Tesis Eka - For Jurnal Perbankan

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 20

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), SUKU BUNGA DAN

INFLASI TERHADAP PENYALURAN KREDIT PADA BANK


UMUM DI INDONESIA

The Effect of Third Party Funds (DPK), interest rate dan inflastion of Credit
realization of Commercial Banks in Indonesia."

JURNAL ILMIAH

Oleh

EKA FERA ARIANI


NIM : B61111031
PROGRAM MAGISTER ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
ABSTRACT

This study entitled "The Effect of Third Party Funds (DPK), interest rate dan inflastion of
Credit realization of Commercial Banks in Indonesia." it’s aims to know and analyze the effect
of of Third Party Funds (saving, deposits, giro), inflation and lending rates on credit distribution
by commercial banks in Indonesia in year 2006 – 2016.
The variables studied were deposits (demand deposits, savings and time deposits), lending
(investment loans, consumption loans and working capital loans). Data obtained from the
publication of Bank Indonesia (Indonesian Economic and Financial Statistics) in the form of
monthly data from 2006 to 2011. The method of analysis is multiple regression analysis.
The result of the analysis shows that all of the variable (DPK, inflation and interest rates)
together have a significant influence on the distribution of credit to commercial banks in
Indonesia in the period of 2006-2011. The partially DPK also has a positive effect and
significant, but the partially effect of inflation is not significant on credit realization on
commercial banks in Indonesia. While the interest rates have a negative effect and significant
on credit. The results of this study are consistent and support theoretical studies as well as
empirical studies presented in this peneitian.
Keyword : DPK, Inflation, Interest Rate

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Dana yang berhasil dihimpun tersebut (deposito, tabungan dan giro jangka pendek)
disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit, sedangkan kredit yang diberikan
oleh bank sebagian besar merupakan pinjaman jangka panjang. Dengan adanya perbedaan
waktu, maka timbul unsur ketidakpastian atau resiko atas kredit yang diberikan. Pemberian
kredit (financial depening) merupakan suatu usaha bank yang paling pokok sehingga rata-rata
jumlah harta bank terikat dalam bentuk kredit, oleh karena itu bank perlu memberikan penilaian
terhadap nasabah yang mengajukan kredit pinjaman serta merasa yakin bahwa nasabahnya
tersebut mampu untuk mengembalikan kredit yang telah diterimanya. Tingginya angka kredit
yang tersalurkan dari suatu bank dikarenakan dua alasan yang dilihat dari sisi internal dan
eksternal Bank. Dari sisi internal yaitu permodalan bank masih cukup kuat dan portofolio kredit
meningkat, sedangkan alasan eksternal bank adalah membaiknya prospek usaha nasabah.
Dengan semakin meningkatnya penyaluran kredit, biasanya disertai pula dengan
meningkatnya kredit yang bermasalah atau kredit macet atas kredit yang diberikan. Bahaya yang
timbul dari kredit macet adalah tidak terbayarnya kembali kredit tersebut baik sebagian maupun
seluruhnya. Banyak kejadian-kejadian yang terjadi membuktikan bahwa kredit yang bermasalah
atau kredit macet sebagai akibat pemberian persetujuan kredit yang tidak begitu ketat.
Semakin berkembang kehidupan masyarakat dan transaksi-transaksi perekonomian suatu
negara, maka perlu adanya peningkatan peran sektor perbankan melalui pengembangan produk-
produk jasanya. Berdasarkan data beberapa tahun terakhir tentang kegiatan usaha bank umum di
Indonesia, diketahui perkembangan penyaluran kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga
(DPK) oleh bank umum sebagai berikut.

1
Tabel 1.1 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Menurut
Jenis Simpanan pada Bank Umum di Indonesia (Milyar Rp)
Jenis DPK Pada tabel 1.1 terlihat bahnwa
Tahun
Giro Deposito Tabungan Total DPK
jumlah DPK didominasi oleh jenis
3, 3, 7, 13,
Tabungan mencapai Rp160,712,851.69
2006
097,648.00 460,718.00 085,094.00 643,460.00 Milyar atau 46,44% dari total DPK.
2007
3, 4, 7, 15, Deposito mencapai Rp107,888,698.22
812,645.00 395,275.00 579,786.00 787,706.00
Milya atau 31,18 dari total DPK,
4, 5, 8, 18,
2008
227,553.00 477,064.00 473,476.00 178,093.00 Secara umum pada sisi kredit
2009
4, 6, 10,2 21, perbankan menyalurkan kredit pada
682,158.00 295,924.00 81,678.00 259,760.00
tiga kelompok atau jenis kredit yakni
2010
5,
411,782.56
7,
561,870.16
11,5
59,016.77
24,
532,669.49
kredit konsumtif, kredit modal kerja
dan kredit investasi. Adapun data
6, 9, 13,4 29,
2011
404,245.30 339,388.18 83,770.40 227,403.88 realisasi ketiga jenis kredit tersebut
2012
7, 11,4 15,6 34, berdasarkan data Bank Indonesia
817,006.81 93,520.59 82,087.46 992,614.86
adalah sebagai berikut:
9, 13,2 17,5 39,
2013
106,829.22 50,857.12 52,907.67 910,594.01

9, 14,4 20,5 44,


2014
726,183.34 44,029.25 31,871.18 702,083.77

11, 15,1 23,8 50,


2015
245,520.54 72,732.80 03,700.52 221,953.86

11, 16,9 24,6 53,


2016
906,895.72 97,319.12 79,463.69 583,678.53

77, 107,8 160,7 346,


Jumlah
438,467.49 88,698.22 12,851.69 040,017.40

Komposis
22.38 31.18 46.44 100.00
i (%)

Sumber : Bank Indonesia, SEKI 2006-2012


Tabel 1. 2 Perkembangan Realissi Kredit Bank Umum
Berdasarkan Jenis Kredit pada Bank Umum di Indonesia
Pada Tabel 1.2 dapat dilihat Jenis Kredit (Milyar Rp)
perbandingan perkembangan realisasi Tahun
Investasi Konsumsi Modal Kerja Total Kredit
penyaluran kredit bank umum berdasarkan
2006 70,056.00 152,288.00 292,114.00 514,458.00
jenis kredit pada bank umum di Indonesia
2007 261,786.00 315,927.00 469,430.00 1,047,143.00
dimana kredit paling banyak adalah jenis
kredit modal kerja mencapai 45,51%, 2008 200,944.00 435,693.00 852,685.00 1,489,322.00

terbesar kedua adalah kredit konsumsi 2009 190,794.00 483,532.00 489,142.00 1,163,468.00
dengan 29,47% dan ketiga adalah kredit 2010 137,129.54 278,476.26 228,099.35 643,705.15
investasi 25,02%. 2011 363,130.87 327,207.23 450,671.79 1,141,009.89

Perkembangan DPK secara rata-rata 2012 452,108.38 400,910.97 535,001.86 1,388,021.21

mengalami peningkatan di setiap tahunnya, 2013 439,396.67 412,362.57 687,055.58 1,538,814.82

sedangkan penyaluran kredit mengalami 2014 454,736.45 390,545.07 615,372.58 1,460,654.10

penurunan drastis sejak 2008 hingga 2010 2015 536,086.71 413,454.47 799,622.98 1,749,164.16
2016 319,726.66 425,030.69 813,545.24 1,558,302.59
Rata-
311,445.03 366,857.02 566,612.76 1,244,914.81
Rata
Porsi (%) 25.02 29.47 45.51 100.00

Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, 2006-2016 (bi.go.id)

