Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

EFEKTIVITAS METODE SIMULASI DAN AUDIOVISUAL PADA

PELATIHAN BHD SISWA SISWI SMA TERHADAP


KEMAMPUAN SISWA DALAM MELAKUKAN
RJP DI SMA NEGERI 1 TABUNGANEN
TAHUN 2019

MANUSKRIP

Oleh :

HENNY KUSUMA WARDANI


NIM. 1814201210032

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2020

1
2
THE EFFECTIVENESS OF SIMULATION AND AUDIOVISUAL METHODS
IN BHD TRAINING FOR STUDENTS SMA AGAINST STUDENTS
ABILITY IN DOING RJP IN STATE HIGH SCHOOL 1
TABUNGANEN YEAR 2019.

Henny Kusuma Wardani*, Hj. Noor Khalilati **, Dr.Syamsul Firdaus ***

Universitas Muhammadiyah Banjarmasin


Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan
The Faculty of Nursing and Health Sciences
Study Program S.1 Nursing

Email : henykusuma95@gmail.com

Abstract
The incidence of cardiac arrest or cardiac arrest ranges from 10 out of 100,000 normal people aged under 35
years and annually reaches around 300,000-350,000 events. This causes a lack of oxygen that can be
distributed throughout the body, especially the brain and heart itself. Education that can be done to increase
the number of OHCA helpers is through simulations and videos (in this case self-directed video). The
purpose of this study is to determine the effectiveness of the method simulation and audiovisual in the BHD
training of high school students of the ability of students to perform RJP in SMA Negeri 1 Tabunganen. This
research is a quasi-experimental study with a nonequivalent comparison-group design using the Independent
T-test statistical test. Samples were determined by purposive sampling of 30 people. The results of this study
found that there was effectiveness of simulation and audiovisual methods in BHD training of high school
students on the ability of students to perform RJP.

Keywords: Simulation Methods, Audiovisual, BHD Training

Reference list: 43 (2010-2019)

Abstrak
Angka kejadian henti jantung atau cardiac arrest ini berkisar 10 dari 100.000 orang normal yang berusia
dibawah 35 tahun dan per tahunnya mencapai sekitar 300.000-350.000 kejadian.  Hal ini menyebabkan
kurangnya oksigen yang dapat disalurkan ke seluruh tubuh terumata otak dan jantung itu sendiri. Edukasi
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan jumlah penolong OHCA adalah melalui simulasi maupun video
(dalam hal ini adalah self-directed video).Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas metode simulasi
dan audiovisual pada pelatihan BHD siswa siswi SMA terhadap kemampuan siswa dalam melakukan RJP Di
SMA Negeri 1 Tabunganen. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment)
dengan desain nonequivalent comparison-group design dengan menggunakan uji statistik Independen T-test.
Sampel di tentukan dengan purposive sampling sebanyak 30 orang. Hasil penelitian ini di dapatkan bahwa
ada efektivitas metode simulasi dan audiovisual pada pelatihan BHD siswa siswi SMA terhadap kemampuan
siswa dalam melakukan RJP.

Kata Kunci: Metode Simulasi, Audiovisual, Pelatihan BHD

Daftar rujukan: 43 (2010-2019)

