PENINGKATAN KADAR HISTAMIN
PADA IKAN LAUT YANG SUDAH DIOLAH
The Increasing of Histamine Content in Processed Sea ~ Fish
Djarismawati*, Nunik Siti Aminah*, Supraptini*, Mitti Rahmawati”
Abstract. It was very difficult to recover the condition of people's nutrition especially among,
the children during the economic crisis, even though that problem could be overcome by
consuming, protein especially from sea-fish. But handling food originated from sea-tish was
very difficult, because sea-fish could be easily contaminated by toxins. In this study the
histamine contents in fresh and processed sea-fish will be analized. The objective of the study
‘was to test the best way of fish cooking to minimize the histamine content. The limiting time
of the fish remain fresh after taken from the market was also studied. The result showed that
the time taken to bring the fish from the sampling points to the laboratory and the way of fish
cooking would influence the histamine content in cooked fish. We also found that cooking
fish with coconut milk has resulted the lowest histamine content as compared with frying or
roasting,
Keywords : histamine. sea fish, nutrition
PENDAHULUAN
Dalam masa krisis ekonomi seka-
rang akan menjadi sulit untuk smemper-
baiki Keadaan gizi masyarabat_terutama
pada anak-anak, Walaupur demikian, ma-
salah gizi ini dapat diatasi dengan meng-
Konsumsi makanan sang mengandung lebih
banyak protein, tcrutama protein yang
berasal dari ikan lau. Di beberapa daerah
yang berada di pesisir laut seperti DKI
Jakarta, ikan laut relatif lebih mudah di
dapat dan lebih murah, dibandingkan
dengan bahan lain yang mengandung
protein tinggi seperti daging sapi atau
Kambing. Selain ita ikan juga mempunyai
elebihan lain Karena tidak mengandung
lemak tinggi. Oleh karena itu masyerakat
perlu mengeiahui ciri-ciri ikan yang baik
mutunya schingga aman untuk di konsumsi
serta tidak menimbulkan keracunan
WHO memperkirakan bahwa di
negara yang sedang berkembang perban-
dingan asus Keracunan yang dilaporkan
ddan kasus yang sebenamya mencapai 1:25
sampai 1:100, Sedangkan di negara maju
tercatat 1:10. Maraknya warung tenda di
berbagai lokasi di DKI Jakarta dapat me-
nyebabkan terjadinya Keracunan-makanan
Karena para pengelola warung tenda belum
tentu mengerti tentang sanitasi_makanan
walaupun mercka berpendidikan. Oteh ka-
rena itu para pedagang makanan tetap peri
dibckali dengan pengetahuan tentang hal
tersebut
Makanan yang siap santap seha-
rusnya disimpan pada tempat yang bersuhu
di bawah 7°C atau di alas 60°C, karena suhu
antara itu. merupakan suhu optimum tntuk
pertummbuhan mikroorganisme, Permenkes
RI No. 712 / MENKES / PER / X / 1986
tentang Persyaratan Kesehatan Jasa Boga
Laporan WHO menyatakan sekitar
70% penyakit diare yang terjadi di negara
berkembang discbabkan Karcna_meng-
Konsumsi-makanan yang (ercemar. Dari
penelusuran penyebab keracunan rvakanan
pada jasa boga yang sering terjadi dari
tahun 1985-1995 kebanyakan_ keracunan
terscbut berasal dari ikar faut tcrutama ikan
tongkol (Ditjen PPM & PLP, Depkes
1996).
Penyebab tcrjadinya Keracunan ikan
laut sangat diteotukan oleh jumfah histamin
yang terkandung dalam’ ikan tersebut.
Konsumsi 15 ppm kadar_histamin dapat
menimbulkan gejala alergi dan konsumsi
100 ppm dapat_menimbutkan_keracunan
(Viciana et af, 1995). Hal ini terjadi apabila
histamin masuk ke dalam saluran pencer-
naan, kemudian diserap ofeh pembuluh
darah dinding usus dan masuk ke dalam
petedaran darah yang akan menyebabkan
“Penelit) pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Bkolog! Kesehatan, 44
Rodan Pe
n don Pengembangan KeschatanJurmal Ekologi Keschatun, Vol 1,1o. 2, Juni 2002 : 44-48
pelebaran pembuluh darah dan mening-
katkan permiabilitas kapiler darah serta
mengakibatkan pembengkakan dan warna
meraly pada kulit.
Tolisan ini akan membahas bebc-
rapa cara pengolahan ikan (kukus, santan,
goceng, bakar) untuk mengetabui kadar
histamin yang terendah diantara ke
tersebut.
