Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

PENINGKATAN STATUS GIZI BALITA DENGAN GIZI BURUK

MELALUI PEMBERIAN FORMULA 100

Murwati, Tuti Devianti


Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan

Abstract: Provision Of Formula 100, The Toddler Nutritional Status.


Malnutrition is still a serious problem in Indonesia which frequently occur in
groups of children aged under five years. The incidence of malnutrition if not
addressed will cause a negative effect on children, among other death and
chronic infections. Number of children under five in the region Puskesmas
Sukoharjo in late December 2013 as many as 4109 children, identified under five
suffering from severe malnutrition as many as 32 children. This study was to
determine the effect of formula 100 to the nutritional status of children in the
region Puskesmas Sukoharjo. Ekspriment quasi design with the design of one
group pre test post test design. Populations of all infants with malnutrition in
Puskesmas Sukoharjo Sukoharjo number 32 toddlers. Purposiv Sampling
Techniques number 26 toddlers. Statistical test bivariate analysis with paired
sample t-test with a confidence level of 95% or  = 5%. Results of the study, the
average age of a toddler 30.77 a month and 76.9% of women. Nutritional status
of children before giving formula 100 wholly severe malnutrition. After
administration of 100 formula, infant malnutrition status as much as 69.2%
26.9% good nutritional status and poor nutritional status 1 child (3.8%). The test
results paired sample t-test showed no effect of formula 100 to the nutritional
status of children in the region Puskesmas Sukoharjo (p = 0.001). In conclusion
there is the influence of formula 100 to the nutritional status of children in the
region Puskesmas Sukoharjo

Keywords: Delivery of formula 100, The Toddler Nutritional Status

Abstrak: Pemberian formula 100, Status gizi balita. Kasus gizi buruk saat ini
masih menjadi permasalahan serius di Indonesia dimana seringkali terjadi pada
kelompok anak usia di bawah lima tahun. Kejadian gizi buruk apabila tidak
diatasi akan menyebabkan dampak yang buruk bagi balita, antara lain kematian
dan infeksi kronis. Jumlah balita di wilayah Puskesmas Sukoharjo pada akhir
bulan Desember 2013 sebanyak 4109 balita, teridentifikasi balita yang mengalami
gizi buruk sebanyak 32 balita. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
pemberian formula 100 terhadap status gizi balita di wilayah Puskesmas
Sukoharjo. Desain quasi ekspriment dengan rancangan one group pre test post test
design. Populasi semua balita dengan gizi buruk yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo sejumlah 32 balita. Teknik Purposiv
Sampling sejumlah 26 balita. Analisa bivariate dengan Uji statistik paired sample
t-test dengan tingkat kepercayaan 95% atau  = 5%. Hasil penelitian, umur balita
rata-rata 30,77 bulan dan 76,9% perempuan. Status gizi balita sebelum pemberian

1
Murwati, Peningkatan Status Gizi Balita Dengan Gizi Buruk 2

formula 100 seluruhnya berstatus gizi buruk. Sesudah pemberian formula 100,
balita status gizi kurang sebanyak 69,2% status gizi baik 26,9% dan status gizi
buruk 1 anak (3.8%). Hasil uji paired sample t-test menunjukkan ada pengaruh
pemberian formula 100 terhadap status gizi balita di wilayah Puskesmas
Sukoharjo (p = 0,001). Kesimpulannya ada pengaruh pemberian formula 100
terhadap status gizi balita di wilayah Puskesmas Sukoharjo

