Muhammad Ali Pasha: Inovasi Pendidikan Islam

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

MUHAMMAD ALI PASHA: INOVASI

PENDIDIKAN ISLAM
Radinal Mukhtar Harahap
radinalmukhtarhrp@gmail.com
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Ar-Raudlatul Hasanah

Abstrak

History, although in basic understanding seems to talk about something that has passed,
actually save a lot of lessons. This paper departs from a character's study of Muhammad
Ali Pasha who made many innovations in the field of Islamic education. He was found as
a person who has a unique side, namely his personality who has no history of education
in childhood because of the pressure of life but grew as a leader who made many
innovations. Some innovations that can be called are its policy of putting the
government as the center that develops education itself. Another innovation is the
ongoing traditional and modern educational activities together so that the scientific
scope is separated from the dichotomous aspects. Muhammad Ali Pasha was also noted
as a leader who paid attention to the development and expansion of the education area
so as to bring in European teachers to be able to take their expertise and practice in the
Egyptian region, besides sending Egyptian youth to study in other regions to become
cadres in the realm he wanted to grow and develop. Even so, it does not mean that
Muhammad Ali Pasha's contribution and contribution in educational innovation can be
swallowed up to be realized in Islamic educational institutions. More in-depth
assessment of aspects, content and impacts that have been carried out to take what is
needed and leave what is not needed.

Keywords: Muhammad Ali Pasha, innovation, Islamic education.

A. Pendahuluan

M
uhammad Ali Pasha (1183-1265 H/ 1769-1849 M) disebut Afaf Lutfi al-
Sayyid Marsot, guru besar Sejarah Timur Tengah University of California
di Los Angeles, sebagai sosok yang mengubah sejarah Mesir (who was to
change the history of Egypt).1 Marshall Hodgson menggelarinya sebagai peletak dasar
modernisme di Mesir (founding father of modern Egypt) meskipun ada ungkapan sinis

1
Afaf Lutfi al-Sayyid Marsot, A History of Egypt: From the Arab Conquest to the Present , 2nd
edition (New York: Cambridge University Press, 2007), h.61

Vol.1, No.1, Desember, 2018


20 | Radinal Mukhtar Harahap

yang melatarbelakanginya berbunyi ‚due to his sweeping reforms‛.2 Ahmad Rofi’


Usman menerangkan tentangnya dalam ungkapan ‚penguasa Mesir berdarah Albania dan
perintis pendidikan menurut sistem Barat di Mesir‛.3 Tiga ungkapan itu kiranya cukup
untuk menjadikan Muhammad Ali Pasha sebagai tokoh yang patut untuk dikaji,
sebagaimana Syahrin Harahap memberikan indikator dalam karyanya yang berjudul
Metodologi Studi Tokoh dan Penulisan Biografi.4 Tulisan ini bermaksud untuk melihat
kontribusinya sebagai tokoh.

Namun demikian, dalam mengkaji biografi seseorang perlu menentukan objek


material yang jelas. Syahrin Harahap memberikan tiga pilihan, yaitu (1) seluruh
pemikiran tokoh yang dimaksud, (2) satu bidang dari gagasannya, atau (3) mazhab
pemikiran yang dipengaruhi atau memengaruhinya.5 Penulis memilih pilihan kedua
dengan beberapa alasan subjektif bagi tulisan singkat ini.

Pertama, pemilihan mengkaji satu bidang dari gagasan seorang tokoh akan
menjadikan kajian mengenainya lebih mendalam, dibanding dengan kajian yang
menyeluruh atas pemikiran tokoh tersebut atau mazhab pemikiran yang dipengaruhi atau
memengaruhinya. Kedua, kajian mengenai satu bidang dari gagasan seorang tokoh akan
menjadikan hasil kajian ini bermanfaat jelas sebagai sumbangsih terhadap lingkup
gagasan yang dikaji. Ketiga, kajian seperti ini layak untuk dituliskan dalam lembaran
makalah yang terbatas, tidak seperti dua pilihan kajian lainnya yang bisa jadi akan
membutuhkan lembaran makalah yang lebih tebal akibat keluasan lingkup.

Maka, dengan tiga alasan di atas, makalah ini akan mengkaji gagasan-gagasan dari
tokoh yang telah disebut di awal, yaitu Muhammad Ali Pasha. Adapun gagasan yang
akan dikaji adalah mengenai inovasi pendidikan Islam yang dilakukannya rentang masa
kekuasaannya atas Mesir, yaitu 1805-1849 M, yang oleh John L. Esposito disebut
sebagai masa munculnya program-program yang menentukan jalannya sekularisasi yang
berlangsung selama satu setengah abad di Mesir.6