PENDAHULUAN
3
Data  World Health Organization  (WHO) Sedangkan audiovisual adalah metode
tahun 2018 menunjukkan 17,5 juta orang di pembelajaran yang dapat memberdayakan
dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskuler masyarakat agar dapat belajar secara mandiri
atau 31% dari 56,5 juta kematian di seluruh melalui tayangan video serta arahan-arahan
dunia. Lebih dari ¾ kematian akibat penyakit yang disampaikan pada video edukasi tersebut.
kardiovaskuler terjadi di negara berkembang
yang berpenghasilan rendah sampai sedang Hasil penelitian Rahmi (2017) didapat
bahwa penelitian yang dilakukan di SMAN 1
Di berbagai belahan dunia, prevalensi Yogyakarta didapat bahwa ada perbedaan Nilai
kasus  cardiac arrest  cukup tinggi. Sebagai Kompresi Dada Pada Pelatihan RJP Siswa
contoh, di Amerika Serikat angka kejadian SMA Dengan Metode Simulasi Dan
cardia carrest  mencapai 200.000 kasus per- Audiovisual. Metode simulasi sangat baik
tahun (Roger et al. 2017). Selain itu, menurut karena mampu mempraktekan langsung
Herlitz et al. (1999) prevalensi  cardiac arrest dibandingkan metode audiovisual.
di Eropa mencapai 350.000 kasus per-tahun
(cited in Quintard et al. 2011). Usia siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)
umumnya antara 16-18 tahun. Pada penelitian
Angka kejadian henti jantung atau cardiac yang berjudul “Seberapa efektif orang muda
arrest ini berkisar 10 dari 100.000 orang normal dapat melakukan resusitasi jantung paru (RJP)
yang berusia dibawah 35 tahun dan per tahunnya tanpa pelatihan” yang dilakukan oleh Beard et
mencapai sekitar 300.000-350.000 kejadian. al. (2015) menunjukkan bahwa anak usia 11
tahun dapat melakukan arahan dari dispatcher
Henti jantung dapat terjadi di berbagai (operator EMS) untuk melakukan RJP dengan
lokasi, baik yang tidak dapat diantisipasi kecepatan dan kedalaman kompresi dada yang
(diluar rumah sakit) hingga yang dapat sesuai.
diantisipasi (misalkan; ruang perawatan
intensif). Ketika terdapat korban henti jantung, Hal ini menunjukkan bahwa siswa SMA
orang yang berada di dekat korban tersebut yang berusia 16-18 sudah memenuhi kriteria
memiliki peran yang sangat besar dalam dalam melakukan RJP secara efektif.
melakukan RJP secara cepat. RJP yang Ditambah lagi dengan jiwa kemanusiaan yang
dilakukan khususnya pada beberapa menit sudah dimiliki siswa tersebut dapat menjadi
pertama terjadinya henti jantung memberikan modal utama dalam melakukan bantuan RJP
kontribusi kesempatan bertahan hidup 2 hingga saat ada korban yang membutuhkan.
3 kalilipat (AHA, 2017).
Berdasarkan data dari SMAN 1
Edukasi yang dapat dilakukan untuk Tabunganen siswa kelas X dan XI di SMAN
meningkatkan jumlah penolong adalah melalui 1 Tabunganen berjumlah 271 orang. Hasil dari
simulasi maupun video (dalam hal ini adalah self- studi pendahuluan kepada 10 orang siswa
directed video). Program edukasi melalui didapatkan sebanyak 7 orang belum bisa
simulasi dan audiovisual memiliki kelebihan melakukan kompresi dada dan 3 orang pernah
dan kekurangan tersendiri. Simulasi merupakah mendengar tentang kompresi dada pada
salah satu metode yang sering digunakan pelatihan RJP.
untuk melatih RJP pada masyarakat awam
maupun tenaga professional. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas
Metode pelatihan RJP dengan simulasi yang maka penelitian tertarik untuk melakukan
dibimbing langsung oleh pelatih bersertifikat penelitian terkait tentang “Efektifitas Pada
merupakan satu-satunya metode pelatihan yang Pelatihan RJP Siswa SMA Dengan Metode
diakui di Indonesia saat ini. Selanjutnya, Simulasi Dan Audiovisual Terhadap Kemampuan
peserta pelatihan mendapatkan sertifikat formal Siswa Di SMAN 1 Tabunganen”
sebagai peserta pelatihan. Kelebihan metode
simulasi adalah lebih interaktif karena
audience dapat bertanya secara langsung METODE
kepada fasilitator, namun membutuhkan waktu
yang banyak dan tempat yang luas untuk Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1
melakukan metode ini. Tabunganen. Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitin ini Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen semu (quasi experiment)
4
dengan desain nonequivalent comparison-group b. Hasil Post-test sebelum diberi pelatihan
design Teknik analisis yang digunakan adalah Uji dengan metode simulasi dan Audiovisual Di
Independent t-test, SMAN 1 Tabunganen
Tabel 3 : Distribusi frekuensi berdasarkan Hasil
Populasi dan Sampel Post-test sebelum diberi pelatihan dengan metode
simulasi dan Audiovisual Di SMAN 1
Populasi dalam penelitian ini adalah semua Tabunganen
siswa kelas X dan XI di SMAN 1
Tabunganen. Sampel pada penelitian ini No Pelatihan Simulasi Audiovisual
adalah siswa kelas X dari 2 kelas yang N % N %
BHD
berjumlah 69 siswa dan XI dari 2 kelas yang 1. Sesuai 15 100 15 100
berjumlah 65 siswa di SMA N 1 Tabunganen, 2. Tidak 0 0 0 0
yang di bagi menjadi dua grup. Grup pertama Sesuai
15 orang siswa akan mengikuti pelatihan Jumlah 15 100 15 100
dengan pembelajaran mengunakan metode
audiovisual dan grup kedua dengan 15 orang Sumber: Data Primer Tahun 2019
siswa yang akan mengikuti pelatihan dengan
pembelajaran mengunakan metode simulasi. Berdasarkan tabel diatas menunjukkan
bahwa semua responden sesuai dalam
pelatihan BHD menggunakan metode
HASIL PENELITIAN simulasi yaitu sebanyak 15 orang (100%)
a. Karakteristk Responden Berdasarkan Usia
Tabel 1: Distribusi frekuensiresponden menurut Analisa Bivariat
umurpada pelatihan BHD Di SMA N 1 Tabel 4. Efektivitas pelatihan BHD sebelum dan
Tambunganen 2019 sesudah diberikan pelatihan dengan menggunakan
metode simulasi di SMAN 1 Tabunganen tahun
2019
No Umur Frekuensi (%) Variabe Mean SD SE P N
1 ≤ 17 tahun 25 66,7 l value
2 > 17 tahun 8 33,3
Total 30 100 Metode Simulasi
Sumber: Data Primer Tahun 2019
Sebelum 1,53 0,516 0,133 0,000 15
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa
Sesudah 1,00 0,000 0,000
sebagian besar responden berumur yaitu <17
tahun sebanyak 25 orang (66,7%). Sumber: Data Primer Tahun 2019

