Resume Konsep Kebijakan Nasional

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 7

RESUME

Indonesian Penal Policy :

Toward Indonesian Criminal Law Reform Based on Pancasila

A. The Concept of National Penal Policy


The politics of National Criminal Law must be interpreted as the national will to
create criminal law that is in accordance with the aspirations and values derived from the
Indonesian nation itself. In addition, criminal law can also participate to contribute to
realizing the goals of the formation of the state (the ideals of independence), namely to
realize a just prosperous state based on Pancasila.
Regarding to the politics of criminal law, the following opinions and thoughts will
be put forward on the understanding and political concepts of criminal law :
1. that criminal law politics is defined as a rational (logical) effort to prevent and deter
crime by means of criminal law and the criminal justice system. Select laws and
regulations that are appropriate, best and meet the requirements of justice and their
functions. This also means that the politics of criminal law must consider the aspects
of legal sociology and reach the future (Sudarto 1981; Sudarto 1983).
2. there are several factors that can be the reason for renewing criminal law :
a. Existing criminal law does not conform to social development and the needs of the
community concerned. Laws and laws are no longer relevant to the social
conditions of the people they wish to regulate, for example with the manifestation
of new crimes
b. A portion of the provisions in criminal law that are available, are not in line with
the idea of renewal / reform that leads to the values of human rights, values of
independence, justice, democracy and moral values that develop in society
c. That the availability of criminal law enforcement that is available exists to create
injustice and even damage human rights
d. The available laws and criminal laws cannot guard and control public security and
order Salman Luthan (1999) and Muladi (1990).
3. the politics of criminal law can be shared in several forms of branches and the scope of
criminal law politics, among others:
a. Criminalization Policy, a legal politics that focuses on efforts to formulate bad
deeds as a renewed criminal act or form a new formulation in the drafting of laws,
such as the making of a Criminal Code Bill or certain criminal acts. Included in this
legal politics, is a policy relating to the abolition of an act which was originally a
criminal act in a law which is not a decriminalization
b. Penal and Non Penal Policy, criminal law politics that focuses on punishments in
criminal law, types or kinds of penalties, forms of punishment, and means needed
for that. Including policies to evaluate the implementation of punishment,
effectiveness of punishment, aspects of aspects that need to be corrected in
accordance with the development of punishment principles
c. Judicial Criminal Policy, this section is a branch of criminal law politics that
discusses and examines criminal justice systems and procedures, and discusses
issues of judgment procedures, forms of judgment, and the like
d. The policy of criminal law enforcement (Law enforcement policy) is a part of
criminal law politics that examines and discusses issues that need to be taken into
account in implementing criminal law enforcement. This problem relates to law
enforcement institutions, the needs and potential of its human resources, the
professional aspects of law enforcement, infrastructure facilities that support law
enforcement, and also aspects related to its legal culture
e. The Criminal Justice Administration policy is related to the administration of
criminal justice.

B. Building The Character of Indonesian Criminal Law


IN THE opinion of the author, there are a number of things that must be
considered and the characteristic must be understood and inspired by the initiators of the
reform of Indonesian criminal law, so that national criminal law has the characteristics of
Indonesia :
1. That Indonesian society is a pluralistic society, which has a diversity of customs and
cultures, each of which has its own customary legal system, which must be protected,
respected and recognized.
2. That Indonesian society has a religious system and beliefs that are adopted (religious
systems). Religious values are very influential in society, even in customary law and
social relations.
3. That as an independent country and the modern state of Indonesia also has the desire
to build its own legal system which has Indonesian characteristics.
4. That Indonesia cannot be separated from the influence of international development.

