Professional Documents
Culture Documents
6949 21055 1 SM PDF
6949 21055 1 SM PDF
muhamadrofiiundip76@gmail.com
Abstract
Introduction: The nurses’ role within nursing care of tuberculosis patients in hospitals is very
important. Nurses problem are preparing nursing interventions in patients with pulmonary
tuberculosis rarely use the standard Nursing Intervention Classification (NIC). Independent nursing
interventions are not in accordance with the diagnoses established by nurses, so the impact on the
implementation needed by patients is not in accordance with the problems occured. Collaborative
intervention is mostly carried out by nurses compared to independent intervention. Nurses must
arrange nursing interventions based on the standard of nursing diagnoses that are enforced. The
objective study was to describe the interventions compiled by nurses at the hospital.
Methods: Research design was qualitative research with observational approach. Sample was 100
nurse’s documentastions of pulmonary tuberculosis patient in TB MDR ward. Data analysis used
language and text analysis with content analysis.
Results: The results research was the highest 10 interventions written by nurses is intervention about
observe general condition of patient was 83 times, collaboration with doctor’s therapy was 54 times,
give comfort position was 54 times, give therapy was 47 times, check vital signs regulerly was 40
times, give oxigen was 34 times, advise to bedrest was 30 times, teach to effective cough was 25 times,
Give position semi fowler was 15% times, and teach to deep breath was 15 times.
Conclusion: Nurses must improve their skills and knowledge in preparing treatment plans, because
the interventions that have been prepared have not been optimal for dealing with patient problems in
hospitals. Interventions to improve patient knowledge and abilities in the management of the disease
are important to give to patients.
Abstrak
Pendahuluan: Perawat berperan penting dalam perawatan pasien tuberkulosis di rumah sakit.
Permasalahan yang muncul pada perawat adalah ketika menyusun intervensi keperawatan pada pasien
tuberkulosis paru jarang yang menggunakan standar Nursing Intervention Classification (NIC).
Intervensi keperawatan mandiri tidak sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan oleh perawat, sehingga
berdampak pada implementasi yang dibutuhkan oleh pasien tidak sesuai dengan masalah yang
dialami. Intervensi kolaborasi lebih banyak dilakukan oleh perawat dibandingkan dengan intervensi
mandiri. Perawat harus menyusun intervensi keperawatan berdasarkan pada standar intervensi
diagnosa keperawatan yang ditegakkan. Penelitian tentang intervensi perawat pada pasien TBC paru
belum ada. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran intervensi yang disusun perawat
di rumah sakit.
Metode: Desain penelitian adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan observasional. Jumlah
sampel yaitu 100 dokumentasi pasien TBC paru di ruang TBC MDR. Analisa data dengan
menggunakan analisis teks dan bahasa yaitu content analysis.
Hasil: Hasil penelitian adalah ada 10 intervensi terbanyak yang dituliskan perawat yaitu kalimat
“Observasi Keadaan Umum pasien” sebanyak 83 kali, kalimat “Kolaborasi dengan terapi dokter”
sebanyak 54 kali, kalimat “Beri posisi nyaman” sebanyak 54 kali, kalimat “Berikan terapi” sebanyak
47 kali, kalimat “Gali Tanda-tanda vital berkala” sebanyak 40 kali, kalimat “Beri Oksigen” sebanyak
34 kali, kalimat “Anjurkan bedrest” sebanyak 30 kali, kalimat “Ajarkan batuk efektif” sebanyak 25
kali, kalimat “Posisikan semi fowler” sebanyak 15%, dan kalimat “Ajarkan nafas dalam” sebanyak 15
kali.
Kesimpulan: Perawat harus meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan dalam menyusun rencana
perawatan, karena intervensi yang disusun belum optimal untuk mengatasi masalah pasien di RS.
Intervensi untuk peningkatan pengetahuan dan kemampuan pasien dalam manajemen penyakitnya
adalah penting untuk diberikan pada pasien, agar mengurangi angka putus obat.
