Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 28

Problem 1: Properties of Water, Mass, and Energy Balances of Steam and Water Chemical

Engineering Department – FTUI, February 2020


Part 1
Zetta, Zidan, and Zulfa are first year chemical engineering students. Their thermodynamics course,
Pak Kuncung, told them that in two weeks they will have a short exam on properties of water and
steam. He did not forget to mention that water is a very important fluid involved in many biological,
chemical and physical processes. Not to mention that human body consist of approximately 70-%
water by weight!
Zetta found two PVT diagrams shown below but could not be sure which diagram represented water
(H2O) in its three phases (ice, water, and water vapor). Could you help him? Do you think the fact
that ice floats in water could be used to select the right diagram?

Once Zetta know which diagram applies to water. He knew that he should be able to explain the
meaning of the surfaces, lines, and point (critical point) indicated in the diagram.
Help him explain the diagram using the following concepts: a substance, saturated condition,
equilibrium between phases, Gibbs phase rule, intensive and extensive variables.
Explain why the degrees of freedom of the surfaces of one (S/L/V), two (S-L, S-V, L-V) and three
stable phases (triple line) are two, one and zero, respectively.
The followings are problems Zetta suggested that the group solve as preparation for the exam:

(a) Two kg of a two-phase, liquid–vapor mixture of carbon dioxide (CO2) exists at 40 o C in a 0.05m3
tank. Determine the quality of the mixture, if the values of specific volume for saturated liquid and
saturated vapor CO 2 at 40 o C are 0.896x10-3 m3 /kg and 3.824x10-2 m3 /kg, respectively.

(b) Steam is contained in a closed rigid container with a volume of 1 m3. Initially, the pressure and
temperature of the steam are 7 bar and 500o C , respectively. The temperature drops as a result of heat
transfer to the surroundings. Determine the temperature at which condensation first occurs, in C, and
the fraction of the total mass that has condensed when the pressure reaches 0.5 bar. What is the
volume, in m3, occupied by saturated liquid at the final state?
Jawab:
Untuk memahami diagram PVT diperlukan pemahaman terlebih dahulu berkaitan dengan diagram
PVT
1. Permukaan
Permukaan merupakan suatu area yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
daerah suatu fasa (gas, cair, padat) dari suatu zat murni pada luas rentang P-V-T tertentu.

2. Garis
Garis pada diagram fasa berfungsi sebagai pembatas yang memisahkan antara dua fasa. Garis ini
juga menunjukkan karakteristik kejenuhan tiap-tiap fasa (padat, cair, gas) dari suatu zat.

3. Titik Kritis (Critical Point)


Titik dimana fasa kesetimbangan cairan dan uap tidak dapat dibedakan lagi dan memiliki sifat
fisik yang sama akibat peningkatan temperatur terus-menerus hingga suhu kritisnya (TC).

4. Zat
Sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang (memiliki volume), berada karena dirinya
sendiri dan pada dirinya sendiri.

5. Fasa Zat
Fasa adalah bagian dari sistem yang komposisi sifat kimia dan sifat fisikannya seragam yang
dipisahkan oleh lapisan batas dengan sistem lainnya. Terdapat 3 fasa zat yang ada di alam ini,
yaitu:
a. Padatan
Dalam fasa padat, molekul saling terikat satu sama lain oleh tekanan molekul yang
kuat dengan bentuk dan volume tetap. Ruang kosong antar molekulnya sedikit maka molekul
dapat berosilasi sehingga mencapai kesetimbangan

b. Cairan
Ikatan molekulya lebih lemah dari fase padat sehingga molekul cairan masih dapat
bergerak relative. Bentuk cairan akan mengikuti wadahnya

c. Uap
Molekul gas saling berjauhan dan bergerak secara acak sehingga bertabrakan satu
sama lain

6. Kondisi Jenuh
Jenuh adalah keadaan fasa suatu zat fluida pada temperature didihnya sesuai dengan
tekanannya. Pada keadaan jenuh, jika fluida diberikan kalor atau dipanaskanmaka tidak
mengalami kenaikan temperatur namun terjadi perubahan fasa zat. Kondisi jenuh juga bisa
dikatakan sebagai kondisi saat campuran antara uap dan cairan terjadi secara bersamaan.
7. Kesetimbangan Fasa
Kesetimbangan memiliki arti keadaan stabil suatu sistem. Dalam termodinamika setimbang
berarti tidak adanya perubahan dan tidak adanya kecenderungan untuk berubah dalam skala
makroskopik. Kesetimbagan antar fasa adalah keadaan dimana terdapat dua atau lebih fasa dan
tidak ada kecenderungan untuk berubah atau konstan.

8. Perubahan Fasa
Perubahan fasa adalah perubahan fisik yang terjadi saat materi berubah karena perubahan
suhu atau tekanan. Terdapat 6 perubahan fasa yang terjadi yaitu, pembekuan (cair-padat),
peleburan (padat-cair), pengembunan (gas-cair), penguapan (cair-gas), sublimasi (padat-gas), dan
deposisi (gas-padat).