2
Marshall Hodgson, ‚Modernity and the Islamic Heritage‛ dalam Hudgson, Rethingking World
History: Essays on Europe, Islam, and World History (New York: Cambridge University Press, 1993),
h.220
3
Ahmad Rofi’ Usmani, Jejak-Jejak Islam: Kamus Sejarah dan Peradaban Islam dari Masa ke Masa
(Yogyakarta: Bunyan, 2015), h.191
4
Indikator tersebut adalah (1) integritas tokoh, yang dapat dilihat dari kedalaman ilmunya,
kepemimpinannya, keberhasilannya dalam bidang yang digelutinya, hingga memiliki kekhasan atau
kelebihan dibanding orang-orang segenerasinya. (2) karya-karya monumental, berupa karya tulis, karya
nyata dalam bentuk fisik maupun non fisik yang bermanfaat bagi masyarakat atau pemberdayaan fisik
manusia, baik sezamannya ataupun masa sesudahnya. (3) kontribusi (jasa) atau pengaruhnya yang terlihat
dan dirasakan oleh masyarakat, baik dalam bentuk pikiran, aksi, kepemimpinan, keteladanan, diidolakan,
diakusi, diteladani dan dianggap memberikan inspirasi bagi generasi sesudahnya. Lihat dalam Syahrin
Harahap, Metodologi Studi Tokoh dan Penulisan Biografi (Jakarta: Prenada, 2011), h.8
5
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh dan Penulisan Biografi (Jakarta: Prenada, 2011), h.44
6
John L Espossito, Islam dan Pembangunan, (Jakarta: Rineka cipta, 1990), h.97

Jurnal Idrak
Muhammad Ali Pasha: Inovasi Pendidikan Islam| 21

Hal di atas kiranya penting untuk dipahami karena sosok Muhammad Ali Pasha
adalah pribadi yang unik dalam hal pendidikan. Di satu sisi, ia adalah orang yang kurang
beruntung karena harus bekerja keras untuk keperluan hidupnya sehingga ia tidak
memeroleh kesempatan menempuh ilmu di sekolah.7 Muhammad Ali Pasha adalah
seorang buta huruf, tetapi cerdas dalam dalam bekerja, bahkan menjadi menantu
kesayangan Gubernur sehingga karir kehidupannya pun meningkat.8 Maka, di masa
kekuasaannya, dan ini sisi lainnya, ia melakukan semacam gerakan pembaharuan yang
memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi Barat kepada ummat Islam, yang
dapat dikatakan menyingkap awan hitam yang itu telah menyelimuti pola pikir dan sikap
keagamaan. Kiprahnya juga dinilai menjadi tonggak awal kelahiran tokoh-tokoh besar
seperti Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Ridho, Rifa’ah Badawi, Rafi’ al-
Tahtawi, dan Hasan al-Banna sebagai ulama-ulama yang berpengatahuan luas,
berwawasan modern dan tidak berpandangan sempit.9

Dengan semua penjelasan tersebut di atas, makalah ini disusun atas beberapa sub,
yaitu penjelasan mengenai (1) Biografi Kehidupan Muhammad Ali Pasha, (2) Kondisi
Pendidikan dan Konsepnya Masa Sebelum Munculnya Muhammad Ali Pasha, (3) Inovasi
Muhammad Ali Pasha dalam Bidang Pendidikan, dan (4) Relevansi Inovasi Muhammad
Ali Pasha dalam Bidang Pendidikan Masa Kini.

B. Biografi Muhammad Ali Pasha

Dalam catatan Abdul Muta’a>li al-Sha’i>di>, Muhammad Ali Pasha lahir di Qawalah, salah
satu daerah di Macedonia, 1769 M yang bertepatan dengan 1183 H. Sejak kecil, ia tidak
mempunyai riwayat pendidikan sampai dewasa sehingga sejarawan menilai ia adalah
sosok yang tidak dapat membaca dan menulis.10 Namun demikian, Philip K. Hitti
menyanjungnya sebagai tokoh yang sejatinya sejarah Mesir pada paruh pertama abad ke-
19 adalah sejarah mengenai dirinya. Ia adalah pendiri sekaligus penguasa baru lembah
sungai Nil, yang diangkat oleh Porte Agung di Turki 1805 M. Inisiatif, semangat, dan
visi yang ia tunjukkan dan ia praktikkan tidak sebanding atau tidak ada tandingannya di
antara tokoh-tokoh muslim lain sezaman dengannya. Dia berdiri tegak baik dalam
keadaan damai maupun perang.11 Patut kiranya pujian Afaf Lutfi al-Sayyid Marsot yang

7
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta: Bulan
Bintang, 1992), h.34
8
Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam
(Dirasah Islamiyah) (Jakarta: Grafindo Persada, 1996), h.69
9
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan , h.30
10
Abdul Muta’a>li al-Sha’i>di, al-Mujaddidu>na fi al-Isla>m (t.k: al-Mathba’ah al-Namuzjabbah, t.th),
h.476
11
Philip K. Hitti, The History of The Arab, terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi
(Jakarta: Serambi, 2014), h.925

Vol.1, No.1, Desember, 2018


22 | Radinal Mukhtar Harahap

telah disinggung sebelumnya, yaitu sebagai sosok yang mengubah sejarah Mesir (who
was to change the history of Egypt) tersemat dalam dirinya.12

Muhammad Mastury menjelaskan bahwa sebenarnya biografi mengenai


Muhammad Ali Pasha secara rinci tidak dibahas sejarawan secara pasti. Mereka lebih
banyak menaruh perhatian pada karirnya ketimbang biografi yang dimaksud.13 Nur
Wahyudin menyampaikan salah satu indikasi mengapa Muhammad Ali Pasha tidak
dapat memeroleh kesempatan menempuh ilmu di sekolah, yaitu karena Ayahnya yang
bernama Ibrahim Agha, seorang imigran Turki kelahiran Yunani, punya 17 putra, bekerja
sebagai watchman di sebuah kota di daerahnya, selain berjualan rokok.14

