Professional Documents
Culture Documents
Full Tax - BLM Edit
Full Tax - BLM Edit
1
Medical Surgical Nursing, School of Nursing, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Solo, Indonesia.
2.3
Professional Nursing Student, School of Nursing, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Solo, Indonesia.
4
Senior Nurse, Center Public Hospital, Klaten, Indonesia.
Abstract. Introduction: Gangrene in diabetes millitus patients requires a long healing time, so family care and
supports are needed. The purpose of this study is to explore family experiences in treating diabetes millitus patients
with gangrene. Methods: The phenomenological qualitative design was chosen to obtain in-depth information by
interviewing thirteen family members determined by purposive sampling. The seven stages of Colaizzi’s method
were applied to analyze the information obtained from the interviews. Results: Data analysis produced four themes,
namely: 1) families have limited knowledge about diabetes millitus and wound-caring procedures; 2) instrumental
supports given by the family; 3) emotional support from the family has given positive impacts on the patient’s
psychological condition and the wound-healing process; 4) the limited time of the family members has become the
inhibiting factor in treating gangrene-developed diabetes patients. Conclusion: Family members must have sufficient
knowledge of treating diabetes millitus patients and wound-treatment procedures. Family supports, instrumental and
emotional, give positives impacts on improving the patient’s health status. Suggestion: Medical practitioners are
supposed to deliver knowledge of treating diabetes millitus patients and wound-treatment procedures after their
discharging from the hospital to the family members
Diabetes Mellitus (DM) meupakan masalah kesehatan yang disebabkan oleh ketidakmampuan
produksi hormon insulin dalam jumlah yang cukup. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2018 menunjukkan bahwa dari tahun 2007, 2013 dan 2018 tampak adanya peningkatan prevalensi
penyakit tidak menular salah satunya adalah diabetes melitus. Di Indonesia data penderita DM
menurut Riskesdas (2013) sebanyak 6,9%. Prevalensi DM di Indonesia pada tahun 2012 menempati
peringkat ke 7 dengan penderita mencapai 7,6 juta jiwa. Data penderita DM yang sudah mengalami
komplikasi ulkus pada tahun 2013 di Rumah Sakit Moewardi Surakarta sebanyak 2998 pasien.
Gangren merupakan salah satu komplikasi penyakit kaki diabetik yang disebabkan karena
berkurangnya aliran darah ke sel kulit yang menyebabkan luka penderita mengalami penyembuhan
luka berjalan sangat lambat (Khasanah, 2012). Penderita DM yang mengalami luka gangrene maka
dengan mudahnya kaki terkena infeksi yang akan terjadi pada otot, kulit dan tulang.
metabolic kembali normal sehingga tidak muncul komplikasi yang baru (Arisman, 2011).
Keterlibatan keluarga dalam perawatan pasien dapat untuk menjalankan asistensi dalam
perawatan, asistensi keluarga dalam perawatan merupakan suatu kemungkinan yang baik untuk
diusahakan agar perawatan luka berjalan dengan lancer (Priyanro, 2017). Fungsi keluarga salah
satunya adalah menjalankan fungsi perawatan kesehatan keluarga, masalah kesehatan keluarga akan
saling mempengaruhi dan terlibat satu sama lain (Friedman, Bowden & Jones, 2010). Penyakit luka
yang parah seperti luka DM akan menjadi tidak terkontrol, jika keluarga tidak mengupayakan untuk
Method
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan
komprehensif tentang pengalaman merawat pasien DM dengan gangrene dari perspektif keluarga,
sehingga dapat tergambar sebuah fenomena. Partisipan yang dilibatkan dalam penelitian ditentukan
dengan purposive sampling. Kriteria seleksi yang dibuat untuk penentuan partisipan meliputi: 1)
over eighteen years old; 2) treating one or more family member(s) with gangrene-developed
diabetes; 3) having experiences of caring for gangrene-developed diabetes patients for at least six
months; 4) living together in one house with gangrene-developed diabetes patients. Saturasi data
tercapai setelah peneliti melakukan wawancara mendalam pada tiga belas partisipan.
