Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

Penelitian Deskriptif

Amplitudo Akomodasi pada Pasien dengan Ametropia dan


Emetropia di RSUD dr. Saiful Anwar Malang

Oleh :
CAHYA DESSY RAHMAWATI
NIM : 138070600111005

PESERTA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I


ILMU KESEHATAN MATA

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR
MALANG
2020
The Amplitude of Accommodation in Ametropia and Emmetropia Patients
in Dr. Saiful Anwar General Hospital Malang

Cahya Dessy Rahmawati, Anny Sulistiyowati


Department of Ophthalmology, Faculty of Medicine, Universitas Brawijaya
Dr. Saiful Anwar General Hospital, Malang

Abstract

Purpose
To evaluate the magnitude of the amplitude of accommodation in patients with ametropia
and emmetropia in Dr. Saiful Anwar General Hospital Malang.

Methods
Patients who participated in this study consisted of 53 people with the age range between 20
to 60 years. This is an observational study with a cross-sectional design. The amplitude of
accommodation was measured using the minus-lens technique and RAF-ruler method.
Refractive errors are classified as myopia, astigmatism, and emmetropia. The amplitude of
accommodation is measured in monocular and binocular vision.

Results
The results of the measurement of AA using the minus-lens technique both monocular (RE,
LE) and binocular (RLE) was found highest in the myopia group. In this study, the significant
difference (p<0.05) was found in the AA value that is measured by minus-lens technique and
RAF-ruler inmonocular vision (RE, LE) in the group of myopia compared to emmetropia
group, while for the AA measurement in binocular vision (RLE) with RAF-rulerdid not show a
significant results in all groups. Measurement using the minus-lens techniquein binocular
vision (RLE) obtained a significant result (p:0.05) in the group of myopia compared to the
emmetropia group.

Conclusion
In this study, the significant difference (p<0.05) in the value of AA was foundin the
measurement using minus-lens technique and RAF-ruler method inmonocular vision (RE,
LE) in the group of myopia compared to emmetropia group.Measurement using the minus-
lens technique in binocular vision (RLE) obtained a significant result (p<0.05) in the group of
myopia compared to emmetropia group.The overall measurement of AA using the minus-
lens technique in monocular (RE, LE) and in binocular vision (RLE) has a higher value of AA
than using the RAF-ruler.

Keyword: Amplitude of Accommodation, RAF-ruler, minus-lens technique

1
PENDAHULUAN dapat melihat dekat dengan jelas.
Akomodasi adalah perubahan Kelainan pada lensa dianggap berperan
kekuatan (dioptri) dari mata akibat besar pada penurunan AA, walaupun ada
perubahan bentuk lensa kristalin dengan penyebab lainnya seperti hilangnya
tujuan untuk memfokuskan bayangan tegangan otot siliaris dan perubahan pada
tepat jatuh di retina sehingga didapatkan zonula zinii akibat defisit neurologis yang
penglihatan yang jelas dan normal.1 menyebabkan perubahan pada hubungan
Proses akomodasi berperan penting geometrik antara lensa dan struktur
dalam penglihatan. Mata dapat mengubah akomodasi.1,2,4
fokusnya dari obyek jarak jauh ke jarak Kelainan refraksi terjadi apabila
dekat karena kemampuan lensa untuk berkas cahaya yang datang jatuh tidak
mengubah bentuknya. Amplitudo tepat di retina.5,6 Individu dengan mata
akomodasi adalah perbedaan kekuatan emetropia dapat melihat jarak jauh
dioptri untuk memfokuskan bayangan dengan jelas tanpa berakomodasi.
pada jarak dekat dan jarak jauh. Kelainan jatuhnya cahaya yang tidak
Pengukuran amplitudo akomodasi sesuai pada fokus retina dalam keadaan
(AA)pertama kali dilakukan oleh Donders istirahat disebut ametropia. Jenis kelainan
diikuti oleh Kaufman (1894) yang refraksi (ametropia) terdiri atas miopia,
dilakukan pada 200 subjek dan Duane hipermetropia dan astigmatisma.7,8 Pada
(1909,1912) pada 2000 subjek. Mereka beberapa penelitian didapatkan bahwa
mengukur AA dengan menggunakan miopia menyebabkan AA menjadi lebih
metode push-up.2 Penelitian mereka besar. Sebaliknya pada hipermetropia
menyatakan bahwa nilai AA berubah menyebabkan AA menjadi lebih kecil.1,2,4
sesuai dengan usia, dimana nilai AA pada Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
usia muda lebih besar dibandingkan usia nilai AA pada pasien ametropia dan
tua dan nilainya akan menjadi 0 pada emetropia yang datang berobat ke poli
3-4
individu presbiopia. refraksi RSUD dr.Saiful Anwar Malang.
Amplitudo akomodasi berubah
sesuai dengan pertambahan usia akibat METODE
dari berkurangnya elastisitas lensa Penelitian ini dilakukan di poli
kristalin. Pada individu muda, lensa masih refraksi RSUD dr.Saiful Anwar Malang
elastis sehingga mudah untuk pada bulan Agustus 2019 sampai bulan
mencembung. Pada usia 40 tahun ke atas Desember 2019. Penelitian ini
lensa kristalin menjadi kurang elastis menggunakan desain observasional
sehingga kemampuan akomodasi secara dengan pendekatan cross sectional.
perlahan akan berkurang dan pasien Sampel penelitian adalah semua pasien
membutuhkan kacamata addisi untuk baru dan pasien lama dengan kelainan