2
Tren kredit dan DPK mengalami
kenaikan tidak seimbang, turun naik yang
tidak sejajar. Pada gambar terlihat bahwa
dari tahun 2008-2008 kecenderungan
jumlah kredit mengalami peningkatan,
namun dari tahun 2008 – 2010 mengalami
penurunan dan baru meningkat kembali
pada tahun 2011, 2012, 2013, turun
kembali pada 2014 sampai 2015.
Sementara DPK setiap tahun relatif stabil
dengan kecenderungan meningkat.
Gambar 1.1
Jika dilihat dari percepatan pertumbuh an
stiap tahunnya masing-masing DPK dan realisasi kredit dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Pada Gambar 1.2 terlihat pertumbuhan kredit sejak tahun 2007 mengalami penurunan yang yang
terus menerus setiap tahun, yaitu dari 103,54 persen (tahun 2007) menjadi 42,23 persen pada
2008 dan terus menurun hingga -44,67 pada 2010, dan baru meningkat kembali pada tahun 2011
melonjak drastis menjadi 77,26%. Berarti penambahan jumlah kredit pada tahun 2011 jauh lebih
besar jika dibandingkan dari lima tahun sebelumnya.
Pada periode tahun 2007 – 2016 trend
pertumbuhan DPK juga negatif namun relatif
stabil dengan kecenderungan menurun setiap
tahun seperti digambarkan pada Gambar 1.2 Gambar 1.2 Pertumbuhan DPK dan Kredit bank Umum
diatas. Hal ini mengindikasikan industri
perbankan nasional pada tahun 2011
berkembang dengan sangat baik dibandingkan
dengan empat tahun sebelumnya.
Pertumbuhan tertinggi dalam penyaluran
kredit terjadi pada tahun 2007 dan 2011, dan
terendah pada tahun 2010. Hal ini sebagai
akibat lanjutan dari dampak krisis pada tahun Gambar 1.2
2008 serta menunjukkan hasil kinerja
ekonomi di tahun 2008 yang kurang bagus. Sementara dari penghimpunan DPK pada tahun 2012
terjadi pertumbuhan paling tinggi yakni sebesar 19,73% sedangkan terendah pada 2016 yakni
sebesar 10,91%.

1.2. Permasalahan

Dari latar belakang dan beberapa indikasi di atas maka dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut :
1. Apakah dana simpanan masyarakat (Dana Pihak Ketiga) berpengaruh terhadap penyaluran
kredit pada bank-bank Umum di indonesia pada periode tahun 2006-2016.
2. Apakah tingkat suku bunga kredit berpengaruh terhadap penyaluran kredit pada bank-bank
Umum di indonesia pada periode tahun 2006-2016.
3. Apakah tingkat inflasi berpengaruh terhadap penyaluran kredit pada bank-bank Umum di
indonesia pada periode tahun 2006-2016 ?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

3
1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh simpanan masyarakat (Dana Pihak Ketiga) terhadap
penyaluran kredit pada bank-bank Umum di indonesia periode tahun 2006-2016.
2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh tingkat suku bunga kredit terhadap penyaluran kredit
pada bank-bank Umum di Indonesia periode tahun 2006-2016.
3. Mengetahui dan menganalisis pengaruh tingkat inflasi terhadap penyaluran kredit pada bank-
bank Umum di Indonesia periode tahun 2006-2016 ?

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :


1. Bagi Kalangan Akademis dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan
a. Penelitian ini untuk memperkaya kajian-kajian empiris, terutama berkaitan dengan
perkembangan perkreditan di Indonesia.
b. Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu melahirkan sebuah pemikiran baru
berupa konsep,strategi, dan kebijakan dalam pembangunan ekonomi dan menjadi acuan
dalam penelitian lebih lanjut.
c. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber masukan dan informasi
bagi para peneliti yang ingin mengembangkan dan melanjutkan studi mendalam tentang
berbagai topik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan perbankan.
2. Bagi Pemerintah dan Pengambil Kebijakan
a. Bagi pengambil kebijakan/pihak perbankan, hasil penelitian ini mempunyai dua manfaat
yakni memberikan gambaran trend pertumbuhan masing – masing variabel, kredit dan
DPK sehingga memudahkan dalam mengidentifikasi kelemahan agar bisa menentukan
kebijakan yang tepat.
b. Diharapkan hasil penelitian ini mampu menjadi landasan dan sumber informasi alternatif
dan fakta bagi pemerintah dalam membuat kebijakan berkenaan dengan kebijakan
perbankan dan pembangunan ekonomi.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Landasan Teori
Berdasarkan klasifikasi Bank Indonesia, institusi perbankan di Indonesia secara garis besar
dikelompokkan dalam dua kategori yakni Bank Umum dan BPR. Menurut Undang-undang
nomor 10 tahun 1998 adalah bank yang kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Sedangkan Pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menurut Undang-undang
Nomor 10 tahun 1998 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvesional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
Perbedaan utama Bank Umum dan BPR adalah dalam hal kegiatan operasionalnya BPR
tidak dapat menciptakan uang giral serta memiliki jangkauan dan kegiatan operasional yang
terbatas. Selanjutnya, dalam kegiatan usahanya dianut dual bank system, yaitu Bank Umum
dapat melaksanakan kegiatan usaha bank konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah,
sementara prinsip kegiatan BPR dibatasi hanya dapat melakukan kegiatan usaha bank
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah

4
2.1.1. Pengertian Bank
Dalam pembicaraan sehari-hari, Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan
utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian Bank juga dikenal
sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkan. Disamping
itu Bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima
segala macam bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak,
uang kuliah dan pembayaran lainnya.
Pengertian Bank menurut Undang-Undang No.10 tahun 1998 adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.

2.1.2. Fungsi Bank


Beberapa fungsi bank umum menujukkan betapa pentingnya keberadaan bank umum
dalam perekonomian modern fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan
penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan
ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.
Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1998, bank umum
mempunyai fungsi penciptaan uang, mendukung kelancaran mekanisme pembayaran,
penghimpunan dana simpanan masyarakat, mendukung kelancaran transaksi internasional,
penyimpanan barang-barang berharga, dan pemberian jasa-jasa lainnya
Selain itu bank memiliki beberapa fungsi lain yang lebih luas yang kompetitif dan
responsive terhadap kebutuhan masyarakat karena perbankan memperlancar pertukaran barang
dan penyedia jasa, pengiriman uang, , memberikan informasi dan pengetahuan ; memberi
penjaminan dan menciptakan serta memberi likuiditas bagi setiap pelaku ekonomi.
Dalam menjalankan fungsinya, perbankan di Indonesia haruslah berazaskan demokrasi
ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati – hatian. Fungsi perbankan tidak hanya sekedar
sebagai wadah penghimpun dan penyalur dana masyarakat atau perantara penabung dan investor,
tetapi fungsinya akan diarahkan kepada peningkatan taraf hidup rakyat banyak agar masyarakat
menjadi lebih baik dan sejahtera daripada sebelumnya.

2.1.3. Bank Umum


Dalam laporan Statistik Perbankan Indonesia, bank umum di Indonesia dikelompokkan ke
dalam 6 kelompok, yakni :
a. Bank Umum Persero (BUMN/ milik pemerintah)
b. Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa
c. Bank Umum Swasta Nasional (BUSN Non Devisa)
d. Bank Pembangunan Daerah
e. Bank Campuran (Domestik dan Asing), dan
f. Bank Asing,
Bank Umum Milik Pemerintah Indonesia, diantaranya: PT Bank Negara Indonesia
(Persero) tbk. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), tbk.. PT Bank Tabungan Negara (Persero).
PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk. Hingga 2011 terdapat 11 Bank Asing yang beroperasi di
Indonesia, diantaranya adalah : ABN Amro Bank, Citibank N.A., Standard Chartered Bank, The
Hongkong & Shanghai B.C.(HSBC) dan hingga 2011 terdapat 26 bank umum merupakan bank
milik Pemerintah Daerah Provinsi.

