan terimakasih atas kehadiran PNS,
memotivasi kehadiran dan disiplin PNS supaya ditingkatkan, selain itu
juga agar memakai atribut setiap pelaksanaan apel, kalau ada kegiatan ke
depannya, kita arahkan agar dapat dihadiri…..Kehadiran pegawai pada
umumnya bertambah setelah diingatkan.”
4. Membina Hubungan yang Baik
Dalam proses komunikasi yang efektif secara tidak sengaja meningkatkan
kadar hubungan interpersonal. Di lingkungan perkantoran, sering sekali
komunikasi dilakukan bukan untuk menyampaikan informasi atau mempengaruhi

5
sikap semata, tetapi sebaliknya kadang-kadang terdapat maksud implisit, yakni
untuk membina hubungan baik. Hasil wawancara dengan Sekretaris mengatakan
bahwa :
“Selain di lingkungan kerja, kita juga berkomunikasi dengan bawahan
pada saat berada di kantin, makan bersama, kadang-kadang waktu
senggang minum bersama. Hal ini merupakan salah satu himbauan dari
pimpinan agar menjalin hubungan kekeluargaan dalam melaksanakan
tugas-tugas.”
5. Menghasilkan Tindakan
Seorang komunikator memerlukan adanya mekanisme umpan balik
sehingga mereka tahu apakah pesannya sudah dipahami oleh komunikan. Umpan
balik yang dimaksudkan disini adalah tindakan para komunikan setelah menerima
pesan dari komunikator. Dalam hal ini penyerahan laporan hasil pelaksanaan
tugas maupun kegiatan yang telah dilaksanakan oleh bawahan dan pemberian
saran pertimbangan dari bawahan pada saat pelaksanaan rapat koordinasi sebagai
bahan perumusan kebijakan. Seperti diungkapkan oleh Kabid Kepemudaan
sebagai berikut :
“Pada saat pimpinan memberi tugas, kita tanggapi dengan baik, kita jalankan
sesuai dengan perintah, dan apabila ada kendala melapor kembali kepada
pimpinan, sama-sama mencari solusi.”
6. Mendorong saling mempercayai
Hal lain yang dapat disimpulkan dari hasil wawancara dengan Kepala
Dinas Budaparpora adalah bahwa komunikasi itu dimulai dari suasana saling
percaya yang diciptakan antara komunikator dan komunikan. Komunikasi yang
diliputi rasa saling percaya antara atasan dan bawahan ditunjukkan dengan
pemberian tugas dan tanggung jawab oleh atasan kepada bawahan serta
pendelegasian wewenang kepada bawahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari
keterangan beliau :
“Aku kasih kewenangan 100 %, termasuk kewenangan anggaran. ……..
orang kalau dipercaya mereka akan malu menipu. Tapi berusaha
jujur…..yang bahaya kalau percaya setengah-setengah. Kita tipu mereka,
mereka akan tipu kita. Tapi kalau bulat-bulat kewenangan itu kita
percayakan akan bagus.”
7. Memelihara Teamwork
Organisasi merupakan tempat berkumpulnya orang-orang dengan tujuan
bersama. Sama halnya dengan Dinas Budparpora Kota Sibolga, tujuan bersama itu
ada, dan harus tetap dijaga agar pencapaiannya dapat diraih secara bersama pula.
Sehubungan dengan hal ini, Kepala Dinas mengatakan bahwa :
“Kita harus paham bahwa keberhasilan organisasi ini adalah
keberhasilan bersama. Bukan keberhasilan pribadi. Karena keberhasilan
bersama, apapun hasilnya nikmatilah bersama.
8. Menghargai Status dan Peran
Arus komunikasi dari pimpinan ke bawahan di Dinas Budparpora juga
diupayakan agar tetap dalam koridor saling menghargai. Setidaknya demikian
menurut Kepala Dinas :
“Pimpinan itu harus sadar betapa pentingnya pekerjaan tukang antar
surat itu. Sebuah acara bisa sukses karena ada tukang antar surat. Jadi
jangan pernah anggap sepele seorang tukang antar surat, seorang

