Professional Documents
Culture Documents
Nur Jannatun Naim-Fkik PDF
Nur Jannatun Naim-Fkik PDF
Relation family support with level of anxiety Primipara mom (mother) Facing
childbirth in health society center of Pamulang Sourth Districk of Tangerang.
ABSTRACT
viii
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ABSTRAK
Bibliography : 44 (1970-2009)
viii
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU
PRIMIPARA MENGHADAPI PERSALINAN DI PUSKESMAS PAMULANG KOTA
TANGERANG SELATAN
Skripsi diajukan untuk memenuhi syarat pada Fakultas Kedokteran untuk mendapatkan gelar
Sarjana Keperawatan (S. Kep)
daku di kuasai perasaan takut miskin dan sengsara. Bangkitkan dalam jiwaku bahwa
Wahai Alloh, pelabuhan tempatku menambatkan cita-cita dan harapan. Anugrahilah aku
dengan semangat untuk terus berjuang di tengah kesulitan yang aku alami . jangan
biarkan aku menjadi manusia yang instan yang memperoleh sesuatu secara mudah tanpa
Semoga aku dapat memberikan yang terbaik untuk semua orang yang pernah hadir
dalam hidupku, baik ia mengukir suku, duka ataupun yang menyisakan luka. Ku yakin
semua itu adalah sebagian dari kisah yangharus ku lalui, yang semakin
mendewasakanku
Agama : Islam
Ibu : Sami
Farma
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang…………………………………………...……………… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………….……....... 8
C. Pertanyaan penelitian…………………………......................................... 8
D. Tujuan Penelitian…………………………………………..……….…… 9
E. Manfaat Penelitian……………………………………………….…….. 10
xiii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan…………………………………………………..………..... 11
1. Pengertian Kecemasan………………………………….….……..... 11
2. Jenis Kecemasan…………………………………………..……...… 11
3. Tingkat Kecemasan…………………………………….….…….…. 12
5. Respon Kecemasa………………………………………..…………. 14
6. Reaksi Kecemasan……………………………….……...…...…..… 16
7. Mekanisme Koping…………………………..………...……..…… 16
8. Gejala Kecemasan……………………………………………......... 17
9. Factor Pencetus…………………………………………….….......... 18
13 Terapi Farmakologi………………………………………………….24
14 Faktor Predisposisi…………………………………………………. 25
a. Psikoanalisa….. ……………………...………………………….25
b. Interpersonal…………………………………..…………………26
c. Behavior………………………………………………………….28
d. Keluarga ……………………………….………………………...30
xiv
e. Biologi …………………………………………………...……...36
1. Kehamilan……………………………………………….……………. ..37
2. Persalinan…………….…………………………………..…………… ..42
C. Kerangka Teori………………………………………….……………... 43
A. Kerangka Konsep………………………………………..……………... 43
B. Hipotesis……………………………………………….………………. 44
C. Definisi operasional………………………………….………………… 48
A. Desain penelitian………………………………………….…….……… 49
1. Populasi…………...…………………………………..……………. .50
2. Sampel …………………………………………………….……….. 50
3. Besar sampel………………………………………………..………. 51
D. Kriteria sampel………………………………………………..………... 51
E. Pengumpulan data………………………………………………..…….. 51
1. Jenis data………………………………………………………..…... 52
2. Instrument data……………………………………………..………. 53
xv
3. Prosedur pengumpulan data….………………………….………….. 54
G. Pengolahan data……………………………………………….……….. 56
1. Editing………………….…………………….……………….…….. 56
2. Coding………………………………………………………..…….. 56
3. Entry data………………………………………………..………….. 56
H. Analisis data………………………………………………..…………... 57
2. Analisis Bivariat…………………………...…..…………….57
I. Etika penelitian……………………………………………….………... 60
1. Informed Consent………………………………….……….……….. 60
3. Kerahasiaan (confidentiality)……………………………….………. 60
1. Letak wilayah…………………………………..……………...……. 61
3. Program Puskesmas………….…………………..………….……… 62
xvi
4. Tenaga kerja……………………………………….……….……….. 63
D. Analisis Multivariat…………………………………………..………....….. 74
BAB VI PEMBAHASAN
A. Kesimpulan…………………………..……………………………….... 86
xvii
B. Saran …………………………..………………………………...…….. 87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xviii
DAFTAR TABEL
No. tabel
xix
DAFTAR BAGAN
xx
LAMPIRAN
Lampiran
2. Informed consent
3. Kuesioner
xxi
DAFTAR SINGKATAN
GH : Growth Hormone
xxii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
status kesehatan jiwa secara global memperlihatkan 25% penduduk pernah mengalami
gangguan mental dan perilaku, namun hanya 40% yang terdiagnosis. Selain itu, 10%
populasi orang dewasa mengalami gangguan mental dan perilaku, sedangkan sekitar
prevalensi gangguan jiwa sekitar 4,6%. Sedangkan, gangguan mental emosional jauh
lebih besar yakni sebesar 11,6%. Tingginya angka gangguan emosional tersebut
Salah satu masalah gangguan emosional yang sering ditemui di masyarakat dan
Stuart dan Laraia (2005) kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini
tidak memiliki objek yang spesifik, dialami secara subjektif dan dikomunikasikan
secara interpersonal.
1
2
Menurut Mauro dan Murray (2000) kecemasan merupakan suatu respon yang
diperlukan untuk hidup, namun bila tingkat cemas ini berat akan mengganggu
kehidupan baik secara kualitas maupun kuantitas. Kecemasan dapat disebabkan oleh
traumatis akan perpisahan atau kehilangan, rasa frustasi akibat kegagalan dalam
mencapai tujuan dan ancaman terhadap integritas diri maupun konsep diri (Suliswati,
2005). Salah satu contoh kecemasan yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-
seorang ibu dan seluruh keluarga. Selain itu juga merupakan saat yang paling
dramatis apalagi bagi ibu yang pertama kali mengalaminya. Pengalaman baru ini
memberikan perasaan yang bercampur baur, antara bahagia dan penuh harapan
tetapi juga pembentukan baru dari sebuah keluarga dengan tambahan anggota dan
Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres, tetapi
berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan
mengemban tanggung jawab yang lebih besar. Seiring persiapannya menghadapi peran
baru, wanita mengubah konsep dirinya supaya siap menjadi orang tua. Pertumbuhan
3
hubungan dengan anak yang belum lahir, dan mempersiapkan diri menghadapi
terutama ibu primipara, yaitu seorang ibu yang baru melahirkan pertama kali (Bobak,
2004). Sekitar bulan ke-8 mungkin terdapat periode tidak semangat dan depresi, ketika
mudah lelah dan tergantung pada pasangan atau orang lain di sekitarnya. Calon ibu
persalinan, kelahiran, dan bayinya. Hal ini membuat ibu mulai protektif terhadap bayi
yang sedang berkembang dan mencoba menghindari sesuatu yang dapat mengurangi
Hal senada juga di ungkap oleh Kartono (1992) bahwa pada usia kandungan tujuh
bulan ke atas, tingkat kecemasan ibu hamil semakin akut dan intensif seiring dengan
mendekatnya kelahiran bayi pertamanya. Pada trimester ini merupakan masa riskan
ibu hamil.
Hal yang mempersulit proses persalinan selain bersifat klinis seperti plasenta
previa, suasana psikologis ibu yang tidak mendukung ternyata ikut andil. Misalkan, ibu
dalam kondisi cemas yang berlebihan, khawatir dan takut tanpa sebab, sehingga pada
akhirnya berujung pada stres. Cemas yang berlebihan menyebabkan kadar hormon
4
epinefrin). Efek kadar hormon yang tinggi dalam menghambat persalinan dapat
yang mengakibatkan otot tubuh menegang, terutama otot-otot yang berada di jalan
rahim ikut menjadi kaku dan keras sehingga sulit mengembang. Tidak hanya itu, emosi
yang tidak stabil dapat membuat rasa sakit yang meningkat. Menjelang persalinan, ibu
hambatan. Semakin ibu tenang menghadapi persalinan maka persalinan akan berjalan
menemukan bahwa antara kecemasan berat dan sikap permusuhan selama kehamilan
yang dialami ibu hamil. Perawat harus dapat mengenali gejala kecemasan dan
kehamilan, persalinan, kecemasan dan efek kecemasan pada ibu hamil dan janin.
(Dagun, 1991).
Hasil penelitian oleh Anik (2008) di wilayah kerja Puskesmas Tanon I kecamatan
Tanon, Sragen, data tahun 2007 tercatat angka ibu melahirkan sebanyak 422 kelahiran
hidup. Berdasarkan hasil wawancara terhadap ibu yang baru pertama menghadapi
Penelitian Astuti (2005) mengenai kecemasan ibu hamil, dari 50 responden diperoleh
cemas ringan (46%), sedang (50%), dan berat (4 %). Penelitian Yuliana (2008),
mengenai gambaran kecemasan pada ibu hamil Trimester III, dari 51 responden yang
diteliti diperoleh tidak mengalami cemas (49%), ringan (47.1%), dan sedang (3.9%).
Menurut Stuart dan Laraia (2005), ada beberapa faktor yang menyebabkan
penelitian ini yang diteliti adalah keluarga. Karena keluarga merupakan lingkungan
yang dimiliki setiap individu, lingkungan ini yang membentuk kepribadian seseorang
dari kecil hingga dewasa, dan dalam keluaraga yang sering muncul adalah dukungan.
