Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Nelayan: Muhammad Saidi

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

DIE, Jurnal Ilmu Ekonomi & Manajemen

Januari 2014, Vol. 10 No.1. hal. 39 - 48

Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Nelayan


(Studi Sistem Bagi Hasil Perikanan di Wilayah Madura)

Muhammad Saidi
Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan
Kabupaten Sumenep

ABSTRACT

This research aims to develop the model of economic empowerment of fishing


communities with a focus of study for fishery system practiced fishing communities, the
fisherman owner (skipper) with fishermen cultivators (labor). Research conducted in a
number of locations in the coastal region of Madura which includes Bangkalan, Sampang,
Pamekasan and Sumenep with a wide range of revenue-sharing system. Qualitative
research method using a phenomenological approach. Data was collected through in-
depth interviews and direct observation in the field. The data were analyzed qualitatively
phenomenological, with the implied meaning uncovering what is seen, felt, experienced
and/or do the informants and investigators, and also calculates the quantitative results
between fishermen and fishermen owner cultivators, fishery production value do with
fishing income per year and per month in household wellbeing of fishermen. Results of this
research get that: (1) the distribution of revenues fishery is conducted with a profit-sharing
between fishermen owners with tenant fishermen, but the results are applied to the
Madurese community almost everything is not in accordance with the provisions of the law
No.16/1964, just in Coastal Ambunten, Sumenep with a variation of the results in
accordance with its provisions; (2) almost all fishermen tenants in Madura according to
World Bank criteria and classified should not prosperous or poor, and (3) model of
emprovement that can improve the economic of fisher families are models that do by
financiers/marketers (pangamba’). Financiers/marketer (pangamba’) gives some compen-
sation to fishermen who became his partner and the compensation results into venture
capital.

Keywords: Profit Sharing System, Economic Empowerment, Fishermen

PENDAHULUAN rakat dengan berasaskan kekeluargaan dan


berkedaulatan rakyat.
Sistem ekonomi kerakyatan di Indonesia
Indikator yang menonjol dalam sistem eko-
belakangan ini mulai populer ketika sistem
nomi kerakyatan adalah perilaku partisipatif
ekonomi yang ada dianggap tidak berpihak
dalam proses produksi, distribusi, dan kon-
kepada rakyat kebanyakan (masyarakat).
sumsi serta meningkatkan kapasitas sampai
Bahkan ketika sistem ekonomi kerakyatan di
dengan pemberdayaan masyarakat. Dalam hal
negeri ini disebarluaskan secara politis yang
kemandirian, ekonomi kerakyatan jauh lebih
menganggap sistem perekonomian modern
mandiri dibanding dengan sistem ekonomi
gagal meningkatkan kesejahteraan rakyat.
modern. Padahal sistem ekonomi kerakyatan
Basis ekonomi kerakyatan adalah rakyat
hanya mengeksplorasi sumber daya alam
kebanyakan (popular) yang secara swadaya
(SDA). Salah satu subsektor dari sektor eko-
mengelola sumberdaya ekonomi yang dapat
nomi kerakyatan adalah subsektor perikanan.
diusahakan dan dikuasainya. Kegiatan eko-
Wilayah laut Indonesia sebagai SDA yang
nomi kerakyatan dikembangkan untuk lebih
sangat luas, dan permintaan ikan pada pasar
mengedepankan dan memberdayakan masya-
39
Muhammad Saidi

