Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

GIGI SUPERNUMERARY DAN PERAWATAN

ORTODONDSI
(Supernumerary Teeth and Orthodontic Treatment)

NAZAR TOHA HUTABARAT


190600185

Fakultas Kedokteran Gigi, Sumatera Utara


Jl. Alumni No. 2 Kampus USU Medan 20155
E-mail : nazartohahutabarat@gmail.com

Abstract
Supernumerary teeth (excessive teeth) are often found in daily practice, especially
in children patients with dental firstphase, mixed or permanent teeth.
Supernumerary teeth is one of the malocclusion cause so we need to take a good
care of the supernumerary teeth suchs as extraction if maybe required and if
necessary followed by orthodontic treatment. The purpose of this writing is to
discuss and find out (1) etiology of supermumerary and malocclusion due to
supernumerary teeth (2) any preventive action, correction, and treatment that can
be done to prevent further malocclusion. It can be concluded that: (1) the cause of
supernumerary teeth can be derived from the heriditer factor, growth anomalies
disorders /teeth and other issues. Several theories explain about the etiology like
avatisme and dichotomy theories. Supernumerary teeth is a pretty serious problem
in patients because it can be a risk factor for a malocclusion especially when these
supernumerary teeth grow between the two anterior insisive teeth (mesiodens) so
patients feel uncomfortable that can result in distracting appearance. (2) therefore
it is important to do the right diagnosis and plan an appropriate therapy where
necessary orthodontic treatment in accordance with the cases that may occur, such
as Diastema case, impaction case, Crowding Teethcase , Tooth Rotation Case.
Management of orthodonti that can be done is the treatment with orthodontic fix
appliance tools or spin-off tool, and the last is to do retention and stabilization to
prevent relapse.
Key words: supernumerary teeth, malocclusion, orthodontic treatment.1

Abstrak
Supernumerary teeth (gigi berlebih) sering kali ditemukan dalam praktek sehari-
hari, khususnya pada pasien anak-anak dengan tahap pertama kelainan gigi yang
dapat menyebabkan maloklusi. Sehingga dibutuhkan perawatan baik dengan
ekstraksi jika diperlukan dan dilanjutkan dengan perawatan ortodonti. Tujuan
penulisan ini untuk membahas dan mengetahui (1) penyebab gigi supermumerary
dan maloklusi akibat gigi supernumerary (2) berbagai tindakan pencegahan
dengan koreksi dan perawatan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
maloklusi. Dapat disimpulkan bahwa: (1) penyebab gigi supernumerary dapat
berasal dari faktor heriditer, gangguan/anomali pertumbuhan gigi dan jaringan-
jaringan lainnya serta beberapa teori yang mengemukakan etiologi seperti teori
avatisme dan teori dikotomi. Gigi supernumerary ini merupakan suatu masalah
yang cukup serius pada pasien karena dapat menjadi faktor resiko maloklusi
terutama bila gigi supernumerary ini tumbuh di bagian anterior diantara kedua
gigi insisif(mesiodens) sehingga pasien merasa tidak nyaman yang dapat berakibat
mengganggu penampilan. (2) perlu dilakukan diagnosis dan rencana terapi yang
tepat dimana perawatan ortodonti dibutuhkan sesuai dengan kasus yang dapat
terjadi antara lain Kasus Diastema, Kasus Gigi Impaksi, Kasus Crowding/ Gigi
berjejal, Kasus Rotasi Gigi. Manajemen orthodonti yang dapat dilakukan adalah
perawatan dengan alat ortodontik cekat atau alat ortodontik lepasan, dan terakhir
diberikan retensi untuk stabilisasi agar tidak terjadi relaps.
Kata kunci: gigi supermumerary, maloklusi, perawatan ortodonti.1

