Professional Documents
Culture Documents
WartaKebunRayaNov19 PDF
WartaKebunRayaNov19 PDF
WartaKebunRayaNov19 PDF
PANORAMA ANGGREK ALAM DI KEBUN RAYA BOGOR NILAI SEJARAH Sofi Mursidawati
22-30 DAN KONSERVASINYA
PENGELOLAAN DATA KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN DALAM Irfan Martiansyah dan Muhammad Rifqi Hariri
31-42
KONSERVASI EX-SITU KEBUN RAYA DUNIA
Andalas (Morus macraura Miq.) POHON KEBANGGAAN Melza Mulyani dan Iin Pertiwi A. Husaini
43-49 SUMATERA BARAT YANG TERLUPAKAN
1
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
2
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
Gutta percha (Palaquium gutta) is the main source of natural rubber sheet production, which is widely
used as an insulator material and for making various kinds of goods. The history of gutta percha was dated
back to 1885 when the government of Dutch East India learned the commercial prospect of the species. An
experimental gardens at Tjipetir (to date write as Cipetir) Sukabumi regency were then established as the
extension of Bogor Botanical Garden and known as Afdelling III. Many varieties of gutta percha tree were
cultivated in search for its best quality for mass production. During the colonial era more than a century
ago, this site became one of the world's largest center of latex producer. Due to technological
development its use has now been largely replaced by synthetic materials. Although the gutta percha
production is not as large as in its golden era, to date the garden are still well maintained under the
management of PT Perkebunan Nusantara VIII Kebun Sukamaju, Cibadak District, Sukabumi Regency.
3
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
4
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
a b c
A B
Gambar 1. (Tumbuhan gutta percha Palaquium gutta : a) ilustrasi tumbuhan, b) daun permukaan atas,
c) daun permukaan bawah, dan d) getah daun (sumber foto dan ilustrasi: Saniyatun Mar'atus
Solihah)
5
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
Historical Society, 2015). Sekitar tahun 1901, 1914, Perkebunan Tjipetir masuk ke dalam Lands
Pemerintah kolonial Belanda memutuskan Caoutchouch Bedrijf (LCB), yaitu perusahaan
untuk membangun Perkebunan Negara Gutta perkebunan negara milik Belanda. Pada tahun
Percha Tjipetir dengan menanam tanaman yang sama, Pemerintah Belanda membangun
produksi gutta percha. Selama kurun waktu 5 pabrik gutta percha atas prakarsa Tromp de Haas,
tahun (1901—1906), terjadi penambahan lahan meskipun sempat terbengkalai selama tujuh
seluas 1000 ha, yang kemudian pada tahun 1919 tahun. Akhirnya pada tahun 1921, pabrik gutta
penanaman gutta percha diperluas lagi 250 ha. percha dapat diselesaikan oleh H. Van Lennep,
Total area gutta percha di Perkebunan Tjipetir yang saat itu menjabat sebagai Administratur
saat itu menjadi sekitar 1.322 ha. Pada tahun Perkebunan Tjipetir (Reader, 1953).
a b
Gambar 2. Pabrik gutta percha di Tjipetir, Sukabumi: a) pabrik, b) lempengan gutta percha,
c) lempengan gutta percha yang ditemukan di pantai Eropa (sumber foto:
a) antaranews.com, b) detik.com, c) tribunnews.com).
Saat ini, gutta percha sebagai komoditas GUTTA PERCHA DI PABRIK TJIPETIR
spesifik diduga hanya dapat ditemui di
Indonesia, yaitu di kebun Sukamaju Pabrik gutta percha Tjipetir pada masa kolonial
Sukabumi yang dikelola oleh PT Perkebunan Belanda pernah mengalami era kejayaannya.
Nusantara VIII (Persero) dengan luas area Hal ini dibuktikan dengan kemampuannya
7.379,63 ha. Area perkebunan terbagi menghasilkan bahan lateks dari daun pohon
menjadi enam afdeling, meliputi wilayah perca hingga ratusan kilogram. Material ini
Cibadak, Cikidang, Bojong Genteng, dikerjakan oleh ratusan pekerja yang sebagian
Parungkuda, dan Kalapanunggal. Saat ini, besar direkrut dari desa di Kecamatan Cikidang.
Perkebunan Sukamaju selain mengelola Pada masa itu, menurut The Plastics Historical
tanaman gutta percha juga tanaman kelapa Society (2015) pekerja dibagi ke dalam tiga shift
sawit. Menurut Teguh (2018) gutta percha (satu shift = 7 jam bekerja). Pabrik ini pernah
tidak tersebar luas di seluruh wilayah dihanguskan oleh pejuang, pada saat Belanda
Indonesia, karena pada masa awal tanam melancarkan agresi militer tahun 1947.
(sekitar tahun 1880) ada larangan dari
Pemerintah Belanda agar tidak menanam Perkebunan dan pabrik karet lawas Tjipetir dulu
gutta percha selain di Kebun Sukamaju. merupakan tempat mencetak lempengan-
6
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
lempengan karet berlabel Tjipetir. Lempengan kandungan Isoprena dan Caoretchina. Maka
Tjipetir diketahui pernah diangkut oleh kapal dari itu, pada Perang Dunia II terjadi, gutta
kargo milik Jepang bernama Miyazaki Maru. percha pernah dipakai ketika stok suplai
Namun kapal itu tenggelam saat Perang Dunia I. lateks dari karet sedang kosong. Gutta
Kapal ini tenggelam sekitar 241,5 kilometer percha diperbanyak melalui biji yang
bagian barat Kepulauan Sisilia pada 31 Mei 1917 diperoleh dari kebun biji khusus di
dalam pelayaran dari Yokohama ke London. Kapal Perkebunan Sukamaju. Tumbuhan induk
selam U-88 Jerman bertanggung jawab atas sumber biji itu adalah pohon yang ditanam
tragedi yang menewaskan 8 orang itu. Saat pada tahun 1885. Getah yang dihasilkan
Miyazaki Maru tenggelam, muatannya termasuk diambil dari ektraksi daun. Makin tua umur
getah perca tumpah ke laut (Isnaeni, 2014). daun, makin tinggi kadar getahnya
(Kartasubrata, dkk., 1993; Williams, 1964).
Saat ini, produksi getah perca tidak sebesar di
masa kolonial Belanda. Permintaan terus Pemanenan gutta percha awalnya hanya
menurun, karena popularitas getah perca dilakukan setelah pohon berusia 15 tahun,
dikalahkan oleh karet sintetis dan plastik. Dinas dengan cara menebang pohonnya. Setiap
Perkebunan Provinsi Jawa Barat (2014), pohon menghasilkan rata-rata 1,5 kg getah.
menjelaskan bahwa pada tahun 2014, pekerja Namun, cara tersebut dipandang tidak
pabrik hanya tinggal 7 orang. Meskipun demikian, efektif. Saat ini, teknik pemanenan yang
pabrik tetap berproduksi. Salah satu perusahaan dikembangkan adalah dengan cara
yang masih memesan bahan hasil olahan pohon memangkas daun, karena kandungan getah
perca adalah Perusahaan Gajah Tunggal. Selain tertinggi terdapat pada daun. Pembuatan
itu, ada juga perusahaan Jepang dan Korea yang gutta percha membutuhkan daun dan ranting
memesan langsung ke Tjipetir. Pada masa kecil. Satu ton daun basah diperkirakan bisa
kejayaannya, pabrik gutta percha Tjipetir menghasilkan getah sebanyak 12 – 13 kg.
merupakan roda penggerak pekonomian di Penggilingan daun dan ranting menggunakan
Kecamatan Cikidang, Sukabumi. Sisa kejayaan dua batu bulat besar menyerupai ban dengan
masa lampau pabrik karet kualitas dunia itu berat masing-masing sekitar empat ton. Batu
masih dapat diamati lewat bangunan tua di areal ini adalah batu granit yang didatangkan dari
perkebunan milik PTPN VIII Sukamaju, Sukabumi. Italia. Saat ini, terdapat delapan batu yang
Mengingat sejarah yang ada, pabrik tua yang dulu tersimpan di pabrik Tjipetir, namun hanya
ramai oleh aktivitas pabrik kini ramai oleh empat batu yang masih berfungsi (Dinas
banyaknya kunjungan dari masyarakat sekitar Perkebunan Provinsi Jawa Barat, 2014).
maupun luar kota dengan berbagai kepentingan,
seperti penelitian pabrik atau sekedar tempat Produksi gutta percha di PTPN VIII tahun 2009
untuk berfoto (Gambar 2). hanya 585 kg gutta putih. PTPN VIII memiliki
pabrik pengolahan gutta putih sendiri, tetapi
PENGEMBANGAN GUTTA PERCHA pabrik ini hanya beroperasi jika ada pesanan
saja. Pabrik gutta percha milik PTPN VIII
Palaquium gutta (gutta percha) dan Hevea dapat dikatakan sebagai pabrik pengolahan
Brasiliensis (karet) merupakan pohon penghasil gutta percha satu-satunya di dunia. Menurut
getah lateks yang baik. Secara kimiawi, lateks data Direktorat Jenderal Perkebunan tahun
kedua tanaman ini sama-sama memiliki 2007 menunjukkan bahwa permintaan gutta
7
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
percha dari tahun 2004 semakin meningkat. sebagai perabot di dalam rumah, lantai,
Awal tahun 2008 harga gutta percha mebel, dan perahu; bunga dimanfaatkan
mencapai Rp1,5 juta/kg dengan permintaan sebagai obat anti diare, aromatik,
mencapai 2.160 kg, namun kondisi tersebut ekspektoran, dan gangguan jiwa; minyak biji
belum dapat dimanfaatkan PTPN VIII karena untuk lampu, obat koreng, encok, kulit
kebutuhan bahan baku yang terbatas dan bersisik; biji untuk eksim dan pembengkakan
hanya mampu memproduksi 108 kg saja pembuluh darah. Menurut Pulungan (2013),
(Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, masyarakat Jawa meyakini kayu gutta
2014). percha sebagai salah satu kayu yang
bermanfaat untuk keselamatan,
Pemasaran gutta percha PTPN VIII lebih kewibawaan, pengobatan, perlindungan
banyak ditujukan ke pasar ekspor. Banyak terhadap orang atau jin jahat, binatang
permintaan dari berbagai negara, seperti berbisa, dan anti tenung. Sehingga pohon ini
Belanda, Inggris, Jerman, Amerika, Kanada, sering ditemui tumbuh di area pemakaman
Hongkong, Australia, Italia, Perancis, dan kuno atau tokoh-tokoh sejarah.
Irlandia. Namun penawaran justru menurun
karena keterbatasan bahan baku. Olander & Sekitar abad ke-19, gutta percha mulai
Wilkie (2018), menyatakan gutta percha digunakan untuk berbagai keperluan
masuk dalam IUCN Red List (2018) dengan domestik dan industri. Khususnya
kategori Near Threatened (hampir atau dimanfaatkan sebagai isolator untuk kabel
mendekati terancam kepunahan). Berbagai telegraf bawah air agar tidak diserang oleh
upaya dilakukan PTPN VIII dalam hewan atau tumbuhan laut yang bisa
melestarikan tanaman gutta percha ini, salah merusak kabel bawah laut. Jauh sebelum
satunya melalui program pemadatan gutta percha diperkenalkan ke dunia barat,
populasi di areal yang ada sekarang. Selain sudah digunakan dalam bentuk mentah oleh
itu, mulai menerapkan teknologi budidaya penduduk asli Semenanjung Malaysia untuk
sampai manajemen panen, berkolaborasi membuat pegangan pisau, tongkat dan
dengan Balai Penelitian Getas. Saat ini, luas tujuan lain (The Plastics Historical Society,
perkebunan gutta percha adalah 417 ha yang 2015). Orang Eropa pertama yang
merupakan bagian dari luas perkebunan di menemukan materi ini adalah John
Kabupaten Sukabumi. Perkembangbiakan Tradescant, yang mengumpulkannya pada
gutta percha dapat menggunakan biji dan tahun 1656 dan menamai material ini "mazer
setek (Perseroan Terbatas Perkebunan wood". Pada tahun 1843 seorang petugas
Negara VIII, 2011). medis William Montgomerie, mendapat
penghargaan medali emas dari Royal Society
PEMANFAATAN GUTTA PERCHA of Arts, London karena merupakan orang
pertama yang menghargai potensi bahan ini
Pemanfaatan gutta percha sudah ada sejak dalam dunia kedokteran (Tamba, 2004).
masa Pemerintahan Belanda, salah satu
penggunanya adalah perusahaan konstruksi Penggunaan lain gutta percha adalah dalam
dan pemeliharaan telegraph di Greenwich, bidang elektronik. Hal ini karena lateks gutta
London tahun 1865 yang bergerak di bidang percha bersifat tangguh dan merupakan
manufaktur kabel. Pemanfaatan oleh isolator yang baik dengan kekuatan
masyarakat lokal, antara lain kayu digunakan dielektrik tinggi. Namun, sejak sekitar tahun
8
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
9
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
10
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
11
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
12
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
Entada Adans. (Fabaceae: Mimosoideae) comprises of 30 species distributed in the tropical areas, from
Africa to Asia and America. As many as 5 species are known from Malesia region and 3 species of them can
be found in Indonesia, i.e. E. phaseoloides (L.) Merr., E. rheedii Spreng., and E. spiralis Ridl. Some species
of Entada are woody climbers with gigantic fruits and their seeds were dispersed trough ocean. Based on
the palaeontological data, the genus presumed to have existed since the Oligocene to Miocene. Although,
the genus was reported poisonous due to its saponin compounds, genus Entada has been used as traditional
medicinal plants, especially by local people in Asia and Africa. Some species were also used for foods,
soap, fish poisoning, and natural fibers.
