Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

Jurnal Penelitian p-ISSN 1410-5632

Hukum e-ISSN 2579-8561


Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang.

De Kemenristekdikti: No:30/E/KPT/2018

STANDAR KONTRAK DALAM PERSPEKTIF


HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN
(Standard Contract in Legal Perspectives of Consumer Protection)

Sri Lestari Poernomo


Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia
Jl. Urip Sumoharjo KM.5, Panakkukang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90231
Telp. (0411) 455696
srilestaripoernomo68@gmail.com

Tuisan Diterima: 13-12-2018; Direvisi: 01-03-2019; Disetujui Diterbitkan: 13-03-2019


DOI: http://dx.doi.org/10.30641/dejure.2019.V19.109-120

ABSTRACT
Standard contract or agreement usually uses exoneration clauses in consumer transactions. Standard contract
basically is created from the public needs aimed to provide convenience or practical use for the parties in
dealing transactions. The researched issue is the applicability of the standard contract in the perspective of
Consumer Protection Law? The research uses normative legal research method with a statute approach,
conceptual approach and by observing the experts opinions related to the issues. The research results indicate
that the standard contract containing so many exoneration clauses creates legal consequences for consumers,
as the obligations the business doers should have assumed will transfer to the consumers. The Consumer
Protection Law requires businesses to immediately adjust the standard contract to comply with the provisions
of the Laws, but in practice this is difficult. Restrictions and requirements on the use of standard contracts are
intended to position the consumers on par with the business doers based on the principle of freedom to make
contract and to prevent any issues that may harm the consumers due to ignorance and imbalance factors as
well as manipulation by business doers to gain profits.
Keywords: legal protection; standard contract; consumers.

ABSTRAK
Standar kontrak atau perjanjian baku adalah penggunaan klausula eksonerasi dalam transaksi konsumen.
Standar kontrak pada dasarnya lahir dari kebutuhan masyarakat yang bertujuan untuk memberikan
kemudahan atau kepraktisan bagi para pihak dalam melakukan transaksi. Permasalahan yang diteliti adalah
bagaimana keberlakuan standar kontrak dalam perspektif hukum perlindungan konsumen? Metode penelitian
yang digunakan adalah metode penelitian hukum normatif dengan pendekatan perundangan (statute
approach), pendekatan konseptual (conceptual approch) dan pandangan para ahli yang terkait dengan
permasalahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Standar kontrak yang mengandung klausula eksonerasi
menimbulkan akibat hukum bagi konsumen yaitu tanggung jawab yang semestinya dibebankan kepada
pelaku usaha menjadi tanggung jawab konsumen. Undang-Undang Perlindungan Konsumen mewajibkan
pelaku usaha untuk segera menyesuaikan standar kontrak yang dipergunakan dengan ketentuan Undang-
Undang tetapi dalam praktik hal tersebut sulit dilakukan. Larangan dan persyaratan tentang penggunaan
standar kontrak dimaksudkan untuk menempatkan kedudukan konsumen setara dengan pelaku usaha
berdasarkan prinsip kebebasan berkontrak dan mencegah timbulnya tindakan yang merugikan konsumen
karena faktor ketidaktauan, kedududukan yang tidak seimbang, dan dapat dimanfaatkan pelaku usaha untuk
memperoleh keuntungan.
Kata kunci: perlindungan hukum; standard kontrak; konsumen.
PENDAHULUAN membahas adanya hukum kontrak Indonesia
melindungi hak hidup, kebebasan dan milik sebagai
Penelitian ini adalah penelitian yang hak dasar manusia. Ratio batal relatif suatu kontrak
menitikberatkan pada pengkajian standar kontrak untuk melindungi kedaulatan individu, batal absolut
dalam perspektif perlindungan konsumen. melindungi kepentingan perseorangan dan
Beberapa penelitian sebelumnya telah melakukan kepentingan umum. Penelitian lainnya adalah yang
pengkajian adanya hukum kontrak. Hal ini dapat dilakukan oleh Bambang Sutiyoso2 yang mana dalam
dilihat pada penelitian Zulfirman1 yang
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 1, Maret 2019: 109-120 1
Jurnal Penelitian p-ISSN 1410-5632
Hukum e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang.

De Kemenristekdikti: No:30/E/KPT/2018

penelitian mengungkap bahwa kontrak dalam pihak telah mempersiapkan suatu konsep (draft)
dunia bisnis sangat diperlukan dalam mengawali yang akan berlaku bagi para pihak. Konsep itu
kegiatan kerjasama bisnis. Selanjutnya penelitian disusun sedemikian rupa sehingga pada waktu
yang dikemukakan Muhammad Natsir Asnawi3 penandatanganan perjanjian para pihak tinggal
yang mengangkat isu terpenting dalam mengisi beberapa hal yang sifatnya subjektif
perlindungan hukum kontrak adalah bagaimana seperti; identitas dan tanggal waktu pembuatan
memulihkan hak-hak para pihak yang dirugikan perjanjian yang sengaja dikosongkan sebelumnya.
yang mana hukum kontrak yang masing-masing Sedangkan, ketentuan-ketentuan mengenai
memiliki konteks dan implikasi berbeda, perjanjian (term of conditions) sudah tertulis
misalnya konsep perbuatan melawan hukum, (tercetak) lengkap pada dasarnya tidak dapat
wanprestasi, keadaan memaksa (force majeure), diubah lagi. Konsep perjanjian seperti inilah
asas-asas perikatan, dan sebagainya. Dari yang disebut dengan standar kontrak (perjanjian
beberapa penelitian tersebut, penulis menegaskan standar/perjanjian baku).4 Istilah ini menunjuk
bahwa masih perlu dilakukan penelitian pada syarat-syarat perjanjian yang sudah
selanjutnya, dengan alasan bahwa penelitian dibakukan sebelumnya. Isi standar kontrak telah
tersebut masih terbatas pada hukum kontrak dibuat oleh satu pihak sehingga pihak lainya tidak
secara umum dan belum menitikberatkan pada dapat mengemukakan kehendak secara bebas.
hukum kontrak yang dapat melindungi Singkatnya tidak terjadi tawar menawar mengenai
konsumen. isi perjanjian menurut asas kebebasan berkontrak
Standar kontrak sebenarnya dikenal sejak (Pasal 1320 KUHPerdata).
zaman Yunani Kuno. Menurut laporan dalam Sehubungan dengan perlindungan terhadap
Harvard Law a Review pada 1971 bahwa 99 konsumen yang perlu mendapat perhatian utama
persen perjanjian yang dibuat di Amerika dalam standar kontrak adalah mengenai klausula
Serikat berbentuk Standar Kontrak. Dalam eksonerasi yaitu klausula yang berisi pembebasan
praktik sering ditemukan cara bahwa untuk kewajiban dan pertanggungjawaban pelaku
mengikat suatu perjanjian tertentu, salah satu usaha tetapi dibebankan kepada konsumen. 5 Ada
beberapa klausula eksonerasi yang terdapat dalam
kontrak yang sangat potensial untuk merugikan
1 Zulfirman, “Hak Dasar Manusia dalam Hukum
Kontrak Indonesia: Analisis Kritis Syarat konsumen sehingga perlu diwaspadai, yaitu
Kontrak.” Jurnal Penelitian Hukum De Jure 17, no.2 klausula yang menurut Munir Fuadi6, klausula
(2017): 155-176. yang menyatakan tidak ada pemberian garansi
2 Bambang Sutiyoso, “Penafsiran Kontrak purna jual atas barang yang di jual, klausula yang
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum
menyataka membatasi tanggung jawab jika terjadi
Perdata dan Maknanya Bagi Para Pihak yang
Bersangkutan.” Jurnal Hukum IUS QUIA wanprestasi terhadap garansi purna jual atas
IUSTUM20, no. 2 (2013): 207-233 barang yang dijual, klausula yang memaksakan
3 Muhammad Natsir Asnawi, “Perlindungan Hukum proses beracara yang tidak layak, klausula yang
Kontrak dalam Perspektif Hukum Kontrak menghilangkan tangkisan hukum terhadap hak
Kontemporer.” Masalah-Masalah Hukum 46, no. 1
penerima pengalihan hak (assignee), klausula
(2017): 55-68.
penjaminan silang (cross collateral). Mengapa
timbul praktik standar kontrak, kiranya tidak ada
alasan hukum (argumen yuridis) yang kuat untuk
mendukungnya.7

