Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

(2019), 16(1): 35-50 pISSN: 0216 – 0439 eISSN: 2540 – 9689

http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPHKA Akreditasi Kemenristekdikti Nomor 21/E/KPT/2018

KONSERVASI DANAU RANU PANE DAN RANU REGULO DI TAMAN


NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU
(Conservation of Ranu Pane and Ranu Regulo Lakes in Bromo Tengger Semeru National
Park)

Reny Sawitri* dan/and Mariana Takandjandji


Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan
Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor, Jawa Barat, Indonesia Tlp. (0251) 8633234; Fax (0251) 8638111

Info artikel: ABSTRACT


Keywords: The lakes in Bromo Tengger Semeru National Park (BTSNP) have a caldera or giant crater,
Conservation, however, the intensification of land use surounding as a residential area, agricultural land
ecosystems, lakes, and natural tourism gived the impacts to lakes. The study was carried out at lakes of Ranu
pollution, Pane and Ranu Regulo, in Bromo Tengger Semeru National Park (TNBTS), East Java
water quality Province. The study purposed to know ecosystem changing of lakes and recomendation of
conservation strategies. The research method was carried out by analyzing water qualities
(physic, chemitry and microbiology) of Ranu Pane and ranu Regulo lakes. The results of
this study found that Ranu Pane lake ecosystem was invaded by a threshold (Salvinia
molesta Mitchell) of about 80%, causing an increase in BOD and COD content, followed
by a decrease in DO and pH. Lake of Ranu Regulo has a higher fertility value (N/P = 16.24)
than Ranu Pane. Therefore, the management need to mitigate to reduce the risk of pollution
through public awareness and tourists.
Kata kunci: ABSTRAK
Konservasi,
ekosistem, danau, Danau di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) adalah kaldera atau kawah
pencemaran, raksasa, tetapi intensifikasi pemanfaatan lahan di sekitar danau berupa pemukiman, lahan
kualitas air pertanian dan pariwisata alam berdampak terhadap danau. Penelitian dilakukan di Danau
Ranu Pane dan Ranu Regulo, kawasan TNBTS, Provinsi Jawa Timur, dengan tujuan untuk
mengetahui perubahan ekosistem danau dan rekomendasi strategi konservasi. Metode
penelitian dilakukan dengan menganalisis kualitas air (fisik, kimia dan mikrobiologi) dari
Danau Ranu Pane dan Ranu Regulo. Hasil penelitian menemukan bahwa ekosistem Danau
Riwayat Artikel: Ranu Pane telah tertutupi oleh tumbuhan air jenis ki ambang (Salvinia molesta Mitchell)
Tanggal diterima: sekitar 80% yang menyebabkan peningkatan kandungan Biology Oxygen Demand (BOD)
24 Mei 2018; dan Chemical Oxygen Demand (COD), diikuti penurunan Dissolved Oxygen (DO) dan pH.
Tanggal direvisi: Danau Ranu Regulo memiliki nilai kesuburan yang lebih tinggi (N/P=16,24) dibandingkan
9 Mei 2019; Ranu Pane. Hasil penelitian ini merekomendasikan agar pihak pengelola kawasan
Tanggal disetujui: melakukan mitigasi untuk mengurangi risiko pencemaran melalui penyadaran masyarakat
28 Mei 2019 dan wisatawan.

Editor: Dr. Rozza Tri Kwatrina


Korespondensi penulis: Reny Sawitri* (E-mail: sawitri_reny@yahoo.com)
Kontribusi penulis: semua penulis memiliki kontribusi yang sama sebagai kontributor utama

https://doi.org/10.20886/jphka.2019.16.1.35-5010.20886/jphka.2018.15.1.1-13
©JPHKA - 2018 is Open access under CC BY-NC-SA license

35
Vol. 16 No. 1, Juni 2019 : 35-50

I. PENDAHULUAN manfaatannya untuk pariwisata alam,


pertanian, peternakan dan kegiatan antro-
Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru (TNBTS) adalah Unit Pelaksana pogenik lainnya seperti perikanan dan air
untuk rumah tangga (Widyastuti, Sukanto
Teknis (UPT) dari Direktorat Jenderal
& Setyaningrum, 2015).
Konservasi Sumber Daya Alam dan
Pemanfaatan lahan di sekitar danau-
Ekosistem, berdasarkan Surat Keputusan
danau di TNBTS yang semakin intensif
Menteri Kehutanan No. 178/Menhut-
untuk pemukiman, areal pertanian, dan
II/2005 tanggal 29 Juni 2005, memiliki
kegiatan pariwisata alam telah berdampak
luas 50.276,20 ha yang terdiri atas daratan
pada akumulasi zat pencemar ke dalam
50.265,95 ha dan perairan berupa danau
danau yang menyebabkan eutrofikasi
10,25 ha (Balai Besar Taman Nasional
sehingga menurunkan kualitas air dan
Bromo Tengger Semeru, 2014 & 2015).
mengancam kelestarian fungsi danau
TNBTS memiliki keunikan, dan bernilai
(Fitri, 2015). Penelitian ini bertujuan
penting untuk menjaga fungsi hidrologis;
untuk mengetahui perubahan ekosistem
perlindungan gejala alam; perlindungan
dan kualitas perairan dari dua danau yakni
budaya; pengawetan flora, fauna dan
Danau Ranu Pane dan Ranu Regulo serta
ekosistem, termasuk peranannya sebagai
memberikan rekomendasi dalam rangka
obyek wisata alam.
upaya konservasi. Dua danau ini dipilih
Secara geografis kawasan TNBTS
karena penggunaan lahan di sekitarnya
terletak di antara koordinat 112047“44’–
11307”45’BT dan 7051”39’–8019”35’ LS. sangat intensif dibandingkan empat danau
Secara administratif pemerintahan, lainnya. Perubahan ekosistem telah terjadi
pada kedua danau tersebut yang
TNBTS termasuk ke dalam wilayah
disebabkan pencemaran dari aktivitas
Provinsi Jawa Timur dan berada pada
manusia sehingga fungsi danau menurun.
empat kabupaten yakni Kabupaten
Informasi aspek kualitas perairan danau
Malang (18.692,96 ha), Pasuruan
diharapkan dapat memberikan informasi
(4.642,52 ha), Probolinggo (3.600,37 ha)
ilmiah bagi pengelola TNBTS dalam
dan Lumajang (23.340,35 ha) (Fitri, 2015;
melakukan mitigasi, sumber dan dampak
Kenedie, 2016).
pencemar serta pengelolaannya.
Menurut Artaka & Sulistyowati
(2017), di dalam kawasan TNBTS
terdapat enam danau yakni Danau Ranu II. BAHAN DAN METODE
Pane, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo, Ranu A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Darungan atau Ranu Lingga Rekis, Ranu Lokasi penelitian dilakukan di
Tompe, dan Ranu Kuning. Danau Ranu Danau Ranu Pane dan Ranu Regulo,
Pane, Ranu Regulo dan Ranu Kumbolo Kawasan TNBTS, pada bulan Desember
terletak pada ketinggian di atas 2.000 m
2016 (Gambar 1). Danau Ranu Pane
dpl dengan kedalaman antara 7-12 m.
berada pada ketinggian 2.100 m dpl
Danau Ranu Darungan atau Ranu Lingga dengan luas 1,0 ha berada pada koordinat
Rekis, Ranu Tompe, dan Danau Ranu 800’45,7’’LS dan 112056’45,6 BT,
Kuning terletak di bawah 2.000 m dpl, dan berdekatan dengan Danau Ranu Regulo
lokasinya sulit dijangkau. Danau-danau yang luasnya 0,75 ha dengan ketinggian
tersebut merupakan kaldera atau kawah lokasi 2.097 m dpl pada koordinat
raksasa yang terbentuk akibat letusan 800’47,9’’LS dan 112057’6,8’’ BT (Balai
Gunung Semeru ribuan tahun lalu, dan Besar Taman Nasional Bromo Tengger
kemudian terisi air larian dari curah hujan Semeru, 2015). Suhu kedua danau air
dan rembesan tanah (Fitri, 2015; Kenedie, tawar ini relatif stabil yaitu antara 18,0 0C
2016). Fungsi kaldera adalah sebagai – 18,890C, dan penetrasi cahaya kurang
penyeimbang ekosistem. Kaldera yang (Balai Besar Taman Nasional Bromo
berisi air dapat dikembangkan pe-