13
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
CIRI MORFOLOGI MARGA ENTADA menebal dan berkayu (Nielsen, 1981; Cowan,
1998).
Entada mewadahi jenis-jenis berperawakan
perdu dengan buah berukuran kecil hingga liana Pada umumnya, Entada memiliki biji yang
yang buahnya berukuran raksasa (Wakita et al., berukuran besar dengan lebar hingga 7 cm, pipih
2008). Secara umum, bagian batang Entada atau terkompres, dan tidak memiliki pleurogram
tidak dilindungi oleh duri, namun pada jenis (garis berbentuk huruf u pada lapisan terluar
tertentu, seperti E. spinescens Brenan, daun biji). Selain itu, permukaan bijinya juga
penumpunya berbentuk menyerupai duri. Daun diselimuti oleh lapisan kulit yang keras dan
Entada berupa daun majemuk menyirip ganda kedap air. Jenis yang penyebaran bijinya dibantu
dan tidak mengatupkan anak daunnya jika oleh air, seperti E. gigas dan E. phaseoloides,
tersentuh. Pada setiap anak daun primer (pinna) memiliki ruang antar keping kotiledon (Gambar
terdiri atas sepasang hingga banyak anak daun 2), sehingga memungkinkan biji untuk dapat
sekunder (pinnula) yang duduk berhadapan atau mengapung (Nielsen, 1981; Gunn, 1984; Cowan,
berseling. Anak daun primer bagian terminal 1998).
tidak berkembang normal, namun termodifikasi
menjadi sulur (Nielsen, 1981; Cowan, 1998). JENIS ENTADA DI INDONESIA
Perbungaan Entada berupa tandan atau bulir
yang muncul dari bagian ketiak daun. Pada Di kawasan Malesia terdapat 5 jenis Entada,
setiap perbungaan terdapat bunga berkelamin yaitu E. borneensis Ridl., E. parvifolia Merr.,
jantan dan banci. Daun kelopak bunga saling E. phaseoloides (L.) Merr., E. rheedii Spreng.,
berlekatan, sementara daun mahkota bunga dan E. spiralis Ridl. (Nielsen, 1981). Entada
saling berlepasan atau hanya berlekatan di borneensis berasal dari Malaysia (Sarawak) dan
bagian pangkal saja. Benang sari berjumlah 10 E. parvifolia tersebar di Filipina (Luzon, Golo,
helai dan berlepasan, sedangkan putik hanya
berjumlah satu helai dalam setiap bunga. Buah
pada marga ini merupakan polong bersegmen
yang akan lepas saat buah sudah masak dan tiap
segmen hanya mengandung satu buah biji. Buah
biasanya berbentuk lurus, melengkung, atau
spiral dengan panjang mencapai 150 cm.
Ketebalan kulit buahnya juga sangat bervariasi,
mulai dari tipis seperti kertas hingga kulit yang Gambar 2. Biji Entada gigas [Sumber: Gunn, 1984]
14
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
dan Busuanga). Tiga jenis lainnya dapat mengayu, keras; endokarp seperti
ditemukan di Indonesia. Kunci determinasi jenis perkamen. Biji membundar, pipih, 4—6 ×
Entada di Indonesia disajikan sebagai berikut 3,3—5 cm, cokelat mengilap.
(Nielsen, 1981). Kunci determinasi jenis Entada Sebaran di Indonesia: Sumatera, Jawa,
di Indonesia disajikan sebagai berikut (Nielsen, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Sunda
1981): Kecil (Wetar, Flores), Maluku (Halmahera,
1. A. Ujung helaian pinak daun membundar Ternate, Ambon, Kepulauan Tanimbar), dan
hingga merompang, polong berbentuk Papua (Nielsen, 1981).
A spiral, biji berbentuk tidak beraturan Habitat: Daerah sekitar sungai, hutan rawa
..................................... E. spiralis air tawar, kawasan mangrove, hingga hutan
B. Ujung helaian pinak daun melancip hingga pegunungan pada ketinggian 0—900 m dpl
menumpul atau bergubang atau (Nielsen, 1981).
bercangap 2, polong berbentuk lurus atau
agak melengkung, biji membundar Entada rheedii Spreng. (Gambar 5)
................................................ 2 Sinonim: Adenanthera gogo Blanco, Entada
2. A. Anak daun sekunder (pinnula) berjumlah gigas G.C.C.Gilbert & Boutique, Entada
1—2 pasang per pinna, endokarp seperti scheffleri Ridl., Mimosa entada L.
perkamen .................. E. phaseoloides Liana, batang spiral. Daun majemuk
B. Anak daun sekunder (pinnula) berjumlah menyirip ganda; rakis 6—8 cm, gundul;
3—4(5) pasang per pinna, endokarp D daun primer (pinna) 2 pasang; anak
anak
berkayu............................ E. rheedii daun sekunder (pinnula) 3—4(—5) pasang
per pinna, membundar telur sungsang
Entada phaseoloides (L.) Merr. (Gambar 3—4) hingga menjorong-melanset, 2,3—7 ×
Sinonim: Entada formosana Kaneh., Entada 1,3—3,5 cm, pangkal membundar,
scandens (L.) Benth., Lens phaseoloides L., membaji, atau asimetri, ujung melancip
Pusaetha scandens (L.) Kuntze, Strepsilobus hingga menumpul atau bergubang atau
scandens (L.) Raf. bercangap 2. Perbungaan tersusun dalam
Liana, batang pipih dan spiral. Daun majemuk bulir, aksilar, panjang 12—25 cm; bunga
menyirip ganda; rakis 2 cm, gundul hingga duduk; daun kelopak bunga memangkuk;
berbulu balig halus; anak daun primer (pinna) 1 daun mahkota bunga berlekatan, bercuping
atau 2 pasang, gundul hingga berbulu balig 5, putih; benang sari putih. Buah lurus atau
halus; anak daun sekunder (pinnula) 1—2(—3) agak melengkung, panjang hingga 200 cm;
pasang per pinna, menjorong, menjorong- segmen buah menyegiempat; kulit buah
menyerong atau membundar telur sungsang- berkayu, keras; endokarp berkayu. Biji
menjorong, 4,5—10 × 1,8—6,3 cm, pangkal membundar, pipih, 3,5—4 × 1 cm, cokelat
asimetri atau bergubang, ujung melancip hingga mengilap.
menumpul atau bergubang atau bercangap 2. Sebaran di Indonesia: Sumatera, Jawa,
Perbungaan tersusun dalam bulir, aksilar, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Sunda
panjang 13—30 cm; bunga duduk; daun kelopak Kecil (Lombok, Sumbawa, Flores), Maluku,
bunga memangkuk; daun mahkota bunga dan Papua (Nielsen, 1981).
berlekatan, bercuping 5, hijau dengan pangkal Habitat: Daerah sekitar sungai, hutan
kemerahan; benang sari putih. Buah lurus atau primer dan sekunder, atau hutan pantai
agak melengkung, panjang hingga 135 cm; pada ketinggian 0—400 m dpl (Nielsen,
segmen buah menyegiempat; kulit buah 1981).
15
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
A B
Gambar 3. Koleksi hidup Entada phaseoloides di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, dalam dokumen tua.
A= ilustrasi dalam buku Die Natürlichen Pflanzenfamilien yang terbit pada tahun 1894
[Sumber: Taubert, 1894]; B= foto hitam putih yang diperkirakan berasal dari tahun 1894—
1929 [Sumber: collectie.wereldculturen.nl]
menyegitiga atau tidak beraturan; kulit buah E. rhedii, dan Entada sp. Pengecekan ulang
berkayu, keras; endokarp seperti kertas terhadap keempat jenis tersebut dilakukan
hingga perkamen. Biji berbentuk tidak melalui studi data pada catatan buku kebun
beraturan, pipih, 6—6,5 × 5 cm, cokelat. bidang registrasi Kebun Raya Bogor dan
Sebaran di Indonesia: Sumatera (Nielsen, pengamatan langsung di lapangan. Entada sp.
1981). telah teridentifikasi sebagai E. phaseoloides
Habitat: Hutan primer dan sekunder pada berdasarkan catatan buku kebun, sehingga
ketinggian 0—540 m dpl (Nielsen, 1981). keanekaragaman jenis Entada koleksi Kebun
Raya Bogor tereduksi menjadi tiga jenis.
MARGA ENTADA KOLEKSI KEBUN RAYA
BOGOR Data yang tercatat pada buku kebun yang
dikompilasi dengan kartu mati menunjukkan
Kebun Raya Bogor memiliki empat jenis bahwa hampir keseluruhan koleksi Entada di
Entada sebagai koleksi kebun berdasarkan Kebun Raya Bogor telah mati dan tersisa jenis
catatan Katalog Kebun 2010 (Sari et al., E. phaseoloides yang ditanam di vak XVII.E.5
2010), yakni E. phaseoloides, E. polystachya, (Tabel 1). Pengamatan secara langsung di
16
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
A B
Gambar 4. Ciri morfologi Entada phaseoloides, A= bagian buah; B= bagian daun dan perbungaan
[Sumber: cookislands.bishopmuseum.org]
A B
Gambar 5. A= Entada rheedii Spreng koleksi Kebun Raya Bogor (foto diambil 2019); B= Entada spiralis Ridl.
[Sumber: Nielsen, 1992]
lapangan menunjukkan bahwa koleksi tersebut Miosen. Kala Oligosen berlangsung pada
tidak dapat ditemukan dan dimungkinkan telah 33,9—23,03 juta tahun yang lalu, sementara
mati tetapi belum tercatat di dalam buku kebun Kala Miosen berlangsung sekitar 23,3—5,3
dan kartu mati. Namun, di vak I.F. ditemukan juta tahun yang lalu. Fosil biji yang diberi
adanya tumbuhan E. rhedii yang dimungkinkan nama sebagai Entada paleoscandens
merupakan anakan dari koleksi yang sebelumnya (Awatshi & Prasad) Antal & Awatshi telah
tercatat telah mati. ditemukan untuk pertama kalinya di
Suraikhola, Nepal, pada tahun 1990 (Conran
KAJIAN PALEONTOLOGI MARGA ENTADA et al., 2014). Fosil biji E. paleoscandens juga
ditemukan dari Formasi Sindhudurg yang
Bukti temuan fosil menunjukkan bahwa marga berusia Miosen, di Kalviwadi, India (Agarwal,
Entada sudah ada sejak Kala Oligosen hingga 2003). Secara morfologi, fosil biji
17
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
E. paleoscandens memiliki kesamaan bentuk Baru (Conran et al., 2014). Hasil analisis
dengan biji Entada saat ini. Biji penanggalan menunjukkan bahwa lapisan
E. paleoscandens berbentuk membundar, pada Formasi Chatton mengandung fosil
pipih, dan seluruh permukaannya dilapisi berumur 25,4—24,4 juta tahun (Oligosen
oleh sklerotesta (Gambar 6). Berdasarkan Akhir). Temuan fosil flora berupa kayu, biji,
ciri-ciri tersebut, maka jenis purba tersebut polen, dan spora mengindikasikan bahwa
memiliki mekanisme penyebaran biji yang kawasan tersebut berupa kawasan hutan
sama dengan Entada modern. beriklim subtropis yang dekat dengan garis
pantai saat Kala Oligosen Akhir (Conran et
Selain temuan dari Nepal dan India, fosil biji al., 2014). Oleh sebab itu, penemuan ini
E. paleoscandens juga terdapat pada Formasi menguatkan dugaan bahwa E. paleoscandens
Chatton di Cosy Dell, Waimumu, Selandia merupakan tumbuhan pantai yang bijinya
Gambar 6. A. fosil biji E. paleoscandens yang memperlihatkan tampak atas dan samping, B. biji
E. phaseoloides, skala bar = 10 mm [Sumber: Conran et al., 2014]
18
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
disebarkan oleh aliran air laut. bersifat hemolisis untuk sel darah merah
manusia dan hewan (Perry, 1980; Barua et
POTENSI DAN PEMANFAATAN BEBERAPA al., 2014). Oleh sebab itu, bagian kulit
JENIS ENTADA batangnya yang beracun dimanfaatkan
secara tradisional sebagai racun ikan (Perry,
Entada phaseoloides 1980).
