Professional Documents
Culture Documents
1 SM PDF
1 SM PDF
ABSTRACT
Tooth abrasion is the loss of tooth substance through abnormal mechanical process. Clinical
appearance of tooth abrasion can be seen by the sliced or grooved formed ‘V’ in the root between
crown and gingiva. Inaccurate technique could be one cause of tooth abrasion.The aim of this study is
to get description of tooth abrasion in the society at fields II Maasing village, Tuminting, Manado.
This study using descriptive research plan with cross sectional technique, and simple random
sampling using lottery technique. The data about tooth brushing method was taken by interview, then
the data about tooth abrasion was taken with clinical examination of condition on each tooth using
tooth wear index according to Smith and Knight. The amount of subject in this study is 205. The result
of this study shows that most of the subject male or female have tooth abrasion (74,15%). Group aged
56-65 years old is the age based group with all member have tooth abrasion (100%). Premolar is
tooth which have highest frequency of abrasion, whether it is upper jaw/maxilla (17,4%) or lower
jaw/mandibula (20%). Tooth abrasion that happened both on the left side and right side of median
line have amount with not much difference (50,9% and 49,1%). Tooth abrasion happened mostly with
score 1 which is minimal loss of contour (48,8%). The horizontal method is the most using method
both on anterior (65,4%) and posterior (69,3%). The subject that brush teeth using horizontal method
at the anterior and posterior side mostly (66,1% and 72,2%) show tooth abrasion.
ABSTRAK
Abrasi gigi adalah hilangnya substansi gigi melalui proses mekanis yang abnormal.
Gambaran klinis abrasi gigi dapat dilihat dari terjadinya bentuk irisan atau parit berbentuk ‘V’ pada
akar diantara mahkota dan gingiva. Tindakan menyikat gigi yang tidak tepat dapat menjadi salah satu
penyebab terjadinya abrasi gigi. Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan gambaran abrasi gigi
ditinjau dari metode menyikat gigi pada masyarakat di lingkungan II kelurahan Maasing, kecamatan
Tuminting, kota Manado. Penelitian menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan jenis
penelitian cross sectional, dan pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple random
sampling) dengan teknik undian (lottery technique). Pengambilan data sampel mengenai metode
menyikat gigi didapat dengan cara wawancara, kemudian data abrasi gigi diperoleh dengan
melakukan pemeriksaan klinis keadaan tiap gigi dengan menggunakan indeks keausan gigi (tooth
wear index) menurut Smith dan Knight. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 205 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian baik subjek berjenis kelamin
laki-laki maupun perempuan mengalami abrasi gigi (74,15%). Kelompok usia 56-65 tahun menjadi
kelompok usia yang seluruhnya mengalami abrasi gigi (100%). Jenis gigi yang paling banyak
mengalami abrasi yaitu gigi premolar, baik pada rahang atas (36,65%) maupun rahang bawah (38%).
Abrasi gigi yang terjadi baik pada sisi kanan garis median maupun sisi kiri garis median jumlahnya
tidak jauh berbeda (50,9% dan 49,1%). Abrasi gigi paling banyak terjadi dengan skor 1 yaitu
kehilangan struktur enamel dalam jumlah sedikit (48,8%). Metode horizontal merupakan metode
menyikat gigi yang paling banyak digunakan baik pada bagian anterior (65,4%) maupun bagian
posterior (69,3%). Subjek penelitian yang menyikat gigi dengan menggunakan metode horizontal
pada daerah anterior dan posterior sebagian besar (66,1% dan 72,2%) menunjukkan abrasi gigi.
