13 - Endah Kanti-Unnes PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

PENGGUNAAN CARBON FIBER REINFORCED PLATE SEBAGAI BAHAN

KOMPOSIT EKSTERNAL PADA STRUKTUR BALOK BETON BERTULANG

The Use of Carbon Fiber Reinforced Plate as Externally Bonded Composite


Material of Reinforced Concrete Beam Structure

Endah Kanti Pangestuti


Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229, email : endahkp@gmail.com

ABSTRACT

The flexural strengthening of reinforced concrete beam can be considered with applied externally bonded steel plate
or carbon fiber composite. This external plate is bonded to the tension face of the concrete beam. Experimental study on
reinforced concrete strengthening with Carbon Fiber Reinforced Plate (CFRP) has been conducted to estimate the
effectiveness of using CFRP on the concrete structure as flexural strengthening material and external reinforcement.
Two beams were provided in this study to test the flexural strengthening effect of externally bonded CFRP composite.
One of them was used for normal condition (BT). The other specimen is the reinforced concrete beam with single steel
reinforcement and laminated CFRP (BTF). On the second beam, CFRP laminated on the bottom of beam with epoxy.
Dimension of the beams are 150/250 mm with effective length 1900 mm. All beams were tested using two-point loading to
get pure bending in the middle span. The result of the experimental research showed that the ultimate load of the beam
with externally bonded CFRP( BTF) is 49% higher than BT; stiffness of the strengthened beam BTF is 68% higher than
BT; and cracking moment of the strengthened beam BTF is 50% higher than BT. However, the deformation and ductility
of the strengthened beam BTF is lower than BT 77.6% and 73% respectively.. The failure phenomenon of the concrete
beam with laminated CFRP is prior debonding CFRP that makes maximum performance of the CFRP not be reached.

Key words : Carbon Fiber Reinforced Plate (CFRP), flexural strengthening, reinforced concrete beam, debonding failure

PENDAHULUAN Namun demikian hal tersebut menyebabkan tidak


tersedianya lekatan yang cukup antara tulangan baja
Beton merupakan material yang banyak dan beton, sehingga aksi komposit yang diharapkan
digunakan pada bidang konstruksi bangunan sipil. tidak dapat terjadi. Terlebih lagi baja tulangan
Beberapa alasan yang mendasari penggunaan merupakan material yang rentan terhadap korosi
material ini karena bahan dasarnya mudah apabila tanpa perlindungan, sehingga cara menjadi
didapatkan, mempunyai kuat tekan yang besar, tidak efektif.
tahan air dan cuaca, serta mudah dibentuk. Akan
tetapi beton mempunyai perilaku yang spesifik yaitu
mempunyai kuat tarik yang lebih kecil dari kuat
Cc Cc
tekannya. Karena itu material beton umumnya h
digabungkan dengan material lain yang mempunyai h Jd
Jd
kekuatan tarik besar, seperti baja tulangan atau baja Ts Tf
profil, sehingga merupakan kesatuan struktur yang b Tulangan baja b
komposit. CFRP
Besarnya kapasitas momen yang dihasilkan Gambar 1. Penempatan baja dan CFRP pada balok.
oleh beton bertulang salah satunya ditentukan oleh
penempatan tulangan baja di dalam beton (jarak jd). Dimana :
Semakin besar jarak jd maka kapasitas momen (M) b : lebar balok
yang terjadi makin besar pula. Agar kapasitas h : tinggi balok
momen balok dapat bekerja optimal maka tulangan Cc : gaya tekan beton
harus diletakkan di serat tarik balok yang paling Ts : gaya tarik tulangan baja
jauh, dengan kata lain untuk mendapatkan jd yang Tf : gaya tarik CFRP
maksimal maka tulangan baja ditempatkan pada Jd : jarak Cc terhadap Ts atau Cc terhadap Tf
serat tarik terluar beton seperti terlihat pada
Gambar 1.