2
refraksi yang datang ke poli refraksi. Bila refraksi lensa dan memfokuskan objek
pasien setuju mengikuti penelitian, pasien dengan jarak yang bervariasi secara
menandatangani informed concent, automatis pada retina yang diukur
kemudian dilakukan pengukuran tajam menggunakan metode lensa minus dan
penglihatan dengan koreksi terbaik metode push-up. Usia adalah umur
(BCVA), pemeriksaan segmen anterior penderita saat datang, dibagi menjadi
dan pemeriksaan segmen posterior. Bila kelompok umur 20 - 30 tahun, 31 - 40
subyek penelitian memenuhi kriteria tahun, 41 - 50 tahun dan 51 - 60 tahun.
inklusi dan ekslusi maka dilanjutkan Jenis kelamin adalah perbedaan biologis
dengan pengukuran AA menggunakan laki-laki dan perempuan sejak lahir. Best
metode push-up menggunakan RAF ruler Corrected visual acuity (BCVA) adalah
dan metode lensa minus (LM). tajam penglihatan dengan koreksi terbaik.
Pengukuran dilakukan pada satu mata Status refraksi diukur dengan alat
dan dua mata. Besar sampel sesuai autorefraktometer, trial frame dan trial
dengan jumlah pasien yang datang lens. Status refraksi yang dinilai terdiri
berobat ke poli refraksi selama bulan dariemetropia tanpa kelainan refraksi,
Agustus 2019 sampai Desember 2019 miopia, hipermetropia dan astigmatisma.
yang telah memenuhi kriteria inklusi dan Prosedur kerja pengukuran AA
ekslusi (konsekutif sampling). dengan metode push-up menggunakan
Variabel penelitian meliputi usia, RAF ruler adalah pasien duduk di kursi
jenis kelamin, kelainan refraksi, amplitudo dengan pencahayaan ruang yang cukup
akomodasi. Kriteria inklusi: pasien adalah terang, lalu pasang trial frame dan
usia 20 - 60 tahun dengan koreksi miopia occluder pada mata kiri kemudian
< - 6.00 D atau hipermetropia < + 6.00 D letakkan RAF ruler dengan posisi sejajar
atau astigmatisma< 0,75 D dengan Best aksis visual. Mata kanan pasien fokus
Corrected visual acuity (BCVA) pada melihat kotak bertulis pada RAF ruler
kedua mata mencapai 6/6. Kriteria dengan jarak 50 cm dari mata pasien.
eksklusi: bila tekanan bola mata > 21 Kemudian kotak bertulis ditarik perlahan-
mmHg, terdapat kelainan segmen anterior lahan mendekati subjek dengan
dan posterior. Alat yang digunakan pada kecepatan 5 cm per detik dan berhenti
penelitian ini adalah snellen chart, saat penglihatan mulai kabur. Catat nilai
autorefraktometri, trial frame, occluder, dioptri di mana kotak berhenti. Lakukan
trial lens, RAF ruler, jaeger chart, penlight, prosedur yang sama pada mata kiri dan
slit lamp dan funduskopi. kedua mata. Lalu hasil pemeriksaan
Definisi operasional meliputi dicatat.
amplitudo akomodasi (AA) adalah Prosedur kerja pengukuran AA
kemampuan mata mengubah kekuatan dengan metode lensa minus adalah

3
pasien duduk di kursi dengan dan usia 51- 60 tahun sebanyak 17 orang
pencahayaan ruang yang cukup terang (32%).
lalu pasang trial frame dan occluder pada
mata kiri. Mata kanan pasien fokus
45
melihat baris 6/6 snellen chart pada jarak
40 Perempuan
40 cm. Kemudian diberi lensa minus 35 42 (79%)

dengan satuan dioptri mulai dari yang 30


25
terkecil sampai yang terbesar yang mulai
20
menyebabkan penglihatan kabur. Nilai 15
lensa minus terbesar yang mulai 10
Laki - laki
5 11 (21%)
menyebabkan penglihatan kabur
0
ditambah dengan +2,50 D. Lakukan Laki-laki Perempuan

prosedur yang sama pada mata kiri dan


Grafik 1. Distribusi Jenis Kelamin
kedua mata. Lalu hasil pemeriksaan Responden. Pada total subyek penelitian
didapatkan jenis kelamin laki – laki sebanyak
dicatat. 11 orang (21%), perempuan sebanyak 42
orang (79%).
Penelitian ini telah mendapatkan
persetujuan ethical clearance dari komisi
etik penelitian kesehatan RSUD dr.Saiful Usia
Anwar Malang dengan No: 11
( 21%) 20 - 30 Tahun
400/007/K.3/302/2019. 17 (32%) 31 - 40 Tahun
6 ( 11%) 41 - 50 Tahun
HASIL 51 - 60 Tahun