5
Bank – bank daerah (BPD) yang merupakan milik daerah telah diperbolehkan beroperasi
secara nasional namun berkantor pusat di ibukota provinsi yang bersangkutan, diantaranya
adalah : PT. Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat (PT Bank Kalbar), PT Bank DKI
(Bank DKI), PT. BPD Jawa Barat dan Banten (Bank Jabar), PT BPD Sumatera Barat (Bank
Nagari), BPD Kalimantan Timur, BPD Sulawesi Tenggara, PT. BPD Maluku, PT. BPD Provinsi
Bali, PT. BPD Maluku, PT. BPD Papua (BPD Irian Jaya), dan bank-bank daerah lainnya.
Selain itu terdapat 97 buah bank milik swasta yang terbagi menjadi kelompok bank devisa,
bank umum dan bank campuran. Beberapa diantaranya adalah PT Bank Central Asia Tbk.
(BCA), PT Bank Danamon Indonesia Tbk, PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII), PT Bank
Lippo, Tbk, PT Bank Mega, Tbk, PT Bank Bukopin, PT Bank Muamalat Indonesia (Bank
Syariah), PT Bank Niaga, Tbk, PT Bank NISP, Tbk, PT Bank Permata, Tbk, PT Anz Panin
Bank.

2.1.4. Dana Pihak Ketiga (Sumber dana masyarakat)


Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank
berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, tabungan, simpanan berjangka dan
sertifikat deposito dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu (Aldrin Wibowo, 2008; 4).
DPK merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran
keberhasilan bank jika mampu membiayai operasi dari sumber dana ini. Pencarian dana dari
sumber ini relatif paling mudah jika dibandingkan degan sumber lainnya dan pencarian dana dari
sumber ini paling dominan asal dapat memberikan bunga dan fasilitas menarik lainnya maka
menarik dana dari sumber ini tidak terlalu sulit. Akan tetapi pencarian sumber dana dari sumber
ini relative lebih mahal jika dibandingkan dari sumber lainnya. Adapun sumber dana dari
masyarakat luas dapat dilakukan dalam bentuk :
a. Simpanan Giro
Pengertian giro menurut ketentuan pasal 1 ayat 6 UU Perbankan Indonesia 1992 / 1998, “
Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara
pemindahbukuan. (M Bahsan, 2005: 16)
Rekening giro atau checking account adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, Surat Perintah
Pembayaran Lainnya (SPPL) atau dengan cara pemindahbukuan. Simpanan yang berbentuk giro
hanya terdapat pada bank umum dan ditatausahakannya dalam rekening yang disebut rekening
giro. Rekening tersebut dibuka oleh bank untuk dan dengan nama nasabah pemilik dana. Pemilik
dana disebut sebagai nasabah penyimpan dan sering juga disebut sebagai nasabah giro atau
nasabah pemilik giro. (M Bahsan, 2005: 17). Jenis rekening giro dapat berupa :
a) Rekening atas nama perorangan.
b) Rekening atas nama suatu badan usaha atau lembaga.
c) Rekening bersama atau gabungan.
Sifat sumber dana ini dapat dikategorikan sebagai sumber dana yang sangat labil dan tidak
memiliki jatuh tempo. Kelebihan sumber dana ini adalah biayanya relatif lebih murah. Bunga
yang dibayarkan bank kepada pemegang rekening ini disebut sebagai "jasa giro". Persentase jasa
giro yang diberikan cukup bervariasi antara bank satu dengan bank lainnya, akan tetapi pada
umumnya masih lebih rendah dibandingkan dengan suku bunga deposito berjangka maupun
tabungan. Bagi nasabah pemegang rekening giro, sifat penarikan tersebut sangat membantu
dalam membiayai kegiatan nasabah secara lebih efisien. Nasabah dapat melakukan pembayaran
sewaktu-waktu tanpa harus berisiko menggunakan uang tunai dalam jumlah besar, tanpa harus
datang langsung ke bank, dan tanpa harus menunggu tanggal jatuh tempo tertentu. “dapat ditarik
setiap saat” maksudnya adalah bahwa uang yang sudah disimpan di rekening giro tersebut dapat

6
ditarik berkali-kali dalam sehari, dengan catatan dana yang tersedia masih mencukupi. Kemudian
juga harus memenuhi persyaratan lain yang ditetapkan oleh bank yang bersangkutan.
Sedangkan pengertian penarikan adalah sejumlah dana yang diambil dari rekening giro
sehingga menyebabkan giro tersebut berkurang. Penarikan giro dapat dilakukan secara tunai
maupun secara non tunai (pemindahbukuan). Penarikan secara tunai adalah dengan
menggunakan cek dan penarikan non tunai adalah dengan menggunakan bilyet giro (BG).
b. Simpanan Tabungan
Simpanan Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau
alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Berbeda dengan simpanan giro yang dapat
digunakan oleh para pengusaha atau para pedagang untuk melakukan transaksi, tabungan lebih
ditujukan untuk maksud berjaga-jaga atau keamanan dana oleh masyarakat luas. Selain itu bila
dibandingkan dengan giro atau deposito, peranan tabungan dalam komposisi sumber dana
perbankan relatif lebih kecil. Tingkat fluktuasi dana tabungan ini dianggap sangat kecil dan tidak
selabil dana yang bersumber dari giro.
Cara penarikan rekening tabungan yang paling banyak digunakan pada saat ini adalah
dengan menggunakan buku tabungan, cash card atau kartu ATM, dan debet card. Persaingan
ketat dalam penghimpunan dana melalui tabungan antar bank-bank telah banyak memunculkan
cara-cara baru untuk menarik nasabah tabungan. Cara-cara tersebut antara lain : hadiah atas
tabungan, fasilitas asuransi atas tabungan, fasilitas kartu ATM, dan fasilitas debet card. (M
Bahsan, 2005: 18)
c. Simpanan Deposito
Simpanan Deposito (Time Deposit) adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara
penyimpan (pihak ketiga) dengan bank yang bersangkutan. Dilihat dari sudut biaya dana, maka
dana yang bersumber dari simpanan dalam bentuk deposito ini merupakan dana yang relatif
mahal dibandingkan dengan sumber dana lainnya, misalnya giro atau tabungan. Sumber dana ini
dapat dikategorikan sebagai sumber dana semi tetap. Berbeda dengan giro, dana deposito akan
mengendap dibank karena para pemegangnya (deposan) tertarik dengan tingkat bunga yang
ditawarkan oleh bank dan adanya keyakinan bahwa pada saat jatuh tempo bila dia (deposan)
tidak ingin memperpanjang jangka waktu simpanannya, maka dananya dapat ditarik kembali.
Terdapat tiga jenis deposito, yaitu deposito berjangka, sertifikat deposito, dan deposit on
call.
a. Deposito Berjangka
Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu sesuai tanggal yang diperjanjikan antara deposan dan bank. Mengingat simpanan
ini hanya dapat dicairkan pada saat jatuh temponya oleh pihak yang namanya tercantum dalam
bilyet deposito sesuai tanggal jatuh temponya, maka deposito berjangka ini merupakan simpanan
atas nama dan bukan atas untuk. Apabila deposan menghendaki agar deposito berjangkanya
dapat diperpanjang secara otomatis, maka pihak bank dapat memberikan fasilitas ARO
(automatic roll over) atas deposito berjangka tersebut. Bunga atas deposito berjangka ini dapat
ditari tunai setiap jangka waktu tertentu ataupun dapat ditransfer ke suatu rekening deposan. (M
Bahsan 2005 :15)
Untuk memudahkan nasabah, bank biasanya menyarankan nasabah untuk membuka
rekening tabungan di bank tersebut agar dapat menampung bunga atas deposito dan juga
menampung dana deposito yang telah jatuh tempo dan tidak diperpanjang lagi. Bank-bank
tertentu juga memberikan fasilitas agar bunga deposito yang tidak ditarik oleh pemiliknya dapat

