Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 20
Jurnal Keperawatan Galuh Volume : 1 —Nomor : 2 Tahun : 2019 PENGARUH RENDAM KAKI AIR HANGAT TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HANDAPHERANG KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2019 Akbar Wibowo, Laila Purnamasari Fakultas ilmu Kesehatan Universitas Galuh danielakbarwibowo@emaill984,com ia 227-24 7-2 3-8. ABSTRAK Proses menua adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik dengan terlihat adanya Penurunan fungsi organ tubuh. Proses penuaan membuat lansia lebih mudah mengalami gangeuan lid. Penanganan gangguan tidus dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu seeata farsuakologi dan secara non farmakologi. Penatalaksanaan secara non_farmakologi adalah pilihan alternative yang lebih aman, yyakni dengan cara rendam kaki air hangat. Manfaat air hangat adalah untuk membuat tubuh lebih Tileks, menyingkirkan rasa pegal-pegal dan kaku di otot, dan mengantar agar tidur bisa lebih nyenyak Peneliti menggunakan metode eksperimen kuasi. Populasi penelitian ini adalah lansia berumur 60-70 talnun sebanyak 30 lansia, Sampel dalam penelitian mt menggunakan total sampling sebanyak 30 lansia yang terdiri dari 15 orang kelompok intervensi dan 15 orang kelompok kontrol. Hasil penelitian imenunjukan bahwa sebagian besar lansia pada kelompok Kontrol yaitu memiliki kualitas tidur burak sebanyak 10 orang (66,7%) sedangkan Kualitas Tidur Kelompok Intervensi setelah Dilakukan Rendam Kaki Air Hangat Pada Lansia sebagian besar reponden memiliki kualitas tidur baik sebanyak 10 orang (66,7%) Berdasarkan hasil uji t-test diperoleh nilai hitung t hitung sebesar 24,261 dari nila ¢ tabel sebesar 2,624. Dari analisa tersebut bahwa Ha diterima atau ada pengaruh rendam kaki air hangat terhadap Kualitas tidur pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Handapherang Kabupaten Ciamis. Saran diharapkan bagi lansia dapat menjadi bahan pertimbangan untuk lansia untuk memperbaiki ‘kualitas tidur yang buruk dengan cara menghindari kecemasan. Kata Kuni: rendam kaki, air hangat, kualitas tidur lansia Referensi 39 (2010-2019) ‘THE EFFECT OF WARM FOOT LAMPS ON THE QUALITY OF SLEEPING ON ELDERLY IN WORKING AREAS OF HEALTH CENTER THANDAPIERANG CIAMIS 2019 ABSTRACT The aging process is a natural process accompanied by a decrease in physical condition with a noticeable decrease in bodily organ function. The aging process makes it easier for elderly people to experience sleep disorders. Handling steep disorders can be done in 2 ways, namely Pharmacologically and non-pharmacologically. Non-pharmacological management is a safer alternative choice, namely by soaking the feet of warm water. The benefits of warm water are to make the body more relaxed, get rid of aches and stiffness in the muscles, and deliver to sleep better. The researcher used a quasi-experimental method. The population of this study were 30-70 year olds as ‘many as 30 elderly. The sample in this study’ used a total sampling of 30 elderly people consisting of IS intervention groups and 15 control groups The results showed that most of the elderly in the canal group had poor sleep quality of 10 people (66.79%) while the Sleep Quality of the Intervention Group aafier Warm Water Foot Soak in the Elderly, mast respondents had good sleep quality of 10 people (66, 794) Based on the results of the