Berdasarkan hasil uji statistic independen T-


Analisa Univariat Test maka dapat diketahui bahwa pelatihan
a. Hasil Pre-test sebelum diberi pelatihan dengan metode simulasi dapat meningkatkan
dengan metode simulasi dan Audiovisual Di pelatihan BHD di SMAN 1 Tabunganen tahun
SMAN 1 Tabunganen 2019. Berdasarkan hasil analisa dapat diketahui
Tabel 2 : Distribusi frekuensi berdasarkan Hasil bahwa pelatihan BHD sebelum dan sesudah
Pre-test sebelum diberi pelatihan dengan metode efektif diberikan pelatihan dengan menggunakan
simulasi dan Audiovisual Di SMAN 1 metode simulasi di SMAN 1 Tabunganen tahun
Tabunganen 2019 dengan tingkat signifikan (p=0,000)
Sumber: Data Primer Tahun 2019 No Pelatihan Simulasi Audiovisual
N % N %
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa BHD
sebagian besar responden Tidak Sesuai dalam 1. Sesuai 7 46,7 7 46,7
menggunakan metode simulasi dan audiovisual 2. Tidak 8 53,3 8 53,3
yaitu sebanyak 8 orang (53,3%)
Sesuai
Jumlah 15 100 15 100

5
Tabel 5. Efektivitas pelatihan BHD sebelum dan
sesudah diberikan pelatihan dengan menggunakan
metode audiovisual di SMAN 1 Tabunganen
tahun 2019 PEMBAHASAN

