Professional Documents
Culture Documents
Des-Amplitudo Akomodasi Pada Pasien Dengan Ametropia Dan Emetropia Di Rsud Dr. Saiful Anwar Malang
Des-Amplitudo Akomodasi Pada Pasien Dengan Ametropia Dan Emetropia Di Rsud Dr. Saiful Anwar Malang
Oleh :
CAHYA DESSY RAHMAWATI
NIM : 138070600111005
Abstract
Purpose
To evaluate the magnitude of the amplitude of accommodation in patients with ametropia
and emmetropia in Dr. Saiful Anwar General Hospital Malang.
Methods
Patients who participated in this study consisted of 53 people with the age range between 20
to 60 years. This is an observational study with a cross-sectional design. The amplitude of
accommodation was measured using the minus-lens technique and RAF-ruler method.
Refractive errors are classified as myopia, astigmatism, and emmetropia. The amplitude of
accommodation is measured in monocular and binocular vision.
Results
The results of the measurement of AA using the minus-lens technique both monocular (RE,
LE) and binocular (RLE) was found highest in the myopia group. In this study, the significant
difference (p<0.05) was found in the AA value that is measured by minus-lens technique and
RAF-ruler inmonocular vision (RE, LE) in the group of myopia compared to emmetropia
group, while for the AA measurement in binocular vision (RLE) with RAF-rulerdid not show a
significant results in all groups. Measurement using the minus-lens techniquein binocular
vision (RLE) obtained a significant result (p:0.05) in the group of myopia compared to the
emmetropia group.
Conclusion
In this study, the significant difference (p<0.05) in the value of AA was foundin the
measurement using minus-lens technique and RAF-ruler method inmonocular vision (RE,
LE) in the group of myopia compared to emmetropia group.Measurement using the minus-
lens technique in binocular vision (RLE) obtained a significant result (p<0.05) in the group of
myopia compared to emmetropia group.The overall measurement of AA using the minus-
lens technique in monocular (RE, LE) and in binocular vision (RLE) has a higher value of AA
than using the RAF-ruler.
1
PENDAHULUAN dapat melihat dekat dengan jelas.
Akomodasi adalah perubahan Kelainan pada lensa dianggap berperan
kekuatan (dioptri) dari mata akibat besar pada penurunan AA, walaupun ada
perubahan bentuk lensa kristalin dengan penyebab lainnya seperti hilangnya
tujuan untuk memfokuskan bayangan tegangan otot siliaris dan perubahan pada
tepat jatuh di retina sehingga didapatkan zonula zinii akibat defisit neurologis yang
penglihatan yang jelas dan normal.1 menyebabkan perubahan pada hubungan
Proses akomodasi berperan penting geometrik antara lensa dan struktur
dalam penglihatan. Mata dapat mengubah akomodasi.1,2,4
fokusnya dari obyek jarak jauh ke jarak Kelainan refraksi terjadi apabila
dekat karena kemampuan lensa untuk berkas cahaya yang datang jatuh tidak
mengubah bentuknya. Amplitudo tepat di retina.5,6 Individu dengan mata
akomodasi adalah perbedaan kekuatan emetropia dapat melihat jarak jauh
dioptri untuk memfokuskan bayangan dengan jelas tanpa berakomodasi.
pada jarak dekat dan jarak jauh. Kelainan jatuhnya cahaya yang tidak
Pengukuran amplitudo akomodasi sesuai pada fokus retina dalam keadaan
(AA)pertama kali dilakukan oleh Donders istirahat disebut ametropia. Jenis kelainan
diikuti oleh Kaufman (1894) yang refraksi (ametropia) terdiri atas miopia,
dilakukan pada 200 subjek dan Duane hipermetropia dan astigmatisma.7,8 Pada
(1909,1912) pada 2000 subjek. Mereka beberapa penelitian didapatkan bahwa
mengukur AA dengan menggunakan miopia menyebabkan AA menjadi lebih
metode push-up.2 Penelitian mereka besar. Sebaliknya pada hipermetropia
menyatakan bahwa nilai AA berubah menyebabkan AA menjadi lebih kecil.1,2,4
sesuai dengan usia, dimana nilai AA pada Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
usia muda lebih besar dibandingkan usia nilai AA pada pasien ametropia dan
tua dan nilainya akan menjadi 0 pada emetropia yang datang berobat ke poli
3-4
individu presbiopia. refraksi RSUD dr.Saiful Anwar Malang.