PENDAHULUAN lateral. Mesiodens adalah kelebihan


gigi yang berlokasi di maksila
Supernumerary merupakan kondisi
anterior dan berdekatan dengan
yang biasa ditemukan oleh dokter
sutura mid-line. Sedangkan apabila
gigi. Kondisi ini pada umumnya
supernumerary memiliki morfologi
ditemukan pada pemeriksaan
yang hampir menyerupai gigi normal
radiografis, biasanya sebagai
disebut supplemental.2
penyebab impaksi gigi insisif sentral
atau supernumerary yang erupsi Tujuan penulisan makalah ini adalah
secara spontan. Frekuensi terjadinya untuk membahas dan mengetahui:
supernumerary yaitu 0,2 – 3,5 %, dan penyebab gigi supermumerary dan
lebih sering ditemukan pada gigi maloklusi akibat gigi supernumerary
permanen daripada gigi sulung. berbagai tindakan pencegahan,
koreksi dan perawatan yang
Supernumerary pada periode gigi
dilakukan untuk mencegah terjadinya
sulung jarang sekali terjadi. 
maloklusi pada gigi tetap.1 Anomali
Frekuensi terjadi supernumerary
perkembangan gigi sering kita
pada periode gigi sulung adalah 0,06
jumpai dalam kehidupan sehari-hari
– 0,8 %. Supernumerary pada
pada setiap individu sehingga
periode gigi sulung biasanya berupa
seorang dokter gigi harus memiliki
mesiodens atau
pengetahuan mengenai gejala dan
gigi supplemental insisif
manajemen dari supernumerary agar dibagi menjadi beberapa teori
dapat menerapkan kepada pasien sebagai berikut: 1. Teori Atavisme;
dalam prakteknya kelak.2 suatu istilah yang menggambarkan
kecenderungan seseorang untuk
PEMBAHASAN
kembali ke sifat atau perilaku nenek
Etiologi Gigi Supernumerary moyang mereka. Gigi supernumerary
Menurut Bhalajhi Sundaresa Iyyer, terjadi karena mengikuti primitive
Supernumerary teeth atau gigi dentition. Nenek moyang manusia
tambahan adalah suatu kelainan di yang dipercayai berasal dari spesies
mana jumlah gigi lebih dari normal. kera mempunyai 44 gigi sehingga
Jumlah gigi sulung normal adalah 20 pada saat ini masih terdapat manusia
buah; sedangkan gigi permanen (gigi yang mempunyai jumlah gigi yang
tetap) normal 32 buah termasuk lebih dari normal atau gigi
Molar ketiga. Gigi-gigi tambahan ini supernumerary. 2. Teori
biasanya mempunyai morfologi dan hypergenesis epithel bahwa gigi
bentuk yang tidak normal. Gigi supernumerary juga dapat terjadi
supernumerary yang mirip gigi akibat hipergenesis epitel dimana
normal disebut gigi supplemental. sisa lamina dental atau cabang
Gigi supernumerary dapat tunggal, palatal lamina dental yang aktif
multipel, dan erupsi unilateral atau dirangsang untuk berkembang
bilateral dan kemungkinan terdapat menjadi benih gigi tambahan
pada satu atau kedua rahang. faktor sehingga terbentuknya gigi
genetik berperan penting dalam supernumerary. 3. Teori Faktor
terjadinya anomali gigi Keturunan(herediter); gigi
supernumerary karena sering supernumerary merupakan suatu
ditemukan pada anggota keluarga kelainan yang diturunkan dan dibawa
dari pasien. Gigi supernumerary juga oleh suatu gen mutan. Teori ini
sering ditemukan pada regio molar didukung oleh peningkatan