1.Karakteristik Responden
19 (36%)
Penelitian ini dilakukan di Poli
refraksi RSUD dr.Saiful Anwar Malang
Grafik 2. Distribusi Usia Responden. Usia
pada bulan Agustus 2019 sampai terbanyak antara 41-50 tahun sejumlah 19
Desember 2019. Pada penelitian ini responden (36%).

didapatkan 53 responden yang memenuhi 20 35.8%


32.1%
kriteria inklusi dan ekslusi. Dengan jumlah
15
Jumlah Pasien

22.6%
pasien laki-laki sebanyak 11 orang (21%)
10
dan pasien perempuan sebanyak 42
9.4%
orang (79%). Berdasarkan usia 5

didapatkan jumlah pasien usia 20 - 30 0


AMS AMK Myopia Emetropia
tahun sebanyak 11 orang (21%), usia 31 -
Status Refraksi
40 tahun sebanyak 6 orang (11%), usia
41- 50 tahun sebanyak 19 orang (36%) Grafik 3. Distribusi Status Refraksi. Status
refraksi terbanyak adalah emetropia.

4
Status refraksi pasien terdiri dari miopia
Lensa Minus OD RAF OD
sebanyak 17 orang (32%), AMS sebanyak
5.00 4.58
5 orang (9,4%), AMK sebanyak 12 orang 4.50
3.81 3.64
(23%), dan emetropia sebanyak 19orang 4.00 3.48
3.50 2.98
(36%). 3.00 2.71

DIOPTRI
2.50 2.17
2.00 1.49
2. Distribusi Amplitudo Akomodasi
1.50
4.00 3.77 1.00
3.58 3.44
3.50
0.50
Amplitudo Akomodasi

3.05 0.00
2.84 2.85
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00 Grafik 5. Rerata Hasil Pengukuran
0.50 Amplitudo Akomodasi pada Mata
0.00 Kanan.Secara keseluruhan, dari kedua
OD OS ODS metode didapatkan hasil miopia lebih tinggi
dibandingkan dengan status refraksi yang lain.
Lensa Minus RAF
Dari hasil pengukuran AA
Grafik 4.Rerata Amplitudo Akomodasi. menggunakan metode lensa minus pada
Secara keseluruhan hasil pengukuran AA
menggunakan metode Lensa Minus lebih mata kanan dengan status refraksi miopia
tinggi dibandingkan RAF Ruler.
didapatkan rerata AA sebesar 4.58 D,
Pada pengukuran AA dengan pada AMS memiliki rerata AA sebesar
menggunakan metode lensa minus, pada 3.48 D, pada AMK nilai rerata AA sebesar
mata kanan didapatkan hasil rata-rata 3.64 D dan pada emetropia memiliki
3.58 D, pada mata kiri didapatkan 3.44 D, rerata AA sebesar 2.17 D. Sedangkan
dan pada kedua mata didapatkan 3.77 D. hasil pengukuran menggunakan RAF
Pada pemeriksaan AA dengan Ruler pada mata kanan dengan status
menggunakan metode RAF Ruler, refraksi miopia didapatkan hasil rerata AA
didapatkan rerata AA pada mata kanan sebesar 3.81 D, pada AMS rerata AA
2.84 D, mata kiri 2.85 D, dan kedua mata sebesar 2.71 D, pada AMK rerata AA
3.05 D. sebesar 2.98 D dan pada emetropia
didapatkan rerata AA sebesar 1.49 D.
3.Distribusi Rerata Amplitudo
Akomodasi pada mata kanan (OD)

5
4.Distribusi Rerata Amplitudo 5.Distribusi Rerata Amplitudo
Akomodasi pada mata kiri (OS) Akomodasi pada mata kanan dan kiri

5.00 4.59 (ODS).