Variabel Mean SD SE P N 1. Hasil Pre-test sebelum diberi pelatihan


value dengan metode simulasi dan Audiovisual
Di SMAN 1 Tabunganen
Metode Audiovisual
Responden yang baik dalam melakukan
Sebelum 1,53 0,516 0,133 0,000 15
simulasi melakukan semua langkah-langkah
Sesudah 1,00 0,000 0,000 dalam melakukan kompresi pada pasien RJP yaitu
Atur posisi pasien di tempat datar atau alas keras,
Sumber: Data Primer Tahun 2019 Baju bagian atas pasien dibuka (sambil periksa
apakah ada cedera/ trauma), Mengecek kesadaran
Berdasarkan hasil uji statistic independen T- pasien dengan cara (Memanggil nama,
Test maka dapat diketahui bahwa pelatihan Menanyakan keadaannya, Menggoyangkan bahu/
dengan metode audiovisual dapat meningkatkan mencubit pasien), Buka jalan nafas dengan head
pelatihan BHD di SMAN 1 Tabunganen tahun tilt chin lift (tekan dahi angkat dagu) dan
2019. Berdasarkan hasil analisa dapat diketahui bersihkan jalan nafas dari sumbatan, Menilai
bahwa pelatihan BHD sebelum dan sesudah pernafasan dengan cara (Melihat pergerakan dada/
diberikan pelatihan dengan menggunakan metode perut, Mendengar suara keluar masuknya udara
audiovisual di SMAN 1 Tabunganen tahun 2019 dari hidung, Merasakan adanya udara dari mulut/
tingkat signifikan (p=0,000) hidung pipi), Jika pasien tidak bernafas, berikan
nafas buatan sebanyak 2x secara perlahan, Periksa
Tabel 6. Efektivitas efektivitas pelatihan BHD denyut jantung dengan cara meraba nadi carotis,
dengan metode simulasi dan audiovisualdi jika nadi carotis teraba cukup berikan nafas
SMAN 1 Tabunganen tahun 2019 buatan setiap 5 detik sekali selama 1 menit, Jika
Variabel Mea F SE P N nadi carotis tidak teraba segera lakukan kombinasi
n valu
nafas buatan dan kompresi jantung dengan
perbandingan 30: 2 (30 pijat jantung, 2 nafas
e buatan/ventilasi) dengan kecepatan 100-
120x/menit selama 5-7 siklus, Cek nadi carotis
tiap 2 menit dan cek pernafasan setiap 5 siklus,
Metode 0,533 3146,00 0,13 0,00 1 Jika nafas tetap belum ada lanjutkan lagi dengan
kompresi, Lakukan evaluasi.
Simulasi 0 3 0 5