BAHAN DAN CARA
Sampel ikan taut yang dipitih adalah
‘kan tongkol (Arexis hazard) dan ikan kem-
bung (Rastrelliger megiectus) karena didu-
ga sering menimbulkan keracunan (Ditjen
PPM & PLP, Dephes, 1996) dan cepat
tesjadi_pembusukan, Sampel ikan yang
deli dasi Tempat Polelangan Ikan (TP!)
Cilineing. Jakarta Utara dan Pasar Ciin-
cing, kenmudian dibawa dengan peti es ke
faboratorium. Jumlah masing-masing sam-
pel ikan tongkol dan kembung 30 ekor, dan
pemeriksaan dilakukan 3 kali pada setiap
sampel. Sampel ikantongkol dan. ikan
kembung dikukus dulu selama 10 menit
Selanjutnya sampel ikan kukus tersebat
dibagi tiga, Masing-masing bagian di olah
‘dengan cara di masak santan, goreng dan
Dakar. Sampel yang telah di masak di
periksa ‘kadar histaminya sesuai dengan
metode Mopper & Scionchitamo (1984).
HASIL
Rata-rata kadar histamin pada peme-
riksaan sampel ikan kembung dan ikan
tongkol, masing-masing disajikan dalam
Tabel I dan Tabel 2. Kadar histamin pada
ikan kembung kukus yang diambil dari TPI
dan Pasar Cilincing dengan. perjalanan
waktu satu jam sampai di laboratorium,
terlihat hampir sama yaitu 3.925 ppm dan
3.905 ppm. Sedangkan kadar histamin pada
ikon kembung kukus yang diambil. dari
tempat yang sama tersebut (TPI dan Pasar
Cilincing). dengan perjalanan ke labora
rium tiga jam hasilnys sangat jauh berbeda
dari 4 ppm menjadi 12 ppm atau naik tiga
Kali lipat
Peningkatan kadar histamin pada
ikon Kembung yang dimasak santan dan
diambil dori lokasi yang berbeda hasilnya
hampir sama yaitu 5.45 ppm dan 4.95 ppm
‘dengan perjalanon dari tempat pengant-
bilan sempai ke laboratorium memakan
vwaktu satu jam.
Peningkatan kadar histamin pada
ikan kembung dimasak santan yang diam-
bil dari lokasi berbeda. juga hampir sama
yaitu, 17.14 ppm dan 18,16 ppm dengan
petjalanian dari tempat pengambilan sampai
di laboratorium memakan waktw tiga jam.
Bila dibandingkan dengan ikan kembung
rmasak kukus naik + 4 kali lipat
Peningkatan kadar histamin pada
ikan kembung yang digoreng dan diambil
dari lokasi yang berboda (TPI dan Pasar
Cilincing), dengan pecjalanan waktu 1 jam
hhasitaya hampir sama yaitu 15,23 ppm dan
16.14 ppm, Begitu juga untuk perjalanan
sampel yang memakan waktu tiga jam,
yaitu 85,67 ppm dan 92.37 ppm,
Peningkatan kadar histamin pada
‘kan kembung yang dibakar dan diambil
dari lokasi yang berbeda dengan perjalanan
waktu satu jam hampir sama yaitu 19,15
ppm dan 19,83 ppm. begitu juga untuk
perjalanan samipel yang memakan waktu
tiga jam yaitu 106,75 ppm dan 121,20 ppm.
Pada Tabel 2 dapat dilihat kadar his-
‘amin pada ikan tongkol kukus yang diam-
bil dari tempat pelelangan dan pasar Cilin-
cing, Jakarta Utara dalam lamanya, perja-
lanan waktu satu jam baru sampai di labo-
ratorium, temyata hampir sama yaitu 6,14
pm dan 6,96 ppm.
Kenaikan kadar histamin pada ikan
tongkol masak sontan. yang diambil dari
pelelangan dalam perjalanan,waktu 1 jam
sampai di laboratorium &.84 ppm dan yang
diambil dari pasar. 7.38. pro. Sedangkan
pada ikan tongkol goreng dan bskar yang
diambil dari pelelangan, juga datam
perjalanan waktu satu jam sampai di
laboratorium 15,93 ppm dan 13.81 ppm
yang diambil di pasar 29,36 ppm dan 32.90
pm.Peningkatan Kadar Hissunin ..(Djarismawati et a)
Tabel 1, Kadar Rata-Rala Histamin pada Ikan Kembung yang Diambil dari TPI dan
Pasar Cilincing Menurut Cara Pengolahan dan Waktu Perjalanan,
TP Pasar Waktu
CARA
No pm % ppm % Pesjalanan,
PENGOLAHAN Sampet
i Kukus: 39S 5 sons =
2 Santan 3.45 38.85 4.950 26.77 Satu jam
3 Goreng 15.23 288.00 16.189 313.30
4 Bakar 19.145 347.78 los, 408.30
1 Rukus 11.80 12.48 -
2 Sania a4 45,25 18,16 45,10 Tiga jam
3 Goreng, 85.67 626.00 9237 64010
a Bakar 106.75. 04.5 121208715.