Entada phaseoloides telah dimanfaatkan oleh
nenek moyang masyarakat Indonesia dalam Saat Era Hindia-Belanda, daun muda
sistem pengobatan tradisional. Biji yang dibakar E. phaseoloides dimakan oleh masyarakat
dipercaya memiliki khasiat untuk membersihkan Nusantara sebagai sayuran, baik dalam
darah, sehingga banyak dikonsumsi oleh wanita keadaan mentah maupun telah dimasak.
yang baru melahirkan. Akar E. phaseoloides yang Penelitian terkini menunjukkan bahwa pada
telah ditumbuk digunakan sebagai obat oles daun E. phaseoloides tidak terdapat
perut untuk mengurangi rasa sakit akibat kandungan saponin yang beracun (Barua et
disentri. Jus dari bagian batang juga diminum al., 2014). Dahulu bijinya yang beracun
untuk mengobati penyakit tersebut. Selain di dimakan sebagai makanan ringan oleh
Indonesia, pemanfaatan sebagai obat sakit perut masyarakat di Pulau Sumatera dan Bali
juga dapat ditemukan di Semenanjung Malaya (Barua et al., 2014). Namun sebelum
dan Filipina (Perry, 1980). Pada pengobatan dikonsumsi, bagian biji harus melalui
tradisional Ayurweda di India, E. phaseoloides beberapa proses pengolahan. Biji
dimanfaatkan sebagai antiinflamasi, analgesik, E. phaseoloides harus dibakar terlebih
antipiretik, antiarthritis, antidiabetes, dahulu sampai kulit bijinya pecah, kemudian
antioksidan, antimikroba, hepatoprotektif, dicuci dalam air selama 24 jam dan
sitotoksik, dan pembasmi moluska (Deepa & selanjutnya direbus hingga matang (Perry,
Shinde, 2017). 1980).
19
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
dan Asia Tenggara. Secara umum, biji E. rheedii jenis dan 3 jenis di antaranya, yaitu
dipakai di Afrika untuk obat sakit kaki, penurun E. phaseoloides (L.) Merr., E. rheedii Spreng.,
demam, pembasmi cacing, tonik, dan dan E. spiralis Ridl., terdapat di Indonesia.
penginduksi muntah. Di Nepal, seluruh bagian Sebagian jenis Entada memiliki buah berukuran
E. rheedii biasanya dibuat menjadi pasta dan raksasa dan dapat ditemukan pada lingkungan
digunakan sebagai obat luar untuk mengatasi akuatik atau di sekitar pantai, sehingga
nyeri tulang. Sementara di Asia Tenggara, kulit pemencaran bijinya dibantu oleh air.
batang dan biji E. rheedii dipakai sebagai pereda Berdasarkan catatan fosil, marga ini telah ada
rasa sakit dan obat gatal, sedangkan bagian saat Kala Oligosen hingga Miosen berlangsung.
bijinya saja digunakan untuk mengobati kolik Secara morfologi, fosil biji Entada yang telah
pada anak kecil (van der Maesen, 2001; Bosch, ditemukan di India, Nepal, dan Selandia Baru
2011). mengindikasikan penyebarannya melalui air,
sama seperti Entada yang hidup saat ini.
Penelitian terkini di bidang farmakologi Berdasarkan pemanfaatannya, beberapa jenis
menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji Entada telah banyak dimanfaatkan sebagai
E. rheedii memiliki aktivitas biologi sebagai tumbuhan obat tradisional, terutama di Asia
antibakteri dan antiulserogenik. Esktrak etanol dan Afrika.
biji E. rheedii dengan dosis 1 mg/ml mampu
menghambat pertumbuhan beberapa jenis UCAPAN TERIMA KASIH
bakteri, seperti Mycobacterium bovis,
Staphylococcus aureus, Streptococcus Penulis mengucapkan terima kasih kepada Mika
pneumoniae, dan Salmonella typhimurium (Okba Rizki Puspaningrum, S.Si., MT, Ph.D., Fakultas
et al., 2018). Ekstrak tersebut juga mengandung Ilmu dan Teknologi Kebumian - ITB, yang telah
senyawa Phasoloidin dan entadamide A-β-D- meninjau ulang dan memberikan saran
glucopyranoside yang mampu menghambat terhadap kajian paleobotani marga Entada.
aktivitas virus Coxsackie B4 (Okba et al., 2018). Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
Virus ini memicu terjadinya reaksi autoimun pada rekan-rekan tim registrasi dan Pak Harto atas
tubuh manusia, sehingga menyebabkan sel beta diskusi yang bermanfaat.
penghasil insulin pankreas menjadi rusak dan
mengakibatkan diabetes mellitus (Okba et al., DAFTAR PUSTAKA
2018). Selain itu, penelitian lain juga
menunjukkan bahwa esktrak metanol kulit Agarwal, A. 2003. A Carbonised Fossil Seed,
batang, daun, dan biji E. rheedii memiliki Viz., Entada palaeoscandens (Awasthi
aktivitas sitotoksik, antioksidan, dan trombolitik and Prasad) Antal and Awasthi, from
atau pemecah gumpalan darah (Sufian et al., Lignite Deposits of Kalviwadi,
2018). Dengan demikian, jenis ini memiliki Sindhudurg District, Maharashtra,
potensi yang besar dalam bidang farmakologi. India. Phytomorphology 53: 133—139.
Barua, C.C., M. Hazorika & J. Misri. 2014. An
PENUTUP Overview of Entada phaseoloides:
Current Re s e a r c h and Future
Entada Adans. merupakan salah satu marga pada Prospects. Journal of Pharmacy and
anak suku Mimosoideae yang mewadahi sebanyak Pharmacology 2: 1—18.
30 jenis dan tersebar di kawasan tropis, terutama Bosch, C.H. 2011. Entada rheedei Spreng.
di Afrika. Kawasan Malesia memiliki sebanyak 5 https://uses.plantnet-
20
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
21
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
22
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
Sofi Mursidawati
Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya — LIPI
email: sofi.mdawati@gmail.com
Foto: Wisnu H.A.
The history of modern agricultural practice was actually started in Bogor Botanical Garden. In the past
numbers of valuable scientific paper resulted from research work in Bogor has lead to new discovery that
given a great contribution to our civilization today particularly in the field of biological knowledge. In
early ninetieth, it was Carl Blume and J.J. Smith, two great scientist who has laid a foundation for modern
orchid taxonomy. While F.W. went and J. Arditti represent scientist from twentieth century whose works
are widely acknowleged by scientific world. One thing that tied four of them is orchid. Their great works
were inspired by orchid in Bogor Botanical Garden. In-situ and ex-situ orchid collection has historical value
that supposed to be our reference today in terms of moving towards Botanical Garden's future as a center
of excellence for conservation and development.
23
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
resmi Kebun Raya Bogor. Salah satu kelompok Blume menggantikan Reindwardt sebagai
tumbuhan yang tersebar secara in-situ tersebut direktur kepala Pada tahun 1922. Pada masa
adalah keluarga anggrek anggrekan baik dari jabatannya, sebuah buku berjudul “Tabellen en
jenis epifit maupun terestrial. Dalam perjalanan Platen voor de Javaansche Orchideen”
sejarahnya kemudian, anggrek-anggrek ini diterbitkan. Buku berharga ini berisi
menjadi cikal bakal perkembangan ilmu botani pengetahuan dasar tentang anggrek dan
dan hortikultur yang mendunia. deskripsi pertama anggrek-anggrek alam di
Jawa dan pulau sekitarnya. Karyanya yang diakui
Perkembangan ilmu biologi yang mendunia tak sangat berguna adalah katalog Kebun Raya Bogor
lepas dari Laboratorium Treub yang memiliki yang pertama. Karena alasan ekonomi dan
reputasi internasional, karena fasilitas dan kesehatan, Blume meninggalkan Jawa pada
kesempatan yang diberikan bagi ilmuwan yang tahun 1926 dan ditetapkan sebagai direktur
hendak mempelajari ilmu botani tropika. herbarium Leiden pada tahun 1829. Pemerintah
Pandangan sangat positif datang dari ilmuwan Belanda menganugerahinya gelar profesor dan
berbagai negara dipublikasikan dalam berbagai bintang kehormatan atas kerja keras dan
jurnal sehingga Kebun Raya Bogor sempat pengabdiannya selama di Bogor.
dijuluki sebagai “The mecca of biological
knowledge” dan menjadi tempat berkumpulnya Di Belanda Blume dikenal posesif akan koleksi
ilmuwan ternama dari berbagai belahan dunia dan herbariumnya hingga institusinya dipenuhi
(Gross, 2011). konflik dengan teman dan koleganya. Pada
akhirnya pemerintah Belanda memutuskan
NAMA-NAMA PENTING DALAM DUNIA untuk membuat herbarium baru di Bogor pada
PERANGGREKAN tahun 1844. Dalam pandangan Blume keputusan
ini akan menjadi sangat berbahaya dan
mengancam keberadaaan Herbarium Leiden
Pengetahuan tentang keanekaragaman maupun
yang seharusnya menjadi pusat informasi flora
dasar kehidupan biologi anggrek alam di Kebun
Hindia Belanda. Nilai koleksi spesimen
Raya Bogor banyak dipelajari oleh peniliti
herbarium Leiden akan berkurang karena harus
terkemuka dan tulisannya menjadi dasar
berbagi duplikat. Kolega dan temannya
referensi karya tulis ilmiah hingga kini. Tiga
mempertanyakan pula terbatasnya akses bagi
diantara banyak nama penting dalam dunia
mereka di Leiden yang pada akhirnya membuat
peranggrekan yang pernah bekerja di Bogor dan
nilai koleksi tidak banyak berarti. Meskipun
memberi kontribusi besar dalam peranggrekan
Blume sedikit melunak dengan pernyataan
dan ilmu botani pada umumnya ditulis dibawah
tersebut tetapi ia tetap pada prinsipnya.
ini.
Perdebatan ini menguntungkan Bogor karena
pada akhirnya pemerintah menetapkan
Carl Ludwig Blume (1796—1862)
herbarium di Hindia Belanda harus berdiri di
Seorang dokter Belanda keturunan Jerman yang
Bogor. Konflik internal terus berlanjut namun
menghabiskan masa studi kedokterannya di
Blume lebih banyak mengisolasi diri. Secara
Belanda. Menjejakan kaki pertama kali di Jawa
independen ia terus bekerja dan menghasilkan
tahun 1817 awalnya karena ketertarikannya
maha karya lainnya dalam Rumphis vol. IV (1835-
akan pengobatan tradisional. Pada tahun yang
1848), berisi reorganisasi karya-karya Rumphius
sama ia mempelajari ilmu botani. Pada awal
dan mentransformasikannya ke dalam sistem
karirnya Blume ditunjuk sebagai inspektur
klasifikasi Linnaeus yang lebih banyak dipakai
vaksin dan asisten direktur Kebun Raya Bogor.
24
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
oleh para Botanis saat itu. Karya besar lainnya undangan Profesor Treub mengisi posisi
adalah “Flora Javae et Insularum Adjacentium” hortikulturis di Kebun Raya Bogor yang
terbit pada tahun 1858 yang berisi kumpulan sedang ditinggal kuratornya pulang ke
deskripsi species yang telah diterbitkan oleh Belanda. Pada akhirnya posisi itu tetap
Blume sendiri maupun peneliti lainnya. Buku ini didudukinya karena sang kurator meninggal
dilengkapi ilustrasi berwarna anggrek-anggrek dalam perjalanan dari Belanda ke Bogor.
alam dengan analisis dan detil yang sangat Posisi ini pula yang membawanya menjadi
mengagumkan. Blume meninggal pada tahun kurator di Kebun Raya Cibodas. Selama 33
1862 A
meninggalkan warisan pengetahuan B tahun lamanya Smith banyak terlibat
berharga bagi ilmu taksonomi anggrek yang dengan institusi ini dan seumur hidupnya ia
ditulisnya berdasarkan anggrek di Jawa. mendedikasikan dirinya untuk anggrek,
tumbuhan yang sangat ia kagumi .
