Professional Documents
Culture Documents
Perilaku Agregat Moneter Dalam Sistem Keuangan/ Perbankan Ganda Di Indonesia
Perilaku Agregat Moneter Dalam Sistem Keuangan/ Perbankan Ganda Di Indonesia
ABSTRACT
The main difference between contemporary Islamic monetary system and conventional
monetary system is the replacement of interest system with profit-and-loss sharing (PLS)
system, which both have different behavior in influencing monetary stability. This study
aims to analyze demand for money, conventionally and Islamically, in Indonesia and to
determine the relationship between money supply in the two system and price level as the
goal of monetary policy. Methods used are Vector Auto Regression (VAR) and Vector
Error Correction Model (VECM). The results show that PLS return negatively correlated
with Islamic demand for money. In Islamic demand for money, the value of correction
error is significant, so that there is an adjustment towards its long-term equilibrium. The
Islamic demand for money stabilizes quicker to response the shock from other variables
compare to that of conventional demand for money. Moreover, there is no cointegration
between money supply, conventionally and Islamically, with price level, so that inflation
targeting framework of monetary policy implemented by Bank Indonesia need to be
reviewed.
Kata kunci: permintaan uang konvensional, permintaan uang Islam, sistem
keuangan/perbankan ganda, VAR/VECM
sistem keuangan Islam, menunjukan bahwa menggunakan uang fiat konvensional dan
konsep bagi hasil lebih baik daripada mengikuti fractional reserve banking system.
instrumen suku bunga yang digunakan oleh Karakteristik suku bunga sendiri sangat
sistem keuangan konvensional dilihat dari segi berbeda dengan karakteristik dengan konsep
keadilan, reduksi kegiatan spekulasi, efisiensi bagi hasil. Suku bunga sebagai tingkat
sumber daya, dan lain-lain (Lihat misalnya: pengembalian pada sistem konvensional bisa
Khan, 1986 sampai Zangeneh, 1995; ditetapkan kapan saja oleh otoritas perbankan
Fardmanesh dan Siddiqui, 1995; Meera, 2004; dan pergerakan nominalnya bisa terlihat oleh
Ryandono, 2006; Ascarya, 2007; dan Sakti, masyarakat umum, sehingga menimbulkan
2007). Oleh karena itu, harus dibuktikan kegiatan spekulasi. Sedangkan konsep bagi
secara empiris bahwa dengan tidak adanya hasil yang ditetapkan adalah nisbahnya dan
instrumen suku bunga dalam sistem keuangan nilainya relatif tetap sepanjang tahun.
Islam yang digantikan dengan konsep bagi Sedangkan tingkat pengembaliannya
hasil ini dapat mendukung sistem keuangan mengikuti hasil yang terjadi di sektor riil.
ganda secara keseluruhan, khususnya dalam Artinya return sendiri tidak ditetapkan secara
studi permintaan uang dan stabilitas moneter eksogenus oleh otoritas perbankan Syariah.
dalam sistem keuangan/perbankan ganda.
Tabel 1. Perbedaan Sistem Moneter Islam
2. Tujuan dengan Sistem Moneter Konvensional
Konvensional Islam
Berdasarkan latar belakang yang telah
dijelaskan sebelumnya, maka tujuan penelitian Penggunaan uang fiat full bodied/fully
ini adalah: 1) Menentukan fungsi permintaan backed money
uang (M1 dan M2) konvensional; 2) Fractional reserve 100 percent reserve
Menentukan fungsi permintaan uang (M1 dan banking system banking system
M2) Islam pada sistem keuangan/perbankan Instrumen suku Konsep bagi hasil
ganda; dan 3) Mengetahui ada/tidaknya
hubungan antara jumlah uang beredar baik bunga
konvensional maupun Islam dengan tingkat
harga sebagai sasaran akhir kebijakan 2. Perbedaan Konsep Suku Bunga dan
moneter. Konsep Bagi Hasil
Sebagai alternatif sistem bunga dalam
TINJAUAN PUSTAKA
ekonomi konvensional, ekonomi Islam
1. Sistem Moneter Islam dan Sistem menawarkan sistem bagi hasil (profit and loss
Moneter Konvensional sharing), ketika pemilik modal (surplus spen-
ding unit) bekerja sama dengan pengusaha
Secara umum, ada tiga perbedaan utama
(deficit spending unit) untuk melakukan
sistem moneter Islam murni dengan sistem
kegiatan usaha. Apabila menghasilkan keun-
moneter konvensional (Ascarya, 2007). Perbe-
tungan dibagi berdua, apabila menderita
daan tersebut diringkas dalam Tabel 1. berikut.
kerugian juga ditanggung bersama. Sistem
bagi hasil menjamin adanya keadilan dan tidak
Pada masa kontemporer, ini dalam ada pihak yang tereksploitasi (didzalimi).
kerangka sistem perbankan ganda, hanya Sistem bagi hasil dapat berbentuk musyarakah
konsep bagi hasil saja yang menjadi pembeda atau mudharabah dengan berbagai variasinya.
