Stuktur Dan Mekanisme Pernafasan Serta Pengaplikasian Hukum Fisika Pada Paru

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

Stuktur dan Mekanisme Pernafasan serta Pengaplikasian Hukum Fisika pada Paru

Billy Alexander Setiawan

102019024

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara, No 6, Jakarta 11510.

Billy.102019024@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Sistem pernapasan (atau sistem ventilasi) adalah sistem biologis yang terdiri dari organ-organ
tertentu dan struktur yang digunakan untuk proses respirasi pada suatu organisme. Sistem
pernapasan terlibat dalam intake dan pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara
organisme dan lingkungan. Fungsi utama dari sistem pernapasan adalah pertukaran gas antara
lingkungan eksternal dan sistem peredaran darah suatu organisme. Pertukaran ini
memfasilitasi oksigenasi dari darah sekaligus pengeluaran karbon dioksida dan limbah
metabolik gas lainnya dari dalam tubuh kita. Sebagai pertukaran gas terjadi, keseimbangan
asam-basa tubuh dipertahankan sebagai bagian dari homeostasis.Molekul oksigen dan karbon
dioksida secara pasif dipertukarkan, dengan difusi, antara lingkungan eksternal dan gas darah.
Proses pertukaran ini terjadi di kantung-kantung udara alveoli di paru-paru. Anatomi sistem
pernapasan meliputi trakea, bronkus, bronkiolus, paru-paru, dan diafragma

Kata kunci : Sistem Pernapasan, Pertukaran Gas, Struktur Paru

Abstract

The respiratory system (or ventilatory system) is a biological system consisting of specific
organs and structures used for the process of respiration in an organism. The respiratory
system is involved in the intake and exchange of oxygen and carbon dioxide between an
organism and the environment. The major function of the respiratory system is gas exchange
between the external environment and an organism's circulatory system. This exchange
facilitates oxygenation of the blood with a concomitant removal of carbon dioxide and other
gaseous metabolic wastes from the circulation. As gas exchange occurs, the acid-base

1
balance of the body is maintained as part of homeostasis. The passage of air into the lungs to
supply the body with oxygen is known as inhalation, and the passage of air out of the lungs to
expel carbon dioxide is known as exhalation; this process is collectively called breathing or
ventilation. The anatomical features of the respiratory system include trachea, bronchi,
bronchioles, lungs, and diaphragm. Molecules of oxygen and carbon dioxide are passively
exchanged, by diffusion, between the gaseous external environment and the blood. This
exchange process occurs in the alveoli air sacs in the lungs

Keywords: Respiratory System, Gas Exchange, Pulmonary Structure

Pendahuluan

Sistem pernafasan sangat penting untuk memastikan manusia dapat terus hidup,
dengan menghisap oksigen dari udara luar. Pengertian respirasi adalah suatu proses yang
dimulai dari pengambilan oksigen, dan pengeluaran karbon dioksida ke lingkungan. Dalam
sistem respirasi ini, terdpaat bagian yang terlibat untuk memastikan manusia dapat bernafas
dengan efisien dan lancar. Sistem pernafasan bermula dari hidung, sehingga paru-paru. Ia
dapat dibagikan kepada dua bagian yaitu bagian konduksi dan respirasi. Bagian konduksi
berperan untuk menyalurkan udara dan gas sedangkan bagian respirasi merupakan bagian
paru yang berhubungan dengan proses pertukaran gas. Terdapat juga otot-otot yang berperan
dalam proses respirasi sama ada yang murni mahupun tambahan.1Dan juga sebagian besar
dari jutaan sel tubuh kita letaknya terlalu jauh dari tempat terjadinya pertukaran gas, maka
udara pertama-tama harus bertukaran dengan darah, darah harus bersirkulasi, dan akhirnya
darah dal sel-sel harus melakukan pertukaran gas peristiwa ini membutuhkan fungsi dari dua
sistem, yaitu sistem pernapasan dan sistem sirkulasi. Semua bagian dari sistem pernapasan
(kecuali sakus mikroskopis yang disebut alveoli) berfungsi sebagai pendistribusi sudara.
Hanya alveoli dan saluran kecil yang terbuka ke dalam alveoli berfungsi sebagai penukar
gas.2