36
Konservasi Danau Ranu Pane dan Ranu Regulo (Sawitri, R & Takandjandji, M)

Tengger Semeru, 2014 & 2015; Kenedie, Demand (COD), Fosfat (PO4-P), Nitrat
2016). Jenis tumbuhan yang terdapat di (NO3-N), Klorida (Cl), Sulfat (SO4), dan
dalam danau tersebut adalah jenis deterjen (Effendi, 2007). Parameter kimia
ganggang, dan tumbuhan biji. digunakan untuk menentukan kualitas air
dengan satuan pengukuran mg/L. Para-
B. Bahan dan Alat meter mikrobiologi yang digunakan
Bahan yang digunakan dalam adalah kepadatan biota di dalam air.
penelitian ini adalah sampel air (1 liter) Umumnya biota atau organisme air yang
dari 3 stasiun/lokasi yang berada di Danau hidup di perairan berupa fecal coliform
Ranu Pane dan Ranu Regulo yang diambil dan klorofill-a. Metode APHA digunakan
secara purposive. Peralatan yang diguna- untuk menganalisis fecal coliform dengan
kan terdiri atas alat tulis untuk mencatat, satuan pengukuran Most Probable
GPS, gelas ukur dan botol sampel volume Number (MPN) dan untuk klorofill-a
1 liter. digunakan metode spektrofotometri
dengan satuan pengukuran mg/m2 (Sari et
C. Metode Penelitian al., 2016).
Analisis sampel air dilakukan di
Ekosistem dan jenis tumbuhan di
Laboratorium Pakan dan Makanan, Tanah
sekitar Danau Ranu Pane dan Ranu
dan Tanaman, Air dan Udara, SEAMEO
Regulo dilakukan pengamatan secara
Biotrop (Southeast Asian Region Centre
langsung, studi literature, dan wawancara
for Tropical Biology), Bogor - Indonesia.
dengan pengelola kawasan TNBTS.
Parameter kualitas air yang dianalisis
adalah sifat fisik, kimia, dan mikrobiologi. III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode yang digunakan dalam analisis A. Ekosistem Danau di Kawasan
kualitas air tercantum dalam Tabel 1. TNBTS
Hasil analisis yang diperoleh Ekosistem di sekeliling danau di
dibandingkan dengan data series beberapa TNBTS merupakan hutan hujan tropis
tahun dari akademisi dan peneliti yang pegunungan, namun seiring dengan
memperhatikan keberadaan danau dan waktu, saat ini telah berubah menjadi
dampak pemanfaatannya. Effendi (2007) perladangan, hamparan rumput, pohon
menyatakan bahwa sifat fisik yang dan herba. Jenis herba yang terlihat
menyebabkan pencemaran dan ber- seperti adas (Foeniculum vulgare Miller),
pengaruh langsung terhadap biota perairan bunga pahitan (Tithonia diversifolia
adalah Total Dissolved Solid (TDS), Total Hemsl A. Gray), bunga kecubung (Datura
Suspended Solid (TSS) atau kandungan fastuosa L.), dan anggrek tanah (Herbania
padatan tersuspensi. Sementara parameter sp.). Tumbuhan air yang terdapat di dalam
fisik yang digunakan untuk mengukur danau adalah semanggi (Hydrocotyle
kadar kualitas air adalah suhu, kecepatan sibthorpiodes Lam.), ganggang hijau
arus, kecerahan dan tinggi air, kekeruhan (Cholorophyta), ganggang (Pterodophyta
(turbiditas), warna, rasa dan bau. Menurut sp.) dan ki ambang (Salvinia molesta D.
Effendi (2007), satuan pengukuran TDS Mitch). Menurut Indira, Sari, Maghfiroh
dan TSS adalah mg/L, sedang untuk & Aulia (2013), Daerah Aliran Sungai
tingkat kekeruhan (turbiditas) meng- (DAS) Danau Ranu Pane (Gambar 2a)
gunakan NTU (Nephelometric Turbidity seluas 68,75 ha berdampak pada potensi
Units). Sifat kimia yang berpengaruh run off yang masuk ke dalam danau yaitu
terhadap perairan antara lain pH, sebesar 24.822,66 mm/tahun. Hal ini
Dissolved Oxygen (DO), Biology Oxygen disebabkan oleh keberadaan areal per-
Demand (BOD), Chemical Oxygen ladangan seluas 47%.

37
Vol. 16 No. 1, Juni 2019 : 35-50

Gambar (Figure) 1. Peta Konservasi di TN Bromo Tengger Semeru/Map of Conservation in


Bromo Tengger Semeru National Park (PIKA/Information Center of
Nature Conservation, 2019)

Tabel (Table) 1. Responden penelitian (Research respondents)


No. Parameter analisis Metode Uji/Alat
(Analysis parameter) (Test method/Tools)
Fisika (Physics)
1. Total Dissolved Solid (TDS) SNI 06-6989.27-2005
2. Total Suspended Solid (TSS) SNI 06-6989.25-2005
Kimia (Chemistry)
3. Derajat Keasaman (pH) SNI 06-6989.11-2004
4. Biology Oxygen Demand (BOD) SNI 06-6989.72-2009
5. Chemical Oxygen Demand (COD) SNI 06-6989.2-2009
6. Dissolved Oxygen (DO) SNI 06-6989.2-2009
7. Fosfat (PO4) APHA 4500-PE
8. Nitrat (NO3-N) APHA 4500-NO3-E
9. Klorida (Cl) APHA 4500-Cl-B
10. Sulfat (SO4) APHA 4500-SO42-E
11. Deterjen (Detergent) SNI 06-6989.51-2005
Mikrobiologi (Microbiology)
12. Fecal Coliform APHA 9221
13. Klorofill-a (Chlorofill-a) SNI 06-6989.3-2004

Daerah sekitar Danau Ranu Regulo seperti bunga ungu (Verbena brasilliensis
merupakan hutan hujan tropis pegunungan Vell), bunga anting-anting (Fuchsia
yang relatif utuh dengan tumbuhan antara megallanica/hybrida Lam.) dan rumput
lain cemara gunung (Casuarina teki (Cyperus rotundus L.). Tumbuhan air
junghuniana Miq), kemlandingan gunung yang dijumpai adalah lili air (Hemynocalis
(Paraserianthes lopantha (Willd) littoralis) dan paku ekor kuda (Equisetum
l.C.Nielson) dan akasia (Acacia decurens palustre L) (Gambar 2b). Danau Ranu
Willd). Di samping itu terdapat herba Regulo termasuk DAS seluas 76,56 ha