Karirnya, sebagaimana banyak dibahas oleh sejarawan, menanjak ketika ia menjadi


menantu Gubernur.15 Ia yang semula hanya bekerja sebagai pemungut pajak, kemudian
dimasukkan ke sekolah militer hingga menjadi perwira karena keberanian dan
kecakapannya dalam menjalankan tugas. 16 Dengan bergabungnya ia di dinas kemiliteran,
maka ketika ada pengiriman pasukan ke Mesir, ia tercatat ikut sebagai wakil perwira
yang mengepalai pasukan untuk bertempur dengan tentara Perancis. Saat itulah, ia
semakin menunjukkan kualitasnya sehingga segera diangkat menjadi kolonel
sebagaimana diceritakan Yuli Emma Handayani dalam penelitiannya berjudul
Muhammad Ali Pasha dan Al-Azhar: Kajian Tentang Pengaruh Pembaharuan di Mesir
Terhadap Modernisasi Pendidikan di Al-Azhar, yang menjadi syarat baginya memeroleh
gelar sarjana Humaniora di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta,
2011.17 Nisa Assajdah menuliskan bahwa pasca kosongnya kekuasaan di Mesir ketika
pasukan Perancis meninggalkannya (1801), Muhammad Ali Pasha berkesempatan
menjadi penguasa setelah menyingkirkan pesaingnya dari kaum Mamluk yang diperangi
oleh Napoleon, 1789, dan utusan Sultan Turki Usmani bernama Khursyid Pasha. 18

Karirnya yang cemerlang itulah yang membuat ia menjadi seorang pemimpin


tersohor yang dibanggakan di Mesir. Ia dinilai berhasil untuk merevolusi negara tersebut
menjadi sebuah negara industri dan modern. Orang Mesir menganggapnya sebagai
pahlawan meskipun ia tidak dilahirkan di tanah mereka dan tidak dapat berbahasa Arab.

12
Afaf Lutfi al-Sayyid Marsot, A History of Egypt: From the Arab Conquest to the Present, h.61
13
Muh. Mastury, ‚Muhammad Ali Pasha‛ dalam Jurnal al-Ja>mi’ah, Vol.10 (13), h.55-62
14
Wahyudin Nur Nasution, Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam (Medan: IAIN SU,
2000), h.10
15
Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam
(Dirasah Islamiyah), h.69
16
A. Fattah Wibisono, Pemikiran Para Lokomotif Pembaharuan di Dunia Islam (Jakarta: Rabbani
Press, 2009), h.68
17
Yuli Emma Handayani, Muhammad Ali Pasha dan Al-Azhar: Kajian Tentang Pengaruh
Pembaharuan di Mesir Terhadap Modernisasi Pendidikan di Al-Azhar, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,
2011), h.22
18
Nisa Assajdah, Pembaharuan Pendidikan Islam: Studi atas Pemikiran Muhammad Ali Pasya
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2015), h.37

Jurnal Idrak
Muhammad Ali Pasha: Inovasi Pendidikan Islam| 23

Namun, karena keinginan kuatnya untuk membangun dan meningkatkan taraf kehidupan
rakyat Mesir, tanggapan positif dari orang Mesir didapatkannya.19

Sebagai bukti bahwa Muhammad Ali Pasha mempunyai keinginan kuat untuk
membangun negara Mesir adalah kontribursinya di bidang militer karena ia percaya
bahwa kemajuan di bidang militer akan berimbas pada pembangunan dan keamanan
Mesir. Ia, dalam catatan Fuji Rahmadi, mengadakan reorganisme dan modernisasi
kekuatan militer. Hal itu menemukan momennya ketika tahun 1819, ia menugaskan
Save, seorang kolonel Perancis yang kemudian masuk Islam dan berganti nama menjadi
Sulaiman Pasha. Mereka berdua membangun angkatan bersenjata Mesir secara modern.
Angkatan laut modern juga dibangun dan dilengkapi dengan kapal-kapal perang yang
berasal, baik dengan dibeli di luar negeri ataupun diproduksi di dalam negeri. Tahun
1815, Muhammad Ali Pasha mendirikan Sekolah Militer di Kairo dan Akademi Industri
Bahari serta Sekolah Perwira Angkatan Laut di Iskandariah. Itu semua, sedikit banyak,
berpengaruh dalam membekali putra-putri Mesir, selain juga mewujudkankan
propaganda politiknya, yaitu mempertahankan kekuasaan yang telah dimilikinya.20

C. Kondisi Pendidikan dan Konsepnya Masa Sebelum Munculnya Muhammad Ali Pasha

Secara logis, langkah untuk menunjukkan bagaimana inovasi Muhammad Ali Pasha
dalam bidang Pendidikan adalah dengan memperlihatkan terlebih dahulu kondisi
pendidikan yang belum tersentuh inovasinya. Itu karena inovasi terkait erat dengan
proses pembaruan, aktualisasi, restorasi ataupun modernisasi. Semua kata tersebut
mengindikasikan adanya yang dilahirkan kembali dari bentuknya yang baru atau asli.
Istilah-istilah arab yang muncul terkait ini adalah al-i‘a>dah, al-’iba>’ah, al-ih}ya> yang
berturut-turut memiliki arti pemulihan, pemurniat, pembedaan yang sunnah dan bid’ah,
menghidupkan kembali, revitalisasi.21

Namun sebelum itu, perlu dipertegas bahwa gelar Muhammad Ali Pasha adalah
founding father of modern Egypt sebagaimana ditulis Marshall Hodgson dalam
artikelnya.22 Itu artinya, ia hidup antara, meminjam pembagian sejarah peradaban Islam
yang dikemukakan Harun Nasution23, periode pertengahan hingga periode modern.