Struktur Makroskopis dan Mikroskopis Paru

1. Trakea
Merupakan tuba dengan panjang 10 sampai 12 cm dan berdiameter 2,5 cm serta
terletak diatas permukaan anterior esophagus. Tuba ini merentang dari laring pada
area vertebra serviks keenam sampai area vertebra kelima tempatnya membelah

2
menjadi dua bronkus utama. Trakea dilapisi epitelium respiratorik (kolumnar
bertingkat dan bersilia) yang mengandung banyak sel goblet. Silia tersebut bergerak
menuju ke atas ke arah laring, maka dengan gerakan ini debu dan butir-butir halus
lainnya yang turut masuk bersama dengan pernapasan dapat dikeluarkan. Trakea
tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang
rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibroelastis dan retikulin (ligamentum
anulare) yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trakea untuk mencega agar
lumen trakea jangan meregang berlebihan. Bagian trakea yang mengandung tulang
rawan disebut pars kartilagenia, sedangkan bagian trakea yang mengandung otot
disebut pars membranasea. Sel epitel trakea terdiri atas lima jenis sel yaitu:
 Sel goblet
Mensintesa dan mensekresi lender. Memiliki apparatus golgi dan
reticulum endoplasma kasar di basal sel. Mengandung tetesan mucus yang
kaya akan polisakarida.
 Sel silindris bersilia
Merupakan sel terbanyak yang terdapat pada trakea. Setiap selnya
terdiri dari 300 silia di apikalnya. Terdapat juga banyak mitokondria kecil
yang menyediakan ATP untuk pergerakan sel.
 Sel sikat
lebih sedikit dari sel-sel bersilia dan sel goblet, adalah sel kolumnar
langsing dengan tepian lumen bermikrovili sepanjang 2 µm. Filament aktin di
pusat mikrovili terjulur ke bawah, memasuki sedikit sitoplasma apikal. Tidak
ada granul sekresi namun agregat glikogen kecil-kecil tertsebar di dalam
sitoplasma. Fungsi sel sikat dan hubungannya terhadap jenis sel lain dari epitel
belum diketahui. Mereka dikatakan sebagai sel goblet kosong atau tahap
perantara dalam perkembangan sel basal untuk menggantikan sel bersilia.
Adanya ujung saraf intraepitel yang berhubungan dengannya menjadi dasar
spekulasi bahwa mereka dapat berfungsi sebagai reseptor sensoris, namun
tidak ada dukungan secara fisiologik.
 Sel basal
Berupa pyramidal kecil terselip di antara dasar sel-sel kolumnar. Letak
intinya yang di bawah letak inti sel-sel kolumnar member epitel ini tampilan
khas bertingkat. Sel-sel basal memiliki sedikit organel dan dipandang sebagai