Metode 0,743 3146,00 0,13


Audiovisu 0 3 George & Doto. (2016), mengatakan bahwa
ada 5 faktor yang mempengaruhi hasil dari
al
pelatihan psikomotor yaitu : (1) kemampuan
Sumber: Data Primer Tahun 2019 peserta didik, (2) demonstrasi tidak adekuat, (3)
umpan balik tidak tepat (4) faktor afektif, (5)
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel di atas persepsi peserta. Kemampuan peserta didik dalam
terlihat ada perbedaan nilai mean antara metode penelitian ini sangat beragam karena responden
simulasi dan audiovisual, di mana metode yang berasal dari 7 institusi pendidikan yang berbeda.
mengalami peningkatan setelah diberikan Hal ini terkait dengan kemampuan kognitif dari
pelatihan adalah metode audiovisual dengan nilai masing-masing responden yang akan mendasari
mean 0, 743. Maka dari hasil mean tersebut pola berfikir mereka dalam menganalisa dan
berarti metode audiovisual dan simulasi sama menginternalisasi umpan balik yang diberikan.
efektif dalam meningkatkan keterampilan BHD
meski ada perbedaan mean tapi tidak terlalu
semifigkan.
Edukasi yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan jumlah penolong OHCA adalah
melalui simulasi. Program edukasi melalui
6
simulasi dan self directed video memiliki instruktur. Instruktur harus menguasai baik
kelebihan dan kekurangan tersendiri. Simulasi sekuensi /tata urutan serta kualitas teknik
merupakah salah satu metode yang sering RJP.Oleh karena itu, standarisasi instruktur
digunakan untuk melatih RJP pada masyarakat merupakan syarat mutlak untuk menghindari
awam maupun tenaga professional. mispersepsi peserta pelatihan, serta kualitas output
pelatihan.Fenomena yang ada saat ini adalah
banyaknya lembaga-lembaga pelatihan termasuk
institusi pendidikan yang belum memperhatikan
Audiovisual adalah metode pembelajaran yang kualitas dari instruktur ini, sehingga yang terjadi
dapat memberdayakan masyarakat agar dapat adalah penurunan kualitas pelatihan itu sendiri.
belajar secara mandiri melalui tayangan video
serta arahan-arahan yang disampaikan pada video Hasil penelitian oleh Dine, et.al. (2008) yang
edukasi tersebut. Kelebihan dari Audiovisual menyatakan bahwa umpan balik audio
adalah dapat digunakan oleh masyarakat dengan visualsendiri mampu meningkatkan keterampilan
waktu yang bebas (tidak terikat) dan konsisten BHD dan menurunkan variasi hitungan kompresi
dari segi isi yang disampaikan. jantung, namun kombinasi dari umpan balik audio
visual dan debriefing dari instruktur memberikan
Audiovisual yang terbukti dapat meningkatkan dampak kemajuan yang paling besar pada
kemampuan dalam penanganan henti jantung keterampilan BHD.
dapat menjadi solusi dan inovasi dalam pelatihan
RJP.Audiovisual dapat menjadi salah satu metode Tetapi penelitian ini.Pelatihan difokuskan pada
yang efektif dan hemat terhadap sumber daya pengontrolan kecepatan kompresi, dengan tujuan
dalam mengedukasi orang awam tentang untuk menunda kelelahan, menjamin cukupnya
RJP.Dalam kondisi simulasi, orang awam yang kedalaman kompresi dan meningkatkan kualitas
diperlihatkan video Compression-only CPR, kompresi dada. AHA (2010) juga
secara signifikan lebih cenderung melakukan merekomendasikan bahwa untuk menjamin
resusitasi dibandingkan dengan merekayang kualitas kedalaman dan kecepatan kompresi.
belum pernah melihat video pelatihan tersebut
(Bobrow, et al., 2011).Audiovisual yang terbukti 3. Efektivitas pelatihan BHD sebelum dan
dapat meningkatkan kemampuan dalam sesudah diberikan pelatihan dengan
penanganan henti jantung dapat menjadi solusi menggunakan metode simulasi
dan inovasi dalam pelatihan RJP.
Pelatihan BHD sebelum dan sesudah efektif
2. Hasil Post-test sebelum diberi pelatihan diberikan pelatihan dengan menggunakan metode
dengan metode simulasi dan Audiovisual Di simulasi di SMAN 1 Tabunganen tahun 2019
SMAN 1 Tabunganen dengan tingkat signifikan (p=0,000)
Hasil post-test semua responden Sesuai dalam Penggunaan metode simulasi, sangat
menggunakan metode simulasi yaitu sebanyak 15 bergantung pada kemampuan instruktur dalam
orang (100%). Metode pelatihan BHD dengan melatih teknikal skill. Hal ini menuntut peran
simulasi yang dibimbing langsung oleh pelatih dominan dari instruktur untuk meningkatkan
bersertifikat merupakan satusatunya metode kemampuan peserta didik. Karena terbatasnya
pelatihan yang diakui di Indonesia saat device pendukung pada manikin tersebut,
ini.Selanjutnya, peserta pelatihan mendapatkan sehingga teknik yang diajarkan oleh instruktur
sertifikat formal sebagai peserta lebih banyak kearah pengalaman yang selama ini
pelatihan.Kelebihan metode simulasi adalah lebih dilakukan yang berfokus pada kualitatif, perkiraan
interaktif karena audience dapat bertanya secara dan feeling.
langsung kepada fasilitator, namun membutuhkan
waktu yang banyak dan tempat yang luas untuk George & Doto. (2001), mengatakan bahwa
melakukan metode ini. ada 5 faktor yang mempengaruhi hasil dari
pelatihan psikomotor yaitu : (a) kemampuan
Dalam pelatihan BHD, sebagaimana pendapat peserta didik, (b) demonstrasi tidak adekuat, (3)
dari George & Doto.(2016) peran instruktur masih umpan balik tidak tepat (4) faktor afektif, (5)
sangat dominan karena keberadaan manikin hanya persepsi peserta. Kemampuan peserta didik dalam
sebagai sarana untuk demonstrasi skill.Dapat penelitian ini sangat beragam karena responden
dikatakan bahwa baik buruknya kemampuan memiliki kemampuan kognitif dari masing-
peserta akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan masing responden yang akan mendasari pola
7
berfikir mereka dalam menganalisa dan yang mendukung knowledge dan skills tentang
menginternalisasi umpan balik yang diberikan. RJP pada mereka.