4.50 3.95
4.00 3.62 3.50 6.00
3.12 4.90
3.50 5.00
2.76
DIOPTRI

3.00 3.81 3.88 3.90


2.50 2.07 4.00 3.46

DIOPTRI
3.07
2.00 1.57 3.00 2.40
1.50 1.87
1.00 2.00
0.50 1.00
0.00
0.00

Emetropia

Lensa Minus OS RAF OS


Lensa Minus ODS RAF ODS

Grafik 6. Rerata Hasil Pengukuran


Grafik 7. Rerata Hasil Pengukuran
Amplitudo Akomodasi pada Mata Kiri.
Amplitudo Akomodasi pada Mata Kanan
Secara keseluruhan, dari kedua metode
dan Kiri. Secara keseluruhan, dari kedua
didapatkan hasil miopia lebih tinggi
metode didapatkan hasil miopia lebih tinggi
dibandingkan dengan status refraksi yang lain.
bila dibandingkan dengan Astigmatisma dan
emetropia.
Dari hasil pengukuran AA
Dari hasil pengukuran AA
menggunakan metode lensa minus pada
menggunakan metode lensa minus pada
mata kiri dengan status refraksi miopia
mata kanan dan mata kiri dengan status
didapatkan rerata AA sebesar 4.59 D,
refraksi miopia didapatkan hasil rerata AA
AMS sebesar 3.62 D, dan AMK sebesar
sebesar 4.90 D, pada AMS sebesar 3.88
3.50 D. dan pada emetropia nilai rerata
D, pada AMK sebesar 3.90 D, dan pada
AA sebesar 2.07 D. Sedangkan hasil
emetropia sebesar 2.40 D. Sedangkan
pengukuran menggunakan RAF Ruler
hasil pengukuran menggunakan RAF
pada mata kiri, dengan status refraksi
Ruler pada mata kanan dan kiri, dengan
miopia didapatkan hasil rerata AA sebesar
status refraksi miopia didapatkan hasil
3.95 D, AMS sebesar 3.12 D, AMK
rerata AA sebesar 3.81 D, pada AMS
sebesar 2.76 D, dan emetropia
sebesar 3.46 D, pada AMK sebesar 3.07
didapatkan rerata AA sebesar 1.57 D.
D, dan pada emetropia sebesar 1.87 D.
6. Uji Beda antara pemeriksaan
Monokular dan Binokular pada Metode
Lensa Minus dan RAF ruler.
Uji beda pada penelitian ini
menggunakan uji t-independent(p<0,05)
dengan software SPSS ver 20.00,
didapatkan hasil sebagai berikut

6
Tabel 1. Hasil uji beda antara Metode Lensa Minus dengan RAF Ruler
Metode Mean p Keterangan
OD Lensa Minus 3.45 0.114 Tidak Signifikan
RAF 2.73
OS Lensa Minus 3.33 0.175 Tidak Signifikan
RAF 2.74
ODS Lensa Minus 3.65 0.380 Tidak Signifikan
RAF 9.02

Dari hasil yang tercantum pada 7. Uji Perbedaan Amplitudo Akomodasi


Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa pada kelompok Usia
pengukuran AA menggunakan lensa Pada penelitian ini usia
minus dibandingkan metode RAF ruler dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu
pada pemeriksaan monokular (OD,OS) usia 20-30 tahun, usia 31-40 tahun, usia
dan binokular (ODS) memiliki perbedaan 41-50 tahun dan usia 51 sampai 60 tahun.
yang tidak signifikan.

Tabel 2. Hasil uji ANOVA nilai AA berdasarkan kelompok usia menggunakan metode RAF
ruler.
Metode Usia(tahun) N Mean Std. Deviation P
RAF Ruler OD 20 - 30 11 6.32 0.75
31 - 40 6 4.00 1.38 0.000
41 - 50 19 1.88 1.14
51 - 60 17 0.89 1.00
RAF Ruler OS 20 - 30 11 6.14 0.60
31 - 40 6 4.35 0.85 0.000
41 - 50 19 1.89 1.08
51 - 60 17 0.94 1.07
RAF Ruler ODS 20 - 30 11 5.89 1.76
31 - 40 6 4.64 1.02 0.000
41 - 50 19 2.16 1.12
51 - 60 17 1.22 1.62

Dari Tabel 2 menunjukkan hasil mengalami penurunan. Untuk melihat


pengukuran AA dengan menggunakan perbedaan antar kelompok (status
RAF ruler didapatkan hasil signifikan (p< refraksi) dilakukan uji lanjut menggunakan
0,05) dimana semakin tinggi usia, maka uji Tukey (tabel 4).
hasil pengukuran AA pada monokular
(OD,OS) maupun binokular (ODS)

7
Tabel 3. Hasil uji ANOVA nilai AA berdasarkan kelompok usia menggunakan Metode Lensa
Minus
Metode Usia(tahun) N Mean Std. Deviation P
Lensa Minus OD 20 - 30 11 6.77 0.91
31 - 40 6 5.17 0.75 0.000
41 - 50 19 2.96 0.86
51 - 60 17 1.20 1.25
Lensa Minus OS 20 - 30 11 6.59 0.85
31 - 40 6 4.87 0.89 0.000
41 - 50 19 2.90 0.77
51 - 60 17 1.21 1.27
Lensa Minus ODS 20 - 30 11 6.86 0.77
31 - 40 6 4.91 1.06 0.000
41 - 50 19 3.45 0.72
51 - 60 17 1.44 1.44

Dari Tabel 3 menunjukkan hasil pengukuran AA pada monokular maupun


pengukuran AA berdasarkan kelompok binokular mengalami penurunan. Untuk
usia dengan metode Lensa Minus melihat perbedaan antar kelompok
didapatkan hasil signifikan (p < 0,05) usia,dilakukan uji lanjut dengan uji Tukey
dimana semakin tinggi usia, maka hasil (tabel 5).