9. Variabel Intensif dan Ektensif


a. Variabel Intensif: Nilainya tidak dipengaruhi oleh ukuran sistem (massa) dan dapat
bervariasi pada waktu yang berbeda (sifat posisi waktu). Contoh: Volume spesifik, tekanan,
dan temperature.
b. Variabel Ekstensif: nilainya bergantung pada ukuran atau tingkat sistem serta dapat
dijumlahkan. Contoh: Volume, Massa dan Energi

10. Aturan Fasa Gibbs


Gibbs menyatakan bahwa untuk dapat menentukan besaran – besaran intensif sistem dengan
lengkap, sejumlah besaran intensif perlu diketahui atau ditentukan harganya. Besaran intensif
pada Aturan Fasa Gibbs adalah suhu (T), tekanan (P),
Besaran intensif tersebut dapat dihitung menggunakan rumus “Degree of Freedom”, yaitu:

F = N – π +2
dimana, N adalah jumlah komponen dan π adalah jumlah fasa.
a. Degrees of Freedom of the Surfaces of One (S-L-V)
F (S-L-V) = 1 – 3 + 2 = 0
Degree of freedom yang bernilai 0 berarti sistem tersebut tidak membutuhkan data variable
intensif (P, V, T) untuk menentukan titik kesetimbangannya. Titik ini bersifat unik dan
spesifik bagi tiap zat, titik ini juga biasa disebut sebagai triple point.

b. Degrees of Freedom of the Surfaces of Two (S-L atau L-V atau S-V)
F (S-L atau L-V atau S-V) = 1 – 2 + 2 = 1
Degree of freedom yang bernilai 1 berarti sistem tersebut membutuhkan data tambahan
berupa 1 buah variable intensif (P,V,T) untuk menentukan titik kesetimbangannya.

c. Degrees of Freedom of the Surfaces of Three (S atau L atau V)


F (S atau L atau V) = 1 – 1 + 2 = 2
Degree of freedom yang bernilai 2 berarti sistem tersebut membutuhkan data berupa 2 buah
variable intensif (P,V,T) untuk menentukan titik kesetimbangannya.
DIAGRAM P-V-T
1. Diagram P-V
Diagram P-V dapat diperoleh dari proyeksi
permukaan tekanan dan volume spesifik dan dicatat
bahwa kondisinya ialah isotermis. Pada temperature
di bawah suhu kritis, tekanan tak berubah dan zona
liquid-vapor dilalui. Tetapi pada fase uap tekanan
menurun dan volume spesifik naik pada suhu tertentu
dan pada temperature lebih dari suhu kritis, tekanan
menurun secara kontinu di suhu tetap dengan
peningkatan volume spesifik.
Setiap temperatur tertentu yang lebih rendah dari
temperature kritis, tekanan akan tetap pada saat Gambar 1. Diagram P-V
daerah fase cair-uap dilewati. Sedangkan pada
daerah fase cair dan uap tekanan akan menurun pada temperature tetap akibat kenaikan volume
spesifik saat temperature lebih besar dari temperature kritis. pada suhu konstan tekanan akan
menurun seiring dengan kenaikan volume spesifik dan tidak melewati daerah cair-uap. Terdapat
dua macam diagram P-V, yaitu

(a) (b)
Gambar 2 Diagram P-V (a). zat yang menyusut jika dibekukan. (b). mengembang jika dibekukan

Pada kondisi tertentu air dapat berada sebagai fase padat, cair dan gas sekaligus. Kondisi ini
disebut sebagai kesetimbangan cair-padat-gas dan digambarkan dalam triple line. Pada diagaram
P-T, kondisi ini ditunjukkan oleh titik (triple point).
2. Diagram T-V
Merupakan bentuk proyeksi P-V-T pada bidang T-V memunculkan daerah cair-uap dan
daerah uap dari permukaan PVT. Saat tekanan lebih rendah dari tekanan kritis maka tekanan dan
temperature akan konstan saat melewati daerah dua fase. Pada daerah fase tunggal semakin
meningkat temperature seiring dengan volume spesifik. Tekanan akan tetap saat tekanan lebih
besar atau sama dengan tekanan kritis. Maka temperature meningkat seiring dengan peningkatan
volume spesifik dan tekanan akan tetap namun tidak melintasi daerah cair-uap.
3. Diagram P-T
Pada diagram fasa, terdapat tiga daerah yaitu, padat, cair dan gas.