Kata Kunci: Pemberian Formula 100, Status Gizi Balita

PENDAHULUAN pendidikan ibu, pengetahuan ibu dalam


Kasus gizi buruk saat ini masih monitoring pertumbuhan, perhatian
menjadi permasalahan serius di dari ibu,pemberian ASI, kelengkapan
Indonesia dimana seringkali terjadi imunisasi, dan asupan makanan balita
pada kelompok anak usia di bawah dengan kejadian gizi buruk (Anwar.,
lima tahun. Menurut Departemen dkk, 2011).
kesehatan (2003) gizi buruk adalah Pemberian makanan untuk
suatu kondisi di mana seseorang pemulihan gizi kepada balita gizi buruk
dinyatakan kekurangan nutrisi, atau adalah upaya mengatasi masalah gizi
dengan ungkapan lain status nutrisinya buruk dan gizi kurang pada balita.
berada di bawah standar rata-rata, Penanggulangan balita gizi buruk harus
nutrisi yang dimaksud bisa berupa mendapatkan perawatan sesuai
protein, karbohidrat dan kalori. Tatalaksana Anak Gizi Buruk, salah
Kejadian gizi buruk apabila tidak satunya dengan pemberian formula
diatasi akan menyebabkan dampak 100.
yang buruk bagi balita. Dampak yang Pemberian diet Formula 100 bagi
terjadi antara lain kematian dan infeksi balita gizi buruk dapat meningkatkan
kronis (Soetjiningsih, 2000). berat badan penderita gizi buruk.
Banyak faktor yang Menurut Depkes (2011) diet
mempengaruhi terjadinya gizi buruk, Formula100 diberikan pada fase
diantaranya adalah status sosial transisi dan rehabilitasi,yang bertujuan
ekonomi, ketidaktahuan ibu tentang mengejar ketinggalan berat badan yang
pemberian gizi yang baik untuk anak, dialami, mencapai berat badan normal
dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sesuai dengan panjang badan serta agar
(Kusriadi, 2010; Anwar.dkk, 2010). tahap perkembangan kepandaian dan
Sumber lain menyebutkan asupan aktivitas motoriknya (duduk,
makanan keluarga, faktor infeksi, dan merangkak, berdiri, berjalan, berlari)
pendidikan ibu menjadi penyebab sesuai dengan umurnya.
kasus gizi buruk (Razak dkk, 2011). Berdasarkan hasil studi
Beberapa penelitian menunjukkan pendahuluan yang peneliti lakukan di
bahwa terdapat hubungan antara faktor- Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo
faktor tersebut dengan kejadian gizi pada Januari 2014 ditemukan bahwa
buruk. Dalam penelitian yang jumlah kasus Gizi Buruk yang ada di
dilakukan di Kabupaten Lombok Timur Kabupaten Sukoharjo dari tahun ke
tahun 2005 menunjukkan bahwa tahun masih ada, jumlah balita yang
terdapat hubungan status ekonomi, berada di wilayah Puskesmas
3 Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional, Volume 1, No 1, Maret 2016, hlm 1-99

Sukoharjo pada akhir bulan Desember campuran susu skim, gula, minyak
2013 sebanyak 4109 balita, dan sayur dan larutan elektrolit,yang di
teridentifikasi balita yang mengalami encerkan dengan air hangat sedikit
gizi buruk sebanyak 32 balita. demi sedikit sambil diaduk sampai
Dinas Kesehatan Kabupaten homogen dan volume menjadi 1000 ml,
Sukoharjo berupaya untuk lebih dan larutan ini bisa langsung diminum
meningkatkan pelayanan di bidang atau dimasak dulu selama 4 menit.
program kesejahteraan keluarga dengan Dalam penelitian ini pemberian
meningkatkan status gizi balita gizi formula 100 dilakukan selama 2 bulan
buruk melalui peningkatan mutu yaitu pada bulan April – Mei 2014
pelayanan tatalaksana gizi buruk di terhadap 26 balita gizi buruk di wilayah
Puskesmas salah satunya dengan kerja Puskesmas Sukoharjo. Adapun
pemberian formula 100 selama tiga penilaian status gizi balita dilakukan
bulan. berdasarkan indeks antropometri
Berdasarkan penjelasan tersebut, WHO-NCHS BB/U.
maka perlu diketahui pengaruh Tabel 1
pemberian formula 100 terhadap status Hasil Pengukuran Status Gizi Balita
gizi balita. sebelum dan Sesudah Pemberian
Formula 100
METODE PENELITIAN No Status Pemberian Formula 100
Jenis penelitian pra gizi Sebelum Sesudah
eksperiment dengan rancangan one Jumlah (%) Jumlah (%)
1 Baik 0 0 7 26,9
group pre test post test design. 2 Kurang 0 0 18 69,2
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah 3 Buruk 26 100 1 3,8
kerja Puskesmas Sukoharjo, pada bulan Jumlah 26 100 26 100
Januari-Juni 2014. Tehnik purposive Tabel 2
sampling pada Balita dengan gizi Hasil Pengukuran Berat Badan dan
buruk di wilayah kerja Puskesmas z-score Sebelum dan sesudah
Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo yang Pemberian Formula 100
memenuhi kriteria inklusi sejumlah 26 Berat Badan pre test
balita. Analisa bivariate dengan Uji Mean Min Max S.D.
statistik paired sample t-test dengan 8,865 5,7 11,6 1,851
Berat Badan post test
tingkat kepercayaan 95% atau  = 5%. Mean Min Max S.D.
10,062 6,6 13,6 1,851
HASIL PENELITIAN z-score
Karakteristik responden terdiri Mean Min Max S.D.
dari umur dan jenis kelamin. -3,481 -4,7 -3,1 0,526
Berdasarkan hasil identifikasi, umur z-score
Mean Min Max S.D.
rata-rata responden 30,77 bulan, umur -2,623 -3,9 -1,7 0,5316
termuda 10 bulan dan tertua 57 bulan, Hasil pengukuran status gizi
sedangkan jenis kelamin sebesar 76,9% balita di wilayah Puskesmas Sukoharjo
adalah perempuan. bahwa terjadi peningkatan setelah
Pemberian Formula 100 diberikan formula 100 selama 2 bulan.
dimaksud adalah makanan bergizi yang Bahwa sebelum pemberian formula
diperuntukkan bagi balita gizi 100 seluruh balita dengan status gizi
buruk,yang komponennya terdiri dari buruk dan sesudah pemberian formula
Murwati, Peningkatan Status Gizi Balita Dengan Gizi Buruk 4