t-test the calculated t count is 24.261 from the t table value of 2.624. From the analysis that Ha is accepted or there is the influence of warm water foot soak on sleep quality in the elderty in the Handapherang Health Center Ciamis District Work Area. Suggestions are ‘expected for the elderly to be taken into consideration for the elderly to improve the quality of poor sleep by avoiding anxiety. Keywords: foot soak, warm water, elderly sleep quality Reference: 39 (2010-2019) 104 ATAR BELAKANG Seiring dengan Kemajuan di bidang Kesehatan, meningkatnya sosial ekonomi masyarakat dan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat ‘yang bermuara dengan meningkatnya pada kkesejahteraan rakyat akan meningkatkan usia harapan hidup sehingga menyebabkan jumlah penduduk Lanjut Usia dari tahun ke tahun semakin meningkat (Bapenas, 2014). Data internasional mencatat penduduk tansia dunia (60 th keatas) tumbuh sangat cepat dibanding kelompok usia lain, Tahun 2017 jumlah lansia dunia sckitar 600 jt (11%) diperkirakan menjadi 1,2 M (22%) ditahun 2025 dan menjadi 2 M itahun 2050, pada saat itu lebih Danyak Lansia dibandingkant amak-aak usia I-14 tahun (WHO, 2017), Berdasarkan Survei_ Demografi Tahun 2017 memperkirakan jumlah lansia i Indonesia dewasa ini mencapai 15 juta jiwa atau 7.56 % dari jumlah penduduk, Jumlah penduduk yang berusia lebify dari 60 tahun pada tahun 2017 diperkirakan ‘akan meningkat lagi pada tahun 2020 menjadi 28,8 juta atau 11,34% dari seluruh populasi, Peningkatan jumah Jansia diperkirakan diikuti_ dengan peningkatan usia harapan hidup dari usia 59,8 tahun pada tahun 2017 menjadi 71,7 tahun pada tahun 2020 (Kemenkes RI, 2017). Berdasarkan —data_—_‘Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat tahun 2018, jumlah penduduk lansia di Jawa Barat pada tahun 2018 sebanyak 4,16 juta jiwa atau sekitar 8,67 persen dari total Jurnal Keperawatan Galuh Volume : 1 —Nomor : 2 Tahun : 2019 penduduk Jawa Barat, yang terdiri dari sebanyak 2,02 juta jiwa (8,31 persen) lansia laki-laki dan sebanyak 2,14 juta jiwa (9,03 persen) lansiaperempuan (Dinkes Jabar, 2018). Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis Tahun 2018 diperoleh jumlah lanjut usia sebanyak 226.031 jiwa, yang terdiri dari 121.016 jiwa lansia laki- laki dan 105.015 jiwa lansia perempuan (Dinkes Kabupaten Ciamis, 2018). Berdasarkan datadari Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis Tahun 2018 diketahui bahwa UPTD Kesehatan Puskesmas Handapherang —merupakan Puskesmas yang memiliki jumlah lansia dengan keluhan keschatanke Iterbanyak yaitu753 foray (11.52%) dengan jumfah Tansia 6.537 orang dan memiliki _jumtah penderita hipetensi_-—_terbanyak, dibandingkan dengan UPTD. Puskesmas Gardujaya sebanyak 744 (11.05%) dengan jumlah lansia 6.734, UPTD Puskesmas Awiluar sebanyak 678 (10,53%) dengan jumlah lansia 6.438,UPTD Puskesmas Sadananya schanyak 663 (100,13%) dengan jumtah lansia 6.548, dan UPTD i sebanyak 654 (10%) dengan jumlah lansia 6.541 Puskesmas Ci Orang dewasa paruh baya yang tidur 5 jam atau kurang setiap malamnya berisiko 2 kali lipat lebih tinggi ‘mengalami_ hipertensi dibanding orang yang tidur 7-8 jam.Proses menua adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik dengan terlihat adanya penurunan fungsi organ tubuh, Hal ini juga diilusti dengan perubahan emosi 105 Jurnal Keperawatan Galuh Volume : 1 —Nomor : 2 Tahun + 