Johannes Jacobus Smith (1867—1947) Pada masa itu hanya sedikit orang yang
Seorang hortikulturis-botanis kelahiran Belgia memiliki kapasitas sebagai seorang
berkebangsaan Belanda yang sejak kecil telah botanis. Smith menggambar sendiri
memperlihatkan ketertarikannya akan sejarah illustrasi anggrek yang ia temukan dalam
alam. Lahir di Antwerp 29 Juli 1867 dan banyak tugas maupun perjalanannya.
terinspirasi oleh bibinya dalam melukis sketsa Pengalamannya bertambah banyak ketika
flora maupun fauna (tikus) hingga membuat tugas mengharuskannya berlayar ke Maluku
terarium dan akuarium. Perjalanan karirnya D tahun 1900. Pada tahun mendatang
pada
diawali di sebuah nurseri di Amsterdam. Tak perjalanannya ini menjadi pengalaman
lama kemudian bekerja di Kew - Inggris dan 2 yang sangat berharga dalam membentuk
tahun di Brussel. Atas saran guru sekolah karirnya sebagai seorang botanis.
menengahnya Smith melanjutkan karirnya
melamar ke Hindia Belanda untuk bekerja Kepulangannya sementara ke Belanda pada
sebagai inspektur perkebunan kopi tahun 1891 di tahun 1902 diisi dengan mengumpulkan
Jawa. Ketertarikan Smith akan alam dan hutan data untuk buku “Orchid Flora of Java”
tidak pernah luntur. Letak perkebunan kopi yang yang ditulis bersama Treub pada tahun
berbatasan dengan hutan, membuat Smith pada 1905. Kontribusi J.J. Smith akan
akhirnya lebih tertarik pada kehidupan pengetahuannya dikenal luas dalam ilmu
tetumbuhan di hutan. Ia meninggalkan posisinya botani sehingga Utrecht University
sebagai inspektur perkebunan dan menerima memberinya gelar Ph.D. Tahun 1913 ia
Gambar 1. Tugu J.J. Smith yang masih berdiri di Kebun Raya Bogor hingga sekarang
25
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
26
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
a b c
Gambar 2. Beberapa jenis anggrek epifit di luar rumah kaca Kebun Raya Bogor, diantaranya
(dari kiri ke kanan) Cymbidium bicolor (a), Cymbidium finlaysonianum (b) dan
Eria javanica (c).
27
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
Tabel 1. Jenis-jenis anggrek yang pernah tercatat tumbuh spontan dan atau mengalami naturalisasi di
Kebun Raya Bogor
28
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
a b c
Gambar 3. Anggrek tanah yang tak selalu menampakan diri sepanjang tahun, tumbuh secara in-situ di
Kebun Raya Bogor: Gastrodia javanica (a), Epipogium roseum (b) dan Didymoplexis pallens (c)
29
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
Kebun Raya Bogor adalah tempat bersejarah yang Arditti, J. 1990. Orchid Biology; Review and
telah melahirkan berbagai konsep ilmu dasar Perspectives In Orchid Biology and
yang dalam perjalanannya kemudian melahirkan Perspective. Vol V. Timber Press Inc
peradaban baru. Aplikasi ilmu dasar yang Portland-Oregon USA.
dihasilkan dari penelitian di Kebun Raya Bogor Gross, A. 2011. The Floracrats State Sponsored
banyak dipakai dalam ilmu pertanian modern Science and the Failure of the
saat ini. Enlightenment in Indonesia. The
University of Wisconsin Press. Madison –
Keberadaan anggrek alam in-situ di Kebun Raya Wisconsin-USA.
Bogor merupakan ciri penting sebuah ekosistem Rasmussen, H.N. 1995. Terrestrial Orchids,
yang secara alami sehat. Simbiosis anggrek- from Seed to Mycotrophic Plant.
mikoriza yang terjadi di lokasi tertentu di Kebun Cambridge, UK: Cambridge University
Raya Bogor adalah peristiwa alam yang spesifik Press.
dan telah terpelihara selama ratusan tahun Reinikka, M.A. 1995. A History of the Orchid.
bahkan mungkin lebih. Hal ini menandakan pula Timber Press. Inc Sec. Avenue suite 450
bahwa beberapa titik di Kebun Raya masih dapat Portland-Oregon USA.
mengakomodasi kehidupan jamur simbiotik yang Smith, J.J. 1905. Die Orchiden von Java. Band
halus dan rawan kerusakan oleh gangguan I V. Der Flora von Buitenzorg
terkecil sekalipun. Buchandlung und Druckerei, E.J. Brill-
Leiden.
Pembangunan yang masif seperti pembangunan Sukarya, D.G dan J.R. Witono. 2017. Kebun
plaza, gedung dan infrastruktur di atas Raya Bogor Dua Abad Menyemai
habitatnya jelas merupakan hal yang tak bisa Tumbuhan di Indonesia. Sukarya
ditoleransi oleh kehidupan simbiosis yang terjadi Publisher-Jakarta.
secara alami di Kebun Raya Bogor. Simbiosis
anggrek-mikoriza secara in-situ di Kebun Raya
Bogor adalah peristiwa alam yang masih sulit
dimanipulasi secara buatan oleh manusia.
30
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
31
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
32
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
mengembangkan kebun raya baru di Cibinong serta peran Kebun Raya Indonesia secara
Science Center and Botanic Gardens (CSC & BG) global, (2) pengolahan data yang dilakukan
dengan tema bioregion. Kebun raya LIPI pada tingkat jaringan global di beberapa
mengoleksi tumbuhan dari seluruh Indonesia dan kebun raya dunia yang terdapat dalam basis
sumbangan dari luar negeri, sedangkan KRD data BGCI (Mounce et al. 2017), (3)
difokuskan untuk mengoleksi tumbuhan lokal persebaran kebun raya dunia dibandingkan
(Purnomo et al., 2015). dengan pengumpulan data yang tersedia di
basis data BGCI sehingga keanekaragaman
A artikel ini, akan dipaparkan: (1) ulasan
Dalam tumbuhan diketahui dapat menentukan
beberapa penelitian yang terkait pengelolaan dampak persebaran biogeografi kebun raya
data keanekaragaman tumbuhan yang dan kesenjangan filogenetik dalam koleksi
dikonservasi secara ex-situ di kebun raya dunia
Tabel 1. Daftar jumlah kebun raya di dunia yang tercatat sebagai anggota BGCI
Jumlah Anggota Jumlah Anggota Jumlah Anggota
No Negara No Negara No Negara
Kebun Raya BGCI Kebun Raya BGCI Kebun Raya BGCI
1 Albania 1 0 63 Greenland 1 0 125 Palestinia teritory occupied 2 1
2 Algeria 3 0 64 Grenada 1 0 126 Panama 7 1
3 Angola 1 0 65 Guadalupe 2 0 127 Papua Nugini 4 0
4 Anguila 1 0 66 Guatemala 4 2 128 Paraguay 2 1
5 Antartika 2 0 67 Guinea 1 0 129 Peru 11 1
6 Antigua dan Barbuda 1 0 68 Guyana 1 0 130 Filipina 15 5
7 Argentina 50 3 69 Haiti 3 2 131 Polandia 48 8
8 Armenia 3 2 70 Honduras 6 1 132 Portugal 18 8
9 Australia 146 25 71 Hungary 16 8 133 Puerto rico 8 1
10
11
Austria
Azerbaijan
24
4
5
0
72
73
Iceland
India
3
139
D 2
11
134
135
Qatar
Reunion
1
5
1
0
12 Bahama 4 0 74 Indonesia 5 1 136 Romania 16 3
13 Bangladesh 5 1 75 Iran 4 0 137 Rusia 114 18
14 Barbados 3 1 76 Irak 1 0 138 Rwanda 2 0
15 Belarus 10 0 77 Irlandia 21 5 139 Saint Helena 1 0
16 Belgium 29 7 78 Israel 12 2 140 Saint Kitts and Nevis 1 0
17 Belize 4 1 79 Italia 113 19 141 Saint Vincent and The Grenadines 1 0
18 Benin 6 0 80 Jamaica 6 0 142 Samoa 1 0
19 Bermuda 1 0 81 Jepang 65 3 143 Sao Tome and Principe 1 0
20 Bhutan 1 1 82 Jordan 1 1 144 Saudi Arabia 4 0
21 Bolivia 5 1 83 Kazakhstan 12 0 145 Senegal 5 0
22 Bosnia Herzegovina 4 0 84 Kenya 14 8 146 Serbia 2 1
23 Botswana 1 1 85 Kuwait 1 0 147 Sierra leone 4 1
24 Brasil 43 3 86 Kirzikstan 3 2 148 Singapore 3 3
25 Brunei Darussalam 1 1 87 Laos 1 1 149 Slowakia 12 1
26 Bulgaria 10 1 88 Latvia 2 0 150 Slovenia 5 1
27 Burkina faso 3 0 89 Libanon 2 1 151 Pulau Solomon 1 0
28 Burundi 2 0 90 Lesotho 3 0 152 Afrika Selatan 30 14
29 Kamerun 3 1 91 Liberia 1 0 153 Korea Selatan 57 6
30 Kanada 121 15 92 Libyan Arab Jamahiriya 1 0 154 Spanyol 38 11
31 Cave Verde 1 0 93 Lithuania 8 4 155 Srilanka 8 5
32 Pulau Cayman 1 1 94 Luksemburg 2 1 156 Sudan 1 0
33 Chili 14 5 95 Macedonia 7 0 157 Suriname 1 0
34 China 169 40 96 Madagaskar 4 1 158 Swedia 11 5
35 Colombia 29 4 97 Malawi 4 0 159 Switzerland 26 14
36 Congo 1 0 98 Malaysia 16 4 160 Taiwan 6 2
37 Costa Rica 16 5 99 Malta 1 1 161 Tajikistan 6 0
38 Croatia 10 1 100 Martinique 2 0 162 Tanzania 6 1
39 Coast ivory 1 0 101 Mauritius 4 1 163 Thailand 13 1
40 Cuba 12 0 102 México 116 12 164 Togo 4 0
41 Cyprus 3 0 103 Micronesia 12 0 165 Trinidad dan Tobago 2 1
42 Czech Republic 31 5 104 Moldova 3 0 166 Tunisia 4 0
43 Democratic Rep. Congo 4 0 105 Monaco 1 1 167 Turki 10 4
44 Denmark 10 2 106 Mongolia 1 0 168 Turkmenistan 1 0
45 Dominica 2 0 107 Montenegro 1 0 169 Pulau Turk dan Kaiko 1 0
46 Rep. Dominica 2 2 108 Monserat 1 0 170 Uganda 4 1
47 Ecuador 14 4 109 Morocco 5 2 171 Ukraina 41 4
48 Egypt 9 2 110 Mozambique 4 0 172 Uni Emirat Arab 2 2
49 Elsalvador 1 0 111 Myanmar 5 1 173 United Kingdom 205 53
50 Estonia 3 2 112 Namibia 1 1 174 United States of America 973 115
51 Etiopia 10 1 113 Nepal 2 0 175 Uruguay 2 0
52 Fiji 4 0 114 Netherlands 49 9 176 Uzbeskistan 4 0
53 Finland 8 3 115 Netherlands Antilles 2 0 177 Vanuatu 1 0
54 France* 100 18 116 New Zealand 25 7 178 Venezuela 13 0
55 France guyana 2 0 117 Nikaragua 4 0 179 Vietnam 9 0
56 Gabon 1 0 118 Nigeria 33 0 180 Pulau Virgin (British) 1 0
57 Gambia 1 0 119 Norfolk Island 1 0 181 Pulau Virgin (US) 2 1
58 Georgia 6 2 120 North Korea 2 0 182 Zambia 1 0
59 Germany 109 16 121 Norway 10 6 183 Zimbabwe 5 1
60 Ghana 5 1 122 Oman 4 0
61 Gibraltar 1 1 123 Pakistan 12 2 Jumlah Kebun Raya Dunia 3662* 608
62 Grecee 20 6 124 Palau 1 0
33
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
ex-situ dengan jumlah yang mendekati (Jackson & Kennedy, 2009). BGCI juga telah
sebenarnya. menyusun direktori digital kebun raya dunia
dalam basis data yang disebut GardenSearch
PENGOLAHAN DATA KEANEKARAGAMAN (BGCI, 2019).
TUMBUHAN DI BASIS DATA BGCI
Penelitian tersebut, Mounce et al., (2017)
Sebuah penelitian yang diterbitkan di Jurnal memperkirakan ada lebih dari 3269 kebun raya di
Nature Plants pada tahun 2017, memaparkan 180 negara (Gambar 1a). BGCI telah
data digital rekaman koleksi tumbuhan yang mengumpulkan data digital dari 1.116 institusi
terdapat di seluruh kebun raya di dunia. (34%), dan menyimpannya dalam basis data
Penelitian tersebut mengevaluasi keberadaan PlantSearch di BGCI. Data yang tersimpan berupa
kebun raya di dunia secara geografis beserta daftar tumbuhan sebanyak 1.330.829 rekaman
data yang dimilikinya, dan sejauh mana data dari 481.696 nama taksa (spesies). Data ini
digital tersebut tersimpan dalam basis data setelah dibandingkan dengan laman situs The
BGCI. BGCI telah mengumpulkan data institusi Plant List (yang menjadi acuan nama valid
botani yang terdefinisi sebagai kebun raya, sebuah taksa) jumlahnya menciut menjadi
yaitu sebuah institusi yang menyimpan dan sekitar 350.699 spesies. Penelitian terhadap data
memiliki koleksi tumbuhan hidup untuk digital ini berhasil menampilkan perkiraan
kepentingan penelitian, konservasi, pendidikan jumlah keanekaragaman tumbuhan yang
dan pembelajaran kepada masyarakat umum dikoleksi di sepertiga kebun raya di dunia dalam
basis data GardenSearch (Gambar 1b)
Gambar 1. Persebaran keanekaragaman tumbuhan di dalam koleksi ex-situ di dunia dan ketersediaan data yang
dimilikinya. a. peta proyeksi yang menunjukkan lokasi semua kebun raya anggota BGCI
b. keanekaragaman spesies relatif yang terdapat pada 1.116 kebun raya anggota BGCI
(Mounce et al., 2017).