The research design used in this study is qualitative with a phenomenological approach. The
DM patients with gangrene from a family perspective, so that a phenomenon can be drawn. The
participants involved in the study were determined with purposive sampling. The selection criteria
made for determining participants included: 1) over eighteen years old; 2) treating one or more
family members (s) with gangrene-developed diabetes; 3) having experiences of caring for
gangrene-developed diabetes patients for at least six months; 4) living together in one house with
gangrene-developed diabetes patients. Data saturation was achieved after researchers conducted in-
Data yang valid diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam menggunakan open-ended
questions. Interviews were conducted face to face for 45-60 minutes. Wawancara dilakukan dengan
format yang fleksibel dan dimulai dengan pertanyaan yang sifatnya umum sesuai dengan level
kemampuan partisipan. Pedoman wawancara digunakan selama wawancara (Tabel 1). Informasi
yang kaya dan jelas perlu dieksplorasi lebih mendalam dengan menggunakan probing, seperti
“dapatkah anda jelaskan lebih rinci?”, dan “dapatkah anda ceritakan lebih lanjut?”.
Valid data are obtained by conducting in-depth interviews using open-ended questions.
Interviews were conducted face to face for 45-60 minutes. Interviews are conducted in a flexible
format and begin with questions that are general in nature according to the ability level of the
participants. Interview guidelines were used during the interview (Table 1). Rich and clear
information needs to be explored in more depth using the probing, such as "can you explain in more
Informasi hasil wawancara setiap partisipan kemudian dibuat transkrip verbatim dan
selanjutnya dianalisis menggunakan tujuh tahap metode Colaizzi, meliputi: 1) setiap transkrip hasil
wawancara dibaca berulang kali untuk mendapatkan pemahaman dari keseluruhan informasi yang
disampaikan partisipan; 2) mengidentifikasi pernyataan yang signifikan dari tiap transkrip yang
kalimat-kalimat yang memiliki makna sama ke dalam kategori; 5) empat belas kategori disusun; 6)
kategori yang sama kemudian diorganized dalam klaster yang besar dan empat tema terbentuk; 7)
Peneliti menemui kembali partisipan untuk mengklarifikasi kesesuaian hasil tema yang telah
terbentuk. Bracketing, intuiting, analyzing, and describing was used to obtain information from
truly natural participants. Ungkapan nonverbal yang dilihat peneliti selama melakukan wawancara
dicatat dalam catatan lapangan dan dijdikan sebagai tambahan informasi ketika memaknai
Information from the interviews of each participant is then made verbatim transcripts and then
analyzed using the seven stages of the Colaizzi method, including: 1) each transcript of the
interview results is read repeatedly to get an understanding of all the information submitted by
participants; 2) identify significant statements from each transcript made; 3). interpret significant
statements that have been formulated; 4) grouping sentences that have the same meaning into
categories; 5) fourteen categories arranged; 6) the same categories are then organized in large
clusters and four themes are formed; 7) The researcher meets the participants again to clarify the
suitability of the results of the themes that have been formed. Bracketing, intuiting, analyzing, and
describing were used to obtain information from truly natural participants. The nonverbal
expressions that researchers saw during conducting interviews were recorded in the field notes and
provided as additional information when interpreting family experiences when providing care to
Results
Tiga belas partisipan (6 perempuan dan 7 laki-laki) dengan rentang usia 20 dan 65 tahun
menjadi partisipan dalam penelitian ini. Berdasarkan riwayat pendidikan, sebagian besar partisipan
berpendidikan sekolah menengah pertama dan bekerja sebagai karyawan swasta. Partisipan telah
merawat anggota keluarganya dengan rentang waktu 1 bulan sampai dengan 6 bulan (Table 2).
Thirteen participants (6 women and 7 men) with an age range of 20 and 65 years participated in
this study. Based on the educational history, most of the participants had a junior high school
education and worked as private employees. Participants took care of their family members for a
Education illiterate 1 8%
junior high school 7 54 %
senior high school 4 31 %
college 1 7%
dalam 6 kategori dan membentuk 4 tema. Dari sudut pandang keluarga tergambar fenomena tentang
pengalaman merawat pasien diabetes millitus dengan gangrene yang terbentuk dari tema-tema yang
ditemukan (Tabel 3)
Interview results made by transcript were analyzed and found 112 codes were grouped in 6
categories and formed 4 themes. From the family's point of view a phenomenon about the
experience of caring for diabetes millitus patients with gangrene is formed from the themes found
(Table 3)
Limited time of the the limited time of the family members has
family become the inhibiting factor in treating
gangrene-developed diabetes patients
Families have limited knowledge about diabetes millitus and wound-caring procedures.