4. Efektivitas pelatihan BHD sebelum dan


sesudah diberikan pelatihan dengan Upaya yang dapat dilakukan untuk menambah
menggunakan metode audiovisual retensi pemahaman masyarakat ketika belajar
RJP, diperlukan alat peraga yang mudah
Pelatihan BHD sebelum dan sesudah diberikan dijangkau dan ekonomis. I-CARRER Cardiac
pelatihan dengan menggunakan metode Resuscitation Menekin merupakan alat peraga
audiovisual di SMAN 1 Tabunganen tahun 2019 yang digunakan untuk berlatih RJP. Alat ini
tingkat signifikan (p=0,000) didesain secara sederhana dengan bentuk setengah
badan orang dewasa dengan ketebalan 8 cm.
Hasil penelitian sedikit berbeda yang
dilakukan oleh Dine, et.al. (2008) yang Selain itu, pada alat I-CARRER Cardiac
menyatakan bahwa umpan balik audio Resuscitation Menekin terdapat lampu indikator
visualsendiri mampu meningkatkan keterampilan yang menunjukkan ketepatan kedalaman pada saat
RJP dan menurunkan variasi hitungan kompresi melakukan pijat jantung. Kelebihan yang
jantung, namun kombinasi dari umpan balik audio diperoleh dari alat peraga RJP “I-CARRER
visual dan debriefing dari instruktur memberikan Cardiac Resuscitation Menekin” adalah alat yang
dampak kemajuan yang paling besar pada sederhana, bahan baku yang ekonomis namun
keterampilan RJP tidak mengurangi esensi dari pembelajaran RJP.

