Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 72

PERILAKU NONLINIER PIPA ELBOW BERTEKANAN YANG DIBERI

BEBAN TERMAL DAN IN-PLANE BENDING

(Skripsi)

Oleh

NURCAHYA NUGRAHA

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
i

ABSTRACT

NONLINEAR BEHAVIOR OF PRESSURIZED PIPING ELBOWS UNDER


THERMAL AND IN-PLANE BENDING LOAD

By

NURCAHYA NUGRAHA

Piping elbow is an important component of the piping system. Piping

elbow has good flexibility, so it can minimize stress due to thermal expansion. The

loads received by the piping elbow are bending load, thermal load and internal

pressure. The bending load causes ovalization on the piping elbow. If internal

pressure is added, internal pressure will tend to act against the effects caused by

bending load. If in-plane bending and internal pressure is given simultaneously, it

can cause nonlinear behavior. In actual conditions, the load received by piping

elbow are thermal load which give the same effect as in-plane bending. In this

study an analysis was conducted to evaluate nonlinear behavior of piping elbow

under thermal load and internal pressure compared to in-plane bending load and

internal pressure.

This study used software based on finite element methods (ANSYS

Mechanical APDL 15.0). The material used is titanium alloy (Ti-6Al-4V) which

assumed behave elastic-perfectly plastic. The results of the study show that

nonlinear behavior only occurs in in-plane bending load and internal pressure.

Whereas for thermal load and internal pressure there is not nonlinear behavior.
ii

For thermal loading, internal pressure has the same effect on displacement

caused by thermal load. For in-plane bending loading, internal pressure has the

opposite effect on displacement caused by in-plane bending load. The stress due

to in-plane bending load is greater than the thermal load. Internal pressure

increases the stress due to thermal loading and reduces stress due to in-plane

bending loading.

Key words: piping elbow, nonlinear behavior, thermal load, in-plane bending
iii

ABSTRAK

PERILAKU NONLINIER PIPA ELBOW BERTEKANAN YANG DIBERI


BEBAN TERMAL DAN IN-PLANE BENDING

Oleh

NURCAHYA NUGRAHA

Pipa elbow adalah komponen yang penting pada sistem perpipaan. Pipa

elbow memiliki kemampuan fleksibilitas yang baik, sehingga dapat mengurangi

tegangan akibat ekspansi termal. Beban yang diterima oleh pipa elbow adalah

beban bending, beban termal dan tekanan internal. Beban bending menyebabkan

ovalisasi pada pipa elbow. Jika tekanan internal ditambahkan, maka tekanan

internal akan cenderung bertindak melawan efek yang disebabkan oleh beban

bending. Jika beban in-plane bending dan tekanan internal diberikan secara

bersamaan, maka dapat menyebabkan perilaku nonlinier. Pada kondisi aktual,

beban yang diterima oleh pipa elbow adalah beban termal yang memberikan efek

cenderung sama seperti beban in-plane bending. Pada penelitian ini dilakukan

analisis untuk menilai perilaku nonlinier pipa elbow yang diberikan beban termal

dan tekanan internal dibandingkan dengan beban in-plane bending dan tekanan

internal.

Pada penelitian ini digunakan software yang berbasis metode elemen

hingga (ANSYS Mechanical APDL 15.0). Material yang dipakai adalah titanium

alloy (Ti-6Al-4V) dan diasumsikan bersifat elastic-perfectly plastic. Hasil dari


iv

penelitian menunjukkan bahwa perilku nonlinier hanya terjadi pada pembebanan

in-plane bending dan tekanan internal. Sedangkan pada pembebanan termal dan

tekanan internal tidak terjadi perilaku nonlinier. Pada pembebanan termal, tekanan

internal memberikan efek yang searah dengan perpindahan yang disebabkan oleh

beban termal. Pada pembebanan in-plane bending, tekanan internal memberikan

efek yang berlawanan dengan perpindahan yang disebabkan oleh beban in-plane

bending. Tegangan akibat beban in-plane bending lebih besar dibandingkan beban

termal. Tekanan internal meningkatkan tegangan yang disebabkan pembebanan

termal dan mengurangi tegangan yang disebabkan pembebanan in-plane bending.

Kata kunci: pipa elbow, perilaku nonlinier, beban termal, in-plane bending
PERILAKU NONLINIER PIPA ELBOW BERTEKANAN YANG DIBERI
BEBAN TERMAL DAN IN-PLANE BENDING

Oleh

NURCAHYA NUGRAHA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar


SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Nurcahya Nugraha, dilahirkan

di Pringsewu pada tanggal 11 Oktober 1995 dan

merupakan anak sulung dari tiga bersaudara dari

pasangan Ir. Adik Saryanto dan Jumiyati.

Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-Kanak

Kartika II-26 Bandar Lampung, lulus tahun 2001. Kemudian melanjutkan di

Sekolah Dasar Kartika II-5 Bandar Lampung, lulus tahun 2007. Selanjutnya

menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bandar Lampung,

lulus tahun 2010. Kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas

Negeri 1 Bandar Lampung, lulus tahun 2013.

Penulis terdaftar sebagai di Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Lampung

pada tahun 2013 melalui jalur seleksi Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN) dan menyelesaikan program studi S1 pada bulan November

2018. Selama masa perkuliahan, penulis juga aktif dalam organisasi

kemahasiswaan. Pada tahun 2014-2015 sebagai Sekretaris Bidang Penelitian

Pengembangan Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin. Tahun 2015-2016 sebagai

Ketua Divis Kaderisasi Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin. Tahun 2014-2016

sebagai Staf Departemen Kajian Syiar Islam Forum Silaturahim dan Studi Islami

Fakultas Teknik. Tahun 2016-2017 sebagai Gubernur Mahasiswa BEM Fakultas


x

Teknik. Tahun 2017 sebagai Menteri Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa

BEM U KBM Unila.

Selama masa perkuliahan penulis beberapa kali mendapatkan prestasi di bidang

akademik. Pada tahun 2016 sebagai Juara Harapan I Kategori Umum Lomba

Anugerah Inovasi Daerah yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan

Pengembangan Inovasi Daerah Provinsi Lampung. Pada tahun 2016 sebagai Juara

Harapan II Lomba Penelitian dan Pengembangan Teknologi Terapan Kabupaten

Lampung Tengah.

Penulis menjalani Kerja Praktik di PT. PLN (Persero) PLTU Sektor

Pembangkitan Sebalang, berlokasi di Dusun Sebalang, Desa Tarahan, Kecamatan

Katibung, Lampung Selatan, pada tahun 2017 dengan mengambil judul

Perhitungan Kebutuhan Tekanan Udara Pada Pneumatic Ash Removal System di

PLTU Sektor Pembangkitan Sebalang. Penulis juga menjalani Program Kuliah

Kerja Nyata (KKN) di Desa Sidomulyo, Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten

Lampung Selatan pada tahun 2017.


xi

MOTTO

“...dan di atas setiap orang yang berpengetahuan ada yang lebih mengetahui.”

(QS. Yusuf : 76)

“Diantara tanda sempurnanya Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal

yang tidak bermanfaat.”

(HR. Tirmidzi)
xii

PERSEMBAHAN

Untuk Bangsa dan Negara Indonesia


xiii

SANWACANA

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT, yang berkat rahmat, karunia dan

pertolongan-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam

selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang menunjukkan manusia

kepada jalan yang lurus. Kepada keluarga, sahabat dan para pengikutnya semoga

mendapatkan syafaatnya.

Skripsi ini dibuat sebagai sebuah karya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu

pengetahuan di bidang konstruksi dan perancangan, serta merupakan salah satu

syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Mesin

Universitas Lampung. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat oleh para

pembacanya.

Selama proses penulisan skripsi ini, penulis telah menerima banyak masukan,

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Suharno, M.Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Lampung.

2. Bapak Ahmad Su’udi, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin

Universitas Lampung dan juga sebagai Dosen Pembimbing Skripsi.


xiv

3. Dr. Asnawi Lubis, S.T., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

memberikan masukan dan bimbingannya kepada penulis sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan dangan baik.

4. Dr. Jamiatul Akmal, S.T., M.T. selaku Dosen Pembahas Skripsi yang telah

memberikan kritik dan saran kepada penulis.

5. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung yang telah

banyak memberikan ilmu selama penulis melaksanakan studi, sehingga dapat

menjadi bekal yang berharga bagi penulis untuk menghadapi masa depan.

6. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan

doa kepada penulis.