Kurangnya pengetahuan dimaknai oleh peneliti sebagai kurangnya pemahaman keluarga tentang
tanda dan gejala yang dirasakan oleh pasien sehingga keluarga kurang dalam memberikan
perawatan pada pasien DM dan merawat luka dengan memperhatikan prosedur perawatan luka.
Hasil wawancara didapatkan bahwa 2 partisipan mengatakan bahwa belum mengetahui kondisi
penyakit diabetes yang diderita oleh keluarganya. Pengetahuan yang kurang ditunjukkan dengan
respon yang kurang mengerti mengenai gejala yang timbul akibat diabetes. Salah satu faktor
penghambat keluarga dalam memberikan perawatan yang maksimal pada anggota keluarga yang
menderita penyakit diabetes disebabkan karena kurangnya pengetahuan akibat kurangnya paparan
informasi. Anggota keluarga mempercayakan perawatan khusus luka kepada perawat dan
paramedis. Kutipan ungkapan yang disampaikan oleh partisipan adalah sebagai berikut:
and symptoms felt by patients so that families lack in providing care to patients with DM and
treating wounds with regard to wound care procedures. The results of the interview found that 2
participants said that they did not yet know the condition of diabetes suffered by their families.
Lack of knowledge is shown by the response that does not understand the symptoms arising from
diabetes. One of the inhibiting factors of families in providing maximum care for family members
suffering from diabetes is due to lack of knowledge due to lack of information exposure. Family
members entrust special care of wounds to nurses and paramedics. Quotations given by participants
are as follows:
“……..pertama kali tidak tahu tanda yang timbul akibat sakit DM, saat itu badannya terasa sakit
dan tidak bisa tidur, selalu merasa haus dan merasakan keinginan minum terus”(sambil memegang
tenggorokan) (P2)
“……..karena ketika di rumah sakit luka dirawat oleh perawat keluarga tidak diberikan informasi
bagaimana cara merawat luka, maka di rumah luka dirawat sesuai pemehaman keluarga saja
…….” (P1)
"…… .. first do not know the signs that arise due to DM pain, at that time the body feels sick and
can not sleep, always feel thirsty and feel the desire to keep drinking" (while holding the throat)
(P2)
"...... because when the hospital was treated by a family nurse, information was not given how to
treat the wound, so at home the wound was treated according to family understanding..." (P1)
dalam pemberian intervensi pada pasien DM. Kurangnya pengetahuan pasien dan anggota keluarga
diet dan terapi insulin (Kong, Yein dan Jenn, 2012). Ketidaktahuan tentang tanda dan gejala
penyakit DM dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dari partisipan, rata-rata partisipan lulusan
sekolah menengah. Sebagian besar partisipan menyatakan bahwa mereka meminta bantuan tenaga
kesehatan ketika pertama kali keluarganya mengalami sakit. Setelah partisipan merasa telah
memiliki kemampuan untuk merawat pasien, selanjutnya partisipan berusaha merawat secara
Muhibuddin (2016) revealed that family members play an important role in providing
interventions to DM patients. Lack of knowledge of patients and family members about DM disease
causes patients have a tendency to disobey medication, diet and insulin therapy (Kong, Yin and
Jenn, 2012). Ignorance about the signs and symptoms of DM is influenced by the level of education
of the participants, the average participant of high school graduates. Most participants stated that
they asked for help from health workers when their families first experienced illness. After
participants feel they have the ability to treat patients, then participants try to treat independently
DM patients at home.
