Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

http://journal.trunojoyo.ac.

id/jurnalkelautan Jurnal Kelautan

Volume 10, No. 2, 2017

ISSN: 1907-9931 (print), 2476-9991 (online)

Perubahan kerapatan vegetasi menggunakan citra landsat 8 di kota Batam


berbasis web
Sudra Irawan*, Jaheskiel Sirait

Program Studi Teknik Geomatika, Politeknik Negeri Batam


*Corresponding author email: sudra@polibatam.ac.id

Submitted: 08 Maret 2017 / Revised: 18 Desember 2017 / Accepted: 22 Desember 2017

http://dx.doi.org/10.21107/jk.v10i2.2685

ABSTRACT

The density of vegetation in urban areas and in rural have very little perceived by the public. Information
on the density of vegetation is very important to know because of the issue of global warming. This
study aims to identify and produce maps of vegetation density in Batam web-based multitemporal time
in 2013 and 2016 covering the vegetation density with a value of NDVI (Normalized Difference
Vegetation Index) and its range in Batam in 2013 and 2016 and its amendments. The processing of
data using transformation NDVI formula Sturgess classified into 5 classes, namely not vegetated, low,
medium, tightly, and very tight. Data analysis technique used is the overlay method and descriptive
analysis method. Results from the study will be used as web resources related to changes in vegetation
density in Batam. Changes in the density of vegetation and its range in Batam in 2013 and 2016,
namely, do not have a change vegetated area of 7600.9 hectares with a percentage of 29.3%, lower
had a change of total area of 798 hectares with a percentage of 3.1%, while have a change of total area
of 3,999 hectares with a percentage of 15.4%, the tightly had a change of total area of 11006.8 hectares
with a percentage of 42.5%, and so the tightly had a change of total area of 2508.6 hectares with a
percentage of 9.7%.

Keyword: Density of Vegetation, NDVI, Landsat 8 imagery, Web.

ABSTRAK

Kerapatan vegetasi di perkotaan dan pendesaan sudah sangat sedikit yang dirasakan oleh masyarakat.
Informasi mengenai kerapatan vegetasi ini sangat penting diketahui dikarenakan adanya isu
pemanasan global. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menghasilkan peta kerapatan
vegetasi di Kota Batam berbasis web secara multitemporal waktu tahun 2013 dan 2016 yang meliputi
kerapatan vegetasi dengan nilai NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) dan luasannya di Kota
Batam tahun 2013 dan 2016 serta perubahannya. Proses pengolahan data menggunakan transformasi
NDVI dengan rumus Sturgess yang diklasifikasikan menjadi 5 kelas, yaitu tak bervegetasi, rendah,
sedang, rapat, dan sangat rapat. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode overlay dan
metode analisis secara deskriptif. Hasil penelitian berupa web yang dijadikan sumber informasi terkait
perubahan kerapatan vegetasi di Kota Batam. Perubahan tingkat kerapatan vegetasi dan luasannya di
Kota Batam tahun 2013 dan 2016 yaitu, tak bervegetasi memiliki perubahan luas area sebesar 7.600,9
hektar dengan persentase 29,3%, rendah memiliki perubahan luas area sebesar 798 hektar dengan
persentase 3,1%, sedang memiliki perubahan luas area sebesar 3.999 hektar dengan persentase
15,4%, rapat memiliki perubahan luas area sebesar 11.006,8 hektar dengan persentase 42,5%, dan
sangat rapat memiliki perubahan luas area sebesar 2.508,6 hektar dengan persentase 9,7%.

Kata Kunci: Kerapatan Vegetasi, NDVI, Citra Landsat 8, Web.

PENDAHULUAN dari wilayah Singapura, sedangkan luas


wilayah keseluruhan mencapai 2.950 km². Kota
Kota Batam merupakan bagian Provinsi Batam beriklim tropis dengan suhu rata-rata
Kepulauan Riau yang memiliki luas wilayah 26ºC sampai dengan 34ºC. Kota ini memiliki
daratan seluas 1.040 km² atau sekitar 1,5 kali dataran yang berbukit dan berlembah.
174
Jurnal Kelautan, 10(2), 174-184 (2017)