3
cadangan sel induk yang sanggup berkembang dan menggantikan sel-sel
bersilia dan sel goblet yang rusak
 Sel sekretorik bergranular
Sifat granula mengandung katekolamin yang akan mengatur aktivitas
sel goblet dan gerakan silia. Tergolong sel APUD (amine precursor uptake
decarboxylation). Fungsinya mengatur sekresi mukosa dan serosa.3
2. Bronkus dan bronkiolus
Cabang bronchus kanan lebih pendek, lebih lebar, dan cenderung lebih vertical
daripada yang cabang kiri. Hal tersebut menyebabkan benda asing lebih mudah masuk
ke dalam cabang sebelah kanan daripada cabang bronchus sebelah kiri. Segmen dan
subsegmen bronchus bercabang lagi dan berbentuk seperti ranting masuk ke setiap
paru-paru. Bronkhus disusun oleh jaringan kartilago sedangkan bronkhiolus, yang
berakhir di alveoli, tidak mengandung kartilago. Dengan tidak adanya kartilago maka
bronkhiolus mampu untuk menangkap udara, namun juga dapat mengalami kolaps.
Saluran pernapasan mulai dari trachea sampai bronchus terminalis tidak mengalami
proses pertukaran gas dan merupakan area yang dinamakan Anatomical Dead Space.
Banyaknya udara yang berada dalam area tersebut sebesar 150 ml. Awal dari proses
pertukaran gas terjadi di bronkhiolus respiratorius.
3. Alveoli
Merupakan kantong udara yang berukuran sangat kecil dan merupakan akhir
dari bronkhiolus respiratorius sehingga memungkin pertukaran O2 dan CO2 diantara
kapiler pulmoner dan alveoli. Agar tidak kolaps, alveoli dilengkapi dengan porus atau
lubang kecil yang terletak antar alveoli (‘Kohn pores’) yang berfungsi untuk
mencegah alveoli kolaps.4
4. Pleura
Merupakan membrane serosa yang menyelimuti paru-paru. Pleura ada dua
macam yaitu pleura parietal yang bersinggungan dengan rongga dada (lapisan luar
paru-paru) dan pleura visceral yang menutupi setiap paru-paru (lapisan dalam paru-
paru). Diantara kedua pleura terdapat cairan pleura seperti selaput tipis yang
memungkinkan kedua permukaan tersebut bergesekan satu sama lain selama respirasi
dan mencegah pelekatan dada dengan paru-paru. Tekanan dalam rongga pleura lebih
rendah daripada tekanann atmosfer sehingga mencegah kolaps paru-paru. Masuknya

4
udara ataupun cairan kedalam rongga pleura akan menyebabkan paru-paru tertekan
dan kolaps. Apabila terserang penyakit, pleura akan mengalami peradangan.

Mekanisme Respirasi

Fungsi utama sistem pernapasan adalah untuk mengambil oksigen (O2) dari atmosfer
ke dalam sel-sel tubuh dan untuk mentranspor karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan sel-sel
tubuh kembali ke atmosfer. Sistem pernapasan berkaitan dengan penyediaan oksigen untuk
kelangsungan proses metabolisme sel-sel tubuh dan mengeluarkan karbon dioksida hasil
metabolisme secara terus-menerus.5
Sistem respirasi mencakup dua proses yaitu respirasi dalam (internal respiration/
celluler respiration) dan respirasi luar (external respiration). Respirasi dalam meliputi proses
metabolisme intrasel yang terjadi di mitokondria termasuk konsumsi oksigen dan produksi
karbon dioksida selama pengambilan energi dari molekul nutrient. Sementara respirasi luar
meliputi seluruh urutan langkah kejadian antara sel tubuh dengan lingkungan luar.5
Udara cenderung mengalir dari daerah dengan tekanan tinggi ke daerah dengan
tekanan rendah, yaitu menuruni gradien tekanan. Mekanisme pernapasan terbagi menjadi dua
yaitu:5
1. Inspirasi
Permulaan respirasi dimulai dengan kontraksi otot-otot inspirasi. Sebelum inspirasi
dimulai, otot-otot pernapasan berada dalam keadaan lemas, tidak ada udara yang
mengalir, dan tekanan intra-alveolus setara dengan tekanan atmosfer. Otot inspirasi
utama yang berkontraksi untuk melakukan inspirasi tenang adalah diafragma dan
muskulus interkostal eksternal. Otot-otot ini dirangsang untuk berkontraksi sehingga
rongga thorax membesar. Otot inspirasi utama adalah diafragma, suatu lembaran otot
rangka yang membentuk lantai rongga thorax dan disarafi oleh N. Phrenicus. Diafragma
dalam keadaan istirahat berbentuk kubah yang menonjol ke atas ke dalam rongga thorax
dengan luas permukaan kurang lebih 250cm2. Ketika berkontraksi, diafragma akan turun
atau mendatar dan memperbesar volume rongga thorax dengan meningkatkan ukuran
vertikal (atas ke bawah). Dinding abdomen, jika melemas, menonjol keluar sewaktu
inspirasi karena diafragma yang turun menekan isi abdomen ke bawah dan ke depan.
Tujuh puluh lima persen pembesaran rongga thorax sewaktu bernapas tenang dilakukan
oleh kontraksi diafragma.