Gambar 3. Diagram PT
Maka dapat disimpulkan dari proyeksi diagram PT, PV, dan VT, kita dapatkan:

Diagram PVT kiri adalah saat penyusutan zat beku dan PVT kiri adalah kondisi
ekspansi zat saat dibekukan.
Diagrams
PT and/or PV diagram as you think appropriate to explain why:
a. the solid phase is very steep compared to the surfaces of the other two phases in terms of the
distance and the interaction between water molecules in each phase
Jawaban berkisar antara hubungan entropi dan perubahan volume yang terjadi, untuk tetap
menjaga keseimbangan terdapat 2 fase, liquid-vapor dalam air, maka laju perubahan tekanan
harus sama dengan laju perubahan temperature (jika ditinjau dari diagram P-T).
Hal ini bekaitan dengan chemical potential yang terjadi antara solid dan vapor yang harus
sama, sedangkan chemical potential, atau μharus sama terhadap perubahan P dan T. Terdapat
rumus yang menyatakan
dμ=dG=−SdT +VdP
dP ∆ S
Maka jika dijabarkan, =
dT ∆ V

Bila gradien dijabarkan maka gradien solid-liquid paling besar sehingga curam.

b. skaters could glide easily across ice wearing an ice-skating shoe


Dengan diagram PT dapat dibandingkan. Pada saat meluncur di permukaan es, para peluncur
menggunakan sepatu khusus yang dilengkapi dengan batang logam horizontal terhadap
permukaan es. Ketika fasa padat air (es) diberikan tekanan ia akan mencair melewati saturated
line antara solid-liquid. Fenomena ini berkaitan dengan hukum fisika dimana tekanan berbanding
lurus dengan gaya (force) dan berbanding terbalik dengan luas bidang sentuh (area).
Faktor lainnya ialah kenaikan temperatur karena gesekan disipasi pada permukaan es, sehinga
suhu melebihi titik beku air.

c. it takes longer to boil eggs in Bandung than it is in Jakarta using the same cooking utensils,
amount of water, eggs, and heating conditions
Semakin tinggi posisi terhadap permukaan laut, tekanan semakin menurun dan titik didih air
bergantung pada tekanan. Pada Bandung, titik didih air berkisar 70°C karena ketinggian Bandung
yang dapat mencapai 8880 meter diatas permukaan laut. Fenomena titik didih ini dapat lebih
terlihat jelas dengan diagram P-T, terdapat slope landai antara gas dan liquid dan peristiwa
pendidihan terjadi sepanjang garis tersebut. Di Jakarta yang kurang lebih tingginya sama dengan
pantai, air mendidih pada 100°C. Saat memasak telur rebus, dengan alat yang sama dan jumlah
bahan serupa, air akan lebih dahulu menguap pada Bandung karena titik didihnya lebih rendah
oleh karena itu dibutuhkan waktu yang lebih lama.

In a PT and a PV diagram indicate (where appropriate) the position of:


a. the pressure, volume, and temperature of water at its critical and triple point

Gambar 4. Diagram P-T air (H2O)


Gambar 5. Diagram P-V air (H2O)
 the density of ice, water, and water vapor at ambient condition (25C)
 Determine the phase or phases in a system consisting of at the following conditions and
sketch p –v and T–v diagrams showing the location of each state.
point A (5 bar, 151.9C), point B (5 bar, 200C), point C (2.5 MPa, 200C); put label of the
phases
In both PT and PV diagram show the path of the following processes:

 water initially at a higher pressure than its saturation pressure (compressed liquid), is brought
30 psia at constant temperature until the water just begins to form vapor (path 1-2); then it
was heated at constant pressure until its enthalpy is six times the enthalpy of saturated water
at 30 psia (path 2-3)
 mixture of water and water vapor in equilibrium having quality of 50% is heated at a
temperature of 130C until its specific volume reached 3.2 times the specific volume of the
mixture at initial state

Zetta’s Suggestion:
a) Volume spesifik (v) didefinisikan sebagai satuan volume per massa. Dimana jika sebuah fluida
berada dalam dua fase, yaitu liquid dan gas (vapor), maka volumenya sama dengan total volume
dalam dua fase tersebut. Sehingga, volume spesifik dalam dua fase dapat dinyatakan sebagai
berikut.
V =V liq +V vap (1)

V V liq V vap
v= = + (2)
m m m

dimana V liq =mliq . v liq dan V vap =m vap . v vap. Sehingga, didapatkan persamaan sebagai berikut.