Pertumbuhan penduduk dan pembangunan menonjolkan aspek vegetasi sehingga dapat


kawasan pemukiman dan industri yang pesat menunjukkan tingkat kerapatan vegetasi yang
tentu berpengaruh cukup besar terhadap ada di lapangan. Nilai NDVI berkisar antara -1
penggunaan lahan. Perubahan penggunaan sampai dengan 1. Semakin besar nilai NDVI
lahan yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah menunjukkan semakin tinggi kerapatan
rencana tata ruang dapat mengakibatkan vegetasinya. Hasil dari transformasi NDVI ini
menurunnya kualitas lingkungan, degradasi yaitu citra distribusi indeks NDVI. Metode ini
lingkungan/kerusakan lingkungan serta digunakan Widayati (2015) untuk mengetahui
berkurangnya sumber daya alam. Semakin perubahan tutupan lahan yang substansial di
terdesaknya alokasi ruang untuk vegetasi di Kabupaten Nunukan antara tahun 1996-2003
perkotaan menyebabkan kualitas lingkungan diperkirakan 3,85% areal hutan primer
menurun (Irwan, 2008). Vegetasi mempunyai dikonversi menjadi tipe penggunaan lahan lain
banyak manfaat baik di pedesaan maupun di setiap tahunnya. Transfromasi NDVI juga
perkotaan, yaitu vegetasi dapat mempengaruhi merupakan transformasi yang paling efektif
udara di sekitarnya baik secara langsung digunakan untuk monitoring kondisi dan
maupun tidak langsung dengan cara merubah kerapatan mangrove Rhizophora (Faizal,
kondisi atmosfer lingkungan sekitarnya. 2002). Nursal (2015) menggunakan metode ini
Vegetasi sebagai penyusun lahan mempunyai untuk mengidentifikasi vegetasi di Kabupaten
jenis yang sangat beranekaragam. Kumpulan Bengkalis, Provinsi Riau.
dari berbagai vegetasi yang beranekaragam ini
akan menghasilkan tingkat kerapatan vegetasi Informasi data kerapatan vegetasi, luas lahan,
yang berbeda-beda pada tiap penggunaan dan keadaan di lapangan dapat dideteksi dari
lahan di suatu daerah. teknik penginderaan jauh (Aftriana, 2013).
Salah satu metode perubahan kerapatan
Struktur vegetasi harus diklasifikasi terlebih vegetasi ini dapat dipantau menggunakan citra
dahulu dalam rangka melaksanakan suatu Landsat 8 (Iskandar, 2012). Dalam melakukan
manajemen yang layak berdasarkan prinsip pemantauan perubahan vegetasi digunakan
kelestarian (Kusmana, 1993). Menurut Spies & citra satelit secara multitemporal untuk
Tunner (1999), manajemen dinamika suatu mengetahui perkembangannya. Citra Landsat
landscap harus didasarkan pada proses-proses 8 adalah generasi terbaru menggantikan
vegetasi yang menjadi dasar dari proses- Landsat 7 yang memiliki sensor Onboard
proses ekologi yang berlangsung pada suatu Operational Land Imager (OLI) dan Thermal
ekosistem. Penggunaan lahan dengan Infrared Sensor (TIRS) dengan jumlah kanal
kerapatan vegetasi yang bermacam-macam sebanyak 11 dengan kanal 1 sampai 9 berada
dijumpai di Kota Batam. Dalam penelitian pada OLI dan kanal 10, 11 pada kanal TIRS.
Anargi (2008), klasifikasi penggunaan lahan Data citra Landsat 8 memiliki resolusi spasial
didasarkan pada penyederhanaan dari 30 m untuk kanal 1 sampai 9, sedangkan kanal
klasifikasi United State Geological Survey panchromatic memiliki resolusi spasial 15 m.
(USGS) tingkat I yang dapat dibedakan ke Selain beresolusi spasial 30 m dan 15 m, pada
dalam penggunaan lahan terbangun dan tidak kanal 10 dan 11 yang merupakan kanal TIR-1
terbangun. Klasifikasi terbangun meliputi dan TIR-2 memiliki resolusi spasial 100 m.
pemukiman, industri, pasar, lapangan Kelebihan data Landsat 8 adalah adanya kanal
olahraga, sedangkan pengunaan lahan tidak Near Infra Red (NIR-Kanal 5) sehingga dengan
terbangun yang terdiri dari hutan, kebun, menggunakan kombinasi RGB yang tepat akan
sawah, dan tegalan. Klasifikasi tersebut akan menunjukkan lokasi tanaman mangrove.
memudahkan dalam mengetahui penggunaan (Sukristiyanti, 2008).
lahan yang mempunyai kerapatan vegetasi
tidak rapat hingga sangat rapat di Kota Batam. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan
Kerapatan vegetasi di Kota Batam pada tahun penelitian untuk menganalisis perubahan
2013 terlihat baik dikarenakan masih asrinya kerapatan vegetasi yang ada di Kota Batam.
kondisi perkotaan dan masih banyaknya Pemilihan Kota Batam sebagai lokasi penelitian
pepohonan yang dijumpai dalam setiap karena belum adanya penelitian terkait
daerahnya. kerapatan vegetasi. Harapannya penelitian ini
dapat membantu pemerintah, masyarakat, dan
Indeks vegetasi yang digunakan untuk peneliti-peneliti selanjutnya sebagai data
mengetahui kerapatan vegetasi yaitu nilai NDVI pendukung untuk pengendalian alih fungsi
(Normalized Difference Vegetation Index). lahan dalam rangka mempertahankan tata
NDVI merupakan suatu transformasi untuk ruang yang tetap memberikan kenyamanan

