Analisis Kelayakan Teknis Dan Finansial Usaha Agroindustri Bakso Ikan (Studi Kasus Pada Home Industry Chikanos Food Kendari)

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIAL USAHA

AGROINDUSTRI BAKSO IKAN


(Studi Kasus Pada Home Industry Chikanos Food Kendari)

Oleh :

Tika Evita Kadang1) dan La Sinaini1)

This study aims to identify the technical and financial feasibility of fish meatball
agroindustry Home Industry Chikanos Food. This research is a case study on Chikanos
Food fish meatball business. The object of research is determined purposively because
legally this business has legality and has been operating for 5 (five) years. The results
showed that from the results of technical aspects analysis, Fish Industry Home Industry
agroindustry, Chikanos Food can be said to be feasible, both from production capacity,
adequate facilities and infrastructure, and production process technology that has been
running for 5 (five) years. Financially this business is feasible to continue, where the
NPV value is greater than zero, which is Rp.136,923,035, the IRR is greater than bank
interest which is 42.5 percent, and Net B / C is greater than one, which is 3.24. The
results of the sensitivity analysis show that if there is a 10 percent increase in costs with
fixed income or a decrease in revenue of 10 percent with a fixed cost, then this business
remains profitable. If a cost increase of 10 percent occurs, the NPV value is greater than
zero, which is Rp. 36.417175; IRR is greater than OCC, which is 15.27 percent; and
NBCR is greater than one, which is 1.35. If there is a decrease in revenue of 10 percent,
the NPV value remains positive, namely Rp. 22,736,802; IRR is greater than OCC, which
is 12.41 percent; and NBCR is greater than one, which is 1.23.

Keywords: Fish Meatballs; Agroindustry; Technical Feasibility; Financial Feasibility

PENDAHULUAN
Pembangunan nasional pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan
masyarakat adil, makmur, modern, tangguh dan memiliki daya saing tinggi dibidang
ekonomi, sosial, budaya dan bidang-bidang lainnya. Untuk mencapai sasaran
pembangunan dibidang ekonomi dalam pembangunan nasional tersebut, sektor
industri memegang peranan yang cukup penting karena selain meningkatkan nilai
tambah juga dapat meningkatkan ekspor barang jadi atau setengah jadi. Itu sebabnya
sektor industri perlu dikembangkan secara seimbang dan terpadu serta saling
mendukung dengan sektor lainnya. Pembangunan sektor industri juga diharapkan
dapat meningkatkan peran serta masyarakat secara aktif sehingga sekaligus dapat
membantu memecahkan masalah pengangguran baik secara nasional maupun
regional, karena dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi (BPS Provinsi Sultra,
2013).

Buletin
1) Penelitian
Sekolah Sosek,
Tinggi Ilmu Vol. 20,Wuna
Pertanian No. 2Raha
– September 2018, ISSN 1410 – 4466 101
email: tikakadang@yahoo.com / email: lasinaini81@gmail.com
Pengembangan industri hasil perikanan merupakan salah satu prioritas dalam
pembangunan nasional di sektor perindustrian. Industri pengolahan hasil perikanan
merupakan salah satu bagian dari agroindustri yang sangat berpeluang memiliki daya
saing kuat dan bertahan dalam jangka waktu yang lama. Agroindustri hasil perikanan
yang sudah berkembang baik dalam skala besar/menengah maupun kecil adalah
industri pengolahan ikan, pembekuan ikan, pengolahan tepung ikan, penggaraman
ikan, pengasapan ikan serta pengolahan dan pengawetan ikan lainnya.
Produksi Perikanan di Kota Kendari terus meningkat setiap tahunnya. Data
menunjukkan pada tahun 2009 jumlah produksi ikan sebanyak 25.656,12 ton, pada
tahun 2013 sebanyak 30.887,81 ton dan pada tahun 2016 menjadi 34.430.643 ton (Dinas
Kelautan dan Perikanan Kota Kendari, 2016). Dengan demikian ketersediaan bahan
baku untuk industri pengolahan ikan cukup tinggi.
Salah satu Usaha Kecil Menengah yang ada di Kota Kendari adalah Home
Industry “Chikanos Food”, yang bergerak dalam pengolahan ikan menjadi beberapa
produk yaitu bakso ikan, otak-otak, nugget, abon ikan dan mpek-mpek. Perusahaan ini
memiliki produk utama bakso ikan karena banyaknya jumlah permintaan akan produk
bakso ikan dan jumlah produksi bakso ikan lebih besar dibandingkan produk lainnya
sekali proses produksi. Usaha yang didirikan sejak Tahun 2010 ini menggunakan bahan
baku yang berasal dari ikan marlin dan tuna.
Keuntungan usaha agroindustri bakso ikan sangat dipengaruhi oleh jumlah
produksi dan biaya produksi. Penurunan jumlah produksi dan peningkatan biaya
produksi akan membuat keuntungan yang diterima perusahaan berkurang, sehingga
perusahaan harus melihat perubahan yang terjadi pada input dan output usaha
tersebut. Faktor biaya, terutama biaya bahan baku utama yang merupakan input bagi
usaha bakso ikan tentu akan mengalami perubahan seiring dengan adanya inflasi.
Umumnya, perubahan yang terjadi pada biaya input adalah perubahan harga
(kenaikan harga), sehingga jika harga input mengalami kenaikan maka keuntungan
perusahaan akan mengalami penurunan.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu dilakukan analisis kelayakan usaha
agar dapat diketahui manfaat bersih yang diperoleh home industry Chikanos Food
dengan adanya penggunaan teknologi mesin dan ketersediaan bahan baku dalam
proses produksi. Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk mengetahui apakah usaha