(3)
v= ( mm ) v
liq
liq +(
mvap
m
) v vap

Kualitas (x) didefinisikan sebagai berikut.


m vap (4)
x=
m
m liq (5)
1−x=
m
Kemudian mensubsitusikan persamaan (4) dan (5) ke persamaan (3) untuk mendapatkan
persamaan berikut.

v=( 1−x ) v liq + x v vap (6)

v=v liq + x ( v vap−v liq ) (7)

Volume spesifik CO2 dalam keadaan dua fase pada 40°C diperoleh dari definisi volume
spesifik, sehingga, v CO2 pada 40°C adalah

0.05 m3 3
v= =0.025 m /kg=25 l/kg
2 kg
Diketahui bahwa volume spesifik total dari campuran yaitu 25liter/Kg. Kualitas, yang dapat
diartikan sebagai fraksi massa uap, dapat diterjemahkan sebagai:
massauap (4)
kualitas =
massa uap +massacair

Data yang diketahui


v=0.05 m3
v f =0.896× 10−3 m3/kg
v g=3.824 × 10−2 m3/kg
v=v f + x ( v g −v f )

Penjabaran rumus didapatkan dari fraksi massa yang dikali volume spesifik lalu dijumlah per
fasanya seperti penurunan yang telah dilakukan sebelumnya dengan x sebagai kualitas.
Perbedaannya adalah notasi liquid pada persamaan (7) diubah menjadi fluida dan notasi
vapor diubah menjadi gas dengan tujuan menerapkan notasi yang lebih umum / aplikatif.
Dalam rumus di atas kita masukkan data yang telah diketahui:

0.05 m3 −3 3 −2 3 −3 3
=0.896 × 10 m /kg+ x ( 3.824 ×10 m /kg−0.896 ×10 m /kg )
2 kg

0.024104 m 3 /kg=x ( 0.037344 m 3 /kg )


x=0.645=64.5 %

Maka kualitas campuran (mixture) adalah 0,645 atau sebesar 64,5%.


b) Diketahui:
 Uap dipanaskan dikontainer tertutup
 P1 = 7 bar
 T1 = 500oC
 V = 1 m3

Ditanya:
a. Suhu saat terjadinya kondensasi
b. Fraksi total massa yang terkondensasi
c. Volume (Cair jenuh) dikondisi akhir

Asumsi:
 Uap berada dalam system tertutup
 Volume konstan

Jawab:
 Dari asumsi yang dibuat dapat dicari data-data yang terdapat pada table A-4 dan A-2, yaitu:
 Saat P = 7 bar dan T = 500OC maka,

V1 = Vc = V2 = 0.5070 m3/kg

 Untuk mendapatkan suhu pada saat kondensasi dilakukan interpolasi di suhu 140-150,
yaitu :
x−140 0.5070−0.5089
=
150−140 0.3928−0.5089
x−140 −0.0019
=
10 −0.1161
x−140
=0.0163
10
x−140=0.163
x=140.163 oC
Jadi, suhu saat terjadinya kondensasi adalah 140.163oC

 Fraksi kondensasi (Saat P = 0.5 bar)


mf 2
fraksi kondensasi= =1−x 2
m

Berdasarkan table A-3 saat P = 0.5 bar didapatkan:


Vf = 1.0300 x 10-3 m3/kg;
Vg = 3.240m3/kg,
V 2−Vf 2 0.5070−0.00103
Maka, X2 ¿ = =0.1480
Vg2−Vf 2 3.420−0.00103

Fraksi Kondensasi = 1 – X2 = 1 – 0.1480 = 0.8520


Jadi fraksi massa total yang terkondensasi adalah 0.8520

 Volume cair jenuh di kondisi 2


 Total massa sistem

V 1 m3
m¿ = =1.972 kg
V 1 0.5070 m 3 /kg

 Volume cair jenuh di kondisi 2


Vf2 = m . vf2 = (1.972 kg)(1.0300 x 10-3 m3/kg)
Vf2 = 0.00203 m3

Dapat disimpulkan bahwa volume cair jenuh pada saat kondisi 2 adalah 0.00203 m3

Part 3
Zidan is responsible to explain phase diagram of a substance other than water. Help him find out the
reasons why dry ice (solid CO2) is used to keep ice cream stays cold and not melt? Use the following
PT diagram of CO2.

Jawaban:
Dry Ice merupakan karbon dioksida yang dapat ditemui dalam fasa padat (beku). Dry ice
memiliki sifat sublimasi yang sangat bagus karena dapat berubah langsung menjadi gas karbon
dioksida. Suhu yang sangat rendah dan sifat sublimasi menjadikan dry ice sangat baik untuk
pendinginan, seperti pendingin makanan pada waktu diangkut dalam jarak jauh.
Berdasarkan diagram fasa CO2 di atas, dapat dilihat bahwa pada tekanan atmosfer, yaitu 1
atm, padatan dry ice memiliki suhu permukaan -78,4oC. Hal tersebut menandakan bahwa, pada
tekanan 1 atm, dry ice memiliki suhu permukaan yang sangat rendah. Suhu permukaan dry ice yang
sangat rendah menyebabkan dry ice dapat digunakan untuk proses pembekuan serta menjaga barang-
barang tetap beku.
Pada diagram fasa CO2 di atas, kita juga dapat mengetahui triple point yang dimiliki oleh
CO2, yaitu pada tekanan 5,11 atm dan suhu -56,6oC. Apabila kondisi CO2 berada di atas triple point,
fasa CO2 akan berubah menjadi fasa cair.
Apabila kondisi CO2 berada di bawah triple point, kondisi tersebut merupakan kondisi yang
dimiliki oleh dry ice. Pada kondisi tersebut, terdapat garis sublimasi, di mana terjadi pembentukan
zat padat dari fasa gas atau padat menjadi gas tanpa melalui fasa cair. Istilah sublimasi berlaku untuk
perubahan fisik keadaan padatan menjadi gas. Proses sublimasi yang berlawanan, di mana gas
mengalami perubahan fasa menjadi bentuk padat disebut deposisi atau desublimasi.
Jika tekanan stabil pada sekitar 1 atm, untuk keadaan apa pun tanpa gangguan eksternal,
hanya ada dua fase karbon dioksida, yaitu fase padat dan fase gas. Fase cair pada suhu apa pun pada
1 atm tidak akan pernah ada. Pada kondisi ini, tidak akan pernah terjadi perubahan keadaan dari
padat menjadi cair atau bahkan dari cair menjadi padat.