dunia yang terus meningkat, baik untuk paradog dari masyarakat miskin. Hampir tidak
konsumsi makanan maupun tepung ikan, men- pernah didengar bahwa nelayan penggarap
dorong usaha perikanan bisa memenuhi per- adalah salah satu kelompok masyarakat yang
mintaan pasar dalam dan luar negeri. Jika pendapatannya bisa dikelompokkan sebagai
produksi ikan cukup memadai, hasil perikanan masyarakat berekonomi menengah ke atas.
dapat menjadi komoditas ekspor yang utama. Berangkat dari fenomena di atas, maka model
Membicarakan sumber daya kelautan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat nelayan
perikanan di Indonesia, khususnya di wilayah yang terfokus pada sistem bagi hasil yang
Madura selalu berkait erat dengan nelayan dipraktekkan masyarakat nelayan Madura me-
(pelaku) dan sistem perikanan. Salah satu narik untuk diteliti. Untuk itu, peneliti meng-
sistem upah yang dipraktekkan masyarakat kaji model pemberdayaan ekonomi masyara-
nelayan adalah sistem bagi hasil perikanan. kat nelayan di wilayah Madura, dengan pusat
Nelayan penggarap berbagi hasil dengan nela- kajian bagi hasil perikanan.
yan pemilik. Oleh karena keberadaan ekonomi
masyarakat nelayan yang tidak banyak ber- TINJAUAN PUSTAKA
geser pada arah peningkatan maka nelayan
Ekonomi Kerakyatan
cenderung bukan lagi jenis pekerjaan yang
menjanjikan. Tidak sedikit nelayan yang be- Konvensi ILO tahun 1989 mendefinisikan
ralih profesi lain. Penurunan jumlah nelayan ekonomi kerakyatan adalah ekonomi tradisi-
ini disebabkan oleh pencemaran kawasan onal yang menjadi basis kehidupan masyara-
perairan, liberalisasi kawasan pesisir. Tinggi- kat lokal dalam mempertahankan kehidupan-
nya tingkat pencemaran di laut membuat nya. Ekonomi kerakyatan adalah ekonomi rak-
jumlah ikan berkurang karena habitatnya yat. Rakyat di sini berarti orang banyak, bukan
mulai rusak dan tercemar. Sektor pariwisata perseorangan. Pada prinsifnya, ekonomi ke-
mengusir nelayan di wilayah pariwisata sering rakyatan adalah ekonomi yang dibangun dan
kali menuntut ketiadaan nelayan, misalnya di dikembangkan oleh orang banyak dan untuk
Bali, Wakatobi, dan Raja Ampat. Nelayan kepentingan mereka.
dilarang menangkap ikan dengan alasan wila- Menurut Dawam Rahardjo, ekonomi kerak-
yah pariwisata, akan mencemari, dan sebagai- yatan adalah istilah yang relatif baru. Istilah
nya. ini mulai diperkenalkan oleh Prof. Sarbini
Fenomena di atas bermuara pada kesejah- Sumawinata, guru besar FE UI pada 1985.
teraan masyarakat nelayan yang cenderung Menurut Sarbini, ekonomi kerakyatan adalah
memprihatinkan. Padahal di era reformasi ini komponen ekonomi dari ideologi Sosialisme
model ekonomi kerakyatan termasuk sektor Kerakyatan yang mencakup berbagai sektor
perikanan menjadi pusat perhatian di negeri kehidupan, bertolak dari suatu konsep politik
ini. Masyarakat nelayan menjadi objek issu kebudayaan yang berintikan kebebasan, pem-
yang diperebutkan oleh banyak kalangan (teru- bebasan, dan kemajuan yang menganggap
tama oleh para politisi), meskipun realita di Marxisme dan Komunisme adalah ajaran yang
lapangan jauh panggang dari api. Pada Kenya- ketinggalan zaman.
taannya, masyarakat nelayan tetap sebagai Mubyarto mengajukan ajaran ekonomi
masyarakat miskin yang kumuh dan tidak alternatif yang disebutnya sebagai Ekonomi
berdaya. Pancasila. Ia sangat kritis terhadap pakar eko-
Kerimpangan sistem bagi hasil, distribusi nomi yang bermazhab Amerika. Mubyarto
pendapatan dan pembagian pendapatan diduga lebih memilih ekonomi Pancasila yang diberi-
cukup besar dan meluas di antaranya terjadi nya nama ‘ekonomi kerakyatan’. Lebih jauh
pada sektor perikanan. Nelayan penggarap Mubyarto mengatakan: Sistem Ekonomi Ke-
yang pekerja pada sektor perikanan cenderung rakyatan adalah Sistem Ekonomi Nasional
berada di bawah kekuasaan nelayan pemilik. Indonesia yang berasas kekeluargaan, berke-
Tidak heran kalau kemudian ada pendapat, daulatan rakyat, bermoral Pancasila, dan me-
bahwa masyarakat nelayan (penggarap) adalah

40
Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Nelayan

nunjukkan pemihakan sungguh-sungguh pada generasi-generasi berikutnya. Oleh karenanya,


ekonomi rakyat. profesi ini tidak dipandang dari untung dan
Ekonomi kerakyatan berseberangan dengan ruginya, tetapi hanya sebagai warisan peker-
ekonomi liberalis atau neoliberalisme, dan jaan yang perlu dilestarikan.
sosialisme-stalinis. Menurut Dawam Rahardjo,
konsep ekonomi kerakyatan melawan domi- Kesejahteraan Keluarga dan Kemiskinan
nasi korporasi kapitalis monopoli, dan menen- Makna kesejahteraan merujuk pada keada-
tang Sosialisme-Stalinis, di mana negara men- an yang baik, kondisi manusia dalam keadaan
dominasi perekonomian masyarakat. Ekonomi makmur, sehat dan damai. Dalam istilah eko-
kerakyatan tidak hanya melawan sistem pasar nomi dihubungkan dengan keuntungan benda.
bebas, tapi juga menentang etatisme. Dalam Dalam kebijakan sosial, kesejahteraan sosial
hal kemandirian, ekonomi kerakyatan jauh merujuk pada jangkauan pelayanan untuk me-
lebih mandiri dan hanya bersandar pada SDA, menuhi kebutuhan masyarakat. Di Amerika
dan hanya mengeksplorasi tidak mengeksploi- Serikat, sejahtera merujuk pada uang yang
tasi SDA yang ada. Oleh karenanya, ekonomi dibayar oleh pemerintah kepada orang yang
kerakyatan lebih akrab dengan alam ling- membutuhkan bantuan finansial, tetapi tidak
kungan tempat mereka tinggal. dapat bekerja atau keadaan pendapatan yang
diterima untuk memenuhi kebutuhan dasar
Profesi Nelayan tidak berkecukupan. Istilah kesejahteraan da-
Dalam pemahaman yang umum, masyara- lam ekonomi erat hubungannya dengan kemis-
kat nelayan adalah masyarakat yang tinggal di kinan. Tidak sejahtera berarti miskin, dan jika
dekat pantai atau pesisir. Oleh karena ber- sejahtera memiliki makna cukup atau kaya.
tempat tinggal di pesisir pantai, hampir semua Setidaknya, sejahtera berarti kebutuhan dasar
penduduk bermata pencarian nelayan. Mata dalam keluarga terpenuhi.
pencarian nelayan adalah segala sesuatu yang Dua faktor yang memengaruhi kesejahtera-
berhubungan dengan perikanan, berupa: pro- an keluarga, yaitu faktor intern dan ekstern.
ses penyediaan rumah ikan, peralatan penang- Faktor intern berupa: jumlah anggota keluarga,
kapan, proses penangkapan, penjualan, dan tempat tinggal (papan), keadaan sosial eko-
seterusnya/ nomi keluarga, dan keadaan ekonomi keluar-
Beberapa teori mengatakan, profesi nelayan ga. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor
sebagai pilihan yang tidak bisa ditolak oleh dari luar yang dapat mengakibatkan kegon-
seseorang atau sekelompok orang disebabkan cangan jiwa dan ketentraman batin anggota
tidak adanya peluang kerja di daratan (push keluarga yang datangnya dari luar lingkungan
factor theory). Dalam hal ini, profesi nelayan keluarga. Faktor-faktor itu di antaranya factor
sebagai profesi pilihan terburuk ketika tidak manusia atau pihak lain di luar anggota ke-
ada pilihan profesi lainnya. Profesi ini tidak luarga, faktor alam dan faktor ekonomi negara.
menjanjikan pendapatan yang membuat ke- Untuk yang terakhir, faktor ekonomi negara,
luarga sejahtera, atau menjauhkan nelayan dari bukti empiris menunjukkan sebagiamana hasil
asumsi sebagai masyarakat miskin yang ku- penelitian David Mc Clelland, bahwa kesejah-
muh dan merana. Pendapat lain mengatakan, teraan penduduk di suatu negara dipengaruhi
profesi nelayan diminati karena dianggap oleh perkembangan ekonominya.
pekerjaan yang menarik (pull factor theory). Ada beberapa tahapan kelompok keluarga
Dianggap menarik karena pekerjaan itu dila- sejahtera sesuai dengan keadaannya. (1) Kelu-
kukan di tengah laut lepas dengan hamparan arga Prasejahtera, yaitu keluarga yang belum
air yang memukau dan tanpa batas. Pendapat dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic
yang agak bersahabat adalah profesi nelayan need), seperti kebutuhan spiritual, pangan,
bersifat given, dimana profesi nelayan menjadi sandang, papan. (2) Keluarga Sejahtera I, yaitu
the way of life yang diturunkan dari generasi keluarga yang telah memenuhi kebutuhnan
ke generasi. Sebagai pekerjaan yang turun- dasarnya tetapi belum dapat memenuhi kebu-
temurun, profesi ini sulit ditinggalkan oleh tuhan sosial psikologinya, seperti kebutuhan