Amplitudo akomodasi berubah
sesuai dengan pertambahan usia akibat METODE
dari berkurangnya elastisitas lensa Penelitian ini dilakukan di poli
kristalin. Pada individu muda, lensa masih refraksi RSUD dr.Saiful Anwar Malang
elastis sehingga mudah untuk pada bulan Agustus 2019 sampai bulan
mencembung. Pada usia 40 tahun ke atas Desember 2019. Penelitian ini
lensa kristalin menjadi kurang elastis menggunakan desain observasional
sehingga kemampuan akomodasi secara dengan pendekatan cross sectional.
perlahan akan berkurang dan pasien Sampel penelitian adalah semua pasien
membutuhkan kacamata addisi untuk baru dan pasien lama dengan kelainan
2
refraksi yang datang ke poli refraksi. Bila refraksi lensa dan memfokuskan objek
pasien setuju mengikuti penelitian, pasien dengan jarak yang bervariasi secara
menandatangani informed concent, automatis pada retina yang diukur
kemudian dilakukan pengukuran tajam menggunakan metode lensa minus dan
penglihatan dengan koreksi terbaik metode push-up. Usia adalah umur
(BCVA), pemeriksaan segmen anterior penderita saat datang, dibagi menjadi
dan pemeriksaan segmen posterior. Bila kelompok umur 20 - 30 tahun, 31 - 40
subyek penelitian memenuhi kriteria tahun, 41 - 50 tahun dan 51 - 60 tahun.
inklusi dan ekslusi maka dilanjutkan Jenis kelamin adalah perbedaan biologis
dengan pengukuran AA menggunakan laki-laki dan perempuan sejak lahir. Best
metode push-up menggunakan RAF ruler Corrected visual acuity (BCVA) adalah
dan metode lensa minus (LM). tajam penglihatan dengan koreksi terbaik.
Pengukuran dilakukan pada satu mata Status refraksi diukur dengan alat
dan dua mata. Besar sampel sesuai autorefraktometer, trial frame dan trial
dengan jumlah pasien yang datang lens. Status refraksi yang dinilai terdiri
berobat ke poli refraksi selama bulan dariemetropia tanpa kelainan refraksi,
Agustus 2019 sampai Desember 2019 miopia, hipermetropia dan astigmatisma.
yang telah memenuhi kriteria inklusi dan Prosedur kerja pengukuran AA
ekslusi (konsekutif sampling). dengan metode push-up menggunakan
Variabel penelitian meliputi usia, RAF ruler adalah pasien duduk di kursi
jenis kelamin, kelainan refraksi, amplitudo dengan pencahayaan ruang yang cukup
akomodasi. Kriteria inklusi: pasien adalah terang, lalu pasang trial frame dan
usia 20 - 60 tahun dengan koreksi miopia occluder pada mata kiri kemudian
< - 6.00 D atau hipermetropia < + 6.00 D letakkan RAF ruler dengan posisi sejajar
atau astigmatisma< 0,75 D dengan Best aksis visual. Mata kanan pasien fokus
Corrected visual acuity (BCVA) pada melihat kotak bertulis pada RAF ruler
kedua mata mencapai 6/6. Kriteria dengan jarak 50 cm dari mata pasien.