Apabila kita membandingkan dry ice dengan air, pada tekanan 1 atm, es batu (air) memiliki
suhu yang lebih tinggi dibandingkan dry ice, yaitu 0oC. Kemudian, apabila terjadi kenaikan tekanan
di atas tekanan atmosfer, keadaan es batu akan langsung berubah menjadi cairan. Hal tersebut sangat
berbeda dengan dry ice yang memiliki suhu yang sangat rendah pada keadaan atmosfer dan
perubahan fasa padat menjadi cairan hanya akan terjadi apabila tekanan di atas 5,11 atm. Sifat
unggul dry ice tersebut yang menyebabkan Zidan menggunakan dry ice untuk mendingin es krim dan
menjaga suhu es krim tetap dingin karna es krim tidak akan pernah berubah menjadi keadaan cair
pada kondisi sekitar. Sementara itu, apabila kita menggunakan es batu (air), es batu akan mudah
mencair dan cairan tersebut akan diserap oleh kertas pembungkus dan akan merusaknya.
Part 4
Zulfa’s suggestions
Zulfa suggested that after learning the phases of a pure compound and the PVT data, they should
tackle the first law of thermodynamics. She suggested the following problems for the group to try to
solve:
a) Steam enters the condenser of a vapor power plant at 0.1 bar with a quality of 0.95 and
condensate exits at 0.1 bar and 45oC. Cooling water enters the condenser in a separate stream as
a liquid at 20oC and exits as a liquid at 35oC with no change in pressure. Heat transfer from the
outside of the condenser and changes in the kinetic and potential energies of the flowing streams
can be ignored. For steady-state operation, determine the ratio of the mass flow rate of the
cooling water to the mass flow rate of the condensing stream.
Dari soal diatas dapat diambil asumsi bahwa:
Skema dan data:

Gambar 10. Gambar ilustrasi soal

Asumsi:
 Fluida mengikuti hukum gas ideal
 Perubahan energi kinetk dan potensial diabaikan
 Proses tersebut dalam keadaan tunak (steady-state)

PV = nRT, V Konstan
T
=V
P
300 K
V=
10 Pa
K
V =30
Pa

Berdasarkan persamaan gas ideal :


PV =nRT
Berdasarkan hukum Charles (isobarik) :
V
=konstan
T
Maka....
V1 V2
= ......x 1/s
T 1 T2
V 1 /waktu V 2 /waktu
=
T1 T2
K
30
Pa
( )
s V /waktu
= 2
318 308
V2 K
=29.06
waktu Pa
( )
s
b) The rigid tank illustrated below has a volume of 0.06 m3 and initially contains a two-phase
liquid–vapor mixture of H2O at a pressure of 15 bar and a quality of 20%. As the tank contents
are heated, a pressure-regulating valve keeps the pressure constant in the tank by allowing
saturated vapor to escape. Neglecting kinetic and potential energy effects. Determine the total
mass in the tank, in kg, and the amount of heat transfer, in kJ, if heating continues until the final
quality is x = 0.5.

Penyelesaian:
Diketahui = Tangki dilengkapi pressure regulating valve, untuk menjaga tekanan konstan
V = 0.06 m3
P = 15 bar
x1 = 20% = 0,2
x2 = 0.5

Ditanya
a. Total massa (m2) di dalam tangki, dalam kg?
b. Kalor, dalam kJ?