Hasil Uji Paired Sample T-Test


n Rerata Perbedaan IK P
±s.b. Rerata ±s.d. 95% pengaruh pemberian formula 100
Z-Score 26 -2,62 0,85 0,61 0,000 terhadap status gizi balita.
Sesudah 26 ± ± - PEMBAHASAN
Z-Score 0,53 0,58 1,08
Sebelum -3,48 Berdasarkan karakteristik
± responden rata-rata umur balita yang
0,53 mengalami gizi buruk yaitu 30 bulan.
100 selama 2 bulan ada perubahan Menurut Supariasa, et. al., (2002)
status gizi responden yaitu gizi kurang menjelaskan bahwa angka kejadian gizi
sebanyak 69,2%, status gizi baik buruk pada usia ini sering terjadi
26,9% dan status gizi buruk hanya 1 karena pada usia ini merupakan periode
balita (3.8%). penyapihan.
Berat badan responden Anak yang disapih mengalami
sebelum diberikan formula 100 rata- masa transisi pada pola makannya.
rata 8,865 kg, berat badan terendah 5,7 Keadaan ini mengakibatkan asupan
kg dan tertinggi 11,6 kg. Status gizi makanan berkurang. Masa ini disebut
balita sebelum pemberian formula 100 sebagai masa transisi tahun kedua
semuanya (100%) yaitu 26 balita (secuntrant) yaitu second year
berstatus gizi buruk dengan nilai rata- trasisional. Wong (2001) menjelaskan
rata z-score sebesar -3,481 terendah - lebih lanjut bahwa anak usia toddler
4,7 dan tertinggi sebesar -3,1 serta yaitu 1 sampai 3 tahun merupakan
standart deviasi sebesar 0,526. tahun pertama tahap tumbuh kembang
Berat badan responden sesudah setelah anak normal melalui masa bayi.
diberikan formula 100 rata-rata 10,062 Kebutuhan nutrisi anak usia toddler
kg, berat badan terendah 6,6 kg dan sebagian besar mengalami periode
tertinggi 13,6 kg. Status gizi balita berkurangnya nafsu makan yang
sesudah pemberian formula 100 dilihat dikenal dengan anoreksia fisiologis.
dari nilai rata-rata z-score sebesar - Pada masa ini toddler mengalami susah
2,623 terendah -3,9 dan tertinggi makan, memilih milih makanan dan
sebesar -1,7 serta standart deviasi hanya makan makanan tertentu yang
sebesar 0,5316. Dengan melihat hasil mereka sukai saja.
perbedaan antara sebelum dan sesudah Berdasarkan hasil penelitian
pemberian dapat disimpulkan terjadi bahwa mayoritas jenis kelamin balita
perubahan berat badan dari rata – rata gizi buruk baik pada kelompok
8.8 kg menjadi 10 kg. intervensi maupun kelompok kontrol
Hasil pengaruh formula 100 adalah perempuan. Menurut Jellife
terhadap status gizi balita di wilayah (1989) (dalam Supariasa, et. al., 2002)
Puskesmas Sukoharjo dapat diketahui bahwa seks atau jenis kelamin
dari hasil uji beda menggunakan uji merupakan faktor internal yang
statistik paired sample t-test dari data mempengaruhi pertumbuhan dimana
z-score, diperoleh p = 0,001 maka laki-laki lebih panjang dan lebih berat.
dapat disimpulkan ada pengaruh Hasil penelitian yang dilakukan oleh
pemberian formula 100 terhadap status Hasbi (2007) mengenai faktor-faktor
gizi balita. yang berhubungan dengan kekurangan
Tabel 3 energi protein pada balita di
Kecamatan Batu Layar Kabupaten
5 Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional, Volume 1, No 1, Maret 2016, hlm 1-99