antara sistem moneter konvensional dan
sistem moneter Islam. Sistem moneter Islam Bank konvensional, sistem return-nya
adalah sistem bunga yaitu persentase terhadap
dalam sistem perbankan ganda masih
dana yang disimpan ataupun dipinjamkan dan
2008 Hasanah, dkk. 145
ditetapkan diawal transaksi sehingga berapa yang seharusnya tersalur ke sektor riil untuk
nilai nominal rupiahnya akan dapat diketahui tujuan produktif sebagian besar lari ke sektor
besarnya dan kapan akan diperoleh dapat moneter dan menghambat pertumbuhan
dipastikan tanpa melihat laba rugi yang akan bahkan menyusutkan sektor riil. Penciptaan
terjadi nanti. Bank syari’ah sistem return-nya uang tanpa adanya nilai tambah akan
adalah sistem bagi hasil (profit loss sharing) menimbulkan inflasi. Pada akhirnya, tujuan
yaitu nisbah (persentase bagi hasil) yang pertumbuhan ekonomi akan terhambat.
besarnya ditetapkan diawal transaksi yang Sementara itu, pada Gambar 2 dengan
bersifat fixed tetapi nilai nominal rupiahnya sistem zakat, sistem bagi hasil, dan pelarangan
belum dapat diketahui dengan pasti melainkan spekulasi dalam perekonomian Islam, akan
melihat laba rugi yang akan terjadi nanti. mendorong iklim investasi yang akan tersalur
Pada Gambar 1 dapat terlihat bahwa dengan lancar ke sektor riil untuk tujuan yang
dalam perekonomian konvensional, sistem sepenuhnya produktif. Hal ini akan menjamin
riba, fiat money, fractional reserve system terdistribusinya kekayaan dan pendapatan
dalam perbankan, dan diperbolehkannya serta menumbuhkan sektor riil. Dengan
spekulasi menyebabkan penciptaan uang meningkatnya produktivitas dan kesempatan
(kartal dan giral) dan tersedotnya uang di bekerja dan berusaha pada akhirnya pertum-
sektor moneter untuk mencari keuntungan buhan ekonomi terdorong, dan pada akhirnya
tanpa risiko. Akibatnya, uang atau investasi akan tercapai kesejahteraan masyarakat.
Menyusutkan Sektor
Riil
Sumber : Sakti (2007)
Menumbuhkan
Sektor Riil
Sumber : Sakti (2007)
Jumlah uang beredar adalah jumlah uang Meskipun lebih banyak negara yang
yang tersedia (Mankiw, 2003). Sedangkan menerapkan dual financial/banking system
menurut Mishkin (2001) uang (diacu juga ’sistem keuangan/perbankan ganda’ dari pada
sebagai money supply) didefinisikan sebagai negara yang menerapkan Islam/financial/
segala sesuatu yang secara umum diterima banking system ’sistem keuangan/perbankan
sebagai alat pembayaran barang dan jasa atau Islam’ secara penuh, ternyata kajian yang
pembayaran kembali utang. Fungsi khusus membahas tentang kerangka, mana-
permintaan uang menurut Keynes adalah jemen, dan operasi kebijakan moneter dalam
(Mishkin, 2001) : sistem keuangan/perbankan ganda sangat
d sedikit dilakukan. Beberapa studi tersebut
M f i , Y
(1) antara lain Kaleem (2000), Darrat (2000), Kia
(2001), Astiyah et al. (2006), Ascarya (2007),
dimana i merupakan suku bunga yang
dan Izhar dan Asutay (2007).
berbanding terbalik dengan permintaan uang
dan Y merupakan pendapatan nasional riil yang
berpengaruh positif terhadap permintaan uang.
Md = f(Ys, S, π) (2)
sional sama saja dengan permintaan uang
Islam yaitu tidak tahan terhadap guncangan.
Penelitiannya juga menunjukkan bahwa
agregat moneter M1 dan M2 baik konven-
sional maupun Islam berhubungan dengan
tingkat harga.
Darrat (2000) melakukan penelitian di
Iran dan Pakistan dengan menggunakan data
dari tahun 1960-1998. Penelitian ini dimak-
sudkan untuk melihat stabilitas dari permin-
taan uang baik pada sistem bunga maupun
pada sistem non bunga dalam jangka panjang.
Penelitian ini dimaksudkan juga untuk melihat
stabilitas permintaan uang dari perilaku agen
ekonomi baik pada sistem bunga maupun
sistem bagi hasil. Hasilnya menunjukkan
bahwa interest free mempunyai hubungan
yang kuat dengan instrumen kebijakan dan
stabilitas harga.
Sedangkan Kia (2001) melakukan
penelitian serupa di Iran dengan kurun waktu
1966-1998. Hasilnya menunjukkan baik pada
jangka pendek maupun jangka panjang,
2008 Hasanah, dkk. 147
permintaan uang pada interest-free (M1) stabil Islam tidak mempunyai hubungan yang
dan invarian terhadap kebijakan dan signifikan dengan tingkat harga. Tetapi nilai
guncangan lain dalam perubahan rezim, error correction term (ECT) pada sistem
sedangkan permintaan uang pada interest- konvensional lebih besar daripada ECT pada
bearing (M2) tidak stabil. Studi ini juga sistem Islam.
menunjukkan bahwa perilaku agen ekonomi Perbedaan penelitian ini dengan peneli-
terhadap asset yang berbasiskan bunga adalah tian-penelitian terdahulu adalah dalam fungsi
cenderung forward looking sehingga permintaan uang konvensional yang tetap
ekspektasi yang terbetuk adalah rasional memasukkan suku bunga, sedangkan pada
terhadap pasar keuangan Iran. Atau dengan fungsi permintaan Islam dimasukkan variabel
kata lain bahwa koefisien permintaah uang return Syariah dengan cakupan time series
dengan menggunakan bunga tidak terpengaruh yang lebih panjang yaitu dari tahun 2001
oleh perubahan kebijakan. sampai 2006.