PENDAHULUAN
Penyakit tuberkulosis adalah pasien TBC untuk mencegah penularan
penyakit menular yang sangat berbahaya TBC. Perawat mempunyai peran yang
dan penyakit ini merupakan salah satu sangat penting pada program pengawasan
masalah kesehatan yang paling besar di TBC. Pengobatan di rumah sakit paling
seluruh dunia. Penyakit ini juga merupakan baik diawasi oleh perawat, karena perawat
penyebab angka kematian dan angak secara rutin bertemu dan selama 24 jam
kesakitan yang tertinggi pada negara- bersama dengan pasien.
negara berkembang, seperti Indonesia. Upaya untuk mengatasi hambatan
Tuberkulosis (TBC) adalah sebuah yang terjadi pada kepatuhan pasien TBC
penyakit infeksi yang terjadi di seluruh terfokus pada sistem pelayanan kesehatan
dunia, pada tahun 2009 menginfeksi 9,4 dan pada pasien itu sendiri. Kegiatan untuk
juta pasien dan hampir 14 juta orang hidup mengatasi hambatan yang terjadi pada
dengan penyakit TBC (World Health kepatuhan pasien adalah melalui program
Organization [WHO], 2010). peningkatan terapi langsung yang bisa
TBC menjadi masalah kesehatan dan diamati dan terapi pencegahan. Pada
masalah masyarakat, faktor-faktor seperti pasien TBC, upaya yang harus dilakukan
sosial ekonomi dan status nutrisi, persepsi adalah mengembangkan pengetahuan
tentang penyakit, perilaku kesehatan dan bersama dan rencana perawatan untuk
akses pelayanan kesehatan mempengaruhi TBC, yang meliputi keyakinan terhadap
frekuensi dan prognosis penyakit dan praktik kesehatan. Kualitas hubungan
tuberkulosis (Rabo, El-zeftawy & Abo- antara pemberi layanan kesehatan terutama
Gad, 2015). Salah satu alasan terjadinya perawat dan pasien sangat penting untuk
peningkatan TBC secara umum adalah upaya pendidikan yang mendukung
kurang baiknya pelayanan kesehatan dan kepatuhan (Orr, 2011).
pengelolaan pasien yang tidak tepat. TBC Peran perawat sebagai pemberi
terkadang dikaitkan dengan stigma negatif pelayanan terkadang tidak sesuai dengan
dari perilaku perawat yang menjauhi atau standar dan kurang optimal dalam
menghindari memberikan pelayanan kepada pasien.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa standar intervensi pada masalah yang akan
mayoritas (89,2%) pasien TBC melaporkan diatasi, sehingga berdampak pada
bahwa prosedur dan pemeriksaan TBC implementasi yang dibutuhkan oleh pasien
tidak dilakukan, hanya 51,4% pasien TBC tidak sesuai dengan masalah yang dialami.
yang mengatakan ketersediaan fasilitas Intervensi keperawatan kolaborasi lebih
pelayanan, 48,6% pasien dan pemberi banyak dilakukan oleh perawat
pelayanan melakukan interaksi dan dibandingkan dengan intervensi
konseling, serta hanya 37,8% pasien TBC keperawatan mandiri. Intervensi perawat
yang diberikan informasi tentang TBC dan masih banyak bergantung pada tindakan
pengobatannya (Rabo et al., 2015). medis, sehingga otonomi perawat kurang
Perawat masih kurang optimal dalam optimal dilakukan pada pemberian asuhan
melakukan konseling kepada pasien, dan keperawatan. Perawat seharusnya
ini merupakan bagian intervensi perawat menyusun intervensi keperawatan
pada pasien TBC. Intervensi edukasi pada berdasarkan pada standar intervensi
pasien dalam penelitian ini juga belum diagnosa keperawatan yang ditegakkan.
optimal diberikan pada pasien, padahal Penelitian sebelumnya tentang
peran perawat sebagai edukator adalah intervensi keperawatan adalah penelitian
peran penting dalam memberikan asuhan tentang efektifitas intervensi keperawatan
keperawatan. pada pasien gagal jantung dengan
Perawat dalam menyusun intervensi menggunakan NIC-NOC, yang mengukur
keperawatan tidak lengkap dan tidak sesuai tentang penerapan keberhasilan intervensi
dengan standar Nursing Intervention yang dilakukan (Azzolin et al., 2013).
Classification (NIC) (Butcher, Howard, Penelitian ini berbeda pada metode
Gloria, Dochterman, & Wagner, 2013). penelitian dan juga tujuan yang dicapai.
NIC sebagai standar intervensi Penelitian tentang intervensi perawat pada
keperawatan secara internasional sudah pasien TBC lebih menggambarkan apa saja
sangat baik digunakan dalam intervensi yang dilakukan perawat dalam menyusun
keperawatan pada pasien. Disamping juga, intervensi pada pasien tersebut.