4 Annurdi. “Penerapan Fiksi Hukum (Fictie Van


Wil En Vertrouwen) dalam Kontrak Baku.” Jurnal
Hukum Media Bhakti 1, no. 2 (2017):157-163.
5 Mariam Darus Badrulzaman, Perlindungan
Terhadap Konsumen Dilihat dari Sudut Perjanjian
Baku (Standar). (Jakarta: Bina Cipta, 1986), 45.
6 Munir Fuadi, Hukum Kontrak (Dari Sudut Hukum
Bisnis), (Bandung: PT Citra Aditya Bhakti, 1999).
7 Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen
Di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010),
99.
Diperkirakan semata-mata untuk saja sehingga menghindari negosiasi yang
menghemat waktu dan uang (alasan ekonomis) berlarut- larut. Disadari bahwa untuk mencapai
2 Standar Kontrak dalam Perspektif (Sri Lestari
Hukum... Poernomo)
Jurnal Penelitian p-ISSN 1410-5632
Hukum e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang.

De Kemenristekdikti: No:30/E/KPT/2018

suatu kesepakatan tentang isi perjanjian, bersifat sepihak, dalam bahasan umum sering
dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk juga disebut disclaimer yang bertujuan untuk
bernegosiasi. Negosiasi berlarut-larut perlu melindungi pihak yang memberikan suatu jasa
dihindari supaya tidak memakan waktu yang tertentu.
terlalu lama dan biaya yang makin banyak. Salah Seperti jasa penjualan pada supermarket/
satu pihak biasanya pihak prinsipiel yang mall, bank, jasa angkutan (kereta api, pesawat
berbentuk korporasi, memiliki konsultan hukum terbang, kapal laut) jasa delivery, dan lain-lain.
yang bertugas untuk menyusun syarat-syarat Dapat dicontohkan klausula baku di sini adalah:
perjanjian (term of conditions) tersebut. Di dalam formulir pembayaran tagihan bank dalam salah
kontrak yang sudah dibakukan, konsultan yang satu syarat yang harus dipenuhi oleh nasabah
bersangkutan berusaha sedemikian rupa adalah “ Bank tidak bertanggung jawab atas
mengamankan dan melindungi kepentingan kelalaian atau kealpaan, tindakan atau
kliennya dari kemungkinan kerugian yang timbul keteledoran dari Bank sendiri atau pegawainya
dari perjanjian.8 Dengan demikian isi perjanjian atau korespondesinya, sub agen lainnya, atau
yang seperti ini umumnya cenderung pegawai mereka “, contoh lain: kuitansi atau
menguntungkan pihak perusahaan prinsipiel, faktur pembelian barang yang menyatakan
karena itu masalah standar kontrak ini berkaitan “Barang yang sudah dibeli tidak dapat ditukar
dengan erat dengan perlindungan konsumen dan atau dikembalikan“, hal tersebut sangat
menjadi salah satu ruang lingkup pembahasan merugikan konsumen karena terdapat hak- hak
dalam perlindungan konsumen, yaitu melindungi yang dilanggar.
konsumen dari kemungkinan diterapkannya
Menurut Hodius,10 dalam standar kontrak
syarat-syarat yang merugikan atau tidak adil di
terdapat pelanggaran terhadap asas kebebasan
dalam perjanjian.
berkontrak yang merupakan suatu pendirian
Dalam hukum kontrak dikenal tiga asas umum Negara Inggris yang menyatakan
antara satu dengan lainnya saling berkaitan, “Exemption clauses diftergreatlyin many respec.
yakni asas konsensualisme (the principle of Probalythe most objectionable are found in the
consensualism, het consensualisme), asas complex condition which are now so common.
kekuatan mengikatnya kontrak (the principle In the ordinary way the custumer has no time to
of the binding force of contract, de verbindende read them if he die read them would probably
kracht van de overeenkomst), dan asas kebebasan not understand the. If he did understand and
berkontrak (principle of freedom of contract, de objected to any them be would generally be told
contractsvrijheid).9 Bentuk standar kontrak telah that he could take it or leave it. If he them went to
muncul pada setiap level transaksi bisnis, mulai another supplier, the reesult would he the same.
dari transaksi bisnis berskala besar sampai pada Freedom to contract must surely imply some
kaki lima. Munculnya standar kontrak sebenarnya voice or room for barganing (Suise Atlantiquev.
merupakan akibat tidak langsung dari Rotterdamsche Kohen Centrale (1996), 2 Aller,
introduction asas kebebasan berkontrak (Pasal 69,77 “. Beberapa ahli hukum tidak memberikan
1320 dan Pasal 1338 KUHPerdata). Tidak adanya dukungan terhadap standar kontrak ini, seperti
aturan-aturan substansial yang mampu halnya Sluijer menyatakan bahwa standar kontrak
menyeimbangkan posisi tawar (bargaining itu bukan perjanjian, sebab kedudukan pelaku
position) diantara para pihak dan keterpaksaan usaha di dalam perjanjian seperti pembentuk
pada pihak lain. Standar kontrak banyak undang– undang swasta (legio particulere
digunakan dalam setiap perjanjian yang wetgever), syarat yang ditentukan pelaku usaha
dalam perjanjian itu adalah undang–undang
bukan perjanjian, Pitlo mengatakan sebagai
8 Ilham Abbas, Salle Salle, Hardianto Djanggih.
Corporate Responsibility Towards Employees
perjanjian paksa (dwangcontract).
Welfare”. Yuridika 34, no.1 (2019): 36-52. Standar kontrak pada umumnya
9 Ridwan Khairandy, “Landasan Filosofis Kekuatan memanfaatkan undue influence yaitu keadaan
Mengikatnya Kontrak”. “Jurnal Hukum IUS QUIA
(kelemahan, keraguan, atau keadaan tertekan)
IUSTUM 18 (2011): 36-55.