19
Yuli Emma Handayani, Muhammad Ali Pasha dan Al-Azhar: Kajian Tentang Pengaruh
Pembaharuan di Mesir Terhadap Modernisasi Pendidikan di Al-Azhar, h.23
20
Fuji Rahmadi P, ‚Gerakan Pembaharuan Muhammad ‘Ali Pasya dalam Lembaga Pendidikan di
Mesir‛ dalam Jurnal Abdi Ilmu, Vol. 10, No.2, Desember 2017, h.1894
21
Tim Penyusun Pustaka Azet, Leksikon Islam, Vol. 2 (Jakarta: Pustaka Pustazet Perkasa, 1988),
h.703. Lihat juga dalam John. L. Esposito, ed. Ensiklopedia Oxford Dunia Islam Modern , terj. Evay, N.
Dkk., vol. 3 (Bandung: Mizan, 2001), h.133
22
Marshall Hodgson, ‚Modernity and the Islamic Heritage‛, h.220
23
Tiga periode yang dimaksud adalah (1) Periode Klasik (650 M-1250 M) yang merupakan zaman
kemajuan dan dibagi dalam dua fase, yaitu: (1.A) Fase Ekspansi, Integrasi dan Puncak kemajuan (650 M-
1000 M), dan (1.B) Fase Disintegrasi (1000 M-1250 M). (2) Periode Pertengahan (1250 M-1800 M), yang
merupakan periode yang dibagi ke dalam dua fase, yaitu (2.A) fase kemunduran dan (2.B) fase tiga
kerajaan besar. Terakhir, (3) Periode Modern (sejak 1800 M), yaitu zaman kebangkitan kembali umat

Vol.1, No.1, Desember, 2018


24 | Radinal Mukhtar Harahap

Periode pertengahannya berada pada fase tiga kerajaan besar (1500 M -1800 M), dan
periode Modern adalah zaman kebangkitan kembali ummat Islam pasca jatuhnya Mesir
(1800 M).24 Bahkan, mengacu pendapat Philip K. Hitti yang telah disinggung juga
sebelumnya, bahwa sejatinya sejarah Mesir pada paruh pertama abad ke-19 adalah
sejarah mengenai dirinya.25 Tidak mengherankan apabila Ahmad Rofi’ Usman
menuliskannya dalam Kamus Sejarah dan Peradaban Islam dari Masa ke Masa: Jejak-
Jejak Islam sebagai penguasa Mesir berdarah Albania dan perintis pendidikan menurut
sistem Barat di Mesir‛.26 Dalam kata perintis itulah tersirat juga makna inovasi.27

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, masa kekuasaan Muhammad Ali Pasha


adalah pasca kosongnya kekuasaan di Mesir ketika pasukan Perancis meninggalkannya
(1801), dan pasca Muhammad Ali Pasha menyingkirkan pesaingnya dari kaum Mamluk
yang diperangi oleh Napoleon, 1789, dan utusan Sultan Turki Usmani bernama Khursyid
Pasha. 28 Itu artinya, inovasi yang akan dilakukan Muhammad Ali Pasha, dan akan
dielaborasi setelah pembahasan ini, sedikit banyak terpengaruh oleh revolusi Perancis,
1789, ketika Napolon Bonaparte datang ke Mesir dan menguasainya hanya dalam
rentang waktu tidak sampai tiga minggu (2 Juli 1789-22 Juli 1789M). Waktu itu,
Napoleon datang ke Mesir tidak hanya dengan tentaranya saja, melainkan juga ada 500
warga sipil dan 500 wanita. Di antara mereka, ada sebanyak 167 orang ahli dalam bidang
ilmu pengetahuan. Napoleon, dalam catatan Imam Hanafi juga, membawa dua set alat
percetakan dengan huruf latin dan Yunani.29

Kedatangan itulah yang sebelumnya dikatakan sebagai momen yang


menggambarkan kualitas Muhammad Ali Pasha sebagai militer. Karirnya meningkat.
Namun, kedatangan itu pula yang menjadikan persentuhan antara Barat –yang diwakili
Perancis dan Mesir terjadi. Salah satunya adalah dalam wujud institute d’Egypte,
lembaga ilmiah yang mengembangkan empat bidang bahasan: ilmu pasti, ilmu alam,

Islam. Jatuhnya Mesir ke tangan Barat menyadarkan dunia Islam akan kelemahannya dan menyadarkan
umat Islam bahwa Barat telah mempunyai peradaban baru yang lebih tnggi dan merupakn ancaman bagi
Islam. Raja-raja dan pemuka-pemuka Islam mulai memikikan bagaimana meningkatkan mutu dan
kekuatan umat Islam kembali. Pada periode modern inilah timbul ide-ide pembaharuan dalam Islam. Lihat
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta: Bulan Bintang,
1992), h.13
24
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta: Bulan
Bintang, 1992), h.13
25
Philip K. Hitti, The History of The Arab, terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi
(Jakarta: Serambi, 2014), h.925
26
Ahmad Rofi’ Usmani, Jejak-Jejak Islam: Kamus Sejarah dan Peradaban Islam dari Masa ke Masa
(Yogyakarta: Bunyan, 2015), h.191
27
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional, 2008), h.1213
28
Nisa Assajdah, Pembaharuan Pendidikan Islam: Studi atas Pemikiran Muhammad Ali Pasya
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2015), h.37
29
Imam Hanafi, ‚Dinamika Kebijakan Pendidikan di Mesir: Telaah atas Perjalanan Pendidikan
Pasca Ekspansi Napoleon Bonaparte‛ dalam Jurnal Madania, Vol.6, No. 2, 2016, h.125