175
Irawan dan Jaheskiel, Perubahan Kerapatan Vegetasi

MATERI DAN METODE

Gambar 1. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian disajikan pada Gambar 1. koreksi radiometrik dan geometrik. Koreksi
Penelitian dimulai dengan pengumpulan data. radiometrik dilakukan untuk memperbaiki
Adapun data yang dipakai dalam penelitian ini kualitas pada citra dan koreksi geometrik
yaitu data citra landsat 8 perekaman tahun dilakukan untuk memposisikan hasil citra ke
2013 dan 2016 yang dapat diunduh di dalam koordinat UTM (Universal Transverse
http://earthexplorer.usgs.gov/. Kemudian, Mercator). Selanjutnya, dilakukan transformasi
dilakukan pemotongan citra menggunakan shp NDVI (Normalized Difference Vegetation Index)
Administrasi Kota Batam yang diperoleh dari untuk mendapatkan nilai dari kerapatan
BAPPEDA Kota Batam. Pemotongan citra vegetasi berdasarkan algoritma NDVI (Yeni,
dilakukan untuk memilih daerah penelitian yang 2011). Setelah didapatkan nilai dari
akan dilakukan. Citra Landsat 8 hasil transformasi NDVI, perlu dilakukan validasi
perekaman satelit masih perlu dilakukan untuk menilai seberapa besar kesamaan hasil
176
Jurnal Kelautan, 10(2), 174-184 (2017)

pengolahan data menggunakan transformasi


NDVI dengan data di lapangan. Validasi Kerapan vegetasi dibagi menjadi 4 kelas yaitu
lapangan dilakukan dengan metode akurasi SE tak bervegetas, rendahm sedang, rapat, dan
(Standart Error). Setelah itu, perhitungan sangat rapat untuk masing-masing tahun 2013
akurasi dimasukkan ke dalam Band Math untuk dan 2016. Kerapatan vegetasi yang dihasilkan
mendapatkan hasil peta kerapatan vegetasi dapat diketahui nilai kebenarannya setelah
tahun 2016. Peta tentatif tingkat kerapatan dilakukan proses pengujian akurasi melalui
vegetasi tahun 2013 dilakukan overlay dengan perhitungan ataupun pengukuran langsung di
peta tingkat kerapatan vegetasi tahun 2016. lapangan (Danoedoro, 2012). Kerapatan
Selanjutnya, dilakukan calculate geometry vegetasi ini dapat dilakukan dengan jumlah
untuk mendapatkan luasannya pada ArcMap, tegakan jenis i dalam suatu unit area, yang
kemudian membuat layout peta. Hasilnya perhitungannya menurut Bengen (2000).
ditampilkan dalam bentuk web

𝑛 (𝑖)
𝐷𝑖 = 𝐴(𝑖𝑛𝑑/𝑚2 ) (1)

dengan:
𝐷𝑖 = kerapatan jenis i
𝑛(𝑖) = jumlah tegakan dari jenis i
𝐴(𝑖𝑛𝑑/𝑚2 ) = luas total area pengambilan sampel (kelas) atau (satuan/piksel)

Data hasil uji akurasi di lapangan kemudian variabel lainnya, yaitu suatu variabel terikat
diolah dengan analisis korelasi regresi. (dependent variable) atau Y berdasarkan suatu
Menurut Riduwan (2011) analisis korelasi variabel bebas (independent variable) atau X
adalah uji hubungan antara dua variabel atau dalam persamaan linear (Sunardi, 2009).
lebih yang digunakan untuk mengetahui derajat Ukuran kekuatan pengaruh suatu variabel
hubungan dan kontribusi variabel bebas ditentukan dengan menggunakan besarnya
terhadap variabel terikat (misalnya X dan Y). nilai koefisien korelasi (r) dan koefisien
Analisis regresi dilakukan untuk mengestimasi determinasi (r2). Koefisien korelasi dicari
nilai dari suatu variabel berdasarkan nilai dengan rumus (Suharsimi, 2002):