7
ditambahkan dalam simpanan pokok deposito, sehingga nilai deposito berjangkanya bertambah
besar. Pada dasarnya sebelum jatuh tempo simpanan ini dapat ditarik, namun apabila pihak
deposan tetap menginginkan penarikan sebelum jatuh tempo, maka biasanya bank mengenakan
denda atau biaya administrasi atas penarikan tersebut.
Biasanya deposan cenderung lebih menyukai menyimpan kelebihan dananya dalam bentuk
deposito berjangka sesuai jangka waktu yang diinginkan karena simpanan ini menawarkan
tingkat bunga yang relatif lebih tinggi. Deposito yang diterbitkan menurut jangka waktu tertentu.
Jangka waktu deposito biasanya bervariasi mulai dari 1,2,3,6,12,18 sampai dengan 24 bulan.
Deposito berjangka diterbitkan atas nama baik perorangan maupun lembaga. Artinya dalam
bilyet deposito tercantum nama seseorang atau nama suatu lembaga. (Kasmir, 2004 :81)
b. Sertifikat Deposito
Sertifikat deposito merupakan deposito yang diterbitkan dengan jangka waktu 2,3,6, dan
12 bulan. Sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk dalam bentuk sertifikat dan dapat
diperjualbelikan atau dipindahtangankan kepada pihak lain. Pencairan bunga sertifikat deposito
dapat dilakukan di muka, baik tunai maupun non tunai. Penerbitan nilai sertifikat deposito sudah
tercetak dalam berbagai nominal dan biasanya dalam jumlah bulat, sehingga nasabah dapat
membeli dalam lembaran banyak untuk jumlah nominal yang sama. (Kasmir, 2004 :81)
c. Deposit On Call
Deposit on call merupakan deposito yang berjangka waktu minimal 7 hari dan paling lama
kurang dari 1 bulan. Diterbitkan atas nama dan biasanya dalam jumlah besar misalnya 50 juta
rupiah (tergantung kebijakan bank yang bersangkutan). Pencairan bunga dilakukan 3 hari
sebelum deposit on call dicairkan terlebih dahulu. Besarnya bunga biasanya dihitung perbulan
dan biasanya untuk menentukan bunga dilakukan negosiasi antara nasabah dan pihak bank.
(Kasmir, 2004 :82)

2.1.5. Pengertian dan Peranan Kredit Perbankan


Fungsi kredit pada dasarnya ialah pemenuhan jasa untuk melayani kebutuhan masyarakat
dalam rangka mendorong dan melancarkan produksi, perdagangan dan konsumsi, sehingga pada
akhirnya akan menaikkan pendapatan masyarakat. Adapun jenis-jenis kredit menurut tujuan
penggunannya terdiri dari:
1. Kredit Konsumtif yaitu kredit untuk membiayai pembelian barang dan jasa yang dapat
memberikan kepuasan langsung terhadap kebutuhan individu.
2. Kredit Produktif yaitu kredit bertujuan produktif untuk meningkatkan kegunaan (utility),
terdiri dari:
(a) Kredit Investasi,
(b) Kredit Modal Kerja,
3. Kredit Likuiditas adalah kredit yang bertujuan untuk membiayai keperluan atau motif
berjaga-jaga (precautionary motive).
Jenis kredit menurut jangka waktu terdiri dari : (1) kredit jangka pendek (short-term
credit), (2) kredit jangka menengah (intermediate credit), dan (3) kredit jangka panjang (long
term credit) (Kamerschen, 1984).

2.1.6. Tingkat Bunga Bank


Salah satu alasan mengapa nasabah menyimpan dana yang dimilikinya adalah dengan
harapan mendapatkan bunga. Sedangkan bagi bank, bunga merupakan merupakan hal yang
penting dalam penarikan tabungan dan penyaluran kreditnya. Penarikan tabungan dan

8
penyaluran kredit selalu dihubungkan dengan tingkat suku bunganya. Bunga bagi bank bisa
menjadi biaya (cost of fund) yang harus dibayar kepada penabung, tetapi dilain pihak, bunga
dapat juga merupakan pendapatan bank yang diterima dari debitur karena kredit yang diberikan
bank.
Beberapa definisi mengenai pengertian bunga, diantaranya menurut Samuelson dan
Nordous (1992, 500), pengertian suku bunga (interest rate). “Bunga (bunga) adalah pembayaran
yang dilakukan atas penggunaan sejumlah uang. Sedangkan Interest rate (tingkat bunga) adalah
jumlah interest (jumlah nominal bunga) yang dibayarkan per unit waktu atau orang harus
membayar atas kesempatan meminjam atau mempergunakan uang dari pihak lain.”
Menurut Kasmir (2002 : 12) Suku bunga dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan
oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual
produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang
memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang
memperoleh pinjaman).
Menurut Sunariyah (2004 : 80) Suku bunga adalah harga dari pinjaman. Suku bunga
dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga
sumber daya yang digunakan oleh debitur dan harus dibayarkan kepada kreditur. Suku bunga
dapat dibedakan menjadi dua yaitu suku bunga nominal dan suku bunga riil. Suku bunga
nominal adalah rasio antara jumlah uang yang dibayarkan kembali dengan jumlah uang yang
dipinjam. Sedang suku bunga riil lebih menekankan pada rasio daya beli uang yang dibayarkan
kembali terhadap daya beli uang yang dipinjam. Suku bunga riil adalah selisih antara suku bunga
nominal dengan laju inflasi.

2.1.7. Inflasi
Inflasi adalah salah satu peristiwa moneter yang menunjukkan kecendrungan akan naiknya
harga-harga barang secara umum dan terus menerus. Laju inflasi sangat terkait dengan
penurunan nilai uang atau daya beli dari uang terhadap barang atau jasa. Dalam perekonomian
ada kekuatan tertentu yang menyebabakan tingkat harga atau nilai suatu barang atau jasa
melonjak naik baik secara tiba-tiba atau secara perlahan. Pengertian inflasi menurut Nopirin
(1992:25): “ Inflasi adalah suatu proses kenaikan tingkat harga secara umum dan terus menerus
yang disebabkan oleh suatu kelebihan atas permintaan diatas kapasitas penawaran dan
merupakan suatu masalah yang sering dialami oleh berbagai negara.”
Penyebab utama dan satu-satunya yang memungkinkan gejala ini muncul adalah akibat
terjadinya kelebihan uang yang beredar sebagai akibat penambahan jumlah uang di masyarakat.
Bisa juga sebagai kelebihan permintaan atau berkurangnya penawaran atas barang dan jasa.
Inflasi dapat berakibat buruk karena dapat menurunkan keseluruhan standar kehidupan
karena mengakibatkan kenaikan harga barang dan jasa sehingga menjadi mahal. Selain itu,
inflasi mengubah distribusi pendapatan, dimana kelompok yang paling sering terkena imbas
inflasi adalah mereka yang hidup berdasarkan pendapatan tetap. Jika pendapatan dan harga naik,
maka kemampuan untuk membeli barang dan jasa turun secara seimbang. Namun di sisi lain
inflasi dapat memberi dampak baik terhadap produsen yakni dengan meningkatnya harga jual
terbuka peluang untuk mendapatkan laba lebih besar.
Inflasi dapat dipilah berdasarkan sifat temporer atau permanen. Inflasi yang bersifat
permanen adalah laju inflasi yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan permintaan barang dan
jasa. Sedangkan inflasi yang bersifat temporer adalah inflasi yang diakibatkan gangguan
sementara (misalnya kenaikan biaya energi, transportasi, dan bencana alam). Adapun cara yang
digunakan untuk mengukur inflasi menurut Nopirin (1992: 49) adalah :
a. Dengan menggunakan harga umum.