Jurnal Idrak
Muhammad Ali Pasha: Inovasi Pendidikan Islam| 25

ekonomi-politik dan sastra-seni. 30 Lembaga itu, dalam catatan Harun Nasution,


mendatangkan kekaguman masyarakat Mesir. Ia lalu mengutip uraian Abdul Rahman al-
Jabarti, seorang ulama al-Azhar dan penulis sejarah yang berkunjung ke lembaga
tersebut, 1799: ‚Saya melihat di sana benda-benda dan percobaan-percobaan ganjil yang
menghasilkan hal-hal yang terlalu besar untuk dapat ditangkap oleh akal seperti yang
ada pada diri kita.‛31

Alasan kekaguman itu pula yang menginspirasi Muhammad Ali Pasha


mengembangkan bidang Militer di Mesir, sebagaimana telah disinggung sebelumnya.
Adapun untuk pendidikan, imbas yang terjadi di antaranya adalah ketika Muhammad Ali
Pasha mengadakan pembaharuan dengan mendirikan berbagai macam sekolah yang
meniru sistem pendidikan dan pengajaran di Barat.32 Bagian ini akan mendapat elaborasi
yang lebih luas di pembahasan selanjutnya.

Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah perihal dikotomi ilmu yang terjadi di
masa sebelum munculnya Muhammad Ali Pasha. Yuldelasharmi menguraikan dua
penyebabnya,33 yaitu, pertama, berupa hancurnya sarana pengembangan ilmu
pengetahuan dan perpustakaan karena mengamuknya tentara Mongol yang meludeskan
kota Baghdad serta dihancurkannya kekuatan umat Islam di Spanyol dan terbunuhnya
banyak ilmuwan dalam peperangan itu. Kedua, hilangnya budaya berpikir rasional di
kalangan umat Islam, yang sayangnya, dalam hal ini Yuldelasharmi menuduhkannya atas
serangan Imam al-Ghazali terhadap para filosof dan tokoh rasionalis seperti Al-Farabi,
Ibnu Sina dan al-Kindi. Padahal, dalam Tahafut al-Fala>sifah yang ditenggarai sebagai
serangan tersebut, tidak menyerang setiap aspek filsafat.34 Maka, terlepas dari itu,
bagian selanjutnya, akan dijelaskan mengenai bagaiaman Muhammad Ali Pasha
melakukan inovasi, termasuk dalam hal ilmu yang dikotomi tersebut.

D. Inovasi Muhammad Ali Pasha Dalam Lingkup Pendidikan Islam

Dalam penelitian Nisa Assajdah, inovasi pendidikan yang dilakukan Muhammad Ali
yang paling mengemuka adalah ketika ia membuka kantor Kementerian Pendidikan di
berbagai lembaga pendidikan seperti sekolah-sekolah. Ia juga telah membuka Sekolah
Teknik (1816), Sekolah Kedokteran (1827), Sekolah Apoteker (1829), Sekolah

30
Abd. Sani, Lintasan Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern dalam Islam (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1998), h.25
31
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan , h.13
32
Zuhairini, dkk., Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h.120
33
Yuldelasharmi, ‚Dikotomi Ilmu Pengetahuan: Akar Tumbuhnya Dikotomi Ilmu dalam Peradaban
Islam‛ dalam Syamsul Nizar (ed.), Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah sampai Indonesia (Jakarta: Kencana, 2007), h.234
34
Muliati, ‚Al-Ghazali dan Kritiknya Terhadap Filosof‛ dalam Jurnal Aqidah-Ta, Vol.II, No.2,
Tahun 2016, h.77-86

Vol.1, No.1, Desember, 2018


26 | Radinal Mukhtar Harahap

Pertambangan (1834), Sekolah Pertanian (1836), dan Sekolah Penerjemah (1836) dengan
al-Tahtawi sebagai kepalanya.35

Di samping itu, dalam catatan A. Fattah Wibisono, Muhammad Ali Pasha juga
mendayagunakan tenaga-tenaga pendidikan dari Mesir dan juga pengajar Eropa. Hal itu
berimbas pada penggunaan metode pengajaran yang modern. Muhammad Ali juga
tercatat telah mengirim 311 pelajar Mesir untuk belajar di Italia, Perancis, Inggris atau
Austria. Di Perancis, Muhammad Ali Pasha juga mendirikan asrama untuk menampung
pelajar-pelajar Mesir yang berada di sana. Mereka semua, memelajari ilmu-ilmu
kemiliteran, darat maupun laut, ilmu arsitek, kedokteran dan farmasi. Satu-satunya ilmu
yang tidak diperbolehkan oleh Muhammad Ali Pasha untuk dipelajari adalah ilmu
politik. Sejarawan menilai bahwa hal ini dikarenakan Muhammad Ali Pasha tidak ingin
agen-agen pembaharuan dan pembangunan Mesir yang dikirimnnya, justru menjadi
musuh dan lawan politik baginya dalam menguasai pemerintahan.36