Buletin Penelitian Sosek, Vol. 20, No. 2 – September 2018, ISSN 1410 – 4466 102
agroindustri bakso ikan home industry Chikanos Food layak untuk dijalankan jika
dilihat dari aspek teknis dan finansial. Analisis sensitivitas juga dilakukan untuk
melihat bagaimana pengaruh kenaikan biaya dan penurunan penerimaan terhadap
tingkat kelayakan usaha.

METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada Home Industry “Chikanos Food” (CF) yang terletak di
Kota Kendari, Kecamatan Kendari, Kelurahan Kendari Caddi. Pemilihan tempat ini
dilakukan secara purposive (sengaja), karena usaha ini terletak di Komplek TNI, Jl.
Beringin adalah salah satu industri rumah tangga yang bergerak dibidang agribisnis
khususnya dalam pengolahan ikan menjadi bakso ikan yang memiliki ciri khas
orisinalitas rasa ikan marlin dan tuna segar.
Metode pengambilan sampel Metode yang digunakan yaitu “studi kasus”.
Studi kasus memusatkan perhatian pada subyek yang diteliti dari satu unit (kesatuan
unit) secara intensif dan mendetail, dan umumnya menghasilkan gambaran yang
longitudinal, yaitu hasil pengumpulan dan analisis data kasus dalam satu jangka
waktu (Surakhmad, 1994). Sampel yang diambil pada Home Industry Chikanos Food
adalah pemilik usaha bakso ikan dan salah satu karyawannya.
Penelitian menggunakan data primer dan data sekunder baik yang bersifat
kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh peneliti pada saat penelitian
melalui wawancara langsung dengan pengelola Chikanos Food menggunakan daftar
pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya, sedangkan data yang
digunakan adalah data time series tahun 2010 sampai dengan 2016. Sedangkan data
sekunder telah dikumpulkan dari instansi terkait yaitu BPS Kota Kendari, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan serta Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Kendari, dan
literatur tentang bakso ikan.
Berdasarkan pada masalah pokok yang dirumuskan dan tujuan yang ingin
dicapai serta hipotesis penelitian maka teknik analisis data yang dipergunakan adalah
analisis teknis yaitu kapasitas produksi, kebutuhan peralatan dan teknologi proses
produksi dianalisis secara deskriptif. Analisis finansial menurut Padangaran (2013)
digunakan analisis NPV, IRR, NBCR dan analisis sensivitas sebagai berikut :

Buletin Penelitian Sosek, Vol. 20, No. 2 – September 2018, ISSN 1410 – 4466 103
1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value merupakan selisih antara “Present Value” dari “Benefit” dan
“Present Value” dari “Cost” Rumusnya sebagai berikut:
n
BC
NPV  
i 1 1  i 
t