Jawab :
Asumsi
W cv = 0
Energi Kinetik dan Energi Potensial diabaikan
Mass Rate Balance
dm cv ∑ ṁ ∑ ṁ
= i - e
dt i e

dm cv ∑ ṁ ∑ ṁ
= i - e (tidak ada aliran massa yang masuk)
dt i e
dm cv
= - ∑ ṁe
dt e

Energy Rate Balance


dU cv v i2 v e2
= Q cv - Ẇ cv + ∑ ṁi ( hi + + gz i ) - ∑ ṁ e ( h e + + gz e )
dt i 2 e 2
2
dU cv vi v e2
= Q cv - Ẇ cv + ∑ ṁi ( hi + + gz i ) - ∑ ṁ e ( h e + + gz e ) (Ẇ cv = 0, Energi Potensial
dt i 2 e 2
& Kinetik diabaikan)
dU cv
= Q cv - ṁe he
dt
dU cv dmcv
= Q cv + h e
dt dt
∆ U cv = Q cv + h e ∆ m cv
Q cv = ∆ U cv - h e ∆ mcv
Q cv = ¿ u2 - m 1 u1 ¿ - h e ¿ ¿ - m 1 ¿ ................ (1)

m1 = massa di dalam tangki mula – mula (kg)


m2 = massa di dalam tangki akhir
u1 = energi dalam mula – mula (kJ/kg)
u2 = energi dalam akhir
he = entalpi akhir (kJ/kg)
Q cv = kalor (kJ)

Untuk Keadaan awal (P = 15 bar; x 1 = 0.2)


Dari data Table A-3 (Moran, Fundamentals of Engineering Thermodinamics 8th ed.)

Gambar. Table saturated water

- mencari energi dalam -


u1 = u f + x 1 ¿ - u f ¿
kJ kJ
= 843.16 + 0.2 (2594.5 – 843.16)
kg kg
kJ
= 1193.43
kg
- mencari volume spesifik -
v1 = v f + x 1 ¿ - v f ¿
3
m m3
= 1.1539 x 10−3 + 0.2 (0.1318 – (1.1539 x 10−3 ))
kg kg
3
m
= 0.027
kg

0.06 m3
V
m1 = = 3
= 2.206 kg
v 1 0.0272 m
kg

Untuk Keadaan akhir (P = 15 bar; x 2 = 0.5)


- mencari energi dalam -
u2 = u f + x 2 ¿ - u f ¿
kJ kJ
= 843.16 + 0.5 (2594.5 – 843.16)
kg kg
kJ
= 1718.83
kg
- mencari volume spesifik -
v2 = vf + x2 ¿ - vf ¿
3
m m3
= 1.1539 x 10−3 + 0.5 (0.1318 – (1.1539 x 10−3 ))
kg kg
3
m
= 0.0664
kg

0.06 m3
V
m2 = = 3
= 0.9036 kg
v 2 0.0664 m
kg

- mencari entalpi -
h2 = h g (T : 198.3 ℃ )
kJ
h2 = 2792.2
kg

Q cv = ¿ u2 - m 1 u1 ¿ - h e ¿ ¿ - m 1 ¿
kJ kJ kJ
Q cv = ((0.9036 kg x 1718.83 ) – (2.2058 kg x 1193.428 )) - 2792.2 (0.9036 - 2.2058) kg
kg kg kg
Q cv = 2556.675 kJ

Part 5
1. You want to know wheter the following vapors or gases could be considered as an ideal gas. (a)
steam at 60 bar and 200℃, (b) air at 1 bar and 25℃, (c) n-butane at 10 atm and 400 K. How
could you find out the answer without doing any experiments in the lab?

Jawab:
Untuk dapat menentukan/ mengetahui suatu gas ideal atau tidak, dapat digunakan faktor
kompresibilitas (z)
PV
z≡
RT
Suatu gas ideal memiliki faktor kompresibilitas 1 atau P V = R T. Konsep Pitzer untuk
mengetahui nilai z untuk koefisien virial kedua. Beberapa istilah yang terkait perhitungan z
adalah sebagai berikut:

 Reduce Temperature/Pressure (Tr/Tc)


T P
Tr= dan Pr=
Tc Pc

 Koefisien Virial Kedua (B)


0,422 0,172
B0=0,083− 1,6 dan B 1=0,139− 4,2
Tr Tr

 Perhitungan z dengan kedua istilah di atas


0 Pr 1 Pr
z=1+ B +ω B
Tr Tr

Dari persamaan diatas, jika diperoleh z = 1, maka gas tersebut termasuk gas ideal
a. Steam pada kondisi 60 bar dan 200℃
Tc = 374,14℃
Pc = 220,9 bar
Tr =  0,5345, Pr =  0,2716
Bo = -1,0650, B1 = -2,240
ω = 0,3450, z = 0,0670 (Karena z kurang dari 1, maka gas tersebut termasuk gas real)

b. Udara pada 1 bar dan 25℃


Tc = -142℃
Pc = 37,45 bar
𝑇𝑟 = 2,2406, Pr = 0,0267
B 0 = −0,033, B1 = −0,0830
𝜔 = 0,035, 𝑧 = 0,9997 (Karena z mendekati 1, maka gas tersebut termasuk gas ideal)

c. n-butana pada kondisi 10 atm dan 400 K


Tc = 425,1 K, Pc = 37, 5 atm
𝑇𝑟 = 0,9409, Pr = 0,2666
B 0 = −0,3822, B1 = 0,1332
𝜔 = 0,200, 𝑧 = 0,8870 (Karena z kurang dari 1, maka gas tersebut termasuk gas real)