dan yang disebut paramolar. penemuan kasus gigi supernumerary
Anomali ini biasanya terdapat juga pada pasien dengan anomali
pada orang tua (ayah/ibu) dan dentofasial seperti celah bibir atau
keluarga pasien yang lain. penyebab palatum dan cleidocranial dysplasia.
terjadinya gigi supernumerary dapat
Pada Anomali/kelainan pertumbuhan beberapa teori yang menjelaskan
seperti pada cleft palate, sering timbulnya supernumerary teeth yaitu:
dihubungkan dengan sindroma atau Teori hiperaktivitas dental lamina
gangguan pertumbuhan yang Bentuk gigi tambahan akan
berhubungan dengan peningkatan berkembang dari ekstensi lingual dari
prevalensi gigi supernumerary benih gigi (tooth bud). Bentuk
seperti celah bibir dan palatum, rudimenter ini akan terbentuk dari
displasia cleidocranial dan sindroma sisa epitel dental lamina. Meskipun
Gardner. Gigi supernumerary yang teori ini masih sebatas hipotesis
disertai dengan kelainan celah bibir karena kita tidak mampu
dan palatum merupakan akibat dari menunjukkan gambaran material
proses fragmentasi lamina dental secara embriologis, kebanyakan
sewaktu pembentukan celah bibir. literatur mendukung teori ini.9
Selain itu teori herediter juga Faktor genetik Faktor genetik
didukung oleh perkembangan gigi dipertimbangkan sebagai suatu hal
supernumerary yang sering terjadi yang penting pada adanya
secara bilateral pada satu rahang. supernumerary teeth. Berbagai kasus
Gigi supernumerary banyak telah dilaporkan adanya rekurensi
ditemukan dari faktor keturunan dan dalam satu keluarga. Gen yang
insidensi kasus gigi supernumerary berkaitan dengan jenis kelamin (sex-
lebih tinggi pada laki-laki dibanding linked) diperkirakan memiliki kaitan
perempuan (Ibrahim dengan supernumerary teeth, dimana
Awni,1989:213). 4. Teori Dikotomi, laki-laki dua kali lebih sering
yaitu benih gigi terbagi dua saat memiliki supernumerary
perkembangannya. Satu bagian akan teethdibandingkan wanita.3
berkembang menjadi gigi normal
sementara satunya lagi berkembang Bentuk gigi supernumerary
menjadi gigi supernumerary seperti Macam-macam bentuk gigi
mesiodens. Pendukung teori ini supernumerary antara lain:
percaya bahwa dikotomi benih gigi 1. Gigi berbentuk peg-shaped dengan
tersebut merupakan suatu proses akar dan mahkota yang konikal serta
germination yang lengkap.1 Terdapat berukuran lebih kecil dari gigi
normal. GC Black menamakan tipe insisif. Gigi dalam bentuk ini dapat
ini sebagai enamel drops. Gigi peg- menyebabkan rotasi atau
shaped ini disebut juga sebagai displacement pada gigi insisif
mesiodens dan sering ditemukan permanen, tetapi sangat jarang
pada daerah midline dari insisif tetap dijumpai mempengaruhi erupsi gigi
maksila. permanennya. (b) Tuberkel memiliki
2. Gigi supernumerary dengan cusp lebih dari satu cusp. Pembentukan
yang multipel dan mempunyai pit akarnya cenderung terlambat bila
oklusal yang dalam. dibandingkan dengan gigi insisif
3. Gigi supernumerary yang permanennya. Biasanya terjadi
mempunyai ukuran dan bentuk sepasang dan umumnya terletak