5
Dua set muskulus interkostal terletak antara iga-iga (inter artinya ‘di antara’;
kosta artinya ‘iga’). Muskulus interkostal eksternus terletak di atas muskulus interkostal
internus. Kontraksi muskulus interkostal eksternus, yang serat-seratnya berjalan ke
bawah dan depan antara dua iga yang berdekatan, memperbesar rongga thorax dalam
dimensi lateral (sisi ke sisi) dan anteroposterior ( depan ke belakang). Ketika
berkontraksi, otot interkostal eksternus mengangkat iga dan selanjutnya sternum akan
bergerak ke anterior atas. Saraf interkostal mengaktifkan otot-otot interkostal ini.
Pada inspirasi kuat atau dalam, dapat dilakukan dengan mengontraksikan
diafragma dan muskulus interkostal eksternus secara lebih kuat dan dengan
mengaktifkan otot-otot inspirasi tambahan (aksesorius) untuk semakin memperbesar
rongga thorax. Beberapa otot inspirasi tambahan antara lain adalah muskulus
sternocleidomastoideus dan muskulus pectoralis mayor. Kontraksi otot-otot tambahan
ini, yang terletak di leher, mengangkat sternum dan dua iga pertama, memperbesar
bagian atas rongga thorax. Dengan semakin membesarnya volume rongga thorax
dibandingkan dengan keadaan istirahat maka paru juga semakin mengembang,
menyebabkan tekanan intra-alveolus semakin turun. Akibatnya, terjadi peningkatan
aliran masuk udara sebelum tercapai keseimbangan dengan tekanan atmosfer; yaitu,
tercapai pernapasan yang lebih dalam.

2. Ekspirasi
Permulaan ekspirasi adalah relaksasi otot inspirasi. Pada akhir inspirasi, otot inspirasi
melemas, diafragma mengambil posisi aslinya yang seperti kubah ketika melemas.
Jaringan paru yang semula teregang akan mengalami daya recoil ke kedudukan semula
sesudah teregang karena sifat-sifat elastiknya. Sewaktu paru kembali mengecil, tekanan
intra-alveolus meningkat, karena jumlah molekul udara yang lebih banyak yang semula
terkandung di dalam volume paru yang besar pada akhir inspirasi kini termampatkan ke
dalam volume yang lebih kecil. Udara kini meninggalkan paru menuruni gradien
tekanannya dari tekanan intra-alveolus yang lebih tinggi ke tekanan atmosfer yang lebih
rendah. Aliran keluar udara berhenti ketika tekanan intra-alveolus menjadi sama dengan
tekanan atmosfer dan gradien tekanan tidak ada lagi.
Selama pernapasan tenang, ekspirasi normalnya merupakan suatu proses pasif,
karena dicapai oleh daya recoil paru ketika otot-otot inspirasi melemas, tanpa
memerlukan kontraksi otot atau pengeluaran energi. Sebaliknya, inspirasi selalu aktif