180 Penggunaan Carbon Fiber Reinforced Plate Sebagai Bahan…………..(Endah Kanti P)


Di lain pihak ada Carbon Fiber Reinforced Dimana :
Plate (CFRP) yang menawarkan beberapa P : beban
keunggulan yang tidak dimiliki oleh baja tulangan L : bentang balok
yaitu : mempunyai kuat tarik yang jauh lebih tinggi d : jarak serat tekan terluar terhadap tulangan
dari kuat tarik baja tulangan, yaitu sebesar 2800 a : jarak beban P terhadap tumpuan
MPa, mempunyai kekakuan yang cukup tinggi Bid.D: bidang/diagram gaya geser
dimana modulus elastisitasnya (E) 165.000 MPa, Bid.M: bidang/diagram momen lentur
tidak mengalami korosi karena terbuat dari bahan
non logam, mempunyai penampang yang kecil dan Kuat Lentur Balok Berpenampang Persegi
ringan dengan berat 1,5 g/cm3, serta mudah Kondisi tegangan – regangan penampang beton
pemasangannya. yang mengalami lentur dapat dilihat pada Gambar 3,
Penelitian yang dilakukan ini merupakan kajian dimana a) penampang balok, b) diagram regangan,
eksperimental dengan penambahan CFRP pada balok c) diagram tegangan aktual, dan d) diagram tegangan
beton bertulang sebagai tulangan eksternal. persegi, sedangkan Cc adalah gaya tekan beton, Ts
Penempatannya secara eksternal di bagian luar balok adalah gaya tarik tulangan baja dan jd adalah jarak
tanpa perlindungan tidak akan menyebabkan korosi dari Cc sampai Ts
karena terbuat dari bahan non-logam. Selain itu jarak c =0.003 0.85 f c
jd dapat dioptimalkan sehingga dapat menghasilkan
Cc
kapasitas momen lentur yang maksimal pula. Cc
 c
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui a=1.c
d
h jd
manfaat penggunaan CFRP sebagai tulangan  g.n
eksternal pada balok beton bertulang, sehingga dapat Ts
T
 Ts
diketahui sejauh mana pengaruhnya terhadap s
kapasitas momen lentur yang dihasilkan. b
(a) (b) (c) (d)
LANDASAN TEORI
Gambar 3. Distribusi tegangan - regangan beton
Balok Lentur
Struktur balok beton bertulang dengan tumpuan dimana :
sederhana (simple beam) yang dibebani secara b : lebar balok
simetris dengan dua buah gaya P sejauh a dari h : tinggi balok
tumpuan, maka akan terjadi keadaan lentur murni a : tinggi distribusi tegangan persegi ( = 1.c )
yaitu dimana momen konstan sebesar P.a di daerah gn : garis netral
antara kedua beban P (Gambar 2). Untuk 1 : faktor koreksi
mendapatkan uji lentur struktur balok dapat c : jarak garis netral dari serat tekan terluar
dilakukan dengan membuat perbandingan antara d : jarak serat tekan terluar terhadap tulangan
bentang geser dan tinggi efektif balok (a/d)  3), Cc : gaya tekan beton
serta mendesain agar keruntuhan yang akan terjadi Ts : gaya tarik tulangan
adalah keruntuhan tarik (Tension Failure). Jd : jarak Cc terhadap Ts
f’c : kuat tekan beton
fy : kuat leleh baja
As : luas penampang tulangan
P
P Tulangan tarik
Berdasarkan Gambar 3 maka :
d
Cc = 0.85 f c . a . b (1)
Ts = As . fy (2)
a a b

L Syarat kesetimbangan gaya-gaya dalam adalah


(Bid. D)
P Cc + Ts = 0 (3)
P
Cc = Ts (4)

(Bid. M) 0.85 fc . a . b = As . fy (5)

Gambar 2. Bentuk pembebanan balok dalam keadaan As . fy (6)


a =
lentur murni 0.85 fc . b

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 9, Nomor 2, Juli 2009 : 180 - 188 181
Berdasarkan gaya-gaya yang bekerja di atas, momen produsen. Tegangan tariknya sebesar > 2800 MPa
nominal penampang adalah : dengan modulus elastisitas (E) sebesar 165000 MPa
sedang tegangan tarik saat putus sebesar 3100 MPa.
Mn = As . fy . jd (7) Spesifikasi data teknis CFRP yang dipakai dapat
dilihat pada Tabel 1.
Apabila balok beton dipasang CFRP maka kuat
lentur balok yang terjadi adalah seperti yang Tabel 1. Karakteristik CFRP (PT.Sika Indonesia)
diusulkan oleh Kuriger et al (2001), seperti pada Properties CFRP
Gambar 4, dimana TF adalah gaya tarik CFRP dan Kuat tarik 2800 MPa
jdF adalah jarak dari Cc sampai TF. Modulus- E 165.000 MPa
cu > 1,7 %
c Tebal / lebar 0,8 mm / 50 mm
0.85 f c
Berat isi 1,50 g/cm3
Cc
 c a=1.c
d
1.1.1.1.1.1.1
h
jd Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa
g.n jdF
bila dibandingkan dengan tulangan baja maka CFRP
Ts Ts C
 mempunyai kuat tarik yang cukup tinggi dan berat
TF TF
b
Tulangan yang lebih ringan, akan tetapi lebih lunak dari baja
CFRP ckarena modulus elastisitasnya lebih kecil dibanding
(a) (b) (c) (d) modulus elastisitas baja (Es = 200.000 MPa).