Astiyah et al. (2006) melakukan kajian
konseptual yang selanjutnya dirumuskan guna METODOLOGI PENELITIAN
mendapatkan pendekatan yang paling cocok 1. Jenis dan Sumber Data
untuk menggambarkan perilaku sistem
moneter dalam sistem perbankan ganda. Studi Data yang digunakan dalam penelitian ini
ini berkesimpulan bahwa dengan tidak seluruhnya merupakan data sekunder negara
diperkenankannya penggunaan suku bunga Indonesia dalam bentuk bulanan yang
dalam ekonomi Islam, maka implementasi diperoleh dari Statistik Ekonomi dan
kebijakan moneter yang diambil sebaiknya Keuangan Indonesia Bank Indonesia (SEKI-
cenderung kepada quantity targeting yang BI) dan Statistik Perbankan Syariah Bank
utuh dengan mengedepankan konsistensi Indonesia (SPS-BI) serta data return Syariah
antara instrumen syariah dan instrumen dari Bank Muamalat Indonesia dalam periode
konvensional serta memperhatikan prinsip waktu antara bulan Januari 2001 sampai
equality terhadap kedua jenis perbankan baik dengan bulan Desember 2006. Dengan
konvensional maupun syariah. demikian data yang digunakan merupakan
data time series.
Ascarya (2007) melakukan studi des-
kriptif analitis tentang kebijakan moneter
2. Variabel dan Definisi Operasional
optimum pada sistem perbankan ganda.
Hasilnya menunjukkan bahwa kebijakan Berikut ini penjelasan mengenai variabel
moneter optimum pada suatu negara yang yang digunakan dalam penelitian beserta
mengadopsi sistem perbankan atau keuangan definisi operasionalnya :
ganda harusnya mengacu pada tingkat a. Jumlah uang beredar dalam arti sempit
pengembalian pada sistem bagi hasil untuk (M1) adalah uang kartal ditambah demand
memaksimalkan keadilan distributif dan deposit pada bank konvensional.
kesejahteraan sosial dan meminimalkan inefi-
siensi. b. Jumlah uang beredar dalam arti luas (M2)
adalah M1 ditambah saving deposit dan
Izhar dan Asutay (2007) melakukan time deposit pada bank konvensional.
penelitian juga tentang stabilitas moneter pada
sistem perbankan ganda di Indonesia, dari c. Jumlah uang beredar Islam dalam arti
tahun 2001 sampai 2004. Hasilnya menun- sempit (M1ISL) adalah uang kartal
jukkan bahwa baik dalam persamaan jangka ditambah demand deposit (giro wadi’ah)
panjang maupun persamaan error correction pada bank Syariah.
model variabel M2 konvensional dan M2
148 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia April
Penentuan lag optimal yang digunakan dalam Lampiran 4 juga menampilkan hasil
penelitian ini berdasarkan lag terpendek estimasi VECM permintaan uang M2
dengan menggunakan Schwarz Information konvensional baik pada jangka pendek
Criterion (SC). Hasil pengujian penentuan lag maupun jangka panjang. Pada jangka panjang
optimal ini dapat dilihat pada Lampiran 2. variabel PDB berpengaruh positif secara
signifikan terhadap permintaan M2 konvens-
3. Pengujian Kointegrasi ional. Variabel tingkat inflasi yang diharapkan
Pengujian ini dilakukan dalam rangka pun secara signifikan berpengaruh negatif
memperoleh hubungan jangka panjang antar terhadap permintaan M2 konvensional.
variabel yang telah memenuhi persyaratan Sedangkan untuk permintaan M2, suku bunga
selama proses integrasi yaitu dimana semua berpengaruh signifikan terhadap permintaan
variabel telah stasioner pada derajat yang M2 secara positif. Hal ini memang anomali,
sama yaitu derajat 1 I(1). Informasi jangka tetapi dapat dijelaskan, mengingat dalam M2
panjang diperoleh dengan menentukan terlebih sendiri terdapat unsur deposito. Jadi ketika
dahulu rank kointegrasi untuk mengetahui suku bunga naik, maka orang akan lebih
berapa sistem persamaan yang dapat memilih untuk menempatkan uangnya pada
menerangkan dari keseluruhan sistem yang aset yang berbunga seperti deposito dan
ada. Hasil pengujian kointegrasi berdasarkan obligasi. Mengingat variabel suku bunga yang
trace statistics dapat dilihat pada Lampiran 3. digunakan disini adalah suku bunga deposito,
Berdasarkan Lampiran 3 tersebut menunjuk- maka saat suku bunga meningkat, jumlah
kan bahwa untuk masing-masing persamaan deposito akan naik, dan permintaan M2 akan
terdapat minimal satu rank kointegrasi pada meningkat juga. Pada jangka pendek, terdapat
taraf nyata lima persen. koreksi kesalahan yang negatif tetapi secara
statistik tidak signifikan sehingga tidak cukup
4 Hasil Empiris Model Permintaan M1 bukti empiris untuk menunjukkan adanya
dan M2 Konvensional mekanisme penyesuaian dari jangka pendek ke
jangka panjangnya. Sedangkan untuk mo-del
Berdasarkan Lampiran 4, pada jangka permintaan M2 jangka pendek, yang
panjang variabel PDB berpengaruh positif berpengaruh signifikan adalah permintaan M2
secara signifikan terhadap permintaan M1 pada lag ketiganya.