9
b. Dengan menggunakan angka deflator.
c. Dengan menggunakan indeks harga umum (IHK).
d. Dengan menggunakan harga pengharapan.
e. Dengan menggunakan indeks dalam dan luar negeri.
Inflasi adalah perubahan harga-harga barang dan jasa secara agregat dan berkelanjutan.
Perhitungan inflasi dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Penghitungan inflasi secara nasioal
dilakukan dengan menghitung IHK Indeks harga konsumen (BPS, Kalbar dalam Angka 2011).
Dalam perhitungan oleh BPS inflasi terdiri dari :
a. Inflasi Bulanan
Inflasi Bulanan adalah perubahan kenaikan tingkat harga secara umum dari barang/jasa,
atau merosotnya daya beli atau nilai riil uang selama sebulan yang lalu. Ini dihitung dari
persentase perubahan IHK bulan ini tahun ini terhadap IHK bulan sebelumnya tahun ini.
b. Inflasi Tahun Kalender
Inflasi Tahun Kalender adalah perubahan kenaikan tingkat harga secara umum dari
barang/jasa, atau merosotnya daya beli atau nilai riil uang selama satu tahun kalender (dari bulan
Januari tahun ini sampai dengan bulan ini tahun ini). Ini dihitung dari persentase perubahan IHK
bulan ini tahun ini terhadap IHK bulan Desember tahun lalu.
c. Inflasi Tahun Ke Tahun (yoy)
Inflasi Tahun Ke Tahun atau Year on Year (YoY) adalah perubahan kenaikan tingkat
harga secara umum dari barang/jasa, atau merosotnya daya beli atau nilai riil uang selama
setahun yang lalu (dari dua belas bulan lalu sampai dengan bulan ini tahun ini). Ini dihitung dari
persentase perubahan IHK bulan ini tahun ini terhadap IHK bulan ini tahun lalu. Jenis inflasi,
dilihat dari sudut pandang yang berbeda, diantaranya, berdasarkan Asal (Domestic Inflation,
Imported Inflation), Berdasarkan Bobot (inflasi Moderat, inflasi Menengah, hiper Inflasi),
Berdasarkan sumber atau penyebab inflasi (demmand pull inflation, cost push inflation).
Menurut teori demand pull inflation inflasi disebabkan naiknya permintaan agregat
sedangkan perekonomian dalam keadaan full employment sehingga terjadi excess demand dan
menyebabkan harga barang naik, faktor-faktor yang menyebabkan naiknya permintaan oleh
golongan monetaris disebbakan naiknya jumlah uang beredar sedangkan golongan strukturalis
tidak menyangkal hal ini tetapi ditambahkan karena
naiknya pengeluaran pemerintah misalnya investasi dan
pendapatan. Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan
permintaan total. Kenaikan permintaan total akan
menaikkan harga dan hasil produksi. Inflasi ini biasanya
terdapat pada masa perekonomian sedang berkembang
pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan
tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya daya beli
sangat tinggi. Daya beli yang tinggi akan mendorong
permintaan melebihi total produk yang tersedia.
Permintaan aggregate meningkat lebih cepat
dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian,
akibatnya timbul inflasi.
Gambar diatas menjelaskan terjadinya inflasi sebagai akibat kenaikan permintaan. Hal ini
terlihat dari adanya pergeseran kurva permintaan aggregate dari AD 0 menjadi AD1 yang
mendorong harga naik dari P1 menjadi P2. Kenaikan harga ini menimbulkan terjadinya inflasi.
Akibat kenaikan harga ini menyebabkan produk nasional bertambah dari OY1 menjadi OY2.

10
2.2 Kajian Empiris

1. Akbar, Masithah, et al, (2014)


Penelitian berjudul “ Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat Suku Bunga Kredit,
Non Performance Loan (NPL), dan Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit Bank
Pemerintah di Kalimantan Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DPK, tingkat suku
bunga kredit (SBK), NPL dan inflasi berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap
penyaluran kredit bank umum pemerintah di Kalimantan Selatan. Suku Bunga Pinjaman
mempunyai hubungan negatif dengan penawaran kredit. Berdasarkan hasil penelitian Suku
Bunga Pinjaman berpe-ngaruh negatif terhadap intermediasi (LDR) hal ini sesuai dengan teori
dimana kenaikan suku bunga pinjaman akan menurunkan jumlah kredit yang disalurkan Bank
Umum Pemerintah di Kalimantan Selatan.
2. Tuwonusa, Wenry, et al, (2016)
“Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit dan Inflasi pada Kredit yang Disalurkan oleh Bank
Umum dan Dampaknya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Study Kasus Provinsi Sulawesi Utara
2009-2013. Metode analisis yang digunakan adalah analisis jalur. Hasil penelitian menunjukan
bahwa Suku Bunga Kredit Investasi berpengaruh secara negatif terhadap Inflasi dan Signifikan,
Suku Bunga Kredit Investasi berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap Penyaluran
Kredit Investasi dan Inflasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Penyaluran
Kredit Investasi. Sedangkan Suku Bunga Kredit Investasi berpengaruh secara positif dan tidak
signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Penyaluran Kredit Investasi berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
3. Indrayani, Zusila (2013)
“Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Suku Bunga Kredit, Inflasi Terhadap Penyaluran
Kredit Investasi Pada Bank Umum di Surabaya,” Berdasarkan hasil pengujian secara parsial
Dana Pihak Ketiga (X1) dan Inflasi (X3) berpengaruh signifikan terhadap Penyaluran Kredit
Investasi pada Bank Umum di Surabaya, Sedangkan Tingkat Suku Bunga Kredit (X 2) tidak
berpengaruh signifikan terhadap Penyaluran Kredit Investasi pada Bank Umum di Surabaya
4. Ramadhani, Rizka Amalia (2015)
“Analisis Pengaruh DPK, SBDK dan Suku Bunga Kredit Terhadap Kredit Konsumtif di
Indonesia (Studi Kasus Bank Umum di Indonesia Periode Oktober 2011-Maret 2014).” Hasil
dari penelitian ini, yaitu DPK memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kredit konsumtif
dalam jangka panjang namun tidak signifikan dalam jangka pendek. Sedangkan SBDK dan suku
bunga kredit memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kredit konsumtif dalam jangka
pendek namun tidak signifikan dalam jangka panjang.
5. Parmawati, Lidya Mukharomah (2015)
Berjudul “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Tingkat Suku Bunga Kredit,
Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) dan Return On Assets (ROA)
Terhadap Penyaluran Kredit Bank Pada PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (Btpn) Tbk.
Cabang Surakarta. Hasil penelitian secara parsial DPK berpengaruh positif signifikan terhadap
Penyaluran Kredit, sedangkan Tingkat Suku Bunga Kredit secara parsial tidak menunjukkan
pengaruh signifikan terhadap Penyaluran Kredit, selain itu hasil penelitian menunjukan bahwa
variabel DPK berpengaruh secara dominan terhadap Penyaluran Kredit.