6
arsiparis… Hargailah mereka, semua punya peran yang sangat penting
karena ini sistem. Satu saja berulah maka rusaklah pekerjaan ini.”
9. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Komunikasi yang berlangsung dari pimpinan ke bawahan juga mempunyai
maksud agar bawahan dapat bekerja dan berfungsi sesuai dengan minat dan
kemampuan bawahan tersebut. Penempatan dan penugasan seseorang selalu
didasarkan kepada latar belakang dan kompetensi yang dia miliki. Hal inilah yang
dinyatakan oleh Kepala Dinas seperti di bawah ini :
“Berikan pekerjaan sesuai hobinya, sesuai the right man on the right
place. Bakat, minat dan kemampuan. Semua staf dengan karakter masing-
masing perlu dan penting. Jadi kita butuh orang lapangan, kita butuh
orang administrasi… di dinas ini semua diberdayakan, tergantung
pimpinan itu memberikan pkerjaan apa, sesuai minat anggotanya. Semua
orang itu berfungsi, bermanfaat. Tempatkanlah seseorang itu sesuai bakat
dan minat.”
10. Menghemat Waktu
Dengan memanfaatkan saluran komunikasi yang ada, serta tanpa
melakukan penundaan penyampaian informasi dari atas ke bawah, maka waktu
yang dibutuhkan untuk penyampaian pesan dan bagaimana agar pesan itu
dipahami juga semakin singkat dan cepat. Hal ini ditegaskan oleh Kabid
Pariwisata :
“Setiap ada hal-hal yang mau ditindaklanjuti, kita langsung turunkan ke
bawahan. Karena kita juga memberikan informasi sesuai bidang masing-
masing, mereka langsung paham dan mengerti apa-apa yang dikerjakan.”
11. Membangkitkan motivasi
Pimpinan di Dinas Budparpora menyadari betul arti penting dari motivasi
dalam sebuah organisasi. Tentu saja motivasi para pegawai harus terus
ditingkatkan demi menjaga konsistensi kerja. Penyampaian pesan-pesan untuk
membangkitkan motivasi ini terjadi di saat pelaksanaan apel, seperti dikatakan
oleh Kabid Olahraga :
“Dalam apel, saya sampaikan terimakasih atas kehadiran PNS,
memotivasi mengenai kehadiran dan disiplin, agar memakai atribut setiap
pelaksanaan apel, supaya ke depan ditingkatkan.”
12. Menjalankan birokrasi
Sebagai organisasi formal, maka aliran informasi terutama sebelum
mengeksekusi sebuah tindakan harus melalui beberapa tahapan sebelum tiba pada
pengambilan keputusan. Kabid Pariwisata mengatakan bahwa :
“Sistim pelaporan, biasanya kita terima disposisi dari Kadis minta saran
pendapat, kalau anggaran sudah ada kita sampaikan ke Kadis untk
dilaksanakan, lalu Kadis perintahkan untuk dikerjakan sesuai dengan SK
yang disusun Kabid dan diketik oleh Kepala Seksi. Kita sampaikan ke
Sekretaris untuk diperiksa, lalu diteruskan ke Kadis. Di SK itu harus ada
paraf dari Kepala Seksi, Kabid, dan Sekretaris, barulah bisa sampai ke
Kadis.”
13. Menyelesaikan masalah
Pelaksanaan tugas-tugas di Dinas Budparpora ini tidak lepas dari masalah.
Namun penyelesaian masalah selalu dicoba ditangani dengan cara

7
mengkomunikasikannya terlebih dahulu dengan pimpinan, seperti dijelaskan oleh
Kabid Kepemudaan:
“Yang dikomunikasikan tentang bagaimana memajukan kantor ini
khususnya di bidang Kepemudaanan, bagaimana membina, menjalin
hubungan yang baik dengan semua OKP-OKP di Sibolga, kemudian
kreatifitas Kepemudaan bagaimana supaya Kepemudaan itu kreatif. Pada
saat pimpinan beri tugas, kita tanggapi dengan baik, kita jalankan sesuai
dengan perintah, dan apabila ada kendala melapor kembali kepada
pimpinan, sama-sama mencari solusi.”

Pembahasan
Sesuai dengan hal di atas, maka dalam penelitian ini penulis telah
memperoleh 13 (tigabelas) tema-tema yang merupakan hasil dari peranan
komunikasi dalam kepemimpinan organisasi di Dinas Kebudayaan Pariwisata
Kepemudaan dan Olahraga Kota Sibolga. Ditinjau dari sudut persepsi, maka
komunikasi yang terjadi di lingkungan Dinas Budparpora menunjukkan bahwa
aliran pesan yang terjadi tidak hanya sebatas jaringan komunikasi formal, tapi
juga komunikasi informal. Komunikasi interpersonal tersebut tidak semata-mata
hanya ditentukan oleh hierarki resmi organisasi tapi juga diakibatkan oleh adanya
rasa kekeluargaan yang baik, ditambah oleh rasa percaya antara satu sama lain,
walaupun keseluruhannya masih didominasi oleh jaringan formal seperti
ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3 Analisis Jaringan Komunikasi


NO TEMA FORMAL INFORMAL
1 Menimbulkan Pemahaman √
2 Menimbulkan Kesenangan √ √
3 Merubah Sikap √ √
4 Membina Hubungan yang Baik √ √
5 Menghasilkan Tindakan √
6 Mendorong saling mempercayai √ √
7 Memelihara Teamwork √ √
8 Menghargai Status dan Peran √ √
9 Pemberdayaan Sumber Daya Manusia √
10 Menghemat Waktu √
11 Membangkitkan motivasi √
12 Menjalankan birokrasi √
13 Menyelesaikan masalah √ √
Sumber : Hasil wawancara, April 2013

Dengan adanya dominasi jaringan komunikasi formal di atas, maka


terciptalah metode penyampaian pesan yang mengikuti garis komunikasi atasan
kepada bawahan (downward communication), komunikasi kepada atasan (upward
communication), dan komunikasi horizontal (horizontal communication).