2. Natural gas transportation over long distances could be done efficiently if gas is shipped
either as liquefied natural gas (LNG) or compressed natural gas (CNG). If the ship cargo
capacity is 2500 m3, determine which mode of transportation could accommodate more
natural gas each trip? Assume the following storage conditions: 1 bar and -162C
(LNG), 125 bar and room temperature (CNG). To do the CNG calculations, use the
compressibility factor (z) chart that could be downloaded from the internet (Savidge:
compressibility of natural gas). Compare your results with the values calculated using
the generalized correlation for z proposed by Pitzer, employing the acentric factor.
Assume natural gas to be pure methane and report the difference in percent values.
Explain why the Savidge and the Pitzer approaches are refered to as the two parameter
and three parameter generalized correlation, respectively.
Jawab:
PVm
Z=
RT
Dimana Z = faktor kompresibilitas
Vm = Volume molar gas
R = konstanta (8,314 J/ K.mol)
T = temperature (K)

a. CNG
T = 250C = 298 K
P = 125 bar Tc = 190,6 K
Pc = 45,99 bar
ω = 0,12
T 298
Tr= = =1,560
T c 190,6
T 125
Pr= = =2,570
Pc 45,99
Mencari z factor dengan metode Savidge
Untuk mencari z factor dengan metode Savidge digunakan grafik compressibility factor sebagai
berikut
Dilakukan interpolasi pada grafik compressibility factor untuk mendapatkan hasil z factor

a) Data pada grafik:


 Tr = 1,5; Pr = 2,5; Z = 0,82
 Tr = 1,6; z = 0,87
Data yang diinginkan:
Tr = 1,56; Pr = 2,5
Interpolasi:
1,56−1,5 x−0,82
=
1,6−1,5 0,87−0,82
x=0,85
Maka, Tr = 1,56 ; Pr = 2,5 ; Z = 0,85

b) Data diketahui:
Tr = 1,56; Pr =
2,5;
z= 0,85
Data yang diinginkan:
Tr = 1,56; Pr = 3
Interpolasi:
1,56−1,5 x−0,8
=
1,6−1,5 0,85−0,8
x=0,83
Maka, Tr = 1,56 ; Pr = 3 ; Z = 0,83

c) Data pada grafik:


Tr = 1,56; Pr = 3; z = 0,83
Data yang diinginkan:
Tr = 1,56; Pr = 2,57
Interpolasi:
2,57−2,5 x−0,85
=
3−2,5 0,83−0,85
x=0,84
Sehingga nilai Z dengan mengunakan metode Savidge untuk CNG adalah 0,84 pada Tr = 1,56 ;
Pr =2,57
Mencari Z factor dengan Korelasi Umum Pitzer
Korelasi Pitzer menyatakan
z=z 0 +ω z 1
Dimana z = faktor
kompresibilitas
ω= faktor asentrik

Diketahui
0
T = 25 C = 298 K
P = 125 bar
Tc Metana = 190,6 K
Pc Metana = 45,99 bar
ω = 0,12
T 298
Tr= = =1,56
Tc 190,6

T 125
Tr= = =2,57
Tc 45,99

Perhitungan Z0

Dengan interpolasi diperoleh :


a. Tr = 1,56; Pr = 2
1,6−1,5 x−0,8328
=
1,6−1,5 0,8738−0,8328
x=0,8574

Maka, Tr = 1,56 dan Pr = 2, Z0 = 0,8574

b. Tr = 1,56; Pr = 3
1,56−1,5 x−0,7887
=
1,6−1,5 0,8410−0,7887
x=0,82008

Maka, Tr = 1,56 , Pr = 3, Z0 = 0,82


c. Tr= 1,56; Pr = 2,72
2,72−2 x−0,8574
=
3−2 0,8208−0,8574
x=0,8305

Maka, Tr = 1,56 , Pr = 2,72, Z0 = 0,8305

Perhitungan Z1

a. Tr = 1,56, Pr = 2
1,56−1,5 x−0,1806
=
1,6−1,5 0,1729−0,1806
x=0,17598
Maka, Tr = 1,56 , Pr = 2, Z1 = 0,17598

b. Tr = 1,56 ; Pr = 3
1,56−1,5 x−0,2433
=
1,6−1,5 0,2381−0,2433
x=0,2402
Maka, Tr = 1,56 ; Pr = 3, Z1 = 0,2402

c. Tr= 1,56; Pr = 2,72


2,72−2 x−0,17598
=
3−2 0,2402−0,17598
x=0,2222

Maka, Tr = 1,56 , Pr = 2,72, Z1 = 0,2222

Mensubstitusikan nilai Z0 dan Z1


Z=Z 0 +ω Z 1=¿
0,8305+ ( 0,12 ×0,2222 ) =0,86
Z = 0,86 (metode Pitzer)
Perbedaan nilai Z antara metode Savidge dan Pitzer = 0,86 – 0,84 = 0,02 atau sebesar
2%