normal tetapi merupakan tambahan pada bagian palatal gigi insisif
dari jumlah gigi normal.1 Gigi sentral. Sangat jarang mengalami
supernumerary dapat berbentuk erupsi spontan dan kadang
normal tapi mempunyai ukuran lebih mempengaruhi erupsi gigi insisif. (c)
kecil atau lebih besar dari gigi Supplemental. Berbentuknya seperti
normal. Gigi supernumerary dapat menduplikasi gigi normal dan
diklasifikasikan berdasarkan: (1) biasanya ditemukan di ujung akhir
morfologi yang mempunyai tipe susunan gigi. Paling umum terjadi di
konus, tuberculate, supplemental, gigi insisif lateral permanen rahang
odontom. (a) konus merupakan atas, kemudian pada gigi molar dan
bentuk yang paling sering dijumpai premolar. Seringkali supernumerari
pada gigi permanen. Gigi terjadi pada fase geligi sulung dan
berkembang dengan pembentukan mengalami erupsi spontan. (d)
akar yang mendahului atau Odontome biasanya dikaitkan
bersamaan dengan perkembangan dengan tumor odontogenik. Namun
gigi insisif permanennya. Terkadang hal ini tidak diterima secara
ditemukan jauh ke dalam palatum universal. Pendapat yang banyak
dan posisinya inverted. Bisa juga diterima bahwa odontom adalah
terletak dalam posisi horizontal. Tapi malformasi hamartomatous dari
dalam kebanyakan kasus, neoplasma. Lesi ini terbentuk lebih
inklinasinya sama dengan gigi
dari satu macam jaringan dan disebut Maloklusi Akibat Pengaruh Gigi
odontom komposit.1 Supernumerary.
Maloklusi dapat disebabkan oleh
Pada periode gigi sulung, morfologi
banyak faktor, antara lain faktor
atau bentuknya selalu normal atau
keturunan, kongenital, lingkungan,
konus. Pada gigi tetap terdapat
kelainan jumlah, ukuran dan bentuk
variasi bentuk gigi supernumerary
gigi, gangguan pada pembentukan
yang lebih luas.4
gigi dan erupsi. Gangguan ini terjadi
(2) Lokasi; ada yang disebut akibat faktor genetik seperti
Mesiodens, yaitu gigi yang tumbuh hiperfungsi atau hipofungsi kelenjar
di antara kedua gigi insisif sentral; endokrin dan gangguan metabolisme
juga Distomolar; gigi supernumerary kalsium sehingga menimbulkan
yang tumbuh pada lokasi paling manifestasi pada perkembangan
distal dari lengkung rahang Molar rahang. Akibatnya perkembangan
ketiga; dan Paramolar; gigi rahang terganggu, dan dapat
supernumerary terletak di antara gigi menimbulkan oklusi yang tidak
molar. Semuanya ini merupakan gigi normal. Untuk mencapai oklusi yang
tambahan, bukan seperti gigi geligi baik, rongga mulut harus mempunyai
yang biasanya tumbuh normal pada gigi dalam jumlah yang normal.
tempatnya. 80% kasus gigi Jumlah gigi yang berlebihan atau
supernumerary terdapat pada anterior kurang dapat menjadi faktor
1
rahang atas. predisposisi maloklusi. Kelainan
jumlah, morfologi dan waktu erupsi
gigi serta adanya gigi ektopik dapat
dipengaruhi oleh faktor genetik,
kongenital atau proses patologik
postnatal. Gigi supernumerary dapat
ditemukan di semua lokasi pada
rahang dan biasanya erupsi seperti
Gambar 1. Gigi Supernumerary Tipe Mesiodens di
antara Kedua Gigi Insisif Sentral Rahang Atas.