eksklusi: bila tekanan bola mata > 21 Kemudian kotak bertulis ditarik perlahan-
mmHg, terdapat kelainan segmen anterior lahan mendekati subjek dengan
dan posterior. Alat yang digunakan pada kecepatan 5 cm per detik dan berhenti
penelitian ini adalah snellen chart, saat penglihatan mulai kabur. Catat nilai
autorefraktometri, trial frame, occluder, dioptri di mana kotak berhenti. Lakukan
trial lens, RAF ruler, jaeger chart, penlight, prosedur yang sama pada mata kiri dan
slit lamp dan funduskopi. kedua mata. Lalu hasil pemeriksaan
Definisi operasional meliputi dicatat.
amplitudo akomodasi (AA) adalah Prosedur kerja pengukuran AA
kemampuan mata mengubah kekuatan dengan metode lensa minus adalah
3
pasien duduk di kursi dengan dan usia 51- 60 tahun sebanyak 17 orang
pencahayaan ruang yang cukup terang (32%).
lalu pasang trial frame dan occluder pada
mata kiri. Mata kanan pasien fokus
45
melihat baris 6/6 snellen chart pada jarak
40 Perempuan
40 cm. Kemudian diberi lensa minus 35 42 (79%)
1.Karakteristik Responden
19 (36%)
Penelitian ini dilakukan di Poli
refraksi RSUD dr.Saiful Anwar Malang
Grafik 2. Distribusi Usia Responden. Usia
pada bulan Agustus 2019 sampai terbanyak antara 41-50 tahun sejumlah 19
Desember 2019. Pada penelitian ini responden (36%).
22.6%
pasien laki-laki sebanyak 11 orang (21%)
10
dan pasien perempuan sebanyak 42
9.4%
orang (79%). Berdasarkan usia 5
4
Status refraksi pasien terdiri dari miopia
Lensa Minus OD RAF OD
sebanyak 17 orang (32%), AMS sebanyak
5.00 4.58
5 orang (9,4%), AMK sebanyak 12 orang 4.50
3.81 3.64
(23%), dan emetropia sebanyak 19orang 4.00 3.48
3.50 2.98
(36%). 3.00 2.71
DIOPTRI
2.50 2.17
2.00 1.49
2. Distribusi Amplitudo Akomodasi
1.50
4.00 3.77 1.00
3.58 3.44
3.50
0.50
Amplitudo Akomodasi
3.05 0.00
2.84 2.85
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00 Grafik 5. Rerata Hasil Pengukuran
0.50 Amplitudo Akomodasi pada Mata
0.00 Kanan.Secara keseluruhan, dari kedua
OD OS ODS metode didapatkan hasil miopia lebih tinggi
dibandingkan dengan status refraksi yang lain.
Lensa Minus RAF
Dari hasil pengukuran AA
Grafik 4.Rerata Amplitudo Akomodasi. menggunakan metode lensa minus pada
Secara keseluruhan hasil pengukuran AA
menggunakan metode Lensa Minus lebih mata kanan dengan status refraksi miopia
tinggi dibandingkan RAF Ruler.
didapatkan rerata AA sebesar 4.58 D,
Pada pengukuran AA dengan pada AMS memiliki rerata AA sebesar
menggunakan metode lensa minus, pada 3.48 D, pada AMK nilai rerata AA sebesar
mata kanan didapatkan hasil rata-rata 3.64 D dan pada emetropia memiliki
3.58 D, pada mata kiri didapatkan 3.44 D, rerata AA sebesar 2.17 D. Sedangkan
dan pada kedua mata didapatkan 3.77 D. hasil pengukuran menggunakan RAF
Pada pemeriksaan AA dengan Ruler pada mata kanan dengan status
menggunakan metode RAF Ruler, refraksi miopia didapatkan hasil rerata AA
didapatkan rerata AA pada mata kanan sebesar 3.81 D, pada AMS rerata AA
2.84 D, mata kiri 2.85 D, dan kedua mata sebesar 2.71 D, pada AMK rerata AA
3.05 D. sebesar 2.98 D dan pada emetropia
didapatkan rerata AA sebesar 1.49 D.