41
Muhammad Saidi

akan pendidikan, interaksi lingkungan tempat rampilan yang memadai; dan (e) informasi-
tinggal dan trasportasi. (3) Keluarga Sejahtera informasi yang berguna untuk kehidupan.
II, adalah keluarga yang telah memenuhi Berbicara kemiskinan di negara yang mem-
kebutuhan dasasrnya dan kebutuhan pengem- punyai wilayah laut cukup luas tampaknya
bangannya, seperti mampu menyisihkan pen- terasa aneh. Akan tetapi, persoalan kemiskinan
dapatannya untuk keperluan lain. (4) Keluarga selalu menarik diperbincangkan. Dari berbagai
Sejahtera III, adalah keluarga yang telah studi, ada beberapa ciri kemiskinan: (a) tidak
memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebu- memiliki faktor produksi sendiri; (b) tidak
tuhan sosial psikologis dan perkembangan mempunyai kemungkinan untuk memperoleh
keluarganya tetapi belum dapat memberikan aset produksi dengan kekuatan sendiri; (c)
sumbangan yang teratur bagi masyarakat tingkat pendidikan rendah; (d) banyak di anta-
seperti sumbangan materi dan berperan aktif ra mereka yang tinggal di pedesaan, dan tidak
dalam kegiatan kemasyarakatan. mempunyai tanah garapan; (e) tidak mempu-
nyai keterampilan atau skill. Kelima ciri di
Kemiskinan Nelayan
atas saling berkaitan yang berpengaruh kepada
Bank Dunia menetapkan kemiskinan men- kesejahteraan keluarga. Dalam hal ini, kemis-
jadi dua kelompok: sangat miskin, dan miskin. kinan mempunyai kaitan erat dengan mata
Dikategorikan sangat miskin jika pendapatan pencaharian seseorang atau keluarga, dan ber-
di bawah US $1 per hari dan disebut miskin kaitan juga dengan SDM yang mengakibatkan
untuk pendapatan di bawah US $2 per hari. keluarga menjadi tidak sejahtera.
Kriteria Bank Dunia didasarkan pada penda- Menurut Raymond Firth dalam Sutawi dan
patan yang diperoleh masyarakat itu sendiri. David Darmawan (Kompas, 29/4/2003), ke-
Penghasilan US $1,00 per hari dikalkulasikan miskinan nelayan paling tidak dicirikan men-
dapat memenuhi kebutuhan konsumsi setara jadi lima karakteristik. Pertama, pendapatan
dengan 2.100 kalori per kapita/hari ditambah nelayan bersifat harian (daily increments) dan
dengan pemenuhan kebutuhan pokok mini- jumlahnya sulit ditentukan dengan jumlah
mum lainnya, seperti sandang, kesehatan, pen- yang tergantung pada musim dan status nela-
didikan, transportasi. yan itu sendiri. Kedua, tingkat pendidikan
Sayogya mengembangkan standar kebu- nelayan maupun anak-anak nelayan pada
tuhan pokok berdasarkan atas kebutuhan beras umumnya rendah. Ketiga, dihubungkan de-
dan gizi. Ada beberapa golongan: (a) golongan ngan sifat produk yang dihasilkan nelayan,
paling miskin, pendapatannya 240 kg atau maka nelayan lebih banyak berhubungan
kurang beras per kapita/tahun; (b) golongan dengan ekonomi tukar-menukar karena produk
miskin sekali dengan pendapatan 240 - 360 kg tersebut bukan merupakan makanan pokok.
beras per kapita/tahun; dan (c) golongan Keempat, bidang perikanan membutuhkan
miskin pendapatannya lebih dari 360 kg tetapi investasi cukup besar dan cenderung mengan-
kurang dari 480 kg beras per kapita/tahun. dung resiko yang besar dibandingkan sektor
Sedangkan Friedman dalam Bagong usaha lainnya. Kelima, kehidupan nelayan
Suyanto (2005) mendefinisikan kemiskinan yang miskin juga diliputi oleh kerentanan.
adalah ketidaksamaan dalam mengakomulasi Berdasarkan fenomena di atas, di antara
basis kekuasaan sosial. Basis kekuasaan sosial penyebab kemiskinan yang mencolok adalah
itu berupa: (a) modal produktif atau aset, hubungan kerja antara nelayan pemilik dengan
misalnya tanah, perumahan, peralatan, dan nelayan penggarap dalam organisasi penang-
kesehatan; (b) sumber keuangan, seperti inco- kapan ikan, khususnya bagi hasil sangat
me dan kredit yang memadai; (c) organisasi berpengaruh terhadap tinggi-rendahnya penda-
sosial dan politik yang dapat digunakan untuk patan yang diperoleh nelayan penggarap.
mencapai kepentingan bersama; (d) network
atau jaringan sosial untuk memperoleh peker-
jaan, barang-barang, pengetahuan dan kete-