Gambar 4. Distribusi tegangan regangan beton Epoxy (PEREKAT )


dengan penambahan CFRP Penggunaan CFRP sebagai tulangan eksternal
pada struktur beton memerlukan bahan pengikat agar
dimana : diperoleh aksi komposit antara beton dan CFRP.
TF : gaya tarik tulangan Data teknis tentang epoxy adhesives merupakan data
jdF : jarak Cc terhadap TF sekunder dari PT. Sika Nusa Pratama selaku
fyF : kuat leleh baja produsen. Perekat yang dipakai adalah epoxy
AsF : luas penampang tulangan adhesives jenis Sikadur 30 yang terdiri dari dua
komponen, yaitu komponen A yang berwarna putih
Berdasarkan Gambar 4 : dan komponen B yang berwarna abu-abu tua.
TF = AsF . fyF (8) Perbandingan antara campuran komponen A :
komponen B adalah 3 : 1 dan warna setelah
Syarat kesetimbangan gaya-gaya dalam penampang tercampur adalah abu-abu terang, Konsumsi perekat
balok dengan perkuatan CFRP : ( bahan A + bahan B) sebesar 0,34 kg/m yang
Cc = Ts + TF (9) dioleskan pada permukaan beton dan permukaan
0.85 f c.a.b = As.fy + AsF .fyF (10) CFRP secara merata dengan ketebalannya kurang
lebih 2 mm setiap sisi. Spesifikasi data teknis epoxy
0.85 f c . b (11) yang dipakai dapat dilihat pada Tabel 2.
a =
As . fy + AsF . fyF
Tabel 2. Karakteristik Epoxy (PT. Sika Indonesia)
sehingga akan menghasilkan : Properties Epoxy
Mn = As . fy . jd + AsF . fyF . jdF (12) Modulus – E 12.800 MPa
Kuat lekat pada beton > 4 MPa
Berdasarkan kedua bentuk persamaan (7) dan
(12), maka terlihat adanya penambahan pada Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa
kapasitas lenturnya sebesar (AsF . fyF. jdF). Sehingga perekat yang digunakan mempunyai modulus
dapat dikatakan bahwa dengan penambahan CFRP elastisitas E yang lebih kecil dari modulus elastisitas
kapasitas lenturnya akan meningkat. beton (Ec = 20.000 MPa), sehingga dapat dikatakan
epoxy lebih lunak dari beton.
Carbon Fiber Reinforced Plate (CFRP)
CFRP merupakan bahan perkuatan lentur dan Mekanisme Keruntuhan Balok yang diberi CFRP
dipasang pada permukaan bawah balok. Bahan yang Menurut Kuriger et al (2001) pola keruntuhan
dipakai adalah type Sika Carbodur S508 dengan data pada struktur balok yang diberi CFRP dapat
teknis diambil dari brosur dan merupakan data dibedakan menjadi tiga jenis yaitu : keruntuhan
sekunder dari PT. Sika Nusa Pratama selaku geser, debonding failure, dan keruntuhan pada

182 Penggunaan Carbon Fiber Reinforced Plate Sebagai Bahan…………..(Endah Kanti P)


CFRP. seperti yang telihat pada Gambar 5. Dari Penulangan direncanakan dengan rasio luas tulangan
ketiga jenis keruntuhan tersebut maka yang () yang memenuhi persyaratan sistem tulangan
dikehendaki adalah keruntuhan pada CFRP terlebih underreinforced. Material komposit CFRP
dahulu (CFRP rupture), karena dengan demikian ditambahkan pada balok uji secara eksternal
seluruh kekuatan CFRP dapat bekerja secara sebanyak satu lapis dengan ukuran lebar 50 mm dan
optimal. tebal 0,8 mm, seperti terlihat pada Gambar 6 dan 7.
Retak
(crack)