Perhitungaan Massa CNG

Dari persamaan
PV m
z=
RT
ZRT
Vm=
P

kPa m3 1
0,86 ×3,81 × 298 K ×
kmol K 100 kPa
125 ×
¯ ¿
1 ¯¿
3
¿ 0,17 m /kmol

Volume cargo = 2500 m3


Sehingga jumlah mol metana dalam bentuk CNG adalah:
V 2500 m 3
n= = =14673,52 kmol
Vm 0,17 m3 /kmol

Massa CNG yang dibawa:

kg
m=n× Mr=15673,52 kmol × 16 =234,776 ¿
mol

LNG
Karena LNG berbentuk liquid maka perhitungan volume molar tidak bisa digunakan
dengan metode savidge maupun pitze, sehingga digunakan korelasi umum untuk liquid
yaitu :
V
ρr = C
Vm

Dimana ρr = reduced density;


V C = volume kritis
Vm = volume molar

Diketahui :
T = -1620C = 111 K
P = 1 bar
Tc Metana = 190,6 K
Pc Metana = 45,99 bar
𝑉c = 98,6 𝑥 10-3 𝑚3 /𝑘𝑚𝑜𝑙

T 111
Tr= = =0,58
T c 190,6
P 1
Pr = = =0,022
Pc 45,99

Perhitungan volume molar dari Metana dalam bentuk LNG dilakukan dengan membaca
grafik sebagai berikut.

Gambar 10. Korelasi umum Massa Jenis


Sumber : Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics (Van Ness,2001)

Dari grafik diketahui :

-Tr = 0,5 ; Pr = 0 ; ρr = 2,9


-Tr = 0,5 ; Pr = 1 ; ρr = 2,9
-Tr = 0,6 ; Pr = 0 ; ρr = 2,75
-Tr = 0,6 ; Pr = 1 ; ρr = 2,76

Dengan melakukan interpolasi diproleh :

a. Tr = 0,58 ; Pr = 0
0,58−0,5 x−2,9
=
0,6−0,5 2,75−2,9
x=2,78
Maka Tr = 0,58 , Pr = 0, ρr = 2,78

b. Tr = 0,58 ; Pr = 1
0,58−0,5 x−2,9
=
0,6−0,5 2,76−2,9
x=2,79

Maka, Tr = 0,58 , Pr = 1, ρr = 2,79

c. Tr= 0,58 ; Pr =0,022


0,22−0 x−2,78
=
1−0 2,79−2,78
x=2,78

Memasukan nilai ρr, Vm, dan Vc pada persamaan 3 diperoleh :


Vc
ρr =
Vm
m3
98,6 × 10−3
kmol
2,78=
Vm
m3
V m =0,036
kmol
Mol metana dalam bentuk LNG adalah
V 2500 m3
= =70486,8 kmol
Vm m3
0,036
kmol

Massa = n x mr metana = 𝟕𝟎𝟒𝟖𝟔, 𝟖 𝒌𝒎𝒐𝒍 𝒙 𝟏𝟔 kg/mol = 𝟏𝟏𝟐𝟕, 𝟕𝟖𝟗 𝒕𝒐𝒏

Pada perhitungan sebelumnya diperoleh massa metana dalam bentuk CNG adalah
234,776 ton dengan begitu moda transportasi yang lebih banyak mengangkut gas alam
adalah dengan mengubah gas dalam bentuk LNG

Perbedaan Korelasi Dua Parameter dan 3 Parameter

Teori Savidge merujuk kepada korelasi 2 Parameter yang menyatakan bahwa semua fluida
jika dibandingkan pada Tr dan Pr yang sama akan memiliki faktor kompresibilitas (z) yang
sama dan memiliki penympangan dari perilaku gas ideal dengan derajat yang sama.
Teorema ini hanya berlaku untuk simple gas yaitu argon, kripton, dan xenon. Teori Savidge
disebut 2 paramter karena faktor kompresibilitas (z) hanya bergantung pada Pr dan Tr.
Sementara itu pendekatan Pitzer merujuk pada pendekatan 3 parameter karena faktor
kompresibilitas (z) bergantung pada Tr, Pr, dan ω yang disebut sebagai acentric factor.
Teorema 3 parameter berbunyi bahwa semua fluida yang memiliki nilai acentric factor yang
sama saat dibandingkan dengan Tr dan Pr yang sama memiliki nilai Z yang sama dan
meyimpang dari perilaku gas ideal pada derajat yang sama.

You might also like