42
Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Nelayan

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat yang menganggap, daya yang dimiliki pemberi


Nelayan daya akan berkurang ketika memberdayakan
atau memberi daya kepada pihak yang kurang
Pemberdayaan memiliki pengertian proses
berdaya. Daya itu mengalir atau berpindah
pemberian daya, kekuatan atau kemampuan.
sebagian atau seluruhnya dari pemberi daya
Proses pemberian daya di sini dilakukan oleh
kepada pihak yang diberi daya (Sumodiningrat
pihak lain di luar pihak yang tidak berdaya
dalam Sulistiyani, 2004:91), yang merujuk
tersebut. Pemberian daya tidak bisa dimaknai
pada kekuasaan. Ketika penguasa memberikan
pihak yang tidak berdaya itu sama sekali tidak
sebagian (daya) kekuasaannya, maka keku-
memiliki daya, tetapi daya yang dimiliki perlu
asaan pihak pertama tadi akan berkurang
ditambah. Pemberdayaan ekonomi masyarakat
karena mengalir pada pihak yang diberi kuasa.
nelayan adalah kegiatan yang dilakukan oleh
Pandangan kedua adalah positif-sum. Pemberi
orang atau badan kepada masyarakat nelayan
daya akan memperoleh manfaat jika mela-
agar ekonominya berdaya atau meningkat.
kukan pemberdayaan terhadap pihak yang
Hakikat pemberdayaan menurut Ambar Teguh
kurang berdaya. Daya yang dimiliki pemberi
Sulistiyani (2004: 79) merupakan penciptaan
daya semakin kuat dan bermakna jika mela-
suasana atau iklim yang memungkinkan
kukan pemberdayaan. Manfaat yang bisa di-
masyarakat berkembang (anabling). Winarni
lihat secara nyata dari pemberi daya, misalnya,
dalam Sulistiyani (2004: 79) mengungkapkan,
pemberdayaan UKM oleh perusahaan-peru-
inti dari pemberdayaan meliputi tiga hal, yaitu:
sahaan besar. Perusahaan yang melakukan
pengembangan (enabling), memperkuat poten-
pemberdayaan akan memiliki ‘anak’ perusa-
si atau daya (empowering), dan terciptanya
haan yang akan ikut membesarkan perusahaan
kemandirian.
induknya. Meskipun tidak secara implisit
Maria Fraskho (2000) berpendapat, konsep
digolongkan sebagai anak perusahaan, tetapi
pemberdayaan lahir sebagai antitesis terhadap
secara moral akan ikut membesarkan perusa-
model pembangunan dan model industrialisasi
haan pemberi daya.
yang kurang memihak pada rakyat mayoritas.
Karl Marx berpandangan bahwa pemberda-
Konsep ini dibangun sebagai kerangka logik
yaan masyarakat adalah proses perjuangan
sebagai berikut; (1) Proses pemusatan keku-
kaum powerless untuk memperolah surplus
asaan terbangun dari pemusatan penguasaan
value sebagai hak normatifnya. Untuk mem-
faktor produksi; (2) Pemusatan kekuasaan
peroleh surplus value perlu pendistribusian
faktor produksi akan melahirkan masyarakat
penguasaan faktor-faktor produksi. Untuk
pekerja dan pengusaha pinggiran; (3) Keku-
mendapatkan apa yang dimaksud di atas, harus
asaan akan membangun bangunan atas atau
dilakukan melalui perjuangan politik. Dalam
sistem pengetahuan, politik, hukum dan ideo-
hal ini, kekuatan politik Karl Mark ada pada
logi yang manipulatif untuk memperkuat legi-
keberhasilannya dalam merekayasa pendistri-
timasi; (4) Kooptasi sistem pengetahuan, hu-
busian faktor-faktor produksi yang dilakukan
kum politik dan ideologi secara sistematik
melalui proses pemberdayaan masyarakat, atau
akan menciptakan dua kelompok masyarakat,
sebaliknya, keberhasilannya dalam pendistri-
yaitu masyarakat berdaya dan masyarakat
busian faktor-faktor produksi disebabkan
tunadaya. Akhirnya yang terjadi adalah diko-
keberhasilannya dalam penguasaan politik.
tomi, yaitu masyarakat yang berkuasa dan
disisi lain manusia dikuasai. Untuk membe-
Sistem Bagi Hasil
baskan situasi menguasai dan dikuasai, maka
harus dilakukan pembebesan melalui proses Salah satu yang mengatur sistem bagi hasil
pemberdayaan bagi yang dikuasai (empower- adalah UU No.16 tahun 1964 tentang Bagi
ment of the powerless). Hasil Perikanan. Sistem bagi hasil perikanan
Sudut pandang yang berbeda tentang pem- yang dilakukan masyarakat nelayan menarik
berdayaan adalah lahirnya dua pandangan dicermati. Perjanjian bagi hasil sebagaimana
yang konfliktual, berbeda dan bertolak bela- dalam UU No.16 Tahun 1964 adalah perjanji-
kang. Pandangan pertama adalah zero-sum an yang diadakan dalam usaha penangkapan