Debonding failure
CFRP Concret

shear
Gambar 5. Mekanisme keruntuhan balokruptur
beton
bertulang dengan perkuatan CFRP failure

Gambar 6. CFRP
e
Kuriger et. al. (2001) menunjukkan bahwa
pengujian lentur terhadap balok-balok yang diberi
CFRP akan mengakibatkan pengurangan regangan
11,5% sampai 58,6% pada tulangan tarik, dan
pengurangan regangan tekan beton 3% sampai
33,5% serta mengurangi defleksi pada balok 8 %
sampai 53,1%. Sedangkan tipe keruntuhan yang
terjadi adalah keruntuhan geser pada beton,
keruntuhan pada CFRP dan debonding pada CFRP
yang mana didominasi oleh debonding CFRP.
Aprile et. al. (2001) menyatakan bahwa pelat
CFRP yang dilekatkan pada bagian bawah balok
diperhitungkan sebagai satu kesatuan struktur yang Gambar 7. Pemasangan CFRP pada balok
menerima beban bersama-sama. Aksi komposit
tersebut hanya dapat terjadi karena adanya lekatan Parameter Pengujian
yang baik antara kedua bahan tersebut. Peran bond Dalam penelitian ini jumlah benda uji yang
sangat penting dalam menyalurkan tegangan dari dibuat sebanyak dua buah, yaitu : 1 buah balok
beton ke CFRP atau sebaliknya. Kegagalan balok dengan tulangan tunggal tanpa CFRP (BT) dipakai
beton bertulang yang diperkuat dengan pelat CFRP sebagai balok kontrol, dan 1 buah balok tulangan
selalu diawali dengan debonding pada pelatnya. tunggal diberi CFRP pada serat tariknya (BTF).
Purwanto (2001) menunjukkan bahwa Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 8.
penambahan CFRP pada balok beton bertulang Data hasil pengujian lentur kedua benda uji
pascabakar dapat meningkatkan kekakuan sebesar tersebut dibandingkan untuk mengetahui perubahan
2,41%, daktilitas turun sebesar 18,01% dan kuat respon struktur balok akibat penambahan CFRP.
lentur ultimit naik sebesar 6,06% terhadap beton
pasca bakar. Set Up Pengujian
Set up pengujian seperti terlihat pada Gambar 9.
METODE PENELITIAN Benda uji balok beton bertulang ditempatkan pada
loading frame dan tumpuan dikondisikan sendi – roll
Pembuatan Benda Uji pada kedua ujungnya. Pembebanan dilakukan di dua
Benda uji dalam penelitian ini adalah balok titik secara simetris dengan jarak 600 mm antar titik
beton bertulang dengan ukuran lebar 150 mm, tinggi pembebanan dan sejauh 650 mm dari masing-masing
250 mm dan bentang 2000 mm. Benda uji terbuat tumpuan. Pembebanan dilakukan dengan cara
dari beton dengan kuat tekan rata-rata (fc) = 32,97 memberikan beban statik secara bertahap dengan
MPa. Dua buah tulangan tarik diameter 13 mm interval kenaikan sebesar 200 kg, dengan bantuan
(213 mm) dengan tegangan leleh fy = 336 MPa hidraulick jack dan load cell. Untuk mengetahui
ditempatkan pada kedalaman 203,5 mm (Gambar 8). defleksi yang terjadi maka pada balok uji dipasang