C. Pancasila As A Source in The Establishment of Indonesian Criminal Law


ON 2000, the MPR through the MPR TAP No. III of 2000 concerning the Source
of Law and Order of Legislation has asserted that Pancasila is the main legal source in the
formation of laws in Indonesia (Subandi H 2003). 9 In the TAP MPR, several sources of
written law are determined as follows: (1) Pancasila, (2) Opening of the 1945
Constitution; (3) body of the 1945 Constitution and its amendments; (4). determination of
the people's consultative assembly; (5) Constitution; (6). legislation; (7) government
regulations; (8) presidential decree; (9) local regulation.
Besides that in the Preambule (Introduction) of the 1945 Constitution, the
expressions of several points of mind that can be used as guidelines in the
implementation of nation-building, including being implemented in the form of
legislation is unity, social Justice, popularism, almighty Godhead and Fair and Civilized
Humanity.

D. Formulation and Recommendations of Pancasila as A Source of Indonesian


Criminal Law
Pancasila as sources of national criminal law, then at least two standards are
needed which show that the Pancasila is used as the main reference which is :
1. It is necessary to affirm the formulation of the objectives of national criminal law
2. What values should be implemented from the formulation of the provisions of national
criminal law.
That the purpose of national criminal law :
1. protect the principles of Godhead and Religion that live in Indonesia
2. protect the human body and soul of Indonesia
3. protect Indonesian human reason
4. protect offspring (regeneration)
5. National Criminal Law aims to protect Indonesian human property
Pancasila values implemented in the criminal law is godhead value, value of
humanity, the value of unity and entity, community value/democracy and representative
consultation, and social justice values, welfare aspects, security, protection.

TERJEMAHAN RESUME
Kebijakan Pidana Indonesia :
Reformasi Hukum Pidana Berdasarkan Pancasila

A. Konsep Kebijakan Penentuan Nasional


Politik Hukum Pidana Nasional harus diartikan sebagai kemauan nasional untuk
membuat hukum pidana yang sesuai dengan aspirasi dan nilai-nilai yang berasal dari bangsa
Indonesia sendiri. Selain itu, hukum pidana juga dapat berpartisipasi untuk berkontribusi
dalam mewujudkan tujuan pembentukan negara (cita-cita kemerdekaan), yaitu mewujudkan
Negara yang makmur berdasarkan Pancasila.
Mengenai politik hukum pidana, berikut pemikiran pada pemahaman dan konsep
politik :
1. Politik hukum pidana didefinisikan sebagai upaya (logis) yang rasional untuk mencegah
dan mencegah kejahatan dengan cara criminal hukum dan sistem peradilan pidana. 
hukum dan peraturan yang ada sesuai, terbaik dan memenuhi persyaratan keadilan dan
fungsinya. Ini juga berarti bahwa politik hukum pidana harus mempertimbangkan aspek
sosiologi hukum dan mencapai masa depan (Sudarto 1981; Sudarto 1983).
2. Ada beberapa faktor yang dapat menjadi alasan untuk memperbarui hukum pidana :
a. Hukum pidana yang ada tidak sesuai dengan perkembangan sosial dan kebutuhan
masyarakat yang bersangkutan. 
b. Sebagian ketentuan dalam hukum pidana yang tersedia, tidak sejalan dengan
reformasi yang mengarah pada nilai-nilai manusia, hak, nilai-nilai kemerdekaan,
keadilan, demokrasi dan nilai-nilai moral yang berkembang di masyarakat.
c. Bahwa ketersediaan penegakan hukum pidana yang tersedia menciptakan
ketidakadilan dan bahkan merusak hak asasi manusia.
d. Hukum pidana yang tersedia tidak dapat menjaga dan mengontrol public keamanan
dan ketertiban
Salman Luthan (1999) dan Muladi (1990
3. Hukum pidana dapat dibagi dalam beberapa bentuk cabang dan ruang lingkup politik
hukum pidana, antara lain:
a. Kebijakan Kriminalisasi, suatu politik hukum yang berfokus pada upaya untuk
merumuskan perbuatan buruk sebagai tindak pidana baru atau membentuk yang
baru formulasi dalam penyusunan undang-undang, seperti pembuatan Pidana RUU
atau tindakan kriminal tertentu. 
b. Kebijakan Pidana dan Non Pidana, politik hukum pidana yang berfokus pada
hukuman dalam hukum pidana, jenis atau jenis hukuman, bentuk hukuman, dan
sarana yang dibutuhkan untuk itu. Termasuk kebijakan untuk dievaluasi
pelaksanaan hukuman, efektivitas hukuman, aspek dari aspek yang perlu diperbaiki
sesuai dengan perkembangannya prinsip hukuman.
c. Kebijakan Kriminal Peradilan, bagian ini adalah cabang dari politik hukum pidana
yang membahas dan memeriksa sistem dan prosedur peradilan pidana, dan
membahas masalah prosedur penilaian, bentuk penilaian, dan sejenisnya;
d. Kebijakan penegakan hukum pidana (law enforcement policy) adalah bagian dari
politik hukum pidana yang memeriksa dan membahas masalah-masalah yang perlu
diperhitungkan dalam menerapkan hukum pidana pelaksanaan. 
e. Kebijakan Administrasi Peradilan Pidana terkait dengan administrasi peradilan
pidana. 