43
Muhammad Saidi

atau pemeliharaan ikan antara juragan dan lam proses penangkapan ikan sampai pada
nelayan atau pemilik tambak dan penggarap penjualan hasil tangkapan. Tindakan yang
tambak, menurut perjanjian mana mereka mereka lakukan adalah: Pertama, proses
masing-masing menerima bagian dari hasil penangkapan ikan, mulai dari persiapan
usaha tersebut menurut imbangan yang telah melaut sampai pada penjualan hasil tang-
disetujui sebelumnya. kapan; Kedua, kepemilikan usaha penangka-
Lebih lanjut dalam UU BHP ditegaskan: pan, mulai dari pembuatan perahu/kapal dan
Pembagian hasil di antara para nelayan dari peralatannya sampai dengan bagi hasil antara
bagian yang mereka terima diatur oleh mereka nelayan dengan juragan dan pihak-pihak yang
sendiri, dengan diawasi oleh Pemerintah terlibat di dalamnya; Ketiga, kesejahteraan
Daerah Tingkat II (kini Kabupaten/Kota) mereka sesuai dengan kriteria sejahtera, pra-
setempat agar tidak terjadi pemerasan. Apabila sejahtera, atau sangat miskin dan miskin.
ada perbandingan lain, maka perbandingan Informan penelitian yang ditetapkan peneli-
antara bagian yang terbanyak dan yang paling ti adalah juragan, nelayan; Pemerintah Daerah
sedikit tidak boleh lebih dari 3 (tiga) banding 1 dari keempat kabupaten di wilayah Madura,
(satu). tokoh masyarakat, pemilik toko yang menye-
Dalam praktek bagi hasil, nelayan pengga- diakan peralatan untuk keperluan penangkapan
rap hanya menyediakan sumber daya manusia ikan, dan masyarakat pesisir. Mereka banyak
(tenaga kerja), sedangkan biaya segala keper- memiliki informasi dalam hubungannya de-
luan selama persiapan dan operasional penang- ngan penelitian yang akan dilakukan peneliti.
kapan diambil dari hasil kotor sebelum dibagi
oleh kedua belah pihak. Adapun keperluan HASIL PENELITIAN
selama persiapan dan penangkapan ikan ada-
Praktek Bagi Hasil Perikanan
lah: (1) biaya persiapan, keperluan membeli
daun kelapa dan tali-temali untuk membuat Di Kabupaten Bangkalan juragan berbagi
terumbu ikan; (2) BBM berupa solar untuk hasil dengan nelayan. Bagi hasil perikanan
perahu motor, bensin untuk mesin diesel lam- yang dipraktekkan sekitar 37,5% - 42% bagi
pu, kardan dan mesin pompa; (3) biaya makan, hasil yang diperoleh juragan, dan sekitar 58%-
minum, dan rokok untuk nelayan selama 75% untuk nelayan. Sedangkan biaya operasi-
proses penangkapan; (4) biaya perawatan dan onal berupa BBM (bahan bakar minyak; solar)
perbaikan jaring, dsb. menjadi tanggungan juragan, kecuali variasi
bagi hasil yang dipraktekkan nelayan Kwanyar
METODE PENELITIAN yang diambil dari hasil kotor.
Bagi hasil yang dipraktekkan masyarakat
Metode penelitian yang digunakan dalam
nelayan Kabupaten Sampang yang umum
penelitian ini adalah pendekatanb kualitatif.
dilakukan sekitar 40% - 62,5% untuk nelayan,
Karakteristik penelitian kualitatif menurut
dan sekitar 50% - 60% untuk juragan. Variasi
Moleong adalah berlatar alamiah, manusia
bagi hasil yang tidak umum adalah 40% - 75%
sebagai alat (instrumen), menggunakan meto-
untuk nelayan dan 25% – 60% untuk juragan.
de kualitatif, analisis data secara induktif, teori
Bagi hasil di atas diberlakukan untuk nelayan
dari dasar (grounded theory), deskriptif.
dengan menggunakan jaring trowl, tarik, dan
Sedangkan landasan teoretis pada penelitian
umpan rajungan. Sedangkan untuk nelayan
kualitatif adalah fenomenologi, etnometodo-
dengan menggunakan porse sein umumnya
logi, etnografi, penelitian lapangan (Filed
mempraktekkan bagi hasil sebesar masing-
Reaserch), dan grounded theory. Pendekatan
masing 50% untuk juragan dan nelayan.
metode kualitatif diarahkan pada latar dan
Bagi hasil yang umum dipraktekkan nela-
individu tersebut secara holistik (utuh).
yan Pamekasan adalah sekitar 45,5% - 67%
Peneliti menetapkan lokasi penelitian sis-
untuk nelayan, dan sekitar 37% - 60% untuk
tem bagi hasil nelayan di wilayah Madura.
juragan. Sedangkan variasi bagi hasil yang
Subjek penelitian ini adalah nelayan, juragan,
dilakukan kelompok nelayan Pamekasan ada-
tengkulak, dan orang-orang yang terlibat da-