Tabel 4. Hasil uji Tukey nilai AA berdasarkan kelompok usia menggunakan metode RAF
ruler.
Perbandingan Usia (tahun) Beda AA p Keterangan
RAFruler OD 20-30 31-40 2.318 0.000 Signifikan
41-50 4.436 0.000 Signifikan
51-60 5.428 0.000 Signifikan
30-40 41-50 2.117 0.000 Signifikan
51-60 3.110 0.000 Signifikan
41-50 51-60 0.993 0.034 Signifikan
RAFruler OS 20-30 31-40 1.788 0.004 Signifikan
41-50 4.247 0.000 Signifikan
51-60 5.197 0.000 Signifikan
31-40 41-50 2.459 0.000 Signifikan
51-60 3.409 0.000 Signifikan
41-50 51- 60 0.950 0.026 Signifikan
RAFruler ODS 20-30 31-40 1.245 0.330 Tidak Signifikan
41-50 3.722 0.000 Signifikan
51-60 4.666 0.000 Signifikan
31-40 41-50 2.477 0.003 Signifikan
51-60 3.421 0.000 Signifikan
41-50 51-60 0.944 0.213 Tidak Signifikan

Berdasarkan hasil yang tercantum kelompok usia 20-30 tahun memiliki


pada tabel 4 diperoleh hasil perbandingan perbedaan yang tidak signifikan dengan
semua kelompok usia dengan kelompok usia 31-40 tahun. Kelompok
pemeriksaan monokular (OD dan OS) usia 41-50 tahun memiliki perbedaan yang
didapatkan hasil yang signifikan (p<0,05). tidak signifikan dengan kelompok usia 51-
Sedangkan pemeriksaan binokular (ODS) 60 tahun.

3
Tabel 5. Hasil uji Tukey nilai AA berdasarkan kelompok usia menggunakan metode lensa
minus.
Pengukuran Perbandingan Usia(tahun) Beda AA p Keterangan
Lensa Minus OD 20 - 30 31 - 40 1.606 0.014 Signifikan
41 - 50 3.816 0.000 Signifikan
51 - 60 5.571 0.000 Signifikan
31 - 40 41 - 50 2.210 0.000 Signifikan
51 - 60 3.965 0.000 Signifikan
41 - 50 51 - 60 1.755 0.000 Signifikan
Lensa Minus OS 20 - 30 31 - 40 1.724 0.006 Signifikan
41 - 50 3.692 0.000 Signifikan
51 - 60 5.379 0.000 Signifikan
31 - 40 41 - 50 1.968 0.001 Signifikan
51 - 60 3.654 0.000 Signifikan
41 - 50 51 - 60 1.687 0.000 Signifikan
Lensa Minus ODS 20 - 30 31 - 40 1.955 0.003 Signifikan
41 - 50 3.418 0.000 Signifikan
51 - 60 5.419 0.000 Signifikan
31 - 40 41 - 50 1.463 0.023 Signifikan
51 - 60 3.464 0.000 Signifikan
41 - 50 51 - 60 2.001 0.000 Signifikan

Berdasarkan hasil yang tercantum pada tabel 5 diperoleh perbandingan yang


signifikan (p<0,05) pada semua kelompok usia baik pada pemeriksaan monokular (OD,OS)
maupun binokular (ODS)
Tabel 6.Hasil uji ANOVA nilai AA berdasarkan kelompok status refraksi menggunakan
metode RAF ruler
N Mean Std. Deviation p
RAF ruler OD Miopia 17 3.93 2.58
AMS 5 3.15 2.69
0.012
AMK 12 2.81 2.35
Emetropia 19 1.48 1.19
RAF ruler OS Miopia
17 3.95 2.42
AMS 5 3.12 2.52 0.011
AMK 12 2.76 2.32
Emetropia 19 1.57 1.24
RAF Ruler ODS Miopia 17 3.81 2.52
AMS 5 3.46 2.53
0,072
AMK 12 3.07 2.39
Emetropia 19 1.87 1.66