(𝑛 ∑ 𝑥𝑖𝑦𝑖 )− (∑ 𝑥𝑖)(∑ 𝑦𝑖 )
𝑟= (2)
√[((𝑛 ∑ 𝑥𝑖 2 )− ∑ 𝑥𝑖 2 ))((𝑛 ∑ 𝑦𝑖 2 )− ∑ 𝑦𝑖 2 ))]

Formula regresi disajikan pada Persamaan 3 (Suharsimi, 2002):


𝑦 = 𝑎𝑥 𝑏 (3)

Koefisien a dan b ditentukan dengan cara (Suharsimi, 2002) :


(∑ 𝑙𝑜𝑔𝑦𝑖) (∑ 𝑙𝑜𝑔 𝑥𝑖)
𝑙𝑜𝑔 𝑎 = −𝑏 (4)
𝑛 𝑛
𝑛(∑ 𝑙𝑜𝑔𝑥𝑖 𝑙𝑜𝑔𝑦𝑖 )−(∑ 𝑙𝑜𝑔𝑥𝑖 𝑙𝑜𝑔𝑦𝑖 )
𝑏= (5)
𝑛(∑ 𝑙𝑜𝑔2 𝑥𝑖 )− ∑ 𝑙𝑜𝑔2 𝑦𝑖 )
n = besarnya populasi sampel

x = variabel bebas, yaitu citra NDVI (data citra)


y = variabel terikat, yaitu cek lapangan (data lapangan)

Analisis korelasi digunakan sebagai ukuran hasil pengukuran lapangan. Hasil dari
tingkat keeratan hubungan antara variabel. penelitian ini nantinya akan memberikan
Pada penelitian ini variabel yang digunakan informasi mengenai perubahan kerapatan
adalah nilai Citra NDVI dan nilai pengukuran vegetasi di Kota Batam pada tahun 2013 dan
lapangan. Analisis regresi digunakan untuk 2016 yang disajikan dalam web yang dapat
menghasilkan persamaan nilai Citra NDVI dan diakses oleh masyarakat.

177
Irawan dan Jaheskiel, Perubahan Kerapatan Vegetasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peta Tentatif Tingkat Kerapatan Vegetasi untuk Pulau Batam tingkat kerapatan vegetasi
dan Luasannya di Kota Batam tahun 2013 tergolong rendah yaitu kecamatan Belakang
Padang dan Kecamatan Bulang, sedangkan
Peta tentatif tingkat kerapatan vegetasi dan untuk Kecamatan Galang kerapatan vegetasi
luasannya di Kota Batam tahun 2013 dapat masih tergolong rapat. Hal ini disebabkan pada
dilihat pada Gambar 2. Tingkat kerapatan kecamatan Galang belum ada alih fungsi lahan
vegetasi didapat dari perhitungan algoritma menjadi pemukiman penduduk. Nilai kerapatan
NDVI menggunakan ENVI 4.6.1 dengan dan presentase indeks vegetasi pada tahun
menggunakan band 5 dan band 4 citra Landsat 2013 dapat dilihat pada Tabel 1.
8. Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa

Gambar 2. Peta Tentatif Tingkat Kerapatan Vegetasi dan Luasannya di Kota Batam Tahun 2013
Tabel 1. Tingkat Kerapatan Vegetasi dan Luasnya Tahun 2013
Tingkat Luasannya Persentase
No Nilai NDVI Warna
Kerapatan (ha) (%)
Tak 561.701,8 84,7
1 -0,351158678 s.d 0,004095388 Putih
Bervegetasi
39.942,9 6
2 Rendah 0,004095388 s.d 0,252002541 Orange
26.317,5 4
3 Sedang 0,252002541 s.d 0,424999735 Hijau
24.283,6 3,7
4 Rapat 0,424999735 s.d 0,545722468 Hijau Muda
Sangat 10.761,4 1,6
5 0,545722468 s.d 0,718719661 Hijau Tua
Rapat
663.007,2 100
TOTAL

