Professional Documents
Culture Documents
13 - Endah Kanti-Unnes PDF
13 - Endah Kanti-Unnes PDF
13 - Endah Kanti-Unnes PDF
ABSTRACT
The flexural strengthening of reinforced concrete beam can be considered with applied externally bonded steel plate
or carbon fiber composite. This external plate is bonded to the tension face of the concrete beam. Experimental study on
reinforced concrete strengthening with Carbon Fiber Reinforced Plate (CFRP) has been conducted to estimate the
effectiveness of using CFRP on the concrete structure as flexural strengthening material and external reinforcement.
Two beams were provided in this study to test the flexural strengthening effect of externally bonded CFRP composite.
One of them was used for normal condition (BT). The other specimen is the reinforced concrete beam with single steel
reinforcement and laminated CFRP (BTF). On the second beam, CFRP laminated on the bottom of beam with epoxy.
Dimension of the beams are 150/250 mm with effective length 1900 mm. All beams were tested using two-point loading to
get pure bending in the middle span. The result of the experimental research showed that the ultimate load of the beam
with externally bonded CFRP( BTF) is 49% higher than BT; stiffness of the strengthened beam BTF is 68% higher than
BT; and cracking moment of the strengthened beam BTF is 50% higher than BT. However, the deformation and ductility
of the strengthened beam BTF is lower than BT 77.6% and 73% respectively.. The failure phenomenon of the concrete
beam with laminated CFRP is prior debonding CFRP that makes maximum performance of the CFRP not be reached.
Key words : Carbon Fiber Reinforced Plate (CFRP), flexural strengthening, reinforced concrete beam, debonding failure
dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 9, Nomor 2, Juli 2009 : 180 - 188 181
Berdasarkan gaya-gaya yang bekerja di atas, momen produsen. Tegangan tariknya sebesar > 2800 MPa
nominal penampang adalah : dengan modulus elastisitas (E) sebesar 165000 MPa
sedang tegangan tarik saat putus sebesar 3100 MPa.
Mn = As . fy . jd (7) Spesifikasi data teknis CFRP yang dipakai dapat
dilihat pada Tabel 1.
Apabila balok beton dipasang CFRP maka kuat
lentur balok yang terjadi adalah seperti yang Tabel 1. Karakteristik CFRP (PT.Sika Indonesia)
diusulkan oleh Kuriger et al (2001), seperti pada Properties CFRP
Gambar 4, dimana TF adalah gaya tarik CFRP dan Kuat tarik 2800 MPa
jdF adalah jarak dari Cc sampai TF. Modulus- E 165.000 MPa
cu > 1,7 %
c Tebal / lebar 0,8 mm / 50 mm
0.85 f c
Berat isi 1,50 g/cm3
Cc
c a=1.c
d
1.1.1.1.1.1.1
h
jd Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa
g.n jdF
bila dibandingkan dengan tulangan baja maka CFRP
Ts Ts C
mempunyai kuat tarik yang cukup tinggi dan berat
TF TF
b
Tulangan yang lebih ringan, akan tetapi lebih lunak dari baja
CFRP ckarena modulus elastisitasnya lebih kecil dibanding
(a) (b) (c) (d) modulus elastisitas baja (Es = 200.000 MPa).
Debonding failure
CFRP Concret
shear
Gambar 5. Mekanisme keruntuhan balokruptur
beton
bertulang dengan perkuatan CFRP failure
Gambar 6. CFRP
e
Kuriger et. al. (2001) menunjukkan bahwa
pengujian lentur terhadap balok-balok yang diberi
CFRP akan mengakibatkan pengurangan regangan
11,5% sampai 58,6% pada tulangan tarik, dan
pengurangan regangan tekan beton 3% sampai
33,5% serta mengurangi defleksi pada balok 8 %
sampai 53,1%. Sedangkan tipe keruntuhan yang
terjadi adalah keruntuhan geser pada beton,
keruntuhan pada CFRP dan debonding pada CFRP
yang mana didominasi oleh debonding CFRP.