“Saya saya hanya mengatur makana yang dikonsumsi pasien, mengganti pempers dan mengganti
balutan luka saja….”(P3)
“…..kalau sudah merasakan kesakitan badannya, Ibu saya minta dipijit ….”(5)
"... Eemm, when bathing only in a cloth using a wet cloth and to defecate or urinate, the patient
uses pempers" (P1)
"I just manage the food consumed by the patient, change the dressing and just replace the
dressing..." (P3)
"... If you already feel the pain of his body, my mother asked to be massaged...." (5)
Menurut Videbeck (2008), keluarga meruapakan sumber dukungan utama yang dapat
dalam proses penyembuhan pasien. Dukungan keluarga juga befungsi mengurangi stress pada
pasien, kontrol glikemik yang lebih baik dan mempengaruhi manajemen diabetes. Dukungan
instrumental yang diberikan keluarga dalam bidang diet, olahraga, kepatuhan minum obat,
mematuhi jadwal kontrol dokter, pemantauan glukosa darah dan kebiasaan perawatan diri
(Mayberry dan Osborn, 2012). Pasien DM yang diberikan dukungan emosional dan instrumental
cenderung memiliki kemampuan perawatan mandiri yang baik, mematuhi regiment terapeutik dan
mampu menurunkan stress psikologi yang dialami pasien DM (Ahmed dan Yeasmeen, (2016).
Penelitian tersebut didukung oleh rivew literatur yang dilakukan oleh Pamungkas et al (2017) yang
menyatakan bahwa dukungan keluarga memberikan dampak positif pada meningkatnya kepatuhan
diet sehat, self-efficacy yang tinggi, kondisi psikologis dan kontrol glikemik yang lebih baik.
According to Videbeck (2008), families are the main source of support that can be done in
the process of patient recovery. Family support also reduces stress on patients, controls diabetes
better and improves management. Instrumental support provided by families in the areas of diet,
exercise, medication meetings, doctor control, schedule meetings, blood safety monitoring and self-
care (Mayberry and Osborn, 2012). DM patients who are given emotional and instrumental support
who need good self-care support, support therapeutic regimens and are able to reduce stress that
require DM patients (Ahmed and Yeasmeen, 2016). ) which states about family support gives
positive thinking to the discussion of a healthy diet, high self-efficacy, psychological conditions and
Emotional support from the family has given positive impacts on the patient’s psychological
Dukungan emosional dapat diartikan bahwa memberikan seseorang perasaan yang nyaman, merasa
dicintai saat mengalami stress dan depresi dalam bentuk empati, memberikan rasa percaya diri serta
memberikan semangat dan kasih sayang kepada sesama anggota keluarga. Partisipan
mengungkapkan bahwa sakit yang diderita pasien sebagai salah satu penguji kesabaran keluarga
dan pasien. Pasien dan keluarga selalu berdoa dan memasrahkan semuan keadaan kepada Tuhan
Emotional support can be interpreted as giving a person a comfortable feeling, feeling loved when
experiencing stress and depression in the form of empathy, giving self-confidence and giving
enthusiasm and affection to fellow family members. Participants revealed that the patient's illness
was one of the testers of patient and patient patience. Patients and families always pray and submit
all circumstances to God Almighty. Following are the expressions of the participants:
“……ya kami memberi semangat terus, agar Bapak juga semangat dalam beraktifitas
mbak.. Kalo bapak juga semanagat mudah-mudahan cepat sembuh…..” (P2)
"... Yes, we continue to give encouragement, so that you are also enthusiastic in your
activities, Sir. If you are also hopefully, hopefully getting well soon..." (P2)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kalsum (2009) keluarga merupakan tempat
dimana individu tumbuh dan berkembang, support emosional yang baik dalam keluarga dapat
menimbulkan perasaan aman dan nyaman. Hal tersebut juga akan berpengaruh pula pada emosi
masing-masing dari anggota keluarga sehingga akan memberikan dampak yang positif pada
perilaku anggota keluarga dalam merawat pasien. Partisipan dalam penelitian ini selalu memberikan
dorongan semangat seperti yang dijelaskan oleh Friedman (2010) bahwa peran keluarga terdiri dari
peran formal dan informal. Dalam peran informal terdapat peran merawat keluarga serta
The limited time of the family members has become the inhibiting factor in treating gangrene-
Keterbatasan waktu dimaknai dengan padatnya aktivitas sehingga waktu luang yang dimiliki sangat
terbatas. Hal tersebut memberikan dampak terbatasnya waktu yang diluangkan untuk memberikan