Sedangkan faktor psikoanalisa dan biologi tidak diteliti karena kedua hal ini terjadi
dibawah alam sadar seseorang dan tidak disadari. Pada interpersonal dan behavior,
tidak diteliti karena ada perbedaan respon tiap individu dan tidak dapat diukur secara
objektif.
Dukungan keluarga baik yang dimiliki calon ibu akan menunjukkan perasaan
tenang, sikap positif terhadap diri sendiri dan kehamilannya, atau sebaliknya.
cenderung akan terlihat kurang peduli. Ketika memiliki dukungan keluarga diharapkan
mudah menerima perubahan fisik serta mengontrol gejolak emosi yang timbul.
menimbulkan ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri ibu (Dagun, 1991).
tanggal 23 Juni 2010 didapatkan hasil bahwa dari 5 orang ibu primipara terdapat 3 ibu
dukungan keluarga, hampir 80% ibu hamil yang melakukan ANC ditemani oleh suami
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan,
sehingga apabila dia Telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa:
"Ya Tuhanku, tunjukilah Aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang Telah Engkau
berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya Aku dapat berbuat amal yang
saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan)
kepada anak cucuku. Sesungguhnya Aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya
Berdasarkan uraian di atas bahwa kecemasan yang dialami ibu hamil trimester III
terutama ibu Primipara, ternyata tidak hanya mempunyai dampak secara psikologis,
tetapi juga berpengaruh pada fisik ibu. Ketika kecemasan yang dialami ibu tidak
ditangani maka akan berdampak saat ibu melahirkan, meningkatkan persepsi nyeri
ibu dan memperlama proses persalinan. Karena itu kami tertarik untuk meneliti tentang
8
salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu dukungan keluarga pada ibu
B. Rumusan Masalah
Kecemasan pada ibu hamil apabila tidak ditangani dengan serius akan membawa
dampak dan pengaruh terhadap fisik dan psikis, baik pada ibu maupun janin. Jika hal
ini dibiarkan terjadi, maka akan memperlama proses persalinan dan meningkatkan
persepsi nyeri. Hal ini berakibat resiko kematian pada saat persalinan.
Menurut Stuart & Laraia (2005) ada 5 faktor yang menyebabkan terjadinya
penelitian ini yang diteliti adalah Dukungan Keluarga, karena dukungan keluarga
sangat berperan dalam menjaga dan mempertahankan integritas fisik maupun psikologi
(Taylor, 2006). Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan penelitian tentang
persalinan.
C. Pertanyaan Penelitian
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
E. Manfaat Penelitian
Untuk mengidentifikasi kecemasan yang terjadi pada ibu primipara trimester III
Dapat dijadikan sebagai masukan bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya
yang sesuai dalam mengatasi dan mengurangi kecemasan ibu primipara trimester
3. Bagi pendidikan
Dapat dijadikan sebagai data dasar bagi peneliti lain untuk kepentingan
Penelitian ini melihat hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan dan
dukungan keluarga dengan kecemasan setelah dikontrol dengan variabel lain yaitu
interpersonal dan behaviour. Serta melihat sejauh mana faktor tersebut berhubungan
Puskesmas lain di Tangerang Selatan. Populasi penelitian ini adalah ibu primipara
trimester III (7-9 bulan), dan yang melakukan ANC di Puskesmas Pamulang 2010.
11
penelitian cross sectional. Teknik pengambilan sampel dengan Total Sampling, yaitu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan merupakan aspek yang selalu ada dan menjadi bagian dari
dirinya dan hubungan dengan yang lain. Kecemasan merupakan ketakutan yang
ketakutan, kekhawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya sistem syaraf pusat. Freud
perasaan yang tidak menyenangkan, yang diikuti oleh reaksi fisiologis tertentu seperti
2. Jenis Kecemasan
Menurut Hall dan Lindzey (2000) kecemasan itu ada tiga, yaitu kecemasan realita,
a. Kecemasan realita
Rasa takut akan bahaya yang datang dari dunia luar dan derajat kecemasan
b. Kecemasan neurotik
Rasa takut instink akan keluar jalur dan menyebabkan sesorang berbuat sesuatu
c. Kecemasan moral
Rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri. Orang yang hati nuraninya cukup
3. Tingkat Kecemasan
Menurut Stuart dan Sundeen (2002), ada empat tingkat kecemasan yang dialami
a. Kecemasan ringan
pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah
b. Kecemasan sedang
selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi
pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan
tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal,
c. Kecemasan berat
berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta
tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak
pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi
yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea,
tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi
menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan
bingung, disorientasi.
15
d. Panik
kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu
walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini
Rentang respon kecemasan terdiri dari respon adaptif dan maladaptif. Respon
menghindari kontak dengan orang lain atau mengurung diri, tidak mau mengurus
6. Respon Kecemasan
Menurut Stuart dan Laraia (2005), ada 2 macam respon yang dialami seseorag
1) Kardio vaskuler
2) Respirasi
Napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik.
3) Kulit
Perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh tubuh,
4) Gastrointestinal
Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di epigastrium, nausea,
diare.
5) Neuromuskuler
1) Perilaku
Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik diri,
menghindar.
2) Kognitif
yang berlebihan, obyektifitas menurun, takut kecelakaan, takut mati dan lain-
lain.
3) Afektif
Tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar biasa, sangat gelisah.
17
6. Reaksi Kecemasan
a. Konstuktif
b. Destruktif
7. Mekanisme Koping
Menurut Stuart dan Laraia (2005) mekanisme koping merupakan cara yang
digunakan individu dalam menghadapi masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan
situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku. Mekanisme koping
Upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntutan
untuk mengubah cara yang biasa dilakukan individu, mengganti tujuan atau
tersebut berlangsung secara relatif pada tingkat sadar dan mencakup penipuan
18
diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini merupakan respon maladaptif
terhadap stres.
8. Gejala Kecemasan
a. Fase 1 (satu)
Keadaan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh mempersiapkan
diri untuk fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya). Pada fase ini tubuh
merasakan tidak enak sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon adrenalin dan
noradrenalin. Karena itu maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di
otot dan kelelahan, terutama di otot-otot dada, leher dan punggung. Hal ini
menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan menimbulkan nyeri
dan spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari kelompok agonis dan
antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan mudah dapat dilihat
pada jari-jari tangan (Wilkie, 1985). Pada fase ini kecemasan merupakan mekanisme
peningkatan dari sistem syaraf yang mengingatkan kita bahwa system syaraf
fungsinya mulai gagal mengolah informasi yang ada secara benar (Asdie, 1988).
b. Fase 2 (dua)
Gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah, ketegangan otot, gangguan tidur
dan keluhan perut, penderita juga mulai tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak
ada motifasi diri (Wilkie, 1985). Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah
menangis tanpa sebab, yang beberapa saat kemudian menjadi tertawa. Mudah
19
menangis yang berkaitan dengan stres mudah diketahui. Akan tetapi kadang-kadang
dari cara tertawa yang agak keras dapat menunjukkan tanda adanya gangguan
kecemasan fase dua (Asdie, 1988). Kehilangan motivasi diri bisa terlihat pada
diri saja beberapa lama dengan hanya melihat barang yang jatuh tanpa berbuat
c. Fase 3 (tiga)
Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor tetap
saja berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan
gejala-gejala yang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identifikasi
kaitannya dengan stres, gejala kecemasan pada fase tiga umumnya berupa
perubahan dalam tingkah laku dan umumnya tidak mudah terlihat kaitannya dengan
stres. Pada fase tiga ini dapat terlihat gejala seperti, intoleransi dengan rangsang
mampu ia tolerir, gangguan reaksi terhadap sesuatu yang sepintas terlihat sebagai
disebabkan oleh berbagai sumber yaitu sumber internal maupun sumber eksternal, hal
Merupakan sesuatu yang terjadi yang dapat merusak identitas harapan diri dan
dalam masyarakat.
adalah:
a. Represi
Pada terminologi Freud, represi adalah pelepasan tanpa sengaja sesuatu dari
b. Reaksi Formasi
Reaksi formasi adalah bagaimana mengubah suatu impuls yang mengancam dan
tidak sesuai serta tidak dapat diterima norma sosial diubah menjadi suatu bentuk
c. Proyeksi
impuls yang tidak baik, agresif dan tidak dapat diterima sebagai bukan miliknya
d. Regresi
periode awal dalam hidupnya yang lebih menyenangkan dan bebas dari frustasi
e. Rasionalisasi
kembali perilaku kita untuk membuatnya menjadi lebih rasional dan dapat
f. Pemindahan
g. Sublimasi
h. Isolasi
Isolasi adalah cara kita untuk menghindari perasaan yang tidak dapat diterima
dengan cara melepaskan mereka dari peristiwa yang seharusnya mereka terikat,
Anxiety Rating Scale (HARS), Analog Anxiety Scale, Zung Self-Rating Anxiety Scale
(ZSAS), dan Trait Anxiety Inventory Form Z-I (STAI Form Z-I) (Kaplan & Saddock,
1998). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen Zung Self-Rating Anxiety
Scale (ZSAS), yang merupakan instrumen yang dirancang untuk meneliti tingkat
kebutuhan penelitian. Instrumen ZSAS dikembangkan oleh William W.K Zung (1997).