Aprile et. al. (2001) menyatakan bahwa pelat
CFRP yang dilekatkan pada bagian bawah balok
diperhitungkan sebagai satu kesatuan struktur yang Gambar 7. Pemasangan CFRP pada balok
menerima beban bersama-sama. Aksi komposit
tersebut hanya dapat terjadi karena adanya lekatan Parameter Pengujian
yang baik antara kedua bahan tersebut. Peran bond Dalam penelitian ini jumlah benda uji yang
sangat penting dalam menyalurkan tegangan dari dibuat sebanyak dua buah, yaitu : 1 buah balok
beton ke CFRP atau sebaliknya. Kegagalan balok dengan tulangan tunggal tanpa CFRP (BT) dipakai
beton bertulang yang diperkuat dengan pelat CFRP sebagai balok kontrol, dan 1 buah balok tulangan
selalu diawali dengan debonding pada pelatnya. tunggal diberi CFRP pada serat tariknya (BTF).
Purwanto (2001) menunjukkan bahwa Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 8.
penambahan CFRP pada balok beton bertulang Data hasil pengujian lentur kedua benda uji
pascabakar dapat meningkatkan kekakuan sebesar tersebut dibandingkan untuk mengetahui perubahan
2,41%, daktilitas turun sebesar 18,01% dan kuat respon struktur balok akibat penambahan CFRP.
lentur ultimit naik sebesar 6,06% terhadap beton
pasca bakar. Set Up Pengujian
Set up pengujian seperti terlihat pada Gambar 9.
METODE PENELITIAN Benda uji balok beton bertulang ditempatkan pada
loading frame dan tumpuan dikondisikan sendi – roll
Pembuatan Benda Uji pada kedua ujungnya. Pembebanan dilakukan di dua
Benda uji dalam penelitian ini adalah balok titik secara simetris dengan jarak 600 mm antar titik
beton bertulang dengan ukuran lebar 150 mm, tinggi pembebanan dan sejauh 650 mm dari masing-masing
250 mm dan bentang 2000 mm. Benda uji terbuat tumpuan. Pembebanan dilakukan dengan cara
dari beton dengan kuat tekan rata-rata (fc) = 32,97 memberikan beban statik secara bertahap dengan
MPa. Dua buah tulangan tarik diameter 13 mm interval kenaikan sebesar 200 kg, dengan bantuan
(213 mm) dengan tegangan leleh fy = 336 MPa hidraulick jack dan load cell. Untuk mengetahui
ditempatkan pada kedalaman 203,5 mm (Gambar 8). defleksi yang terjadi maka pada balok uji dipasang
dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 9, Nomor 2, Juli 2009 : 180 - 188 183
tiga buah LVDT (Linear Variable Displacement HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tranducer). Dua buah ditempatkan pada tumpuan
dan sebuah di tengah bentang balok. Baja tulangan
Untuk mengukur regangan pada beton dipasang Baja tulangan yang dipakai pada penelitian ini
strain gauge pada sisi tekan terluar balok, sedangkan adalah tulangan ulir dengan diameter 13 mm. Hasil
untuk mengukur regangan tarik maka dipasang strain uji kuat tarik baja diperoleh nilai tegangan leleh rata-
gauge pada tulangan dan CFRP. Data pertambahan rata sebesar 336,13 MPa dan tegangan maksimum
beban, defleksi dan regangan tercatat melalui data rata-rata sebesar 439,435 MPa.
logger. Pembebanan akan dihentikan jika benda uji
sudah runtuh dan data logger yang membaca Kuat Tekan Beton
besarnya beban dari load cell tidak bertambah. Adukan beton pada penelitian ini dirancang
menurut Standar Departemen Pekerjaan Umum
Strain gauge dengan kuat tekan beton rencana sebesar 30 MPa.
Perbandingan campuran beton berdasarkan berat
250
antara semen : pasir : kerikil adalah 1 : 2,03 : 3,01
dengan faktor air semen 0,61 dan nilai slump 7,5 cm.
Berdasarkan hasil uji kuat tekan silinder ukuran 150
D8 650 2 D13
50 650 600 150 mm x 30 mm kuat tekan beton rata-rata yang didapat
50
32,97 MPa lebih besar dari kuat tekan beton rencana
a. Balok tulangan tunggal (BT)
2000 sebesar 30 MPa.