6
karena ditimbulkan hanya oleh kontraksi otot inspirasi dengan menggunakan energi.
Ekspirasi dapat menjadi aktif untuk mengosongkan paru secara lebih tuntas dan lebih
cepat daripada yang dicapai selama pernapasan tenang, misalnya sewaktu pernapasan
dalam ketika olahraga. Tekanan intra-alveolus harus lebih ditingkatkan di atas tekanan
atmosfer daripada yang dicapai oleh relaksasi biasa otot inspirasi dan recoil elastik paru.
Untuk menghasilkan ekspirasi paksa atau aktif tersebut, otot-otot ekspirasi harus lebih
berkontraksi untuk mengurangi volume rongga thorax dan paru.
Otot ekspirasi yang paling penting adalah otot dinding abdomen. Sewaktu otot
abdomen berkontraksi terjadi peningkatan tekanan intra-abdomen yang menimbulkan
gaya ke atas pada diafragma, mendorongnya semakin ke atas ke dalam rongga thorax
daripada posisi lemasnya sehingga ukuran vertikal rongga thorax menjadi semakin kecil.
Otot ekspirasi lain adalah muskulus interkostal internus, yang kontraksinya menarik iga
turun dan masuk, mendatarkan dinding dada dan semakin mengurangi ukuran rongga
thorax; tindakan ini berlawanan dengan muskulus interkostal eksternus.
Sewaktu kontraksi aktif otot ekspirasi semakin mengurangi volume rongga
thorax, volume paru juga menjadi semakin berkurang karena paru tidak harus teregang
lebih banyak untuk mengisi rongga thorax yang lebih kecil; yaitu, paru dibolehkan
mengempis ke volume yang lebih kecil. Tekanan intra-alveolus lebih meningkat sewaktu
udara di paru tertampung di dalam volume yang lebih kecil. Perbedaan antara tekanan
intra-alveolus dan atmosfer kini menjadi lebih besar daripada ketika ekspirasi pasif
sehingga lebih banyak udara keluar menuruni gradien tekanan sebelum tercapai
keseimbangan. Dengan cara ini, selama ekspirasi paksa aktif pengosongan paru menjadi
lebih tuntas dibandingkan ketika ekspirasi tenang pasif.5
Terdapat tiga tekanan penting dalam proses ventilasi yaitu sebagai berikut:

a. Tekanan Atmosfer (barometric), adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di
atmosfer pada benda di permukaan bumi. Pada ketinggian permukaan laut tekanan ini
sama dengan 760mmHg, tekanan atmosfer berkurang seiring dengan penambahan
ketinggian diatas permukaan laut karena lapisan-lapisan udara ddiatas permukaan
bumi juga semakin tipis.6
b. Tekanan intra-alveolus, yang dikenal juga sebagai tekanan intraparu adalah tekanan
didalam alveolus.karena alveolus berhubungan dengan atmosfer melalui saluran napas
penghantar, udara cepat mengalir menuruni gradient tekanannya setiap tekanan intra-

7
alveolus berbeda dari tekanan atmosfer sampai kedua tekanan seimbang
(ekuilibrium).6
c. Tekanan intrapleura, adalah tekanan didalam kantung pleura, tekanan ini yang juga
dikenal sebagai tekanan intrathoraks adalah tekanan yang ditimbulkan diluar paru
didalam rongga thoraks.Tekanan intrapleura biasanya lebih rendah daripada tekanan
atmosfer.3Tekanan intrapleura tidak menyeimbangkan diri dengan tekanan atmosfer
atau intra-alveolus karena tidak ada komunikasi langsung antara rongga pleura dan
atmosfer/paru, karena kantung pleura adalah suatu kantung tertutup tanpa lubang,
maka udara tidak dapat masuk atau keluar meskipun mungkin terdapat gradient
tekanan antara kantung pleura dan daerah sekitar.6 Bila tekanan subatmosferik rongga
pleura hilang tekanan transmural pada dinding dada dan jaringan paru hilang
akibatnya dinding dada dan jaringan paru terpisah, hal ini menyebabkan paru kolaps
dan dinding dada lebih mengembang (Barrel Chest).6