berbentuk respon emosional yang tidak menyenangkan, ditandai oleh perasaan takut
dan khawatir terhadap ancaman bahaya yang tidak teridentifikasi dan bersumber pada
dengan jelas penderita kecemasan dengan diagnosa lain dan juga hubungan antara
mengatasi koping individu yang tidak efektif pada diagnosa keperawatan ansietas
antara lain : mengkaji kapasitas fungsi saat ini, mengembangkan tingkat fungsi dan
mendengarkan secara aktif terkait masalah klien, dan identifikasi persepsi tentang apa
koping sekarang yang digunakan, memberi informasi tentang cara lain untuk
menghadapi kecemasan (misalnya, pengenalan dan ekspresi perasaan yang sesuai serta
cara menenangkan dan menentramkan hati, menyatakan dengan jelas perilaku klien,
memahami klien dalam mencari pandangan terhadap situasi yang menyebabkan stres,
prognosisnya.
pungung atau leher sesuai kondisi, mendorong aktivitas yang nyaman sesuai kondisi,
dalam mengartikan suatu uraian realitas terhadap suatu peristiwa yang akan datang,
a) Terapi kognitif
Varcorolis, dkk (2006) menjelaskan bahwa terapi kognitif merupakan terapi yang
penilaian negatif terhadap diri sendiri dan orang lain. Selama proses restrukturisasi
dan mengganti hal negatif yang telah diungkapkan dengan ide–ide yang
membangun.
b) Terapi perilaku
c) Teknik relaksasi
Menurut Stuart dan Laraia (2000) seseorang yang mengalami perasaan tidak
25
tentram, cemas dan stres psikologis. Jika diberikan suatu latihan relaksasi yang
terprogram secara teratur maka akan menurunkan denyut nadi, tekanan darah tinggi,
d) Modelling
yang sesuai dalam situasi yang ditakutkan dan kemudian klien menirukan.
14.Terapi Farmakologi
hipnotik, dan anti konvulsan. Mekanisme kerja dari obat ini adalah mendepresi
susunan syaraf pusat (SSP) kecuali buspiron (Buspar). Meskipun mekanisme kerja
yang tepat belum diketahui, obat anti ansietas menimbulkan efek yang diinginkan
melalui interaksi dengan serotonin, dopamine, dan reseptor neurotransmitter lain. Obat
Menurut Copel (2000), efek samping yang umum dari penggunaan obat anti
ansietas yakni, pada SSP (pelambatan mental, mengantuk, vertigo, bingung, tremor,
letih, depresi, sakit kepala, kejang, delirium, kaki lemas, ataksia, bicara tidak jelas),
mulut kering, muntah). Kontra indikasinya yaitu, penyakit hati, klien lansia, penyakit
26
hati, glaucoma, kehamilan atau menyusui, psikosis, dan penyakit pernafasan yang telah
Alprazolam (xanax) 1- 4
Fluoxetine (Prozac) 20 – 60
a. Psikoanalisa
Pandangan psikoanalitik adalah bahwa dalam kasus tertentu kecemasan adalah suatu
sinyal dari kekacauan bawah sadar yang memerlukan pemeriksaan. Kecemasan dapat
normal, adaptif, maladaptif, terlalu kuat, atau terlalu ringan, tergantung pada keadaan.
Freud mengatakan bahwa prototipe dari semua anxietas adalah trauma masa lahir (Otto
Rank, 1986).
Janin saat dalam masa kandungan merasa dalam dunia yang nyaman, stabil dan aman
dengan setiap kebutuhan dapat dipuaskan tanpa ada penundaan. Tiba-tiba saat lahir
beradaptasi dengan realitas, yaitu kebutuhan instinktual tidak selalu dapat ditemukan.
Sistem saraf bayi yang baru lahir masih mentah dan belum tersiapkan, tiba-tiba
27
dihadapkan dengan stimulus sensorik yang keras dan terus-menerus. Trauma lahir,
dengan peningkatan kecemasan dan ketakutan bahwa Id (aspek dari kepribadian yang
berhubungan dengan dorongan insting yang merupakan sumber energi psikis yang
bekerja berdasarkan prinsip kepuasan/pleasure principle dan selalu ingin dipuaskan) tidak
kecemasan.
Hal ini menyebabkan tekanan pada individu dan menjadi dorongan pada individu
bahwa ego sedang dalam ancaman dan oleh karena itu apabila tidak ada tindakan maka
ego akan terbuang secara keseluruhan. Ada berbagai cara ego melindungi dan
mempertahankan dirinya. Individu akan mencoba lari dari situasi yang mengancam serta
berusaha untuk membatasi kebutuhan impuls yang merupakan sumber bahaya. Individu
b. Interpersonal
Perasaaan penolakan, pengucilan, stigmatisasi, dan jenis lain dari penolakan memiliki
interpersonal terhadap perilaku dan emosi, adalah pengantisipasian, dan trauma serta
mengakibatkan kecemasan.
perilaku yang bertahan sepanjang hidup. Hal ini meliputi perasaan tidak berdaya, trauma
diri, gagal membentuk pertahanan diri dari ancaman, perasaan terisolasi, takut kematian,
rasa tidak berdaya (Hudak&Gallo, 1995; Glenorae, 1993). Menurut Sullivan dalam
(2000) kecemasan dimulai pada awal hubungan antara bayi dan ibunya. Melalui
hubungan emosional inilah, kecemasan pertama kali disampaikan ibu kepada anaknya.
bayi merespon seperti ketika dia bersatu bersama ibunya. Ketika anak tumbuh dewasa,
dia akan melihat ketidak mampuan dalam setiap tindakannya, sehingga dapat
akhirnya menjadikan seorang rentan terhadap kecemasan. Kecemasan dapat pula timbul
dikemudian hari ketika dia kehilangan. Manusia adalah suatu sistem energi, yang salah
kecemasan, sebab individu mempunyai adaptasi yang besar terhadap stressor, sedangkan
individu yang kepribadian tidak matang yaitu, bergantung pada orang lain. Orang ini
c. Behaviour
Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu
yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli
keinginan untuk menghindari rasa sakit. Teori behavior menjelaskan bahwa kecemasan
kecemasan terhadap hal-hal yang pernah dialami sebelumnya dan reaksi-reaksi yang telah
dipelajari dari pengalamannya (Bellack & Hersen, 1988; dalam Wangmuba, 2009).
Beberapa teori perilaku mengajukan bahwa kecemasan adalah hasil dari kegagalan yang
mungkin terdapat halangan yakni, gangguan, keamanan, perasaan dari diri sendiri.
Pandangan perilaku ini orang merasa cemas saat terancam tujuan yang tidak realistik. Hal
Penelitian psikologi percaya bahwa kecemasan dimulai dari peningkatan stimulus dari
luar. Kecemasan dalam perilaku dapat meliputi, hubungan dengan orang tua. Bagaimana
orang tua memandang sesuatu sebagai sumber kecemasan, maka anaknya akan berespon
sama terhadap hal tersebut. Jika orang tua sepenuhnya mempunyai potensi untuk
mengalami stress, seperti saat sendirian dan cemas terhadap sesuatu, sehingga respon emosi
yang berasal dari orang tua akan membuat anak belajar melakukan mengalami hal yang
Kecemasan juga muncul berhubungan konflik, konflik ini ditemukan ketika seseorang
mengalami persaingan dan membuat suatu pilihan. Konflik menimbulkan cemas dan
30
Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Keikutsertaan ciri-
ciri individual dalam interaksi sosial, menjadikan konflik situasi yang wajar dalam setiap
Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus dimasyarakat. Konflik yang
terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat
menciptakan konflik.
a) Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia
adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan
yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan
sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik
sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan
dengan kelompoknya.
a) Pendekatan-pendekatan
b) Pendekatan-penghindaran
Seseorang yang mengejar tujuan dan menghindari dalam saat yang sama.
c) Penghindaran-penghindaran
Seseorang yang memilih diantara 2 hal yang tidak diinginkan, kedua pilihan
Orang yang dapat kedua hal yang menguntungkan dan aspek yang tidak
6) Keluarga
Kecemasan disebabkan adanya pola interaksi yang tidak adaptif dalam keluarga. Studi
pada keluarga dan epidemiologi menunjukkan bahwa kecemasan selalu ada pada tiap
keluarga dalam berbagai bentuk dan sifat yang berbeda (Hettema, 2001). Suliswati
mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap konflik dan cara mengatasi
kecemasan.
Keluarga dihubungkan oleh ikatan yang sangat kuat, bahkan lebih kuat saat
anggota keluarga, maka akan mempengaruhi kecemasan yang dialami individu. Peran
32
kesehatan tubuh dan menciptakan efek yang positif. Dukungan keluarga diartikan
sebagai bantuan orang saat menghadapi keadaan yang kurang menyenangkan dalam
hidup. Keluarga merupakan bagian dari kelompok sosial. House (2000 dalam Smet,
terhadap yang bersangkutan. Menurut Stuart dan Sundeen (1991) bentuk dukungan
a) Penerimaan yaitu tidak ada stigma dari keluarga untuk anggota keluarga.
lain, dorongan maju, persetujuan dengan gagasan atau dengan individu, dan
dengan individu lain. Menurut Stuart dan Sundeen (1991) bentuk dukungan
situasi tertentu.
balik.
integritas seseorang baik secara fisik ataupun psikologis. Deaux & Wrightmans, (1998
dalam Taylor, 2006) mengatakan bahwa orang yang berada dalam keadaan stres akan
mencari dukungan dari orang lain sehingga dengan adanya dukungan tersebut, maka
yang tinggi akan dapat mengatasi stresnya lebih baik (Taylor, 2006).