konvensional. Variabel tingkat inflasi yang
diharapkan pun secara signifikan berpengaruh a. Impulse Response Function untuk per-
negatif terhadap permintaan M1 konvensional. mintaan M1 dan M2 Konvensional
Sedangkan untuk variabel suku bunga
berpengaruh negatif terhadap permintaan M1 Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa
tetapi tidak signifikan. Hal ini membawa respon permintaan M1 konvensional terhadap
implikasi bahwa secara empiris suku bunga guncangan variabel lainnya berfluktuatif.
ternyata tidak memperlihatkan hubungan yang Permintaan M1 merespon positif berkisar 0.06
signifikan dengan permintaan M1. Pada sampai 2.1 persen dari mulai periode kedua
jangka pendek, untuk permintaan M1, terdapat sampai periode ke-48 terhadap guncangan
koreksi kesalahan yang negatif tetapi secara variabel PDB sebesar satu standar deviasi.
statistik tidak signifikan sehingga tidak cukup Sedangkan guncangan pada variabel suku
bukti untuk menyatakan adanya mekanisme bunga dan tingkat inflasi yang diharapkan
penyesuaian dari jangka pendek ke jangka direspon negatif oleh permintaan M1
panjangnya. Pada model permintaan M1 konvensional. Permintaan M1 dapat dikatakan
jangka pendek, suku bunga pada lag ketiga stabil dalam merespon guncangan PDB setelah
berpengaruh positif terhadap permintaan M1. periode ke-25, dengan respon rata-rata sebesar
1.6 persen. Permintaan M1 mulai
150 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia April
stabil dalam merespon guncangan inflasi yang M2 juga merespon negatif terhadap gun-
diharapkan pada periode ke-38 dengan respon cangan variabel suku bunga dan tingkat inflasi
sebesar 0.4 persen. Sedangkan guncangan yang diharapkan. Guncangan pada PDB mulai
pada suku bunga mulai direspon stabil pada direspon stabil oleh permintaan M2 pada
periode ke-31 sebesar 1.27 persen. periode ke-25 sebesar 0.5 persen. Permintaan
Sedangkan pada Gambar 4 dapat dilihat M2 mulai merespon stabil terhadap guncangan
bahwa respon permintaan M2 terhadap suku bunga dan inflasi yang diharapkan
guncangan PDB adalah positif. Permintaan berturut-turut pada periode ke-20 dan ke-27.
.01 .01
.00 .00
-.01 -.01
-.02 -.02
5 10 15 20 25 30 35 40 45 5 10 15 20 25 30 35 40 45
R esponse of LM 1R to ID EP R esponse of LM 1R to EXPIN F
.03
.03
.02 .02
.01 .01
.00 .00
-.01 -.01
-.02 -.02
5 10 15 20 25 30 35 40 45
5 10 15 20 25 30 35 40 45
.012 .012
.008 .008
.004 .004
.000 .000
-.004 -.004
-.008 -.008
5 10 15 20 25 30 35 40 45 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Response of LM 2R to LPDBR Response of LM 2R to EXPINF
.020 .020
.016 .016
.012 .012
.008 .008
.004 .004
.000 .000
-.004 -.004
-.008 -.008
5 10 15 20 25 30 35 40 45 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Variance Decomposition M1
120
100
80 EXPINF
60 IDEP
% LPDBR
40
LM1R
20
0
1 12 Periode 24 36 48
Variance Decomposition M2
120
100
80 EXPINF
60 IDEP
% LPDBR
40
LM2R
20
0
1 12 24 36 48
Periode
hanyalah nisbah bagi hasilnya bukan return- permintaan M1 yang merespon cukup besar
nya. Return Syariah sendiri tidak tentu karena terhadap guncangan PDB pada periode
menyesuaikan dengan kondisi di sektor riil. ketujuh dengan nilai 2.35 persen. Jika
dibandingkan dengan respon permintaan M1
a. Impulse Response Function untuk konvensional terhadap guncangan variabel
permintaan M1 dan M2 Islam lain, maka permintaan M1 Islam lebih stabil
daripada permintaan M1 konvensional.
Pada Gambar 7 dan Gambar 8 terlihat
Sedangkan pada periode kedua dan ketiga
bahwa permintaan M1 dan M2 Islam lebih
guncangan pada variabel PDB direspon
cepat stabil dalam merespon guncangan
negatif oleh permintaan M1 Islam.