Tabel 4.4 Jaringan Komunikasi Formal


NO TEMA DOWNWARD UPWARD HORIZONTAL
1 Menimbulkan Pemahaman √ √
2 Menimbulkan Kesenangan √ √
3 Merubah Sikap √
4 Membina Hubungan yang Baik √ √ √

8
5 Menghasilkan Tindakan √
6 Mendorong saling mempercayai √ √
7 Memelihara Teamwork √ √ √
8 Menghargai Status dan Peran √
9 Pemberdayaan Sumber Daya Manusia √
10 Menghemat Waktu √
11 Membangkitkan motivasi √
12 Menjalankan birokrasi √ √ √
13 Menyelesaikan masalah √ √
Sumber : Hasil wawancara, April 2013

Penyampaian informasi di atas berlangsung secara variatif dalam berbagai


metode. Metode yang paling sering digunakan adalah metode lisan, di samping
adanya metode tulisan. Pemilihan metode lisan di Dinas Budparpora lebih
didasarkan pada pertimbangan untuk mempercepat adanya respon, dan karena isi
informasinya pendek. Sementara metode tulisan di Dinas Budparpora terdapat
pada kegiatan pembuatan laporan dan surat-surat.

Tabel 4.5 Metode Komunikasi


LISAN TULISAN
TELEPON FACE DISPOSISI SURAT
NO TEMA
TO
FACE
1 Menimbulkan Pemahaman √
2 Menimbulkan Kesenangan √ √
3 Merubah Sikap √
4 Membina Hubungan yang Baik √
5 Menghasilkan Tindakan √ √ √
6 Mendorong saling mempercayai √
7 Memelihara Teamwork √ √
8 Menghargai Status dan Peran √
9 Pemberdayaan Sumber Daya Manusia √ √ √
10 Menghemat Waktu √ √ √
11 Membangkitkan motivasi √
12 Menjalankan birokrasi √ √ √
13 Menyelesaikan masalah √
Sumber : Hasil wawancara, April 2013

Ditinjau dari hambatan dalam berinteraksi di Dinas Budparpora, melalui


hasil wawancara kepada seluruh informan menunjukkan bahwa tidak terdapat
adanya hambatan yang berarti khususnya dalam berkomunikasi.

Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa komunikasi memiliki peranan yang sangat penting dalam
mencapai kepemimpinan yang efektif di dinas Budparpora Kota Sibolga. Sesuai
dengan hasil penelitian, penulis telah memperoleh 13 (tiga belas) tema-tema yang
merupakan hasil dari peranan komunikasi dalam kepemimpinan organisasi
tersebut. Jaringan komunikasi yang berlangsung menunjukkan bahwa aliran pesan
yang terjadi tidak hanya sebatas jaringan komunikasi formal, tetapi juga
komunikasi informal. Metode komunikasi yang dilakukan berlangsung secara

9
variatif dalam berbagai metode. Metode yang paling sering digunakan adalah
metode lisan, di samping adanya metode tulisan dan elektronik. Hasil wawancara
menunjukkan bahwa di dalam berkomunikasi diantara pimpinan dengan bawahan
hampir tidak ditemui adanya hambatan atau gangguan yang cukup berarti. Karena
pada dasarnya mereka telah memahami tugas dan fungsi pokok masing-masing.
Saran Penelitian
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa komunikasi memiliki
peranan penting dalam kepemimpinan di Dinas Budparpora, hal ini perlu
mendapat perhatian bagi pimpinan agar dapat melakukan tugasnya dengan lebih
baik, dalam memimpin dan berkomunikasi kepada bawahannya, demi terciptanya
hubungannya yang harmonis antara atasan dan bawahan. Hal ini diharapkan dapat
terus ditingkatkan dan dipertahankan di Dinas Budparpora Kota Sibolga.

Daftar Pustaka
AW, Suranto. 2005.Komunikasi Perkantoran.Yogyakarta : Media Wacana
Idrus, Muhammad.2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta : PT. Gelora
Aksara
Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.
Liliweri, Alo. 2004. Wacana Komunikasi Organisasi. Bandung : Mandar Maju
Moleong, Lexy j. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Muhammad, Arni. 2009. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara
Muchlas, Makmuri. 2005. Perilaku Organisasi. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press
Moh. Nazir. Ph.D, 2003. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia
Safari, Triantoro. 2004. Kepemimpinan.Yogyakarta : Graha Ilmu
Sugiono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Zuriah, Nurul. 2003. Penelitian Tindakan dalam Bidang Pendidikan dan Sosial.
Malang : Bayu Media

Jurnal :
Demmandulu, Rahmat Yusuf. (2004). Komunikasi dalam Sebuah Kepemimpinan.
Jurnal STT Intim Makassar Edisi No. 7.
Lubis, Fatma Wardy. (2008, Januari). Peranan Komunikasi dalam Organisasi.
Jurnal Harmoni Sosial, Volume II, No. 2.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18705/1/har-jan2008-
2%20(6).pdf
Nurrohim Hassa, Lina Anatan. (2009, Mei). Efektivitas Komunikasi dalam
Organisasi : Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Yogyakarta dan Fakultas Ekonomi Universitas Kristen
Maranatha Bandung. Jurnal Manajemen, Vol.7, No.4.

10

You might also like