38
Konservasi Danau Ranu Pane dan Ranu Regulo (Sawitri, R & Takandjandji, M)

yang ditunjang oleh vegetasi pohon dan untuk bahan bangunan, peralatan rumah
semak belukar yang cukup rapat di sekitar tangga, kayu bakar, obat-obatan dan
danau, menjadikan potensi run off sebesar tanaman hias. Tipe ekosistem di sekitar
5.857,03 mm/tahun (Indira et al., 2013). Danau Ranu Pane dan Ranu Regulo
Ekosistem di sekitar Danau Ranu tercantum pada Tabel 2.
Pane dan Ranu Regulo telah mengalami Keberadaan ekosistem danau
perubahan apabila dibandingkan dengan memberikan fungsi yang menguntungkan
hasil penelitian sebelumnya. Perubahan bagi kehidupan masyarakat di sekitarnya.
tersebut berupa penurunan kualitas Namun apabila tidak dimanfaatkan secara
perairan dan terjadinya sedimentasi atau baik, kegiatan masyarakat di sekitar danau
pengendapan pada beberapa bagian danau akan berpengaruh terhadap kualitas air.
(Farida, 2008). Perubahan di sekitar Danau Ranu Pane memiliki tiga tipe
Danau Ranu Pane dan Ranu Regulo ekosistem yang terkait langsung dengan
memberikan dampak negatif berupa kegiatan manusia, yakni per-ladangan
penyempitan lahan terhadap luasan danau. yang intensif dilakukan pada areal curam
Hal ini disebabkan oleh aktivitas manusia tanpa terassering, dan terdapat tanaman
yang terkait dengan pengelolaan lahan sayuran (Roedjinandari, Baiquni, Fandeli
sekitar danau dan pemanfaatan vegetasi & Nopirin, 2016).

A B

Gambar (Figure) 2. Kondisi vegetasi sekitar Danau Ranu Pane (a) dan Danau Ranu Regulo
(b) (Vegetation condition of surrounding Pane and Regulo Lakes)

Tabel (Table) 2. Ekosistem di sekitar Danau Ranu Pane dan Ranu Regulo, TN Bromo
Tengger Semeru (Ecosystem of surrounding Pane and Regulo Lakes,
Bromo Tengger Semeru National Park)
No. Danau/ranu (Lakes) Tipe Ekosistem (Ecosystem types) Total Jenis Sumber
(Σ Species) (Resources)
1. Ranu Pane - Hutan hujan tropis pegunungan Hardiyanto &
17
(Mountainous tropical forest) Hakim (2014)
- Areal perladangan (Farming area) 8 Roedjinandari et
- Pemukiman (Settlement area) 11 al. (2016)
2. Ranu Regulo - Hutan hujan tropis pegunungan
59
(Mountainous tropical forest)
Hariyati & Hakim
- Hutan pinus (Forest pine) -
(2012)
- Hutan acacia (Forest acacia) 28
- Semak Edelweis (Anaphalis herbs) -

39
Vol. 16 No. 1, Juni 2019 : 35-50

Jenis sayuran yang terlihat di sekitar (Acacia decurens Willd). Ditemukan


danau, antara lain kubis (Brassica vegetasi endemik berupa herba edelweis
laraceae L.), kentang (Solanum (Anaphalis sp.) dan tanaman Eupatorium
tuberosum L.), bawang prei (Allium odoratum L yang mulai menginvasi.
porrum Smith & Crowther), jagung Menurut Hariyati & Hakim (2012), di
(Zeamays L.), koro benguk (Mucuna sekitar Danau Ranu Regulo terdapat
pruriens (L) DC.), ercis (Pisum sativum empat tipe ekosistem yang relatif lebih
L.), buncis (Phaseolus vulgaris L.) dan baik (Tabel 2). Indira et al. (2013)
cabe lokal (Capsicum sp). Areal mengatakan danau ini menerima sedimen
pemukiman terdapat bangunan rumah dan terlarut sebesar 465,61 ton/ha/tahun.
halaman rumah yang ditanami dengan Menurut Nugroho, Tanjung &
tanaman hias antara lain Canna sp, Hendrarto (2014), sempadan Danau Ranu
Begonia sp, dan Caladium sp. Pane memiliki potensi vegetasi 17 jenis,
Erosi dan sedimentasi di Danau namun di perbatasan danau dengan
Ranu Pane didukung oleh longsoran tanah masyarakat, terdapat empat jenis yakni
di sekitarnya berupa batuan basalt, lava acacia gunung (A. decurens Willd),
dan tuff yang mudah menggelincirkan cemara gunung (C. junghuniana Miq),
lapisan di atasnya (Purnomo & Hakim, kipres (C. sempervirens L.) dan persilon
2012). Berdasarkan hasil penelitian Indira (A. auriculiformis). Namun berdasarkan
et al. (2013), Danau Ranu Pane menerima hasil pengamatan menunjukkan kondisi
sedimen melalui aliran permukaan yang vegetasi di sekitar danau telah berkurang
terangkut sebesar 46.999,18 ton/ha/tahun karena pemanfaatan oleh masyarakat dan
serta memberikan ruang tumbuh bagi pengunjung sebagai kayu bakar.
tumbuhan air, seperti ki ambang (Salvinia
molesta) yang memiliki sistem perakaran B. Kualiatas Perairan Danau Ranu
yang lebat dengan persen penutupan Pane dan Ranu Regulo
mencapai 80%. Menurut Ernaeni, 1. Sifat Fisik
Supriadi & Rinto (2012), faktor adaptasi Hasil analisis laboratorium kualitas
terhadap lingkungan, seperti suhu, air perairan Danau Ranu Pane dan Ranu
penetrasi cahaya antara 20-60 cm, zona Regulo disajikan pada Tabel 3. Hasil
euphotik 0,542-1,626 m untuk ber- analisis menunjukkan bahwa kandungan
fotosintesa, turut menunjang partum- material tersuspensi atau zat padat terlarut
buhan tanaman ki ambang. Kondisi (TDS) pada Danau Ranu Pane sebesar
tersebut dikuatirkan akan mengancam 46,6 mg/L, dan Ranu Regulo sebesar 1,96
keberadaan dan luasan Danau Ranu Pane mg/L. Perbedaan nilai TDS pada kedua
yang saat ini mulai menciut atau mengecil. danau tersebut tergantung pada jumlah
Potensi vegetasi di hutan hujan sampah dari rumah tangga, pedagang dan
tropis pegunungan di Danau Ranu Regulo wisatawan yang terkontaminasi di dalam
yang terlihat berupa tingkat pohon yang air. Danau Ranu Pane lebih ramai
didominasi oleh Acer laurinum Hassk, dikunjungi wisatawan, dan pemukiman
Acmena acuminatissima (Blume) Merr. masyarakat lebih dekat dengan danau
L.M. Perry dan Lithocarpus sundaicus sehingga limbah cairnya langsung
(Blume) Rehder. Untuk tingkat tiang merembes ke danau. Menurut Indira et al.
terdiri dari Cyathea sp, Acer laurinium (2013), besarnya nilai TDS di Danau Ranu
Hassk dan Ficus sp; sedangkan tumbuhan Pane terkait dengan lingkungan sekitarnya
bawah didominasi oleh Poaceae, yang merupakan lahan pertanian (47%),
Eupatorium odoratum L. dan Elatostoma pemukiman (35%) serta infrastruktur
sp. Selain itu, dijumpai penebangan liar (18 %) yang memberikan pasokan air
kayu jenis cemara gunung (Casuarina larian sebesar 24.822,66 mm/tahun
junghuniana Miq) dan akasia gunung dengan tipe iklim A.