10 E.H. Hodius, (Kosumenterecht, Praedvies in


Nederlanddse Vereniging voor Recht Swerlijking,
(Kluwer: Deventer, 1987).

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 1, Maret 2019: 109-120 3


Jurnal Penelitian p-ISSN 1410-5632
Hukum e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang.

De Kemenristekdikti: No:30/E/KPT/2018

pihak konsumen, sehingga perilaku atau METODE PENELITIAN


keputusan pihak tersebut berubah secara tidak
Metode penelitian yang digunakan pada
bebas, demi keuntungan pelaku usaha, adapun
penelitian ini adalah metode penelitian hukum
undue influence dalam standar kontrak menurut
normatif yang menitikberatkan pada pengkajian
Johannes Gunawan11 bahwa isi standar kontrak
terhadap asas-asas hukum, peraturan perundangan
tidak masuk akal, tidak patut bertentangan
yang terkait dengan pemberlakuan standar
dengan kemanusiaan (unfair contract terms),
kontrak dalam masyarakat sebagai upaya
pihak dalam strandar kontrak tertekan, konsumen
perlindungan hukum kepada konsumen. Adapun
dalam standar kontrak tidak memiliki pilihan
yang digunakan adalah pendekatan perundang-
lain, kecuali menerima isi standar kontrak
undangan (statute approach) yaitu suatu analisis
walaupun dirasakan memberatkan, hak dan
yang mengkaji peraturan perundang-undangan
kewajiban para pihak tidak seimbang, standar
dan aturan yang terkait dengan permasalahan
kontrak dibuat oleh pihak pelaku usaha sehingga
yang diteliti, pendekatan konseptual (conceptual
tidak ada negosiasi mengenai isi standar kontrak
approach) yaitu pendekatan yang dilakukan
sebelumnya dengan konsumen. Negosiasi tidak
dengan mengkaji konsep- konsep maupun
terjadi maka terjadilah “unequabargaining power
pandangan para ahli yang terkait dengan
or unconscionability” (posisi tawar pihak
permasalahan. Adapun teknik dan alat
konsumen selalu lemah), konsumen tidak
pengumpulnan bahan hukum dilakukan dengan
memiliki pilihan kecuali menerima persyaratan
cara studi kepustakaan yakni dengan
yang ada, pertimbangan ekonominya hanyalah
menginventarisir dan mengkaji peraturan
didasarkan pada faktor “efisiensi“ dalam
perundangan, dokumen maupun jurnal hukum,
pembuatan kontrak.
serta hasil-hasil penelitian terdahulu yang terkait
Berdasarkan latar belakang tersebut di dengan penerapan standar kontrak dalam hukum
atas, maka dapat dirumuskan permasalahan perlindungan konsumen. Analisis bahan hukum
yaitu: bagaimana analisis standar kontrak dalam dalam penelitian ini adalah penelitian bersifat
perspekstif hukum perlindungan konsumen deskriptif yang dilakukan dengan cara
Indonesia, implementasi serta solusi yang menguraikan penjelasan mengenai bahan hukum,
di harapkan.” Dalam penelitian ini penulis untuk selanjutnya menarik konklusi secara
mengunakan dua landasan teori yaitu Teori deduktif dari suatu permasalahan secara umum
Hukum Perjanjian dan Teori Perlindungan guna mendapatkan gambaran mengenai
Hukum. Teori Hukum Perjanjian berkaitan keabsahan pemberlakuan standar kontrak ditinjau
dengan standar kontrak mengacu pada asas-asas dari hukum perjanjian dan hukum perlindungan
hukum perjanjian yang menjadi dasar dari standar konsumen Indonesia terhadap pelaksanaan
kontrak. Asas-asas hukum perjanjian tersebut standar kontrak dalam masyarakat sebagai uapaya
segala upaya yang dilakukan untuk menjamin perlindungan hukum bagi konsumen Indonesia.
adanya kepastian hukum yang didasarkan pada
keseluruhan peraturan dan kaidah yang ada
dalam suatu kehidupan bersama.12 Teori ini
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
seirama dengan bunyi Pasal 1 Undang-Undang
A. Standar Kontrak dalam Teori, Hukum
Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999,
perjanjian dan Hukum Perlindungan
Perlindungan Hukum diarahkan untuk menjamin
kepastian keberadaan kepentingan subyek hukum Konsumen Indonesia
yang diterjemahkan dalam bentuk perangkat Payung hukum pelaksanaan perlindungan
hukum yang sifatnya preventif dan represif, konsumen di Indonesia diatur dalam Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen. Perlindungan hukum
terhadap konsumen merupakan kepastian hukum
perlindungan terhadap pemenuhan hak-hak
11 Johannes Gunawan. “Penggunaan Perjanjian konsumen.13 Kepastian hukum yang dimaksud
Standar dan Implikasinya Pada Azas Kebebasan
Berkontrak.” Majalah Fakultas Hukum Universitas
Padjajaran (1987):3-4. 13 Susilowati Suparto, Djanurdi, Deviana Yuanitasari,
12 Sudikno Mertokusumo, Teori Hukum (Edisi dan Agus Suwandono. “Harmonisasi Dan
Revisi), (Jogjakarta : Cahaya Atma, 2012), 11. Sinkronisasi Pengaturan Kelembagaan Sertifikasi
dalam pengertian upaya untuk
ini meliputi segala memberdayakan
112 Standar Kontrak dalam Perspektif (Sri Lestari
Hukum... Poernomo)
Jurnal Penelitian p-ISSN 1410-5632
Hukum e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang.