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 9, Nomor 2, Juli 2009 : 180 - 188 183
tiga buah LVDT (Linear Variable Displacement HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tranducer). Dua buah ditempatkan pada tumpuan
dan sebuah di tengah bentang balok. Baja tulangan
Untuk mengukur regangan pada beton dipasang Baja tulangan yang dipakai pada penelitian ini
strain gauge pada sisi tekan terluar balok, sedangkan adalah tulangan ulir dengan diameter 13 mm. Hasil
untuk mengukur regangan tarik maka dipasang strain uji kuat tarik baja diperoleh nilai tegangan leleh rata-
gauge pada tulangan dan CFRP. Data pertambahan rata sebesar 336,13 MPa dan tegangan maksimum
beban, defleksi dan regangan tercatat melalui data rata-rata sebesar 439,435 MPa.
logger. Pembebanan akan dihentikan jika benda uji
sudah runtuh dan data logger yang membaca Kuat Tekan Beton
besarnya beban dari load cell tidak bertambah. Adukan beton pada penelitian ini dirancang
menurut Standar Departemen Pekerjaan Umum
Strain gauge dengan kuat tekan beton rencana sebesar 30 MPa.
Perbandingan campuran beton berdasarkan berat
250
antara semen : pasir : kerikil adalah 1 : 2,03 : 3,01
dengan faktor air semen 0,61 dan nilai slump 7,5 cm.
Berdasarkan hasil uji kuat tekan silinder ukuran 150
D8 650 2 D13
50 650 600 150 mm x 30 mm kuat tekan beton rata-rata yang didapat
50
32,97 MPa lebih besar dari kuat tekan beton rencana
a. Balok tulangan tunggal (BT)
2000 sebesar 30 MPa.
Strain Gauge
Respon Balok Terhadap Pembebanan
Balok BT
250
Retak awal (first crack) terlihat pada beban 1,2
ton yang menandakan beton memasuki cracked stage
2D13 D8 CFRP
150 artinya beton sudah melampaui regangan tariknya,
150
50 650 600 650 50 sehingga gaya tarik yang timbul dipikul oleh
tulangan hal itu dengan munculnya retak rambut di
b. Balok tulangan tunggal ditambah CFRP (BTF) daerah lentur balok.

Gambar 8. Balok uji


Loading
Frame
Load Cell

Hydraulic Jack

Distribusi Beban
Benda Uji

Tumpuan

Data Logger

LVDT
Gelagar

Gambar 9. Set Up Pengujian

184 Penggunaan Carbon Fiber Reinforced Plate Sebagai Bahan…………..(Endah Kanti P)


Pada Gambar 10 terlihat bahwa sampai pada Kemudian beban berangsur turun dan berhenti pada
beban 1,2 ton terjadi pertambahan lendutan yang 3,7 ton dengan lendutan maksimum yang terjadi
sangat kecil, artinya respon beban-lendutan pada sebesar 49 mm.
balok BT menunjukkan kekakuan yang besar.
Pada Gambar 11 terlihat pertambahan regangan
yang sangat kecil pada tulangan baja di awal
pembebanan hingga beban 1,2 ton, yang
membuktikan bahwa dalam kondisi uncracked stage
beton masih mampu menahan gaya tarik, sehingga
peran tulangan dalam memikul gaya tarik masih
sangat kecil.

BT
6000

5000
Beban (Kg)

4000

3000 Gambar 12. Pola keruntuhan BT


2000

1000

0 Balok BTF
0 10 20 30 40 50 60 First crack terlihat pada beban 1,8 ton yang
Lendutan (mm) menandakan beton sudah melewati batas regangan
tariknya (cracked stage), sehingga peran tulangan
dan CFRP mulai berarti dalam memikul gaya tarik
Gambar 10. Hubungan antara P- balok BT yang bekerja. Hal itu terlihat pada Gambar 13 grafik
mulai terlihat agak landai setelah beban 1,8 ton yang
BT artinya kekakuan balok mulai turun, sedangkan pada
6000 Gambar 14 membuktikan bahwa gaya tarik yang
5000 timbul sudah dipikul sepenuhnya oleh tulangan dan
Beban (Kg)

4000 CFRP. Kedua grafik beriringan sampai pada beban


3000 5,4 ton, artinya tulangan baja dan CFRP masih
2000
bekerja sama dalam memikul gaya tarik yang terjadi.
1000
Setelah beban melewati 5,4 ton perbedaan regangan
0
tulangan dan CFRP semakin besar hal itu
disebabkan karena terjadi slip antara tulangan dan
beton sehingga transfer tegangan dari beton ke
Tul.baja tulangan menjadi kecil. Kondisi tersebut berlangsung
sampai mendekati beban 7,0 ton.

0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006 0.007


Beban - Lendutan BTF
regangan
8000
Gambar 11. Hubungan antara P- balok BT 7000
Beban (Kg)

6000
5000
4000

Pada Gambar 10 terlihat bahwa setelah beban 3000


2000
melewati 4,5 ton lendutan mulai bertambah besar, 1000

artinya kekakuan balok mulai turun akibat kinerja 0


0 2 4 6 8 10 12
tulangan dalam mentransfer tegangan tarik melemah.
Lendutan (mm)
Bersamaan itu regangan pada serat tekan beton sudah
melampui batas ultimit cu = 0,0030, sehingga pada Gambar 13. Hubungan P- balok BTF
serat tekan beton mulai mengalami retak horisontal
atau terjadi crushing concrete, seperti terlihat pada
Gambar 12. Setelah itu pertambahan lendutan
semakin besar sampai dengan balok runtuh pada
beban ultimit 5,1 ton, lendutan mencapai 31,5 mm.