Kembali ke pembahasan lembaga pendidikan, Muhammad Ali Pasha dalam catatan


Ahmad Syalabi telah mendirikan sekolah-sekolah modern.37 Padahal saat itu, sekolah-
sekolah tradisional telah berdiri di sana. Abdul Mukti lantas memberi catatan atas
fenomena terkait di atas bahwa dalam masa pemerintahan Muhammad Ali Pasha, Mesir
memiliki dua jenis pendidikan yang keduanya memiliki fungsi dan peran berbeda dalam
menunjang kemajuan dan perkembangan Mesir, yaitu sekolah tradisional yang hanya
memelajari ilmu agama dan alumininya tidak menguasai ilmu umum, dan sekolah
modern yang mengeluarkan alumni yang menguasai ilmu umum, yang dapat
menstimulus perkembangan pembaharuan Mesir.38

Berikut adalah sekolah-sekolah modern yang didirikan oleh Muhammad Ali Pasha
dalam catatan Ahmad Syalabi:39

No Nama Sekolah Tahun Berdiri Tempat Tingkat


1 Sekolah Militer 1815 Kairo Menengah
2 Sekolah Teknik 1816 Kairo Menengah
3 Sekolah Kedokteran 1827 Kairo Menengah
4 Sekolah Apoteker 1829 Kairo Menengah
5 Sekolah Pertambangan 1834 Kairo Menengah
6 Sekolah Penerjemah 1836 Kairo Menengah

35
Nisa Assajdah, Pembaharuan Pendidikan Islam: Studi atas Pemikiran Muhammad Ali Pasya
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2015), h.37
36
A. Fattah Wibisono, Pemikiran Para Lokomotif Pembaharuan di Dunia Islam (Jakarta: Rabbani
Press, 2009), h.68
37
Ahmad Syalabi, Mausu>’ah al-Ta>rikh wa al-Hada>rat al-Isla>miyat, jil. V, (t.k.: Maktabah al-
Nahdhah al-Mishriyah, 1973), h.356
38
Abd. Mukti, Pembaharuan Lembaga Pendidikan di Mesir (Bandung: Ciptapustaka Media, 2008),
h.78
39
Ahmad Syalabi, Mausu>’ah al-Ta>rikh wa al-Hada>rat al-Isla>miyat, jil. V, (t.k.: Maktabah al-
Nahdhah al-Mishriyah, 1973), h.356

Jurnal Idrak
Muhammad Ali Pasha: Inovasi Pendidikan Islam| 27

7 Sekolah Pertanian 1836 Kairo Menengah


8 Sekolah Dasar 1833 Kairo Dasar
9 Sekolah Menengah Umum 1825 Kasr al-‘Aini Menengah
10 Politeknik 1820 Kairo Tinggi
11 Sekolah Akunting 1826 Kairo Menengah
12 Sekolah Sipil 1829 Kairo Menengah
13 Sekolah Irigasi 1831 Kairo Menengah
14 Sekolah Industri 1831 Kairo Menengah
15 Sekolah Administrasi 1834 Kairo Menengah
16 Sekolah Pertanian 1834 Kairo Menengah
17 Sekolah Perwira A. Laut - Alexandria Menengah
18 Akademi Industri Bahari - Alexandria Tinggi
19 Sekolah Tinggi Kedokteran 1823 Kairo Tinggi

Selanjutnya, Muhammad Ali Pasha ternyata tidak hanya mendirikan lembaga-


lembaga pendidikan dengan corak modern sehingga berbeda dengan sekolah-sekolah
tradisional yang berkembang sebelumnya. Ia juga, dalam catatan Abdul Mukti, tercatat
membuat perubahan di bidang kurikulum dengan memasukkan ilmu-ilmu modern: 40

No Bidang Disiplin Ilmu Mata Pelajaran


Bahasa Italia
Bahasa Perancis
1 Ilmu Pengetahuan Bahasa
Bahasa Turki
Bahasa Persia
Sejarah
Geografi
Ekonomi
Antropologi
2 Ilmu Pengetahuan Sosial Administrasi Negara
Pendidikan Kemasyarakatan
Filsafat
Militer
Hukum
Fisika
Farmasi
Ilmu Alam
3 Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Kedokteran
Ilmu Teknik
Arsitek
Kimia
Arimatik
4 Matematika
Matematika
Keterampilan
5 Pengehuan Keterampilan
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga

40
Abd. Mukti, Pembaharuan Lembaga Pendidikan di Mesir, h.88-89

Vol.1, No.1, Desember, 2018


28 | Radinal Mukhtar Harahap

Maka, dengan kurikulum yang dirancang tersebut, disesuaikanlah materi-materi


ajar sesuai dengan tingkatannya, yaitu: 41

1. Untuk tingkat rendah, dengan tujuan mempersiapkan calon-calon peserta


didik di sekolah menengah. Materi-materi pelajarannya terdiri dari pelajaran
membaca dan menulis. Diajarkan juga pada tingkatan ini ilmu geografi dan
berhitung. Pelajaran agama juga dijadikan salah satu materi pelajaran. Bahas
Arab adalah bahasa pengantar untuk tingkat rendah ini.