De
konsumen untuk
Kemenristekdikti: No:30/E/KPT/2018

konsumen yang Hukum


Universitas
setinggi-tingginya
memperoleh atau perlu dilindungi sesuai dengan
Gadjah Mada 28,
menentukan dari tindakan- no. 3 (2016): 427- prinsip ekonomi
pilihannya atas tindakan yang 438. yang dianut yaitu
barang atau jasa dapat merugikan 14 Hanum “prinsip mencari
kebutuhannya konsumen. Hak- Rahmaniar keuntungan yang
serta hak ini merupakan Helmi.
setinggi-tingginya
“Eksistensi
mempertahankan hak-hak yang Badan melalui
atau membela sifatnya mendasar Penyelesaian pengorbanan yang
hak-haknya dan universal Sengketa sekecil-kecilnya.”
apabila dirugikan sehingga perlu Konsumen Dalam rangka
Dalam Memutus
oleh perilaku mendapat jaminan mencapai
Sengketa
pelaku usaha dari negara untuk Konsumen Di keuntungan yang
penyedia pemenuhannya. Indonesia.” setinggi- tingginya
kebutuhan Pengertian Jurnal Hukum itu para
konsumen konsumen secara Acara Perdata produsen/pelaku
ADHAPER 1, no.
tersebut.14 umum adalah 1 (2015): 77-89.
usaha harus
Ditetapkanny pemakai, 15 Tami Rusli. bersaing antar
a pengguna dan/atau “Keterbatasan sesama mereka
hukum pemanfaat barang Badan dengan perilaku
dan/atau jasa Penyelesaian bisnisnya sendiri-
perlindungan Sengketa
konsumen, untuk diri sendiri, Konsumen sendiri yang dapat
tentunya tidak orang lain dan dalam merugikan
untuk mematikan tidak Penyelesaian konsumen.
usaha para pelaku diperdagangkan.16 Sengketa Ketatnya
Namun, dalam Konsumen.”
usaha, tetapi persaingan dapat
Masalah-
justru untuk realitas sosial, Masalah Hukum mengubah perilaku
mendorong iklim antara konsumen 43, no. 2 (2014): ke arah persaingan
berusaha yang dan pelaku usaha 233-239. yang tidak sehat
sehat dan atau produsen, 16 Abdul Halim guna melindungi
sering terjadi Barkatullah,
menumbuhkan kepentingan
Hak-Hak
kesadaran pelaku hubungan korelasi Konsumen, masing-masing
usaha mengenai dan sebab akibat (Bandung: Nusa yang saling
pentingnya yang menyangkut Media, 2010), 8. berbenturan. 18

perlindungan hak dan kewajiban 17 Artidjo


Sehingganya,
Alkostar.
konsumen masing-masing kaitannya dengan
“Fenomena-
sehingga dapat pihak. Antara fenomena Pengertian
melahirkan pelaku usaha atau Paradigmatik Konsumen di atas
perusahaan yang produsen dengan Dunia
yang terdapat
konsumen atau Pengadilan di
tangguh dalam Indonesia dalam Undang-
menghadapi pelanggan dapat (Telaah Kritis Undang
persaingan, terjadi hubungan terhadap Perlindungan
sekaligus pula saling Putusan Konsumen,
adanya kepastian membutuhkan.17 Sengketa
memberikan
Konsumen.”
terhadap Para produsen atau pelaku usaha
Jurnal Hukum definisi tentang
perlindungan berupaya untuk mencari Ius Quia Iustum klausula baku
26, no. 11 dalam Pasal 1
konsumen.15 (2014):1-14. angka 10 yaitu
Perlindungan Halal Terkait “Klausula Baku
hukum terhadap Perlindungan adalah setiap aturan
konsumen Konsumen atau ketentuan dan
Muslim
didasarkan pada syarat-syarat yang
Indonesia.”
adanya sejumlah Mimbar telah dipersiapkan
hak-hak Hukum- dan ditetapkan
Fakultas
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 1, Maret 2019: 109-120 113
Jurnal Penelitian p-ISSN 1410-5632
Hukum e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang.

De terlebih dahulu
Kemenristekdikti: No:30/E/KPT/2018

biasa disebut asas pacta sun berhak menuntut


secara sepihak dengan perjanjian servanda yang pelaksanaan perjanjian
oleh pelaku usaha baku.20 menitikberatkan itu. Lebih lanjut
yang dituangkan Pemberlakua pada kepastian perjanjian merupakan
dalam dokumen n standar kontrak hukum para pihak suatu hubungan
dan atau dalam masyarakat yang hukum antara subjek
perjanjian yang tidak terlepas dari terimplementasi hukum yang satu
mengikat dan tiga asas penting pada perjanjian dengan subjek hukum
wajib dipenuhi yang berlaku menjadi perikatan yang lain yang di
konsumen”. dalam hukum yang tercermin pada dahului dengan
Standar Kontrak perjanjian yaitu bentuk adanya kesepakatan,
yang berkembang asas penandatanganan dimana subjek hukum
dalam konsesualisme standar kontrak, yang satu berhak atas
masyarakat yang menekankan asas kebebasan suatu prestasi dan
memiliki ciri pada aspek berkontrak yang subjek hukum lain
antara lain; percapaian menekankan pada berkewajiban
bentuknya kesepakatan para kebebasan membuat melakukan
tertulis, pihak dalam atau tidak pemenuhan suatu
formatnya perjanjian, prestasi. 22
Asas
dibakukan, 18 Dedi Harianto. mengadakan kebebasan yang
syarat-syaratnya “Asas perjanjian dengan dimaksud adalah
ditentukan oleh Kebebasan siapapun, bahwa semua pihak
pelaku usaha, Berkontrak:
menentukan isi bebas menjalin
Problematika
konsumen hanya perjanjian, hubungan perikatan
Penerapannya
dapat menerima Dalam pelaksanaan dan dengan pihak
atau menolak, Kontrak Baku persyaratan, manapun yang
isinya ANtara menentukan bentuk dikehendakinya,
menguntungkan Konsumen termasuk bebas
Dengan Pelaku
perjanjian tertulis
pelaku usaha.19 Usaha.” Jurnal atau lisan. 21 menentukan
Hal ini syaratnya,
Hukum Menurut Pasal
sangat erat Samudra pelaksanaannya dan
1313 KUHPerdata
kaitannya dengan Keadilan 11, bentuk kontraknya.
no. 2 (2016): menyatakan bahwa
Perkembangan Hal ini sebagaimana
145-156. “Perjanjian adalah
ekonomi, serta dipertegas dalam
19 Abdulkadir suatu perbuatan
perlunya efisiensi Muhammad, Pasal 1338 KUH
dimana satu orang
dalam setiap Perjanjian Perdata bahwa semua
atau lebih mengikat
kegiatan bisnis Baku dalam kontrak perjanjian
Praktik dirinya terhadap satu
mempengaruhi yang dibuat secara sah
Perusahaan orang atau lebih”.
perkembangan berlaku sebagai
Perdagangan, Lebih lanjut menurut
penggunaan (Bandung: undang-undang bagi
R. Wirjono
perjanjian. Citra Aditya mereka yang
Prodjodikoro,
Hampir setiap
Bakti, 1992). membuatnya.23
20 Abdul Karim perjanjian adalah
kegiatan yang Munthe. suatu perhubungan Apabila
langsung “Penggunaan hukum mengenai dikaitkan dengan
berhubungan Perjanjian harta benda antara standar kontrak
dengan orang Buku dalam memang esensi
Transaksi dua pihak, dalam
yang banyak, Bisnis mana suatu pihak tercapai kesepakatan
perusahaan selalu Menurut berjanji atau (konsesualisme) pada
menggunakan Hukum Islam.” dianggap berjanji standar kontrak masih
perjanjian yang AHKAM: untuk melakukan diragukan dikarenakan
telah dibuat Jurnal Ilmu
sesuatu hal atau adanya penentuan
Syariah 15, no.
sepihak oleh 2 (2015):211- untuk tidak sepihak isi kontrak,
perusahaan, 220. melakukan suatu hal, namun oleh Asser
perjanjian ini sedang pihak lain Rutter24 hal tersebut
standar kontrak,
114 Standar Kontrak dalam Perspektif (Sri Lestari
Hukum... Poernomo)
Jurnal Penelitian p-ISSN 1410-5632
Hukum e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang.