2019 secara psikologis dan kemunduran Kkogaitif seperti suka lupa, dan hal hal yang mendukung —lainnya seperti kecemasan yang berlebihan, kepercayaan iri menurun, insomnia, juga kondisi biologis yang semuanya—_saling berinteraksi satu sama lain, Keadaan itu cenderung —berpotensi_ _ menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun keschatan jiwa secara khusus pada lanjut usia (Kadir, 2017). Proses penuaan ‘membuat lansia lebih mudah mengalami gangguan tidur. selain mengakibatkan perubahan normal pada pola tidur dan {stirahat lansia (Maas, 2011), Tidur adalah keadaan saat terjadinya proses pemulihan bagi tubuh Deserta olwk dam sangat penting terhadap pencapaian Kesehatan yang maksimal. ‘waktu tidur yang ideal untuk lansia adalah 6 jam, Lamanya jam tidur tersebut sudah mencakup tidursiang dan juga ‘malam.Sayangnya, banyak lansia yang tidak memenuhi kebutuhan tidur 6 jam per hari, Mereka umumnya sulit untuk tidur dan terbangun di malam hari karena terus menggerakkan tubuh dan buang air, Scmua gangguan tersebut membuat mereka bangun lebih awal dan mengantuk di siang hari. Meski kebutuhan tidur bisa dipenubi di siang hari, tidur di malam hari tetap harus diutamakan. Pola ‘tidur yang tidak teratur akan berpengaruh tethadap berkurangnya waktu tidur hingga ‘mempengaruhi kondisi fisik dan_psikis seseorang seperti menjadi pelupa. Masalah tidur yang sering dialami oleh lansia adalah sering terjaga pada malam hari 106 sering terbangun pada saat dini hari sulit untuk tertidur, dan rasa lelah yang berlebihan di siang hari (Maas, 2011). Gangguan tidur pada lansia merupakan keadaan dimana individu mengalamisuatu perubahan dalam kuantitas dan kualitas dalam pola ihatnya yang menyebabkan rasa tidak hyaman atau mengganggu gaya hidup inginkan, Gangguan yang dur pada lansia jika tidak ditangani akan berdampak serius dan menjadi gangguan tidur yang kkronis, Gejala gangguan pola sering terjadi pada kelompok lanjut usi dari pada kelompok usia yang lebih muda, namun gangguan pola tidur ini kurang ‘mendapatkan perhatian dari masyarakat Karena Iebil diangangap gangguan dur tersebut sebagai hal yang wajar, sechingga mereka tidak —memeriksakan kepada dokter. Kondisi yang seperti ini seringkali tidak mendapatkan pertolongan, sementara gangguan tidur dapat berpengaruh pada kualitas hidup orang yang berusia lanjut (Diauzi, 2010). Tidur yang. tidak adekuat dan kualitas tidur buruk dapat mengakibatkan gangguan kescimbangan fisivlogi dan psikologi. Dampak fisiologi meliputi penurunan aktivitas sehari-hari, rasa eapai, lemah, Koordinasi neuromuskular buruk, proses penyembuhan lambat, daya tahan tubuh menurun, dan ketidakstabilan tanda vital Sedangkan dampak —_psikologi ‘meliputi depresi, cemas, tidak konsentrasi, koping tidak efektif (Hanifa, 2016) Penanganan gangguan tidur dapat dilakukan dengan 2 cara yaity secara farmakologi dan secara non farmakologi Secara farmakologi yaitu. dengan memberikan obat sedative hipnotik seperti golongan benzodiazepine (ativan, valium, dan diazepam). Namun, pada lansia terjadi perubahan farmakodinamik, farmakokinetik serta metabolisme obat dalam tubuh lansia yang menyebabkan penatalaksanaan dengan farmakologis sangat memberi risiko pada _lansia, Dengan demikian penatalaksanaan secara non farmakologi adalah pilihan alternative yang lebih aman, yakni dengan cara terapi_ stimulus control, melakukan lah raga ringan, berjalan