gigi-gigi tetangganya. Gigi
(http://www.waybuilder.net/sweethaven/MedTech/Dental/
OMPath/f ig0217.jpg, accessed: September 11, 2011) supernumerary juga sering erupsi di
akhir susunan gigi normal yang
dikenal sebagai molar keempat yang biasanya terletak pada midline.
dapat mengganggu erupsi gigi molar Terdapat dua tipe gigi supernumerary
ketiga. Gigi supplemental jarang mesiodens yang ditemukan pada
ditemukan pada regio premolar daerah ini yaitu: 1. Tipe peg-shaped’
terutama rahang bawah. Gigi-gigi ini dan sering tidak dapat erupsi. Gigi
biasanya mengalami proses ini biasanya impaksi dan mengarah
kalsifikasi yang lebih lambat dari ke posterior atau kadang-kadang ke
gigi normal dan secara radiografis atas mengarah ke hidung. Gigi ini
terletak di sekitar akar gigi normal dapat menyebabkan displacement
yang telah terklasifikasi sempurna. dari gigi-gigi normal sebelahnya. 2.
Secara umum, gigi ini tidak Tipe mesiodens; gigi tuberculate
mengganggu oklusi tetapi yang berbentuk
ekstraksinya dapat menimbulkan incisiform; Gigi supernumerary tipe
masalah akibat posisinya yang sangat ini dapat menghalangi erupsi gigi
dekat dengan akar gigi-gigi premolar insisif sentral permanen. Pada
yang sudah erupsi. Jadi, gigi pemeriksaan radiografi, gigi
supernumerary tersebut harus selalu supernumerary tipe ini biasanya
diamati dan diekstraksi jika terlihat pada bagian lingual dari gigi
menimbulkan masalah. Gigi permanen. Kedua tipe gigi
supplemental insisif sering supernumerary ini kadang-kadang
ditemukan dan biasanya erupsi pada bilateral. Maloklusi yang disebabkan
regio insisif bawah atau lateral atas. oleh gigi supernumerary dan
Gigi supplemental insisif sentral atas tergantung dari letak posisi dan
hanya ditemukan pada pasien celah bentuk gigi supernumerary tersebut
bibir. Biasanya gigi supplemental ini dapat diklasifikasikan menjadi: (1)
tidak menimbulkan masalah oklusi simple; yaitu malposisi ringan yang
dan mudah ditemukan. Gigi disebabkan akibat gigi
supernumerary yang sering supernumerary seperti mesiodens (2)
menimbulkan masalah dalam complex; yaitu malposisi atau
ortodontik adalah yang erupsi dekat malformasi dari bagian-bagian
dengan midline pada rahang atas. tertentu pada lengkung gigi akibat
Gigi ini dinamakan mesiodens
gigi supernumerary yang dapat atau palatal dan kehilangan ruang
meningkatkan keparahan maloklusi.1 pada lengkung rahang sering
Penatalaksanaan Gigi ditemukan sewaktu pemeriksaan.
Supernumerary dan Maloklusinya Jika pola erupsi insisif rahang atas
Gigi supernumerary merupakan salah asimetrik, persistensi gigi insisif
satu kelainan yang harus mendapat sulung rahang atas, rotasi insisif
perhatian di bidang kedokteran gigi sentral atau erupsi ektopik insisif
dan ortodontik khususnya, karena permanen maksila ditemukan pada
dapat menimbulkan berbagai pemeriksaan klinis, dokter gigi harus
masalah. Di bidang ortodontik, gigi curiga adanya gigi supernumerary
supernumerary dapat menyebabkan yaitu mesioden. Derajat rotasi gigi