Penjabaran dari hasil Tabel 1, dihasilkanlah bahwa sebesar 84,7% tingkat kerapatan
grafik tingkat kerapatan vegetasi dan vegetasi di Kota Batam tergolong tidak
luasannya di Kota Batam tahun 2013, terlihat
178
Jurnal Kelautan, 10(2), 174-184 (2017)

bervegetasi, artinya tidak ada tumbuh- tergolong rendah, sedangkan kecamatan


tumbuhan yang hidup di wilayah ini. Belakang Padang dan Kecamatan Bulang
mengalami perubahan dari kerapatan kategori
Peta Tingkat Kerapatan Vegetasi di Kota rapat pada tahun 2013 menjadi dominasi
Batam Tahun 2016 kerapatan sedang pada tahun 2016. Untuk
Kecamatan Galang kerapatan vegetasi
Peta tentatif tingkat kerapatan vegetasi dan mengalami perubahan kerapatan dari dominasi
luasannya di Kota Batam tahun 2016 dapat rapat pada tahun 2013 menjadi dominasi
dilihat pada Gambar 4. Tingkat kerapatan sedang pada tahun 2016. Hal ini disebabkan
vegetasi didapat dari perhitungan algoritma pada kecamatan Galang mulai ada alih fungsi
NDVI menggunakan ENVI 4.6.1 dengan lahan menjadi pemukiman penduduk termasuk
menggunakan band 5 dan band 4 citra Landsat fasilitas perkantoran dan wisata. Untuk nilai
8. Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa kerapatan dan presentase indeks vegetasi
untuk Pulau Batam tingkat kerapatan vegetasi tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 2.

Gambar 3. Peta Tingkat Kerapatan Vegetasi dan Luasannya di Kota Batam Tahun 2016

Tabel 2. Tingkat Kerapatan Vegetasi dan Luasnya Tahun 2016


Tingkat Pengukuran Lapangan Luasannya Persentase
No Warna
Kerapatan (satuan/piksel) (ha) (%)
Tak -7,234009266 s.d -0,924519325 554.100,9 87
1 Putih
Bervegetasi
-0,924519325 s.d 1,421365858 39.144,9 6,1
2 Rendah Orange
1,421365859 s.d 2,293572225 22.318,5 3,5
3 Sedang Hijau
2,293572226 s.d 2,617860877 Hijau 13.276,8 2,1
4 Rapat
Muda

179
Irawan dan Jaheskiel, Perubahan Kerapatan Vegetasi

2,617860878 s.d 3,490067244 Hijau 8.252,8 1,3


5 Sangat Rapat
Tua
637.093,9 100
TOTAL

Penjabaran dari hasil Tabel 2, dihasilkanlah hubungannya kuat (Suharsimi, 2002), artinya
grafik tingkat kerapatan vegetasi dan antara nilai Citra NDVI dan nilai pengukuran
luasannya di Kota Batam tahun 2016. lapangan menunjukkan nilai yang sama. Kedua
nilai bisa sama disebabkan beberapa faktor
Berdasarkan Gambar 5 terlihat bahwa sebesar karena kondisi kerapatan vegetasi pada bulan
87% tingkat kerapatan vegetasi di Kota Batam April dan November mempunyai kesamaan
tergolong tidak bervegetasi, meningkat sehingga tidak mempunyai perbedaan antara
dibandingkan tahun 2013 sebesar 84,7%. Hasil nilai Citra NDVI dengan nilai hasil pengukuran
analisis korelasi antara nilai Citra NDVI dan di lapangan. Selain itu, waktu perekaman data
nilai pengukuran lapangan yang dapat dilihat dan pengambilan validasi lapangan tidak terlalu
pada Gambar 6. Berdasarkan hasil perhitungan jauh yaitu data citra bulan April 2016, dengan
diperoleh persamaan regresi y = 5,032x – data lapangan diambil pada bulan November
0,9251 dengan nilai koefisien determinasi (r2) 2016.
sebesar 0,6766 yang menunjukkan

Gambar 4. Analisis Korelasi Regresi Citra NDVI & Validasi Lapangan

Peta Perubahan Tingkat Kerapatan Vegetasi di Kota Batam Tahun 2013 dan 2016

Perubahan tingkat kerapatan vegetasi dan Kecamatan Belakang Padang, dan Kecamatan
luasannya pada tahun 2013 dan 2016 telah Nongsa. Adapun perbandingan kerapatan
dilakukan overlay seperti pada Gambar 7. Peta vegetasi dan luasannya di Kota Batam antara
tersebut menunjukkan perubahan tingkat tahun 2013 dan 2016 cukup signifikan.
kerapatan vegetasi dan luasannya di Informasi mengenai perubahan kerapatan
kecamatan yang ada pada Kota Batam. Terlihat vegetasi dan luasannya dapat dilihat pada
bahwa terdapat perubahan kerapatan vegetasi Tabel 3 dengan jumlah luasan yang telah
di beberapa kecamatan seperti pada berubah dalam satuan hektar dan diketahui
Kecamatan Galang, Kecamatan Bulang, persentase perubahannya.

