Professional Documents
Culture Documents
Standard Contract in Legal Perspectives of Consumer Protection
Standard Contract in Legal Perspectives of Consumer Protection
De Kemenristekdikti: No:30/E/KPT/2018
ABSTRACT
Standard contract or agreement usually uses exoneration clauses in consumer transactions. Standard contract
basically is created from the public needs aimed to provide convenience or practical use for the parties in
dealing transactions. The researched issue is the applicability of the standard contract in the perspective of
Consumer Protection Law? The research uses normative legal research method with a statute approach,
conceptual approach and by observing the experts opinions related to the issues. The research results indicate
that the standard contract containing so many exoneration clauses creates legal consequences for consumers,
as the obligations the business doers should have assumed will transfer to the consumers. The Consumer
Protection Law requires businesses to immediately adjust the standard contract to comply with the provisions
of the Laws, but in practice this is difficult. Restrictions and requirements on the use of standard contracts are
intended to position the consumers on par with the business doers based on the principle of freedom to make
contract and to prevent any issues that may harm the consumers due to ignorance and imbalance factors as
well as manipulation by business doers to gain profits.
Keywords: legal protection; standard contract; consumers.
ABSTRAK
Standar kontrak atau perjanjian baku adalah penggunaan klausula eksonerasi dalam transaksi konsumen.
Standar kontrak pada dasarnya lahir dari kebutuhan masyarakat yang bertujuan untuk memberikan
kemudahan atau kepraktisan bagi para pihak dalam melakukan transaksi. Permasalahan yang diteliti adalah
bagaimana keberlakuan standar kontrak dalam perspektif hukum perlindungan konsumen? Metode penelitian
yang digunakan adalah metode penelitian hukum normatif dengan pendekatan perundangan (statute
approach), pendekatan konseptual (conceptual approch) dan pandangan para ahli yang terkait dengan
permasalahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Standar kontrak yang mengandung klausula eksonerasi
menimbulkan akibat hukum bagi konsumen yaitu tanggung jawab yang semestinya dibebankan kepada
pelaku usaha menjadi tanggung jawab konsumen. Undang-Undang Perlindungan Konsumen mewajibkan
pelaku usaha untuk segera menyesuaikan standar kontrak yang dipergunakan dengan ketentuan Undang-
Undang tetapi dalam praktik hal tersebut sulit dilakukan. Larangan dan persyaratan tentang penggunaan
standar kontrak dimaksudkan untuk menempatkan kedudukan konsumen setara dengan pelaku usaha
berdasarkan prinsip kebebasan berkontrak dan mencegah timbulnya tindakan yang merugikan konsumen
karena faktor ketidaktauan, kedududukan yang tidak seimbang, dan dapat dimanfaatkan pelaku usaha untuk
memperoleh keuntungan.
Kata kunci: perlindungan hukum; standard kontrak; konsumen.
PENDAHULUAN membahas adanya hukum kontrak Indonesia
melindungi hak hidup, kebebasan dan milik sebagai
Penelitian ini adalah penelitian yang hak dasar manusia. Ratio batal relatif suatu kontrak
menitikberatkan pada pengkajian standar kontrak untuk melindungi kedaulatan individu, batal absolut
dalam perspektif perlindungan konsumen. melindungi kepentingan perseorangan dan
Beberapa penelitian sebelumnya telah melakukan kepentingan umum. Penelitian lainnya adalah yang
pengkajian adanya hukum kontrak. Hal ini dapat dilakukan oleh Bambang Sutiyoso2 yang mana dalam
dilihat pada penelitian Zulfirman1 yang
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 1, Maret 2019: 109-120 1
Jurnal Penelitian p-ISSN 1410-5632
Hukum e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang.
De Kemenristekdikti: No:30/E/KPT/2018
penelitian mengungkap bahwa kontrak dalam pihak telah mempersiapkan suatu konsep (draft)
dunia bisnis sangat diperlukan dalam mengawali yang akan berlaku bagi para pihak. Konsep itu
kegiatan kerjasama bisnis. Selanjutnya penelitian disusun sedemikian rupa sehingga pada waktu
yang dikemukakan Muhammad Natsir Asnawi3 penandatanganan perjanjian para pihak tinggal
yang mengangkat isu terpenting dalam mengisi beberapa hal yang sifatnya subjektif
perlindungan hukum kontrak adalah bagaimana seperti; identitas dan tanggal waktu pembuatan
memulihkan hak-hak para pihak yang dirugikan perjanjian yang sengaja dikosongkan sebelumnya.