2. Untuk tingkat menengah, mata pelajaran pokok terdiri dari ilmu berhitung,
matematika, dan bahasa Italia. Bahasa Arab dan Turki telah menjadi mata
pelajaran sebelum tahun 1820. Sejak tahun yang disebutkan terakhir itu,
mulai pula diajarkan bahasa Perancis. Hukum Islam juga diajarkan pada
tingkatan ini. Ilmu lainnya dijadikan sebagai mata pelajaran pokok sesuai
dengan jurusan pendidikannya masing-masing.

3. Tingkat tinggi, kurikulumnya terdiri dari mata pelajaran matematika dan


ilmu-ilmu lainnya sesuai dengan jurusannya masing-masing. Bahasa yang
dipelajari ditambah dengan bahasa Turki sehingga Bahasa Arab, Turki,
Perancis dan Itali diajarkan sebagaimana pelajaran Agama juga diajarkan
pada tingkatan ini.

Dengan jabaran sedemikian rupa, sebagaimana kesimpulan yang dihadirkan oleh


Nisa Assajdah, dikotomi ilmu yang menjadi permasalahan sebagaimana tersebut dalam
pembahasan sebelumnya, berhasil dihilangkan pada masa kekuasaan Muhammad Ali
Pasha. Tidak ada dikotomi ilmu antara ilmu agama dan ilmu umum pada saat itu.42

E. Inovasi Muhammad Ali Pasha Dalam Lingkup Pendidikan Islam

Maka, setelah mencermati pembahasan dan keterangan di atas, penting untuk membuat
catatan perihal relevansi apa yang dapat diterapkan dari inovasi Muhammad Ali Pasha di
bidang Pendidikan ke Bidang Pendidikan Masa Kini. Catatan ini tentunya bersifat
subjektif untuk kemudian disesuaikan dengan kondisi dan lingkungan penyelenggara
pendidikan masing-masing. Catatan-catatan mengenai relevansi inovasi Muhammad Ali
Pasha tersebut adalah:

1. Pemerintah semestinya memegang peranan dalam pelaksanaan inovasi


pendidikan. Meskipun secara historis Muhammad Ali Pasha bukanlah orang
yang dapat mengenyam pendidikan, ia ketika berkuasa tetap memerhatikan
inovasi di bidang Pendidikan selain bidang militer, ekonomi dan lain
sebagainya.

41
Abd. Mukti, Pembaharuan Lembaga Pendidikan di Mesir , h.70
42
Nisa Assajdah, Pembaharuan Pendidikan Islam: Studi atas Pemikiran Muhammad Ali Pasya , h.37

Jurnal Idrak
Muhammad Ali Pasha: Inovasi Pendidikan Islam| 29

2. Inovasi pendidikan harus mencakup kepada dua bidang ilmu yang telah
terdikotomi. Artinya, tidak perlu ada dikotomi pelajaran dalam sistem
pendidikan Islam. Pelajaran umum dan pelajaran agama hendaknya diajarkan
bersama-sama dalam lembaga-lembaga pendidikan Islam.

3. Inovasi pendidikan juga mesti memerhatikan perkembangan dan perluasan


wilayah pendidikan yang belum tersentuh. Muhammad Ali Pasha
mencontohkannya dengan mendatangkan pengajar-pengajar dari Eropa untuk
dapat diambil keahliannya dan dipraktekkan di wilayah Mesir. Selain itu,
Muhammad Ali Pasha juga mengirimkan pemuda-pemuda Mesir untuk
belajar ke daerah-daerah lainnya.

4. Dalam pelaksanaan inovasi pendidikan, penting untuk memerhatikan


program kaderisasi terhadap ide atau gagasan pendidikan tersebut. Meski
disibukkan dengan urusan pemerintahan, Muhammad Ali Pasha yang telah
mengirim banyak pemuda Mesir belajar ke daerah masing-masing telah
mempunyai kader dalam melaksanakan dan mewujudkan ide atau gagasannya
dalam pembangunan dan pengembangan Negara Mesir. Hal ini yang kiranya
perlu menjadi catatan penting mengingat lembaga pendidikan Islam saat ini
minim untuk memikirkannya.

5. Meskipun demikian, bukan berarti kiprah dan kontribusi Muhammad Ali


Pasha dalam inovasi pendidikannya dapat ditelan mentah-mentah untuk
kemudian diwujudkan dalam lembaga pendidikan Islami saat ini sebagai
inovasi. Perlu pengkajian lebih dalam mengenai aspek, muatan dan juga
dampak yang telah dilaksanakan untuk mengambil yang perlu dan
meninggalkan yang tidak diperlukan sebagaimana adagium usul fiqh yang
masyhur di kalangan ummat Islam.