Lombok Barat jika jenis kelamin balita mengkonsumsi F-100 ditemukan


KEP mayoritas adalah laki-laki. Bila sehingga peningkatan status gizi
diamati lebih lanjut aktivitas fisik anak setelah pemberian formula 100 masih
laki-laki lebih banyak daripada anak terdapat 1 balita (3,8%) dengan status
perempuan, dengan demikian gizi buruk. Alasannya balita bosan
kebutuhan energi yang diperlukan juga mengkonsumsi F-100 terus menerus,
lebih banyak pada anak laki-laki balita tidak tahan dan tidak bisa
daripada anak perempuan. Hal ini mengkonsumsi susu dan beberapa
didukung dengan teori yang diantaranya diare (Lamid A dkk.,
menyatakan bahwa kebutuhan energi 2009).
pada anak laki-laki adalah 112 kal/kg Pemberian diet formula 100
BB sehari, sedangkan pada perempuan pada balita gizi buruk rawat jalan pada
hanya 900 kalori. kelompok intervensi diberikan pada
Perbedaan status gizi balita fase stabilisasi, rehabilitasi dan
sebelum dan sesudah pemberian lanjutan. Tujuan tahap stabilisasi yaitu
formula 100. Hasil penelitian untuk mencegah terjadinya keadaan
menunjukkan bahwa ada perbedaan lebih buruk yakni hipoglikemia dan
status gizi balita sebelum dan sesudah dehidrasi. Pada tahap stabilisasi
pemberian formula 100 di wilayah makanan yang diberikan dalam bentuk
Puskesmas Sukoharjo (p = 0,000). Hal cair, rendah kalori dan protein berupa
ini didukung hasil pengukuran berat makanan formula 100 yang diberikan
badan sebelum dan sesudah pemberian secara bertahap untuk memenuhi
formula 100. Berat badan responden kebutuhan anak gizi buruk. Adapun
sebelum diberikan formula 100 rata- tujuan tahap rehabilitasi yaitu untuk
rata 8,865 kg, berat badan terendah 5,7 mengejar ketinggalan berat badan yang
kg dan tertinggi 11,6 kg sedangkan pernah dialaminya. Makanan yang
berat badan responden sebelum diberikan pada tahap rehabilitasi
diberikan formula 100 rata-rata 10,062 berupa makanan lumat dan makanan
kg, berat badan terendah 6,6 kg dan anak yang sesuai dengan umur. Tujuan
tertinggi 13,6 kg. Status gizi balita tahap lanjutan yaitu mempertahankan
sebelum pemberian formula 100 peningkatan status gizi yang telah
semuanya (100%) yaitu 26 balita dicapai atau lebih meningkatkan status
berstatus gizi buruk dengan nilai rata- gizi yang ada dan menyesuaikan
rata z-score sebesar -3,481 terendah - dengan pola makanan yang ada di
4,7 dan tertinggi sebesar -3,1 serta rumah.
standart deviasi sebesar 0,5269. Status Kebutuhan energi pada fase ini
gizi balita sesudah pemberian formula sebesar 150-220 kkal/kg/BB/hari
100 dilihat dari nilai rata-rata z-score dengan protein sebesar 4-6
sebesar -2,623 terendah -3,9 dan gram/kg/hari (Kemenkes,2011).
tertinggi sebesar -1,7 serta standart Penelitian terkait yang dilakukan oleh
deviasi sebesar 0,5316. Arnelia, et. al. (2010) mengenai
Penggunaan F-100 telah pengaruh pemulihan gizi buruk rawat
mengacu pada protokol WHO secara komprehensif terhadap kenaikan
(Kemenkes 2011). Namun kepatuhan berat badan, panjang badan dan satus
balita gizi buruk yang mengikuti rawat gizi balita menunjukkan bahwa rerata
jalan di Puskesmas untuk peningkatan berat badan kelompok
Murwati, Peningkatan Status Gizi Balita Dengan Gizi Buruk 6