yang mana hukum kontrak yang masing-masing Sedangkan, ketentuan-ketentuan mengenai
memiliki konteks dan implikasi berbeda, perjanjian (term of conditions) sudah tertulis
misalnya konsep perbuatan melawan hukum, (tercetak) lengkap pada dasarnya tidak dapat
wanprestasi, keadaan memaksa (force majeure), diubah lagi. Konsep perjanjian seperti inilah
asas-asas perikatan, dan sebagainya. Dari yang disebut dengan standar kontrak (perjanjian
beberapa penelitian tersebut, penulis menegaskan standar/perjanjian baku).4 Istilah ini menunjuk
bahwa masih perlu dilakukan penelitian pada syarat-syarat perjanjian yang sudah
selanjutnya, dengan alasan bahwa penelitian dibakukan sebelumnya. Isi standar kontrak telah
tersebut masih terbatas pada hukum kontrak dibuat oleh satu pihak sehingga pihak lainya tidak
secara umum dan belum menitikberatkan pada dapat mengemukakan kehendak secara bebas.
hukum kontrak yang dapat melindungi Singkatnya tidak terjadi tawar menawar mengenai
konsumen. isi perjanjian menurut asas kebebasan berkontrak
Standar kontrak sebenarnya dikenal sejak (Pasal 1320 KUHPerdata).
zaman Yunani Kuno. Menurut laporan dalam Sehubungan dengan perlindungan terhadap
Harvard Law a Review pada 1971 bahwa 99 konsumen yang perlu mendapat perhatian utama
persen perjanjian yang dibuat di Amerika dalam standar kontrak adalah mengenai klausula
Serikat berbentuk Standar Kontrak. Dalam eksonerasi yaitu klausula yang berisi pembebasan
praktik sering ditemukan cara bahwa untuk kewajiban dan pertanggungjawaban pelaku
mengikat suatu perjanjian tertentu, salah satu usaha tetapi dibebankan kepada konsumen. 5 Ada
beberapa klausula eksonerasi yang terdapat dalam
kontrak yang sangat potensial untuk merugikan
1 Zulfirman, “Hak Dasar Manusia dalam Hukum
Kontrak Indonesia: Analisis Kritis Syarat konsumen sehingga perlu diwaspadai, yaitu
Kontrak.” Jurnal Penelitian Hukum De Jure 17, no.2 klausula yang menurut Munir Fuadi6, klausula
(2017): 155-176. yang menyatakan tidak ada pemberian garansi
2 Bambang Sutiyoso, “Penafsiran Kontrak purna jual atas barang yang di jual, klausula yang
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum
menyataka membatasi tanggung jawab jika terjadi
Perdata dan Maknanya Bagi Para Pihak yang
Bersangkutan.” Jurnal Hukum IUS QUIA wanprestasi terhadap garansi purna jual atas
IUSTUM20, no. 2 (2013): 207-233 barang yang dijual, klausula yang memaksakan
3 Muhammad Natsir Asnawi, “Perlindungan Hukum proses beracara yang tidak layak, klausula yang
Kontrak dalam Perspektif Hukum Kontrak menghilangkan tangkisan hukum terhadap hak
Kontemporer.” Masalah-Masalah Hukum 46, no. 1
penerima pengalihan hak (assignee), klausula
(2017): 55-68.
penjaminan silang (cross collateral). Mengapa
timbul praktik standar kontrak, kiranya tidak ada
alasan hukum (argumen yuridis) yang kuat untuk
mendukungnya.7
De Kemenristekdikti: No:30/E/KPT/2018
suatu kesepakatan tentang isi perjanjian, bersifat sepihak, dalam bahasan umum sering
dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk juga disebut disclaimer yang bertujuan untuk
bernegosiasi. Negosiasi berlarut-larut perlu melindungi pihak yang memberikan suatu jasa
dihindari supaya tidak memakan waktu yang tertentu.
terlalu lama dan biaya yang makin banyak. Salah Seperti jasa penjualan pada supermarket/
satu pihak biasanya pihak prinsipiel yang mall, bank, jasa angkutan (kereta api, pesawat
berbentuk korporasi, memiliki konsultan hukum terbang, kapal laut) jasa delivery, dan lain-lain.