kaki pada pagi hari, berlari-lari kecil, senam atau sekedar peragangan otot, terapi relaksasi (Putra, 2014). Salah satu terapi relaksasi adalah dengan menggunakan air. Hydrotherapy adalah penggunaan air untuk ‘menyembuhkan dan meringankan berbagai keluhan, Untuk tujuan ini, air bisa digunakan dalam banyak cara dan kemampuannya sudah diakui_—_sejak dahutu, terutama di kerajaan_ Yunani, eka Tutki juga olch masyatakat Eropa dan iran Romawi dan Kebudayaan Tiongkok kuno, Masyarakat umum juga menyadari bahwa manfaat air hangat ‘adalah untuk membuat tubuh lebih rileks, menyingkirkan rasa pegal-pegal dan kaku i ofot, dan mengantar agar tidur bisa lebih nyenyak. air hangat membuat kita ‘merasa santai, meringankan sakit dan tegang pada otot dan memperlancar peredaraan darah, Maka dari itu, herendam air hangat bisa membant Jurnal Keperawatan Galuh Volume : 1 —Nomor : 2 Tahun : 2019 ‘menghilangkan stres dan membuat kita tidur lebih mudah. Suhu air hangot yong, dipakai berkisar 400C (Sustrani dk, 2016). Derdasarkan—hasil studi di yah Kerja Puskesmas Handapherang, pendahuluan kepada 10 orang tans dengan metode wawaneara, ditemukan bahwa 8 orang lansia mengalami kualitas tidur yang buruk seperti sering terbangun pada malam hari, merasa kurang puas pada tidumya di malam hari_meskipun lansia tidur lebih awal pukul 20.00 WIB, ketika bangun tidur pada pagi hari merasa ngantuk, tidak bersemangat pada saat beraktivitas setelah bangun tidur di: pagi hari dan mengalami kelelahan. Sedangkan 2 orm — pend ita lanka mengalani kualitas tidur yang baik karena lansia suka ‘mandi dengan air hangat sebelum tidur. Dengan berkembangnya teknologi pengobatan —termasuk —_pengobatan altematif yaitu rendam kaki air hangat, rendam kaki air hangat merupakan terapi komplementer pada lansia, karena lansia sifat penyakit occult atau tersembunyi dan juga penyebabnya multifaktor sehingga ‘obat itu sifatnya hanya sementara dan juga bat bila terlalu banyak efek sampingnya jelek, karena kemampuan organ tubuhnya sudah menurun sehingga altematif rendam kaki air hangat sangat baik untuk ‘mengatasi keluhan lansia TINJAUAN TEORI 1. Terapi Rendam Kaki Menggunakan ‘Air Hangat 107 Jurnal Keperawatan Galuh Volume 108 a, 1—Nomor: 2 Tahun: 2010 Pengertian merendam kaki dengan air hangat Menurut jurnal perbedaan penurunan tekanan darah lansia dengan obat anti hipertensi dan rendam air hangat di puskesmas Antara Tamalanrea Makassar. Rendam kaki air hangat adalah adalah salah satu terapi yang bermanfaat untuk —mendilatasi pembuluh darah dan melancarkan peredaran darah (Hembing,2015) Rendam aki menggunakan air ——_hangat merupakan proses merangsang saraf yang ada di kaki untuk bekerja, dan berfungsi mendilatasi pembuluh dara ert melancarkan peredaran darah, Dasar utama penggunaan air hangat untuk pengobatan adalah efek hidrostatik dan hidrodinamik, Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh .Pertama berdampak pada pembulnh darah dimana hangatnya air membuat sirkulasi darah menjadi lan yang kedua adalah faktor pembebanan di dalam air yang akan menguatkan otototot dan ligament yang. mempengaruhi —sendi_—tubuh (Hembing,2015) Manfaat Merendam Kaki dengan Air Hangat Menurut Guyton (2016) dalam jurmal efektifitas terapi rendam kaki menggunakan air hhangat dan senam lansia terhadap tekanan darah di uresos pucang gading semarang. Rendam kaki ‘menggunakan air hangat akan merangsang