variabel lainnya. Tetapi pada awal-awal
periode responnya terhadap guncangan
variabel lainnya cukup tajam. Seperti
R esponse to C holesky O ne S.D .Innovations
R esponse of LM 1ISLR to LM 1ISLR Response of LM 1ISLR to RS
.05 .05
.04 .04
.03 .03
.02 .02
.01 .01
.00 .00
-.01 -.01
-.02 -.02
-.03 -.03
5 10 15 20 25 30 35 40 45 5 10 15 20 25 30 35 40 45
R esponse of LM 1ISLR to LPDBR Response of LM 1ISLR to EXPIN F
.05 .05
.04 .04
.03 .03
.02 .02
.01 .01
.00 .00
-.01 -.01
-.02 -.02
-.03 -.03
5 10 15 20 25 30 35 40 45 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Gambar 7. Respon Permintaan M1 Islam terhadap Guncangan Variabel PDB, Inflasi yang
Diharapkan, dan Return Syariah Sebesar Satu Standar Deviasi
Response to Cholesky O ne S.D. Innovations
Response of LM 2ISLR to LM 2ISLR Response of LM 2ISLR to RS
.05 .05
.04 .04
.03 .03
.02 .02
.01 .01
.00 .00
-.01 -.01
-.02 -.02
-.03 -.03
5 10 15 20 25 30 35 40 45 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Response of LM 2ISLR to LPDBR Response of LM 2ISLR to EXPINF
.05 .05
.04 .04
.03 .03
.02 .02
.01 .01
.00 .00
-.01 -.01
-.02 -.02
-.03 -.03
5 10 15 20 25 30 35 40 45 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Gambar 8. Respon Permintaan M2 Islam terhadap Guncangan Variabel PDB, Inflasi yang
Diharapkan, dan Return Syariah Sebesar Satu Standar Deviasi
154 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia April
Permintaan M2 Islam secara umum persen. Dari mulai periode ke-24 hingga
merespon positif terhadap guncangan PDB. periode ke-48, guncangan inflasi yang diha-
Tetapi untuk guncangan variabel inflasi yang rapkan merupakan variabel dominan kedua
diharapkan dan return Syariah direspon yang mempengaruhi fluktuasi permintaan M1
negatif oleh permintaan M2 Islam. Seperti Islam. Variabel PDB dan tingkat return
terlihat pada Gambar 8 respon permintaan M2 Syariah tidak dominan dalam menjelaskan
terhadap guncangan variabel PDB, tingkat fluktuasi permintaan M1 Islam.
inflasi yang diharapkan, dan return Syariah Pengaruh inflasi yang diharapkan dalam
mulai stabil pada periode ke-19. Jika menjelaskan variabilitas permintaan M1 Islam
dibandingkan dengan respon permintaan M2 cukup besar. Hal ini sebenarnya tidak
konvensional, respon permintaan M2 Islam diharapkan dalam konsep ekonomi Islam.
terhadap guncangan variabel lainnya lebih Tetapi bisa dijelaskan mengingat dalam M1
cepat menuju kestabilan. masih terdapat unsur uang kartal. Karakteristik
Tabel 3. berikut meringkas hasil impuls uang kartal sebagai uang fiat konvensional
respon permintaan M1 dan M2 Islam terhadap yang bersifat inflatoir berarti masih sangat
guncangan variabel PDB, tingkat return dominan dalam mempengaruhi unsur M1
Syariah, dan inflasi yang diharapkan. Islam.
Permintaan M1 dan M2 Islam mulai stabil Gambar 10 menunjukkan hasil variance
dalam merespon guncangan variabel PDB, decomposition untuk permintaan M2 Islam.
inflasi yang diharapkan, dan return Syariah Inovasi variabel permintaan M2 Islam
rata-rata pada periode ke-19. terhadap fluktuasi permintaan M2 dominan
mempengaruhi pada periode pertama sebesar
b. Variance Decomposition Permintaan M1 100 persen. Mulai periode ke-12 sampai
dan M2 Islam periode ke-48, guncangan permintaan M2
Untuk setiap periode peramalan, inovasi Islam masih memberikan kontribusi yang
pada permintaan M1 Islam sendiri yang masih dominan dalam menjelaskan permintaan M2
dominan memberikan kontribusi terbesar Islam, tetapi porsinya terus menurun. Pada
dalam menjelaskan variabilitas permintaan M1 periode ke-12, PDB memberikan kontribusi
Islam. Untuk periode 12 bulan ke depan, sekitar 13.26 persen dalam menjelaskan
variabilitas permintaan M1 Islam dijelaskan variabilitas permintaan M2 Islam. Dari mulai
oleh inovasi inflasi yang diharapkan sebesar periode ke-12 hingga periode ke-48 pengaruh
20.09 persen, sedangkan guncangan guncangan inflasi yang diharapkan terhadap
permintaan M1 Islam sendiri mempengaruhi fluktuasi permintaan M2 terus meningkat.
fluktuasi permintaan M1 Islam sebesar 59.67
Tabel 3. Respon Permintaan M1 dan M2 Islam terhadap Guncangan Variabel PDB, Inflasi yang
Diharapkan, dan Return Syariah Sebesar Satu Standar Deviasi
Respon Permintaan M1 Islam Respon Permintaan M2 Islam
Guncangan PDB Positif dan permanen, stabil Positif dan permanen, stabil
mulai periode ke-20 mulai periode ke-21
Guncangan Inflasi yang Negatif dan permanen, stabil Negatif dan permanen, stabil
Diharapkan mulai periode ke-19 mulai periode ke-19
Guncangan Return Syariah Negatif dan permanen, stabil Negatif dan permanen, stabil
mulai periode ke-15 mulai periode ke-19
2008 Hasanah, dkk. 155
60 RS
LPDBR
40 LM1ISLR
20
0
1 12 24 36 48
Periode
60
LPDBR
40
LM2ISLR
20
0
1 12 24 36 48
Periode
Untuk variabel return Syariah, guncangan M1 Islam. Proporsi uang kartal sendiri sangat
pada variabel ini justru tidak dominan besar jika dibandingkan dengan giro wadi’ah,
mempengaruhi variabilitas permintaan M2 tabungan mudharabah dan investasi
Islam. Hal ini mengindikasikan bahwa orang mudharabah pada perbankan Syariah.