De
21 HS
Pengantar
Salim,
Kemenristekdikti: No:30/E/KPT/2018

tidak perlu 1339 pelaku usaha untuk


diperdebatkan KUHPerdata, mengurangi
Hukum Perdata
Tertulis, lagi karena, yang sudah manfaat jasa atau
(Jakarta: Sinar “setiap orang mengatur rambu- mengurangi harta
Grafika, Jakarta, yang rambu utama kekayaan
2003), 12. menandatangani penerapan isi konsumen yang
22 I Gusti Agung dalam standar menjadi objek jual
perjanjian,
Wisudawan.
“Bentuk bertanggung kontrak yaitu: beli jasa;
Kepastian jawab pada isi ketentuan menyatakan
Perlindungan dan apa yang mengenai tunduknya
Hukumdalam ditandatangani. larangan untuk konsumen pada
Perjanjian
Jika orang pengalihan aturan baru selama
Pembiayaan
Konsumen.” membubuhkan tanggung jawab masa pemanfaatan
GaneÇ Swara 7, tanda tangan pelaku usaha; barang dan jasa;
no. 1 (2013):1-8. pada formulir menyatakan menyatakan bahwa
23 Dewi standar kontrak, bahwa pelaku konsumen
Hendrawati
“Penerapan
tanda tangan itu usaha berhak memberi kuasa
Asas Kebebasan mengakibatkan menolak kepada pelaku
Berkontrak kepercayaan penyerahan usaha untuk
Dalam bahwa yang kembali barang pembebasan hak
Pembuatan menandatangani dan sudah dibeli tanggungan, hak
Perjanjian Baku
(Studi Normatif mengetahui dan konsumen; gadai, hak jaminan
pada Perjanjian menghendaki isi pelaku usaha terhadap barang
Pembiayaan formulir yang berhak menolak yang dibeli
Konsumen).” ditandatanganiny penyerahan konsumen secara
Masalah- kembali uang angsuran; larangan
a. Oleh karena
Masalah
Hukum 40, no. itu untuk yang dibayarkan pencantuman
4 (2011): 411-418. mengasumsikann atas barang klausula baku yang
24 Mariam Darus ya apakah dan/atau jasa letak dan
Badrulzaman, standar kontrak yang telah dibeli bentuknya sulit
Aneka Hukum konsumen; terlihat atau tidak
itu merugikan
Bisnis,
konsumen tidak menyatakan dapat dibaca secara
serta merta pemberian kuasa jelas, dan tidak
mengacu pada dari konsumen dimengerti (Pasal
aspek kepada pelaku 18 Ayat
kesepakatan usaha baik secara (1) dan Ayat (2)
semata, langsung maupun UUPK).
melainkan perlu tidak langsung Dengan
dikomparasikan untuk melakukan mengacu pada
dengan isi dan segala tindakan ketentuan di atas
pelaksanaan dari sepihak yang tentunya akan
kontrak tersebut berkaitan dengan lebih mudah dalam
sebagai barang yang mengindentifikasi
penerapan asas dibeli konsumen apakah standar
kebebasan secara angsuran; kontrak yang
berkontrak. mengatur perihal diberlakukan
Undang- pembuktian atas kepada pelaku
Undang hilangnya usaha berpotensi
Perlindungan kegunaan barang
Konsumen yang atau pemanfaatan
secara spesifik jasa yang dibeli
(Bandung: PT
merupakan lex oleh konsumen; Alumni, 2005).
specialis dari memberi kepada
penjabaran Pasal merugikan sebagai panduan
1337 dan Pasal konsumen, dan bagi konsumen
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 1, Maret 2019: 109-120 115
Jurnal Penelitian p-ISSN 1410-5632
Hukum e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang.

De sehingga pada
Kemenristekdikti: No:30/E/KPT/2018

diharapkan hubungan hukum, B. Standar


tahap law bersikap hati-hati sekalipun para Kontrak
enforcement akan dalam membeli pihak atas dasar dalam
memudahkan suatu produk dan asas kebebasan Implementasi
menjatuhkan ini tidak dituntut berkontrak diberi dan Solusi
sanksi hukum kepada pelaku keleluasaan dalam Perlindungan
kepada pelaku usaha bersikap menentukan
Hukum bagi
usaha. hati-hati dalam substansi kontrak
Konsumen
Perlindungan memasarkan tetapi substansi
konsumen pada produknya. The tersebut tidak serta Indonesia
dasarnya berupaya Due care Theory, merta berdiri sendiri Seperti yang
untuk lebih menekankan melainkan harus telah dijelaskan
menyinergikan pada beban sesuai dengan sebelumnya bahwa
kedudukan antara pembuktian ketentuan yang penelitian ini
konsumen dan kepada konsumen diatur dalam mengunakan Teori
pelaku usaha jika timbul peraturan Perlindungan
akibat hubungan sengketa antara Perundangan yang Hukum Preventif
yang terbentuk pelaku usaha, secara mendasar dan Teori
dengan mengacu konsumen dipihak disebutkan dalam Perlindungan
pada prinsip- yang lemah dan Pasal 1337 dan Hukum Represif.
prinsip25: let the tidak tahu apa 1339 KUHPerdata. Perlindungan
buyer beware, the yang harus hukum preventif
due care theory, dibuktikan, the menekankan peran
the privacy of privity of contract, penting pemerintah
contract dan teori yang memberikan dalam mencegah
kontrak bukan peluang timbulnya kerugian
syarat . Dari mengguggat yang akan dialami
beberapa teori pelaku usaha oleh konsumen
diatas, untuk sebatas yang diatur akibat
menganalisis dalam kontrak, mengkosumsi
keterkaitan antara ditengah maraknya produk yang tidak
kedudukan standar kontrak sesuai dengan
konsumen dengan yang diberlakukan standarisasi mutu,
pelaku usaha pelaku usaha di upaya-upaya
dalam kontrak tambah klausul pencegahan ini
baku akan lebih eksonerasi yang dapat dilakukan
tepat jika sangat merugikan dengan cara26,
menggunakan konsumen. Jadi meningkatkan
teori “ kontrak berdasar sosialisasi
bukan syarat” kelemahan dari mengenai aturan-
sebagai dasar tiga teori tersebut aturan yang terkait
acuanya. Hal ini di atas “teori dengan
dikarenakan kontrak bukan perlindungan
beberapa teori syarat “ konsumen;
lainnya syarat merupakan alat melakukan
mengandung analisis yang pengawasan
kelemahan paling tepat karena sebagai
seperti: let the kontrak dibuat pelaksanaan fungsi
buyer beware” oleh para pihak kontrol sosial; dan
yang tidak bukan merupakan melakukan
memberikan undang-undang pembinaan berupa
perlindungan melainkan hanya pemberian
sama sekali pada sebagai alat bimbingan petunjuk
konsumen. penegasan bahwa dan penyuluhan
telah terjadi mengenai
Konsumen
116 Standar Kontrak dalam Perspektif (Sri Lestari
Hukum... Poernomo)
Jurnal Penelitian p-ISSN 1410-5632
Hukum e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang.