40
Konservasi Danau Ranu Pane dan Ranu Regulo (Sawitri, R & Takandjandji, M)

Tabel (Table) 3. Kualitas perairan Danau Ranu Pane dan Ranu Regulo, TNBTS (Water
quality of Pane and Regulo Lakes, Bromo Tengger Semeru National Park)
Parameter 2002*) 2008**) 2011***) 2016****)
Analisis Satuan Ranu Ranu Ranu Ranu Ranu Ranu Ranu Ranu
No.
(Analysis (Unit) Pane Regulo Pane Regulo Pane Regulo Pane Regulo
parameter)
FISIKA (Physics)
1. TDS mg/L - - - - 180 53,75 46,60 1,96
2. TSS NTU - - - - 57,50 22,50 7,50 7,80
KIMIA (Chemistry)
3. pH - 8,61 7,29 5,38 6,83 6,58 6,38 6,87 6,58
4. BOD mg/L - - - 5,27 2,55 2,16 23,70 28,00
5. COD mg/L - - - 10,56 7,16 48,60 58,30
6. DO mg/L 13,65 13,30 8,67 - 5,24 5,50 3,40 3,30
7. PO4 mg/L - - 0,25 0,25 0,75 0,39 0,68 0,43
8. NO3-N mg/L 0,01 0,01 0,12 0,05 1,13 0,53 0,04 0,07
9. Cl mg/L - - - - - - 4,90 0,05
10. SO4 mg/L - - - - - - 3,40 5,10
11. Deterjen mg/L - - - - - - 0,54 0,36
MIKROBIOLOGI (Microbiology)
12. Fecal MPN/ - - - - - - 1100 240
coliform 100 ml
13. Chlorofill-a mg/m2 - - - - - - 128 24
Sumber (Sources):
(-) = Parameter tidak diamati (Not studied)
*) = Kartono (2002)
**) = Farida (2008)
***) = Pramono (2011)
****) = Hasil Penelitian (2016)

Hasil analisis laboratorium me- Bambang & Kismartini (2016), aspek


nunjukkan bahwa nilai TSS di Danau fisik yang memengaruhi tingkat
Ranu Pane sebesar 7,50 mg/L dan Ranu pencemaran di perairan berasal dari
Regulo 7,80 mg/L (Tabel 3). Nilai ini bahan-bahan tersuspensi seperti lumpur,
termasuk rendah apabila dibandingkan pasir, bahan organik dan anorganik,
dengan hasil penelitian Pramono (2011) plankton serta organisme mikroskopik
yang menyatakan TSS di Danau Ranu lainnya.
Pane sebesar 57,50 mg/L dan Ranu
Regulo 22,50 mg/L. Rendahnya nilai TSS 2. Sifat Kimia
kemungkinan disebabkan oleh masuknya Sifat kimia Danau Ranu Pane dan
partikel tanah dari air larian ke danau, Ranu Regulo yang dianalisis adalah pH,
masih dalam ambang batas yang normal BOD, COD, DO, PO4, NO3-N, Cl, SO4,
sehingga belum berpengaruh terhadap dan deterjen. Hasil analisisnya dapat
kualitas air danau. Hal ini berarti, cahaya
dilihat pada Tabel 3.
yang masuk ke dalam badan air cukup
Hasil penelitian menunjukkan pH
baik sehingga vegetasi akuatis yang
melakukan proses fotosintesis. Sebaliknya Danau Ranu Pane sebesar 6,87 dan Ranu
kekeruhan yang tinggi seperti aktivitas Regulo sebesar 6,58. Nilai pH tersebut
rumah tangga (mandi dan mencuci), menyatakan bahwa kondisi perairan pada
dapat mengganggu proses respirasi kedua danau tersebut bersifat asam dan
organisme perairan. Hal ini karena perairan yang asam akan kurang produktif
kekeruhan berpengaruh terhadap karena dapat mengu-rangi organisme di
penurunan nilai TSS. Menurut Faisal, dalam perairan dan dapat mengganggu

41
Vol. 16 No. 1, Juni 2019 : 35-50

keseimbangan eko-sistem perairan danau. Namun apabila dibandingkan dengan hasil


Effendi (2007) mengatakan pH berkisar penelitian terdahulu (Kartono, 2002;
antara 0-14, dimana pH <7 menunjukkan Farida, 2008; Pramono, 2011) maka kadar
lingkungan yang asam; pH >7 basa dan 7 DO yang diperoleh jauh lebih rendah.
netral. Sebagian besar biota akuatik Rendahnya konsentrasi oksigen pada
menyukai nilai pH sekitar 7 – 8,5 dan pada kedua danau tersebut disebabkan adanya
pH <4 menyebabkan tumbuhan air mati dekomposisi bahan organik dari tumbuhan
karena tidak dapat bertolerensi terhadap air yang mati.
pH rendah. Kadar DO berkaitan dengan
Kondisi perairan yang asam akan kedalaman air, perairan yang sangat dalam
mengganggu keseimbangan ekosistem dapat mengurangi tumbuhan berklorofil.
perairan danau karena berdampak pada Effendi (2007) menyebutkan bahwa suatu
kehidupan biota. Menurut Miefthawati perairan yang baik harus memiliki kadar
(2014); Rukminasari., Nadiarti & DO >3 mg/L. Reed & Rose (2013)
Awaluddin, (2014), pH merupakan menyatakan, besar kecilnya kandungan
cerminan derajat keasaman yang diukur DO suatu perairan disebabkan oleh
berdasarkan jumlah ion hidrogen. Nilai organisme berklorofil, semakin besar
pH air berpengaruh terhadap tingkat kandungan DO maka kandungan CO2
kesuburan perairan karena berkaitan semakin sedikit. Nilai DO juga berkaitan
dengan kehidupan jasad renik. Selain itu, erat dengan BOD dan COD karena
keberadaan dan okupasi ki ambang (S. semakin tinggi BOD dan COD akan
molesta) juga turut menjadi penyebab mengakibatkan berkurangnya DO di
tingginya kadar karbondioksida (CO2) perairan.
sehingga air menjadi asam dan meng- Kebutuhan oksigen biologi atau
akibatkan penurunan pH. Tingginya kadar BOD adalah banyaknya oksigen yang
karbondioksida akan berdampak terhadap diperlukan oleh organisme saat
aktivitas hidup organisme dalam perairan pemecahan bahan organik pada kondisi
(Patty, Arfah & Abdul, 2015). aerobik. Hasil penelitian menunjukkan
Kadar DO di Danau Ranu Pane bahwa kadar BOD di Danau Ranu Pane
sebesar 3,40 mg/L sedangkan di Danau sebesar 23,70 mg/L dan di Danau Ranu
Ranu Regulo sebesar 3,30 mg/L. Regulo sebesar 28,00 mg/L (Tabel 3).
Berdasarkan kriteria kadar DO yang Menurut Wirosarjono (1974), nilai DO
dinyatakan oleh Lee, Wang & Kuo (1978), dan BOD untuk tingkat pencemaran
maka kadar DO pada kedua danau tersebut perairan, dapat dilihat pada Tabel 5.
termasuk tercemar sedang (Tabel 4).