Keterangan:
NPV : Net Present Value (nilai bersih sekarang),
B : Benefit (penerimaan) suatu proyek usaha pada tahun ke-t,
C : Cost (biaya) suatu proyek usaha pada tahun ke-t,
n : Umur ekonomis proyek,
t : Tahun ke-t,
i : Tingkat bunga yang berkala (discount rate)
Kriteria NPV, yaitu :
NPV > 0, berarti investasi layak atau menguntungkan,
NPV < 0, berarti investasi tidak layak atau rugi,
NPV = 0, berarti investasi tersebut pulang pokok, artinya investasi tersebut tidak
rugi, juga tidak memperoleh keuntungan jika dilaksanakan.
2. Internal Rate of Return (IRR)
IRR dipakai untuk melihat apakah suatu proyek mempunyai kelayakan usaha
atau tidak berdasarkan tingkat suku bunga pinjaman. IRR dirumuskan dengan:

IRR =

Keterangan:
IRR : Internal Rate of Return (Tingkat Pengembalian Internal),
NPV+ : NPV yang bernilai positif,
NPVˉ : NPV yang bernilai negatif,
Df+ : Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV bernilai positif mendekati nol,
fˉ : Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV bernilai negatif mendekati nol.
Kriteria penilaian IRR adalah :
Jika IRR > bunga bank berarti investasi layak,
Jika IRR < bunga bank berarti investasi rugi,
Jika IRR = bunga bank berarti break event

3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)


Net B/C adalah menghitung perbandingan nilai selisih biaya manfaat yang
positif dan negatif. Rumus yang digunakan adalah:

Buletin Penelitian Sosek, Vol. 20, No. 2 – September 2018, ISSN 1410 – 4466 104
NetB / C  
n
Bt  Ct  Bt  Ct  0
i 1 1  i 
t
Bt  Ct  0
Keterangan :
Bt : Benefit kotor suatu proyek usaha pada tahun ke-t,
Ct : Biaya kotor sehubungan dengan suatu proyek usaha pada tahun ke-t,
n : Umur Ekonomis,
i : Discount Rate,
t : Tahun ke-t.
Kriteria Net B/C ratio, yaitu:
Net B/C ratio > 1, berarti investasi layak,
Net B/C ratio < 1, berarti investasi rugi,
Net B/C ratio = 1, berati investasi pulang pokok (penerimaan = pengeluaran), atau
terjadinya Break Event Point (BEP)

4. Analisis Sensitivitas
Dalam analisis kepekaan, jika telah dilakukan penurunan harga produksi atau
menaikan biaya produksi berdasarkan potensi perubahan yang mungkin terjadi
misalnya biaya naik 10% atau benefit turun 10% maka NPV, NBCR, dan IRR harus
dihitung kembali untuk mengetahui apakah investasi apakah investasi masih tetap
layak secara finansial dengan adanya perubahan sebesar itu. Apabila dalam analisis
sensifitas didapatkan bahwa dengan menurunkan inflow yang relatif kecil misalnya 5%
saja sudah menyebabkan NPV lebih kecil dari 0 atau IRR lebih kecil dari Opportunity
Cost of Capital (OCC), berarti dalam investasi seperti itu aspek inflow merupakan hal
yang sangat sensitif.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Aspek Manajemen