yang bertugas untuk menyusun syarat-syarat Dapat dicontohkan klausula baku di sini adalah:
perjanjian (term of conditions) tersebut. Di dalam formulir pembayaran tagihan bank dalam salah
kontrak yang sudah dibakukan, konsultan yang satu syarat yang harus dipenuhi oleh nasabah
bersangkutan berusaha sedemikian rupa adalah “ Bank tidak bertanggung jawab atas
mengamankan dan melindungi kepentingan kelalaian atau kealpaan, tindakan atau
kliennya dari kemungkinan kerugian yang timbul keteledoran dari Bank sendiri atau pegawainya
dari perjanjian.8 Dengan demikian isi perjanjian atau korespondesinya, sub agen lainnya, atau
yang seperti ini umumnya cenderung pegawai mereka “, contoh lain: kuitansi atau
menguntungkan pihak perusahaan prinsipiel, faktur pembelian barang yang menyatakan
karena itu masalah standar kontrak ini berkaitan “Barang yang sudah dibeli tidak dapat ditukar
dengan erat dengan perlindungan konsumen dan atau dikembalikan“, hal tersebut sangat
menjadi salah satu ruang lingkup pembahasan merugikan konsumen karena terdapat hak- hak
dalam perlindungan konsumen, yaitu melindungi yang dilanggar.
konsumen dari kemungkinan diterapkannya
Menurut Hodius,10 dalam standar kontrak
syarat-syarat yang merugikan atau tidak adil di
terdapat pelanggaran terhadap asas kebebasan
dalam perjanjian.
berkontrak yang merupakan suatu pendirian
Dalam hukum kontrak dikenal tiga asas umum Negara Inggris yang menyatakan
antara satu dengan lainnya saling berkaitan, “Exemption clauses diftergreatlyin many respec.
yakni asas konsensualisme (the principle of Probalythe most objectionable are found in the
consensualism, het consensualisme), asas complex condition which are now so common.
kekuatan mengikatnya kontrak (the principle In the ordinary way the custumer has no time to
of the binding force of contract, de verbindende read them if he die read them would probably
kracht van de overeenkomst), dan asas kebebasan not understand the. If he did understand and
berkontrak (principle of freedom of contract, de objected to any them be would generally be told
contractsvrijheid).9 Bentuk standar kontrak telah that he could take it or leave it. If he them went to
muncul pada setiap level transaksi bisnis, mulai another supplier, the reesult would he the same.
dari transaksi bisnis berskala besar sampai pada Freedom to contract must surely imply some
kaki lima. Munculnya standar kontrak sebenarnya voice or room for barganing (Suise Atlantiquev.
merupakan akibat tidak langsung dari Rotterdamsche Kohen Centrale (1996), 2 Aller,
introduction asas kebebasan berkontrak (Pasal 69,77 “. Beberapa ahli hukum tidak memberikan
1320 dan Pasal 1338 KUHPerdata). Tidak adanya dukungan terhadap standar kontrak ini, seperti
aturan-aturan substansial yang mampu halnya Sluijer menyatakan bahwa standar kontrak
menyeimbangkan posisi tawar (bargaining itu bukan perjanjian, sebab kedudukan pelaku
position) diantara para pihak dan keterpaksaan usaha di dalam perjanjian seperti pembentuk
pada pihak lain. Standar kontrak banyak undang– undang swasta (legio particulere
digunakan dalam setiap perjanjian yang wetgever), syarat yang ditentukan pelaku usaha
dalam perjanjian itu adalah undang–undang
bukan perjanjian, Pitlo mengatakan sebagai
8 Ilham Abbas, Salle Salle, Hardianto Djanggih.
Corporate Responsibility Towards Employees
perjanjian paksa (dwangcontract).
Welfare”. Yuridika 34, no.1 (2019): 36-52. Standar kontrak pada umumnya
9 Ridwan Khairandy, “Landasan Filosofis Kekuatan memanfaatkan undue influence yaitu keadaan
Mengikatnya Kontrak”. “Jurnal Hukum IUS QUIA
(kelemahan, keraguan, atau keadaan tertekan)
IUSTUM 18 (2011): 36-55.