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 9, Nomor 2, Juli 2009 : 180 - 188 185
BTF Beban - Lendutan BT dan BTF

8000 8000
7000 7000
6000 6000

Beban (kg)
5000
5000
Beban kg

4000
4000
3000
3000
2000 CFRP
2000
Tul.baja BT
1000
1000 BTF
0
0 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005 0,006 0,007 0,008 0,009 0,01 0
0 10 20 30 40 50 60
Regangan
Lendutan (m m )

Gambar 14. Hubungan antara P- balok BTF


Gambar 16. Hubungan P- pada BT dan BTF

Pada beban 7,6 ton CFRP mengalami Beban Ultimit


debonding atau terlepas dari beton, akibatnya gaya Dari Gambar 16 terlihat bahwa balok BT dapat
tarik yang bekerja tidak ada yang menahan sehingga mencapai beban ultimit sebesar 5,1 ton sedangkan
balok mengalami keruntuhan, seperti terlihat pada BTF mampu mencapai 7,6 ton. Jadi penambahan
Gambar 15. Debonding CFRP terjadi pada saat CFRP pada balok dapat meningkatkan beban ultimit
regangan CFRP mencapai 0,0092 atau 54,4 % dari sebesar 49 %.
regangan yang diharapkan bisa terjadi yaitu sebesar Dari Tabel 3 terlihat bahwa balok BT bekerja
0,0169, sedangkan tegangan tarik yang bekerja optimal 95,8 % dari hasil perhitungan teoritisnya.
sebesar 1518 MPa atau 54,4 % dari tegangan tarik Sedangkan kemampuan balok BTF hanya sebesar
yang bisa dicapai yaitu sebesar 2800 MPa. Jadi dapat 58,6% dari hasil teoritisnya. Perhitungan teoritis
dikatakan bahwa CFRP belum bekerja optimal yang dilakukan menganggap bahwa CFRP dan beton
karena terjadi debonding pada material tersebut. bekerja sempurna sebagai struktur komposit. Akan
tetapi pada eksperimen yang dilakukan terjadi
debonding dari CFRP terlebih dulu sebelum
material tersebut bekerja optimal. Walaupun begitu
kemampuan BTF masih lebih tinggi 49 % dari pada
BT sebagai balok normal.

Tabel 3. Beban ultimit balok


Kode P (ton)
Benda uji Ekspr. Teoritis eksp/teo
debonding BT 5,1 5,32 0,958
BTF 7,6 12,97 0,586

Daktilitas
Daktilitas pada balok diukur berdasarkan
lendutan maksimum dibagi dengan lendutan pada
saat leleh (u/y). Dari Gambar 16 terlihat bahwa
Gambar 15. Pola keruntuhan BTF lendutan maksimum yang terjadi pada BTF yaitu 11
mm, lebih kecil dibandingkan dengan lendutan
maksimum pada balok BT yaitu 49 mm. Jadi dengan
Perbandingan Balok BT dan BTF demikian penambahan CFRP dapat menurunkan
Setelah dilakukan pengujian lentur maka dapat daktilitas sebesar 73 %. Besar lendutan selengkapnya
diketahui respon balok uji terhadap pembebanan. dilihat pada Tabel 4.
Dengan penambahan CFRP secara eksternal pada
serat tarik ternyata benda uji menunjukkan pengaruh Defleksi (lendutan)
yang baik, hal itu dapat dilihat pada benda uji BT Defleksi pada balok balok diukur berdasarkan
yang tidak diberi CFRP dengan BTF balok yang lendutan maksimum yang terjadi. Dari Gambar 16
diberi CFRP. terlihat bahwa lendutan maksimum yang terjadi pada
balok BT yaitu 49 mm, sedangkan lendutan