Usaha agroindustri bakso ikan Chikanos Food merupakan salah satu Home
industry yang bergerak dalam bidang pengolahan ikan menjadi berbagai produk
makanan. Usaha ini dirintis oleh Ratna Juwita pada Tahun 2010 bulan September.
Bulan September Tahun 2010 Ratna Juwita secara resmi membentuk kelompok
usaha pengolahan hasil perikanan yang dibina oleh Dinas Perikanan dan Kelautan
Kota Kendari dan telah dikukuhkan oleh pemerintah setempat dengan berita acara
pengukuhan kelompok No. 574.4/41/IX/2010. Secara hukum kondisi perizinan usaha
agroindustri bakso ikan Chikanos Food, sudah memiliki izin tertulis dari pemerintah
daerah setempat, baik dari pemerintah desa maupun dari Departemen Koperasi,
Perindustrian dan Perdagangan Kota Kendari sehingga secara hukum dapat diketahui
Buletin Penelitian Sosek, Vol. 20, No. 2 – September 2018, ISSN 1410 – 4466 105
bahwa usaha ini layak diusahakan karena sudah mendapatkan izin dari pihak yang
berwenang. Adapun ligalitas dari usaha ini yaitu P-IRT, SITU, SIUP, TDI, TDP,
HALAL, MUI, dan NPWP,BPOM.
Sistem manajemen bersifat manajemen terbuka (open management). Hal ini dapat
dilihat dengan adanya pertemuan dengan agenda mereview semua pengeluaran dan
pemasukan yang terjadi dalam perusahaan yang dilakukan satu kali setiap 1 kali
produksi. Karyawan bekerja mulai pukul 08.00-15.00 WITA dengan waktu istirahat 1
jam.
Usaha agroindustri bakso ikan ini terdapat beberapa bahan baku yang
digunakan antara lain yaitu ikan segar, tepung tapioka, garam, gula, bawang putih dan
bumbu penyedap serta air es. Bahan baku berupa ikan segar selain diperoleh dari
Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) dan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Kota
Kendari, namun diperoleh juga dari para nelayan pengumpul dari Wanci yang singgah
di Pelabuhan Pendaratan Ikan Kota Kendari. Pemenuhan kebutuhan bahan baku
dilakukan dengan cara memesan langsung dari para nelayan pengumpul yang ada di
Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) yang merupakan langganan dari CF.
Selain bahan baku ikan, garam yang digunakan yaitu garam halus di peroleh
dari Pasar Sentral Kota Kendari dan Toko-Toko SemBaKo (Sembilan Bahan Pokok)
yang ada disekitar Kecamatan Kendari, pembelian antara 20 sampai 30 kilo per bulan
disesuaikan dengan ketersediaan dana dari CF untuk berbelanja kebutuhan bahan
baku usaha bakso ikan. Seperti halnya ikan, bahan baku garam ini juga menjadi
pertimbangan lokasi usaha yang dijalankan. Tepung, bawang dan beberapa bumbu
lainnya juga di beli dari Pasar daerah setempat yaitu Pasar Sentral dan toko-toko yang
ada disekitar Kecamatan Kendari.
Bahan baku utama dalam usaha bakso ikan ini menggunakan daging ikan
marlin dan ikan tuna. Pemilik usaha memilih daging ikan tersebut dengan alasan :
a. Ikannya mempunyai ukuran yang besar, sehingga tidak susah untuk dilakukan
pemfiletan.
b. Dagingnya banyak dan kenyal.
c. Tidak berbau amis, berbeda dengan jenis ikan lainnya
d. Kaya akan vitamin dan mineral, ikan tuna mengandung mineral kalsium, fosfor, besi
dan sodium, vitamin A dan Vitamin B, mengandung protein berkisar antara 22,6-

Buletin Penelitian Sosek, Vol. 20, No. 2 – September 2018, ISSN 1410 – 4466 106
26,2 g/100g daging, lemak antara 0,2-2,7 g/100g daging. Juga mengandung DHA (
Docosa-Hexaenoic-Acid) merupakan asam lemak tak jenuh ganda berupa rantai
panjang Omega-3, terdiri dari atom, 32 atom hydrogen dan 2 atom oksigen, yang
sangat penting untuk perkembangan otak dan mempertahankan kesehatan tubuh.
e. Ikan marlin juga kaya akan vitamin dan mineral, mengandung fosfor 190 mg,
Omega-3, protein 23,4 g, vitamin A, zat besi, vitamin B kompleks, vitamin D,
Vitamin E, kalsium 9 mg dan lemak 3,2 g .
Aspek Teknis
1. Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi diartikan sebagai jumlah satuan produk yang dihasilkan
selama satu satuan waktu tertentu dinyatakan dalam bentuk keluaran (output) per
satuan waktu. Kapasitas produksi didasarkan pada ketersediaan bahan baku, dan
peralatan yang digunakan. Saat ini besarnya permintaan bakso ikan pada kalangan
masyarakat, membuat peluang untuk memproduksi bakso untuk memenuhi
permintaan pasar. Kapasitas produksi usaha bakso ikan tergantung pada kapasitas
mesin, ketersediaan tenaga kerja dan ketersedian bahan baku.
Tabel 1. Mesin dan Peralatan yang Digunakan, dan Kapasitasnya Per Unit dalam
Proses Produksi Bakso Ikan Tahun 2011-2016
No Nama Alat Kapasitas
1. Freezer 520 kg
2. Mesin Giling 25 kg
3. Mesin Cetak 250-280 grain/mn
4. Panci 3 kg
5. Timbangan Digital 5 kg
6. Timbangan Manual 30 kg
7. Baskom 10 kg
8. Saringan pengangkut bakso 1 kg
9. Meja stainless 20 kg
10. Mesin sealer 500 cup
Sumber : Wawancara dengan pemilik usaha CF, 2017