saraf yang. terdapat pada kaki untuk merangsang baroreseptor ‘menerima rangsangan dari peregangan atau tekanan yang berlokasi di arkus aorta dan sinus karoktikus. Dilatasi arteriol _ menurunkan tekanan perifer dan dilatasi vena ‘menyebabkan darahmenumpuk pda vena sehingga mengurangi aliranbalik vena, dan dengan demikian —menurunkan — curah jantung. Implusaferen—suatu buroreseplur yang mnencapal Jantung akan merangsang aktivitas saraf —parasimpatis. dan ‘menghambat —pusat —_simpatis, (kardioaselerator) sehingga menyebabkan penurunan denyut jantung dan daya_ kontraktilitas jantung. Menurut Lalage, (2015) secarailmiah air —hangat imempunyai dampak fisivlogis bagi tubuh, pertama berdampak pada pembuluh dara dimana hangatnya air membuat_sirkulasi darah ——menjadi-——_lancer, ‘menstabilkan afiran darah dan Kerja jamtung —serta_faktor pembebanan didalam air yang akan menguatkan —otot-otot_— dan ligament yang —mempengaruhi sendi tubuh. Menurut Bat jun, M.T. (2015) pada jumal_perbedaan penurunan tekanan darah lansia dengan obat anti hipertensi dan rendam air hangat di puskesmas Antara Tamalanrea Makassar, Dimana air hangat _secara konduksi terjadi_perpindahan panas/hangat dari air hangat ke dalam tubuh akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan penurunan kelegangan —_otot schingga dapat melancarkan peredaran darah yang akan mempengaruhi tekanan ateri oleh barureseplor paula sinus kortikus dan arkus aorta yang akan menyampaikan implus yang dibawa — serabut sara’ yang membawa isyarat dari semua bawian tubuh untuk menginformasikan kepada otak perihal tekanan darah, volume darah dan kebutuhan khusus semua organ ke pusat sara simpatis ke medulla schingga akan merangsang tekanan sistolik yaitu regangan otot ventrikel akan merangsang —ventrikel untuk segera berkontraksi_ (Guyton, 2016). 2. Tidur a. Pengertian Tidur Tidur ‘merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenvhi oleh semua orang Jurnal Keperawatan Galuh Volume : 1 —Nomor : 2 Tahun : 2019 Setiap orang memerlukan kebutuhan tidur yang cukup agar tubuh dapat berfungs normal, Tidur yang normal secara melibatkan dua fase yaitu gerakan bola mata cepat atau rapid eve movement (REM) dan tidur dengan gerakan bola mata lambat atau non-rapid eye movemenet (NREM). —Selama = NREM seseorang mengalami 4 tahapan siklus tidur. Tahap 1 dan 2 merupakan karakteristik dai tidur dangkal dan seseorang el mudah bangun, Tahap 3 dan 4 ‘merupakan tidur dalam dan sulit untuk — dibangunkan (Potter &Perty, 2013). Manfaat Tidur Tidur sangat penting bagi tubuh untuk jaringan otakdan fungsi —organ-organ—tubuh. ‘manusia arena dapat memulihkan —tenaga dan berpengaruh tethadap metabolism tubuh. Sel in itu juga dapat ‘merangsang daya asimilasi karena tidur terlalu tama just bisa menikbutkan hal yang tidak sehat dikarenakan tubuh menyerap atau ‘mengasimilasi_ sisa_ metabotisme yang berakibat tubuh menjadi Joyo dan tidak —bersemangat saatbangun tidur, Data dari studi selama 6 tahun mendukung, hipotesis bahwa orang yang tidur terlalu lama, terlalu singkat atau menggunakan pil tidur 109 Jurnal Keperawatan Galuh Volume 1=Nomor : 2 Tahun: 2010 mengalami angka mortalitas lebih tinggi doari yang lainnya. Studi yang ditemukan orang yang mengalami tidur selama 7-8 jam di_malam hari memiliki_angka mortal s terendah daripada yang tidumya kurang dari 7 jam atau lebih dari 8 jam perhari, Lanjut usia sangat