tidak terlalu mempermasalahkan return
Syariah naik atau tidak dalam pertimbangan 6. Perbandingan Permintaan Uang Kon-
memegang uang. Ini dapat dijelaskan bahwa vensional dan Permintaan Uang Islam
orang yang menempatkan aset mereka pada
Untuk lebih mempertajam analisis, akan
skim perbankan Syariah hanya berlandaskan
dibandingkan permintaan uang konvensional
pada landasan religiusnya bahwa bunga adalah
dan permintaan uang Islam, baik M1 maupun
haram. Jadi tidak masalah return Syariah naik
M2, dari hasil Impulse Response Function
ataupun tidak mereka tetap menempatkan aset
maupun Variance Decomposition.
mereka pada skim Syariah.
Untuk variance decomposition M2 Islam, a. Perbandingan Permintaan M1 Konven-
pengaruh inflasi yang diharapkan dalam sional dan Permintaan M1 Islam
menjelaskan variabilitas permintaan M2 Islam
Dari gambar 11 terlihat bahwa guncangan
cukup besar. Hal ini sebenarnya tidak
suku bunga (IDEP) memberikan pengaruh
diharapkan dalam konsep ekonomi Islam.
negatif dan permanen terhadap M1
Tetapi bisa dijelaskan mengingat dalam M2
konvensional (LM1R), dan menjadi stabil
masih terdapat unsur uang kartal yang
setelah periode ke 20. Sedangkan, guncangan
termasuk dalam M1. Karakteristik uang kartal
return Syariah (RS) memberikan pengaruh
sebagai uang fiat konvensional berarti masih
negatif dan permanen terhadap M1 Islam
sangat dominan dalam mempengaruhi unsur
(LM1ISLR), dan menjadi stabil setelah
156 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia April
.03
.01 .02
.01
.00 .00
-.01 -.01
-.02
-.02 -.03
5 10 15 20 25 30 35 40 45 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Gambar 11. Respon Permintaan M1 Konvensional terhadap Suku Bunga vs. Respon M1 Islam
terhadap Return Syariah
Variance Decomposition M1
120
100
80 EXPINF
60 IDEP
% LPDBR
40
LM1R
20
0
1 12 24 36 48
Periode
120
100
80 EXPINF
60 RS
% LPDBR
40
LM1ISLR
20
0
1 12 24 36 48
Periode
.012 .03
.008 .02
.01
.004 .00
.000 -.01
-.004 -.02
-.008 -.03
5 10 15 20 25 30 35 40 45 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Gambar 13. Respon Permintaan M2 Konvensional terhadap Suku Bunga vs. Respon M2 Islam
terhadap Return Syariah
100 100
80 EXPINF 80 EXPINF
%
%
60 IDEP 60 RS
LPDBR LPDBR
40 40
LM2R LM2ISLR
20 20
0 0
1 12 24 36 48 1 12 24 36 48
Periode Periode
7. Hubungan Antara Jumlah Uang M1. Sedangkan untuk model permintaan M2,
Beredar Konvensional dan Jumlah Uang suku bunga berpengaruh signifikan dan positif
Beredar Islam dengan Tingkat Harga terhadap permintaan M2. Berdasarkan hasil
IRF, permintaan M1 kurang stabil dalam
Analisis yang digunakan untuk menjawab
merespon guncangan variabel lainnya.
permasalahan yang ketiga ini adalah dengan
Sedangkan permintaan M2 cukup stabil dalam
menggunakan VAR first difference. Hal ini
merespon guncangan variabel lainnya jika
dilakukan karena setelah dilakukan semua
dibandingkan dengan permintaan M1. Tidak
tahapan estimasi VAR, ternyata tidak ditemu-
ditemukan adanya mekanisme penyesuaian
kan adanya kointegrasi jangka panjang antara
dari jangka pendek ke jangka panjangnya,
jumlah uang beredar konvensional dan jumlah
karena Error Correction Term (ECT) secara
uang beredar Islam dengan tingkat harga.
statistik tidak signifikan.
Sehingga estimasi dengan VECM pun tidak
bisa dilanjutkan. Hasil VAR first difference Pada model permintaan uang Islam dalam
lebih lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran sistem perbankan ganda, PDB berpengaruh
6. Hasilnya menunjukkan bahwa hanya M2 positif terhadap permintaan M1 dan M2 Islam.
sajal yang berpengaruh signifikan terhadap Sedangkan tingkat inflasi yang diharapkan dan
tingkat harga, meski dalam jangka pendek. tingkat return Syariah berpengaruh negatif
Sedangkan untuk jangka panjangnya dikata- terhadap permintaan M1 dan M2 Islam.
kan tidak cukup bukti untuk menunjukkan Berdasarkan IRF, permintaan M1 dan M2
adanya hubungan karena memang tidak Islam dikatakan cukup stabil dalam merespon
ditemukan adanya kointegrasi. Hasil ini inovasi variabel lainnya. Terdapat mekanisme
mendukung penelitian yang dilakukan Izhar penyesuaian dari jangka pendek ke jangka
dan Asutay (2007) bahwa baik dalam panjangnya, karena Error Correction Term
persamaan jangka panjang maupun persamaan (ECT) secara statistik signifikan.