Buletin Penelitian Sosek, Vol. 20, No. 2 – September 2018, ISSN 1410 – 4466 107
Tabel 2. Ketersediaan Kapasitas Produksi, Modal Kerja dan Jam Kerja Tahun 2010-
2016
Kapasitas Produksi
Tahun Modal Kerja Tenaga Kerja (jam)
(Kg)
0 - - -
1 147.979.060 1.113 2.739,04
2 200.547.078 1.302 4.652,5
3 219.756.449 1.106 5.510,7
4 267.501.264 1.085 7.068,7
5 332.628.010 1.295 9.447,2
Jumlah 1.168.411.860 5.901 29.418,14
Rata-rata 233.682.372 1.180 5.883,62
Sumber : Data Primer diolah, 2017
Spesifikasi mesin yang digunakan dalam proses produksi yaitu :
a. Mesin giling (silent cutter)
Mesin ini berfungsi untuk menggiling dan mencampur adonan bakso, bumbu dan
daging hingga tercampur secara merata dengan hasil yang bagus.
b. Mesin pencetak bakso
Fungsi mesin ini adalah untuk mencetak bakso berbentuk bulat. Proses produksi
dapat berlangsung secara kontinu.
c. Mesin expire
Mesin ini berfungsi untuk memberi label pada kemasan bakso seperti tanggal
kadarluasa, merek produk, komposisi bakso dan berat bersih produk.
d. Mesin sealer
Mesin ini berfungsi sebagai pengepak kedap udara, menggunakan tenaga listrik.

Plastik yang digunakan untuk mesin ini adalah plastik nylon yang lentur dan kedap

udara/plastik vacuum.

2. Proses Produksi

Proses produksi yang dilakukan oleh CF mencakup mengenai pemenuhan


bahan baku yang digunakan yaitu ikan marlin dan ikan tuna. Semua bahan baku yang
digunakan didapatkan dari Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari, pelelangan ikan
atau memesan langsung kepada nelayan pengumpul dari Pelabuhan Wanci.
Sedangkan bahan-bahan pelengkap lainnya diperoleh dari pasar kota yang letaknya
tidak jauh dari rumah produksi.

Buletin Penelitian Sosek, Vol. 20, No. 2 – September 2018, ISSN 1410 – 4466 108
Daging ikan
Fillet

Dipotong
Bumbu dan Es batu
tepung

Digiling

Adonan

Ditambahkan Ditambahkan

Cetakan

Perebusan

Bakso

Gambar 1. Proses Produksi Bakso Ikan


Sumber : Wawancara dengan Pemilik Usaha CF, 2017.

Aspek Finansial
Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu
usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan
usaha bakso ikan, selama periode usaha dan dilakukan perhitungan sesuai dengan
kriteria investasi.

Buletin Penelitian Sosek, Vol. 20, No. 2 – September 2018, ISSN 1410 – 4466 109
Tabel 3. Komponen Investasi Produk Bakso Ikan CF, Tahun 2010-2016
No. Jenis Sarana Prasarana Total Nilai (Rp.)
1 Lahan 48.000.000
2 Sarana dan Prasarana
Pabrik 43.750.000
Mobil 42.500.000
Freezer untuk bahan baku 2.250.000
Freezer pembeku bakso 1.500.000
Freezer penyimpanan bakso 750.000
Mesin giling 3.375.000
mesin cetak 5.000.000
Kompor Besar 400.0000
kompor gas 250.000
Panci 300.000
Kipas angin 337.500
Ac 750.000
Timbangan digital 562.500
Timbangan manual 150.000
Tanggok 75.000
Pisau 350.000
Baskom 93.750
Talenan 100.000
Tudung saji stainless 800.000
Saringan pengangkut bakso 75.000
Meja stainless 1.000.000
Mesin Sealer 175.000
Mesin expire 250.000
3. Izin SITU dan SIUP 250.000
4. Cap Halal 1.500.000
Total 154.543.750
Sumber : Kelompok Usaha CF, 2017
Analisis Kelayakan Usaha
Kelayakan usaha pada secara finansial merupakan salah satu analisis yang
mengkaji kondisi finansial suatu usaha, yaitu dari pengeluaran dan pemasukan usaha
selama periode usaha dan dilakukan perhitungan sesuai dengan kriteria investasi.
Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat
keuntungan dan tingkat kelayakan usaha bakso ikan. Sesuai dengan teknik analisis
yang digunakan, maka analisis kelayakan finansial diukur dengan 3 indikator yaitu
NPV, IRR dan NBCR.
1. Net Present Value (NPV)