perawatan secara langsung kepada anggota keluarga yang sakit. Sebagian besar partisipan
menyatakan bahwa mereka memiliki kelemahan dalam mengatur waktu untuk merawat anggota
keluarganya yang sakit disebabkan adanya kesulitan membagi waktu untuk bekerja dan waktu
untuk merawat pasien. Kondisi tersebut dapat menyebabkan perhatian mereka dalam merawat juga
Time limitations are interpreted by the density of activities so that the free time they have is very
limited. This has the effect of the limited time taken to provide care directly to sick family
members. Most participants stated that they had a weakness in managing time to care for sick
family members due to the difficulty in allocating time to work and time to care for patients. These
conditions can cause their attention in caring also divided. Following is one excerpt from the
participant's statement:
“……kekurangan saya banyak dalam merawat orang tua setiap harinya. Kesabaran diuji dan
harus ekstra sabar dalam merawat …. Saya juga bekerja sebagai karyawan swasta. Jadi waktu
sangat terbatas untuk merawat pasien……” (P13)
"...... I lack a lot in caring for parents every day. Patience is tested and must be extra patient in
caring ... I also work as a private employee. So time is very limited to treat patients …… "(P13)
Berdasarkan kutipan diatas, keluarga secara umum memiliki fungsi ekonomi yaitu memenuhi
kebutuhan sandang, pangan dan papan bagi anggota keluarga. Disisi lain keluarga juga memiliki
peran sebagai the health care function atau fungsi perawatan dan pemeliharaan kesehatan keluarga
(Friedman, 2010). Fungsi tersebut menyebabkan anggota keluarga harus bekerja untuk memenuhi
kebutuhan ekonomis, namun disisi lain harus meluangkan waktunya untuk menjalankan fungsi
Pada penelitian ini karakteristik pekerjaan partisipan seluruhnya adalah karyawan swasta.
Status pekerjaan yang dimiliki oleh partisipan dalam penelitian ini memiliki kosekuensi terhadap
pasien Diabetes Mellitus. Pertama, status bekerja memungkinkan partisipan memiliki penghasilan
yang dapat membantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya, namun di sisi lain adanya
pekerjaan menyebabkan partisipan harus berbagi waktu antara perawatan pasien dengan kewajiban
bekerja yang partisipan miliki (Firmansyah, 2017). Status pekerjaan yang dimiliki partisipan
sebagian besar adalah karyawan swasta, kondisi ini menimbulkan adanya risiko pemberian waktu
Conclusion
Hasil temuan penelitian dapat menjawab tujuan penelitian bahwa makna perawatan yang telah
diberikan oleh keluarga pasien DM dengan luka gangrene diakomodasi oleh tema instrumental
supports and emotional support from the family has given positive impacts on the patient’s
psychological condition and the wound-healing process. Persepsi keluarga dalam merawat pasien
DM dengan gangrene diakomodasi oleh tema emotional support from the family has given positive
impacts on the patient’s psychological condition and the wound-healing process. Tujuan penelitian
untuk memahami persepi keluarga tetang kelemahannya dalam merawat pasien DM dengan
gangren diakomodasi oleh tema the limited time of the family members has become the inhibiting
factor in treating gangrene-developed diabetes patients. Dari temuan penelitian yang didapat,
disarankan pada petugas kesehatan yang memberikan pelayanan pada pasien DM dengan luka
gangren dapat memberikan informasi tentang management perawatan DM dan prosedure perawatan
luka gangren.
The research findings can answer the research objectives that the meaning of care that has
been given by the family of DM patients with gangrene wound is accommodated by the
instrumental theme supports and emotional support from the family has given positive impacts on
the patient's psychological condition and the wound-healing process. Family perceptions in treating
DM patients with gangrene are accommodated by the theme of emotional support from the family
which has given positive impacts on the patient's psychological condition and the wound-healing
process. The aim of this study is to understand the perception of family weaknesses in treating DM
patients with gangrene accommodated by the theme of the limited time of family members has
become the inhibiting factor in treating gangrene-developed diabetes patients. From the research
findings obtained, it is recommended that health workers who provide services to DM patients with
gangrenous injuries can provide information about DM care management and gangrene wound care
procedures.
Mayberry LS, Osborn CY. Family support, medication adherence, and glycemic control among