terjadinya bermacam maloklusi yang biasanya tergantung posisi,
tidak diinginkan. Oleh karena itu, kedalaman dan angulasi gigi
penatalaksanaan gigi supernumerary mesiodens yang impaksi. Penemuan
harus dilakukan untuk mencegah keadaan klinis seperti ini harus diberi
maloklusi atau untuk mengkoreksi perhatian mengingat gigi
maloklusi yang telah terjadi. supernumerary sering impaksi
Diagnosis dini adanya gigi sehingga tidak terlihat secara klinis.
supernumerary sangat penting Salah satu metode untuk
supaya prosedur perawatan pada mendiagnosis gigi supernumerary
waktu yang tepat dapat dilakukan. adalah dengan melakukan rontgen
Untuk memulai penatalaksanaan foto. Pemeriksaan radiografi
terhadap gigi supernumerary, diindikasikan bila ditemukan tanda-
diagnosis harus dilakukan melalui tanda klinis yang abnormal. Pada
pemeriksaan klinis dan radiologis. pemeriksaan gigi supernumerary,
Pemeriksaan klinis yang detail sangat radiografi yang digunakan adalah
bermanfaat dalam mencari penyebab foto periapikal, foto panoramik dan
dari gigi insisif sentral yang gagal foto lateral. Bila diduga adanya gigi
erupsi. Beberapa keadaan klinis supernumerary, pemeriksaan
seperti gigi insisif sentral sulung radiografi tambahan dibutuhkan
yang mengalami retensi, jaringan untuk membantu menentukan
lunak yang padat pada mukosa labial diagnosis. Sebagai contoh, foto
oklusal rahang atas dapat memberi Manajemen gigi supernumerary ini
gambaran yang jelas apakah ada atau harus meliputi rencana perawatan
tidak gigi supernumerary. Foto yang menyeluruh sesuai dengan
oklusal anterior dan periapikal sangat masing masing kasus.1 Terapi Kasus
bermanfaat untuk mendapatkan Diastema Akibat Gigi
detail dari regio insisif. Untuk Supernumerary. Bahwa erupsi
mendeteksi posisi buko-lingual gigi gigi insisif dapat mengalami
supernumerary yang tidak erupsi, pergeseran atau displacement akibat
prinsip radiografi parallax dapat gigi supernumerary. Pergeseran ini
digunakan. Selain itu, foto lateral dapat diperbaiki dengan perawatan
regio insisif dapat membantu dokter ortodontik yang bertujuan untuk
gigi menentukan kedalaman dan menutup ruang yang ada akibat
tinggi gigi supernumerary yang pergeseran tersebut. Secara umum,
tertanam jauh dalam palatum. Hal ini perawatan diastema ini terdiri dari
dilakukan untuk mencari metode tiga fase sebagai berikut: (a)
yang tepat dalam mengeluarkan gigi menghilangkan faktor penyebab
supernumerary.1 sebelum memulai perawatan. Gigi
supernumerary yang sering
Manajemen Perawatan Maloklusi menyebabkan diastema atau spacing
Yang Disebabkan oleh Gigi adalah mesiodens yang impaksi di
Supernumerary secara Ortodontik antara akar gigi insisif sentral. Pada
penatalaksanaan gigi supernumerary kasus ini, mesiodens yang impaksi
tergantung dari beberapa faktor, harus diekstraksi terlebih dahulu. (b)
yaitu posisi dan tipe gigi perawatan aktif; terdiri dari
perawatan dengan menggunakan alat
ortodontik cekat atau lepasan. Alat
ortodontik lepasan sederhana yang
terdiri dari finger spring atau split