Perhitungan NPV digunakan untuk mengetahui apakah usaha mampu


menghasilkan penerimaan bersih sekarang yang cukup besar. Hal ini disebabkan
Buletin Penelitian Sosek, Vol. 20, No. 2 – September 2018, ISSN 1410 – 4466 110
karena arus biaya dan arus penerimaan dalam usaha bakso ini mencakup periode
waktu selama 5 tahun sehingga pengaruh waktu terhadap nilai uang (time value of
money) menjadi besar. Untuk mengatasi pengaruh waktu, maka nilai biaya dan
penerimaan perlu didiscount berdasarkan tingkat bunga yang menjadi biaya imbangan
investasi ini, yaitu bunga deposito pada bank komersil yang rata-rata 6% per tahun.
Nilai NPV pada usaha bakso ikan ini adalah Rp. 170,912,514. Nilai tersebut
menunjukkan jumlah keuntungan yang didapat oleh produksi bakso ikan Chikanos
Food selama lima tahun periode analisis berdasarkan nilai saat ini bila dinilai dengan
tingkat suku bunga sebesar 6%. Nilai NPV tersebut menunjukkan bahwa usaha bakso
ikan ini layak untuk dijalankan karena memenuhi syarat nilai NPV yang lebih besar
dari nol.
2. Internal Rate of Return (IRR)