5. Efektivitas pelatihan BHD dengan Metode Beard et al. (2015) menunjukkan bahwa anak
simulasi dan audiovisual usia 11 tahun dapat melakukan arahan dari
dispatcher (operator EMS) untuk melakukan RJP
Ada efektivitas pelatihan bhd dengan metode dengan kecepatan dan kedalaman kompresi dada
simulasi dan audiovisual pada keterampilan siswa yang sesuai. Hal ini menunjukkan bahwa siswa
melakukan rjp di sman 1 tabunganen SMA berusia 15-17 sudah memenuhi kriteria
dalam melakukan RJP secara efektif.
Resusitasi Jantung Paru (RJP) merupakan
keterampilan yang harus dikuasai oleh mahasiswa. KESIMPULAN
RJP yang berkualitas dapat mengoptimalkan
a Hasil pre-test sebagian besar responden
return of spontaneus circulation, tetapi banyak
Tidak sesuai dalam menggunakan metode
mahasiswa kedokteran tidak percaya diri dalam
simulasi dan audiovisual yaitu sebanyak 8
melakukan prosedur ini. Oermann et al (2011),
orang (53,3%)
dalam penelitiannya tentang kualitas tindakan RJP
b Hasil post-test semua responden sesuai
pada perawat, mendapatkan hasil bahwa kualitas
dalam melakukan RJP dengan
RJP yang dilakukan oleh perawat masih buruk
menggunakan metode simulasi yaitu
walaupun mereka sudah mengikuti pelatihan.
sebanyak 15 orang (100%)
c Pelatihan BHD sebelum dan sesudah
Hal ini disebabkan karena knowledge dan
efektif diberikan pelatihan dengan
skills dalam melakukan RJP, tanpa dilakukan
menggunakan metode simulasi di SMAN
praktek dan pengingatan kembali, maka akan
1 Tabunganen tahun 2019 dengan tingkat
cenderung hilang seiring dengan waktu. Hal ini
signifikan (p=0,000)
didukung dengan hasil penelitiannya Husebo et al,
d Pelatihan BHD sebelum dan sesudah
(2012) yang mendapatkan data bahwa performa
diberikan pelatihan dengan menggunakan
perawat dalam melakukan RJPmasih buruk.
metode audiovisual di SMAN 1
Tabunganen tahun 2019 tingkat signifikan
Perkins et al (2008), mengatakan bahwa
(p=0,000)
knowledge dan skills sangat diperlukan dalam
e Ada Efektivitas Metode Simulasi Dan
melakukan tindakan RJP, tetapi dalam konteks
Audiovisual Pada Pelatihan BHD Siswa
mahasiswa yang kurang terpapar dalam peristiwa
Siswa SMA Terhadap Kemampuan Siswa
- peristiwa yang membutuhkan tindakan tersebut,
Dalam Melakukan RJP Di SMA Negeri 1
sering tidak mempunyai kompetensi dalam
Tabunganen
BLS.Oleh karena itu, penting untuk memberikan
pembelajaran dan menemukan metode mengajar
SARAN
8
Paru Mahasiswa S1 Keperawatan
Direkomendasikan RPJ menggunakan Dengan Umpan Balik Instruktur,
ICARRER Cardiac Resuscitation Menekin Audiovisual Dan Kombinasi Di
melalui Self Directed Video dapat menjadi Yogyakarta
metode yang dapat diterapkan di lingkungan SMA WHO - World Health Organisation
untuk meningkatkan jumlah bystander.
(2013).Orientation Progamme on
adolescent health for health cara
DAFTAR PUSTAKA providers. Diakses 21 Maret 2016
WHO. (2016). The Global Burden of
American Heart Association (2017). About Disease: 2008 update. WHO.Di akses
Cardiac Arrest (SCA) Face Sheet,CPRS dari www.who.int/evidence/bad
tatistics . http:// www. heart. org/ __________________ . (2015). Risk
HEARTORG/ Conditions/ More/ Cardia Reduction and Emergency
cArrest/ About Cardia UCM 307905 Preparedneess.Printed by the WHO
Article.jsp. Dokument Production Servies,
__________________. (2015). American GGeneva, Switzerland.
Hearth Association Guide lines For
Cardio pulomonary Resuscitation and
Emergency Cardiovaskular Care.
AHA Journals, 122 (4):676-684
Beard et al. (2014). Pelaksanaan Bantuan
Hidup Dasar.Vol 1, No 5 Benjamin
Bloom New Word Encyclopedia, from
http://new world ldency
clopedia.org/entry/benjamin
Dunnete. Darwis.Dr, Allan. dr. Lita. (2007).
Pedoman Pertolongan Pertama. Jakarta
: PalangMerah Indonesia
Dzurriyatun, T (2014). Pengaruh Pelatihan
Bantuan Hidup Dasar Pada Remaja
Terhadap Tingkat Motivasi Menolong
Korban Henti Jantung. Universitas
Muhammdiyah Yogyakarta (UMY)
Indonesia.
Rahmi (2017). Perbedaan Nilai Kompresi
Dada Pada Pelatihan RJP Siswa SMA
Dengan Metode Simulasi Dan
Audiovisual
Sukmawati (2016). Perbedaan Nilai
Kompresi Dada dan Ventilasi pada
Pelatihan Jantung Paru Mahasiswa S1
Keperawatan dengan Umpan Balik
Instuktur, Audiovaskuler dan
Kombinasi di Yogyakarta 2015;140(12-
22);341-322. Taksonomi Bloom–
Wikipedia bahasa Indonesia, ensi
klapedia bebas, dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi
Bloom
Sutono et al, (2015) Perbedaan
NilaiKompresi Dada Dan Ventilasi
Pada Pelatihan Resusitasi Jantung
9
*Henny Kusuma Wardani. Mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
** Hj. Noor Khalilati, Ns., M.Kep Dosen Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
*** Dr.Syamsul Firdaus, S.Kp, M.Kes Poltekes Kemenkes Banjarmasin

10

You might also like