III. METODE PENELITIAN


3.1. Jenis Penelitian

11
Jenis pelitian ini adalah penelitian deskriptif, karena berupaya untuk memperoleh deskripsi
atau menggambarkan sesuatu objek (Kotler, 2006), yakni situasi atau kondisi perkreditan pada
Bank Umum di Indonesia.
3.3. Kerangka Konseptual Penelitian

DPK
REALISASI PENYALURAN
KREDIT BANK UMUM :
- Kredit Konsumsi,
Suku Bunga - Kredit Investasi,
- Kredit Modal Kerja)

Inflasi

Gambar 3.1

3.4. Hipotesis

1. Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh terhadap penyaluran kredit pada bank-bank Umum di
indonesia.
2. Tingkat suku bunga kredit berpengaruh terhadap penyaluran kredit pada bank-bank Umum di
indonesia.
3. Tingkat inflasi berpengaruh terhadap penyaluran kredit pada bank-bank Umum di indonesia.

3.5. Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder yang tersedia di
Bank Indonesia, BPS, dan publikasi lainnya, diantaranya adalah:
1. Statistik Perbankan Indonesia (SPI) ; Data yang digunakan dalam Statistik Perbankan
Indonesia bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU). Data kredit yang
ditampilkan bukan kredit yang tercatat di neraca Bank, tetapi data kredit berdasarkan
penerusan kredit yang tercatat dalam rekening administratif (off balance sheet) yang meliputi
kredit konsumtif, kredit investasi dan kredit modal kerja yang tercatat dalam Statistik
Perbankan Indonesia.
2. Laporan/Publikasi Bank Indonesia berupa Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia
(SEKI).
3. Badan Pusat Statistik

3.6. Alat Analisis

Untuk menghitung pengaruh dari masing-masing variabel dilakukan dengan analisis


regresi berganda kemudian dibuat bentuk persamaan Regresi dengan sebagai berikut :
Y = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β3X3 + ei
Dimana :
Y = Variabel terikat (realisasi kredit)
X1 = Variabel bebas 1 (giro, tabungan, deposito)

12
X2 = Variabel bebas ke 2 (suku bunga kredit)
X3 = Variabel bebas ke 3 (inflasi)
βo = Konstanta (Nilai Y pada jika β1-3 = 0)
β = intercept/arah/ koefisien regresi untuk masing-masing variabel bebas
ei = faktor lain.

3.7. Definisi Operasional Variabel

3.7.1. Realisasi Kredit


Realisasi jumlah kredit yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah realisasi kredit yang
meliputi kredit konsumsi, kredit investasi dan kredit modal kerja. Menurut penjelasan SPI, kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga. Data kredit yang digunakan bukan kredit yang tercatat di neraca Bank, melainkan data
realisasi penerusan kredit kredit yang tercatat dalam rekening administratif (off balance sheet)
baik dalam bentuk rupiah maupun valas yang disalurkan oleh bank umum. Realisasi kredit
merupakan variabel terikat yang akan dihitung berdasarkan elastisitas terhadap DPK dan sebagai
pembading akan dihitung berdasarkan pengaruh dari variabel bebas lainnya Suku Bunga dan
Inflasi yang akan dianalisis dengan analisis regresi berganda.

3.7.2. DPK
Dana Pihak Ketiga (DPK), menurut SPI adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat
kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, tabungan, simpanan
berjangka dan sertifikat deposito dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. DPK
merupakan variabel bebas dalam penelitian ini yang merupakan penjumlahan dari tabungan, giro
dan deposito.

3.7.3. Tingkat Suku Bunga


Tingkat bunga yang digunakan dalam penelitian ini adalah suku bunga kredit investasi.
Suku bunga kredit investasi diduga kuat akan berpengaruh terhadap perkembangan realisasi
kredit yang berkaitan dengan investasi. Dengan kata lain bahwa pada waktu perusahaan
merencanakan pemenuhan kebutuhan modal sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga yang berlaku
saat itu. Dari sisi nasabah, penambahan hutang untuk investasi hanya dibenarkan jika tingkat
bunganya lebih rendah dari kemampuan memberi keuntungan (earning power) dari penambahan
modal tersebut (Riyanto,1990). dalam Sulistiowati (2012;27). Suku bunga yang rendah akan
menyebabkan biaya peminjaman yang lebih rendah. Suku bunga yang rendah akan merangsang
investasi dan aktivitas ekonomi di sektor riil. Secara sederhana, jika suku bunga pasar
meningkat, maka tingkat return yang diharapkan investor juga harus meningkat karena suku
bunga merupakan besarnya imbalan yang harus dibayarkan atas penggunaan sejumlah uang
berdasarkan perjanjian pinjam meminjam.

3.7.4. Inflasi
Inflasi adalah perubahan harga-harga barang dan jasa secara agregat dan berkelanjutan.
Peristiwa yang cenderung mendorong naiknya tingkat harga disebut gejolak inflasi (Lipsey,
1992:98). Pengertian inflasi lebih lengkap dikemukakan oleh Boediono (1990:161), yang
menyatakan bahwa : “Inflasi adalah gejala kenaikan harga yang meliputi hampir semua jenis
barang dan jasa yang biasanya dari waktu-kewaktu secara terus menerus dalam waktu yang lama
sehingga menyebabkan daya beli rupiah pada suatu tahun berbeda dengan rupiah tahun lainnya.
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut dengan inflasi. kecuali bila kenaikan

13
tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang
lain. Laju inflasi sangat terkait dengan penurunan kemampuan daya beli, baik individu maupun
perusahaan. Salah satu peristiwa yang sangat penting dan dijumpai di hampir semua negara di
dunia adalah inflasi. Dalam perekonomian terdapat kekuatan tertentu yang menyebabkan tingkat
harga melonjak sekaligus, dan ada kekuatan lain yang menyebabkan kenaikan tingkat harga
berlangsung terus menerus secara perlahan. Kekuatan yang kedua tersebut yang dimaksud
dengan inflasi dan menjadi variabel bebas dalam penelitian ini. Angka inflasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah angka inflasi bulanan rata-rata nasional yang terdapat dalam laporan
Bank Indonesia.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengujian statistik dengan regresi berganda dengan bantuan pengolah
data SPSS diketahui nilai-nilai koefisien pengaruh dari DPK, suku bunga dan inflasi dari output
SPSS diketahui koefisien (β) untuk setiap variabel bebas terhadap variabel terikat kredit
menunjukkan nilai yang bervariasi. Untuk DPK (X1) koefisien bernilai positif (0,029), Nilai
koefisien regresi untuk suku bunga terhadap kredit adalah ngatif (- 23602.046), dan nilai koefisien
regresi (β) untuk variabel inflasi terhadap kredit adalah negatif (- 1053.810) dan nilai konstanta
adalah 339089.376, sehingga dapat dirumuskan persamaan regresi hasil penelitian sebagai berikut :
Y1 = βo + β1X1 + β2 X2 + β3 X 3 + e1i
Yi = 339089.376 + 0,029X1 - 23602,046X2  1053,81 X3 + e1i
Uji t : t = 11,246 t = -8,369 t = -1,298
Sig. 0,000 0,000 0,197
R2 = 0,571
F = 56.905
Sig.F = 0,000
Dari hasil pengujian dengan analisis regresi tersebut maka dapat menjawab hipotesis
penelitian yaitu sebagai berikut :
1. Hipotesis pertama : Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh terhadap penyaluran kredit pada
bank-bank Umum di indonesia, terbukti benar, dapat dilihat dari nilai t yang tinggi lebih
besar dari nilai t tabel dan probabilitas yang rendah (0,000) lebi rendah dari nilai alpha (0,05).
2. Hipotesis kedua : Tingkat suku bunga kredit berpengaruh terhadap penyaluran kredit pada
bank-bank Umum di indonesia juga terbukti benar.
3. Hipotesis ketiga : Tingkat inflasi berpengaruh terhadap penyaluran kredit pada bank-bank
Umum di indonesia, tidak terbukti, karena berdasarkan pengujian secara statistik dengan uji t
menghasilkan nilai t yang rendah (1.298) lebih rendah dari nilai t tabel statistik (2,267) dan
signifikansi lebih besar dari nilai alpha yang diguakan (0,197 > 0,05).