‘Tabel 2. Kadar Histamin pada [kan Tongkol yang Diambil dari TP1 dan
Pasar di Clilincing Menunut Cara Pengolehan dan Waktu Perjalanan
Ti Waktw
CARA
NO pENGOLAHAN ppm % ppm % Perjalanan
Sampel
1 Rukus ia - 656
2 Santan 84 43,97 738 12,50 Satu jam
3 Goreng 159 159,45 at 10,32
4 Bakar 29.6 37818 32.90 401.52
1 Kukus 1261 - 13,36 -
2 Santan 16.76 32.91 1s19 3615 Tigajaim
3 Goreng. 61,70 389,29 44.48 232,93
4 Bokar 115.77 BI808 125,08 836,23
Kadar histamin pada kan tongkol
‘kukus yang diambil dari TP! dan pasar
Cilincing Jakarta Utara dalam lama per-
jalanan waktu tiga jam, ternyate hampir
sama yaitu 12,61 ppm dan 13.36 ppm.
Peningkatan kadar histamin pada ikan
tongkol masak santan yang diambil di
tempat yang sama dengan perjalanan wak-
tu tiga jam sampai di laboratorium adalah
16.76 ppm dan 18.19 ppm. Sedangkan,
peningkatan kadar histamin pada tongkol
goreng dan bakar yang diambil dari tempat
tersebut dalam perjalanan waktu tiga jam
sampai di laboratorium 61.70 ppm dan
49.48 ppm (diambil di pelelangan) 115.77
ppm dan 125.08 ppm (yang diambil dari
pasar).
Kemunduran mutu ikan dapat diten-
tukan oleh faktor bau, rupa dan keke-
nnyalan kulit ikan, Setiap faktor mutu di-
berikan nila, yaitu angka 10 untuk nilai
tertinggi dan angka 1 untuk nila terendah,
Untuk mengamati kemunduran muty ikan
diambil pada interval waktu tertentu
dengaa mencatat nilainya seperti tergam-
bar pada grafik kemunduran mut ikan
secara organoleptik. Batas kesegaran ikan
tongkol dan kembung berturut-furut pada
jam 8 dan 9 setelah dibeli dari pasar dan
tempat pelelangan, ikan tongkol dan ikan
Kembung tersebut sudah tidak layak lagi
untuk dimakan,
PEMBAHASAN
1. Perbedaan Waktu
‘Waktu perjalanan dari tempat pem-
belian sampel ikan sampai tempat pengo-
lahar/pemasakan, ternyata sangat mempe-Kesehatan. Vol
ngaruhi peningkatan kadar histamin pada
sampel. Penurunan mutu ikar tersebut
juga ditunjang oleh terjadinya pencairan
atu es di dalam fee box, maka sub kan
meningkat yang iwengakibatkan daging
ikan menjadi lembek, sehingea memudah-
kan bakteri dan jamur masuk ke dalam
doging ikan. AKhirya mengakibatkan po-
ningkatan kadar histamin.
Dari hasil penelitian terlihat perban-
dingan perjalanan waktu satu jam dengan
tiga jam sebagai berikut : peningkatan
kadar histomin untuk ikan kembung
dengan waktu perjalanan satu jam adalah
3,925 ppm sedangkan perjalanan tiga jam
adalah 11,80 ppm, Untuk ikan tongkol
perjelanan satu jam dan tiga jam masing-
masing 6,14 ppm dan 12,61 ppar, Perbe~
daan wakto sangat besar pengarulinya bagi
pertumbuhan hisiamin sampai 3 x lipat
Hal ini Kemungkinan terjadi. pada sa
pengemasan ikan tidsk sempurna seperti
bata es yang dimasukan ke dalam ice box
pecah-pecah dan metukai daging ikan se-
hingga ikan yang kemungkinan juga me-
ngandung bakteri dan jamur akan menga-
lami penurunan mutu, dap meningketkan
kadar histamin dati proses dekarbonisasi
‘asam histidin (Mopper dan Sciochitarno,
1984)
2. Cara Masak
Semua sampel ikan kembung dan
tongkol_ yang diambil dari tempat pele-
Jangan dan Pasar Cilincing, diproses
dengan cara masak kukus setelah itu ikan
tersebut di bagi empat, % yang di kukus di
periksa langsung kadar histaminnya dan
yang lain di masak santan. goreng dan ba-
kar kemudian diperiksa juga kadar hista-
aminnya,
Kukus
kan kembung dan ikan fongkol dari
TPL dan Pasar yang dikukus, kadar histe-
minnya masing-masing adalah 3,925 ppm
dan 3,505 ppm (TP!) dan 6,65 ppm (Pasar
Cilincing). Tingginya kadar histamin pada
ikan tongkol kemungkinan dimulai. dari
tempat pengambilan sampe), Jadi setelah
47
juni 2002 : 44-48
dikukus ikan tongkol tetap lebih tinggi
dari ikan kembung.