De
pelaksanaan
Kemenristekdikti: No:30/E/KPT/2018

untuk konsumen 26 A.Z. Nasution,


Pengantar
(Jakarta: Daya
Widya, cetakan
jaminan tetapi untuk
Hukum ke II, Jakarta,
keamanan dan pelaku usaha Perlindungan 2002), 119.
keselamatan sehingga Konsumen,
terhadap diharapkan terjadi menitikberatkan dari hulu hingga hilir.
penggunaan alat, sinergi yang pada proses Hulu maksudnya
bahan baku, atau positif antara penyidikan dan legalitas dalam
hasil produksi, konsumen dan penyelidikan serta tahapan pra kontrak
pengangkutan pelaku usaha. sanksi. Upaya ini dan kontratual seperti
bahan baku, Badan memberikan peran mengenai kesepakatan
pencegahan Pengawasan Obat penting pada maupun penentuan
timbulnya dan Makanan keterlibatan aparat substanti kontrak yang
kerusakan (BPOM), Bea hukum yang disesuaikan dengan
terhadap Cukai, dilakukan dengan ketentuan
lingkungan Kemenperindag, mengefektifkan perundangan,
hidup, Kemenkes, MUI fungsi sanksi hukum sedangkan hilir
pengamanan serta Badan baik sanksi perdata, sebagai tahapan
terhadap Standarisasi Mutu sanksi pidana pelaksanaan kontrak
keseimbangan Indonesia (SNI, maupun sanksi (pasca kontrak) yang
dan kelestarian ISO, dll), Badan administratif, diterapkan dalam
sumber daya Perlindungan sebagaimana diatur bentuk konsekuensi
alam, sosialisasi Konsumen dalam Undang- pertanggungjawaban
bisa dilakukan Indonesia Undang Nomor 8 atas penerapan standar
melalui media (BPKN), Yayasan Tahun 1999 tentang kontrak.27 Namun
massa TV, Koran lembaga Perlindungan apabila suatu standar
atau media Konsumen Konsumen, yang kontrak menempatkan
online, dan Indonsia (YLKI) mekanismenya kondisi yang tidak
sosialisasi itu sangat diperlukan melalui Badan seimbang (berpotensi
juga dapat agar berperan Penyelesaian merugikan) maka
dilakukan melalui aktif untuk Sengketa Konsumen untuk mengatasinya
pembelajaran melakukan (BPSK) dan dapat dilakukan
aktif di sekolah kegiatan-kegiatan Pengadilan Negeri dengan mengadakan
dan perguruhan yang disebutkan (PN). beberapa upaya
tinggi karena sebelumnya pemulihan (restitutif)
Beragam upaya
materi masalah secara periodik yaitu:28 Negosiasi
perlindungan
“perlindungan (berkesinambung Ulang merupakan
konsumen atas
konsumen” an). suatu tahapan yang
pemberlakuan
merupakan hal Perlindunga mendahului
kontrak baku yang
yang sangat n hukum represif penyesuaian peranjian
terdapat dalam
urgen dalam ditujukan untuk yang dimaksudkan
penerapan berbagai
pembentukan menyelesaikan untuk pemulian
prinsip perlindungan
sumber daya sengketa apabila keseimbangan. Nilai-
baik mulai dari
yang berkualitas. sudah terjadi nilai kepatutan dan
prinsip perjanjian,
Sosialisasi ini kerugian di pihak kelayakan akan
prinsip kedudukan
bukan saja konsumen berperan penting
konsumen dengan
diberlakukan dengan dalam proses muatan
pelaku usaha, dan
prinsip baru isi perjanjian
tanggungjawabyang para pihak yang
25 Shidarta, 61. diarahkanuntukmen mengalami suatu
Hukum keadaan yang tidak
Perlindungan ciptakan suatu
Konsumen kepastian hukum terduga (over macht).
Indonesia, yang sifatnya Negosiasi ulang dalam
(Jakarta: PT holistic protection rangka memperbaiki
Grasindo, Edisi
yakni perlindungan perjanjian dapat
Revisi, 2006), dilakukan melalui
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 1, Maret 2019: 109-120 117
Jurnal Penelitian p-ISSN 1410-5632
Hukum e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang.