180
Jurnal Kelautan, 10(2), 174-184 (2017)

Gambar 5. Peta Perubahan Tingkat Kerapatan Vegetasi dan Luasannya di Kota Batam
Tahun 2013 & 2016

Tabel 3. Perubahan Tingkat Kerapatan Vegetasi dan Luasnya tahun 2013 dan 2016 di Kota Batam

Pengukuran Luasannya (ha)


Tingkat Perubahan Persentase
No Lapangan Warna
Kerapatan 2013 2016 (ha) (%)
(satuan/piksel)
-7,234009266 s.d
Tak 561.701,8 554.100,9 7.600,9 29,3
1 -0,924519325 Putih
Bervegetasi
-0,924519325 s.d
39.942,9 39.144,9 798 3,1
2 Rendah 1,421365858 Orange

1,421365859 s.d
26.317,5 22.318,5 3.999 15,4
3 Sedang 2,293572225 Hijau

2,293572226 s.d Hijau 24.283,6 13.276,8 11.006,8 42,5


4 Rapat 2,617860877 Muda
2,617860878 s.d
Sangat Hijau 10.761,4 8.252,8 2.508,6 9,7
5 3,490067244
Rapat Tua
663.007,2 637.093,9 25.913,3 100
TOTAL

Perubahan Kerapatan Vegetasi dan luasannya yang ada di Kota Batam mengalami penurunan
di Kota Batam tahun 2013 dan 2016 cukup dikarenakan adanya pertumbuhan penduduk
signifikan. Kerapatan Vegetasi yang sangat yang membuat pemukiman semakin
rapat dari tahun 2013 ke tahun 2016 semakin meningkat. Tingkat kerapatan vegetasi
sedikit terlihat dari hutan, ataupun pepohonan golongan tidak bervegetasi mengalami

181
Irawan dan Jaheskiel, Perubahan Kerapatan Vegetasi

penurunan luas dari tahun 2013 sampai tahun


2016 sebesar 7,600,9 ha. Hal yang sama Kondisi vegetasi di Kota Batam pada tahun
terjadi pada tingkat kerapatan golongan 1980an hanya ditutupi hutan dengan kondisi
rendah, sedang, rapat, dan sangat rapat. Besar fisik tanah yang tidak rata atau bergelombang
penurunan luas terjadi pada tingkat kerapatan dan berbukui-bukit dengan keadaan tanah tidak
golongan rapat sebesar 42,5%, disusul tingkat subur karena merupakan tanah bauksit. Ada
kerapatan tak bervegetasi (29,3%), sedang beberapa analisis perubahan vegetasi di Kota
(15,4%), sangat rapat (9,7%), dan rendah Batam menurut Malindo (2016).
(3,1%).
1. Analisis pola keruangan (spatial pattern 4. Analisis interaksi keruangan (spatial
analysis) interactiao analysis)
Pada awal tahun 1980 pola ruang yang Awalnya interaksi kota Batam dengan
ada tidak begitu terlihat jelas karena wilayah dan kabupaten disekitarnya tidak
wilayah kota Batam masih belum terlihat intens namun, sejak pembangunan
berkembang pola ruangnya hanya berupa yang intens dilakukan serta penduduk
pemukiman yang berada disekitar garis yang semakin meningkat jumlahnya maka
pantai, di wilayah utara pulau Batam dan terjadi interaksi dengan kawasan/daerah
Barat pulau ini. Selain itu berupa hutan. disekitarnya, keberlangsungan kota
jadi pola ruangnya berada di sekitar garis Batam bergantung pada interaksinya
pantai. Sedangkan pada saat ini pola dengan kabupaten sekitar seperti tanjung
ruang cukup terlihat, dapat dilihat pola pinang, Karimun, Natuna,bahkan dengan
nnya yaitu pemukiman menyebar di Sumatra utara dan singapura untuk
seluruh area, di daerah selatan, utara dan memenuhi kebutuhan pangan, sandang
sebagian barat. Mengikuti seluruh jalan dan papan penduduknya.
yang ada di kota. Tidak terdapat wilayah 5. Analisis organisasi keruangan (spatial
persawahan, namun yang ada wilayah organization analysis)
hutan ditengah pulau ini. Hal ini dapat kita Batam merupakan golongan dari kota
amati pada peta. menengah namun keberadaannya seperti
2. Analisis struktur keruangan (spatial kota besar karena mempengaruhi daerah
structure analysis) sekitarnya, tidak seperti keadaan awalnya
Pada tahun 1980, struktur yang ada dalam dimana hanya sebagai daerah perbatasan
pemanfaatan lahan adalah hampir 98% yang tidak potensial, namun saat ini batam
adalah daerah kawasan hutan lebat, dan menjadi salah satu tonggak perekonomian
sisanya pemukiman sekitar pantai. Namun Indonesia.
saat ini struktur ruang yang ada hampir 6. Analisis asosiasi keruangan (spatial
52% pemamfaatan lahan untuk wilayah association analysis)
terbangun seperti pemukiman dan Perubahan asosiasi keruanagan sangat
kawasan industri dan kantor-kantor, jelas terjadi dari tahun ke tahun, mulai dari
sedangkan 48% lainnya adalah wilayah hilangnya hutan hingga pengalihan fungsi
hutan lindung. Struktur seperti ini hutan menjadi wilayah perkotaan dapat
merupakan mutlak struktur sebuah kota, kita liha keadaan saat ini pada gambar
hal ini disebabkan kemajuan yang terjadi sangat minim adanya hutan, semua
pada kota ini dari tahun ke tahun. pemukiman dengan jumlah penduduk
3. Analisis proses keruangan (spatial yang sangat besar, gejala-gejala ini
process analysis) menimbulkan banyak hal negative mulai
Proses yang terjadi sejak awal tahun 1980, dari masalah pemukiman kumuh hingga
dapat kita lihat pada peta dan kriminalitas yang tinggi.
kenampakan ynag ada area yang tadinya 7. Analisis Kecenderungan ruang (spatial
merupakan hutan lebat dan berbukit-bukit tendency analysis)
berlahan lahan berubah menjadi lahan Perubahan ruang yang terjadi dari rentang
terbangun seperti kawasan industri, tahun 1980-2016, terlihat jelas dengan
perumahan, galangan kapal dan kecenderungan pembangunan kesegalah
sebagainya, perkembangan kota yang arah tanpa kecuali hutan lindung dan
sangat cepat mengakibatkan perubahan daerah perbukitan. Pembangunan
ruang kota Batam menjadi sangat cepat memang berada pada pusat kota, namun
dalam waktu 30 tahun, kota ini berubah secar umum segala tempat atau area yang
total, setiap saat selalu ada ada mengalami pembangunan yang
perkembangan di setiap sudut kota ini. sama.