Ada dua model utama yang dapat menjelaskan peranan dari dukungan keluarga
dalam menghadapi suatu peristiwa dan dampak dari stres yang sedang dihadapi
seseorang (Taylor, 2006), yaitu the direct effects dan the buffering model.
Berdasarkan the direct effects, dukungan keluarga melibatkan jaringan yang cukup
luas mempunyai dampak positif secara langsung bermanfaat bagi kesehatan dan
dan pengalaman positif bahwa kehidupan dapat berjalan stabil bila mendapat
dukungan dari lingkungan sekitarnya. Adanya model yang memberikan contoh atau
gaya cara hidup sehat, penguatan tingkah laku sehat serta dorongan semangat dan
pengaruh orang yang berarti merupakan faktor–faktor dari lingkungan eksternal yang
Contoh / model
Penguatan tingkah
Faktor laku Sehat dan
lingkungan keadaan
eksternal Dorongan sejahtera
(dukungan semangat
keluarga)
Pengaruh orang
berarti
tentang kesehatan dengan melindungi anggota keluarga dari dampak negatif yang
ditimbulkan oleh stres. Cohen (dalam Sarafino, 2004) menggambarkan dua cara model
ini. Pertama, ketika ada anggota keluarga yang menghadapi stres kuat dan menilai
dukungan keluarga yang tinggi maka orang terssebut dapat menilai rendah stressor
yang muncul dibandingkan dengan orang yang sedikit mendapat dukungan dari
Stres
Kurang dukungan
keluarga Sakit
Menurut Richardson (1983) yang dikutip oleh Bobak, dkk, (1995), orang yang
paling penting bagi ibu hamil adalah ayah dari anaknya (suami). Ibu yang dirawat oleh
suaminya selama kehamilan mempunyai lebih sedikit gejala emosional dan fisik, lebih
komplikasi persalinan dan kelahiran dan lebih mudah penyesuaian post partum
e. Dasar Biologi
fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor (Stuart
Gamma Amino Butiric Acid (GABA), yang mengontrol aktivitas neuron di bagian otak
mencapai atau mengikat ke reseptor GABA di membrane post sinaps, maka saluran
Faktor predisposisi
Faktor presipitasi
Integritas fisik
Penilaian stressor
Kekuatan koping
Mekanisme koping
Destruktif
Konstruktif
1. Kehamilan
harapan, kebahagiaan, dan kekecewaan. Seorang wanita hamil mungkin telah siap
menampung hasil pembuahan, tetapi dari segi kejiwaan belum tentu siap. Pengalaman
menginginkan, kebahagiaan, dan lain-lain dapat diekspresikan secara bebas dan tidak
dapat diekspresikan secara bebas serta kadang-kadang perasaan ini sebagian besar
tidak disadari. Perasaan menolak meliputi cemas dan takut akan sakit waktu
aktifitas sosial, kelelahan, kesediaan merawat bayi, masalah biaya, perasaan cemas
Pada kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, pada penelitian ini hanya trimester
ketiga yang dijelaskan karena trimester ini merupakan klimaks dari beberapa trimester
sebelumnya.
39
a.Trimester ketiga
Selama periode ini sebagian besar wanita hamil dalam keadaan cemas yang nyata.
Sebagian belum pernah merasakan tingkat kecemasan ini sebelumnya dan yang
.
lainnya dapat mengatasi kecemasan tersebut dengan baik Alasan yang mungkin
Pada Trimester ke tiga ini perut ibu sudah membesar ibu akan merasakan berbagai
perasaan emosional yang berbeda-beda dan tubuh secara fisik juga mengalami
perubahan. Ibu akan mempersiapkan untuk kehadiran si bayi baru dalam keluarga. Ibu
bertemu bayi baru anda. Mungkin juga kuatir dengan kesehatan bayi anda. Ibu mulai
berfikir tentang persalinan. Perubahan, tubuh secara fisik juga mengalami perubahan
pada trimester akhir ini. Beberapa perubahan yang terjadi pada kehamilan trimester
ketiga:
a) Payudara
Keluarnya cairan dari payudara yaitu colustrum adalah makanan bayi pertama yang
b) Konstipasi
Pada trimester ke tiga ini konstipasi juga karena tekanan rahim yang membesar ke
c) Pernafasan
Pada kehamilan 33-36 banyak ibu hamil akan merasa susah bernafas hal ini karena
40
tekanan bayi yang berada dibawa diafragma menekan paru ibu. Selain itu juga rasa
terbakar di dada (heart burn) biasanya juga ikut hilang. Karena berkurangnya
d) Sering BAK
Pembesaran rahim dan ketika kepala bayi turun ke rongga panggul akan makin
e) Masalah Tidur
f) Varises
Peningkatan volume darah dan alirannya selama kehamilan akan menekan daerah
panggul dan vena di kaki. Hal ini menyebabkan vena menonjol. Pada akhir
h) Kontraksi Perut
Braxton-Hicks kontraksi atau kontraksi palsu. Kontraksi berupa rasa sakit yang
i) Bengkak
Pertumbuhan bayi akan meningkatkan tekanan pada daerah kaki dan pergelangan
kaki, kadang tangan juga bengkak disebut edema, disebabkan oleh perubahan
j) Kram Kaki
Ini sering terjadi pada kehamilan trimester ke 2 dan 3, dan biasanya berhubungan
dengan perubahan sirkulasi, tekanan pada saraf dikaki atau karena rendahnya kadar
kalsium.
41
k) Cairan Vagina
Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal. Cairan biasanya jernih,
pada awal kehamilan biasanya agak kental dan mendekati persalinan lebih cair.
Selain perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan, masalah klinis juga dapat
menyebabkan kecemasan. Masalah klinis yang paling sering terjadi trimester ketiga adalah
perdarahan. Penyebab utama perdarahan pada trimester ketiga adalah plasenta previa,
Placenta previa terjadi bila plasenta terletak terlalu rendah di dalam rahim, menutupi
pembukaan serviks.
Plasenta abruption (juga dikenal sebagai pemisahan prematur plasenta), plasenta akan
terlepas dari dinding rahim. Pendarahan dapat menyebabkan penurunan tekanan darah,
yang berbahaya bagi ibu maupun bagi bayi yang belum lahir.
c) Bloody Show
Ini adalah salah satu penyebab paling umum perdarahan vagina pada akhir trimester
ketiga. Ini dapat terjadi hanya beberapa menit sebelum persalinan atau pada awal
2. Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan/kekuatan sendiri (Manuaba, 1998).
42
Serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau
hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu.
C. Kerangka Teori
Kecemasan merupakan suatu respon terhadap situasi yang penuh dengan tekanan.
Stres dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi ancaman terhadap suatu harapan
yang mencetuskan cemas (Rawlins, at al, 1993). Stress dapat berbentuk psikologis,
sosial atau fisik. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kecemasan adalah
psikoanalisa, interpersonal, behavior, keluarga dan biologi. Pada kelima hal yang
dukungan keluarga, yaitu : the buffering model dan the direct effect model. Pada the
direct effect t model, dukungan keluarga berperan sebagai faktor yang berasal dari
luar yang meliputi. Adanya model contoh, penguatan tingkah laku, pengaruh yang
berarti dan dorongan semangat. Sedangkan, the buffering model, apabila seseorang
Faktor Predisposisi
Psikoanalisa
Interpersonal
konsep diri,
trauma kehilangan
kematangan kepribadian
Behavior
konflik
Dukungan emosional
Dukungan penghargaan
Dukungan instrumental
Dukungan informatif
Network support
Biologi
Bagan 2.4 Modifikasi Stuart & Laraia (2005), Taylor (2006), House (2000).
44
BAB III
A. Kerangka Konsep
Pada teori yang telah dikemukakan dalam tinjauan pustaka dan kerangka teori,
maka dapat disusun kerangka konsep dimana pada penelitian ini dukungan keluarga
Dukungan Kecemasan
keluarga
menghadapi
persalinan
- Interpersonal
- Behaviour
B. Hipotesa Penelitian
2. Ada hubungan antara dukungan keluarga dan tingkat kecemasan ibu primipara
C. Definisi Operasional.
uran
vital. Sedang
(61-80)
3 = Cemas
Berat (81-
100)
emosional, dukungan
penghargaan, ( 25-36)
instrumental
2 = kurang
informative dan
dukungan
network support
(12-24)
mempunyai
peranan sebagai
contoh/model,
penguatan
tingkah laku,
dorongan
semangat, dan
pengaruh orang
berarti.
48
trauma
kehilangan.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
rancangan penelitian metode cross sectional (potong lintang), karena pada penelitian
ini variabel independen, dependen serta confounding akan diamati pada waktu
(periode) yang sama. Rancangan penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah ibu primiara trimester III dan melakukan
2. Sampel
penelitian ini diambil dari populasi ibu primipara trimester III yang melakukan
bulan Maret).
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus uji hipotesis beda dua proporsi,
digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan
mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2008:72). Pada penelitian ini,
teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah Total Sampling, yaitu cara
Pengumpulan data ini dilakukan di Poliklinik Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh seorang mahasiswa
Ilmu Keperawatan. Pengumpulan data dilakukan dengan dua, yang pertama peneliti
mendatangi rumah responden berdasar alamat yang tertera dan cara kedua mlakukan
memberitahu maksud dan tujuan pengumpulan data, serta memberi informed consent
dengan beberapa pilihan jawaban, yang harus dijawab oleh responden dengan lengkap
dan jujur sesuai dengan yang dialami oleh responden. Selama pengisian kuesioner,
responden didampingi oleh peneliti, sehingga bila ada butir pernyataan yang tidak
pernyataan agar tidak ada yang ketinggalan dan sesuai dengan petunjuk pengisian.
kuesioner Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS). Selain ZSAS, peneliti juga
mengetahui dukungan keluarga, interpersonal dan behaviour yang dimiliki oleh ibu
primipara.