44
Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Nelayan

lah: sekitar 47% - 75% untuk nelayan, dan


sekitar 25% - 53% untuk juragan. Bagi hasil
yang tinggi bagi nelayan atau yang dianggap
berpihak pada nelayan adalah 62,5% untuk
nelayan yang dipraktekkan masyarakat nela-
yan di Pesisir Bandaran. Bahkan variasi bagi
hasilnya mencapai 75% untuk nelayan dan
25% untuk juragan. Hanya saja, variasi bagi
hasil seperti tersebut mulai ditinggalkan oleh
juragan karena merasa rugi dan tidak sesuai
dengan nilai investasi yang dimiliki.
Bagi hasil yang umum dilakukan masya-
rakat nelayan Kabupaten Sumenep sekitar
33% - 90% untuk nelayan, dan sekitar 10% -
67% untuk juragan. Sedangkan variasi bagi
hasil yang tidak umum dilakukan yang diprak-
tekkan oleh sebagian kelompok nelayan seki-
tar 40% - 60% untuk nelayan dan untuk
juragan sekitar 40% - 60%. Bagi hasil dengan
jaring porse sein membagi dua, masing-
masing mendapatkan 50%. Tidak hanya itu, Perbandingan Pendapatan Nelayan dengan
juragan tidak menanggung sendiri biaya ope- UMK
rasional. Biaya BBM, biaya perawatan dan Pendapatan nelayan Kabupaten Bangkalan
perbaikan alat tangkap menjadi tanggungan pada usaha perikanan tangkap laut di atas
bersama dengan memotong hasil kotor. UMK. Sedangkan pendapatan nelayan pada
Sedangkan biaya makan, minum dan rokok usaha perikanan tangkap perairan umum ma-
menjadi tanggungan nelayan sendiri. Biasanya sih jauh di bawah UMK. Hal ini terbalik
biaya untuk dinikmati nelayan sendiri dibawa dengan sektor perikanan tangkap laut, pada
dari rumah masing-masing. perikanan tangkap perairan umum nilai pro-
duksinya sangat kecil dengan jumlah nelayan
Analisis Hasil Produksi Perikanan Tangkap
yang cukup besar. Pendapatan nelayan pada
Di bawah ini disajikan tabel perbandingan usaha perikanan tangkap laut Kabupaten
nilai produksi perikanan tangkap laut, peri- Pamekasan per bulan masih di bawah UMK,
kanan tangkap perairan umum, prosentase bagi sedangkan pendapatan nelayan pada usaha
hasil, pendapatan nelayan penggarap per tahun perikanan tangkap perairan umum sangat jauh
per orang dan per bulan per orang jika mengi- di bawah UMK. Pendapatan nelayan pada
kuti ketentuan UU BHP, yaitu perolehan bagi usaha perikanan tangkap laut dan perairan
hasil untuk juragan maksimal 60% dan mini- umum Kabupaten Sampang jauh dari UMK,
mal 40% untuk nelayan dari keseluruhan hasil dan pendapatan nelayan pada usaha perikanan
bersih setelah dipotong biaya-biaya. tangkap perairan umum tidak sampai 50% dari
UMK. Pendapatan nelayan pada usaha peri-
Tabel 1 kanan tangkap laut kabupaten Sumenep ham-
Analisis Hasil Perikanan Tangkap Laut dan pir sesuai dengan UMK. Namun pada perika-
Perairan Umum nan tangkap perairan umum, pendapatan nela-
yan jauh dari UMK.
Perbandingan pendapatan nelayan pada
usaha perikanan tangkap laut dan perairan
umum dengan UMK pada semua pesisir di
wilayah Madura adalah jika sistem bagi hasil
yang diperoleh nelayan sesuai dengan UU