Tabel (Table) 4. Kriteria Kualitas Air berdasarkan Kadar Oksigen Terlarut (Criteria of
water quality based on dissolved oxygen levels)
Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen) (mg/l) Kriteria (Criteria)
> 6,5 Tidak tercemar (No pollution)
4,5 – 6,4 Tercemar ringan (Low pollution)
2 –4,4 Tercemar sedang (Moderate pollution)
<2 Tercemar berat (High pollution)
Sumber (source): Lee, Wang & Kuo (1978)

42
Konservasi Danau Ranu Pane dan Ranu Regulo (Sawitri, R & Takandjandji, M)

Tabel (Table) 5. Nilai BOD berdasarkan Tingkat Pencemaran Perairan (The value of BOD
based on riparian pollution level)
Tingkat Pencemaran (Pollution level) Kadar BOD (BOD standard) mg/L
Rendah (Low) 0 – 10
Sedang (Moderate) 10 – 20
Tinggi (High) 25
Sumber (Source): Wirosarjono (1974)

Nilai BOD pada kedua danau pencemar berupa limbah domestik dan
tersebut menunjukan telah terjadi kegiatan rumah tangga lainnya. Limbah
pencemaran yang sangat tinggi pada domestik dari masyarakat sekitar dan
badan air, berupa banyaknya penumpukan pengunjung merupakan bahan organik
bahan organik di dalam danau dan yang secara biologis sulit terurai,
meningkatkan proses dekomposisi bahan contohnya sisa-sisa makanan, daun-daun
organik oleh organisme pengurai. yang berguguran, sisa sayuran, kotoran
Yogendra & Puttaiah (2008); manusia dan hewan. Oleh karena itu,
Retnaningsih & Widodo (2010); Rachmi, masyarakat, pengunjung dan pendaki
Nugrahalia & Karim (2016) mengatakan, gunung dimohon agar tidak membuang
BOD dipengaruhi oleh banyaknya bahan limbah domestik dan sampah langsung ke
organik yang terurai oleh bakteri aerob, badan air danau agar konsentrasi COD
dan nilai BOD yang cocok untuk biota tetap berada di bawah baku mutu yang
perairan berada pada kisaran 3,0 – 5,0 dianjurkan.
mg/L. Menurut Peraturan Pemerintah No. Fosfat (PO4) merupakan bentuk
82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan fosfor yang sangat penting bagi organisme
Kualitas Air dan Pengendalian Pen- (Pujiastuti, Ismail & Pranoto, 2013).
cemaran Air, standar baku nilai BOD Apabila kadar fosfat dalam air rendah
untuk kehidupan biota akuatik yang baik (<0,01mg/L), pertumbuhan ganggang dan
adalah kurang dari 6 mg/L. organisme lain dalam perairan akan
Kadar oksigen kimia atau COD terganggu dan kadar PO4 dalam air tinggi
digunakan untuk mengetahui pencemaran dan melebihi batas normal (<0,2 mg/L),
dalam air oleh zat organik yang secara pertumbuhan organisme tidak terbatas
alami dapat dioksidasi melalui proses sehingga dapat mengurangi jumlah
mikrobiologis, sehingga mengakibatkan oksigen terlarut. Menurut Patty et al.,
berkurangnya oksigen terlarut dalam air (2015), kadar PO4 di perairan dapat dilihat
(Pribadi, Zaman & Purnomo, 2016). COD pada Tabel 6.
adalah kebutuhan oksigen untuk Keberadaan senyawa fosfat dalam
mengoksidasi zat-zat organik secara air sangat berpengaruh terhadap
kimiawi. Hasil analisis terhadap COD keseimbangan ekosistem perairan. Hasil
pada Danau Ranu Pane sebesar 48,6 mg/L analisis kandungan PO4 di Danau Ranu
dan Danau Ranu Regulo sebesar 58,3 Pane sebesar 0,682 mg/L dan Danau Ranu
mg/L (Tabel 3). Berdasarkan PP 82 Tahun Regulo sebesar 0,431 mg/L (Tabel 3).
2001, standar baku mutu yang telah Menurut PP Nomor 82 Tahun 2001, nilai
ditentukan untuk COD sebesar 10-50 baku mutu untuk PO4 sebesar 0,2 mg/L.
mg/L. Tingginya nilai COD pada kedua Kadar PO4 pada kedua danau tersebut
danau tersebut disebabkan oleh aktivitas tergolong tinggi sehingga berbahaya bagi
masyarakat yang menjadi sumber utama kelestarian ekosistem perairan. Tingginya

43
Vol. 16 No. 1, Juni 2019 : 35-50

kadar PO4 pada Danau Ranu Pane dan perairan. Umumnya NO3-N pada lapisan
Danau Ranu Regulo disebabkan oleh permukaan berkadar rendah, karena
aliran air limbah domestik dari kegiatan penyinaran matahari yang penuh sehingga
rumah tangga (seperti bekas cucian yang metabolisme fitoplankton berlangsung
menggunakan deterjen yang mengandung cepat.
PO4), limbah pertanian berupa pupuk, dan Kadar NO3-N di Danau Ranu Pane
insektisida yang masuk ke perairan sebesar 0,040 mg/L dan di Danau Ranu
melalui proses pencucian. Selain itu, Regulo 0,07 mg/L (Tabel 3). Konsentrasi
apabila kandungan PO4 cukup tinggi akan NO3-N di Danau Ranu Pane lebih rendah
menyebabkan terjadinya eutrofikasi atau karena dipengaruhi oleh keberadaan
munculnya peningkatan kadar nutrisi yang tumbuhan air ki ambang (S. molesta) yang
berlebihan ke dalam ekosistem perairan. melimpah dan menyerap limbah
Menurut Nugroho et al., (2014), pencemaran domestik. Menurut Wibowo
kandungan PO4 yang tinggi juga berasal (2017) bahwa kadar NO3-N lebih dari 0,2
dari proses daur biogeokimia di dalam mg/L dapat menyebabkan eutrofikasi
perairan danau, tumbuhan air yang mati perairan dan kelimpahan tumbuhan air.
dan terdegradasi sehingga mengeluarkan Patty et al., (2015) mengatakan, hubungan
PO4. antara kadar NO3-N dan pertumbuhan
Nitrat (NO3-N) merupakan salah organisme dapat di lihat pada Tabel 7. Hal
satu bagian dari siklus nitrogen yang ini berarti bahwa kadar NO3-N di Danau
memiliki ion-ion anorganik bagi Ranu Pane dan Ranu Regulo belum
pertumbuhan di perairan alami yang menyebabkan terjadi eutrofikasi dan
bersifat mudah larut dan stabil (Nugroho masih dapat ditoleransi untuk per-
et al., 2014). NO3-N merupakan senyawa tumbuhan organisme.
yang paling sering ditemukan dalam

Tabel (Table) 6. Tingkat Kesuburan Perairan Berdasarkan Kadar PO4 (Fertility levels based
on phosphate standard)
Kadar PO4 (mg/L) (Phosphate standard) Tingkat Kesuburan (Fertility levels)
0 - 0,002 Kurang Subur (Infertile)
0,0021 - 0,050 Cukup Subur (Quite fertile)
0,051 - 0,100 Subur ((Fertile)
0,101 - 0,200 Sangat Subur (Very fertile)
>0,201 Sangat Subur Sekali (Most fertile)
Sumber (Source): Patty et al., (2015)

Tabel (Table) 7. Hubungan antara NO3-N dan pertumbuhan Organisme (The relationship
between Nitrate and organism growth)
Kadar NO3-N (mg/L) (Nitrate Standard) Pertumbuhan Organisme (Organism growth)
0,3 - 0,9 Cukup (Moderate)
0,9 - 3,5 Optimum (Optimal)
>3,5 Berbahaya (Dangerous)
Sumber (Source): Patty et al., (2015)