186 Penggunaan Carbon Fiber Reinforced Plate Sebagai Bahan…………..(Endah Kanti P)


maksimum pada BTF yaitu 11 mm. Jadi dengan Efektifitas CFRP
demikian penambahan CFRP dapat menurunkan Berdasarkan dari hasil pengujian balok-balok
defleksi sebesar 77,6 %. Besar lendutan yang diberi CFRP secara eksternal menunjukkan
selengkapnya dilihat pada Tabel 4. bahwa kinerja CFRP belum maksimal pada balok.
Pada saat beban pada balok BTF mencapai ultimit,
Tabel 4. Besar lendutan pada BT dan BTF regangan CFRP yang terjadi sebesar 0,0092, dengan
Benda  u (mm)  y (mm) Daktilitas demikian maka kuat lentur yang bekerja sebesar
Uji (u/y) 1518 MPa atau hanya 54% dari yang kuat lentur
BT 49 1,2 40,833 yang bisa dicapai yaitu 2800 MPa. Hal itu terjadi
BTF 11 1,0 11 karena terjadinya debonding pada CFRP terlebih
Keterangan : y = lendutan saat lele dahulu sebelum CFRP bekerja secara optimal dalam
u = lendutan maksimum meningkatkan kapasitas momennya.

Pembahasan
Kuat Lentur Setelah dilakukan pengujian lentur balok BT
Dari hasil pengujian diketahui besarnya beban mengalami keruntuhan sesuai dengan
maksimum yang mampu ditahan oleh balok beton, perencanaannya yaitu keruntuhan lentur, yang
kemudian beban tersebut digunakan untuk ditandai dengan retak dari sisi tarik yang menjalar
menghitung kuat lentur ultimit yang terjadi. Nilai vertikal ke atas Akan tetapi pada benda uji yang lain
kuat lentur ultimit eksperimen dan teoritis yaitu BTF keruntuhan balok selalu diakibatkan
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5. terjadinya debonding atau terlepasnya CFRP dari
beton pada salah satu ujung balok terlebih dahulu,
Tabel 5. Kuat lentur BT dan BTF sebelum CFRP bekerja optimal. Debonding pada
Kode Benda M (ton-m) CFRP bersifat brittle dibandingkan dengan
uji Eksperimen. Teoritis debonding pada tulangan yang berlangsung sedikit
BT 1,6575 1,7287
demi sedikit. Debonding terjadi karena beberapa
BTF 2,47 4,215 faktor antara lain :
- Kelemahan epoxy
Peranan bond (lekatan) sangat penting dalam
Tabel 5 menunjukkan bahwa dari hasil
membentuk aksi komposit antara beton dan
eksperimen ada peningkatan kuat lentur sebesar 49%
CFRP. Bond antara beton dan CFRP dipengaruhi
setelah balok diberi CFRP. oleh epoxy yang digunakan, sehingga tanpa
adanya epoxy yang kuat maka struktur komposit
yang diharapkan tidak terjadi. Epoxy yang kurang
Retak Awal kuat dapat diketahui dari modulus elastisitas
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa balok epoxy yang dipakai sebesar E = 12000 MPa yang
BT retak awal terjadi pada beban 1,2 ton sedangkan lebih kecil dari E beton yaitu sebesar 20000 MPa,
pada balok BTF retak awal terjadi pada beban 1,8 sehingga terlihat bahwa epoxy lebih lemah dari
ton. Retak awal ini ditandai dengan retak rambut beton.
sebagai indikasi telah terlampauinya regangan tarik - Bidang kontak yang kecil
beton. Dengan demikian pemasangan CFRP pada Bidang kontak yang terjadi antara beton dan
balok dapat menghambat propagasi dan CFRP kurang luas karena terjadi hanya pada satu
perkembangan retak, yang dibuktikan dengan sisi permukaan saja, tidak sebagaimana antara
meningkatnya beban pada saat terjadi first crack tulangan baja dan beton yang mempunyai bidang
yaitu sebesar 50%. kontak pada seluruh luas permukaan tulangan.
Sehingga ikatan yang dibutuhkan CFRP untuk
menjadi satu kesatuan komposit dengan beton
Pola keruntuhan menjadi kurang sempurna.
Pola keruntuhan yang terjadi pada balok tanpa - Permukaan CFRP licin.
CFRP (BT) adalah keruntuhan lentur sedangkan Permukaan CFRP yang licin mengakibatkan
yang diberi CFRP (BTF) adalah debonding failure lekatan antara beton dan CFRP yang dibentuk
yaitu lepasnya ikatan antara pada permukaan pelat oleh friksi akibat kekasaran permukaan menjadi
CFRP dengan beton. Pengamatan pola keruntuhan lemah, sehingga akibatnya terjadi slip pada CFRP
terhadap balok uji selama pengujian dapat dilihat yang memicu terjadinya debonding.
pada Gambar 12 dan 15.