E. Instrumen Penelitian
1. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Zung Self-Rating Anxiety
Scale (ZSAS) dengan menggunakan kuesioner yang berisi daftar pernyataan untuk
tingkatan cemas yaitu tidak ada kecemasan, cemas ringan, cemas sedang, dan
cemas berat.. Responden memilih satu dari lima pilihan jawaban yang ada pada
kuesioner dengan menggunakan Skala Likert, dimana digunakan skoring atau nilai
Jawaban
Selalu 5 1
Sering 4 2
Kadang 3 3
Jarang 2 4
Tidak Pernah 1 5
tingkat kecemasan berupa data interval dengan kategori tidak cemas, cemas
Keterangan:
Banyak kelas = Jumlah kategori kelas yang diinginkan, dalam hal ini ada
cemas berat.
53
Sehingga dari rumus diatas diperoleh panjang kelas interval sebagai berikut:
kuesioner yang berisi daftar pernyataan untuk mengukur dukungan keluarga yang
semangat, dan pengaruh orang berarti. Instrumen ini terdiri dari 12 pernyataan, 3
keluarga yaitu kurang dukungan, dukungan baik. Responden memilih satu dari
empat pilihan jawaban yang ada pada kuesioner dengan menggunakan Skala
Jawaban Negatif
Sering 4 1
Kadang-kadang 3 2
Jarang 2 3
Tidak Pernah 1 4
Jawaban berupa data ordinal, diperiksa dan digolongkan dalam rentang kurang
dukungan, dukungan cukup dan dukungan baik. Skor pada instrumen ini dibagi
berisi daftar pernyataan untuk mengukur interpersonal yang dimiliki ibu primipara
berisi daftar pernyataan untuk mengukur behaviour yang dimiliki ibu primiara dan
55
pertanyaan mengenai konflik. Skor dan penilaian yang diberikan pada instrumen ini
Uji coba instrumen dilakukan dengan uji validitas dan uji reliabilitas tiap
instrumen berupa kuesioner, yang diuji cobakan kepada responden yang bukan
15 orang.
1.Uji Validitas
Azwar (2001) mengemukakan bahwa validitas berasal dari kata “validity” yang
mempuyai arti ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur/instrumen dalam melakukan
fungsi ukurnya. Suatu instrumen dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila
alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya sesuai dengan maksud dilakukan pengukuran
tersebut. Hagul (Singarimbun dan Syofian Effendi, 1989) menjelaskan bahwa validitas
instrumen menunjukan kualitas dari keseluruhan proses pengumpulan data dalam suatu
penelitian. Uji validitas instrumen yang dilakukan dengan menggunakan uji validitas
berdasarkan kerangka teori konsep yang akan diukur. Secara sederhana dapat
dikemukan, bahwa validitas konstrak dari sebuah instrumen ditentukan dengan jalan
56
item. Jika r-hitung lebih besar dari r-tabel pada taraf kepercayaan tertentu, berarti
dalan uji validitas item pada penelitian ini adalah 95% dengan jumlah responden 15
(N=15). Item-item yang memiliki nilai r hitung > r tabel (0,501) itu item yang
2.Uji Reliabilitas
Hasil pengukuran dapat dipercaya bila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran
terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek
yang diukur tidak berubah. Reliabilitas instrumen adalah hasil pengukuran yang
dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas
Cronbach 0 sampai 1. Jika skala itu itu dikelompok ke dalam lima kelas dengan
rentang yang sama, maka ukuran alpha dapat diinterprestasikan sebagai berikut :
F. Pengolahan Data
1. Editing
Pada tahap ini peneliti mengecek kembali data-data yang sudah ada, terutama
2. Coding
dalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis, biasanya disebut dengan coding.
Misalnya dilihat dari dukungan keluarga, diberi coding yaitu 0 = dukungan baik, 1 =
3. Entry data
Pada tahap ini peneliti memasukkan data yang telah dikelompokkan ke dalam master
tabel atau data base komputer, kemudian dibuat distribusi frekuensi sederhana atau
bisa juga dengan membuat tabel kontigensi. Setelah semua isian kuesioner terisi
penuh dan benar, data sudah dikoding, maka langkah selanjutnya adalah memproses
data untuk dianalisis. Proses pengolahan data dilakukan dengan cara memindahkan
4. Cleaning data
Tahap ini merupakan proses memeriksa kembali data-data yang telah dimasukkan
untuk melihat ada atau tidak adanya kesalahan terutama kesesuaian pengkodean yang
Apabila terjadi kesalahan, maka data tersebut akan segera diperbaiki sehingga sesuai
G. Analisa Data
data yang sudah terkumpul dengan menggunakan rumus atau aturan yang sesuai
suatu kesimpulan.
1. Analisa Univariat
primipara.
2. Analisa Bivariat
dependen, atau variabel confounding dengan variabel dependen dan jika p value >
0,05 berarti hasil perhitungan statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara
variabel .
59
3. Analisa Multivariat
analisa yang digunakan adalah analisa regresi logistic ganda. Langkah dalam
a. Pemilihan Variabel
Dari analisa bivariat, akan diketahui variable - variabel yang akan menjadi
variabel yang telah memenuhi syarat dimasukkan dalam Big Model. Model ini,
b. Menilai Interaksi
Untuk menentukan apakah suatu factor risiko mempunyai efek interaksi, dapat
interaksi. Suatu factor risiko mempunyai efek interaksi bila interaksi tersebut
c. Menilai Confounding
60
mempunyai nilai P paling besar (P > 0,05). Setiap pengeluaran satu variabel
dilihat efeknya terhadap OR. Apabila OR >10% maka berarti variabel tersebut
dihasilkan hasil model parsimonious, model yang sahih dan presisi yang baik tapi
juga sederhanan. Model ini tidak hanya mengikutsertakan faktor yang penting tapi
H. Etika Penelitian
penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain:
(Hidayat, 2008:82)
1. Informed consent
untuk menjadi responden. Tujuannya adalah agar subjek mengerti maksud dan
tujuan penelitian.
Nama responden tidak dicantumkan pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
61
3. Confidentiality (kerahasiaan)
hanya kelompok data tersusun yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.
62
BAB V
HASIL PENELITIAN
1. Letak Wilayah
dengan Kecamatan Ciputat, dan disebelah barat dengan Kecamatan Serpong, wilayah
mempunyai luas wilayah 2788.718 ha, dengan batas wilayah sebagai berikut:
a. Visi
b. Misi
c. Motto
2. Program Puskesmas
1) Promosi kesehatan
2) Penyehatan lingkungan
4) Keluarga berencana
5) Perbaikan gizi
7) Pengobatan
1) Lansia
3) Anti NAPZA
1) Laboratorium
64
2) UKGMD
3) DUKM/DUKS
4.Tenaga Kerja
a. Ketenagaan
3) Bidan : 16 orang
4) Perawat : 10 orang
9) Pekarya/TU : 6 orang
B. Analisa Univariat
Dari hasil penelitian bahwa tingkat cemas tertinggi adalah cemas sedang sebanyak
19,2%, kemudian cemas ringan 65,4 % dan tidak cemas 15.4%. Sedangkan tidak ada
ibu yang mengalami cemas berat atau 0%, jadi kategori cemas dikelompokkan menjadi
Tabel 5.1
tahun 2010
Total 52 100
2. Dukungan Keluarga
Tabel 5.2
tahun 2010
Baik 2 3.9
Cukup 41 78.8
Kurang 9 17.3
Total 52 100
Tabel 5.3
keluarga N % N % N % N %
Baik 1 50 1 50 0 0 2 100
3. Interpersonal
Pamulang 2010 dari tabel diperoleh hasil bahwa interpersonal baik sebanyak 37
(71.2%), cukup 15 (28.8%) dan kurang 0 (0%) dikelompokkan menjadi dua, yaitu
Tabel 5.4
2010
Baik 37 71.2
Cukup 15 28.8
Total 52 100
Tabel 5.5
onal N % N % % N N %
sedang sebanyak 4.8%, ringan 71.4%, dan tidak cemas 23.8%. Sedangkan
Interpersonal cukup yang mengalami kecemasan sedang sebanyak 29%, ringan 61.3%,
4. Behaviour
ibu primipara di Puskesmas Pamulang tahun 2010. Diperoleh hasil bahwa Behaviour
Tabel 5.6
Baik 39 75
Cukup 13 25
Total 52 100
69
Tabel 5.7
Sedang
N % N % N %
C. Analisa Bivariat
Berdasarkan kerangka konsep, analisa bivariat menguji hubungan satu per satu
antara variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel bebas adalah dukungan
keluarga, interpersonal dan behaviour. Uji bivariat ini menggunakan uji Multinomial
antara 2 variabel dengan mengetahui nilai P value dan nilai Odds Ratio (OR).