Transpor Oksigen dan Karbondioksida


a. Transport oksigen dalam darah
System pengangkutan O2 dalam tubuh terdiri atas paru-paru dan system
kardiovaskuler. Pengangkutan O2 ke jaringan tertentu tergantung pada Jumlah oksigen
yang masuk dalam paru-paru, pertukaran gas yang cukup dalam paru-paru, aliran
darah ke jaringan dan kapasitas pengangkutan O2 oleh darah. Ikatan O2 pada hb yaitu
pada histidin. Dissosiasi oksi Hb merupakan peristiwa pelepasan O 2 dari Hb. Ada
beberapa factor yang mempengaruhi peningkatan dissosiasi oksi Hb anatra lain
Penurunan Tekanan O2, pH yang menurun (Kondisi asam membuat O2 akan
dikeluarkan dari Hb), peningkatan suhu, tekanan CO2 yang tinggi (Pengaruh PCO2
terhadap dissosiasi oksi Hb disebut Efek Bohr) dan Peningkatan 2.3 BPG.
Peningkatan 2.3 BPG juga membuat afinitas Hb terhadap O2 berkurang. Hb mengikat
O2 di kapiler dan dilepaskan di jaringan.Setelah sampai dalam jaringan, gas O2
dipergunakan untuk respirasi sel, yaitu untuk mengoksidasi zat makanan (glukosa)
sehingga dapat dihasilkan energi, gas CO2, dan uap air.7

b. Transpor Karbondioksida dalam darah


Pengangkutan CO2 terdiri dari beberapa bentuk yaitu: CO2 yang larut dalam
plasma, dalam bentuk H2CO3, ikatan Karbamino dan ion bikarbonat dalam plasma.
Secara keseluruhan hanya pengangkutan Ion Bikarbonat yang terbesar dalam plasma

8
dibandingkan dengan beberapa jenis pengangkutan CO2 lainnya. Dalam transport ini
ada istilah efek Haldane. Efek Haldane merupakan bentuk pengikatan O2 dngan
hemoglobin yang akan membuat CO2 dilepaskan.7 Mekanisme bentuk pengangkutan
ion bikarbonat dalam plasma adalah sebagai berikut:

Darah akan masuk ke dalam kapiler paru-paru yang mengangkut sebagian besar
karbon dioksida. Karbondioksida yang berdifusi ke dalam sel darah merah dapat
dengan cepat mengalami hidrasi menjadi H2CO3 yang disebabkan adanya aktivitas
H++HCO3H2CO3
ensim anhidrase karbonat (C.A) Selanjutnya H2CO3 berdisosiasi menjadi H+ dan
HCO3-. sebagai ion bikarbonat (HCO3–) dan H2CO3 yang keluar dari eritrosit akan
masuk ke plasma dan digantikan dengan Cl(Cloride shift)dengan persamaan reaksi
seperti berikut.7

Sisa karbon dioksida berdifusi keluar dari dalam darah dan melakukan reaksi
sebagai berikut.
H2CO3O2+CO2

Enzim karbonat anhidrase yang terdapat dalam sel-sel darah merah dapat
mempercepat reaksi. Ketika reaksi berlangsung, hemoglobin melepaskan ion - ion
hidrogen yang telah diangkut; HHb menjadi Hb. Hb merupakan singkatan dari
haemoglobin, yaitu jenis protein dalam sel darah merah. Selanjutnya, hemoglobin
mengikat oksigen dan menjadi oksihemoglobin (HbO2).7

Tidak semua CO2 yang diangkut darah melalui paru-paru dibebaskan ke udara bebas.
Darah yang melewati paru-paru hanya membebaskan 10% CO 2. Sisanya sebesar 90% tetap
bertahan di dalam darah dalam bentuk ion-ion bikarbonat. Ion-ion bikarbonat dalam darah ini
sebagai buffer atau penyangga karena mempunyai peran penting dalam menjaga stabilitas pH
darah. Apabila terjadi gangguan pengangkutan CO2 dalam darah, kadar asam karbonat
(H2CO3) akan meningkat sehingga akan menyebabkan turunnya kadar alkali darah yang
berperan sebagai larutan buffer. Hal ini akan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologis
yang disebut asidosis.7