Deperdamaian
Kemenristekdikti: No:30/E/KPT/2018

sudah sangat suatu komparasi “klausula


(schikking), merugikan misalnya, eksonerasi”.
mediasi atau konsumen, pembatasan Secara umum
campur tangan pilihan tepat wewenang memang dapat
hakim; adalah pelaku usaha ditunjuk beberapa
Penyesuaian: pembatalan untuk membuat pasal dalam
dengan cara perjanjiaan klausula KUHPerdata, salah
mengurangi (pengakhiran), eksonerasi lebih satunya adalah
prestasi secara secara normatif banyak Pasal 1337
setara antara dapat diserahkan KUHPerdata,
pelaku dan dikatagorikan kepada inisiatif sekalipun untuk
konsumen, serta dalam bentuk konsumen, jika dapat menguji
perjanjian dibatalkan atau ada konsumen sejauhmana
dibatalkan untuk batal demi yang dirugikan, perjanjian itu
sebagian, maka ini hukum, ini sesuai berdasarkan bertentangan, perlu
disebut dengan Pasal Unifrom proses melalui
penyesuaian 1320 dan Pasal Commercial gugatan di
terhadap 1337 Code 1978, pengadilan29
perjanjian, dan KUHPerdata, konsumen dapat padahal kekuatan
apabila suatu suatu perjanjian mengajukan yurisprudensi
standar kontrak yang terbentuk gugatan ke dalam sistem
karena adanya pengadilan. hukum Indonesia
27 Nurul Qamar unsur cacat Putusan- putusan tidak seperti yang
dan Hardianto kehendak pengadilan inilah berlaku di negara-
Djanggih. maupun yang akan negara Anglo
“Peranan dijadikan Saxon. Dengan
ketidakcakapan
Bahasa Hukum
dalam bertindak akan masukan demikian sebagai
Perumusan membawa perbaikan perbandingan yang
Norma konsekuensi legislasi yang kedua langka yang
Perundang- dibatalkan. telah ada, ditempuh di Negeri
undangan.”
Sedang batal termasuk sejauh Belanda dengan
Jurnal Ilmiah
Kebijakan demi hukum mana Pemerintah menerapkan:
Hukum 11, no. 3 mengarah pada dapat campur seperti membuat
(2017): 337-347. bentuk perbuatan tangan dalam undang–undang
28 Herlien yang melanggar penyusunan yang bersifat
Budiono, Asas
undang-undang, standar kontrak. memaksa yang
Keseimbangan
bagi Hukum kesusilaan dan Bagi Indonesia melarang
Perjanjian kepatutan. ketentuan penggunaan
Indonesia Terhadap membatasi klausula baku atau
Hukum keadaan ini akan wewenang klausula
Perjanjian
Berlandaskan muncul ganti pembuatan eksonerasi,
Asas-Asas kerugian klausula misalnya: yang
Wigati (kompensasi) eksonerasi ini termuat dalam
Indonesia, sebagai corak belum diatur undang-undang
(Bandung: Citra secara tegas sewa beli atas
keperdataan
Aditya Bakti,
2006), 487. sebagai dalam undang- benda tak bergerak
instrumen untuk undang. (huurkoop
memulihkan Ketentuan satu- Onroerend Goed);
hubungan hukum satunya baru memberikan
para pihak yang ditemukan dalam kesempatan kepada
telah terganggu undang- undang pemerintah untuk
sebelumnya. Perlindungan mengesahkan
Di Amerika Konsumen, klausula baku atau
Serikat sebagai walaupun di situ klausula
digunakan istilah
118 Standar Kontrak dalam Perspektif (Sri Lestari
Hukum... Poernomo)
Jurnal Penelitian p-ISSN 1410-5632
Hukum e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang.

De
29 J. Satrio,
Kemenristekdikti: No:30/E/KPT/2018

Umumnya,
(Bandung: berdasarkan atas
membaca,
Hukum menandatangani
Alumni, asas konsesualisme
Perikatan‐ 1999).
standar kontrak dari
Perikatan Pada dengan tanda perjanjian yang
eksonerasi atas kontrak dengan tangan atau ditawarkan pelaku
permintaan dari memuat klausula ditekannya tombol usaha. Dengan
pihak yang baku atau kalusula agree atau sign up membuat suatu
berkepentingan; eksonerasi disetiap atau OK dalam undang-undang
dibukanya dokumen atau webside konsumen khusus yang
kemungkinan oleh transaksi kepada pelaku bersifat memaksa
undang-undang perjanjian usaha yang berisi dan bersanksi yang
untuk perdagangan penawaran yang melarang
keikutsertaan barang dan jasa, tertuang dalam penggunaan
organisasi sepanjang standar standar kontrak klausula eksonerasi
konsumen dalam kontrak atau berarti kontrak yang merugikan
rangka perjanjian baku memiliki kekuatan konsumen
perundingan tersebut tidak yang mengikat diharapkan
dengan pihak mencantumkan antara para pihak konsumen hak-
pelaku usaha ketentuan (Pasal 1338 haknya terlindungi.
dalam pembuatan sebagaimana KUHPerdata). Dibuka kesempatan
standar kontrak dilarang dalam kepada pihak-
SARAN
dengan klausula Pasal 18 Ayat (1) pihak yang terkait
baku atau klausula dan Ayat (2) Adapun yang dalam perlindungan
eksonerasi; Undang-Undang menjadi saran- konsumen yaitu
undang-undang Nomor 8 Tahun saran dari penelitian organisasi
memberi 1999 tentang ini adalah; Untuk konsumen dan
kewenangan Perlindungan memberi pemerintah dalam
kepada Konsumen. perlindungan rangka perundingan
Ombudsman hukum bagi dengan pihak
untuk mengajak KESIMPULA konsumen pelaku usaha dalam
pihak-pihak dilakukan pembuatan standar
N perlindungan
mengubah kontrak. Perlu
klausula Standar hukum preventif adanya pembahasan
eksonerasi dalam kontrak diatur dan represif dengan tentang standar
kontrak. Jika dalam Pasal 10 sosialisasi aturan, kontrak yang lebih
pihak pelaku Undang-Undang fungsi kontrol dan komprehensif
usaha menolak Perlindungan sanksi baik pelaku terkait dengan
perundingan Konsumen dan usaha maupun aturan lain
tersebut, kontrak yang konsumen. Perlu misalnya; Hukum
Ombudsman berisi klausula dilakukan Pidana, Hukum
konsumen dapat eksonerasi seperti sosialisasi, Adminitrasi
memprosesnya yang dilarang pembinaan dan Negara, dan lain-
secara hukum dalam ketentuan pendidikan aktif lain berubungan
lewat pengadilan Pasal 18 UUPK baik formal maupun dengan standar
khusus, seperti dinyatakan batal informal serta kontrak dengan
Pengadilan demi hukum, dan konsumen harus dukungan teori
Marknadsdomtol ini dikuatkan oleh lebih aktif, teliti yang memadai.
di Belanda. Pasal 1337 dan dalam
Pasal 1339 UCAPAN
Undang-
KUHPerdata. Pada TERIMA KASIH
Undang
saat diterimanya Ucapan terima
Perlindungan
standar kontrak kasih dan
Konsumen tidak
yang ditawarkan penghargaan
melarang pelaku
pelaku usaha disampaikan
usaha untuk
kepada konsumen kepada Ketua
membuat standar
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 1, Maret 2019: 109-120 119
Jurnal Penelitian p-ISSN 1410-5632
Hukum e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang.

De Lembaga
Kemenristekdikti: No:30/E/KPT/2018

dorongan dan Asas-Asas 2002).