komprehensif setelah 3 bulan 1,39 ± dikategorikan sangat kurus. Pada akhir


0,66 kg, sedangkan pada kelompok penelitian perubahan kategori status
standar 0,80 ± 0,40 (p = 0,001). Setelah gizi kedua kelompok terjadi hanya
6 bulan rerata peningkatan berat badan menurut indikator BB/PB dan diamati
kelompok komprehensif 2,02 ± 0,85 rata-rata status gizi kedua kelompok
kg, sedangkan pada kelompok standar menjadi kategori kurus (BB/PB <-2,0
1,39 ± 0,52 (p = 0,008). Kekurangan Z-skor). Bahkan pada dua kelompok
gizi pada anak balita disebabkan oleh ditemukan 8,1 sampai 10,8 persen
beberapa faktor penyebab dan multi sampel pulih menjadi gizi normal.
dimensi. Oleh karena itu perbaikan gizi Berdasarkan pemaparan diatas
harus dilakukan dilakukan secara maka dapat disimpulkan bahwa
menyeluruh agar dapat dicapai hasil pemberian diet formula 100
yang optimal. berpengaruh dalam meningkatkan berat
Pada kasus severe malnutrition badan dan status gizi pada balita gizi
atau gizi buruk, penanganan dianjurkan buruk rawat jalan. Kerjasama yang baik
melalui rawat inap di RS atau antara keluarga, kader dan tenaga
therapeutic feeding center (TFC) sesuai kesehatan selama pelaksanaan
pedoman tatalaksana yang dikeluarkan merupakan kunci keberhasilan dalam
WHO dan Depkes. Kenyataan di kegiatan ini. Konseling gizi juga
lapangan adalah hanya sebagaian kecil dilaksanakan manakala selama proses
kasus gizi buruk yang menjalani rawat kegiatan intervensi ditemukan keluarga
inap dan umumnya meminta pulang yang menurun motivasinya sehingga
sebelum pulih sesuai kriteria dalam dapat meminimalkan terjadinya drop
pedoman yang dikeluarkan WHO out. Setyowati (2005) menyatakan
maupun Depkes. bahwa peran perawat/bidan dalam
Penelitian ini sejalan dengan menghadapi masalah gizi buruk pada
penelitian yang dilakukan oleh balita terdiri dari membina hubungan
Sulistiyawati (2011) dimana terapeutik, sebagai advokat dari
berdasarkan kemaknaan uji Ancova keluarga, peran dalam pencegahan
terlihat bahwa hanya variabel jenis panyakit/promosi kesehatan,
perlakuan pemberian formula 75 dan memberikan konseling dan penyuluhan
100 (variable independen) yang kesehatan, memberikan asuhan
signifikan mempengaruhi berat balita keperawatan, kolaborator serta
gizi buruk (variabel dependen) dengan pembuat keputusan secara etik.
p-value = 0,000. Demikian juga sejalan Faktor lain yang berpengaruh
dengan penelitian yang dilakukan oleh dalam penanganan gizi buruk adalah
Astuti Lamid (2012), hasil stresor dari luar yaitu sosial ekonomi
penelitiannya menunjukkan bahwa rendah sehingga berpengaruh terhadap
peningkatan status gizi diamati sejak ketersediaan asupan nutrisi bagi balita.
awal sampai dengan akhir penelitian. Balita gizi buruk selama upaya
Pada awal penelitian status gizi pemulihan membutuhkan perawatan
menurut indikator BB/PB, PB/U dan serta pendampingan secara optimal
BB/U antara sampel kelompok F-100 berupa dukungan secara psikologis,
dan RUTF tidak berbeda bermakna respon pengasuhan dari orang tua
(p>0,05) (Tabel 5). Tampak ratarata dalam hal bantuan dan perhatian segala
BB/PB kedua kelompok <-3,0 Z-skor kebutuhannya. Apabila dinalisis lebih
7 Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional, Volume 1, No 1, Maret 2016, hlm 1-99