IRR dihitung untuk mengetahui sejauhmana tingkat pengembalian dari dana


yang diinvestasikan dibandingkan dengan biaya imbangan modal (opportunity cost of
capital) yaitu tingkat bunga deposito di bank komersial.
Kelayakan suatu usaha dapat dilihat apabila memiliki nilai IRR yang lebih
besar dari tingkat suku bunga yang diterapkan. Nilai IRR pada usaha bakso ikan ini
adalah 53,1 persen. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat suku bunga yang digunakan
yaitu sebesar 6 persen, sehingga usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai IRR dari bakso
ikan ini dapat dikategorikan cukup tinggi. Tingginya nilai IRR ini dikarenakan biaya
investasi yang cenderung kecil karena berfungsinya secara maksimum faktor-faktor
produksi yang tersedia.
3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C adalah perbandingan antara manfaat bersih yang bernilai positif
dengan manfaat bersih yang bernilai negatif artinya manfaat bersih yang
menguntungkan usaha basko ikan yang dihasilkan setiap satuan kerugian dari usaha
tersebut. Jika hasil nilai Net B/C bernilai positif, maka ketika usaha bakso ikan
mengeluarkan sedikit biaya tambahan, maka nilai manfaat tambahan yang
diperolehnya akan lebih banyak (sebesar nilai Net B/C yang dihasilkan).
Perhitungan Net B/C dalam analisis kriteria investasi diperoleh nilai Net B/C
dari usaha bakso ikan sebesar 4,2. Nilai tersebut menunjukan bahwa dari setiap
Rp.1,00 nilai investasi yang dikeluarkan, maka usaha ini dapat menghasilkan manfaat
Buletin Penelitian Sosek, Vol. 20, No. 2 – September 2018, ISSN 1410 – 4466 111
bersih sebesar 4,2. Salah satu syarat kelayakan suatu usaha yaitu harus memiliki nilai
Net B/C yang lebih besar dari 1 (satu), maka usaha bakso ikan ini layak untuk
dijalankan karena memiliki nilai 4,2 yang lebih besar dari 1 (satu).
Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas bertujuan untuk menilai apa yang terjadi dengan hasil
analisis kelayakan seuatu kegiatan investasi atau usaha apabili terjadi perubahan di
dalam perhitungan biaya atau manfaat. Pada usaha bakso ikan Chikanos Food
dilakukan identifikasi faktor-faktor perubahan yang dapat terjadi pada usaha tersebut.
Adapun faktor-faktor perubahan yang dilihat sensitivitasnya adalah kenaikan biaya
dan penurunan penerimaan.
Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan yang
ada terhadap usaha yang dijalankan. Dalam penelitian ini dilakukan perubahan pada
dua aspek dalam arus cashflow yaitu, kenaikan biaya dan penurunan penerimaan.
Analisis sensitivitas pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
kepekaan usaha ini terhadap perubahan aspek di atas. Dalam perhitungan ini, analisis
sensitivitas dilakukan dengan menaikkan biaya sebesar 10 persen dan penurunan
penerimaan sebesar 10 persen. Hal ini didasarkan pada asumsi perubahan kenaikan
biaya dan penurunan penerimaan dibadingkan dengan perubahan IRR, nilai NPV dan
Net B/C yang diperoleh setelah terjadi kenaikan biaya dan penurunan penerimaan
berpengaruh secara signifikan atau tidak.
Hasil perhitungan jika terjadi kenaikan biaya sebesar 10 persen dan
penerimaan tetap maupun penurunan penerimaan sebesar 10 persen dan biaya tetap,
keduanya tidak menyebabkan usaha menjadi tidak layak. Pada kenaikan biaya sebesar
10 persen dan penerimaan tetap, NPV tetap bernilai positif sebesar Rp. 36.417.175; IRR
lebih besar dari OCC yaitu sebesar 15,27 persen dan NBCR lebih besar dari satu yakni
1,35. Demikian pula pada penurunan penerimaan sebesar 10 persen dan biaya tetap,
NPV tetap bernilai positif yaitu Rp.22.736.802; IRR lebih besar dari OCC yaitu sebesar
12,41 perssen dan NBCR lebih besar dari satu yaitu 1,23.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa secara teknis,
usaha agroindustri bakso ikan Chikanos Food layak dikembangkan, baik dari aspek
kapasitas produksi, persediaan sarana dan prasarana, dan teknologi proses produksi
Buletin Penelitian Sosek, Vol. 20, No. 2 – September 2018, ISSN 1410 – 4466 112
yang sudah 5 (lima) tahun berjalan. Secara finansial, usaha agroindustri bakso ikan
dengan teknologi yang ada, layak dijalankan dan jika terjadi kenaikan biaya 10 persen
dengan penerimaan tetap maupun penurunan penerimaan sebesar 10 persen dengan
biaya tetap, maka usaha bakso ikan ini tetap layak dilanjutkan.
Berdasarkan kesimpulan maka disarankan agar usaha bakso ikan dapat
dilanjutkan dengan mempertahankan teknologi yang sudah ada serta memperhatikan
nilai sensitivitas penurunan NPV, IRR dan NBCR yang cukup besar jika biaya produksi
naik 10 persen, maka pada pengolahan produk harus memperhatikan aspek yang
dapat meningkatkan biaya produksi cukup besar yaitu jumlah kebutuhan daging ikan
dan gaji karyawan dan jika penurunan penerimaan 10 persen, maka pada pemasaran
produk hasil memperhatikan aspek yang dapat menurunkan penerimaan

DAFTAR PUSTAKA
Biro Pusat Statistik (BPS) Prov. Sultra. 2013. Industri Besar dan Sedang Prov. Sultra.
Kantor Statistik Prov Sultra. Kendari
Biro Pusat Statistik (BPS) Prov. Sultra. 2013. Potret Usaha Perikanan Kota Kendari menurut
Sub Sektor. Kendari.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Kendari. 2016. Laporan Tahunan Hasil Tangkapan.
Data Survei Lapangan. Kendari
Padangaran, A. M. 2013. Analisis Kuantitatif Pembiayaan Perusahan Pertanian. IPB Press.
Bogor.
Surakhmad. 1994. Metodologi Research Dasar, Metode dan Teknik. Bandung.

Buletin Penelitian Sosek, Vol. 20, No. 2 – September 2018, ISSN 1410 – 4466 113

You might also like