45
Muhammad Saidi

BHP. Bagi hasil yang dimaksud di atas adalah taannya nelayan tersebut hidup dalam suatu
peruntukan juragan maksimal sebesar 60% keluarga yang hanya mengandalkan penda-
dan untuk nelayan minimal mendapatkan bagi patan suami.
hasil sebesar 40%. Itupun belum menghitung
biaya-biaya yang harus dikeluarkan dan harus Model Pemberdayaan Ekonomi
menyesuaikan dengan ketentuan UU BHP. Ditemukan model pemberdayaan ekonomi
masyarakat nelayan yang cukup efektif adalah
Hubungan Pendapatan Nelayan dengan pemberdayaan yang dilakukan pangamba;,
Kesejahteraan Pangamba’ adalah orang yang membantu me-
Tabel di bawah ini adalah hubungan penda- masarakan atau menjual hasil usaha perikanan
patan nelayan dengan kesejahteraan keluarga dan memiliki piutang kepada orang per
menurut kriteria Bank Dunia dan Sayogya. seorangan nelayan dalam jumlah tertentu.
Pangamba’ meminjamkan sejumlah uang ke-
pada nelayan. Uang itu biasanya untuk tam-
Tabel 2 bahan biaya hidup keluarga atau nelayan sen-
Analisis Kesejahteraan Nelayan yang diri. Ada juga sebagai modal usaha kecil-
Membiayai Hidupnya Sendiri Menurut Bank kecilan untuk isteri atau keluarga nelayan.
Dunia dan Sayogya Misalnya sebagai modal berjualan ikan pin-
dang atau ikan olahan. Juga berjualan lainnya
yang berkaitan dengan peningkatan ekonomi
keluarga.
Konpensasi dari piutang adalah hak penjua-
lan hasil bagian ikan berupa ceperan milik
nelayan diserahkan kepada pangamba’ yang
menjadi patnernya. Ikan tadi menjadi kewe-
nangan pangamba’ untuk dijual dengan harga
Tabel berikut juga mengukur kesejahteraan berapa pun sesuai dengan harga pasar. Kemu-
dari 2 pandangan, yaitu kriteria Bank Dunia dian pangamba’ memberikan hasil penjualan
dan pendapat Sayogya yang mengukur kese- ikan kepada nelayan tadi. Perlu diketahui, di
jahteraan dengan harga beras. beberapa pesisir di Madura mempraktekkan
ceperan, adalah bagian ikan yang diberikan
Tabel 3 kepada setiap nelayan dengan jumlah yang
Analisis Kesejahteraan Nelayan dengan sama. Pembagian itu tidak dipengaruhi oleh
Seorang Isteri dan 2 Orang Anak Menurut struktur kerja dalam sebuah rombongan pera-
Bank Dunia dan Sayogya hu. Ceperan itu sebagai lauk untuk keluarga
nelayan. Sebagian dari ceperan itu diserahkan
kepada pangamba’ untuk dijual, dan sebagian
kecil dibawa pulang untuk lauk di rumah.

Pangamba’ sebagai Marketer


Pangamba’ sebagai tulang punggung pema-
saran hasil usaha perikanan dapat didefinisi-
kan sebagaimana definisi pemasaran, yaitu
Dari analisis di atas menunjukkan, kehi- suatu proses sosial manajerial di mana indivi-
dupan nelayan pada usaha perikanan tangkap du dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan
laut dan perikanan perairan umum pada keinginan mereka dengan menciptakan, mena-
umumnya tergolong tidak sejahtera atau warkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu
miskin, sangat miskin atau paling miskin. sama lain. Definisi ini berdasarkan pada
Meskipun nelayan itu tergolong sejahtera jika konsep inti berupa kebutuhan, keinginan dan
membiyai hidupnya sendiri, tapi pada Kenya-
46
Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Nelayan