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pengaruh DPK Terhadap Kredit


Berdasarkan hasil perhitungan regresi bahwa DPK berpengaruh positif dan signifikan
terhadap jumlah kredit. artinya bahwa elastisitas DPK adalah positif, setiap peningkatan DPK
sebesar satu satuan menyebabkan peningkatan kredit sebesar 0,029 satuan (milyar rupiah).
Pengaruh tersebut juga menunjukkan pengaruh yang signifikan. Artinya DPK cukup dominan
mempengaruhi realisasi kredit. Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang dipercayakan oleh
masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, tabungan,
simpanan berjangka dan sertifikat deposito dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.

14
Sesuai dengan teorinya bahwa DPK merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan
operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasi dari
sumber dana ini. Pencarian dana dari sumber ini relatif paling mudah jika dibandingkan degan
sumber lainnya dan pencarian dana dari sumber ini paling dominan asal dapat memberikan
bunga dan fasilitas menarik lainnya maka menarik dana dari sumber ini tidak terlalu sulit. Akan
tetapi pencarian sumber dana dari sumber ini relative lebih mahal jika dibandingkan dari sumber
lainnya.
Hasil penelitian ini sesuai dan konsisten beberapa penelitian diantaranya penelitian
Indrayani, Zusila (2013), tentang pengaruh Dana Pihak Ketiga Terhadap Penyaluran Kredit
Investasi pada Bank Umum di Surabaya, yang menyimpulkan bahwa secara parsial Dana Pihak
Ketiga berpengaruh signifikan terhadap Penyaluran Kredit Investasi pada Bank Umum di
Surabaya.

4.2.2. Pengaruh Suku Bunga Terhadap Kredit


Suku bunga adalah pembayaran yang dilakukan atas penggunaan sejumlah uang yang
dibayarkan per unit waktu atau orang harus membayar atas kesempatan meminjam atau
mempergunakan uang dari pihak lain yakni dari bank. Secara teori suku bunga jelas sangat
berpengaruh terhadap penyaluran kredit. Bagi bank, bunga merupakan hal yang penting dalam
penarikan tabungan dan penyaluran kreditnya. Penarikan tabungan dan penyaluran kredit selalu
dihubungkan dengan tingkat suku bunganya. Bunga bagi bank bisa menjadi biaya (cost of fund)
yang harus dibayar kepada penabung, tetapi dilain pihak, bunga dapat juga merupakan
pendapatan bank yang diterima dari debitur karena kredit yang diberikan bank. Perkembangan
kredit dan tingkat suku bunga dapat damati dari perkembangan trend keduanya dari tahun ke
tahun seperti ditunjukkan pada gambar
Berdasarkan hasil perhitungan statistik koefisien/slope untuk variabel suku bunga adalah
negatif dan signifikan, artinya hubungan atau pengaruh suku bunga bersifat negatif, jika suku
bunga berubah/bertambah satu satuan maka jumlah kredit akan berkurang. Hasil penngujian ini
konsisten dan sesuai dengan teorinya bahwa semakin tinggi bunga (kredit) maka permintaan
akan kredit itu semakin berkurang. Sesuai juga dengan hukum pasar secara umum dimana jika
harga naik maka permintaan akan berkurang atau menurun.
Hasil penelitian ini juga mendukung dan konsisten dengan hasil penelitian Tuwonusa,
Wenry, et al, (2016) dimana hasil penelitiannya juga menunjukan bahwa Suku Bunga Kredit
Investasi berpengaruh secara negatif dan Signifikan, Suku Bunga Kredit Investasi berpengaruh
secara negatif dan signifikan terhadap Penyaluran Kredit Investasi, namun pada penelitian
Tuwonusa menyatakan inflasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Penyaluran
Kredit Investasi. Demikian juga dengan penelitian Akbar, Masithah (2014) dalam penelitiannya
tentang pengaruh Tingkat Suku Bunga Kredit Terhadap Penyaluran Kredit Bank Pemerintah di
Kalimantan Selatan menyimpulkan bahwa Suku Bunga Pinjaman mempunyai hubungan negatif
dengan penawaran kredit. Namun penelitian Indrayani, Zusila (2013) menyimpulkan bahwa
secara parsial Tingkat Suku Bunga Kredit tidak berpengaruh signifikan terhadap Penyaluran
Kredit Investasi pada Bank Umum di Surabaya. Dengan demikian maka penulis berkesimpulan
bahwa penelitian yang dilakukan pada studi kasus tertentu dan lokasi tertentu bisa saja berbeda
hasolnya dengan penelitian laninnya tergantung variabel yang digunakan, waktu dan tempat
penelitian

4.2.3. Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap Realisasi Kredit


Secara konsep dan teori bahwa inflasi mempengaruhi jumlah simpanan pada bank umum,
dijelaskan bahwa kenaikan harga menyebabkan bertambahnya permintaan uang untuk transaksi,
sehingga berakibat juga pada kenaikan suku bunga, kenaikan suku bunga merangsang