182
Jurnal Kelautan, 10(2), 174-184 (2017)

Tampilan Web Kerapatan Vegetasi di Kota Batam

Web digunakan untuk memberikan informasi yang ada di Kota Batam. Tampilan website
kepada masyarakat tentang kerapatan vegetasi dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 6. Web Kerapatan Vegetasi di Kota Batam


Web kerapatan vegetasi di Kota Batam tahun menemukan informasi tentang kerapatan
2013 dan 2016 terdiri dari 5 (lima) menu utama vegetasi di Kota Batam tahun 2013 dan 2016
yaitu Home, Map, More Information, Gallery, melalui web http://deovegetation.esy.es/.
dan About. Seluruh pengguna internet dapat
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah 3. Perubahan tingkat kerapatan vegetasi dan
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: luasannya di Kota Batam tahun 2013 dan
1. Tingkat kerapatan vegetasi dan luasannya 2016 cukup signifikan, dengan hutan
di Kota Batam tahun 2013 yaitu tak primer dan hutan sekunder mengalami
bervegetasi mempunyai luas area penurunan disebabkan oleh semakin
561.701,8 hektar (84,7%), rendah banyaknya pemukiman di Kota Batam.
mempunyai luas area 39.942,9 hektar Perubahan tingkat kerapatan vegetasi dan
(6%), sedang mempunyai luas area luasannya di Kota Batam pada tahun 2013
26.317,5 hektar (4%), rapat mempunyai dan 2016 yaitu, tak bervegetasi memiliki
luas area 24.283,6 hektar (3,7%), dan perubahan luas area sebesar 7.600,9
sangat rapat mempunyai luas area hektar (29,3%), rendah memiliki
10.761,4 hektar (1,6%). perubahan luas area sebesar 798 hektar
2. Tingkat kerapatan vegetasi dan luasannya (3,1%), sedang memiliki perubahan luas
di Kota Batam tahun 2016 yaitu tak area sebesar 3.999 hektar (15,4%), rapat
bervegetasi mempunyai luas area memiliki perubahan luas area sebesar
554.100,9 hektar (87%), rendah 11.006,8 hektar (42,5%), dan sangat rapat
mempunyai luas area 39.144,9 hektar memiliki perubahan luas area sebesar
(6,1%), sedang mempunyai luas area 2.508,6 hektar (9,7%).
22.318,5 hektar (3,5%), rapat mempunyai 4. Web Perubahan Kerapatan Vegetasi di
luas area 13.276,8 hektar (2,1%), dan Kota Batam tahun 2013 dan 2016
sangat rapat mempunyai luas area memberikan informasi mengenai tingkat
8.252,8 hektar (1,3%). kerapatan di Kota Batam yang berbeda di
setiap Kecamatan.