jangka pendek dengan error correction model Dengan tidak ditemukannya kointegrasi
variabel M2 konvensional dan M2 Islam tidak pada analisis hubungan jumlah uang beredar
mempunyai hubungan yang signifikan dengan dengan tingkat harga, maka dapat disimpulkan
tingkat harga. Tetapi nilai error correction bahwa dalam jangka panjang tidak cukup
term (ECT) pada sistem konvensional lebih bukti empiris untuk menunjukkan adanya
besar daripada ECT pada sistem Islam. hubungan antara jumlah uang beredar baik
Perbedaannya adalah pada penelitian ini konvensional maupun Islam dengan tingkat
ditunjukkan bahwa baik M1 dan M2 harga.
konvensional maupun M1 dan M2 Islam tidak
efektif dalam mempengaruhi tingkat harga 2. Rekomendasi
pada jangka panjang karena tidak terjadi
kointegrasi. Berdasarkan penelitian dapat dilihat
bahwa permintaan M1 dan M2 konvensional
KESIMPULAN DAN kurang stabil dan tidak ada mekanisme
penyesuaian dari jangka pendek ke jangka
REKOMENDASI 1. Kesimpulan panjangnya. Hal ini memberikan gambaran
Pada model permintaan uang konven- untuk Bank Indonesia agar lebih berhati-hati
sional, PDB berpengaruh positif terhadap dalam menggunakan jumlah uang beredar M1
permintaan uang M1 dan M2 secara signifi- dan M2 sebagai sasaran antara dalam menca-
kan, tingkat inflasi yang diharapkan signifikan pai sasaran akhir pengendalian moneternya.
berpengaruh negatif terhadap permintaan M1 Bank Indonesia juga harus mengkaji ulang
dan M2, suku bunga berpengaruh tidak penetapan inflation targeting dengan menggu-
signifikan secara statistik terhadap permintaan nakan M1 dan M2 sebagai sasaran antara,
2008 Hasanah, dkk. 159
karena hasil penelitian menunjukkan bahwa Chapra, M.U., 1996. “Monetary Management
M1 dan M2, baik konvensional maupun Islam, in Islamic Economy.” Islamic Economic
tidak terdapat kointegrasi dengan tingkat Studies 4 (1).
harga. Pemerintah dan otoritas moneter Darrat, A.F., 2000. “On The Efficiency of
diharapkan membuat peraturan-peraturan yang Interest-free Monetary System: A Case
dapat menjadi payung perlindungan bagi
Study.” Paper, ERF’s Seventh Annual
pengembangan perbankan Syariah di masa Conference. Amman-Jordan, 26-29
yang akan datang. Bagi seluruh akademisi dan Oktober.
praktisi yang concern terhadap perkembangan
ekonomi Syariah, disarankan untuk lebih giat Fardmanesh, M. dan S.A. Siddiqui, 1994.
dalam menyebarluaskan ekonomi Syariah “Financial Instability and a Share
kepada masyarakat umum. Economy.” Eastern Economic Journal,
USA, Winter 1994, pp. 75-84.
Untuk penelitian selanjutnya disarankan
agar analisis permintaan uang dan stabilitas Izhar, H. dan M. Asutay, 2007. “The
moneter ini dipecah terhadap masing-masing Controllability and Reliability of
unsur yang ada dalam M1 dan M2, seperti Monetary Policy in Dual Banking System:
permintaan terhadap uang kartal, terhadap Evidence from Indonesia.” Paper.
demand deposits, dan uang kuasi untuk Dipresentasikan di IIUM International
konvensional maupun untuk Islamnya karena Conference on Islamic Banking and
kemungkinan besar mempunyai perilaku yang Finance (IICiBF). Kuala Lumpur,
berbeda. Malaysia: International Islamic University
Malaysia, 23-25 April.
REFERENSI Kaleem, A., 2000. “Modeling Monetary
Achsani, N.A., O. Holtemöller dan H. Sofyan, Stability under Dual Banking System: The
2005. “Econometric and Fuzzy Modelling Case of Malaysia.” International Journal
of Indonesian Money Demand.” dalam: of Islamic Financial Services 2 (1).
Pavel Cizek, Wolfgang H., dan Rafal W. Khan, M., 1986. “Islamic Interest Free Ban-
Statistical Tools For Finance and king.” IMF Staff Papers 33 (1), pp. 1-27.
Insurance. Berlin Heidelberg, Germany: Kia,A., 2001. “Interest-free and Interest-
Springer-Verlag. bearing Money Demand: Policy Invarian-
Ascarya, 2007. “Optimum Monetary Policy ce and Stability.” Paper. Atlanta, GA:
under Dual Financial/Banking System.” Department of Economics, Emory Univer-
Paper. Dipresentasikan pada USIM sity.
Islamic Economics Conference (IECONS Mankiw, N.G., 2003. Teori Makroekonomi
2007). Kuala Lumpur, Malaysia: [terjemahan]. Jakarta, Indonesia:
Universiti Sains Islam Malaysia, 17-19 Erlangga.
Juli.
Meera, A.K.M., 2004. The Theft of Nations:
Astiyah, S. dan D.F. Anugrah, 2006. Returning to Gold. Selangor, Malaysia:
“Kebijakan Moneter Tepadu dalam Dual Pelanduk Publications.