jauh maka dapat disimpulkan bahwa Barat (NTB) [karya tulis


pada kondisi balita gizi buruk ilmiah].Bogor: Institut
membutuhkan dan melibatkan peran Pertanian Bogor;
serta keluarga sebagai system Lamid A, Arnelia, Puspitasari DS dan
pendukung dalam mengembalikan Irawati A. 2009. Optimalisasi
fungsi hidup secara biologis. pertumbuhan dan
perkembangan anak balita gizi
KESIMPULAN DAN SARAN buruk melalui peningkatan
Ada pengaruh pemberian pemulihan rawat jalan.
formula 100 terhadap status gizi balita Laporan Penelitian. Bogor:
di wilayah Puskesmas Sukoharjo. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Gizi dan
DAFTAR RUJUKAN Makanan.
Anwar K, Juffrie M, Julia M. 2011. Razak AA,Gunawan IMA,
Faktor Risiko Kejadian Gizi Budiningsari RD. 2009. Pola
Buruk di Kabupaten Lombok Asuh Ibu Sebagai Faktor
Timur, Propinsi Nusa Risiko Kejadian Kurang
Tenggara Barat. Jurnal Gizi Energi Protein (KEP) Pada
Klinik Indonesia Anak Balita. Jurnal Gizi Klinik
[Internet].2005[cited 2011 Indonesia[Internet].2009[cited
Desember 14]:2(3):81- 2011 Desember 14]:6(2):95-
85.Available 103.Available from:
from:http://ijcn.or.id/v2/conten http://www.i-
t/view/33/40/ lib.ugm.ac.id/jurnal/download.
Arnelia, Anies, I., Astuti, L., Tetra, F., php? dataId=10761
& Rika, R. 2010. Pengaruh Setyowati. 2005. Peran perawat dalam
pemulihan gizi buruk rawat pencegahan dan penanganan
jalan secara komprehensif gizi buruk. Disampaikan pada
terhadap kenaikan berat Seminar Nasional Keperwatan
badan, panjang badan, dan Dewan Mahasiswa Program
status gizi anak batita. Studi Ilmu Keperawatan
Penelitian Gizi dan Makanan. Poltekkes Depkes Semarang 24
33 (2), 125-137. September 2005
Departemen Kesehatan RI. 2003. Soetjiningsih. 2000. Pedoman
Pedoman penyuluhan gizi dan Diagnosis dan Terapi Ilmu
kesehatan dalam Kesehatan Anak RSUP
penatalaksanaan balita gizi Sanglah. Denpasar: SMF Ilmu
buruk secara rawat jalan untuk Kesehatan Anak FK Unud
Puskesmas. Jakarta: Denpasar
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Sulistiyawati (2011). Pengaruh
pelayanan gizi buruk. Jakarta: Pemberian Diet Formula 75
Departemen Kesehatan RI. dan 100 Terhadap Berat
Kusriadi. 2010. Analisis Faktor Risiko Badan Balita Gizi Buruk
Yang Mempengaruhi Kejadian Rawat Jalan di Wilayah Kerja
Kurang Gizi Pada Anak Balita Puskesmas Pancoran Mas
Di Provinsi Nusa Tenggara
Murwati, Peningkatan Status Gizi Balita Dengan Gizi Buruk 8

Kota Depok. Tesis. Universitas


Indonesia

You might also like