Pada sistem pernapasan, ion-ion hidrogen yang merupakan hasil sampingan dari
proses pengikatan oksigen dengan oksigen serta hasil penguraian dari H2CO3, akan
menimbulkan kerja langsung pada pusat pernapasan di otak. Keadaan asidosis (terjadi

9
penurunan pH) meningkatkan ventilasi alveolar sampai 50%-70% dari tingkat normal.
Respons terjadi dengan cepat dalam 1-2 menit, selama masa di mana paru-paru mengeluarkan
atau menahan karbon dioksida dalam hubungan langsung pada pH arteri. Meskipun sistem
pernapasan tidak dapat memperbaiki ketidakseimbangan dengan sempurna, namun cukup
efektif.8

Pengaplikasian Hukum Fisika

1. Hukum Dalton
Hukum ini menyatakan bahwa:
’Tekanan parsial suatu komponen dalam campuran gas adalah tekanan dari komponen
itu seaindainyasendirian mengisi seluruh volume gas yang tersedia”.
Karena :
Pada waktu ekspirasi terakhir di dalam paru-paru selalu terdapat 30% volume yang
disebut Fungsional Residual Capasit.9

2. Hukum boyle
Hukum ini menyatakan bahwa:
“Untuk suatu massa gas pada temperature konstan maka tekanan berbanding terbalik
terhadap volumenya”.
Sehingga dapat dinyatakan dengan persamaan:

pV= tetap

Apabila terjadi peningkatan volume maka akan diikuti dengan penurunan tekanan,
demikian juga sebaliknya. Untuk mengetahui hubungan tekanan (P) terhadap volume
(V) dapat dilihat pada grafik 9

10
Grafik 1. Hubungan Tekanan (P) terhadap Volume (V)

Simpulan
Makriskopis paru terdiri dari bronkus bronkeolus dan alveolus, yang dibungkus oleh
suatu jaringan pleura. Diantara pleura parietalis dan viseralis terdapat rongga yang berisi
cairan. Cairan ini diproduksi oleh system vascular(darah) diabsorpsi oleh sistem limfatik
secara kontinu sehingga volume tetap dalam batas normal. Pada efusi pleura terjadi ketidak
seimbangan antara produksi dan absorpsi cairan sehingga terjadi penumpukan cairan.
pleura.kanker paru menyebabkan gangguan pada system limfatik sehingga terjadi penurunan
absorpsi cairan

Daftar Pustaka

1. Respiratory . [internet]. [cited on 2014 May 17]. Available from :


http://zulrose.tripod.com/respiratory/id5.html
2. Asih NG, Effendy C. Keperawatan medikal bedah: klien dengan gangguan sistem
pernapasan. Jakarta: EGC; 2003. h.2-3.
3. Gunardi, S. Anatomi sistem pernapasan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009.h.1-85
4. Mutaqqin Arif. Buku ajar asuhan keperawatan dengan gangguan sistem pernapasan.
Jakarta: EGC; 2010.h.3-10
5. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed 6. Jakarta: EGC; 2011.h.506-
9,517,519.
6. Sherwood L. Yesdelita N [Editor]. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. [Bab 13:
Sistem Pernapasan] Jakarta: EGC, 2011.h.497-01.

7. Watson R.Anatomi dan Fisiologi.Jakarta.EGC.2004.h.20-1.


8. Horne MM, Swearingen PL. Keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa. Edisi 2.
Jakarta: EGC; 2000. h.136.

11
9. Hani, Ahmad Ruslan. 2010.Teori dan Aplikasi Fisika Kesehatan. Yogyakarta :
Penerbit Nuha Medika.

12

You might also like