De Kemenristekdikti: No:30/E/KPT/2018
De
konsumen untuk
Kemenristekdikti: No:30/E/KPT/2018
De terlebih dahulu
Kemenristekdikti: No:30/E/KPT/2018
De
21 HS
Pengantar
Salim,
Kemenristekdikti: No:30/E/KPT/2018
De sehingga pada
Kemenristekdikti: No:30/E/KPT/2018
De
pelaksanaan
Kemenristekdikti: No:30/E/KPT/2018
Deperdamaian
Kemenristekdikti: No:30/E/KPT/2018
De
29 J. Satrio,
Kemenristekdikti: No:30/E/KPT/2018
Umumnya,
(Bandung: berdasarkan atas
membaca,
Hukum menandatangani
Alumni, asas konsesualisme
Perikatan‐ 1999).
standar kontrak dari
Perikatan Pada dengan tanda perjanjian yang
eksonerasi atas kontrak dengan tangan atau ditawarkan pelaku
permintaan dari memuat klausula ditekannya tombol usaha. Dengan
pihak yang baku atau kalusula agree atau sign up membuat suatu
berkepentingan; eksonerasi disetiap atau OK dalam undang-undang
dibukanya dokumen atau webside konsumen khusus yang
kemungkinan oleh transaksi kepada pelaku bersifat memaksa
undang-undang perjanjian usaha yang berisi dan bersanksi yang
untuk perdagangan penawaran yang melarang
keikutsertaan barang dan jasa, tertuang dalam penggunaan
organisasi sepanjang standar standar kontrak klausula eksonerasi
konsumen dalam kontrak atau berarti kontrak yang merugikan
rangka perjanjian baku memiliki kekuatan konsumen
perundingan tersebut tidak yang mengikat diharapkan
dengan pihak mencantumkan antara para pihak konsumen hak-
pelaku usaha ketentuan (Pasal 1338 haknya terlindungi.
dalam pembuatan sebagaimana KUHPerdata). Dibuka kesempatan
standar kontrak dilarang dalam kepada pihak-
SARAN
dengan klausula Pasal 18 Ayat (1) pihak yang terkait
baku atau klausula dan Ayat (2) Adapun yang dalam perlindungan
eksonerasi; Undang-Undang menjadi saran- konsumen yaitu
undang-undang Nomor 8 Tahun saran dari penelitian organisasi
memberi 1999 tentang ini adalah; Untuk konsumen dan
kewenangan Perlindungan memberi pemerintah dalam
kepada Konsumen. perlindungan rangka perundingan
Ombudsman hukum bagi dengan pihak
untuk mengajak KESIMPULA konsumen pelaku usaha dalam
pihak-pihak dilakukan pembuatan standar
N perlindungan
mengubah kontrak. Perlu
klausula Standar hukum preventif adanya pembahasan
eksonerasi dalam kontrak diatur dan represif dengan tentang standar
kontrak. Jika dalam Pasal 10 sosialisasi aturan, kontrak yang lebih
pihak pelaku Undang-Undang fungsi kontrol dan komprehensif
usaha menolak Perlindungan sanksi baik pelaku terkait dengan
perundingan Konsumen dan usaha maupun aturan lain
tersebut, kontrak yang konsumen. Perlu misalnya; Hukum
Ombudsman berisi klausula dilakukan Pidana, Hukum
konsumen dapat eksonerasi seperti sosialisasi, Adminitrasi
memprosesnya yang dilarang pembinaan dan Negara, dan lain-
secara hukum dalam ketentuan pendidikan aktif lain berubungan
lewat pengadilan Pasal 18 UUPK baik formal maupun dengan standar
khusus, seperti dinyatakan batal informal serta kontrak dengan
Pengadilan demi hukum, dan konsumen harus dukungan teori
Marknadsdomtol ini dikuatkan oleh lebih aktif, teliti yang memadai.
di Belanda. Pasal 1337 dan dalam
Pasal 1339 UCAPAN
Undang-
KUHPerdata. Pada TERIMA KASIH
Undang
saat diterimanya Ucapan terima
Perlindungan
standar kontrak kasih dan
Konsumen tidak
yang ditawarkan penghargaan
melarang pelaku
pelaku usaha disampaikan
usaha untuk
kepada konsumen kepada Ketua
membuat standar
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 19 No. 1, Maret 2019: 109-120 119
Jurnal Penelitian p-ISSN 1410-5632
Hukum e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang.
De Lembaga
Kemenristekdikti: No:30/E/KPT/2018
Perundang-Undangan
Staatsblad No. 23 Tahun 1948 tentang Burgerlijk
Wetboek Voor Indonesie (BW), (Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata), Republik
Indonesia, 1948.
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen, Republik
Indonesia, 1999.