F. Penutup

Sejarah, meskipun dalam pemahaman dasar terkesan membicarakan sesuatu yang telah
berlalu, sesungguhnya menyimpan banyak pelajaran. Di antaranya adalah perihal inovasi
Muhammad Ali Pasha dalam bidang pendidikan yang memiliki sisi keunikan berupa
kepribadiannya yang tidak memiliki riwayat pendidikan di masa kecil karena tekanan
kehidupan tetapi tumbuh sebagai pemimpin yang banyak melakukan inovasi. Beberapa
inovasi yang dapat dirangkum dari sejarah kehidupannya adalah kebijakannya
meletakkan pemerintah sebagai sentral yang mengembangkan pendidikan itu sendiri.
Inovasi lainnya adalah berlangsungnya kegiatan pendidikan tradisional dan modern
secara bersama sehingga lingkup keilmuan lepas dari aspek dikotomis. Muhammad Ali
Pasha juga tercatat sebagai pemimpin yang memerhatikan perkembangan dan perluasan
wilayah pendidikan sehingga mendatangkan pengajar-pengajar dari Eropa untuk dapat
diambil keahliannya dan dipraktekkan di wilayah Mesir, selain juga mengirimkan

Vol.1, No.1, Desember, 2018


30 | Radinal Mukhtar Harahap

pemuda-pemuda Mesir untuk belajar ke daerah-daerah lainnya agar menjadi kader dalam
ranah yang ingin ditumbuh dan dikembangkannya. Meskipun demikian, bukan berarti
kiprah dan kontribusi Muhammad Ali Pasha dalam inovasi pendidikannya dapat ditelan
mentah-mentah untuk kemudian diwujudkan dalam lembaga pendidikan Islami. Perlu
pengkajian lebih dalam mengenai aspek, muatan dan juga dampak yang telah
dilaksanakan untuk mengambil yang perlu dan meninggalkan yang tidak diperlukan.

G. Daftar Pustaka

A. Fattah Wibisono, Pemikiran Para Lokomotif Pembaharuan di Dunia Islam (Jakarta:


Rabbani Press, 2009)
Abd. Mukti, Pembaharuan Lembaga Pendidikan di Mesir (Bandung: Ciptapustaka
Media, 2008)
Abd. Sani, Lintasan Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern dalam Islam (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1998)
Abdul Muta’a>li al-Sha’i>di, al-Mujaddidu>na fi al-Isla>m (t.k: al-Mathba’ah al-
Namuzjabbah, t.th)
Afaf Lutfi al-Sayyid Marsot, A History of Egypt: From the Arab Conquest to the
Present, 2nd edition (New York: Cambridge University Press, 2007)
Ahmad Rofi’ Usmani, Jejak-Jejak Islam: Kamus Sejarah dan Peradaban Islam dari Masa
ke Masa (Yogyakarta: Bunyan, 2015)
Ahmad Syalabi, Mausu>’ah al-Ta>rikh wa al-Hada>rat al-Isla>miyat, jil. V, (t.k.: Maktabah
al-Nahdhah al-Mishriyah, 1973)
Fuji Rahmadi P, ‚Gerakan Pembaharuan Muhammad ‘Ali Pasya dalam Lembaga
Pendidikan di Mesir‛ dalam Jurnal Abdi Ilmu, Vol. 10, No.2, Desember 2017
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta:
Bulan Bintang, 1992)
Imam Hanafi, ‚Dinamika Kebijakan Pendidikan di Mesir: Telaah atas Perjalanan
Pendidikan Pasca Ekspansi Napoleon Bonaparte‛ dalam Jurnal Madania, Vol.6,
No. 2, 2016
John L Espossito, Islam dan Pembangunan, (Jakarta: Rineka cipta, 1990)
Marshall Hodgson, ‚Modernity and the Islamic Heritage‛ dalam Hudgson, Rethingking
World History: Essays on Europe, Islam, and World History (New York:
Cambridge University Press, 1993)
Muh. Mastury, ‚Muhammad Ali Pasha‛ dalam Jurnal al-Ja>mi’ah, Vol.10 (13)
Muliati, ‚Al-Ghazali dan Kritiknya Terhadap Filosof‛ dalam Jurnal Aqidah-Ta, Vol.II,
No.2, Tahun 2016

Jurnal Idrak
Muhammad Ali Pasha: Inovasi Pendidikan Islam| 31

Nisa Assajdah, Pembaharuan Pendidikan Islam: Studi atas Pemikiran Muhammad Ali
Pasya (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2015)
Wahyudin Nur Nasution, Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam (Medan:
IAIN SU, 2000)
Philip K. Hitti, The History of The Arab, terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet
Riyadi (Jakarta: Serambi, 2014)
Syahrin Harahap, Metodologi Studi Tokoh dan Penulisan Biografi (Jakarta: Prenada,
2011)
Tim Penyusun Pustaka Azet, Leksikon Islam, Vol. 2 (Jakarta: Pustaka Pustazet Perkasa,
1988), h.703. Lihat juga dalam John. L. Esposito, ed. Ensiklopedia Oxford Dunia
Islam Modern, terj. Evay, N. Dkk., vol. 3 (Bandung: Mizan, 2001)
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008)
Yuldelasharmi, ‚Dikotomi Ilmu Pengetahuan: Akar Tumbuhnya Dikotomi Ilmu dalam
Peradaban Islam‛ dalam Syamsul Nizar (ed.), Sejarah Pendidikan Islam:
Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah sampai Indonesia (Jakarta:
Kencana, 2007)
Yuli Emma Handayani, Muhammad Ali Pasha dan Al-Azhar: Kajian Tentang Pengaruh
Pembaharuan di Mesir Terhadap Modernisasi Pendidikan di Al-Azhar, (Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah, 2011)
Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia
Islam (Dirasah Islamiyah) (Jakarta: Grafindo Persada, 1996)
Zuhairini, dkk., Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2004)

Vol.1, No.1, Desember, 2018


32 | Radinal Mukhtar Harahap

Jurnal Idrak

You might also like