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 9, Nomor 2, Juli 2009 : 180 - 188 187
Kekakuan keruntuhan pada balok, maka perlu diadakan
Dari grafik momen-kurvatur pada Gambar 17 penelitian lebih lanjut untuk mengatasi keadaan
terlihat sudut kemiringan kedua benda uji, dimana tersebut.
BTF mempunyai sudut kemiringan yang lebih besar
dari pada BT yang membuktikan bahwa penambahan DAFTAR PUSTAKA
CFRP dapat meningkatkan kekakuan pada balok,
dimana kekakuan balok BTF yang paling besar, Aprile, Alessandra; Spacone, Enrico; Limkatanyu,
sedangkan kekakuan balok BT yang paling kecil. Suchart, 2001, “Role of Bond in RC Beams
Strengthened with Steel and FRP Plates”,
30 Journal of Structural Engineering @ASCE,
December 2001, hal 1445 – 1452.
25
Harmon, Thomas; Kim,Yoo; Kardos, John;
Johnson,Timothy; Stark,Andrew, 2003, “Bond
20 of Surface–Mounted Fiber Reinforced Polymer
Reinforcement for Concrete Structures”, ACI
Momen (kNm)

15 Structural Journal, V.100, No. 5, September –


October 2003, hal 557 – 564.
10
Kuriger, Rex ; Sargand, Shad; Ball, Ryan dan Alam,
Khairul, 2001, “Analysis of Composite
5 BT Reinforced Concrete Beams”, Department of
BTF Mecahanical Engineering, Ohio University
0
Lorenzis, Laura dan Nanni, Antonio, 2001,
0 0.00005 0.0001 0.00015 0.0002 “Characterization of FRP Rods as Near Surface
Kurvatur (Rad/m) Mounted Reinforcement”, Journal of
Composite for Construction@ASCE, May
2001, hal 114 – 121.
Gambar 17. Momen – kurvatur balok uji Niu, Hedong and Wu, Zishen, Analytical Modelling
on Debonding Failure of FRP Strengthened
KESIMPULAN RC Fexural Structures.
Ozel, Bank, Arora, and Gonenc, 2003, Comparison
1. Penambahan pelat CFRP secara eksternal pada Between FRP Rebar, FRP Grid, and Steel
balok dapat menghambat munculnya first crack, Rebar Reinforced Concrete Beams, Department
dimana beban saat retak awal meningkat sebesar of Civil Engineering, University of Wisconsin-
50%. Madison, USA.
2. Penambahan pelat CFRP secara eksternal pada Purwanto, Edi , 2001, Perkuatan Lentur dan Geser
balok dapat meningkatkan beban ultimit kuat Balok Beton Bertulang Pascabakar dengan
lentur sebesar 49 %, dan dapat meningkatkan Carbon Fiber Strips dan Carbon Wrapping,
kekakuan sebesar 68%, akan tetapi daktilitas Tesis, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Gajah
turun sebesar 73% dan lendutan (defleksi) turun Mada, Yogyakarta.
77,6 %. Park and Paulay, 1974, Reinforced Concrete
3. Pola keruntuhan yang terjadi adalah debonding Structures, Department of Civil, University of
failure yaitu lepasnya ikatan antara beton Canterbury, Christchurch, New Zealand.
dengan CFRP, sehingga dapat dikatakan bahwa
material komposit tersebut belum bisa bekerja
secara optimal.
4. Kinerja CFRP yang digunakan pada balok
belum optimal, yang ditunjukkan dari kuat tarik
CFRP pada BTF hanya sebesar 1518 MPa atau
hanya 54 % dari kuat tarik yang bisa dicapai.

SARAN

Mengingat dari hasil penelitian ini dan


beberapa penelitian lain yang mempergunakan CFRP
terdapat kesamaan pada pola keruntuhan yaitu
terjadinya debonding failure yang mengawali

188 Penggunaan Carbon Fiber Reinforced Plate Sebagai Bahan…………..(Endah Kanti P)

You might also like