3.Distribusi Rerata Amplitudo
Akomodasi pada mata kanan (OD)
5
4.Distribusi Rerata Amplitudo 5.Distribusi Rerata Amplitudo
Akomodasi pada mata kiri (OS) Akomodasi pada mata kanan dan kiri
DIOPTRI
3.07
2.00 1.57 3.00 2.40
1.50 1.87
1.00 2.00
0.50 1.00
0.00
0.00
Emetropia
6
Tabel 1. Hasil uji beda antara Metode Lensa Minus dengan RAF Ruler
Metode Mean p Keterangan
OD Lensa Minus 3.45 0.114 Tidak Signifikan
RAF 2.73
OS Lensa Minus 3.33 0.175 Tidak Signifikan
RAF 2.74
ODS Lensa Minus 3.65 0.380 Tidak Signifikan
RAF 9.02
Tabel 2. Hasil uji ANOVA nilai AA berdasarkan kelompok usia menggunakan metode RAF
ruler.
Metode Usia(tahun) N Mean Std. Deviation P
RAF Ruler OD 20 - 30 11 6.32 0.75
31 - 40 6 4.00 1.38 0.000
41 - 50 19 1.88 1.14
51 - 60 17 0.89 1.00
RAF Ruler OS 20 - 30 11 6.14 0.60
31 - 40 6 4.35 0.85 0.000
41 - 50 19 1.89 1.08
51 - 60 17 0.94 1.07
RAF Ruler ODS 20 - 30 11 5.89 1.76
31 - 40 6 4.64 1.02 0.000
41 - 50 19 2.16 1.12
51 - 60 17 1.22 1.62
7
Tabel 3. Hasil uji ANOVA nilai AA berdasarkan kelompok usia menggunakan Metode Lensa
Minus
Metode Usia(tahun) N Mean Std. Deviation P
Lensa Minus OD 20 - 30 11 6.77 0.91
31 - 40 6 5.17 0.75 0.000
41 - 50 19 2.96 0.86
51 - 60 17 1.20 1.25
Lensa Minus OS 20 - 30 11 6.59 0.85
31 - 40 6 4.87 0.89 0.000
41 - 50 19 2.90 0.77
51 - 60 17 1.21 1.27
Lensa Minus ODS 20 - 30 11 6.86 0.77
31 - 40 6 4.91 1.06 0.000
41 - 50 19 3.45 0.72
51 - 60 17 1.44 1.44
Tabel 4. Hasil uji Tukey nilai AA berdasarkan kelompok usia menggunakan metode RAF
ruler.
Perbandingan Usia (tahun) Beda AA p Keterangan
RAFruler OD 20-30 31-40 2.318 0.000 Signifikan
41-50 4.436 0.000 Signifikan
51-60 5.428 0.000 Signifikan
30-40 41-50 2.117 0.000 Signifikan
51-60 3.110 0.000 Signifikan
41-50 51-60 0.993 0.034 Signifikan
RAFruler OS 20-30 31-40 1.788 0.004 Signifikan
41-50 4.247 0.000 Signifikan
51-60 5.197 0.000 Signifikan
31-40 41-50 2.459 0.000 Signifikan
51-60 3.409 0.000 Signifikan
41-50 51- 60 0.950 0.026 Signifikan
RAFruler ODS 20-30 31-40 1.245 0.330 Tidak Signifikan
41-50 3.722 0.000 Signifikan
51-60 4.666 0.000 Signifikan
31-40 41-50 2.477 0.003 Signifikan
51-60 3.421 0.000 Signifikan
41-50 51-60 0.944 0.213 Tidak Signifikan
3
Tabel 5. Hasil uji Tukey nilai AA berdasarkan kelompok usia menggunakan metode lensa
minus.