Strain Gauge
Respon Balok Terhadap Pembebanan
Balok BT
250
Retak awal (first crack) terlihat pada beban 1,2
ton yang menandakan beton memasuki cracked stage
2D13 D8 CFRP
150 artinya beton sudah melampaui regangan tariknya,
150
50 650 600 650 50 sehingga gaya tarik yang timbul dipikul oleh
tulangan hal itu dengan munculnya retak rambut di
b. Balok tulangan tunggal ditambah CFRP (BTF) daerah lentur balok.
Hydraulic Jack
Distribusi Beban
Benda Uji
Tumpuan
Data Logger
LVDT
Gelagar
BT
6000
5000
Beban (Kg)
4000
1000
0 Balok BTF
0 10 20 30 40 50 60 First crack terlihat pada beban 1,8 ton yang
Lendutan (mm) menandakan beton sudah melewati batas regangan
tariknya (cracked stage), sehingga peran tulangan
dan CFRP mulai berarti dalam memikul gaya tarik
Gambar 10. Hubungan antara P- balok BT yang bekerja. Hal itu terlihat pada Gambar 13 grafik
mulai terlihat agak landai setelah beban 1,8 ton yang
BT artinya kekakuan balok mulai turun, sedangkan pada
6000 Gambar 14 membuktikan bahwa gaya tarik yang
5000 timbul sudah dipikul sepenuhnya oleh tulangan dan
Beban (Kg)
6000
5000
4000
dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 9, Nomor 2, Juli 2009 : 180 - 188 185
BTF Beban - Lendutan BT dan BTF
8000 8000
7000 7000
6000 6000
Beban (kg)
5000
5000
Beban kg
4000
4000
3000
3000
2000 CFRP
2000
Tul.baja BT
1000
1000 BTF
0
0 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005 0,006 0,007 0,008 0,009 0,01 0
0 10 20 30 40 50 60
Regangan
Lendutan (m m )
Daktilitas
Daktilitas pada balok diukur berdasarkan
lendutan maksimum dibagi dengan lendutan pada
saat leleh (u/y). Dari Gambar 16 terlihat bahwa
Gambar 15. Pola keruntuhan BTF lendutan maksimum yang terjadi pada BTF yaitu 11
mm, lebih kecil dibandingkan dengan lendutan
maksimum pada balok BT yaitu 49 mm. Jadi dengan
Perbandingan Balok BT dan BTF demikian penambahan CFRP dapat menurunkan
Setelah dilakukan pengujian lentur maka dapat daktilitas sebesar 73 %. Besar lendutan selengkapnya
diketahui respon balok uji terhadap pembebanan. dilihat pada Tabel 4.
Dengan penambahan CFRP secara eksternal pada
serat tarik ternyata benda uji menunjukkan pengaruh Defleksi (lendutan)
yang baik, hal itu dapat dilihat pada benda uji BT Defleksi pada balok balok diukur berdasarkan
yang tidak diberi CFRP dengan BTF balok yang lendutan maksimum yang terjadi. Dari Gambar 16
diberi CFRP. terlihat bahwa lendutan maksimum yang terjadi pada
balok BT yaitu 49 mm, sedangkan lendutan
Pembahasan
Kuat Lentur Setelah dilakukan pengujian lentur balok BT
Dari hasil pengujian diketahui besarnya beban mengalami keruntuhan sesuai dengan
maksimum yang mampu ditahan oleh balok beton, perencanaannya yaitu keruntuhan lentur, yang
kemudian beban tersebut digunakan untuk ditandai dengan retak dari sisi tarik yang menjalar
menghitung kuat lentur ultimit yang terjadi. Nilai vertikal ke atas Akan tetapi pada benda uji yang lain
kuat lentur ultimit eksperimen dan teoritis yaitu BTF keruntuhan balok selalu diakibatkan
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5. terjadinya debonding atau terlepasnya CFRP dari
beton pada salah satu ujung balok terlebih dahulu,
Tabel 5. Kuat lentur BT dan BTF sebelum CFRP bekerja optimal. Debonding pada