permintaan; pasar, pemasaran dan pemasar. PENUTUP


William J Stanton, mendefinisikan pemasaran Dari analisis praktek bagi hasil perikanan,
adalah keseluruhan intern yang berhubungan masyarakat nelayan Madura tidak tunduk pada
dengan kegiatan-kegiatan usaha yang bertu- ketentuan UU No.16 Tahun 1964 tentang Bagi
juan untuk merencanakan, menentukan harga, Hasil Perikanan (UU BHP), dan/atau Fiqhul
mempromosikan dan mendistribusikan barang Islam yang berupa syirkah, dan hanya masya-
dan jasa yang akan memuaskan kebutuhan rakat nelayan di Pesisir Ambunten pada variasi
pembeli baik pembeli yang ada maupun bagi hasil yang memenuhi ketentuan UU BHP,
pembeli yang potensial. Dalam hal perannya dan itupun hanya beberapa kelompok nelayan
sebagai marketer, pangamba’ telah membantu saja yang belakangan ini jarang diterapkan.
memasarkan hasil usaha perikanan. Tentu Jika praktek bagi hasil yang diterapkan masya-
karena sebagai marketer, pangamba’ mengam- rakat nelayan Madura sesuai dengan ketentuan
bil untung dari hasil pekerjaannya. UU BHP, pendapatan nelayan rata-rata/orang/
bulan pada perikanan tangkap laut Bangkalan
Pangamba’ sebagai Pemberdaya
Rp1.166.324,25, Sumenep Rp725.995,43,
Pangamba’ dalam bekerja sama sebagai Pamekasan Rp620.526,78 dan Sampang
marketer memberikan sejumlah kompensasi Rp182.115,25, dan sektor perikanan perairan
(berupa uang) kepada nelayan penggarap. umum nelayan Sumenep Rp599.452,00, Bang-
Kompensasi yang diberikan pangamba’ meru- kalan Rp379.271,42, Sampang Rp312.499,24
pakan salah satu pendukung pemberdayaan dan Pamekasan Rp194.216,69.
ekonomi kepada kelompok nelayan. Meskipun Pendapatan nelayan tersebut berpengaruh
sebenarnya perlakuan tersebut tidak direnca- pada penghitungan: (a) pada perbandingan
nakan secara sistematis, tapi pada kenyatannya UMK; yaitu pendapatan nelayan Kabupaten
juragan yang umumnya tidak terlibat dalam Bangkalan di atas UMK pada perikanan tang-
usaha perikanan menjadi berdaya. Sebagian kap laut dan di bawah UMK sektor perikanan
wanita nelayan memperlakukan (uang) hasil perairan umum, dan pendapatan nelayan tang-
kompensasi sebagai modal membuka usaha kap laut dan perairan umum Kabupaten Pame-
kecil-kecilan, dan pada Kenyatannya tidak kasan, Sampang dan Sumenep di bawah
sedikit dari mereka yang berhasil (sukses). UMK; (b) kesejahteraan menurut kriteria Bank
Dalam penelitian ini, peneliti menganggap Dunia, jika nelayan membiayai isteri dan 2
perlakuan yang dilakukan pangamba’ sebagai orang anak pada perikanan tangkap laut Kabu-
model pemberdayaan ekonomi masyarakat paten Bangkalan tergolong miskin, dan Pame-
nelayan di Madura yang penyebaran dan kasan, Sampang dan Sumenep tergolong sa-
perlakuannya perlu ditingkatkan. Peneliti me- ngat miskin, dan nelayan perairan umum di
nemukan beberapa kasus pemberdayaan eko- Madura tergolong sangat miskin; (c) kriteria
nomi yang dianggap berhasil dan berdaya bagi kesejahteraan menurut Sayogya, nelayan pada
sebagian besar wanita nelayan porse sein dan sektor perikanan tangkap laut Kabupaten
slerek. Meskipun usaha yang dilakukan wanita Bangkalan dan Sumenep tergolong sejahtera,
nelayan tadi tergolong usaha kecil, namun Pamekasan tergolong miskin, dan Sampang
mampu memenuhi kebutuhan keluarga secara tergolong paling miskin. Sedangkan nelayan
sederhana. Oleh karena itu, peneliti menga- perairan umum Kabupaten Sumenep tergolong
nggap model pemberdayaan yang dilakukan miskin, serta Bangkalan, Pamekasan dan
pangamba’ adalah model pemberdayaan eko- Sampang tergolong paling miskin.
nomi masyarakat nelayan yang paling sesuai Model pemberdayaan ekonomi masyarakat
dengan kondisi dan karakteristik nelayan nelayan yang paling sesuai dengan karakter
Madura. dan kondisi masyarakat Madura adalah pem-
berdayaan yang dilakukan oleh pangamba’.
Pangamba’ terdiri atas pangamba’ perse-
orangan dan pangamba’ kelompok. Pangam-
ba’ perseorangan adalah model pemberdayaan

47
Muhammad Saidi

ekonomi yang paling sesuai dengan masya- Sumber:http://www.kompas.com/kompascetak


rakat nelayan. Dalam melakukan pemberda- /0402/10/ekonomi/847162.htm
yaan, pangamba’ tidak merencanakan secara Kartasasmita, G. 1997. Administrasi Pemba-
sistematis tetapi berjalan apa adanya. Pangam- ngunan. LP3ES, Jakarta
ba’ perseorangan memberikan sejumlah kom-
pensasi kepada nelayan penggarap yang Miles, Matthew B. & A. Michael Huberman.
menjadi mitra kerjanya, yang oleh sebagian 2007. Terj. Analisis Data Kualitatif – Buku
keluarga nelayan dijadikan modal dalam mem- Sumber tentang Metode-metode Baru. Uni-
buka usaha. Dari beberapa kasus yang ada, versitas Indonesia Press, Jakarta
keluarga nelayan yang membuka modal usaha Moleong, J. Lexy. 2008. Metodologi Pene-
dari uang kompensasi pangamba’ perseora- litian Kualitatif–edisi revisi. Remaja
ngan mampu meningkatkan ekonomi keluarga. Rosdakarya, Bandung
Sementara pemberdayaan yang dilakukan
Pemerintah melalui berbagai macam program Mubyarto. 1998. Reformasi Sistem Ekonomi:
pemberdayaan belum mencerminkan hasil dari Kapitalisme Menuju Ekonomi Kerak-
untuk penguatan ekonomi masyarakat nelayan. yatan. Aditya Media, Yogyakarta
----. 2002.. “Ekonomi Kerakyatan dalam Era
DAFTAR PUSTAKA Globalisasi”. Jurnal Ekonomi Rakyat.
Anwar. 2007. Manajemen Pemberdayaan Pe- Nomor :Th. I - No. 7 - September 2002
rempuan. Alfabeta, Bandung Murdiyanto, B. 2004. Pengelolaan Sumber-
Dinas Perikanan dan Kelautan Prov. Jawa daya Perikanan Pantai. Cofish Project,
Timur. 2011. Buku Statistik Perikanan Jakarta
Tangkap Tahun 2010. DKP Jatim, Sura- Siswanto, Budi. 2008. Nelayan dan Politik
baya Perikanan. Papyrus, Surabaya
----. 2011. Laporan Tahunan Statistik Peri- Solihin, Akhmad., dkk. 2005. Strategis Pem-
kanan Budidaya Tahun 2010. DKP Jatim, bangunan Kelautan dan Perikanan Indo-
Surabaya nesia. Humaniora, Bandung
----. 2012. Statistik Pengolahan dan Pema- ----. Undang-Undang No.16 Tahun 1964 ten-
saran Hasil Perikanan Tahun 2011. DKP tang Bagi Hasil Perikanan
Jatim, Surabaya

48

You might also like