rentanterkena insomnia arena adanya perubahan pola tidur, yang biasanya menyerang tahap 4 (tidur dalam) (Stanley, 2014), ‘Tahapan tidur Menurut hidayat (2011 ) dalam proses tidur dibagi dalam dua jenis yaitu: 110 1) REM (Rapid Eye Movement) REM yaitu jenis dur yang disebabkan oleh penyaturan abnormal dari isyarat dalam ‘tak, meskipun kegiatan otak tidak tertekan secara_berarti atau disebut juga tidur paradox dengan ciri-citi a) Biasanya disertai dengan mimpi alti b) Lebih sulit dibangungkan datipadasclama —tidur nyenyak ——_gelombang lambat ©) Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan imeguler tekanan darah meningkat, sekresi gaster dan metabolisme meningkat. 4) Tidur ini penting untuk keseimhangan mental, emosi juga berperan dalam = memori, belajar dan adaptasi 2) NREM (Non Rapid Movement Eye) NREM yaitu jenis tidur yang disebabkan —— menurunnya kegiatan dalam system pengaktivasi retikularis atau disebut juga _gelombang lambat, Karena gelombang otak bergerak sangat lambat Tidur gelombang lambat bisa disebut juga gelombang delta dengan ciri-ciri + istirahat penuh, —tekanan—darah menurun, frekuensi nafas menurun, pergerakan bolamata_melambat, mimpi berkurang dan metabolisme menurun, Tahapan tidur — gelombang Jambat meliputi : 1) Tahap I Tahap I merupakan tahap fransisiantara hangun dan ih sadar dengan, tidur dengan eiririleks, m Jingkungan,merasa mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi nadi dan nafs sedikitmenurun, dapat bangun segera selama tahap ini dan berlangsung selama 15 menit, 2) Tahap I Tahap I merupakan tahap tidur ringan dengan proses tubuh terus menerus dengan iri mata’ pada _umumnya menetap, denyut jantung dan frekuensi nafas—-menurun, temperatur tubuh menurun, berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit. 3) Tahap IL Tahap II] merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi, frekuensi nafas, dan proses tubuh —lainnya—lambat disebabkan oleh adanya dominas jstem —saraf parasimpatis dan sulit dibangunkan 4) Tahap IV Tahap IV merupakan tahap tidur dalam dengan citi kcepatan — jantung dan pemafasan —_turun,jarang bergerak dan’ sult dibangunkan, gerak bola mata cepat, sekresilambung dan tonus otot menutun. Jenis-jenis gangguan tidur Menurut Maas, (2011) gangguan tidur — meliputi beberapa macam antara lain Insomnia, Hipersomnia, Parasomnia, Gangguan Siklus tidur-bangun 4. Kualitas Tidur Jurnal Keperawatan Galuh Volume : 1 —Nomor : 2 Tahun : 2019 Kualitas tidur merupakan kkonstruksi_klinis yang penting. Hal ini dikarenakan keluhan akan kualitas tidur umum tetjadi di masyarakat dan kualitas tidur yang buruk merupakan gejala penting dari adanya gengguan tidur dan penyakit lainnya. Potter & Perry (2013), menyatakan pentingnya kualitas tidur terbail dalam —upaya—_peningkatan Kesehatan dan pemulihan individu yang sakit. Kualitas tidur adalah karakteristik subjektif dan seringkali ditentukan oleh perasaan energik atau tidak setelah bangun tidur (Kozier, 2008). Kualitas tidur adalah kepuasan terhadap tidur, sehingga orang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, ‘mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak — mata bbengkak, konjungtivamerah, perhatian terpecah, sakit kepala dan sering —-menguap atau ‘mengantuk (Sagala, 2011). Friekin & Dogan (1999, dalam Bser etal, 2014) ‘menyatakan bahwa kualitas tidur ‘mencakup lamanya waktu yang

You might also like