n % n % n %
(+) 41 77,4 111 73 152 74,15
(-) 12 22,6 41 27 53 25,85
Total 53 100 152 100 205 100
Tabel 4. Distribusi abrasi berdasarkan sisi kanan dan kiri garis median
Sisi kanan Sisi kiri
Rahang Jenis gigi
garis median garis median
I 97 91
C 58 56
Rahang atas
P 128 126
M 72 65
I 117 116
C 67 64
Rahang bawah
P 149 144
M 56 57
Total (100%) 744 (50,9%) 719 (49,1%)
54
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 2 MEI 2016 ISSN 2302 - 2493
Tabel 5. Distribusi abrasi gigi berdasarkan indeks keausan gigi Smith dan Knight
Indeks keausan gigi
n %
Smith dan Knight
Skor 1 714 48,8
Skor 2 450 30,8
Skor 3 210 14,3
Skor 4 89 6,1
Total 1463 100
Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan metode menyikat gigi pada bagian anterior
dan posterior
Metode menyikat Anterior Posterior
gigi N % N %
Metode horizontal 134 65,4 142 69,3
Metode vertikal 41 20 12 5,85
Metode Bass 20 9,7 34 16,6
Metode rolling strokes 0 0 0 0
Metode Charter 3 1,5 5 2,4
Metode modifikasi Stillman 0 0 0 0
Metode Fone 7 3,4 12 5,85
Total 205 100 205 100
Tabel 7. Distribusi subjek penelitian berdasarkan abrasi gigi dan metode menyikat gigi
Metode Abrasi anterior Abrasi posterior
menyikat N + % - % N + % - %
gigi
horizontal 134 80 66,1 54 64,3 142 96 72,2 46 63,9
vertikal 41 21 17,4 20 23,8 12 9 6,8 3 4,2
Bass 20 17 14,0 3 3.6 34 20 15 14 19,4
5
rolling 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
strokes
Charter 3 1 0,8 2 2,4 5 2 1,5 3 4,2
Stillman 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Fone 7 2 1,65 5 5,9 12 6 4,5 6 8,3
Total 205 121 100 84 100 205 133 100 72 100
mengalami abrasi gigi (Kovacevic dan tahun (22,58%), kemudian meningkat pada
Belojevic, 2006). Hasil ini juga didukung kelompok usia 40-49 tahun (45,45%), dan
oleh penelitian Mohammad dan Garib yang paling tinggi pada kelompok usia 50-
pada tahun 2012 di Irak, dimana dari 208 59 tahun (53,33%) (Natamiharja dan
subjek penelitian berjenis kelamin laki-laki Hayana, 2009). Hal ini menunjukkan
sebagian besar yaitu 135 orang (65%) bahwa bertambahnya usia berpengaruh
mengalami abrasi gigi, dan dari 292 subjek pada semakin meningkatnya prevalensi
penelitian berjenis kelamin perempuan abrasi gigi mungkin dikarenakan frekuensi
sebagian besar yaitu 184 orang (63%) menyikat gigi yang sudah lebih banyak.
mengalami abrasi gigi (Mohammad dan Distribusi abrasi gigi berdasarkan jenis
Garib, 2012). Hal ini mungkin dikarenakan gigi menunjukkan abrasi gigi tertinggi baik
masyarakat lingkungan II kelurahan pada rahang atas maupun rahang bawah
Maasing kurang mendapatkan terjadi pada gigi premolar. Abrasi gigi
pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan pada premolar rahang atas didapati sebesar
mulut sehingga sebagian besar dari mereka 36,65% dan pada rahang bawah sebesar
tidak tahu cara atau metode yang tepat 38% (Tabel 6). Hasil ini didukung oleh
untuk digunakan dalam menjaga kesehatan penelitian yang dilakukan Herawati dkk
giginya dalam hal ini mencegah terjadinya pada tahun 2002 di klinik kerja FKG
abrasi gigi. Unpad, dimana jenis gigi premolar
Distribusi subjek penelitian penderita merupakan yang paling banyak mengalami
abrasi gigi berdasarkan usia menunjukkan abrasi baik pada rahang atas (31%)
adanya pola peningkatan abrasi gigi yang maupun rahang bawah (31%). Hasil ini
terjadi seiring dengan meningkatnya usia. didukung juga dengan literatur dari Purkait
Kelompok usia tertinggi 56-65 tahun pada tahun 2011 yang menyatakan bahwa
merupakan kelompok usia terbanyak gigi premolar merupakan gigi yang paling
mengalami abrasi gigi yaitu seluruh subjek sering terkena abrasi. Hal ini mungkin
penelitian (100%), dan kelompok usia terjadi dikarenakan gigi premolar menjadi
yang memiliki abrasi paling sedikit sering mendapat tekanan berlebihan saat
ditemukan pada kelompok usia terendah menyikat gigi karena terletak menonjol
16-25 tahun (50%) (Tabel 5). Hasil ini pada sudut kedua sisi lengkung rahang.