Distribusi frekuensi hubungan antara dukungan keluarga dan kecemasan ibu primipara
di Puskesmas Pamulang tahun 2010 diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel
Tabel 5.8
N % N % N % CI
Baik 1 50 1 50 0 0 4 0.0001
Ibu Primipara yang mempunyai dukungan cukup beresiko mengalami cemas ringan
Ibu Primipara yang mempunyai dukungan cukup beresiko mengalami cemas sedang
Ibu Primipara yang mempunyai dukungan kurang beresiko mengalami cemas ringan
Ibu Primipara yang mempunyai dukungan kurang beresiko mengalami cemas sedang
Puskesmas Pamulang tahun 2010 diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel 5.9
berikut ini
Tabel 5.9
nal Sedang 95 %
N % N % N % CI
OR 6.67 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas ringan adalah
Ibu Primipara yang mempunyai interpersonal cukup beresiko mengalami cemas ringan
sebesar 6.67 kali dibanding Ibu Primipara yang mempunyai interpersonal baik.
OR 0.36 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas sedang adalah
Ibu Primipara yang mempunyai Interpersonal yang cukup beresiko mengalami cemas
sedang sebesar 0.36 kali dibanding Ibu Primipara yang mempunyai Interpersonal baik.
Puskesmas Pamulang tahun 2010 diperoleh hasil yang disajikan dalam bentuk tabel
Tabel 5.10
Ringan 95%
N % N % N % CI
OR 0.5 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas ringan adalah
Ibu Primipara yang mempunyai behavior cukup beresiko mengalami cemas ringan
OR 1.2 berarti : Perbandingan terjadinya tidak cemas dibanding cemas sedang adalah
Ibu Primipara yang mempunyai behavior cukup beresiko mengalami cemas sedang
D. Analisa Multivariat
1.Pemilihan Variabel
Dari analisa bivariat, akan diketahui variabel - variabel yang akan menjadi
Tabel 5.11
Dari tabel di atas dapat dilihat, bahwa yang masuk ke dalam analisis multivariat adalah
variabel keluarga dan interpersonal ( p value <0,25), tetapi berdasarkan teori Stuat
dan Laraia, bahwa behavior merupakan salah satu faktor predisposisi kecemasan.
Salah satu syarat suatu variabel dijadikan variabel confounding adalah variabel
tersebut ada hubungan sebab atau akibat dengan var iabel utama. Jadi behavior
dimasukkan dalam model, Ada 3 variabel yang masuk dalam pemodelan ini (keluarga,
interpersonal, behavior).
2. Menilai Interaksi
Variabel interaksi dianggap bermakna dan dimasukkan ke dalam model bila hasil
Tabel 5.12
syarat, maka digunakan model analisis tanpa interaksi. Jadi pemodelan dilakukan
tanpa interaksi.
75
3. Menilai Confounding
mempunyai nilai p paling besar (P > 0,05). Setiap pengeluaran satu variabel
dilihat efeknya terhadap OR. Apabila OR >10% maka berarti variabel tersebut
Hasil variabel behavior nilai OR variabel utama (dukungan) menjadi 0.025, maka
Behaviour.
+ 0.947 (behavior ).
mengalami cemas ringan sebesar 0.582 kali dibanding ibu primipara yang
mengalami cemas sedang sebesar 0.026 kali dibanding ibu primipara yang
+ 0.947 (behavior ).
ringan pada dukungan kurang adalah Ibu Primipara yang mempunyai dukungan
kurang beresiko mengalami cemas ringan sebesar 0.118 kali dibanding ibu
mengalami cemas sedang sebesar 1.495 kali dibanding ibu primipara yang
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini menggunakan rancangan studi cross sectional, yang memiliki kelemahan
rawan terhadap bias, karena pada rancangan ini peneliti mengobservasi variabel
independen dan dependen secara bersamaan (pada periode yang sama) dapat diatasi
dengan kontrol analisis dan kontrol sampel. Pada penelitian ini hanya menggunakan
kontrol analisis, yaitu variabel lain dari faktor predisposisi (interpersonal, behaviour)
merupakan hasil modifikasi dari instrumen yang sudah ada sebelumnya, dan
pernyataan yang ada dalam instrumen merupakan pernyataan tertutup, sehingga bisa
jadi pernyataan dalam instrumen ini belum mewakili apa yang dirasakan oleh
responden. Pada variabel confonding, Behaviour dan interpersonal secara umun kedua
hal ini mempunyai respon subjektif, sehingga pengukuran yang dilakukan secara
kuantitatif. Kami tidak bisa menggali secara mendalam bagaimana interpersonal dan
behaviour , namun peneliti sudah meminimalkan hal tersebut dengan melakukan uji
3. Pada saat pengambilan data, dilakukan melalui 2 cara, yaitu mendatangi responden di
saat mengisinya di rumah. Hal ini akan memeberikan hasil pengisian yang berbeda.
4. Pada analisis multivariat, tidak menggunakan model interaksi hal ini disebabkan
B. Instrumen Penelitian
(TMAS) yaitu 0,5 sedangkan untuk reliabilitas instrumen ZSAS adalah 0.87.
4. Validitas instrument behavior berkorelasi yaitu 0,514 dan reliabilitas yaitu 0,639.
Keempat instrument di atas menunjukkan instrument yang valid dan reliabel (0,61-
0,80).
Berdasarkan tabel 5.1, didapatkan hasil bahwa jumlah ibu yang mengalami
cemas ringan dan cemas sedang lebih banyak dibanding tidak cemas. Sebesar 15.4%
ibu primipara tidak cemas dan 84.6% ibu primipara mengalami kecemasan ( cemas
ringan 65.4 %& dan cemas sedang 19.2% Ini terdapat perbedaan pada penelitian yang
dilakukan Yonne ( 2009), hasil penelitiannya 47.5% ibu hamil tidak mengalami cemas
79
dan 52.5% ibu hamil mengalami cemas (cemas ringan 36.1%, sedang 15.8%, dan
berat 0.6%).
Kehamilan pertama bagi seorang wanita merupakan salah satu periode krisis
baur, antara bahagia dan penuh harapan dengan kekhawatiran tentang apa yang akan
dialaminya semasa kehamilan. Kecemasan tersebut dapat muncul karena masa saat
menanti kelahiran penuh ketidakpastian, selain itu bayangan tentang hal yang
menakutkan saat proses persalinan walaupun apa yang dibayangkannya belum tentu
terjadi. Situasi ini menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik tetapi juga
Dick Read (1959) menyatakan seorang ibu dalam proses persalinan berada
dalam siklus fear-tension-pain. Dick Read menyatakan nyeri yang terjadi saat
keluarnya enzim, yaitu biogenik amin (tiga katekolamin) dan serotonin yang
menstimulasi neurotransmitter syaraf pusat sehingga ibu berada dalam keadaan stres.
Keadaan stres akan menyebabkan ibu merasa takut , dan ketakutan ibu akan lebih
meningkatkan rasa nyeri karena ketika seseorang merasa takut maka ambang nyeri
akan terasa lebih dangkal. Ketegangan yang dialami ibu mengakibatkan berkurangnya
kontraktilitas uterus sehingga proses persalinan menjadi lebih lama. Lamanya kala I
diputus. Salah satu caranya adalah mengurangi rasa nyeri yang disebabkan ketakutan
yang berhubungan kecemasan ibu, yaitu menciptakan suasana yang nyaman bagi ibu.
perasaan ibu, memberikan penjelasan mengenai proses persalinan yang dapat terjadi
yang mempunyai dukungan baik paling sedikit dibanding dukungan lain, tetapi pada
berdasarkan tabel 5.3, masih didapatkan ibu yang mengalami cemas dan jumlah ibu
yang mempunyai dukungan cukup dan mengalami cemas ringan lebih banyak
merupakan kejadian yang tidak terelakkan, hampir selalu menyertai kehamilan, dan
bagian dari suatu proses penyesuaian yang wajar terhadap perubahan fisik dan
psikologis yang terjadi selama kehamilan. Semakin tua kehamilan, maka perhatian
dan pikiran ibu hamil mulai tertuju pada sesuatu yang dianggap klimaks, sehingga
kegelisahan dan ketakutan yang dialami ibu hamil akan semakin intensif saat
menjelang persalinan.
Berdasarkan Teori Stuart dan Laraia (2005), ada 5 hal yang menyebabkan
kecemasan, anatara satu faktor dengan yang lain saling berkaitan. Jadi tidak hanya
mengalami kecemasan dan mempunyai dukungan cukup, hal ini disebabkan ada faktor
insrumental, dukungan informasional, dan penilaian yang baik yang diberikan dari
keluarga, yang mampu menumbuhkan terjalinnya hubungan yang baik antara keluarga
dan ibu hamil dan mencegah kecemasan yang timbul akibat perubahan fisik yang
tinggi tidak akan mudah menilai situasi dengan kecemasan,. Wanita hamil dengan
dukungan keluarga yang tinggi akan belajar dari lingkungan keluarga, yang tidak
kecemasan.
Berdasarkan perhitungan statistik, pada tabel 5.8 dapat dilihat adanya hubungan
anatara dukungan keluarga dengan kecemasan. Menurut Baron & Byrne (1991)
integritas seseorang baik secara fisik ataupun psikologis. Deaux & Wrightmans, (1998
dalam Taylor, 2006) mengatakan bahwa orang yang berada dalam keadaan stres akan
mencari dukungan dari orang lain sehingga dengan adanya dukungan tersebut, maka
yang tinggi akan dapat mengatasi stresnya lebih baik (Taylor, 2006).
bermanfaat pada kesehtan fisik dan mental pada wanita hamil. Pada penelitian juga
menghadapi kelahiran anak pertama pada masa triwulan ketiga yaitu sebesar15,4%.