183
Irawan dan Jaheskiel, Perubahan Kerapatan Vegetasi

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada kerapatan vegetasi. Prodi Teknik Geomatika


BAPELITBANGDA Kota Batam yang telah Politeknik Negeri Batam yang menyediakan
bersedia memberikan data berupa data shp peralatan untuk alat pengumpulan data dan
Administrasi Kota Batam sehingga dapat reviewer yang telah memberikan masukan
menunjang dalam pengolahan data untuk peta untuk penyempurnaan tulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Aftriana, C. V. (2013). Analisis Perubahan Nursal, F., Ismiati (2005). Struktur dan
Kerapatan Vegetasi Kota Semarang komposisi vegetasi mangrove Tanjung
Menggunakan Aplikasi Penginderaan Sekodi Kabupaten Bengkalis Riau.
JAUH. Geo-Image, 2(2). Jurnal Biogenesis, 2(1), 1-7.
Anargi, S. B. (2008). Aplikasi Sistem Informasi Riduwan. (2011). Dasar-dasar Statistika.
Geografis Untuk Pemetaan Perubahan Bandung: Alfabeta.
Penggunaan Lahan Kota Semarang Suharsimi, A., (2002). Prosedur Penelitian:
Tahun 1994 Dan Tahun 2005. Skripsi. Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta.
Semarang: UNNES. PT Rineka Cipta.
Bengen, D. G. (2000). Pedoman teknis Spies, T.A., & M.G. Tunner (1999). Dynamic
pengenalan & pengelolaan ekosistem Forest Mosaic in Monitoring
mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Biodiversity. In Hunter, M.L, Jr. (Ed.).
Pesisir dan Lautan (PKSPL), Institut Forest Ecosystem. Cambridge
Pertanian Bogor (IPB), hal 59. University Press, Cambridge, 8, 35-44.
Danoedoro, P. (2012). Pengantar Sukristiyanti, S., & Marganingrum, D. (2008).
penginderaan jauh digital. Penerbit Pendeteksian Kerapatan Vegetasi dan
Andi, Yogyakarta. Suhu Permukaan Menggunakan Citra
Faizal, A., & Amran, M. A. (2002). Model Landsat Studi Kasus: Jawa Barat
Transformasi Indeks Vegetasi Yang Bagian Selatan dan Sekitarnya. Jurnal
Efektif untuk Prediksi Kerapatan RISET Geologi dan Pertambangan,
Mangrove Rhizophora Mucronata. 19(1), 15-24.
Metode, 114(064). Sunardi Nur. (2009). Pengantar Satistika.
Irwan, Djamal Z. (2008). Tantangan Jakarta: Bumi Aksara.
Lingkungan dan Lasekap Hutan Kota. Widayati, A., Ekadinata, A., & Syam, R. (2005).
Cidesindo. Jakarta. Alih guna lahan di kabupaten Nunukan:
Iskandar, M., Sanjoto, T. B., & Sutardji, S. Pendugaan cadangan karbon
(2012). Analisis Kerapatan Vegetasi berdasarkan tipe tutupan lahan dan
Menggunakan Teknik Penginderaan kerapatan vegetasi pada skala
Jauh Sebagai Basis Evaluasi lansekap. Cadangan Karbon Di
Kerusakan Hutan di Taman Nasional Kabupaten Nunukan, Kalimantan
Gunung Gede Pangrango. Geo-Image, Timur: Monitoring Secara Spasial Dan
1(1). Pemodelan. Bogor, Indonesia: World
Kusmana, C. (1993). A Study on Mangrove Agroforestry Centre–ICRAF.
Forest Management Based on Yeni Kustiyahningsih. Dan Devie Rosa
Ecological Data in Eastern Sumatra, Anamisa. (2011). Pemograman Basis
Indonesia (Doctoral dissertation, Ph. D. Data Berbasis Web Menggunakan
Disertation. Faculty of Agriculture, PHP & MySQL. Graha Ilmu:
Kyoto University, Japan. Unpublish). Yogyakarta.

184

You might also like