Pengukuran Perbandingan Usia(tahun) Beda AA p Keterangan
Lensa Minus OD 20 - 30 31 - 40 1.606 0.014 Signifikan
41 - 50 3.816 0.000 Signifikan
51 - 60 5.571 0.000 Signifikan
31 - 40 41 - 50 2.210 0.000 Signifikan
51 - 60 3.965 0.000 Signifikan
41 - 50 51 - 60 1.755 0.000 Signifikan
Lensa Minus OS 20 - 30 31 - 40 1.724 0.006 Signifikan
41 - 50 3.692 0.000 Signifikan
51 - 60 5.379 0.000 Signifikan
31 - 40 41 - 50 1.968 0.001 Signifikan
51 - 60 3.654 0.000 Signifikan
41 - 50 51 - 60 1.687 0.000 Signifikan
Lensa Minus ODS 20 - 30 31 - 40 1.955 0.003 Signifikan
41 - 50 3.418 0.000 Signifikan
51 - 60 5.419 0.000 Signifikan
31 - 40 41 - 50 1.463 0.023 Signifikan
51 - 60 3.464 0.000 Signifikan
41 - 50 51 - 60 2.001 0.000 Signifikan
Tabel 8.Hasil uji Tukey perbedaan nilai AA berdasarkan kelompok status refraksi dengan
pemeriksaan menggunakan metode RAF ruler
Perbandingan Beda
Metode p Keterangan
Kelainan Refraksi AA
RAF ruler
Miopia tidak Signifikan
OD AMS 0.772 0.891
AMK 1.114 0.513 tidak Signifikan
Emetropia 2.446 0.006 Signifikan
AMS AMK 0.342 0.990 tidak Signifikan
Emetropia 1.673 0.408 tidak Signifikan
AMK Emetropia 1.332 0.336 tidak Signifikan
RAF ruler
Miopia tidak Signifikan
OS AMS 0.827 0.857
AMK 1.189 0.423 tidak Signifikan
Emetropia 2.381 0.006 Signifikan
AMS AMK 0.362 0.987 tidak Signifikan
Emetropia 1.554 0.441 tidak Signifikan
AMK Emetropia 1.193 0.401 tidak Signifikan
RAF ruler
tidak Signifikan
ODS Myopia AMS 0.359 0.989
AMK 0.744 0.808 tidak Signifikan
Emetropia 1.946 0.052 tidak Signifikan
AMS AMK 0.385 0.988 tidak Signifikan
Emetropia 1.588 0.487 tidak Signifikan
AMK Emetropia 1.202 0.459 tidak Signifikan
10
Tabel 9.Hasil uji Tukey perbedaan nilai AA berdasarkan kelompok status refraksi dengan
pemeriksaan menggunakan metode Lensa Minus
Perbandingan Beda
Metode p Keterangan
Kelainan Refraksi AA
Lensa Minus OD Miopia AMS 0.688 0.918 tidak Signifikan
AMK 1.080 0.531 tidak Signifikan
Emetropia 2.561 0.004 Signifikan
AMS AMK 0.393 0.985 tidak Signifikan
Emetropia 1.874 0.301 tidak Signifikan
AMK Emetropia 1.481 0.239 tidak Signifikan
Lensa Minus OS Miopia AMS 0.969 0.783 tidak Signifikan
AMK 1.082 0.495 tidak Signifikan
Emetropia 2.516 0.003 Signifikan
AMS AMK 0.113 1.000 tidak Signifikan
Emetropia 1.547 0.434 tidak Signifikan
AMK Emetropia 1.434 0.233 tidak Signifikan
Lensa Minus
Myopia AMS tidak Signifikan
ODS 1.014 0.762
AMK 0.998 0.567 tidak Signifikan
Emetropia 2.497 0.003 Signifikan
AMS AMK -0.016 1.000 tidak Signifikan
Emetropia 1.484 0.476 tidak Signifikan
AMK Emetropia 1.499 0.204 tidak Signifikan
11
push-up dengan metode lensa minus. lemah atau inervasi parasimpatis yang
Pada penelitiannya didapatkan hasil pada kuat, yang memungkinkan untuk
metode push-up memiliki nilai AA yang mengurangi rentang yang dapat dicapai
lebih tinggi dibandingkan dengan metode dari respons simpatis yang akan
lensa minus. Hal ini karena semakin dekat mempengaruhi penglihatan jarak
jarak, maka ukuran angular dari gambaran jauh.13,14,15
retina meningkat dan stimulasi proksimal Pada penelitian ini hasil
9
akomodasi juga meningkat. Pendapat pengukuran AA berdasarkan usia pada
yang sama juga dikemukakan oleh metode pengukuran menggunakan RAF
Rosenfield dan Leon (2012) yang ruler monokular (OD, OS) dan metode
menyebutkan bahwa pengukuran AA lensa minus monokular (OD,OS)
menggunakan metode push-up akan didapatkan hasil yang signifikan (p<0,05).