Hal ini menunjukan terdapat 84,6% variabel lain yang mempengaruhi timbulnya
Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan bahwa lebih banyak ibu yang mempunyai
interpersonal cukup dibanding dukungan baik, dan pada tabel 5.5 dapat dilihat bahwa
merupakan kejadian yang tidak terelakkan, hampir selalu menyertai kehamilan, dan
bagian dari suatu proses penyesuaian yang wajar terhadap perubahan fisik dan
psikologis yang terjadi selama kehamilan. Dengan makin tuanya kehamilan, maka
perhatian dan pikiran ibu hamil mulai tertuju pada sesuatu yang dianggap klimaks,
sehingga kegelisahan dan ketakutan yang dialami ibu hamil akan semakin intensif saat
menjelang persalinan.
Berdasarkan Teori Stuart dan Laraia (2005), ada 5 hal yang menyebabkan
kecemasan, anatara satu faktor dengan yang lain saling berkaitan. Jadi tidak hanya
83
lain yang kurang baik dan lebih berpengaruh dalam menyebabkan kecemasan.
orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif hubungan yang berlangsung.
kecenderungan perilaku yang bertahan sepanjang hidup. Hal ini meliputi perasaan
dan harga diri, gagal membentuk pertahanan diri dari ancaman, perasaan terisolasi,
takut kematian, rasa tidak berdaya (Hudak & Gallo, 1995; Kozier B, Glenorae, 1993).
Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa jumlah ibu primipara yang
mempunyai behaviour cukup lebih banyak dibanding yang mempunyai behaviour baik
84
dan ini diperkuat dengan tabel 5.7 ibu yang mempunyai behaviour baik mengalami
cemas.
merupakan kejadian yang tidak terelakkan, hampir selalu menyertai kehamilan, dan
bagian dari suatu proses penyesuaian yang wajar terhadap perubahan fisik dan
psikologis yang terjadi selama kehamilan. Dengan makin tuanya kehamilan, maka
perhatian dan pikiran ibu hamil mulai tertuju pada sesuatu yang dianggap klimaks,
sehingga kegelisahan dan ketakutan yang dialami ibu hamil akan semakin intensif saat
menjelang persalinan.
Berdasarkan Teori Stuart dan Laraia (2005), ada 5 hal yang menyebabkan
kecemasan, anatara satu faktor dengan yang lain saling berkaitan. Jadi tidak hanya
mengalami kecemasan dan mempunyai behaviour baik, kemungkinan ada faktor lain
oleh keinginannya untuk mencapai tujuan tertentu. Melalui motivasi sebagai usaha
sadar untuk mempengaruhi perilaku seseorang agar supaya mengarah pada tercapainya
suatu tujuan. Tingkah laku bermotivasi mencakup segala sesuatu yang dilihat,
diperbuat, dirasakan dan dipikirkan seseorang dengan cara yang sedikit banyak
Pada penelitian ini menunjukkan antara Behaviour dan kecemasan tidak ada
persalinan .Hal ini tidak sesuai dengan teori Stuart dan Laraia. Teori behavior
sebelumnya dan reaksi-reaksi yang telah dipelajari dari pengalamannya (Bellack &
Beberapa teori perilaku mengajukan bahwa kecemasan adalah hasil dari kegagalan
Tujuan tersebut mungkin terdapt halangan yakni, gangguan, keamanan, perasaan dari
diri sendiri. Pandangan perilaku ini orang merasa cemas saat terancam tujuan yang
tidak realistik. Hal ini seperti pengalaman kegagalan (Stuart dan Laraia, 2005).
Hal ini disebabkan salah satunya adalah instrument yang digunakan tidak mewakili
predisposisi lain yang lebih dominan dalam menyebabkan kecemasan. Populasi yang
Pada analisis multivariate, didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang bermakna
behavior.(p = 0.012). Pada hasil OR dukungan keluarga setelah dikontrol lebih kecil,
yaitu sebelumnya OR (4,2,7, dan 3) dan OR setelah dikontrol (0.582, 0.026, 0.118 dan
1.495) karena dalam studi interaksi keluarga terdapat bagian yang berkaitan dengan
Keluarga merupakan bagian dari kelompok sosial. House (2000 dalam Smet, 2004)
lain, dorongan maju, persetujuan dengan gagasan atau dengan individu, dan dengan
individu lain.
situasi tertentu.
balik.
Dari kelima dukungan keluarga diatas terdapat kaitan dengan interpersonal dan
terdapat di dalamnya.
87
BAB VII
A. Kesimpulan
1. Ibu Primipara trimester III di Puskesmas Pamulang yang menjadi sampel pada
kecemasan (15.4%).
a. Keluarga, ibu yang mempunyai dukungan baik (3.8%), cukup (78.8%). Dan
kurang (17.3%).
c. Behaviour, ibu yang mempunyai behavior yang baik (75 %) dan behavior
cukup (25%).
3. Hasil penelitian didapat bahwa dari tiga variabel yang diteliti, satu variabel tidak
variabel yang lain, yaitu dukungan (p=0.001) dan interpersonal (p=0.041) secara
4. Hasil penelitian dari analisis multivariate, dimana variabel lain interpersonal dan
B. Saran
mengidentifikasi kecemasan dan ketakutan yang dialami oleh ibu yang akan
keluarga.
kesehatan kepada ibu hamil pada saat antenatal care tentang keadaan fisik dan
psikis.
caring dan empati pada ibu hamil, misalkan memberikan penjelasan dan
kecemasan.
terutama Teori yang dikemukakan oleh Stuart dan Laraia, untuk keperawatan
89
mengenai kondisi fisik tetapi juga mengenai psikologi agar dapat memberikan
pendekatan yang berbeda (kualitatif) dan sampel yang diteliti lebih spesifik
(pasien yang mengalami kecemasan berat atau panic, atau pada pasien yang
FORMAT PERSETUJUAN
(Informed Consent)
No. responden :
Tanggal :
Dengan ini saya menyatakan bersedia / tidak bersedia *) untuk ikut dalam penelitian
mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta:
NIM : 106104003507
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan suka rela tanpa ada paksaan dari pihak
Jakarta, 2010
Hormat saya,
………………..
*) dicoret bila perlu
Lampiran 2
KUESIONER
4. a. Pada kuesioner, berilah satu tanda checklist (√) pada kolom yang sesuai dengan sikap ibu
5. Jika ingin mengganti jawaban, cukup dengan mencoret jawaban pertama dengan tanda (=),
6. Bila mengalami kesulitan dalam menjawab dapat menanyakan langsung pada peneliti
Astria, Yonne. 2009. Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Trimester Iii Dala
Menghadapi Persalinan Di Poliklinik Kebidanan Dan Kandungan RSUP
Fatmawati 2009. Jakarta, UIN.
Bitt, Price, 1996. Kehamilan dan Persalinan Menikmati Tugas Sebagai Ibu.
Jakarta : Arcan.
Cunningham, F.G., MacDonald, P.C., & Gant, N.F,2000. Obstetri Williams, Eds.
21. Jakarta: EGC.
Hawari, D. 2002. Manajemen Stres Cemas Dan Depresi, Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
Kaplan, H.I and Saddock, B.J. 1998. Ilmu kedokteran jiwa darurat. Jakarta:
Widya Medika.
Kartono, K. 1992. Psikologi Wanita Jilid 2: Mengenal Wanita Sebagai Ibu Dan
Nenek. Bandung: Mandar Maju.
Manuaba Ida Bagus Gde, 1998, Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan, EGC : Jakarta
Nurbaeti, Irma. 2006. Analisi Hubungan karakteristik ibu, kondisi Bayi Batu
Lahir, Dukungan Sosial, dan Kepuasan Pernikahan dengan Depresi Postpartum
di Rumah Sakit Harapan Anak Bunda Jkarta. Depok.
Stuart dan Sundden , 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC.
Tomb D.2000. Buku Saku Psikiatri. Edisi Enam. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Zung, W.W.K. 1997. Rating Anxiety for anxiety disorder physychosomatic. USA:
Mosby Company.
Analisis Univariate
kategori dukungan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 2 3,8 3,8 3,8
cukup 41 78,8 78,8 82,7
kurang 9 17,3 17,3 100,0
Total 52 100,0 100,0
interper
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid
baik 37 71,2 71,2 71,2
cukup
15 28,8 28,8 100,0
Total 52 100,0 100,0
behaviour
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid cukup 39 75,0 75,0 75,0
kurang 13 25,0 25,0 100,0
Total 52 100,0 100,0
kategori kecemasan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak cemas 8 15,4 15,4 15,4
cemas ringan 34 65,4 65,4 80,8
cemas sedang 10 19,2 19,2 100,0
Total 52 100,0 100,0
kategori dukungan nm * kategori kecemasan Crosstabulation
Marginal
N Percentage
kategori tidak cemas 8 15,4%
kecemasan cemas ringan 34 65,4%
cemas sedang 10 19,2%
kategori baik 2 3,8%
dukungan nm cukup 41 78,8%
kurang 9 17,3%
Valid 52 100,0%
Missing 0
Total 52
Subpopulation 3
Model
Fitting
Criteria Likelihood Ratio Tests
-2 Log
Model Likelihood Chi-Square df Sig.
Intercept Only 32,011
Final 10,275 21,735 4 ,000
Pseudo R-Square
Model Fitting
Criteria Likelihood Ratio Tests
-2 Log
Likelihood of
Reduced
Effect Model Chi-Square df Sig.