Berdasarkan hasil yang tercantum pada monokular (OD,OS). Namun untuk


pada tabel 6 menunjukkan rerata AA binocular (ODS) memberikan perbedaan
pada berbagai status refraksi dengan yang tidak signifikan (p>0.05) pada semua
pengukuran menggunakan RAF ruler kelompok status refraksi.
didapatkan hasil yang signifikan (p <0,05)
Tabel 7.Hasil uji ANOVA nilai AA berdasarkan kelompok status refraksi menggunakan
metode lensa minus
N Mean Std. Deviation p
Lensa Minus OD Miopia 17 4.66 2.47
AMS 5 3.98 2.26
0.007
AMK 12 3.58 2.14
Emetropia 19 2.10 1.65
Lensa Minus OS Miopia 17 4.59 2.38
AMS 5 3.62 2.08
AMK 12 3.50 2.13 0.006
Emetropia
19 2.07 1.54
Lensa Minus ODS Miopia 17 4.90 2.39
AMS 5 3.88 2.01
0.007
AMK 12 3.90 2.03
Emetropia 19 2.40 1.67
Berdasarkan hasil yang tercantum pada minus didapatkan hasil yang signifikan
tabel 7 menunjukkan rerata AA pada (p<0,05), baik pada monokular (OD,OS)
berbagai status refraksi dengan maupun binokular (ODS
pengukuran menggunakan metode lensa

Tabel 8.Hasil uji Tukey perbedaan nilai AA berdasarkan kelompok status refraksi dengan
pemeriksaan menggunakan metode RAF ruler
Perbandingan Beda
Metode p Keterangan
Kelainan Refraksi AA
RAF ruler
Miopia tidak Signifikan
OD AMS 0.772 0.891
AMK 1.114 0.513 tidak Signifikan
Emetropia 2.446 0.006 Signifikan
AMS AMK 0.342 0.990 tidak Signifikan
Emetropia 1.673 0.408 tidak Signifikan
AMK Emetropia 1.332 0.336 tidak Signifikan
RAF ruler
Miopia tidak Signifikan
OS AMS 0.827 0.857
AMK 1.189 0.423 tidak Signifikan
Emetropia 2.381 0.006 Signifikan
AMS AMK 0.362 0.987 tidak Signifikan
Emetropia 1.554 0.441 tidak Signifikan
AMK Emetropia 1.193 0.401 tidak Signifikan
RAF ruler
tidak Signifikan
ODS Myopia AMS 0.359 0.989
AMK 0.744 0.808 tidak Signifikan
Emetropia 1.946 0.052 tidak Signifikan
AMS AMK 0.385 0.988 tidak Signifikan
Emetropia 1.588 0.487 tidak Signifikan
AMK Emetropia 1.202 0.459 tidak Signifikan

Berdasarkan hasil yang tercantum emetropia. Sedangkan pada pengukuran


pada tabel 8 pada pengukuran menggunakan RAF ruler binokular (ODS)
menggunakan RAF ruler monokular terdapat perbedaan AA yang tidak
(OD,OS) terdapat perbedaan AA yang signifikan (p>0,05) pada semua kelompok
signifikan (p<0,05) pada miopia dengan status refraksi.

10
Tabel 9.Hasil uji Tukey perbedaan nilai AA berdasarkan kelompok status refraksi dengan
pemeriksaan menggunakan metode Lensa Minus
Perbandingan Beda
Metode p Keterangan
Kelainan Refraksi AA
Lensa Minus OD Miopia AMS 0.688 0.918 tidak Signifikan
AMK 1.080 0.531 tidak Signifikan
Emetropia 2.561 0.004 Signifikan
AMS AMK 0.393 0.985 tidak Signifikan
Emetropia 1.874 0.301 tidak Signifikan
AMK Emetropia 1.481 0.239 tidak Signifikan
Lensa Minus OS Miopia AMS 0.969 0.783 tidak Signifikan
AMK 1.082 0.495 tidak Signifikan
Emetropia 2.516 0.003 Signifikan
AMS AMK 0.113 1.000 tidak Signifikan
Emetropia 1.547 0.434 tidak Signifikan
AMK Emetropia 1.434 0.233 tidak Signifikan
Lensa Minus
Myopia AMS tidak Signifikan
ODS 1.014 0.762
AMK 0.998 0.567 tidak Signifikan
Emetropia 2.497 0.003 Signifikan
AMS AMK -0.016 1.000 tidak Signifikan
Emetropia 1.484 0.476 tidak Signifikan
AMK Emetropia 1.499 0.204 tidak Signifikan