Banking System.” Working Paper.
Jakarta, Indonesia: Biro Riset Ekonomi, Mishkin, F.S., 2001. The Economics of
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Money, Banking, and Financial Markets.
Moneter, Bank Indonesia. Columbia University.
Perwataatmaja, K., 2002. “Prospek Bank
Islam sebagai Alternatif Pemecahan
Problema Lembaga Keuangan Konven-
160 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia April
sional.” dalam: Ashari A.T. Ekonomi dan Kolokium Nasional, ITB. Bandung,
Bank Syariah pada Millenium Ketiga. Indonesia: SBM-ITB, September.
Medan, Indonesia: IAIN Press. Sakti, A., 2007. Sistem Ekonomi Islam:
Ryandono, M.N.H., 2006. “Mempertanyakan Jawaban atas Kekacauan Ekonomi
Kebenaran Paradigma Hubungan Bunga, Modern. Jakarta, Indonesia: Paradigma &
Investasi (Kredit), dan Pertumbuhan Aqsa Publishing.
Ekonomi: Haramnya Sistem Bunga (Riba) Zangeneh, H., 1995. “A Macroeconomic
Secara Teortik dan Empirik.” Paper. Model of an Interest-free System.” The
Dipresentasikan pada Seminar dan Pakistan Development Review 34 (1), pp.
55-68.
2008 Hasanah, dkk. 161
LAMPIRAN
M1 Konvensional M2 Konvensional
JANGKA PENDEK JANGKA PENDEK
VARIABEL KOEFISIEN VARIABEL KOEFISIEN
CointEq1 -0.004782 CointEq1 -0.016676
D(LM1R(-1)) -0.226543 D(LM2R(-1)) -0.062076
D(LM1R(-2)) -0.124576 D(LM2R(-2)) -0.097405
D(LM1R(-3)) -0.098427 D(LM2R(-3)) -0.458014
D(LPDBR(-1)) 0.148982 D(LPDBR(-1)) 0.173739
D(LPDBR(-2)) 0.230850 D(LPDBR(-2)) -0.133496
D(LPDBR(-3)) 0.820409 D(LPDBR(-3)) 0.198534
D(IDEP(-1)) -0.016460 D(IDEP(-1)) -0.000128
D(IDEP(-2)) -0.040887 D(IDEP(-1)) 0.007871
D(IDEP(-3)) 0.043755 D(IDEP(-1)) -0.007317
D(EXPINF(-1)) -0.000194 D(EXPINF(-1)) 0.008823
D(EXPINF(-2)) -0.000696 D(EXPINF(-2)) 0.001523
D(EXPINF(-3)) -0.002046 D(EXPINF(-3)) 0.000190
JANGKA PANJANG JANGKA PANJANG
LPDBR(-1) 0.957497 LPDBR(-1) 1.055990
IDEP(-1) -0.005443 IDEP(-1) 0.015002
EXPINF(-1) -0.360059 EXPINF(-1) -0.432484
Catatan : Cetak tebal menunjukkan variabel signifikan pada taraf 5 %
Lampiran 5: Hasil Estimasi VECM Permintaan M1 dan M2 Islam
M1 Islam M2 Islam
JANGKA PENDEK JANGKA PENDEK
VARIABEL KOEFISIEN VARIABEL KOEFISIEN
CointEq1 -0.169597 CointEq1 -0.129318
D(LM1ISLR(-1)) -0.591018 D(LM2ISLR(-1)) -0.581670
D(LM1ISLR(-2)) -0.260233 D(LM2ISLR(-2)) -0.243357
D(LPDBR(-1)) -3.441561 D(LPDBR(-1)) -3.199146
D(LPDBR(-2)) 3.474387 D(LPDBR(-2)) 3.436573
D(RS(-1)) 0.006353 D(RS(-1)) 0.006203
D(RS(-2)) 0.000638 D(RS(-2)) 0.000384
D(EXPINF(-1)) 0.021619 D(EXPINF(-1)) 0.019626
D(EXPINF(-2)) 0.010525 D(EXPINF(-2)) 0.009812
JANGKA PANJANG JANGKA PANJANG
LPDBR(-1) 0.907528 LPDBR(-1) 0.929250
RS(-1) -0.044415 RS(-1) -0.064118
EXPINF(-1) -0.187134 EXPINF(-1) -0.219045
Catatan : Cetak tebal menunjukkan variabel signifikan pada taraf 5 %
2008 Hasanah, dkk. 163
Lampiran 6: Hasil VAR First Difference untuk Hubungan Jumlah Uang Beredar dengan Tingkat
Harga
D(LIHK) dan D(LM1) D(LIHK) dan D(LM1ISL)
Variabel D(LIHK) Variabel D(LIHK)
D(LIHK(-1)) 0.093384 D(LIHK(-1)) 0.043796
D(LM1(-1)) 0.012194 D(LM1ISL(-1)) 0.036640
C 0.006687* C 0.006790*
D(LIHK) dan D(LM2) D(LIHK) dan D(LM2ISL)
Variabel D(LIHK) Variabel D(LIHK)
D(LIHK(-1)) 0.084686 D(LIHK(-1)) 0.049139
D(LM2(-1)) 0.275592* D(LM1ISL(-1)) 0.035924
C 0.004561* C 0.006705*
Tanda asterik(*) menunjukkan bahwa variabel signifikan pada taraf 5 %