34
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
Jumlah spesies yang terdapat pada 1.116 kebun Jumlah spesies tumbuhan yang terdapat di
raya diperlihatkan pada Gambar 1b. dimana The Plant List, sebanyak 30% (105.634)
besar kecilnya lingkaran menunjukkan jumlah terdapat dalam bentuk koleksi hidup di
relatif spesies yang tercatat di suatu kebun raya. kebun raya dunia (Gambar. 2a). Angka-angka
Agar tidak terjadi bias yang terlalu tinggi dalam ini setara dengan 59% dari seluruh genus
mengevaluasi target global dan menentukan tumbuhan di dunia (Gambar 2b), sekitar 75%
prioritas konservasi spesies diperlukan data yang dari semua famili tumbuhan embriofita
relatif sama antara data digital dengan data riil. (berbiji) (Gambar 2c) dan 93% famili
Gambar 1a dan b menunjukkan tumbuhan trakeofit (berpembuluh) (Gambar
ketidakseimbangan persebaran kebun raya dan 2d). Hal ini menunjukkan sebuah tingkat
ketersediaan data koleksi digital yang disebut cakupan taksonomi yang luar biasa yang
bias latitudinal positif (Pautasso & Parmentier, terdapat dalam koleksi ex-situ di kebun raya
2007). Beberapa negara di belahan bumi selatan dunia.
seperti Afrika Selatan, Australia, dan Selandia
Baru, adalah kontributor utama dalam MENGIDENTIFIKASI DAN MENARGETKAN
pengumpulan atau kepemilikan data digital. GARIS KETURUNAN YANG KURANG
Meskipun begitu, 91% nama aksesi dan 93% TERWAKILI
spesies yang terekam dan didokumentasikan
sebagai koleksi ex-situ dimiliki oleh kebun raya Mounce et al., (2017) juga memaparkan
yang berada di belahan bumi utara (Gambar 3a). mengenai keragaman filogenetik yang
Bias ini terjadi karena persebaran geografis dan terbentuk dari hasil data digital BGCI
keanekaragaman spesies di kebun raya pada (Gambar 3). Data yang digunakan terbagi
kenyataannya lebih ditentukan oleh faktor sosial menjadi dua bagian yaitu berupa data
ekonomi seperti PDB (produk domestik bruto) keterwakilan suatu genus di setiap kebun
dan ukuran populasi suatu kota atau negara. raya dan keterwakilan dari semua genus yang
(Golding et al., 2010). Oleh karena itu ada di dunia. Sebanyak 10.133 genus telah
dibutuhkan koordinasi yang kuat antar kebun diketahui terwakili setidaknya oleh satu
raya di dunia sehingga data digital yang terdapat spesies di setiap kebun raya dan sebanyak
di BGCI menjadi lebih akurat. 14.126 genus (83,5%) dinyatakan telah
tercakup dari semua genus tumbuhan yang
Gambar 2. Persentase keanekaragaman tumbuhan koleksi ex-situ pada berbagai tingkat hierarki taksonomi.
a. persentase spesies pada semua taksa di kebun raya dunia (350.699), b. persentase dalam genus
(16.913), c. persentase famili tumbuhan trakeofita (635) d. persentase famili tumbuhan embriofita
(458) (Mounce et al., 2017).
35
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
Gambar 3. Analisis filogenetik menunjukkan adanya celah/gap yang mencolok untuk tingkatan takson tertentu
di kerajaan tumbuhan (Mounce et al., 2017).
ada (Hinchliff et al., 2015). Hasil yang diperoleh mengevaluasi kemajuan pencapaian Target 8
menunjukkan adanya bias yang relatif besar GSPC (Global Strategy for Plant Conservation).
dalam filogenetik tumbuhan yang dikonservasi Salah satu target GSPC adalah sekurang-
secara ex-situ. Tumbuhan berbiji tertutup, kurangnya 75% spesies tumbuhan terancam
berbiji terbuka dan paku-pakuan, memiliki berada dalam koleksi ex-situ atau kebun raya di
cakupan (coverage) relatif besar yaitu 62,8%, negara asal tumbuhan tersebut (Sharrock &
96,6% dan 54,0% berturut-turut. Tumbuhan tidak Jones, 2009).
berpembuluh seperti tumbuhan lumut, lumut
hati, dan lumut tanduk hampir seluruhnya tidak Basis data ThreatSearch di BGCI merupakan
terdokumentasi dengan baik atau hanya sekitar basis data yang memuat daftar tumbuhan
kurang dari 5% saja. Visualisasi filogenetik ini terancam yang paling komprehensif dengan
menunjukkan perbedaan yang mencolok menggabungkan penilaian ancaman secara
sehingga mengungkapkan kekurangan global, regional dan nasional (BGCI, 2019).
konservasi ex-situ dalam mengkonservasi Tumbuhan “terancam” didefinisikan sebagai
tumbuhan secara keseluruhan. Oleh karena itu spesies yang termasuk dalam kategori 'Rentan'
dapat disimpulkan, untuk saat ini tumbuhan (vulnerable), “Terancam punah” (endangered)
berpembuluh masih menjadi fokus utama dan “Terancam punah kritis” (critically
konservasi ex-situ di kebun raya di dunia. endangered) yang sesuai dengan kriteria dari
International Union for Conservation of Nature
MENGEVALUASI KEMAJUAN TARGET 8 (IUCN). Saat ini, sekitar 13.218 spesies
GSPC tumbuhan terancam (41,6%) terdapat pada
sedikitnya satu koleksi dikonservasi ex-situ
Kebun raya di dunia menganut strategi global (Gambar 4a). Seperti halnya jumlah perkiraan
dalam pelaksanaan konservasi, yang diadopsi keanekaragaman tumbuhan, data tumbuhan
pada 2010 oleh Konvensi PBB tentang terancam hanya berasal dari sepertiga kebun
keanekaragaman hayati. Mounce et al., (2017) raya dunia (Gambar 4b). Hal ini memperlihatkan
menggunakan referensi dari dua sumber data sejauh mana koleksi ex-situ berkontribusi pada
digital yaitu versi rilis awal basis data jumlah total spesies yang terancam
ThreatSearch dan PlantSearch untuk dibandingkan dengan jumlah rata-rata spesies
36
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
terancam di tiap kebun raya (Gambar 4c). terancam dalam koleksi ex-situ tetapi
Meskipun demikian, angka-angka ini memberi fokus penilaian ancaman menjadi tak
kesan “kurang proporsional”, karena seringkali imbang bila diterapkan pada seluruh
spesies terancam lebih sulit ditemukan, lebih tumbuhan. Misalnya, dari 89.810 spesies
sulit dibudidayakan atau berada di luar yang terdata di ThreatSearch sebanyak
jangkauan untuk dikelola sebagai koleksi ex- 80.990 spesies dari angiosperma (26%)
situ. berisiko punah, dibandingkan dengan 3611
spesies pteridofita (34,4%), 4303 spesies
A diketahui lebih dari 41% dari seluruh
Saat ini, B briofita (12,2%) dan 986 spesies
spesies yang terancam terdapat dalam koleksi gimnosperma (89,3%). Apabila dihubungkan
ex-situ. Sebanyak 1.330.829 rekaman di Plant dengan Target 8 GSPC, hanya gimnosperma
Search, sekitar 134.771 rekaman adalah spesies yang memenuhi ambang target, dengan
terancam. Sembilan puluh persen diantaranya angka 89% spesies terancam telah berhasil
berupa koleksi ex-situ yang belum di koleksi secara ex-situ (Gambar 4d). Hal
teridentifikasi dan berisiko kepunahan. Oleh ini menjadi relatif karena Gimnosperma
karena itu, potensi meningkatnya persentase memiliki jumlah spesies yang paling sedikit
jumlah spesies terancam dalam konservasi ex- dalam silsilah kerajaan tumbuhan.
situ lebih besar. Lebih jauh, jika koleksi ex-situ Sebaliknya, hanya sekitar 2,6% dari briofita
dari spesies yang terancam memiliki nilai untuk terancam yang terdokumentasi dalam data
program restorasi in-situ, maka diperlukan stok
D
digital kebun raya dunia.
populasi yang cukup besar agar keragaman
genetik intra-spesifik terwakili dalam upaya MENGUKUR RESPON TERHADAP
pemulihan spesies terancam ke habitat asalnya. RISIKO KEPUNAHAN SPESIES
Evaluasi Target 8 GSPC dalam data digital BGCI Daftar spesies terancam merupakan
masih memiliki beberapa kekurangan karena pendekatan yang dapat digunakan untuk
hanya menampilkan persentase tumbuhan mengukur skala penilaian risiko kepunahan
Gambar 4. Tumbuhan terancam koleksi kebun raya dunia; a. persentase tumbuhan terancam yang berhasil
dikoleksi ex-situ (34.442), b. persentase jumlah aksesi tumbuhan terancam dari total aksesi koleksi
ex-situ, c. jumlah spesies terancam tiap-tiap kebun raya, d. persentase spesies terancam koleksi
kebun raya dunia (ANG: angiosperma; GYM: gimnosperma; PTE: pteridofita; BRY: briofita)
(Mounce et al., 2017).
37
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
sehingga dapat menentukan prioritas aksi atau peringkat ke–5 di dunia. Baru-baru ini,
konservasi yang tepat (Possingham et al., 2002). Widyatmoko (2019) memaparkan bahwa
Mounce et al., (2017) melakukan analisis Indonesia memiliki sekitar 89.326 spesies
penilaian resiko kepunahan dengan data yang tumbuhan berspora termasuk paku-pakuan.
terdapat dalam BGCI dengan hasil antara lain Selain itu, Indonesia memiliki sekitar 19.232
sekitar 39% dari spesies yang 'terancam punah spesies tumbuhan berbunga atau sebesar 5% dari
kritis' telah berhasil di konservasi sebagai jumlah total tumbuhan berbunga dunia yang
koleksi ex-situ dibandingkan dengan 35% spesies telah berhasil diidentifikasi 369.000 spesies
'terancam punah' dan 27% spesies 'rentan'. Hal ini (Willis, 2017). Keanekaragaman tumbuhan di
menunjukkan bahwa sebagian besar spesies Indonesia cenderung mengalami ancaman
berisiko tinggi telah terdokumentasi di dalam kepunahan yang semakin serius dari tahun ke
basis data kebun raya dunia (BGCI) (Gambar 5a). tahun (Gambar 6). Selama sepuluh tahun
Adapun sekitar 11% dari spesies IUCN yang terakhir, terjadi kenaikan jumlah spesies
termasuk ke dalam daftar merah (RedList) tumbuhan terancam kepunahan dari 386
tercatat berada dalam satu kebun raya yang menjadi 437 spesies (Widyatmoko, 2019).
sama. Akan tetapi, tidak ditemukan adanya Sebagian besar jenis-jenis tumbuhan terancam
hubungan antara risiko kepunahan tinggi dan kepunahan tersebut disebabkan penurunan
jumlah kebun raya yang mengonservasi spesies jumlah populasi yang drastis akibat penyusutan
terancam punah (Gambar 5b). habitat dan eksploitasi yang berlebihan
(Purnomo et al. 2015).
PERAN KEBUN RAYA INDONESIA DI DUNIA
Dibandingkan dengan kondisi tumbuhan
Indonesia merupakan salah satu negara dengan terancam kepunahan di dunia, Indonesia
keanekaragaman hayati terbesar di dunia menduduki peringkat sembilan dunia. Adapun
(megabiodiversitas). Mittermeier et al., (1999) urutan peringkat negara dengan kondisi
mengemukakan bahwa diperkirakan kekayaan tumbuhan terancam kepunahan antara lain,
jenis tumbuhan Indonesia sekitar 38.000 jenis Ekuador (1.857 spesies), Madagaskar (789),
Gambar 5. a. persentase spesies terancam per status ancaman dalam koleksi ex-situ, b. Jumlah koleksi ex-situ
per spesies terancam * P <0,01. Status: kuning_rentan (VU), oranye_terancam punah (EN), dan
merah_terancam punah kritis (CR) (Mounce et al., 2017).