Penelitian dan motivasi kepada Wigati Salim, H.S,
Pengembangan penulis untuk Indonesia, Pengantar
Sumber Daya menyelesaian (Bandung: Hukum Perdata
(LP2S) karya tulis ilmiah Citra Aditya Tertulis,
Unviversitas ini sehingga Bakti, 2006).
Muslim diharapkan dapat (Jakarta: Sinar
Indonesia dan memberi Fuadi, Munir, Grafika, Jakarta,
Dekan Fakultas bermanfaat bagi Hukum 2003).
Hukum pengembangan Kontrak (Dari Satrio, J, Hukum
Universitas kelimuan ilmu Sudut Hukum Perikatan-
Muslim hukum. Bisnis), Perikatan Pada
Indonesia atas (Bandung: PT Umumnya,
DAFTA Alkostar, Citra Aditya (Bandung:
R Artidjo. Bhakti, 1999). Alumni, 1999).
KEPUS “Fenome Hodius, E.H., Sidabalok, Janus,
B TAKAA na- (Kosumenterec Hukum
u fenomena ht, Praedvies
N Perlindungan
k Paradigm in Konsumen Di
u atik Nederlanddse Indonesia,
Dunia Vereniging voor (Bandung: Citra
Pengadila Recht Aditya Bakti,
n di Swerlijking, 2010).
Indonesia (Kluwer: Shidarta, Hukum
(Telaah Deventer, Perlindungan
Kritis 1987). Konsumen
terhadap Mertokusumo, Indonesia,
Putusan Sudikno, Teori (Jakarta: PT
Sengketa Hukum (Edisi Grasindo, Edisi
Konsume Revisi), Revisi, 2006).
n.” (Jogjakarta :
Jurnal Cahaya Atma, Jurnal
Hukum 2012). Abbas, Ilham, Salle
Ius Quia Salle and
Muhammad,
Badrulzaman, (Bandung: PT Abdulkadir, Hardianto
Miriam Alumni, 2005). Perjanjian Djanggih.
Darus, Barkatullah, Abdul Baku dalam Corporate
Perlindungan Halim, Hak- Praktik Responsibility
Terhadap Hak Perusahaan Towards
Konsumen Konsumen, Perdagangan, Employees
Dilihat dari (Bandung: (Bandung: Welfare”.
Sudut Nusa Media, Citra Aditya Yuridika 34, no.1
Perjanjian 2010). Bakti, 1992). (2019): 36-52.
Baku Budiono, Helien, Nasution, A.Z.,
(Standar). Asas Pengantar
(Jakarta: Bina Keseimbangan Hukum
Cipta, 1986). bagi Hukum Perlindungan
Badrulzaman, Perjanjian Konsumen,
Mariam IndonesiaHuku (Jakarta: Daya
Darus, Aneka m Perjanjian Widya, cetakan
Hukum Berlandaskan ke II, Jakarta,
Bisnis,
120 Standar Kontrak dalam Perspektif (Sri Lestari
Hukum... Poernomo)
Jurnal Penelitian p-ISSN 1410-5632
Hukum e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang.

De Iustum 26, no.


Kemenristekdikti: No:30/E/KPT/2018

s Gadjah Memutus Buku dalam


11 (2014):1- Mada 28, Sengketa Transaksi
14. no. 3 Konsumen Bisnis
Annurdi. (2016): Di Menurut
«Penerapa 427-438. Indonesia.» Hukum
n Fiksi Gunawan, Jurnal Islam.»
Hukum Johannes. Hukum AHKAM:
(Fictie «Penggunaa Acara Jurnal Ilmu
Van Wil n Perjanjian Perdata Syariah 15,
En Standar dan ADHAPER no. 2
Vertrouwe Implikasiny 1, no. 1 (2015):211-
n) dalam a Pada Azas (2015): 77- 220.
Kontrak Kebebasan 89. Natsir Asnawi,
Baku.» Berkontrak. Hendrawati, Muhammad.
Jurnal » Majalah Dewi. «Perlindunga
Hukum Fakultas «Penerapan n Hukum
Media Hukum Asas Kontrak
Bhakti 1, Universitas Kebebasan dalam
no. 2 Padjajaran Berkontrak Perspektif
(2017):15 (1987):3-4. Dalam Hukum
7-163. Harianto, Dedi. Pembuatan Kontrak
Djunardi, «Asas Perjanjian Kontemporer.
Susilowati Kebebasan Baku (Studi » Masalah-
Suparto, Berkontrak: Normatif Masalah
Deviana Problematik pada Hukum 46,
Yuanitasar a Perjanjian no. 1 (2017):
i, dan Penerapann Pembiayaan 55-68.
Agus yaDalam Konsumen).
Suwandon Kontrak » Masalah-
o. Baku Masalah
«Harmoni ANtara Hukum 40,
sasi Dan Konsumen no. 4
Sinkronisa Dengan (2011): 411-
si Pelaku 418.
Pengatura Usaha.» Khairandy,
n Jurnal Ridwan.
Kelembag Hukum «Landasan
aan Samudra Filosofis
Sertifikasi Keadilan Kekuatan
Halal 11, no. 2 Mengikatny
Terkait (2016): a Kontrak.»
Perlindun 145-156. Jurnal
gan Helmi, Hanum Hukum IUS
Konsumen Rahmaniar. QUIA
Muslim «Eksistensi IUSTUM 18
Indonesia. Badan (2011): 36-
» Mimbar Penyelesaia 55.
Hukum- n Munthe, Abdul
Fakultas Sengketa Karim.
Hukum Konsumen «Penggunaa
Universita Dalam n Perjanjian
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 1, Maret 2019: 109-120 121
Qamar, Nurul, and Hardianto Djanggih.
«Peranan Bahasa Hukum dalam Perumusan
Norma Perundang-undangan.» Jurnal
Ilmiah Kebijakan Hukum 11, no. 3 (2017):
337-347.
Rusli, Tami. “Keterbatasan Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen dalam Penyelesaian
Sengketa Konsumen.” Masalah-Masalah
Hukum 43, no. 2 (2014): 233-239.
Sutiyoso, Bambang. «Penafsiran Kontrak
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata dan Maknanya Bagi Para Pihak
yang Bersangkutan.» Jurnal Hukum IUS
QUIA IUSTUM20, no. 2 (2013): 207-233.
Wisudawan, I Gusti Agung. “Bentuk Kepastian
Perlindungan Hukum dalam Perjanjian
Pembiayaan Konsumen.” GaneÇ Swara 7,
no. 1 (2013):1-8.
Zulfirman. «Hak Dasar Manusia dalam Hukum
Kontrak Indonesia: Analisis Kritis Syarat
Kontrak.» Jurnal Penelitian Hukum De
Jure 17, no.2 (2017): 155-176.

Perundang-Undangan
Staatsblad No. 23 Tahun 1948 tentang Burgerlijk
Wetboek Voor Indonesie (BW), (Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata), Republik
Indonesia, 1948.
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen, Republik
Indonesia, 1999.

You might also like