Berdasarkan hasil yang tercantum karena jenis kelamin tidak mempengaruhi


pada tabel 9 pada pengukuran komponen refraksi.1,2 Pada penelitian ini
menggunakan metode Lensa Minus usia responden dikelompokkan menjadi 4
monokular (OD,OS) terdapat perbedaan kelompok yaitu usia 20 - 30 tahun
AA yang signifikan pada miopia dengan sebanyak 11 orang (21%), usia 31 - 40
emetropia. Sedangkan pada pengukuran tahun sebanyak 6 orang (11%), usia 41 -
menggunakan metode Lensa 50 tahun sebanyak 19 orang (36%) dan
Minusbinocular (ODS) terdapat perbedaan usia 51 - 60 tahun sebanyak 17 orang
AA yang signifikan pada miopia dengan (32%). Status refraksi pasien terdiri dari
emetropia. Sedangkan pada status miopia sebanyak 17 orang (32%), AMS
refraksi yang lain memberikan perbedaan sebanyak 5 orang (9,4%), AMK sebanyak
yang tidak signifkan. 12orang (23%), dan emetropia sebanyak
19orang (36%).
DISKUSI Hasil pengukuran AA
Pada penelitian ini terdapat menggunakan metode lensa minus
sampel sebanyak 53 orang yang terdiri binokular (ODS) didapatkan hasil lebih
dari 11orang (21%) laki – laki dan 42 tinggi sebesar 3.77 D bila dibandingkan
orang (79%) perempuan. Berdasarkan dengan hasil binokular (ODS) RAF Ruler
hasil penelitian Majumder (2015) dan yaitu 3.05 D. Hal ini tidak sesuai dengan
Weimer dkk (2008) didapatkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Moghadam
jenis kelamin tidak mempengaruhi nilai AA dkk (2014) yang membandingkan metode

11
push-up dengan metode lensa minus. lemah atau inervasi parasimpatis yang
Pada penelitiannya didapatkan hasil pada kuat, yang memungkinkan untuk
metode push-up memiliki nilai AA yang mengurangi rentang yang dapat dicapai
lebih tinggi dibandingkan dengan metode dari respons simpatis yang akan
lensa minus. Hal ini karena semakin dekat mempengaruhi penglihatan jarak
jarak, maka ukuran angular dari gambaran jauh.13,14,15
retina meningkat dan stimulasi proksimal Pada penelitian ini hasil
9
akomodasi juga meningkat. Pendapat pengukuran AA berdasarkan usia pada
yang sama juga dikemukakan oleh metode pengukuran menggunakan RAF
Rosenfield dan Leon (2012) yang ruler monokular (OD, OS) dan metode
menyebutkan bahwa pengukuran AA lensa minus monokular (OD,OS)
menggunakan metode push-up akan didapatkan hasil yang signifikan (p<0,05).
menghasilkan angka yang lebih tinggi Hal ini sesuai dengan penelitian yang
karena jarak target berkurang sehingga dilakukan oleh Kaufman (1894), dan
akan meningkatkan ukuran sudut dari Duane (1909,1912), penelitian mereka
gambaran retina. Grosvernor (2007) menyatakan bahwa nilai AA berubah
mengatakan bahwa pada pengukuran AA sesuai dengan usia, dimana nilai AA pada
dengan metode push-up, terdapat faktor usia muda lebih besar dibandingkan usia
kedalaman fokus, ukuran target, dan tua dan nilainya akan menjadi 0 pada
pencahayaan.10,11,12 individu presbiopia.3-4
Hasil pengukuran AA Pada penelitian ini didapatkan
menggunakan metode lensa minus perbedaan nilai AA yang signifikan
monokular (OD) pada kelompok miopia (p<0,05) menggunakan RAF ruler dan
memiliki AA yang paling tinggi (4.58 D) metode lensa minus monokular (OD,OS)
dibandingkan dengan kelompok AMS, pada kelompok miopia dengan emetropia,
AMK dan emetropia. Begitu pula hasil sedangkan untuk pengukuran binokular
pengukuran AA menggunakan lensa (ODS) dengan RAF ruler menunjukkan
minus monokular (OS) pada kelompok hasil yang tidak signifikan pada semua
miopia didapatkan hasil paling tinggi (4.59 kelompok status refraksi. Pengukuran
D). Hasil yang sama juga didapatkan pada menggunakan metode lensa minus
pengukuran AA menggunakan lensa binokular (ODS) didapatkan hasil yang
minus binokular (ODS) pada kelompok signifikan (p<0.05) pada kelompok miopia
miopia memiliki AA yang paling tinggi dengan emetropia. Menurut Burns et al
(4.90 D). Maddock dkk menyatakan (2014) dan Duane (1922) nilai AA yang
bahwa miopia ringan memiliki AA yang diukur secara monokular lebih rendah
lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena dibandingkan dengan binokular karena
miopia memiliki sistem simpatis yang pada saat monokular posisi bola mata