perawat dalam menyusun intervensi Penelitian lain yang berbeda dengan
keperawatan belum secara maksimal penelitian ini adalah penelitian dari
mengacu pada standar intervensi Gimenes, Motta, Silva, Gobbo, Atila,
keperawatan di Indonesia. Penerapan Carvalho (2017). Dimana penelitian ini
standar asuhan keperawatan pada pasien mengidentifikasi intervensi keperawatan
TBC adalah sangat perlu dilakukan oleh yang paling akurat dan paling sering
perawat, agar yang dilakukan oleh perawat digunakan pada diagnosa NANDA (North
berdasarkan pada ilmu pengetahuan American Nursing Diagnosis Association)
keperawatan. Standar yang dikembangkan (Gimenes et al., 2017). Sehingga jelas
bisa sebagai panduan referensi untuk perbedaannya, penelitian ini lebih
mengimplementasikan layanan ideal menggambarkan tentang intervensi yang
perawatan pada pasien TBC (El-kader, sering disusun perawat pada kasus
Ghazi, Ramadan, & Soliman, 2011). tuberkulosis paru, bukan berdasarkan
Hasil pengamatan pada penulisan diagnosis NANDA.
intervensi keperawatan ditemukan pada Penelitian tentang gambaran
perawat di rumah sakit bahwa intervensi intervensi perawat pada pasien TBC paru
keperawatan mandiri tidak sesuai dengan di rumah sakit belum ada. Penelitian lain
yang berbeda tentang intervensi yaitu penelitian ini adalah dengan menggunakan
tentang dampak integrasi intervensi metode analisis teks dan bahasa yaitu
keperawatan pada nyeri dengan pasien content analysis.
penyakit kritis (Papathanassoglou et al.,
2018), penelitian lain yang berbeda tentang HASIL
akurasi rencana perawatan dan penggunaan
standarisasi bahasa keperawatan (Johnson, Hasil penelitian ini adalah gambaran
Edward, & Giandinoto, 2018). Penelitian dokumentasi intervensi keperawatan yang
ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, dilakukan oleh perawat di rumah sakit.
sehingga ditemukan permasalahan Gambaran dokumentasi intervensi
“Bagaimana perawat melakukan intervensi keperawatan pada pasien TBC Paru dapat
keperawatan pada pasien TBC paru?” dilihat pada tabel 1.
Tujuan penelitian ini adalah untuk Hasil penelitian pada tabel 1
mengetahui gambaran intervensi menunjukkan bahwa perawat menyusun
keperawatan pada pasien TBC paru yang intervensi keperawatan pada pasien TBC
dilakukan pada perawat. paru untuk intervensi kebutuhan oksigenasi
paling banyak adalah “beri O2” sebanyak
34 kali dan urutan kedua adalah “ajarkan
METODE batuk efektif” sebanyak 25 kali, sedangkan
intervensi kebutuhan nutrisi paling banyak
Penelitian dilaksanakan di ruang adalah “anjurkan makan sedikit sering”
rawat inap sebuah rumah sakit pemerintah sebanyak empat kali, intervensi kebutuhan
di Salatiga. Waktu pengumpulan data aman nyaman paling banyak adalah “beri
selama 3 bulan. Data diambil di ruang posisi nyaman” yaitu 54 kali, intervensi
khusus rawat inap penderita TBC paru di kebutuhan aktivitas paling banyak adalah
rumah sakit. Penelitian ini menggunakan “bantu posisi” sebanyak tiga kali,
desain kualitatif dengan melakukan intervensi kebutuhan istirahat tidur paling
observasi langsung pada catatan medis banyak adalah “anjurkan bedrest”
pasien dengan TBC paru. Hal-hal yang sebanyak tiga puluh kali, dan intervensi
diobservasi dalam penelitian adalah catatan tindakan lainnya paling banyak adalah
perawat tentang intervensi keperawatan “observasi kondisi umum (KU) pasien”
pada pasien TBC Paru. Populasi penelitian sebanyak 83 kali.
ini adalah dokumentasi intervensi asuhan
keperawatan pasien TBC paru. Sampel
penelitian ini sebanyak 100 dokumentasi PEMBAHASAN
asuhan keperawatan pasien TBC paru. Intervensi keperawatan pada pasien
Teknik pengambilan sampel dokumentasi TBC paru yang disusun perawat yang
asuhan keperawatan adalah dengan cara terbanyak adalah intervensi tentang
nonprobability sampling yaitu purposive observasi keadaan umum pasien (83 kali).
sampling jenuh, yaitu dokumentasi pasien Intervensi tentang observasi keadaan
TBC paru selama 3 bulan diambil semua umum pasien tidak sesuai dengan
sebagai sampel. Pasien dengan penyakit intervensi pada diagnosa bersihan jalan
pernapasan lainnya, yang bukan TBC paru nafas tidak efektif, pola nafas tidak efektif,
tidak diambil sebagai sampel dalam intoleransi aktivitas, nyeri akut, dan
penelitian ini. Analisa data dalam hipertermi. Perawat lebih banyak