didukung oleh penelitian yang dilakukan Distribusi abrasi gigi berdasarkan sisi
Saxena dkk pada tahun 2013 di India, kanan dan sisi kiri garis median secara
dimana terdapat peningkatan abrasi gigi keseluruhan menunjukkan jumlah yang
yang terjadi dimulai dari yang terendah tidak jauh berbeda. Gigi pada sisi kanan
pada kelompok usia 18-28 tahun (22,9%) garis median mengalami abrasi sebanyak
dan terus meningkat hingga kelompok usia 50,9%, sedangkan gigi pada sisi kiri garis
>59 tahun (97,8%) (Saxena dkk, 2013). median mengalami abrasi sebanyak 49,1%
Hasil ini juga didukung dengan penelitian (Tabel 7). Penelitian ini menunjukkan
yang dilakukan oleh Natamiharja dan abrasi gigi yang terjadi pada kedua sisi
Hayana pada tahun 2009 di Riau, tidak memiliki perbedaan yang jauh,
Sumatera Utara dimana abrasi gigi dimana gigi pada sisi kanan garis median
terendah yaitu pada kelompok usia 30-39 mengalami abrasi sebesar 49% dan pada
56
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 2 MEI 2016 ISSN 2302 - 2493
sisi kanan garis median sebesar 51% bagian anterior dan posterior menunjukkan
(Herawati dkk, 2002). Hal ini mungkin bahwa metode yang paling banyak
terjadi dikarenakan sebagian besar subjek digunakan untuk menyikat gigi bagian
penelitian memberikan perhatian anterior maupun posterior adalah metode
menyeluruh dalam menyikat gigi baik horizontal. Sebanyak 65,4% orang
pada sisi kanan maupun sisi kiri rahangnya menggunakan metode horizontal dalam
sehingga menggunakan frekuensi dan menyikat gigi anterior dan sebanyak
tekanan yang sama besar dalam menyikat 69,4% orang menggunakan metode
gigi pada kedua sisi rahang. horizontal dalam menyikat gigi posterior
Distribusi abrasi gigi berdasarkan (Tabel 9). Hasil ini didukung oleh
tingkat keparahan yang dinilai dari skor penelitian Natamiharja dan Hayana pada
dalam indeks keausan permukaan servikal tahun 2009 di Riau, dimana dari 200
gigi Smith dan Knight menunjukkan subjek penelitian 100 orang (50%)
paling banyak abrasi gigi terjadi dengan menyikat gigi menggunakan metode
skor 1 yaitu kehilangan struktur enamel horizontal. Metode horizontal merupakan
dalam jumlah sedikit (48,8%) (Tabel 8). metode yang paling banyak digunakan
Hasil ini didukung oleh penelitian Daly karena penggunaannya yang sederhana.
dkk pada tahun 2010 di Malaysia, dimana Metode ini biasanya digunakan oleh
sebagian besar (80%) abrasi gigi terjadi orang-orang yang kurang mendapatkan
dengan tingkat keparahan abrasi awal pengetahuan mengenai cara membersihkan
(skor 1) (Daly dkk, 2010). Hasil ini juga gigi dan mulut (Weijden dkk, 2008). Hal
didukung oleh penelitian yang dilakukan ini mungkin terjadi karena menurut
Mohammad dan Garib di Irak pada tahun informasi yang didapat dari lurah setempat
2012, dimana tingkat keparahan abrasi gigi masyarakat di lingkungan II kelurahan
dengan skor 1 merupakan yang paling Maasing kurang mendapat usaha promotif
banyak terjadi (63,4%) (Mohammad dan perihal cara membersihkan gigi dan
Garib, 2012) Hal ini menunjukkan adanya mulutnya, sehingga mereka cenderung
potensi abrasi gigi berlanjut dengan menggunakan metode ini. Hasil penelitian
tingkatan yang lebih parah karena banyak juga menunjukkan tidak ada subjek
gigi yang sudah masuk dalam kategori penelitian yang menggunakan metode
skor 1. Keadaan ini jika dibiarkan akan rolling strokes dan modifikasi Stillman
membuat abrasi semakin dalam dan dalam menyikat gigi. Hal ini dikarenakan
meluas. Abrasi gigi dapat dicegah dengan pada umumnya masyarakat tidak pernah
menghilangkan kebiasaan-kebiasaan yang mendapatkan informasi cara menggunakan
menyebabkan terbentuknya abrasi metode ini dan tidak mengerti
(Eversole, 2011). Kesadaran untuk kegunaannya.
merubah kebiasaan yang salah dengan Distribusi subjek penelitian
menggunakan metode menyikat gigi yang berdasarkan abrasi gigi dan metode
lebih tepat mungkin dapat menghindarkan menyikat gigi menunjukkan sebagian besar
dari potensi abrasi lebih lanjut. (66,1%) subjek penelitian yang menyikat
Distribusi subjek penelitian gigi dengan menggunakan metode
berdasarkan metode menyikat gigi pada horizontal pada bagian anterior mengalami
57
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 2 MEI 2016 ISSN 2302 - 2493