13
berada pada satu bidang dengan visual dilakukan penelitian lanjutan dengan
aksis, sedangkan pada saat binokular metode pengukuran AA secara obyektif
posisi bola mata berada pada garis menggunakan metode retinoskop dinamik.
tengah sehingga excess of Selain itu diperlukan rentang waktu
accommodative convergen akan pengambilan sampel yang lebih panjang
meningkatkan nilai AA.16 dan jumlah sampel yang lebih banyak
untuk mendapatkan status refraksi yang
KESIMPULAN DAN SARAN lebih bervariasi.
Pengukuran AA menggunakan
RAF ruler monokular (OD,OS) terdapat DAFTAR PUSTAKA
perbedaan signifikan pada miopia dengan 1. Abraham L M, Kuriakose T,
Sivanandam V, et al. Amplitude of
emetropia, sedangkan pada pengukuran
Accommodation and its Relation to
RAF ruler binokular (ODS) tidak terdapat Refractive Errors. Indian J
OphthaLensa Minusol. 2005; 53: 105-8
perbedaan AA yang signifikan pada
2. Taub Marc B. A Comparison of Three
semua kelompok status refraksi.
Clinical Test of Accommodation to
Pengukuran AA menggunakan metode Hofstetter’s Norms to Guide Diagnosis
and Treatment. 2010
lensa minus monokular (OD,OS) dan
3. Anderson H A, Stuebing KK. Subjective
binokular (ODS) terdapat perbedaan yang
vs objective accommodative
signifikan pada miopia dengan emetropia. amplitude:preschool to emetropia.
2014; 91(11): 1290-1301
Pengukuran AA menggunakan
4. Tabernero Juan, Chirre Emmanuel,
RAF ruler binokular (ODS) pada kelompok Hervella Lucia, Prieto Pedro and Artal
usia antara 20-30 tahun dengan 31-40 Pablo. The Accommodative Ciliary
Muscle Function is Preserved in Older
tahun, dan kelompok usia 41-50 tahun Humans. Scientific Reports; 2016
dengan 51-60 tahun tidak berbeda 5. Sterner Bertil, Gellerstedt Martin and
signifikan. Pengukuran AA menggunakan Sjostrom Anders. Accommodation and
the Relationship to Subjective
metode lensa minus monokular (OD,OS) Symptoms with Near Work for Young
dan binokular (ODS) pada semua School Children. Ophthal. Physiol. Opt.
2006; 26:148-155
kelompok usia berbeda signifikan.
6. Sompel DVD, Kunkel GJ, Hersh PS,
Secara keseluruhan pengukuran Smits AJ. Model of Accommodation:
AA menggunakan metode lensa minus Contributions of Lens Geometry and
Mechanical Properties to
monokular (OD,OS) maupun binokular TheDevelopment of Emetropia. J
(ODS) memiliki nilai AA lebih tinggi dari Cataract Refract Surg. 2010:36:1960-
71.
RAF ruler.
7. Ljubimova D, Eriksson A, Bauer S.
Penelitian ini masih banyak Aspects of Eye Accommodation
kekurangannya karena metode Evaluated by Finite Elements.
Biomechan Model Mechanobiol.
pengukuran yang digunakan memiliki 2008:7:139–50.
subyektifitas yang tinggi, sehingga perlu

14
8. Martínez PC, Munoz AG, Cantero
MTR. Do We Really Know The
Prevalence of Accomodative and
Nonstrabismic Binokular Dysfunctions?
J Optom. 2010:03:185-97
9. Allen PM, O’Leary DJ. Accommodation
Functions: Co-dependency and
Relationship to Refractive Error. Vision
Res. 2006; 46 (4): 491-505.
10. Rosenfield M., Cohen, A. S.,
Repeatability of Clinical Measurement
of the Amplitude of Accommodation.
Opthalmic Physiol Opt. 1986;16(3):247-
249.
11. Leon, A. A., Medrano, S. M.,
Rosenfield, M., A Comparison of the
Reliability of Dynamic Retinoscopy and
Subjective Measurements of Amplitude
of Accommodation. Ophthalmic
PhysiolOpt. 2012;32(2):133-141.
12. TP. Grosvernor., Primary Care
th
Optometry. 5 ed. Oxford, Butterworth-
Heinmann.2007.
13. Moghadam, M. H., Kundart, J.,
Askarizadeh, F., Comparing
Measurement Ostrin, L. A., Glasser, A.,
Accommodation Measurements in Pre-
presbyopic and Presbiopic Population.
J Caratact Refract
Suer.2004;30(7):1435-1444.
14. Taub, M. B., Shallo-Hoffmann, J., A
Comparison of Three Clinical Tests of
Accommodation Amplitude to
Hofstetter's Norm to Guide Diagnosis
and Treatment. Optom Vis Dev.,
2012;43(4):180-190.
15. Burns, D. H., Bruce, J. W., Allen, P. M.,
Clinical Measurement of Amplitude of
Accommodation: a Review. Optometry
in Practice. London. 2014. p75-86.
16. Techniques of Accommodative
Amplitude. Indian J.
Ophthalmol.2014;62(6):683-687.

15

You might also like