Intercept 10,275(a) ,000 0 .
Katdukmn 32,011 21,735 4 ,000
The chi-square statistic is the difference in -2 log-likelihoods between the final model and
a reduced model. The reduced model is formed by omitting an effect from the final
model. The null hypothesis is that all parameters of that effect are 0.
a This reduced model is equivalent to the final model because omitting the effect does
not increase the degrees of freedom.
Parameter Estimates
Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper
cemas ringan Intercept 18,189 1,058 295,636 1 ,000
[katdukmn=0] -18,189 1,766 106,068 1 ,000 1,26E-008 3,96E-0
[katdukmn=1] -16,701 1,004 276,576 1 ,000 5,58E-008 7,80E-0
[katdukmn=2] 0(b) . . 0 . .
cemas sedang Intercept 19,442 ,690 793,743 1 ,000
[katdukmn=0] -37,322 7631,409 ,000 1 ,996 6,19E-017 ,0
[katdukmn=1] -20,289 ,000 . 1 . 1,54E-009 1,54E-0
[katdukmn=2] 0(b) . . 0 . .
a The reference category is: tidak cemas.
b This parameter is set to zero because it is redundant.
c Floating point overflow occurred while computing this statistic. Its value is therefore set
to system missing.
Marginal
N Percentage
kategori tidak cemas 8 15,4%
kecemasan cemas ringan 34 65,4%
cemas sedang 10 19,2%
Interper cukup 37 71,2%
kurang 15 28,8%
Valid 52 100,0%
Missing 0
Total 52
Subpopulation 2
Model
Fitting
Criteria Likelihood Ratio Tests
-2 Log
Model Likelihood Chi-Square df Sig.
Intercept Only 25,938
Final 11,183 14,756 2 ,001
Pseudo R-Square
Model Fitting
Criteria Likelihood Ratio Tests
-2 Log
Likelihood of
Reduced
Effect Model Chi-Square df Sig.
Intercept 11,183(a) ,000 0 .
kaer 25,938 14,756 2 ,001
The chi-square statistic is the difference in -2 log-likelihoods between the final model and
a reduced model. The reduced model is formed by omitting an effect from the final
model. The null hypothesis is that all parameters of that effect are 0.
a This reduced model is equivalent to the final model because omitting the effect does
not increase the degrees of freedom.
Parameter Estimates
95% Confiden
B Std. Error Wald df Sig. Exp(B) Exp
kategori
kecemasan(a) Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Boun
cemas ringan Intercept 1,792 1,080 2,752 1 ,097
[kaer=1] -,405 1,160 ,122 1 ,727 ,667 ,069
[kaer=2] 0(b) . . 0 . . .
cemas sedang Intercept 2,079 1,061 3,844 1 ,050
[kaer=1] -3,332 1,330 6,281 1 ,012 ,036 ,003
[kaer=2] 0(b) . . 0 . . .
a The reference category is: tidak cemas.
b This parameter is set to zero because it is redundant.
Marginal
N Percentage
Kecemasan tidak cemas 32 61,5%
cemas ringan 17 32,7%
cemas sedang 3 5,8%
Valid 52 100,0%
Missing 0
Total 52
Subpopulation 2
Model Fitting Information
Model
Fitting
Criteria Likelihood Ratio Tests
-2 Log
Model Likelihood Chi-Square df Sig.
Intercept Only 11,459
Final 11,335 ,124 2 ,940
Pseudo R-Square
Model Fitting
Criteria Likelihood Ratio Tests
-2 Log
Likelihood of
Reduced
Effect Model Chi-Square df Sig.
Intercept 17,571 6,237 2 ,044
kab 11,459 ,124 2 ,940
The chi-square statistic is the difference in -2 log-likelihoods between the final model and
a reduced model. The reduced model is formed by omitting an effect from the final
model. The null hypothesis is that all parameters of that effect are 0.
Parameter Estimates
kecemasan(a) Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound
cemas ringan Intercept -,693 ,612 1,281 1 ,258
kab ,080 ,703 ,013 1 ,909 1,083 ,273
cemas sedang Intercept -2,079 1,061 3,844 1 ,050
kab -,405 1,291 ,099 1 ,753 ,667 ,053
a The reference category is: tidak cemas.
Analisa Multivariat
Case Processing Summary
Marginal
N Percentage
kategori tidak cemas 8 15,4%
kecemasan cemas ringan 34 65,4%
cemas sedang 10 19,2%
kategori baik 2 3,8%
dukungan nm cukup 41 78,8%
kurang 9 17,3%
interper cukup 37 71,2%
kurang 15 28,8%
behaviour cukup 39 75,0%
kurang 13 25,0%
Valid 52 100,0%
Missing 0
Total 52
Subpopulation 8(a)
a The dependent variable has only one value observed in 2 (25,0%) subpopulations.
Model
Fitting
Criteria Likelihood Ratio Tests
-2 Log
Model Likelihood Chi-Square df Sig.
Intercept Only 46,219
Final 19,388 26,830 8 ,001
Pseudo R-Square
Model Fitting
Criteria Likelihood Ratio Tests
-2 Log
Likelihood of
Reduced
Effect Model Chi-Square df Sig.
Intercept 19,388(a) ,000 0 .
katdukmn 29,761 10,373 4 ,035
kaer 21,751 2,363 2 ,307
bah 22,175 2,787 2 ,248
The chi-square statistic is the difference in -2 log-likelihoods between the final model and
a reduced model. The reduced model is formed by omitting an effect from the final
model. The null hypothesis is that all parameters of that effect are 0.
a This reduced model is equivalent to the final model because omitting the effect does
not increase the degrees of freedom.
Parameter Estimates
95% Con
B Std. Error Wald df Sig. Exp(B)
kategori
kecemasan(a) Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper
cemas ringan Intercept 18,413 1,516 147,582 1 ,000
[katdukmn=0] -19,265 1,893 103,607 1 ,000 4,30E-009 1,05E-0
[katdukmn=1] -17,449 1,142 233,420 1 ,000 2,64E-008 2,82E-0
[katdukmn=2] 0(b) . . 0 . .
[kaer=1] -,541 1,295 ,174 1 ,676 ,582 ,0
[kaer=2] 0(b) . . 0 . .
[bah=1] 1,393 ,947 2,161 1 ,142 4,026 ,6
[bah=2] 0(b) . . 0 . .
cemas sedang Intercept 20,592 1,322 242,631 1 ,000
[katdukmn=0] -37,704 ,000 . 1 . 4,22E-017 4,22E-0
[katdukmn=1] -20,189 ,000 . 1 . 1,71E-009 1,71E-0
[katdukmn=2] 0(b) . . 0 . .
[kaer=1] -2,136 1,564 1,866 1 ,172 ,118 ,0
[kaer=2] 0(b) . . 0 . .
[bah=1] ,368 1,335 ,076 1 ,783 1,445 ,1
[bah=2] 0(b) . . 0 . .
a The reference category is: tidak cemas.
b This parameter is set to zero because it is redundant.
Case Processing Summary
Marginal
N Percentage
kategori tidak cemas 8 15,4%
kecemasan cemas ringan 34 65,4%
cemas sedang 10 19,2%
kategori baik 2 3,8%
dukungan nm cukup 41 78,8%
kurang 9 17,3%
Valid 52 100,0%
Missing 0
Total 52
Subpopulation 8(a)
a The dependent variable has only one value observed in 2 (25,0%) subpopulations.
Model
Fitting
Criteria Likelihood Ratio Tests
-2 Log
Model Likelihood Chi-Square df Sig.
Intercept Only 46,219
Final 19,388 26,830 8 ,001
Pseudo R-Square
Model Fitting
Criteria Likelihood Ratio Tests
-2 Log
Likelihood of
Reduced
Effect Model Chi-Square df Sig.
Intercept 19,388(a) ,000 0 .
kaer 21,751 2,363 2 ,307
bah 22,175 2,787 2 ,248
katdukmn 29,761 10,373 4 ,035
The chi-square statistic is the difference in -2 log-likelihoods between the final model and
a reduced model. The reduced model is formed by omitting an effect from the final
model. The null hypothesis is that all parameters of that effect are 0.
a This reduced model is equivalent to the final model because omitting the effect does
not increase the degrees of freedom.
Parameter Estimates
95% Con
B Std. Error Wald df Sig. Exp(B)
kategori
kecemasan(a) Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper Bound Lower Bound Upper
cemas ringan Intercept 20,117 2,109 90,992 1 ,000
kaer ,541 1,295 ,174 1 ,676 1,717 ,1
bah -1,393 ,947 2,161 1 ,142 ,248 ,0
[katdukmn=0] -19,265 1,893 103,607 1 ,000 4,30E-009 1,05E-0
[katdukmn=1] -17,449 1,142 233,420 1 ,000 2,64E-008 2,82E-0
[katdukmn=2] 0(b) . . 0 . .
cemas sedang Intercept 17,056 2,606 42,835 1 ,000
kaer 2,136 1,564 1,866 1 ,172 8,464 ,3
bah -,368 1,335 ,076 1 ,783 ,692 ,0
[katdukmn=0] -37,704 ,000 . 1 . 4,22E-017 4,22E-0
[katdukmn=1] -20,189 ,000 . 1 . 1,71E-009 1,71E-0
[katdukmn=2] 0(b) . . 0 . .
a The reference category is: tidak cemas.
b This parameter is set to zero because it is redundant.