38
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
A B
Gambar 6. Jumlah spesies terancam kepunahan Indonesia dalam 10 tahun terakhir (Widyatmoko, 2019)
Malaysia (717), Tanzania (631), Cina (574), Raya Daerah (KRD) yang lebih intensif
Kamerun (535), Brazil (533), dan Amerika Serikat (Purnomo et al., 2015). Strategi untuk
(475) (Willis, 2017; Widyatmoko, 2019). Jumlah pengembangan koleksi KRD di antaranya
tumbuhan Indonesia terancam kepunahan (437 penguatan sistem basis data koleksi,
spesies) dari data IUCN 2017 terdiri atas 116 D
pengembangan koleksi tumbuhan di setiap
spesies Kritis (Critically Endangered/CR), 94 KRD dengan mengacu pada IUCN Red List
spesies Genting (Endangered/EN), dan 227 dan jenis unggulan lokal, dan penentuan
spesies Rentan (Vulnerable/VU) (Widyatmoko, spesies prioritas untuk konservasi
2019). Menurut Widyatmoko et al, (2018), (Purnomo et al., 2015). Pada tahun 2018,
terdapat 54 suku tumbuhan Indonesia yang Indonesia telah memiliki 37 kebun raya
anggotanya termasuk ke dalam kategori yang terdiri atas 5 Kebun Raya di bawah
terancam kepunahan. Dipterocarpaceae LIPI, 30 Kebun Raya Pemerintah Daerah,
merupakan suku yang anggota spesiesnya paling dan 2 Kebun Raya di bawah pengelolaan
terancam kepunahan dengan persentase sekitar Perguruan Tinggi yang kemudian dikenal
33%, diikuti Myristicaceae (12%), Nepenthaceae menjadi Kebun Raya Indonesia
(7%), dan Orchidaceae (5%). Kondisi ini (Widyatmoko et al, 2018). Kebun Raya
memposisikan Indonesia sebagai salah satu Indonesia (KRI) telah mengoleksi 122
prioritas tertinggi untuk konservasi tumbuhan spesies tumbuhan Indonesia terancam
global (Widyatmoko et al, 2018). kepunahan atau 28,5% dari seluruh spesies
terancam di Indonesia. Apabila koleksi
Sebagai bagian dari kebun raya dunia, Kebun tumbuhan yang ada di pembibitan dihitung
Raya LIPI memiliki peran penting untuk juga, maka sekitar 29,2% tumbuhan
melaksanakan upaya konservasi tumbuhan dan terancam kepunahan Indonesia telah
penelitian di Indonesia. Pada tahun 2015, empat berhasil di konservasi secara ex-situ di KRI
kebun raya yang dikelola oleh LIPI baru mampu (Widyatmoko et al, 2018). Penerapan
mengonservasi sekitar 21,5% dari seluruh pembangunan Kebun Raya Daerah telah
tumbuhan terancam kepunahan Indonesia berhasil meningkatkan capaian koleksi
sehingga diperlukan penambahan kebun raya di tumbuhan langka di KRI dari 97 spesies
Indonesia dengan skema pengembangan Kebun (24,0%) pada tahun 2015 menjadi 122
39
5
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
spesies (28,5%) pada tahun 2018 (Purnomo et minimum, berdasarkan data yang digunakan dari
al., 2015; Widyatmoko et al, 2018). Hingga akhir hanya sepertiga kebun raya di seluruh dunia.
tahun 2018, jumlah total tumbuhan Indonesia Data tersebut memperlihatkan bahwa kebun
yang telah berhasil di konservasi ex-situ di raya memiliki peran unik dalam konservasi
Kebun Raya Indonesia mencapai 7.365 spesies, keanekaragaman tumbuhan yang mewakili
dari sekitar 2.240 marga dan 368 suku, dan semua tingkatan taksonomi. Hal ini dibuktikan
terdiri atas 104.761 spesimen tumbuhan hidup dengan setidaknya 13.218 spesies berisiko punah
(Widyatmoko, 2019). yang telah terkoleksi dalam konservasi ex-situ
atau setara dengan lebih dari 41% flora terancam
Pengayaan koleksi kebun raya merupakan yang dikenal di dunia. Sedangkan, Kebun Raya
strategi penting untuk mengkonservasi Indonesia secara riil baru mampu mengonservasi
tumbuhan langka atau asli Indonesia sehingga sekitar 28,5% dari seluruh tumbuhan terancam
diperlukan penguatan sistem basis data koleksi kepunahan Indonesia.
spesies tumbuhan secara paralel dengan upaya
eksplorasi ke daerah yang belum banyak diteliti Data sangat penting untuk dikelola secara
(Widyatmoko, 2019). Pengayaan keragaman kolektif sehingga dapat diakses bersama dan
koleksi juga harus dilakukan dengan memudahkan pemeliharaan data
membangun jaringan koleksi kebun raya di keanekaragaman tumbuhan dalam konservasi
seluruh Indonesia yang juga terintegrasi dengan ex-situ di kebun raya dunia. Sumber daya yang
kebun raya dunia dalam satu basis data global terbatas mengharuskan setiap kebun raya
yang sama seperti BGCI. Empat Kebun Raya LIPI berkoordinasi satu dengan lainnya. Kolaborasi
bersama dengan 3662 kebun raya lain di dunia dan koordinasi di antara kebun raya dunia sangat
telah terhubung dengan BGCI melalui basis data penting agar data digital dapat terus diperbarui
PlantSearch sehingga memudahkan pertukaran setiap tahunnya. Infrastruktur data digital yang
informasi koleksi, terutama koleksi tumbuhan terdapat pada basis data PlantSearch,
terancam kepunahan yang terdapat di tiap-tiap GardenSearch dan ThreatSearch di laman situs
kebun raya. Di masa yang akan datang, BGCI perlu diperbarui secara berkala untuk
diharapkan koleksi tumbuhan di 37 KRI dapat mempermudah pengolahan dan pertukaran data
terintegrasi dengan jaringan PlantSearch untuk di antara kebun raya dunia. Keanekaragaman
kepentingan bersama dalam strategi konservasi tumbuhan yang tersimpan dan terdokumentasi
ex-situ demi mengoleksi, menginventarisasi dan dengan baik dalam suatu basis data global dapat
menyelamatkan seluruh spesies tumbuhan di meningkatkan peran kebun raya dunia sebagai
dunia. lembaga utama yang terus konsisten berupaya
mengonservasi ex-situ spesies tumbuhan yang
PENUTUP ada di seluruh dunia.
40
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
Brown, A.H.D. and D.R. Marshall. 1995. A Basic Comprehensive Tree of Life.
Sampling Strategy: Theory and Practice. Proceedings of the National
Collecting Plant Genetic Diversity: Academy of Sciences, 112(41),
Technical Guidelines. CAB pp.12764—12769.
International, Wallingford, pp.75—91. Jackson, P.W. and K. Kennedy. 2009. The
Chen, G. and W. Sun. 2018. The Role of Botanical Global Strategy for Plant
Gardens in Scientific Research, Conservation: A Challenge and
Conservation, and Citizen Science. Plant Opportunity for The International
ADiversity, 40(4), pp.181—188. B Community. Trends in Plant
Cibrian-Jaramillo, A., A.Hird, N. Oleas, H Ma, Science, 14(11), pp.578—580.
A.W. Meerow, J. Francisco-Ortega, and Mittermeier, R. A., N. Myers, and C.G.
M.P. Griffith. 2013. What is the Mittermeier. 1999. Hotspots Earth's
Conservation Value of a Plant in a Biologically Richest and Most
Botanic Garden? Using Indicators to Endangered Terrestrial Ecoregions.
Improve Management of Ex-situ Emex and Conservation
Collections. The Botanical Review, International.
79(4), pp.559—577. Mounce, R., P. Smith and S. Brockington.
Coates, D.J. and K.W. Dixon. 2007. Current 2017. Ex-situ Conservation of Plant
Perspectives in Plant Conservation Diversity in the World's Botanic
Biology. 187-193
D Gardens. Nature Plants, 3(10),
Dawson, W., D.F. Burslem and P.E. Hulme. 2009. p.795.
Factors Explaining Alien Plant Invasion Oldfield, S.F. 2009. Botanic Gardens and
Success in a Tropical Ecosystem Differ at the Conservation of Tree Species.
Each Stage of Invasion. Journal of Trends in Plant Science, 14(11),
Ecology, 97(4), pp.657—665. pp.581—583.
Donaldson, J.S. 2009. Botanic Gardens Science Pautasso, M. and I. Parmentier. 2007. Are
for Conservation and Global Change. the Living Collections of the World's
Trends in Plant Science, 14(11), Botanical Gardens Following
pp.608—613. Species-richness Pa t t e r n s
Dosmann, M.S. 2006. Research in the Garden: Observed in Natural Ecosystems?.
Averting the Collections Crisis. The Botanica Helvetica, 117(1),
Botanical Review, 72(3), pp.207—234. pp.15—28.
Golding, J., S. Güsewell, H. Kreft, V.Y. Pitman, N.C. and P.M. Jørgensen. 2002.
Kuzevanov, S. Lehvävirta, I. Parmentier Estimating the Size of the World's
and M. Pautasso. 2010. Species-richness Threatened Flora. Science,
Patterns of the Living Collections of the 298(5595), pp.989—989.
World's Botanic Gardens: a Matter of Possingham, H.P., S.J. Andelman, M.A.
Socio-economics?. Annals of Botany, Burgman, R.A. Medellı́ n , L.L.
105(5), pp.689—696. Master and D.A. Keith. 2002. Limits
Hinchliff, C.E., S.A. Smith, J.F. Allman, J.G. to the Use of Threatened Species
Burleigh, R. Chaudhary, L.M. Coghill, Lists. Trends in Ecology &
K.A. Crandall, J. Deng, B.T. Drew, R. Evolution, 17(11), pp.503—507.
Gazis and K. Gude. 2015. Synthesis of Primack, R.B. and A.J. Miller-Rushing.
Phylogeny and Taxonomy into a 2009. The Role of Botanical
41
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
42
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
Andalas Tree (Morus macraura Miq) is a member of the Moraceae family which has close relatives to
mulberry tree and can growto 60 m. This tree is determined as the flora identity of West Sumatra. The
timber are used as a material for traditional house of Minangkabau. The rarity of this species partly due to
its biological character for being dioecious which ultimately affected to small number of population.
Others is uncontrolled logging. Propagation efforts have been done well both generatively and
vegetatively. Bogor Botanical Gardens has been cultivated this species since 2007, however more
conservation efforts is required to anticipate species depletion.
43
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
Gambar 1. Pohon andalas tertua (Morus macraura Miq) di Nagari Andaleh, Kecamatan Batipuh, Kabupaten
Tanah Datar, Sumatera Barat (Harian Pagi POSMETRO Sumbar, 2019).
Nagari tersebut pernah memeliharanya. Pohon 48/1989 yang tertuang dalam (SK) Gubernur KDH
ini berdiameter delapan sampai sembilan TK I Sumatera Barat No.522.51-414-1990.
dekapan orang dewasa. Namun sayangnya sekarang pohon ini sudah
tidak sepopuler dulu lagi, keberadaannya sudah
Ranah Minang (Sumatera Barat) merupakan mulai langka tergerus gaya hidup masyarakat
pusat kerajaan Pagaruyuang yang memiliki tiga urban, sehingga sudah banyak yang tidak
luhak (wilayah), yaitu Luhak Tanah Datar, Luhak mengenal pohon andalas.
Agam, dan Luhak Lima Puluh Kota, ternyata
pada ketiga luhak tersebut ditemukan nagari DESKRIPSI SINGKAT
yang bernama Andaleh. Di wilayah Tanah Datar
terdapat Nagari Andaleh dan Andaleh Baruah Perawakan berupa pohon dengan tinggi berkisar
Bukik, di Wilayah Agam terdapat Nagari Andaleh 15—60 m dan batangnya bergetah, berumah
Lawang dan di Wilayah Lima Puluh Kota terdapat dua. Daun bundar telur sampai menjantung,
Nagari Andaleh Baruah Gunuang. Di Kota Padang 5—22,1 cm x 3,2—20,6 cm, pangkal daun
juga terdapat daerah yang bernama Andaleh. membulat, tepi rata, ujung daun meruncing,
Hal ini menyiratkan bahwa kata andaleh yang di permukaan daun bagian atas kesat dan
Indonesiakan menjadi andalas tersebut cukup berambut rebah, pinggir daun bergerigi,
popular dan diduga diambil dari nama tanaman panjang tangkai daun 1,4—4,1 cm. Bunga
andalas, walaupun tidak ada data tertulis yang majemuk berbentuk bulir atau untai berwarna
cukup akurat (Gusmailina, 2014). hijau; bunga betina mempunyai 4 daun kelopak
dan 1 putik, kepala putik (stigma) terbelah 2 dan
Leluhur di Minangkabau merawat dan
mengembangbiakkan pohon ini karena peran
bifid
pentingnya dalam kehidupan dan kebudayaan.