menghasilkan angka yang lebih tinggi Hal ini sesuai dengan penelitian yang
karena jarak target berkurang sehingga dilakukan oleh Kaufman (1894), dan
akan meningkatkan ukuran sudut dari Duane (1909,1912), penelitian mereka
gambaran retina. Grosvernor (2007) menyatakan bahwa nilai AA berubah
mengatakan bahwa pada pengukuran AA sesuai dengan usia, dimana nilai AA pada
dengan metode push-up, terdapat faktor usia muda lebih besar dibandingkan usia
kedalaman fokus, ukuran target, dan tua dan nilainya akan menjadi 0 pada
pencahayaan.10,11,12 individu presbiopia.3-4
Hasil pengukuran AA Pada penelitian ini didapatkan
menggunakan metode lensa minus perbedaan nilai AA yang signifikan
monokular (OD) pada kelompok miopia (p<0,05) menggunakan RAF ruler dan
memiliki AA yang paling tinggi (4.58 D) metode lensa minus monokular (OD,OS)
dibandingkan dengan kelompok AMS, pada kelompok miopia dengan emetropia,
AMK dan emetropia. Begitu pula hasil sedangkan untuk pengukuran binokular
pengukuran AA menggunakan lensa (ODS) dengan RAF ruler menunjukkan
minus monokular (OS) pada kelompok hasil yang tidak signifikan pada semua
miopia didapatkan hasil paling tinggi (4.59 kelompok status refraksi. Pengukuran
D). Hasil yang sama juga didapatkan pada menggunakan metode lensa minus
pengukuran AA menggunakan lensa binokular (ODS) didapatkan hasil yang
minus binokular (ODS) pada kelompok signifikan (p<0.05) pada kelompok miopia
miopia memiliki AA yang paling tinggi dengan emetropia. Menurut Burns et al
(4.90 D). Maddock dkk menyatakan (2014) dan Duane (1922) nilai AA yang
bahwa miopia ringan memiliki AA yang diukur secara monokular lebih rendah
lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena dibandingkan dengan binokular karena
miopia memiliki sistem simpatis yang pada saat monokular posisi bola mata
13
berada pada satu bidang dengan visual dilakukan penelitian lanjutan dengan
aksis, sedangkan pada saat binokular metode pengukuran AA secara obyektif
posisi bola mata berada pada garis menggunakan metode retinoskop dinamik.
tengah sehingga excess of Selain itu diperlukan rentang waktu
accommodative convergen akan pengambilan sampel yang lebih panjang
meningkatkan nilai AA.16 dan jumlah sampel yang lebih banyak
untuk mendapatkan status refraksi yang
KESIMPULAN DAN SARAN lebih bervariasi.
Pengukuran AA menggunakan
RAF ruler monokular (OD,OS) terdapat DAFTAR PUSTAKA
perbedaan signifikan pada miopia dengan 1. Abraham L M, Kuriakose T,
Sivanandam V, et al. Amplitude of
emetropia, sedangkan pada pengukuran
Accommodation and its Relation to
RAF ruler binokular (ODS) tidak terdapat Refractive Errors. Indian J
OphthaLensa Minusol. 2005; 53: 105-8
perbedaan AA yang signifikan pada
2. Taub Marc B. A Comparison of Three
semua kelompok status refraksi.