44
Konservasi Danau Ranu Pane dan Ranu Regulo (Sawitri, R & Takandjandji, M)

NO3-N berasal dari ammonium Departemen Kesehatan RI No. 416/


yang masuk ke dalam danau berupa Menkes/Per/IX adalah sebesar 250 - 600
limbah domestik dan konsentrasinya akan mg/L (Rachmi, Nugrahalia & Karim,
semakin berkurang apabila semakin jauh 2016). Cl dalam jumlah yang banyak akan
dari titik pembuangan. Namun, kesuburan menimbulkan rasa asin dan rasa asin akan
perairan danau ditunjukkan oleh rasio bertambah apabila limbah yang men-
NO3-N terhadap PO4. Hasil perhitungan cemari air semakin tinggi (Alfrida &
menunjukkan rasio NO3-N terhadap PO4 Nazir, 2016). Namun Cl dalam jumlah
di Danau Ranu Pane dan Ranu Regulo kecil, dibutuhkan untuk desinfektan. Cl
sebesar 5,86 mg/L dan 16,24 mg/L. Hal ini dalam konsentrasi yang layak, tidak
berarti bahwa nilai kesuburan Danau Ranu berbahaya bagi manusia. Kadar Cl di
Regulo lebih tinggi daripada Ranu Pane. Danau Ranu Pane dan Danau Ranu
Ini diperkirakan merupakan akumulasi Regulo adalah 4,9 mg/L dan 0,05 mg/L
dari nutrisi yang berasal dari residu (Tabel 3), sehingga dapat dikatakan layak
terlarut sebagai hasil dari dekomposisi karena berada di bawah ambang batas
serasah hutan di sekitarnya dan disamping yang telah ditentukan.
tidak adanya aliran air danau. Masyarakat dan pengunjung Danau
Selain itu, tingkat kesuburan pada Ranu Pane dan Ranu Regulo sering
perairan di danau dapat menyebabkan memanfaatkan air danau untuk mencuci,
terjadi kelimpahan tumbuhan air ki dan bekas air cucian tersebut dibuang di
ambang (S. molesta) yang mengarah pada sekitar danau. Air bekas cucian yang
okupasi dan bersifat invasif. Kelimpahan mengandung deterjen memiliki kandung-
tumbuhan tersebut didukung oleh karak- an sulfat (SO4), dan apabila air tersebut
teristik perkembangbiakan yang sangat dibuang ke lingkungan sekitar danau maka
cepat, biomassa akar yang padat dan akan memberikan dampak negatif ter-
mudah beradaptasi pada berbagai ling- hadap kualitas air danau. Kadar SO4 di
kungan perairan terutama yang terkonta- Danau Ranu Pane dan Ranu Regulo
minasi oleh air limbah buangan pertanian sebesar 3,4 mg/L dan 5,1 mg/L (Tabel 3),
dan domestik. Pernyataan tersebut sesuai masih berada di bawah batas ambang
dengan pernyataan Yuliani, Sitorus & merujuk pada PP No. 82 Tahun 2001yang
Wirawan (2013) yang mengatakan bahwa menyatakan bahwa batas maksimal kadar
perkembangbiakan S. molesta tergantung sulfat SO4 sebesar 40 mg/L.
pada luasan relung ekologi serta kondisi SO4 tidak dapat diuraikan oleh
perairan seperti kedalaman air, kandungan mikroorganisme sehingga dapat
hara air, intensitas cahaya, suhu dan pH. menyebabkan pencemaran lingkungan.
Klorida (Cl) merupakan senyawa Alfrida & Nazir (2016) mengatakan, SO4
halogen klor (Cl) yang toksisitasnya secara luas terdistribusi di dalam air, dan
tergantung pada gugus senyawanya umumnya konsentrasinya dalam jumlah
(Miefthawati, 2014). Cl juga merupakan yang sangat besar. Peningkatan kadar SO4
zat terlarut yang tidak menyerap dan dapat ditentukan dengan timbulnya bau
umumnya digunakan sebagai desinfektan dan rasa tidak enak dari air. Berdasarkan
dalam penyediaan air minum. Menurut SNI 06-2426-1991, batas kadar SO4
Effendi (2007), standar baku mutu Cl terlarut yang terdapat dalam air adalah 1-
dalam air sebesar 25-500 mg/L. Konsen- 40 mg/L.
trasi maksimal Cl dalam air yang ditetap- Konsentrasi deterjen termasuk salah
kan sebagai standar persyaratan oleh satu parameter kimia air danau yang

45
Vol. 16 No. 1, Juni 2019 : 35-50

dianalisis karena merupakan salah satu MPN per 100 ml (Tabel 3). Berdasarkan
pencemar yang secara alamiah sulit terurai Peraturan Menteri Kesehatan No 492
di dalam air. Deterjen merupakan salah Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas
satu produk yang banyak digunakan di Air Minum yang diizinkan dengan kadar
dalam kehidupan manusia, sebagai bahan fecal coliform maksimum sebesar 0 MPN
pencuci atau pembersih. Namun deterjen per 100 ml. Hal ini berarti bahwa bakteri
sangat berbahaya bagi lingkungan dan fecal coliform yang terdapat pada perairan
kesehatan (Sari et al., 2016). Deterjen kedua danau memiliki nilai yang besar
mengandung surfaktan (surface active sehingga tidak layak untuk dikonsumsi.
agent) yang berfungsi sebagai bahan Keberadaan bakteri fecal coliform di
pembasah (wetting agents) yang lingkungan akuatik menunjukkan bahwa
menyebabkan turunnya tegangan air pada kedua danau tersebut telah
permukaan air (Aji & Eddy, 2017). terkontaminasi oleh limbah dari kegiatan
Hasil analisis menyatakan bahwa antropogenik. Air yang mengandung
jumlah deterjen di Danau Ranu Pane bakteri coli akan menyebabkan penyakit
sebesar 0,541 mg/L dan di Ranu Regulo pada saluran pencernaan dan penyakit
0,360 mg/L (Tabel 3). Metode MBAS kulit (Faisal et al., 2016).
menyatakan air minum yang bisa Chlorofill-a terdapat pada semua
dikonsumsi tidak boleh melebihi dari 0,2 organisme autotrof, seperti tumbuhan,
mg/L. Hal ini berarti air pada kedua danau alga dan bakteri fotosintetik. Tabel 3
tersebut tidak bisa dikonsumsi. Tingginya menunjukkan kandungan chlorofill-a di
konsentrasi deterjen menunjukkan bahwa Danau Ranu Pane (128 mg/m3) lebih
kedua danau tersebut telah tercemar oleh tinggi dibandingkan dengan Danau Ranu
limbah domestik seperti deterjen. Air yang Regulo (24,0 mg/m3). Tingginya
tercemar limbah deterjen dapat kandungan klorofill-a disebabkan oleh
menyebabkan kematian bagi organisme adanya aktivitas fotosintesa yang berasal
yang hidup di danau. Menurut dari tumbuhan air tanaman di kedua danau
Yuniningsih, Soedaryono & Anggoro tersebut. Yuniningsih et al., (2014)
(2014), zat yang terdapat dalam limbah mengatakan bahwa tingginya kandungan
deterjen dapat memacu pertumbuhan chlorofill-a dipengaruhi oleh beberapa
eceng gondok dan gulma air. Peningkatan faktor, seperti cahaya matahari, oksigen,
jumlah tanaman tersebut akan meng- karbohidrat, nitrogen, pH dan temperatur.
akibatkan pendangkalan dan menyumbat
aliran air danau. Di sisi lain, tanaman yang IV. IMPLIKASI MANAJEMEN
menutupi permukaan air akan meng- Taman Nasional Bromo Tengger
hambat masuknya sinar matahari dan Semeru (TNBTS) adalah satu dari empat
oksigen ke air sehingga akan berdampak prioritas kawasan konservasi yang men-
pada kualitas air dan ikan-ikan menjadi jadi destinasi wisata. Dampak kunjungan
sulit untuk bertahan hidup. wisatawan ke kawasan konservasi TNBTS
harus dapat ditekan karena akan meng-
3. Sifat Mikrobiologi akibatkan penurunan kualitas air danau,
Kualitas air danau berupa sifat dan menurunnya daya tarik wisata. Di
mikrobiologi yang dianalisis adalah fecal samping itu, masyarakat yang menggarap
coliform dan chlorofill-a. Nilai fecal lahan di sekitar danau harus menggunakan
coliform di Danau Ranu Pane adalah terrasering dan menanaminya dengan
sebesar 1100 MPN per 100 ml sedangkan rumput gajah (Pennisetum purpureum)
di Danau Ranu Regulo adalah sebesar 240 untuk meng-hambat terjadinya erosi, dan