Pohon ini dimanfaatkan sejak dahulu kala
sebagai sumber kayu untuk pembuatan tiang- a
tiang Rumah Gadang (Rumah Adat Tradisional
Sumatera Barat) sebab dianggap pohon yang
memiliki kualitas kayu yang bagus, kuat serta
tahan terhadap rayap. Berdasarkan hal b c
tersebut, maka pada tahun 1990, pohon ini
Gambar 2. Bunga Morus macraura Miq (a) bunga betina
ditetapkan sebagai flora identitas Sumatera (b) bunga jantan (c) stigma terbelah dua
Barat sesuai dengan Keputusan Mendagri No (bifid) yang memiliki bulu-bulu halus
(Sumber: Syamsuardi et al., 2008)
44
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
1 bakal buah. Bunga jantan mempunyai 4 sepal sumatrana Miq. de Laub), andalas (Morus
yang membungkus 4 benang sari (Miquel, 1862). macroura Miq.), dan jenis penghasil gaharu
Permukaan stigma terdapat papila dan rambut (Gonystylus spp. dan Aquilaria spp).
kelenjar atau rambut tanpa kelenjar. Jumlah Namun, untuk kelompok jenis pohon
bunga tunggal dalam satu rangkaian bunga dengan tingkat risiko kepunahan yang
mencapai 141—246 bunga. Panjang tangkai sangat tinggi dimana populasi yang masih
bunga 0,76—1,3 cm dengan permukaan tangkai tersisa sangat sedikit adalah andalas
bunga berbulu (Syamsuardi, 2015). (Morus macroura Miq.), giam
A (Cotylelobium melanoxylon Hook F. Pierre)
PERSEBARAN dan kulim (Scorodocarpus borneensis Baill.
Berc.). Penurunan ukuran populasi akan
Morus macraura tersebar di hutan pegunungan, berakibat juga terhadap berkurangnya
hutan tropis Xizang, Yunnan (Bhutan, Indochina, kontribusi ekonomi dari kayu dan hasil
Malaysia, Myanmmar, Sikkim, Thailand) (Shu, hutan bukan kayu (HHBK), baik secara
2003). Di Malesia hanya terdapat di Pulau langsung maupun tidak langsung, terutama
Sumatera dan yang ditemukan di Pulau Jawa bagi komunitas lokal dan masyarakat asli.
diduga dibawa dari Sumatera (Corner, 1962).
Khususnya di wilayah Sumatera Barat, jenis ini Ada beberapa hal yang menyebabkan mulai
ditemukan di lembah Gunung Merapi dan langkanya populasi dari pohon ini yaitu: (1)
Gunung Sago Batu Sangkar, di kaki Gunung
D populasi pohon dan jauhnya jarak
kecilnya
Talang, di sekitar Maninjau, Sungai Puar dan bunga jantan dan bunga betina. (2)
Batang Barus (Syamsuardi, 2015). Dahlan (1993) Mekarnya bunga jantan dan bunga betina
menyatakan populasi pohon ini di daerah jarang bersamaan serta berkurangnya
persebarannya sudah sangat sedikit. Penyataan serangga penyerbuk. (3) Adanya
tersebut didukung oleh The Indonesia Wildlife penebangan yang tidak terkontrol serta
Conservation (2017). Meskipun tidak termasuk tidak adanya usaha untuk penanaman
dalam daftar merah (red list) IUCN, tetapi di kembali (Dahlan, 1993). Pemerintah
Indonesia (Jawa maupun Sumatera), tanaman ini Sumatera Barat, melalui Gubernur Irwan
mulai langka dan sulit ditemukan. Sangat Prayitno pada tanggal 18 Juli 2019
disayangkan apabila sebuah flora identitas susah melakukan upaya pelestarian dengan
ditemukan dan tidak dikenal lagi oleh penanaman 500 bibit pohon andalas di
masyarakat. seluruh kabupaten dan kota di Sumatera
Barat dalam rangka peringatan Hari
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Lingkungan Hidup. Target dari pemerintah
Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi pada tahun 2019 ada 1.000 pohon andalas
Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan yang bisa ditanam dan tumbuh besar di
bekerjasama dengan International Tropical Sumatera Barat. Sedangkan target jangka
Timber Organization (ITTO) pada tahun 2015 panjang satu juta pohon andalas kembali
melakukan pengkajian tentang pohon yang tumbuh di daerah asalnya ini.
bernilai ekonomi tinggi di Pulau Sumatera. Jenis
kayu lokal yang bernilai tinggi adalah kulim
(Scorodocarpus borneensis Becc), giam
(Cotylelobium melanoxylon Hook F. Pierre),
merbau (Intsia palembanica Miq.), taksus (Taxus
45
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
Morus macraura Miq. KOLEKSI KEBUN ada di Kebun Raya Bogor. Mengingat pohon ini
RAYA BOGOR berumah dua maka diharapkan kebun raya
melakukan pengkoleksian kembali untuk jenis
Upaya konservasi secara ex-situ terhadap pasangan dari pohon ini. Dari pengamatan
M. macraura telah dilakukan oleh Kebun Raya tanaman koleksi Kebun Raya Bogor, terdapat
Bogor dengan menjadikannya koleksi yang beberapa karakter khusus yaitu mempunyai daun
ditanam pada tanggal 2 Februari 2007 dari penumpu (stipula) di setiap pangkal daun. Daun
Nagari Kota Malintang, Kecamatan Tanjung memiliki beberapa variasi pangkal dan ujung
Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat daun, daun yang masih muda cenderung
(Gambar 3). Koleksi ini belum diketahui mempunyai pangkal daun menjantung
termasuk tanaman jantan atau betina. Pohon (cordatus), ujung daun mengekor (caudatus) dan
yang ditanam di Vak VIII.G dengan nomor akses tepi daun bergerigi ganda. Pangkal daun yang tua
B200512148, merupakan koleksi tunggal yang mendatar (truncatus) dengan ujung daun
a d
e
Gambar 3. Koleksi Morus macraura Miq Kebun Raya Bogor: (a) pohon, (b) papan nama koleksi,
(c) daun, (d) stipula dan (e) variasi bentuk daun. (Dokumentasi pribadi)
46
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
meruncing (acuminatus) dengan tepi daun telah berhasil dilakukan, namun hasil setek
bergerigi. Permukaan daun memiliki bulu halus. tersebut menghasilkan bibit yang berkualitas
rendah (Anwar et al., 2008). Upaya
Berdasarkan karakterisasi morfologi oleh perbanyakan secara vegetatif juga telah
Radford (1986), tumbuhan andalas dilakukan dengan cara kultur jaringan secara
(M. macraura) dibagi menjadi dua kelompok in vitro. Metode ini berhasil dilakukan
utama. Kelompok pertama terdiri dari individu dengan menggunakan media Murashige and
dengan bentuk menjantung, tepi daun bergerigi Skoog (MS) dengan penambahan zat pengatur
hingga bergerigi halus, ujung daun meruncing, tumbuh 0,5 mg. L-1 BAP dan 1,0 mg. L-1
permukaan atas daun mempunyai tipe kasap menggunakan sumber eksplan tunas muda
(scabrous) dan menepung (farinose), permukaan dari tanaman jantan dan betina. Sementara
tangkai daun berbulu halus putih (pubescent) untuk induksi kalus didapatkan pada media
tersebar jarang dan warna tunas ada yang hijau MS dengan penambahan 2,0 mg. L-1 BAP dan
dan hijau kehitaman. Kelompok kedua 1,0 mg. L-1 (Anwar et al., 2018).
merupakan individu-individu dengan bentuk
daun membundar telur, tepi bergerigi halus, Tanaman ini sangat potensial dikembangkan
ujung daun meruncing dan mengekor, warna menjadi tanaman industri. Saat ini telah
daun hijau dan keadaan atas daun bersusuhan dilakukan reintroduksi namun kendala yang
(strigose) dan farinose. dihadapi ketika dilakukan reintroduksi
adalah lahan terbuka yang tersedia adalah
UPAYA PERBANYAKAN Morus macraura lahan kering, tandus dan kritis. Idris dan
Miq. Mansyurdin (2010), mendapatkan klon pohon
andalas yang toleran terhadap kekeringan
dengan melakukan seleksi somaklonal
Perbanyakan merupakan titik awal untuk
menggunakan cekaman Polietilena glikol
pelestarian dan sebagai motode pendekatan
(PEG) yang menyebabkan peningkatan
dasar dalam pengembangan induk untuk program
ketebalan daun, ketebalan lapisan epidermis
pemuliaan. Upaya perbanyakan telah dilakukan
dan mesofil baik parenkim palisade maupun
baik secara generatif maupun vegetatif.
parenkim bunga karang (spons).
Perbanyakan secara generatif telah dilakukan
dengan mengkecambahkan biji yang dilakukan
dengan cara melepaskan benih dari kulit dan PEMANFAATAN
daging buahnya pada usia benih 27 hari.
Perendaman 0,2 % KNO3 atau air kelapa muda Pohon andalas tergolong jenis kayu yang
selama satu jam dapat meningkatkan presentase besar, tingginya bisa mencapai 40 m. Batang
perkecambahan. Pelepasan kulit buahnya dapat bebas cabangnya mencapai 15 m lebih
meningkatkan kerberhasilan perkecambahan sehingga sangat baik digunakan untuk bahan
hingga 90%. Perbanyakan secara vegetatif juga perabotan (Heyne, 1997). Tanaman ini juga
dapat dilakukan dengan menggunakan organ tahan terhadap rayap (Corner, 1962). Kayu
vegetatif seperti akar, batang, dan daun. tanaman andalas sering digunakan untuk
Munculnya tunas (sprouting) yang ditemukan tiang, papan, bangunan rumah dan mebel,
pada beberapa akar tumbuhan andalas mempunyai BD 0,75 dan termasuk kayu
menunjukan bahwa akar dapat berfungsi untuk dengan kelas awet I (Prawira dan Oetja,
menghasilkan individu baru. Perbanyakan 1975). Masyarakat Minang umumya mengenal
andalas dengan menggunakan setek batang juga kayu ini sebagai kayu yang bagus sehingga
47
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
sering juga disebut sebagai “Jati Sumatera”. habitat aslinya dan penambahan koleksi di
Kayu andalas telah lama digunakan dalam Kebun Raya Bogor.
pembangunan rumah adat sebagai bahan
pembuat tiang utama, balok landasan lantai DAFTAR PUSTAKA
dan dinding rumah. Sering juga dijadikan
sebagai bahan pembuat perabot rumah Anonim. 2019. Sebuah Sejarah yang
tangga seperti: etalase toko emas, lemari Terlupakan. Diakses tanggal 15
dan kincir air sebagai pemutar roda alat O k t o b e r 2 0 1 9 .
penumbuk padi (Gusmailina, 2014). https://andalassmile.wordpress.com
/andalas-sebuah-sejarah-yang-
terlupakan/
Pohon andalas memiliki banyak kandungan
Anwar A, Renfiyeni & Jamsari. 2008. Metode
bahan aktif seperti: alkaloida, saponin dan
Perkecambahan Benih Tanaman
polifenol, fenol (morasin B, morasin P, Andalas (Morus macroura Miq.).
mulberoisida C, dan mulberofuran) (Wu et Jerami 1(1): 1—5.
al., 2003). Menurut Soekamto et al (2005), Anwar A. 2014. Andalas: Pohon Asli Sumatera
pohon ini mengandung antioksidan seperti yang Terlupakan. Andalas University
Guangsangon O, stibelin dan turunannya Press.
Anwar A., Zainal A and Armansyah A. 2018.
seperti resveratrol dan glikosida resveratrol.
Micropropagation of Male and Female
Hakim et al., (2008) melaporkan bahwa
Trees of Andaleh (Morus macroura
senyawa-senyawa antioksidan dan inhibitor Miq.) through In-vitro Culture Using
tirosinase baru dan potensial sebagai bahan Several Compositions of Basal Medium.
kosmetika untuk perlindungan dan Jerami Indonesian J.Crop Sci, 1 (1):
pemutihan kulit atau anti browning dengan 32-38.DOI:10.6084/m9.figshare.
bahan aktifnya senyawa oksiresveratrol, 7028030.
andalasin A dan B. Selain itu pohon andalas Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman
Hutan dengan Biaya atas Kerjasama
juga memiliki daun berukuran lebih besar
Balai Penelitian Teknologi Serat
dibandingkan dengan kerabat dekatnya
Tanaman Hutan dengan International
(Morus spp.) sehingga dapat dijadikan Tropical Timber Organization (ITTO).
sebagai pakan alternatif ulat sutra untuk ITTO PD. 710/13 Rev. 1 (F). 2015.
pengembangan bisnis dan industri kain sutra Prosiding Workshop “Improving
(Anwar, 2014). Appreciation and Awareness on
Conservation of High Value Indigenous
Wood Species of Sumatra”. 1—154.
PENUTUP
Corner. E.J.H. 1962. The Classification of
Moraceae. The Garden Bull.
Po h o n andalas sangat potensial Singapore. XIX. Part. II. 187—252.
dikembangkan menjadi tanaman industri, Dahlan, S. 1993. Studi Pendahuluan
bahan baku obat serta kosmetik. Keberadaan Pembungaan Pohon Andalas (Maurus
pohon andalas sudah sangat menurun di alam macraura Miq.). Jurnal Penelitian
FMIPA II (II: 9—13).
dikarenakan eksploitasi yang tinggi. Selain
Gusmailina. 2014. ANDALAS (Morus macraura
itu, jenis ini juga terancam punah karena
Miq); Profil dan Prospek sebagai
regenerasinya yang terbatas disebabkan Tumbuhan Obat dan Kosmetika Asal
tumbuhan ini bersifat berumah dua dengan Hutan. Prosiding Seminar Nasional
populasi yang kecil. Oleh sebab itu, perlu XVII Masyarakat Peneliti Kayu
dilakukan upaya pelestarian jenis ini di Indonesia (MAPEKI).