B. Membangun Karakter Hukum Pidana Indonesia


Menurut pendapat penulis, ada sejumlah hal yang harus dilakukan dipertimbangkan
dan karakteristik harus dipahami dan diilhami oleh penggagas reformasi hukum pidana
Indonesia, sehingga pidana nasional hukum memiliki karakteristik Indonesia :
1. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk
2. Masyarakat Indonesia memiliki sistem agama dan keyakinan yang diadopsi (sistem
keagamaan). 
3. Sebagai negara merdeka dan negara modern Indonesia juga memiliki keinginan untuk
membangun sistem hukumnya sendiri yang memiliki karakteristik Indonesia. 
4. Indonesia tidak dapat dipisahkan dari pengaruh internasional pembangunan, hubungan
antar negara. 

C. Pancasila Sebagai Sumber Dalam Pendirian Hukum Pidana Indonesia


Pada tahun 2000. MPR melalui TAP MPR No. III tahum 2000 tentang Sumber
Hukum dan Ketertiban, telah menegaskan bahwa Pancasila adalah sumber hukum utama
dalam pembentukan undang-undang di Indonesia (Subandi H 2003).

TAP MPR, beberapa sumber hukum tertulis ditentukan sebagai berikut: (1)Pancasila,
(2) Pembukaan UUD 1945; (3) badan 1945 Konstitusi dan amandemennya;  (4) tekad rakyat
majelis konsultatif;  (5) Konstitusi; (6) undang-undang; (7) pemerintah peraturan; (8)
keputusan presiden; (9) peraturan daerah.
Selain itu dalam Preambule (Pendahuluan) UUD 1945, beberapa titik pikiran yang
dapat digunakan sebagai pedoman dalam implementasi pembangunan bangsa,
diimplementasikan dalam bentuk undang-undang adalah kesatuan, keadilan sosial.
populerisme, tuhan yang maha esa dan kemanusiaan yang adil dan beradab.

D. Formulasi Dan Rekomendasi Dari Pancasila Sebagai Sumber Dari Hukum Pidana Di


Indonesia
Pancasila sebagai sumber hukum pidana nasional, maka setidaknya ada dua standar
diperlukan yang menunjukkan bahwa Pancasila digunakan sebagai referensi utama yaitu :
1. Perlu menegaskan rumusan tujuan nasional hukum pidana
2. Nilai apa yang harus diimplementasikan dari perumusan ketentuan hukum pidana
nasional.
Hukum pidana nasional bertujuan untuk :
1. Melindungi prinsip ketuhanan
2. Melindungi tubuh dan jiwa manusia
3. Melindungi akal manusia Indonesia.
4. Melindungi keturunan (regenerasi)
5. Melindungi kekayaan manusia Indonesia.
Nilai-nilai pancasila yang diimplementasikan dalam hukum pidana yaitu nilai
ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai kesatuan, dan entitas yang norma hukum pidananya
memuat ketentuan nilai masyarakat / demokrasi dan konsultasi perwakilan, nilai keadilan
sosial, aspek kesejahteraan, keamanan dan perlindungan.

You might also like