46
Konservasi Danau Ranu Pane dan Ranu Regulo (Sawitri, R & Takandjandji, M)

masuknya sedimentasi tanah serta sisa tutupan vegetasi di daerah tangkapan air,
pupuk organik dan anorganik ke dalam yaitu dari hutan hujan tropis pegunungan
badan danau. menjadi lahan garapan atau perladangan
Secara biologi, pengendalian ki dan pemukiman. Perubahan tutupan
ambang (S. molesta) di Danau Ranu Pane vegetasi disertai meningkatnya aktivitas
dapat dilakukan dengan cara membudi- manusia (pertanian, pemukiman dan
kegiatan wisata) telah berdampak pada
dayakan ikan pemakan tumbuhan air,
penurunan kualitas perairan danau. Hasil
menyebarkan kumbang jenis Cyrtobagous analisis terhadap air Danau Ranu Pane dan
salvinia Calder dan Sands yang mampu Ranu Regulo membuktikan telah terjadi
memotong bagian daun ki ambang, dan penurunan kualitas baik secara fisika,
memanfaatkan ki ambang sebagai sumber kimia, dan biologi. Bukti lain, penurunan
pakan ternak atau pupuk organik. kualitas perairan Danau Ranu Pane adalah
Pengendalian secara fisik dapat dilakukan berkembangbiaknya secara invasif
secara periodik melalui pemungutan tumbuhan air ki ambang (Salvinia molesta
manual dan pemasangan jaring atau net. Mitchell) yang mampu menutupi badan
Namun pengendalian dengan cara danau sekitar 80%. Upaya konservasi
pemungutan manual kurang efektif karena terhadap kondisi kedua danau dapat
masih menyisakan bagian akarnya dilakukan dengan cara melakukan
pengayaan ekosistem alami hutan hujan
(Gambar 3).
tropis pegunungan di sekitar Danau Ranu
Pane dan Ranu Regulo, sistem pertanian
V. KESIMPULAN DAN SARAN dengan metode terrasering, dan
A. Kesimpulan penggunaan pupuk yang tidak berlebihan,
Ekosistem Danau Ranu Pane dan serta pengendalian tumbuhan invasif di
Ranu Regulo telah mengalami perubahan dalam danau.

Gambar (Figure) 3. Pembersihan Danau Ranu Pane (The cleaning of Ranu Pane Lakes)

B. Saran

47
Vol. 16 No. 1, Juni 2019 : 35-50

Taman Nasional Bromo Tengger tangga (grey water) pada salah satu
Semeru (TNBTS) sebagai pengelola perlu perumahan menengah ke atas yang
melakukan mitigasi untuk mengendalikan berada di Tangerang Selatan. Ecolab,
pencemaran dan pengendalian ki ambang 10(2), 47–102.
(S. molesta) di dalam Danau Ranu Pane Artaka, T & Sulistyowati, T. (2017).
dan Ranu Regulo dengan menggunakan Pengendalian Jenis Asing Invasif
pemasangan net pada badan danau. Bagi Ranu Darungan. Karakteristik Air
masyarakat, pedagang dan wisatawan atau Limbah Rumah Tangga (Grey Water)
pengunjung yang memanfaatkan Danau pada Salah Satu Perumahan
Ranu Pane dan Ranu Regulo diharapkan Menengah ke atas yang berada di
dapat meningkatkan kesadaran untuk Tangerang Selatan. (hal. 47–102).
menjaga kebersihan danau dan tidak Balai Besar Taman Nasional Bromo
membuang sampah ke dalam danau. Pihak Tengger Semeru. (2014). Rencana
pengelola diharapkan melakukan Pengelolaan Taman Nasional Bromo
sosialisasi, pemasangan peringatan dan Tengger Semeru 2015-2021,
penegakan hukum secara berkala untuk Kabupaten Malang, Pasuruan,
memaksimalkan upaya konservasi dan Probolinggo dan Lumajang Propinsi
mengurangi penurunan kualitas air danau.
Jawa Timur.
Pihak pengelola bersama stakeholder
lainnya perlu melakukan pengawasan, Balai Besar Taman Nasional Bromo
pemantauan, dan evaluasi kualitas air Tengger Semeru. (2015). Buku
danau secara rutin selama setahun sekali. Informasi, Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru.
Effendi, H. (2007). Telaah Kualitas Air.
UCAPAN TERIMA KASIH Yogyakarta. PT. Kanisius.
Ucapan terima kasih disampaikan
kepada Balai Besar Taman Nasional Ernaeni, Y., Supriadi, A & Rinto. (2012).
Bromo Tengger Semeru (TNBTS) yang Pengaruh jenis pelarut terhadap
telah memberikan kesempatan untuk klorofil dan senyawa fitokimia daun
pengambilan data dan sampel. Penulis ki ambang (Salvinia molesta
juga mengucapkan terima kasih kepada Mitchell) dari perairan rawa. Journal
Seameo Biotrop Services Laboratory yang of Fistech, 1(1).
telah membantu menganalisis kualitas air Faisal, R., Bambang, A.N & Kismartini.
secara fisik, kimia dan mikrobilogi. (2016). Tingkat pencemaran
Penelitian ini didukung dan dibiayai lingkungan perairan ditinjau dari
sepenuhnya oleh Kementerian aspek fisika, kimia dan logam di
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Badan perairan Kartini Jepara. Indonesian
Penelitian Pengembangan dan Inovasi, Journal of Conservation, 4(1), 52–60.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Farida, W. (2008). Hubungan kualitas air
Hutan, DIPA Tahun 2016. dengan indeks keragaman dan
kelimpahan zooplankton danau Ranu
DAFTAR PUSTAKA Pani dan danau Ranu Regulo,
Kabupaten Lumajang (Skripsi
Aji, W.W & Eddy, S.S. (2017). Penurunan Sarjana). Universitas
COD dan deterjen pada saluran Muhammadiyah Malang.
Kalidami Kota Surabaya sebagai Fitri, I. (2015). Kajian Karakteristik Fisis,
oksidator H2O2 dan KMnO4. Jurnal Kemis, dan Biologis Ranu Kumbolo,
Teknik ITS, ISSN: 2337-3539 (2301- Taman Nasional Bromo Tengger.
9271 Print), 6(2), 445–450.
Hardiyanto, S. & Hakim, L. (2014).
Alfrida, E.S & Nazir, E. (2016). Pengetahuan masyarakat desa Ranu
Karakteristik air limbah rumah