48
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
Hakim, E. H., Syah, Y. M., Juliawati, L. D., The Indonesia Wildlife Conservation. 2017.
Mujahidin, D. 2008. Aktifitas Antioksidan Daftar Flora Maskot Provinsi.
dan Inhibitor Tirosinase beberapa http://www.iwf.or.id/detail_flora/67
Stillbenoid dari Tumbuhan Moraceae dan (diakses pada November 2017).
Dipterocarpaceae yang Potensial untuk The Plant List, 2013. Version 1.1. Publikasi di
Bahan Kosmetik. Jurnal Matematika dan I n t e r n e t :
Science. Vol II: 33—42. h t t p : / / w w w. t h e p l a n t l i s t . o r g /
Heyne, K. 1987. Mourus macraura (Moraceae) (diakses tanggal 5 Oktober 2019)
Tumbuhan Berguna Indonesia. Balai Wu, Feng & Sun, Sheng-guo & Chen, Ruo-yun.
Litbang Kehutanan. Jakarta. (2003). Studies on Chemical
Idris. M dan Mansyurdin, Struktur Anatomi Daun Constituents from the Bark of Morus
Klon Andalas (Morus macraura Miq. var macroura. Zhongguo Zhong yao za zhi
macraura) Seleksi Cekaman Kekeringan = Zhongguo zhongyao zazhi = China
secara In-vitro Menggunakan Polietilena Journal of Chinese Materia Medica. 28.
Glikol. Prosiding Seminar dan Rapat 141—3.
Tahunan BKS-PTN Wilayah Barat Ke-21. Hal
187—193
Miquel, F.A.W. 1862. Sumatra III Zisne
Plantenwereld. Amsterdam.
Natoni, C. 2019. Pohon Raksasa Berusia Ratusan
Tahun, Tumbuh dari Tongkat Nenek Moyang
yang Tertancap. Posmetro Padang.
https:// posmetropadang.co.id/pohon-
raksasa-berusia-ratusan-tahun-tumbuh-
d a r i - to n g kat - n e n e k - m o ya n g - ya n g -
tertancap/. Diakses tanggal 15 Oktober
2019.
Pemda Tk I. Sumatra Barat. 1991. Flora dan
Fauna Identitas Sumatra Barat. Padang.
Prawira, B. S. A dan Oetja. 1975. Pengenalan
Jenis-Jenis Pohon Ekspor. Seri VII. Proyek
Penelitian Hutan Pusat Subproyek
Inventarisasi Hutan Tropik. Inventarisasi
Flora Hutan: 14—15.
Radford, E. 1986. Fundamentals of Plant
Systematics University of North Carolina at
Chapel Hill.
Shu, Sang. 2003. Morus. Flora of China. China 5:
22—23.
Sukamto, N. H., Achmad, S. A., Ghisalberti, E. L.,
Hakim, E. H., Syah, Y. M. 2005. Lunularin
and Oxyresveratrol: Two Stillbene
Derivatives from Morus Macraura. Indo
J.Cham Vol V: 207—210.
Syamsuardi. 2015. Diversitas Morfologi dan
Genetik Pohon Andalas (Morus macraura
Miq.) Flora Identitas Sumatra Barat, dan
Pemanfaatanya Secara Berkelanjutan.
BPTSTH-KLHK. Hal 42—53.
49
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
Pteris vittata L.
50
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
Elga Renjana
Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi — LIPI
email: elgarenjana@gmail.com
Foto: Wisnu H.A.
Pteris vittata L. is known as arsenic-hyperaccumulator plant. A plant which has ability to absorp arsenic
from soils. Morphological character, growth and development, bioaccumulation mechanism and the use of
Pteris vittata as phytoremediation agent are explained in this paper.
51
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Polypodiopsida
Bangsa : Polypodiales
Suku : Pteridaceae
Marga : Pteris
Jenis : Pteris vittata L.
52
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
Gambar 3. Peta pendaran arsenik pada daun P. vittata yang ditumbuhkan pada media tanah yang
mengandung 1% arsenat (Sumber: Bondada et al., 2007)
53
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
eksudat yang disekresikan berupa asam fitik masuk melalui transporter. Masuknya AsV ini akan
atau fitat (inositol heksafosfat) (Fu et al., terjadi apabila kondisi tumbuhan memerlukan
2017). Selain eksudat, bakteri pada rhizosfer asupan P. Semakin tinggi kebutuhan P akan
juga memiliki peran dalam menghasilkan meningkatkan akumulasi AsV, namun sebaliknya
siderofor, yaitu suatu ligand organik yang akumulasi AsV akan terhambat apabila
memiliki tingkat afinitas yang kuat terhadap kebutuhan P telah terpenuhi (Fu et al., 2017;
3+
Fe . Eksudat dan siderofor bekerja sama untuk Muchhal et al., 1996). AsIII dan AsV selanjutnya
melepaskan ikatan As terhadap mineral akan ditranslokasi ke daun melalui xilem. Pada
menjadi arsenit (AsV) atau arsenat (AsIII). AsV yang ada di dalam sel akar dan daun akan
Kedua senyawa tersebut (AsV dan AsIII) akan mengalami detoksifikasi melalui reaksi reduksi
diakumulasi oleh P. vittata melalui akar, namun menjadi AsIII. Oleh sebab itulah, konsentrasi AsIII
Huang et al. (2011) menyebutkan bahwa pada P. vittata biasanya akan lebih besar
akumulasi AsV lebih efisien daripada AsIII. Oleh dibandingkan dengan AsV (Lombi et al., 2001).
sebab itu, AsIII dapat diubah menjadi AsV dan Selanjutnya AsIII akan disimpan ke dalam vakuola
sebaliknya melalui reaksi reduksi dan oksidasi sel-sel daun. Hal inilah yang menyebabkan
(redoks). AsIII akan masuk ke dalam sel-sel P.vittata diakui sebagai hiperakumulator arsenik.
akar melalui akuaporin, sedangkan AsV akan
Gambar 4. Diagram skema mekanisme akumulasi As oleh P. vittata dari dalam tanah (Sumber: Han et
al., 2017)
54
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
A B
Gambar 5. (A) koleksi P. vittata di rumah kaca Vak VI; (B) P. vittata yang tumbuh liar di salah satu
dinding saluran air Kebun Raya Purwodadi
55
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
Gambar 6. Perkembangan biologi P. vittata; (1) spora dalam sporangium; (2) pembelahan meiosis pada spora; (3) sporofit
muda; (4—7) tahap perkembangan; (8) tumbuhan dewasa; (9) sori di bagian tepi daun; (10) sori yang telah
matang (Sumber: Singh & Khare, 2019).
Gambar 7. Tahap perkembangan gametofit dan organ reproduksi P. vittata secara in vitro; (1) spora; (2) protonema
awal; (3) fase filamen (2—3 sel); (4) fase spatula; (5) fase hati muda; (6) fase hati dewasa; (7) arkegonia;
(8) anteridia; (9) sporofit muda (Sumber: Singh dan Khare, 2019)
56
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
57
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
58
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
KONSERVASI BUKU-BUKU,
LENGKENG UNIK DARI KALIMANTAN
Dodo
Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya — LIPI
email: dodortl@gmail.com
Foto: Wisnu H.A.
59
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
Welzen et al., 1988). Dimocarpus juga memiliki lucih (Kalimantan), medaru (Sumatera). Di
lima varietas yaitu Dimocarpus longan var. Malaysia Timur disebut dengan nama lokal: sau,
echinatus Leenh., Dimocarpus longan var. isau, kakus, guring (Sarawak), buah binkoi
longan, Dimocarpus longan v a r. (Sabah). Sedangkan di Semenanjung Malaysia
longepetiolulatus Leenh., Dimocarpus longan memiliki nama lokal mata kucing.
var. obtusus, dan Dimocarpus longan var.
malesianus Leenh (Wong, 2000). CIRI-CIRI UMUM
Dimocarpus longan termasuk dalam daftar IUCN Subspesies malesianus berdasarkan karakter
Red List dengan kategori terkikis (Lower risk = buahnya dibedakan menjadi empat yaitu: isau,
LR) subkategori nyaris terancam (Near sau, mata kucing dan kakus (Wong, 2000). Isau
Threatened = nt) ver 2.3 (WCMC, 1998). merupakan jenis pohon yang tingginya mencapai
Tumbuhan dengan subkategori nt, kondisinya 20 m. Daun berseling, majemuk, bersirip genap;
mendekati kategori rawan (Vulnerable = VU), anak daun 2—4 (—6) pasang, berseling-hadapan,
yaitu mengalami risiko kepunahan yang tinggi di sudut pertulangan berambut, pertulangan
alam dalam waktu dekat (Mogea et al, 2001). utama berlekuk ke bawah pada pangkal daun.
Pembungaan majemuk, jarang soliter, kuning.
Kerabat liar anggota Dimocarpus saat ini Buah berbentuk bulat-agak lonjong, panjang
semakin berkurang, hal ini sebagai dampak 1—2,2 cm dan diameter 1—2 cm, berbintil-bintil,
kegiatan manusia, berupa pemanfaatan buah muda sampai matang berwarna hijau;
berlebih, degradasi/fragmentasi/ daging buah lebih tebal, lebih sedikit berair,
kerusakan/hilangnya habitat, introduksi spesies lebih padat, putih bening, rasa buah manis,
pendatang, pencemaran, pemanasan global, mempunyai kandungan vitamin C, kalsium dan
perubahan iklim global, dan sinergi dari faktor- Fe yang tinggi. Biji bulat, berwarna cokelat
faktor tersebut. Konservasi merupakan upaya sampai kehitaman, licin (Gambar 1) (Wong,
untuk menjaga biodiversitas, menjaga 2000; Lim 2013).
ekosistem tetap sehat sebagai modal untuk
memberikan manfaat bagi manusia (Indrawan et DISTRIBUSI DAN HABITAT
al, 2007).
Subspesies malesianus tumbuh di Asia Tenggara
SINONIM (Leenhouts, 1971) pada hutan primer
Dipterocarp campuran atau kadang-kadang
Beberapa nama latin pernah disandang oleh hutan sekunder dengan ketinggian hingga 1.000
buah buku-buku, namun hanya sebatas sebagai m dpl. Tumbuh baik pada berbagai jenis tanah
sinonim saja, yaitu Euphoria cambodiana dengan pH 4,5—8,0, tanah aluvial di habitat
Lacomte, Euphoria sclerocarpha Radilk sungai, tanah liat, tanah kapur dan tanah liat
Dimocarpus litchi Lour, Nephelium malaiense subur dengan curah hujan berkisar antara 2.500
Griff dan Pometia curtisii King (Lim, 2013). mm hingga lebih dari 4.000 mm per tahun, suhu
udara rata-rata 25—32 oC, dan kelembaban
NAMA LOKAL relatif 80—95% (Lim, 2013).
Menurut Lim (2013), buah buku-buku memiliki KEGUNAAN DAN KANDUNGAN NUTRISI
nama lokal yang berbeda-beda. Di Indonesia:
isau, buku, ihau, mata kucing, nyau bong, nyau Daging buah atau aril buah buku-buku memiliki
60
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
A B
D
Gambar 1. Dimocarpus longan subsp. malesianus var. malesianus (isau/buku-buku): A. Daun dan buah yang sedang
berkembang (sumber: Lim, 2013), B. Buah matang dengan kulit tipis dan arillode transparan, C. Buah dan
biji isau yang matang.
Gambar 2. Taman Tematik Buah Kalimantan di Kebun Raya Banua Kalimantan Selatan
rasa manis dan berair sehingga dapat dimakan vitamin C (mg/100 g). Menurut Wong (2000)
segar atau dibuat minuman. Kayu digunakan dalam Lim (2013), daging buah isau
untuk bahan konstruksi bangunan (Lim, 2013). mengandung air 78,8%, protein 1,2%, serat
kasar 0,7%, abu 0,6%, vitamin C 2,9 mg/100g,
Berdasarkan hasil penelitian Susi (2014), daging Ca 52,1 ppm, dan Fe 2,5 ppm.
buah buku-buku mengandung 76,75 kadar air
(% bb), 3,83 lemak kasar, 1,75 protein kasar, 10,8 KONSERVASI
serat kasar, 0,12 kadar abu, dan 27,27
karbohidrat. Selain itu, buah tersebut Buku-buku telah dikonservasi di Kebun Raya
mengandung 11,67 total asam (mg/g) dan 66,9 Bogor sebanyak 11 nomor koleksi, yang
61
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
62
Warta Kebun Raya 17 (2), November 2019
63