Gambar (A) Penutupan diastema Gambar (B)


labial bow dapat digunakan untuk
Penatalaksanaan sentral dengan menggunakan diastema
sentral dengan split labial bow. menggunakan menutup diastema sentral. Finger
fingerspring.
spring dipasang pada distal dari
supernumerary serta efeknya
kedua insisif sentral. Perawatan
terhadap gigi-gigi tetangga.
dengan split labial bow dapat dibuat merasa tidak nyaman yang dapat
dari kawat stainless steel yang berakibat mengganggu penampilan.
berukuran 0,7 mm. Setiap labial bow 2. Perlu dilakukan diagnosis dan
dibuat sampai ke distal mahkota gigi rencana terapi yang tepat dimana
insisif sentral yang berlawanan sisi perawatan ortodonti dibutuhkan
(c) retensi; Diastema sentral sesuai dengan kasus yang dapat
merupakan maloklusi yang mudah terjadi antara lain Kasus Diastema,
dirawat tetapi mudah untuk relaps. Kasus Gigi Impaksi, Kasus
Oleh karena itu diperlukan retensi Crowding/ Gigi berjejal, Kasus
untuk stabilisasi akibat pergerakan Rotasi Gigi. Manajemen orthodonti
gigi tersebut. Retensi jangka panjang yang dapat dilakukan adalah
juga dapat diaplikasikan dengan perawatan dengan alat ortodontik
menggunakan alat-alat seperti cekat atau alat ortodontik lepasan,
retainer dengan lingual bonded. dan terakhir diberikan retensi untuk
Retainer lain yang dapat digunakan stabilisasi agar tidak terjadi relaps.1
adalah Hawley’s retainer dan
sebagainya.1 PEMBAHASAN
Kesimpulan Prevalensi supernumerary teeth pada
Penyebab gigi supernumerary dapat gigi permanen telah dilakukan dalam
berasal dari faktor heriditer, bebera papenelitian bervariasi 0,45-
gangguan/anomali pertumbuhan gigi 4,5%. Di Irlandia bervariasi 2,2-
dan jaringan-jaringan lainnya serta 3,7%. Prevalensi supernumerary
beberapa teori yang mengemukakan teeth 0,2-3,5% dan lebih sering
etiologi seperti teori avatisme dan ditemukan pada gigi permanen dari
teori dikotomi. Gigi supernumerary pada gigi sulung. Frekuensi terjadi
ini merupakan suatu masalah yang gigi lebih pada periode gigi sulung
cukup serius pada pasien karena adalah 0,06-0,8%. Hasil penelitian
dapat menjadi faktor resiko yang dilakukan Dash mengenai
maloklusi terutama bila gigi supernumerary teeth di India
supernumerary ini tumbuh di bagian menunjukkan prevalensi 0,65%,
anterior diantara kedua gigi sementara penelitian yang dilakukan
insisif(mesiodens) sehingga pasien Nasgari di Kawasan Selatan India,
menunjukkan prevalensi teeth yang berada pada rahang atas
supernumerary teeth 1,2%. Penelitian anterior dan berdekatan dengan
yang dilakukan Sharma dan Singh sutura mid-line, dan antara gigi
menunjukkan bahwa supernumerary insisivus rahang atas. Selain
teeth dideteksi dengan pemeriksaan mesiodens, biasanya terdapat
klinis danradiografi.Pada anak laki- supernumerary teeth di sebelah gigi
laki lebih sering terjadi daripada molar yang disebut paramolar, di
perempuan dengan rasio 2,9:1. bagian paling belakang dari
Single supernumerary terlihat pada gigimolar terakhir disebut juga
79% pasien, 20% untuk dua distomolar atau disebelah gigi
supernumerary dan 1% memiliki tiga premolar disebut parapremolars.5
atau lebih supernumerary teeth atau Gigi tambahan ini berasal dari
multiple supernumerary. pembelahan lamina dental dan
Supernumerary teeth lebih sering mengenai hingga 4% dari populasi.
terjadi pada rahang atas. Walaupun gigi supernumeray dapat
Supernumerary teeth bisa terjadi ditemui pada penderita sindrom
pada beberapa regio pada bagian seperti kleidokranial displasia dan
rahang, misalnya regio antara, yaitu sindrom gardner, nemun sebagian
pada daerah insisivus depan atas besar kasusnya sporadis (pengaruh
yang disebut juga mesiodens. herediter) dan 98% mengenai
Mesiodens adalah supernumerary maksila. 6
Daftar Pustaka
1. Herlianti IS. Gigi Supernumerary dan Perawatan Ortodonsi. E-Journal WIDYA
Kesehatan Dan Lingkungan 2013; (1)1:37-45.
2. Tessa H. Anomali Supernumerary.25 mei 2012.
http://tessahurint.blogspot.com/2012/05/anomali-supernumerary.html?m=1.
(19 oktober 2019).
3. Teuku AA. Multiple Supernumerary Teeth yang Langka: Sebuah Laporan
Kasus. Cakradonya Dent J 2015; 7(2):807-68.
4. Wina ESU, Emut L. Penatalaksanaan Odontektomi Gigi Mesiodens Bilateral
dengan Posisi Inverted Pada Anak. In: Diatri NR, Margareta R. Seminar Ilmiah
Nasioal Ikorgi III, 2018:303-06.
5. Asmawati, Bahruddin T, Nurul M. Prevalensi dan Karakteristik Supernumerary
teeth pada anak usia 13-15 tahun di makassar. Dentofasial 2014;(13)1:59-62.
6. Dugal, M., Agus.C., Jack. T., 2014. At a Glance Kedokteran Gigi Anak.
Jakarta: EGC. pp:87.

You might also like