Bahasa Inggris Untuk Ilmu Sosial

Az Zikra Harun Al Rasyid

18058010
Universitas Negeri Padang
Email : zikraharun88gmail.com

News Coverage of Romahurmuzy Arrest: A Critical Discourse Analysis of Three National

Online Media

Mohammad Isa Gautama

Sociology Department
Faculty of Social Science
Universitas Negeri Padang
Padang, Indonesia
migatama@fis.unp.ac.id

Abstract—Romahurmuziy, Chairman of the United Development Party (PPP)

was arrested during a sting operation (Operasi Tangkap Tangan/OTT) on March 15,
2019 by the Corruption Eradication Commission (KPK) in Surabaya. He is suspected of
committing corruption in form of bribery in buying and selling position at the local
level. This event shocked the public because Romy (as his nickname) was known as an
influential politician and had a very close position to power. On the day of the incident,
online media massively covered the news. This research uses Critical Discourse Analysis
(CDA) through Robert N. Entman version of Framing Analysis approach. Data was
collected from three news sources from three national online media (republika.co.id,
kompas.com and vivanews.co.id). The central questions of the study are: What is the
process of news selection and high-lighting on certain aspects of the news in each
media? Secondly, what position was chosen based on the reporting of Romahurmuziy
case regarding the current corruption eradication agenda in Indonesia? The main
finding of the research is that vivanews.com tends to aggressively attack Romy through
his reporting. Meanwhile, republika.co.id tries to reveal the other side of the topic of the
news, while kompas.com is objective enough to cover this case by the news.

Keywords---news coverage; corruption; on-line media; framing analysis; media position

 Terjemahannya

Liputan Berita Penangkapan Romahurmuzy: Analisis Wacana Kritis Tiga Media Online
Nasional
Mohammad Isa Gautama
Departemen Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Padang
migatama@fis.unp.ac.id

Abstrak — Romahurmuziy, Ketua Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

ditangkap saat operasi sengatan (Operasi Tangkap Tangan / OTT) pada 15 Maret 2019
oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Surabaya. Dia diduga melakukan
korupsi dalam bentuk suap dalam posisi jual beli di tingkat lokal. Peristiwa ini
mengejutkan publik karena Romy (sebagai nama panggilannya) dikenal sebagai politisi
berpengaruh dan memiliki posisi yang sangat dekat dengan kekuasaan. Pada hari
kejadian, media online secara besar-besaran meliput berita tersebut. Penelitian ini
menggunakan Critical Discourse Analysis (CDA) melalui pendekatan Framing Analysis
versi Robert N. Entman. Data dikumpulkan dari tiga sumber berita dari tiga media
online nasional (republika.co.id, kompas.com dan vivanews.co.id). Pertanyaan utama
dari penelitian ini adalah: Bagaimana proses pemilihan berita dan pencahayaan tinggi
pada aspek-aspek tertentu dari berita di setiap media? Kedua, posisi apa yang dipilih
berdasarkan pelaporan kasus Romahurmuziy mengenai agenda pemberantasan
korupsi saat ini di Indonesia? Temuan utama dari penelitian ini adalah vivanews.com
cenderung menyerang Romy secara agresif melalui laporannya. Sementara itu,
republika.co.id mencoba mengungkap sisi lain dari topik berita, sementara
kompas.com cukup objektif untuk meliput kasus ini oleh berita.

Kata kunci --- liputan berita; korupsi; media online; analisis framing; posisi media
 IV. CONCLUSION

Based on constructivism perspective, the media is a product of the ideology and socio-
cultural beliefs of its managers and owners. Entman (2010: 337) says that the media bias is
getting stronger when various interests scramble for influence to win the hearts of the public.
Media that have a high awareness of social responsibility will be able to withstand that bias
on condition that they always evaluate and 'clean up' the potential threats of any interests that
easily come unexpectedly.
From the results of the study it can be concluded that online media in Indonesia is still
significant with bias in political interests. This bias is even more apparent when related to the
phenomenon of the General Election event which is only a month away from the Romy
booming case in the mass media on March 15, 2019. In this context, republika.com is trying
not to overly politicize the Romy case. In the case of the inclusion of identity there is an
attempt to disguise the identity. Likewise in terms of causal interpretation, this media does
not seem to form a public opinion that Romy has caused a criminal act of corruption. In other
hand, Kompas.com trying to be neutral, reflecting in the analysis of problem identification
and moral evaluation. Meanwhile viva.co.id, although covering the coverage of Romy arrest
in very smooth manner, in the second and third news appear to be trying to highlight the
identity of the perpetrators and implicitly direct the public mind to blame Romy as the cause
of an extra-ordinary criminal act.
Moving forward from now, more comprehensive research needs to be done on the extent
to which new media plays its role in participating in political contestation, not only in the
General Election event, but also in daily political dynamics. It is important to examine, in
what extend the media and press in Indonesia are able to survive and to not dissolve in the
bias of certain (political) interest.
 Terjemahannya

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan perspektif konstruktivisme, media adalah produk dari ideologi dan

kepercayaan sosial-budaya para manajer dan pemiliknya. Entman (2010: 337) mengatakan
bahwa media Bias semakin kuat ketika berbagai kepentingan berebut pengaruh untuk
memenangkan hati publik. Media yang memiliki kesadaran tinggi akan tanggung jawab sosial
akan mampu tahan bias itu dengan syarat bahwa mereka selalu mengevaluasi dan
'membersihkan' potensi ancaman kepentingan apa pun yang dengan mudah datang tanpa
diduga.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa media online di Indonesia masih signifikan
dengan bias kepentingan politik. Bias ini semakin nyata ketika dikaitkan dengan fenomena
peristiwa Pemilihan Umum yang hanya berjarak satu bulan dari kasus booming Romy di
media massa pada 15 Maret 2019. Dalam konteks ini, republika.com berusaha untuk tidak
terlalu mempolitisasi kasus Romy. Dalam hal pencantuman identitas ada upaya untuk
menyamarkan identitas. Demikian juga dalam hal interpretasi kausal, media ini tampaknya
tidak membentuk opini publik bahwa Romy telah menyebabkan tindak pidana korupsi. Di
sisi lain, Kompas.com berusaha bersikap netral, tercermin dalam analisis identifikasi masalah
dan evaluasi moral. Sementara itu viva.co.id, meskipun meliput liputan penangkapan Romy
dengan sangat lancar, pada berita kedua dan ketiga tampaknya berusaha untuk menyoroti
identitas pelaku dan secara implisit mengarahkan pikiran publik untuk menyalahkan Romy
sebagai penyebab tindak pidana luar biasa.
Bergerak maju dari sekarang, penelitian yang lebih komprehensif perlu dilakukan pada
sejauh mana media baru memainkan perannya dalam berpartisipasi dalam persaingan politik,
tidak hanya dalam acara Pemilihan Umum, tetapi juga dalam dinamika politik sehari-hari.
Penting untuk memeriksa, sejauh mana media dan pers di Indonesia mampu bertahan dan
tidak larut dalam bias kepentingan (politik) tertentu.