Kode Benda M (ton-m) CFRP bersifat brittle dibandingkan dengan
uji Eksperimen. Teoritis debonding pada tulangan yang berlangsung sedikit
BT 1,6575 1,7287
demi sedikit. Debonding terjadi karena beberapa
BTF 2,47 4,215 faktor antara lain :
- Kelemahan epoxy
Peranan bond (lekatan) sangat penting dalam
Tabel 5 menunjukkan bahwa dari hasil
membentuk aksi komposit antara beton dan
eksperimen ada peningkatan kuat lentur sebesar 49%
CFRP. Bond antara beton dan CFRP dipengaruhi
setelah balok diberi CFRP. oleh epoxy yang digunakan, sehingga tanpa
adanya epoxy yang kuat maka struktur komposit
yang diharapkan tidak terjadi. Epoxy yang kurang
Retak Awal kuat dapat diketahui dari modulus elastisitas
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa balok epoxy yang dipakai sebesar E = 12000 MPa yang
BT retak awal terjadi pada beban 1,2 ton sedangkan lebih kecil dari E beton yaitu sebesar 20000 MPa,
pada balok BTF retak awal terjadi pada beban 1,8 sehingga terlihat bahwa epoxy lebih lemah dari
ton. Retak awal ini ditandai dengan retak rambut beton.
sebagai indikasi telah terlampauinya regangan tarik - Bidang kontak yang kecil
beton. Dengan demikian pemasangan CFRP pada Bidang kontak yang terjadi antara beton dan
balok dapat menghambat propagasi dan CFRP kurang luas karena terjadi hanya pada satu
perkembangan retak, yang dibuktikan dengan sisi permukaan saja, tidak sebagaimana antara
meningkatnya beban pada saat terjadi first crack tulangan baja dan beton yang mempunyai bidang
yaitu sebesar 50%. kontak pada seluruh luas permukaan tulangan.
Sehingga ikatan yang dibutuhkan CFRP untuk
menjadi satu kesatuan komposit dengan beton
Pola keruntuhan menjadi kurang sempurna.
Pola keruntuhan yang terjadi pada balok tanpa - Permukaan CFRP licin.
CFRP (BT) adalah keruntuhan lentur sedangkan Permukaan CFRP yang licin mengakibatkan
yang diberi CFRP (BTF) adalah debonding failure lekatan antara beton dan CFRP yang dibentuk
yaitu lepasnya ikatan antara pada permukaan pelat oleh friksi akibat kekasaran permukaan menjadi
CFRP dengan beton. Pengamatan pola keruntuhan lemah, sehingga akibatnya terjadi slip pada CFRP
terhadap balok uji selama pengujian dapat dilihat yang memicu terjadinya debonding.
pada Gambar 12 dan 15.
dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 9, Nomor 2, Juli 2009 : 180 - 188 187
Kekakuan keruntuhan pada balok, maka perlu diadakan
Dari grafik momen-kurvatur pada Gambar 17 penelitian lebih lanjut untuk mengatasi keadaan
terlihat sudut kemiringan kedua benda uji, dimana tersebut.
BTF mempunyai sudut kemiringan yang lebih besar
dari pada BT yang membuktikan bahwa penambahan DAFTAR PUSTAKA
CFRP dapat meningkatkan kekakuan pada balok,
dimana kekakuan balok BTF yang paling besar, Aprile, Alessandra; Spacone, Enrico; Limkatanyu,
sedangkan kekakuan balok BT yang paling kecil. Suchart, 2001, “Role of Bond in RC Beams
Strengthened with Steel and FRP Plates”,
30 Journal of Structural Engineering @ASCE,
December 2001, hal 1445 – 1452.
25
Harmon, Thomas; Kim,Yoo; Kardos, John;
Johnson,Timothy; Stark,Andrew, 2003, “Bond
20 of Surface–Mounted Fiber Reinforced Polymer
Reinforcement for Concrete Structures”, ACI
Momen (kNm)
SARAN