Santan
Peningkatan masing-masing kadar
histamin pada ikan kembung dan ikan
tongkol dari masak kukus ke masak santan
masing-masing 38,85% dan 45.97%, Pe-
ristiwa ini diduga karena proses histamin
dalam air santan sehingga peningkatan his-
amin hanya ¥ kali lipat,
Goreng
Ikan kembung dan ikon tongkol
‘masak goreng yang diambil dari TP! dan
Pasar Cilincing hampir sama kadar hista-
minuya. Namun peningkseaa dari masak
santan Ke gorong 288:% da 159,5 % (da-
Jam perjalanan 1 jam sampai di labora-
forium begitu juga dengan pesjalanan 3
jam sampai di Laboratorium 626% dan
389,94% disini terlihat Kelipatan pening-
alan histamin sangat di pengaruhi oleh
Tama perjalanan dan cara memasak.
Dengan cara memasak goreng ini
ternyata sudah ada senyawa karbohidrat,
Jemak protein yang terkandung dalam ikan
‘ang larut, schingga histamin masih terikar
pada daging ikan
Bakar
Tkan kembung dan ikan tongkot
yang di bakar. kadar histamianya naik
‘menjadi sekitar 4 kalinya bila dibanding~
kan dengan masak kukus Karena pada
‘asa bakar pemasakannya tidak sempur-
fea dan tidak merata Dalam cara masak
Dakar tidak terjadi proses pelarutan hista-
‘min. Untuk mendapatkan hasil pemba-
karan yang lebih merata, akan lebily baik
Jika menggunakan oven.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan
di atas maka dapat disimpulkan bahwa_
waktu sangat berperan dalam peningkatan
kadar histamin pada kedua jenis ikan ter-
‘sebut, Semakin lama di perjalanan semea-
kin tinggi kadar histaminnya. Peniaghatan
kadar histamin pada ikon masak kukus
yang dinsasak dengan santan paling rendah
bila dibanding dengan di masak gorengdan bakar. Peninghatan kadar histamin
pada ikan kembung maupun ikan tongko!
sangat ditentukan oleh cara memasaknya
seperti; masak santan % kali, masak go-
eng 2 ~3 kali, dan masak bakar + ¢ bat
lipat
SARAN
Dalam memilih kan laut, umumnya
ikan kembung dan tongkol, hendaknya
benar-benar memperhatikan penampilan
‘organolepiik. Pengolahan ikan hendakaya
dilaksanakan secepatnya setelah dibeli,
‘atau segera dimasukkan dalam freezer
untuk mencegah bakteri pembusuk histidin
memicu timbulnya histamin yang menye-
babkan keracunan. Perlu penelitian lebih
lanjut mengapa pengolahan dengan santan
dapat rmengendalikan peningkatan kadar
histamin,
Peninghatan Kader Histamin__(Djevimawat ot al)
DAFTAR PUSTAKA
Direkwur Jenderal Perikoran, Depurtemen Perta-
igo. (1979). Hukw Pedomian Pengenalan
Suinber Perikanon Laut, Jakarta
Direkterat Jenderal Pemberantasan Pepyakit Me-
nolar dan Penychatan Lingkingan Pemi-
Kiman. (1996), Daftar Keraeuna Makan
tn Akiba Iku Laut, 1989-1995, Jakarta,
Mopper B and Seiochitamo CT (1984) Cs
Zone Elecirophanic eternal
Histaosies in ish, Drugs
Forensic Sciences. Journal of AOAC
Interstional: 77 (8): 991 = 985.
Viciana NMT. Jover TH, AM and Caron MSV
(1993) Liquis Chromatographic: Method
for Determination of Biogenic Amines in
Fish and Fish Products. Jonna! of AQUC
Inwernational, 78 (8): 1088-1050.
48