Clinical Test of Accommodation to
Pengukuran AA menggunakan metode Hofstetter’s Norms to Guide Diagnosis
and Treatment. 2010
lensa minus monokular (OD,OS) dan
3. Anderson H A, Stuebing KK. Subjective
binokular (ODS) terdapat perbedaan yang
vs objective accommodative
signifikan pada miopia dengan emetropia. amplitude:preschool to emetropia.
2014; 91(11): 1290-1301
Pengukuran AA menggunakan
4. Tabernero Juan, Chirre Emmanuel,
RAF ruler binokular (ODS) pada kelompok Hervella Lucia, Prieto Pedro and Artal
usia antara 20-30 tahun dengan 31-40 Pablo. The Accommodative Ciliary
Muscle Function is Preserved in Older
tahun, dan kelompok usia 41-50 tahun Humans. Scientific Reports; 2016
dengan 51-60 tahun tidak berbeda 5. Sterner Bertil, Gellerstedt Martin and
signifikan. Pengukuran AA menggunakan Sjostrom Anders. Accommodation and
the Relationship to Subjective
metode lensa minus monokular (OD,OS) Symptoms with Near Work for Young
dan binokular (ODS) pada semua School Children. Ophthal. Physiol. Opt.
2006; 26:148-155
kelompok usia berbeda signifikan.
6. Sompel DVD, Kunkel GJ, Hersh PS,
Secara keseluruhan pengukuran Smits AJ. Model of Accommodation:
AA menggunakan metode lensa minus Contributions of Lens Geometry and
Mechanical Properties to
monokular (OD,OS) maupun binokular TheDevelopment of Emetropia. J
(ODS) memiliki nilai AA lebih tinggi dari Cataract Refract Surg. 2010:36:1960-
71.
RAF ruler.
7. Ljubimova D, Eriksson A, Bauer S.
Penelitian ini masih banyak Aspects of Eye Accommodation
kekurangannya karena metode Evaluated by Finite Elements.
Biomechan Model Mechanobiol.
pengukuran yang digunakan memiliki 2008:7:139–50.
subyektifitas yang tinggi, sehingga perlu
14
8. Martínez PC, Munoz AG, Cantero
MTR. Do We Really Know The
Prevalence of Accomodative and
Nonstrabismic Binokular Dysfunctions?
J Optom. 2010:03:185-97
9. Allen PM, O’Leary DJ. Accommodation
Functions: Co-dependency and
Relationship to Refractive Error. Vision
Res. 2006; 46 (4): 491-505.
10. Rosenfield M., Cohen, A. S.,
Repeatability of Clinical Measurement
of the Amplitude of Accommodation.
Opthalmic Physiol Opt. 1986;16(3):247-
249.
11. Leon, A. A., Medrano, S. M.,
Rosenfield, M., A Comparison of the
Reliability of Dynamic Retinoscopy and
Subjective Measurements of Amplitude
of Accommodation. Ophthalmic
PhysiolOpt. 2012;32(2):133-141.
12. TP. Grosvernor., Primary Care
th
Optometry. 5 ed. Oxford, Butterworth-
Heinmann.2007.
13. Moghadam, M. H., Kundart, J.,
Askarizadeh, F., Comparing
Measurement Ostrin, L. A., Glasser, A.,
Accommodation Measurements in Pre-
presbyopic and Presbiopic Population.
J Caratact Refract
Suer.2004;30(7):1435-1444.
14. Taub, M. B., Shallo-Hoffmann, J., A
Comparison of Three Clinical Tests of
Accommodation Amplitude to
Hofstetter's Norm to Guide Diagnosis
and Treatment. Optom Vis Dev.,
2012;43(4):180-190.
15. Burns, D. H., Bruce, J. W., Allen, P. M.,
Clinical Measurement of Amplitude of
Accommodation: a Review. Optometry
in Practice. London. 2014. p75-86.
16. Techniques of Accommodative
Amplitude. Indian J.
Ophthalmol.2014;62(6):683-687.
15