48
Konservasi Danau Ranu Pane dan Ranu Regulo (Sawitri, R & Takandjandji, M)

Pani terhadap pohon di hutan tropis Patty, I.S., Arfah, H & Abdul, M.S (2015).
pegunungan tengger-Ranu Pani. Zat Hara (Fosfat, Nitrat), Oksigen
Biotropika, 2(1), 1–7. Terlarut dan pH Kaitannya dengan
Hariyati, J. & Hakim, L. (2012). Kesuburan di Perairan Jikumerasa,
Vegetation deversity quality in Pulau Buru. Jurnal Pesisir Dan Laut
mountainous forest of Ranu Regulo Tropis, 1(1), 43–50.
Lake Area, Bromo Tengger Semeru Peraturan Pemerintah Nomor 82 (2001).
National Park, East Java. Pengelolaan Kualitas Air dan
Jtrop.Life.Science, 2(1), 21–24. Pengendalian Pencemaran Air.
Indira, A.R., Sari, D.P., Maghfiroh, R & Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Aulia, A. (2013). Laporan resmi: Indonesia (2010). Persyaratan
Praktek Konservasi Sumberdaya Kualitas Air Minum (Permen Nomor
Hutan Resort Ranu Pane, Seksi 492/Menkes/Per/IV/2010).
Pengelolaan Taman Nasional III, Pramono, Y. (2011). Studi kelimpahan dan
Taman Nasional Bromo Tengger keanekaragaman fitoplankton
Semeru. Bagian Konservasi perairan Ranu Pani dan Ranu Regulo,
Sumberdaya Hutan. Fakultas Taman Nasional Bromo Tengger
Kehutanan, Universitas Gadjah Semeru (Skripsi Sarjana).
Mada. Yogyakarta. Universitas Islam Negeri Maulana
Kartono, N. (2002). Studi perbandingan Malik Ibrahim, Malang.
struktur komunitas zooplankton di Pribadi, R.N., Zaman, B & Purnomo.
Ranu Pani dan Ranu Regulo, Taman (2016). Pengaruh luas penutupan ki
Nasional Bromo Tengger Semeru ambang (Salvinia molesta) terhadap
(Skripsi Sarjana). Universitas penurunan COD, Amonia, Nitrit dan
Brawijaya. Malang. Nitrat pada limbah cair domestik
Kenedie, J. (2016). Potensi dan (grey water) dengan sistem kontinyu.
Permasalahan Pengelolaan Wisata Teknik Lingkungan, 5(5), 1–10.
Taman Nasional Bromo Tengger Pujiastuti P., Ismail, B & Pranoto. (2013).
Semeru. Malang. Kualitas dan Beban Pencemaran
Lee CD, Wang SB dan Kuo CL. 1978. Perairan Waduk Gajah Mungkur.
Benthic Macroinvertebrate and Fish Jurnal Ekosains, 5(1), 59–75.
as Biological Indicators of Water Purnomo, S.S. & Hakim, L. (2012).
Quality, With Reference of Analisis potensi longsoran pada
Community Diversity Index. daerah Ranu Pani mengguakkan
Bangkok. International Conference metode geolistik resistivitas,
on Water Pollution Control in Kecamatan Senduro, Kabupaten
Development Countries. Lumajang. Neutrino, 4(1), 79–84.
Miefthawati, P.N. (2014). Analisa Rachmi, E., Nugrahalia, M & Karim, A.
Penentuan Kualitas Air Tasik Bera di (2016). Pemeriksaan kualitas air
Pahang Malaysia Berdasarkan sungai Sei Kera Medan dengan
Pengukuran Parameter Fisika-Kimia. metode spektrophotometri. BioLink,
Sains, Teknologi Dan Industri, 12(1), Jurnal Biologi Lingkungan, Industri,
32–40. Retrieved from ISSN: 1693- Kesehatan, 3(1), 44–55.
2390 print/ISSN 2407-0939 Reed, J.S & Rose, K. (2013). Physical
Nugroho, A.S., Tanjung, S.D & responses of small temperate lakes to
Hendrarto, B. (2014). Distribusi serta variation in dissolved organic carbon
kandungan nitrat dan fosfat di concetrations. Limnology and
perairan Danau Rawa Pening. Oceanography, 50(3), 921–931.
Bioma, 3(1), 27–41.

49
Vol. 16 No. 1, Juni 2019 : 35-50

Retnaningsih, T.S & Widodo, A.S.S. Widyastuti, E., Sukanto & Setyaningrum,
(2010). Status Trofik Danau N. (2015). Pengaruh limbah organik
Rawapening dan Solusi terhadap status tropik, ratio N/P serta
Pengelolaannya. Jurnal Sains & kelimpahan fitiplankton di Waduk
Matematika (JSM), ISSN 0854- Panglima Besar Soedirman
0675, 18(4), 158–169. Kabupaten Banjarnegara. Biosfera,
Roedjinandari, N., Balquni, M., Fandely, 32(1), 30–41.
C & Nopirin. (2016). Tourist Wirosarjono, S. (1974). Masalah-masalah
perception and preference to the yang dihadapi dalam penyusunan
tourism attractions ini Ranu Pani kriteria kualitas air guna berbagai
Villages Bromo Tengger Semeru peruntukan. PPMKL-DKI Jaya,
National Park. IOSR Journal of Seminar Pengelolaan Sumber Daya
Humanities and Social Science Air, eds. Lembaga Ekologi UNPAD.
(IOSR-JHSS), 21(2), 39–45. Bandung, 27 - 29 Maret 1974, hal 9 -
Rukminasari, N., Nadiarti & Awaluddin, 15
K. (2014). Pengaruh Derajat Yogendra, K. & Puttaiah, E. (2008).
Keasaman (Ph) Air Laut terhadap Determination of Water Quality
Konsentrasi Kalsium dan Laju Index an Suitability of an Urban
Pertumbuhan Halimeda Sp. Torani. Waterbody in Shimoga Town
Ilmu Kelautan dan Perikanan, 24(1), Karnataka. The 12th World lake.
28–34. Retrieved from ISSN:0853- Conference, 342–346.
4489 Yuliani, DS., Sitorus, S & Wirawan, T.
Sari, D.A., Haeruddin & Rudiyanti, S. (2013). Analisis kemampuan ki
(2016). Analisis bebas pencemaran ambang (Salvinia molesta)
deterjen dan indeks kualitas air di untukmenurunkan konsentrasi ion
sungai banjir kanal Barat, Semarang logam Cu (11) pada media tumbuh
dan hubungannya dengan air. Jurnal Kimia Mulawarman,
kelimpahan fitoplankton. 10(2), 68–73.
Diponegoro Journal of Maquares, Yuniningsih, H.D., Soedaryono, P &
5(4), 353–362. Anggoro. (2014). Hubungan bahan
Wibowo, M. (2017). Kajian kualitas air organik dengan produktivitas
dan sedimen dasar sungai Kutai perairan pada kawasan tutupan eceng
Lama-Kabupaten Kutai Kartanegara gondok,perairan terbuka dan
sebagai pertimbangan awal rencana keramba jaring apung di Rawa
pengerukan. Jurnal Presipitasi, Pening Kabupaten Semarang, Jawa
P.ISSN 1907-187X. E.ISSN 2550- Tengah. Diakses dari: http://ejournal-
0023, 14(1), 24–29. Sl.undip.ac.id/index.php/maquares,
3(1), 37–43.

50

You might also like