15
masyarakat untuk menyimpan dana nya di bank sehingga DPK akan meningkat. Kembali pada
hasil penelitian bahwa DPK berpengaruh positif dan signifikan terhadap kredit maka secara tidak
langsung sesungguhnya inflasi juga sesungguhnya akan berpengaruh secara tidak langsung
terhadap tingginya kredit yang disalurkan oleh bank.
Hasil perhitungan statistik pada koefisien regresi untuk tingkat inflasi adalah negatif,
namun pengaruhnya tersebut sesungguhnya secara parsial tidak signifikanini menunjukkan
bahwa berdasarkan hasil uji statistik ternyata inflasi secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap realisasi kredit, kronologisnya digambarkan sebagai berikut.
Pada gambar terlihat bahwa inflasi terjadi berfluktuasi yang terjadi pada angka inflasi tidak
diikuti oleh trend pada realisasi kredit. Pada gambar dapat dianalisa pada saat inflasi turun dari
2006 ke 2007 dari 13,33% ke 6,40% pada 2007 realisasi kredit tetap menigkat, demikian juga
tahun-tahun berikutnya, dengan demikian dari analisa ini penulis berpendapat bahwa tingkat
inflasi tidak berpengaruh terhadap realisasi kredit. Penurunan realisasi kredit mulai tahun 2008,
2009 dan terus hingga 2010 lebih disebabkan oleh kondisi ekonomi secara umum, dan adanya
krisis ekonomi global pada 2008.
Secara makro inflasi merupakan kekuatan pendorong kegiatan ekonomi, laju inflasi sangat
terkait dengan penurunan kemampuan daya beli baik individu maupun perusahaan. Dalam
perekonomian terdapat kekuatan tertentu yang menyebabkan tingkat harga melonjak. Dari
kajian empiris beberapa penelitian konsisten dan mendukung penelitian ini namun penelitian
lainnya ada yang tidak mendukung. Hal ini membuktikan bahwa dalam penerapan ilmu ekonomi
berlaku asumsi-asumsi yang harus terpenuhi serta adanya perbedaan waktu, lokasi, metode serta
kondisi perekonomian secara umum saat penelitian.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
1. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa pada periode tahun 2006-2016 DPK, inflasi dan
tingkat suku bunga secara bersama-sama berpegaruh signifikan terhadap penyaluran kredit
pada bank umum di Indonesia, diketahui dari hasil uji F dengan nilai F yang tinggi (56.905)
lebih besar dari nilai F tabel (5.66) dan probabilitas yang kecil (0,000<0,05). Kekuatan
pengaruh ditunjukkan dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,571, artinya bahwa DPK,
suku bunga dan inflasi menjelaskan sebesar 57,1% terhadap realisasi kredit sedangkan
sisanya (42,9%) dijelaskan atau dipengaruhi oleh faktor lain.
2. Secara parsial DPK berpengaruh positif sebesar 0,029 dan signifikan, hasil pengujian statistik
dengan uji t menghasilkan nilai yang tinggi (t=8,369) lebih besat dari nilai t tabel (2.267) dan
probabilitas yang rendah (0,000) lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan (0,05). Artinya
kenaikan satu satuan DPK diikuti dengan keniakan sebesar 0,029 satuan pada kredit.
3. Suku bunga berpengaruh negatif (-23602,046) dan signifikan, artinya kenaikan satu satuan
(1%) suku bunga kredit diikuti oleh penurunan sebesar 23602,046 satuan (Milyar Rp) pada
kredit.
4. Tingkat inflasi berpengaruh negatif (-1053,81) namun tidak signifikan terhadap penyaluran
kredit. Kenaikan satu satuan (1%) inflasi diikuti oleh penurunan sebesar 1053,81 satuan
(Milyar Rp) pada kredit, namun pengaruh tersebut bukan dari inflasi melainkan dari faktor
lain.

5.2. Saran
1. Setelah melihat adanya hubungan yang negatif dan signifikan antara dan ROA terhadap
jumlah penyaluran kredit oleh Bank Umum, sebaiknya penyaluran kredit perbankan lebih

16
berorientasi pada pengembangan investasi di sektor riil dan dialokasikan pada usaha yang
produktif, oleh karena itu dalam promosi maupun realisasi agar dilakukan secara seimbang
antara kredit untuk modal kerja, kredit investasi atau bahkan untuk kredit konsumtif agar
dikurangai porsinya walaupun biasanya masyarakat atau bank sendiri kurang tertarik dengan
kredit modal kerja atau investasi karena tingkat pengembaliannya masih spekulasi, hal ini
berbeda dengan kredit konsumsi yang diberikan kepada pegawai atau PNS yang
berpenghasilan tetap dengan jaminan pengembalian yang pasti.
2. Selain berorientasi profit, dalam pemberian kredit pihak bank sebaiknya memperhatikan
pemberian kredit pada sektor-sektor produktif sehingga dapat memberikan dorongan
terhadap kemajuan usaha dan pertumbuhan perekonomian secara umum.
3. Dalam rangka pemerataan dan jangkauan kepada setiap lapisan masyarakat, pihak bank
diharapakan terus meningkatkan kerjasama dengan lembaga keuangan yang lebih rendah
seperti koperasi, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam pemberian KUK, serta terus
mengembangkan pelayana jasa bank kepada masyarakat berpenghasilan rendah melalui
proyek pengembangan hubungan bank dengan kelompok swadaya masyarakat.
4. Saran kepada pemerintah, sektor perbankan merupakan salah satu sektor paling penting dan
berpengaruh dalam perekonomian, namun cukup sensitif terhadap pengaruh variabel makro
ekonomi, oleh karena itu sebaiknya mengkaji dan mempertimbangkan setiap kebijakan,
karena kebijakan perbankan dapat memberi dampak yang luas pada perekonomian. Selain itu
pemerintah harus dapat memberi rasa aman kepada masyarakat agar dana masyarakat di bank
benar-benar aman dan apabila terjadi permasalahan pada suatu bank, pemerintah dapat
berperan sebagai penjamin dana masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Masithah R.R. Siti Munawaroh (2014), Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat
Suku Bunga Kredit, Non Performance Loan (NPL), dan Tingkat Inflasi Terhadap
Penyaluran Kredit Bank Pemerintah di Kalimantan Selatan, Jurnal Spread–April 2014,
Volume 4 Nomor 1 STIE Indonesia Banjarmasin.
Bahsan, M. (2005), Giro dan Bilyet Giro Perbankan Indonesia. Jakarta, PT. RajaGrafindo
Persada.
Boediono, (1990), Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 5 : Ekonomi Moneter, Edisi III,
BPFE, Yogyakarta.
Indrayani, Zusila (2013), “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga,Suku Bunga Kredit, Inflasi
Terhadap Penyaluran Kredit Investasi Pada Bank Umum Di Surabaya, Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Kamerschen, D. (1984), Money and Banking. Eighth Edition. South-Western Publishing,
Cincinati, Ohio.
Kasmir (2000), Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kasmir (2004), Manajemen Perbankan. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.
Kiryanto, Ryan (2007), Langkah Terobosan Mendorong Ekspansi Kredit. Conomic Review No.
208. Juni 2007
Lipsey, G. Ricard, dkk. (1992), Pengantar Mikro Ekonomi Edisi Kesepuluh, Alih Bahasa Oleh
Jaka Wasana dan Kirbrandoko, Erlangga, Jakarta.
Nopirin (1992), Ekonomi Moneter. Yogyakarta, BPFE-Yogyakarta.
Parmawati, Lidya Mukharomah (2015) “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Tingkat
Suku Bunga Kredit, Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) dan
Return On Assets (ROA) Terhadap Penyaluran Kredit Bank Pada PT Bank Tabungan

17
Pensiunan Nasional (BTPN) Tbk. Cabang Surakarta, Artikel Publikasi Ilmiah, Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ramadhani, Rizka Amalia Ramadhani (2015), Analisis Pengaruh DPK, SBDK dan Suku Bunga
Kredit Terhadap Kredit Konsumtif di Indonesia (Studi Kasus Bank Umum di Indonesia
Periode Oktober 2011-Maret 2014), Jurnal Ilmiah, Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.
Samuelson, PA and William D. Nordous (1992), Ilmu Makro Ekonomi, Edisi 17, Jakarta,
Media Global Edukasi.
Samuelson, Paul, dkk. (2004), Ilmu Makro Ekonomi (terjemahan). Jakarta, PT. Media Global
Edukasi.
Sismadi (2006), “Analisis Efisiensi Penggunaan Input Alat Tangkap Purse Seine di Kota
Pekalongan,” Tesis, Program Studi Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan,
Universitas Diponegoro Semarang
Tuwonusa, Wenry et al, (2016), Analisis Pengaruh Suku Bunga Kredit Dan Inflasi Pada Kredit
Yang Disalurkan Oleh Bank Umum Dampaknya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Study Kasus Provinsi Sulawesi Utara 2009-2013, Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi
Volume 16 No. 03 Tahun 2016, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Ilmu Ekonomi
Pembangunan, Universitas Sam Ratulangi.

18

You might also like