7. Rekan-rekan Asisten Laboratorium Mekanika Struktur.

8. Teman-teman Teknik Mesin angkatan 2013 yang telah memberikan banyak

bantuan dan dukungan.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan kepada

para pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bandar Lampung, Desember 2018

Nurcahya Nugraha
xv

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii

DAFTAR SIMBOL ............................................................................................ xxi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xxiv

I. PENDAHULUAN ...........................................................................................1

A. Latar Belakang ...........................................................................................1

B. Tujuan Penelitian .......................................................................................3

C. Batasan Masalah ........................................................................................4

D. Sistematika Penulisan ................................................................................4

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................5

A. Pipa Elbow .................................................................................................5

B. Teori Tegangan pada Pipa .........................................................................8

C. Fleksibilitas ..............................................................................................11

D. Stress Intensification Factor (SIF)...........................................................12

E. In-Plane Bending pada Pipa Elbow .........................................................14

F. Beban Termal pada Pipa Elbow ...............................................................17

G. Teori Kegagalan .......................................................................................19

H. Analisis Struktur Nonlinier ......................................................................25

I. Metode Elemen Hingga Menggunakan ANSYS .....................................29


xvi

III. METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................32

A. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................32

B. Metode Elemen Hingga ...........................................................................32

C. Diagram Alir Penelitian ...........................................................................43

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................44

A. Analisis dan Perbandingan Perilaku Nonlinier ........................................44

B. Perbandingan Tegangan Maksimum........................................................51

V. SIMPULAN DAN SARAN ...........................................................................57

A. Simpulan ..................................................................................................57

B. Saran ......................................................................................................58

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................60

LAMPIRAN ..........................................................................................................62

A. LISTING PROGRAM ...............................................................................63

B. PROPERTI TITANIUM ALLOY Ti-6AL-4V ...........................................84

C. DIMENSI PIPA ELBOW .........................................................................86

D. TEGANGAN MAKSIMUM ...................................................................88


xvii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Parameter Geometri Pemodelan .................................................................... 33

2. Properti Material ........................................................................................... 35

3. Perpindahan akibat Beban Termal ................................................................. 41

4. Perpindahan akibat Beban In-Plane Bending ................................................ 42

5. Perpindahan akibat Tekanan Internal ............................................................. 42

6. Tegangan Maksimum akibat Beban Termal dan In-Plane Bending .............. 42

7. Perpindahan akibat Pembebanan Termal + Pressure .................................... 44

8. Perpindahan akibat Pembebanan Pressure + Termal .................................... 45

9. Perpindahan akibat Pembebanan Termal & Pressure.................................... 45

10. Perpindahan akibat Pembebanan Bending + Pressure................................... 46

11. Perpindahan akibat Pembebanan Pressure + Bending................................... 47

12. Perpindahan akibat Pembebanan Bending & Pressure .................................. 47

13. Tegangan Maksimum akibat Beban Termal dan In-Plane Bending .............. 52

14. Pengaruh Tekanan Internal terhadap Tegangan Termal dan Bending ........... 54

15. Nilai Stress Intensification Factor pada Finite Element dan ASME ............. 55

16. Properti Titanium Alloy Ti-6Al-4V ............................................................... 85

17. Properti Pipa .................................................................................................. 87


xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pipa elbow dan parameternya. ......................................................................... 5

2. Penampang pipa elbow akibat ovalisasi. .......................................................... 6

3. Grafik metode TES. ......................................................................................... 8

4. Diagram benda bebas tegangan pada pipa. ...................................................... 9

5. Fleksibilitas. ................................................................................................... 12

6. Momen bending. ............................................................................................ 14

7. Arah momen bending pada pipa elbow. ......................................................... 15

8. Ovalisasi penampang pipa elbow akibat in-plane closing bending. .............. 15

9. Ovalisasi penampang pipa elbow akibat in-plane opening bending. ............. 16

10. Perubahan bentuk pada pipa elbow akibat momen bending .......................... 16

11. Tegangan ekspansi pada pipa L. .................................................................... 18

12. Tegangan normal maksimal ........................................................................... 20

13. Tegangan triaksial pada elemen kubus .......................................................... 22

14. Grafik teori energi distorsi maksimum .......................................................... 25

15. Ilustrasi perilaku nonlinier staples. ................................................................ 25

16. Deformasi beam. ............................................................................................ 26

17. Pelat datar yang diberi tekanan. ..................................................................... 27

18. Kekakuan pada lapisan datar.......................................................................... 27

19. Diagram linier. ............................................................................................... 28


xix

20. Diagram nonlinier material elastic-perfectly plastic. ..................................... 29

21. Pemodelan pipa elbow. .................................................................................. 33

22. Geometri SHELL181. .................................................................................... 34

23. Model material elastic-perfectly plastic. ........................................................ 35

24. Meshing. ......................................................................................................... 36

25. Kondisi batas.. ................................................................................................ 37

26. Pemberian beban termal dan tekanan internal pada pipa elbow. ................... 38

27. Pemberian beban in-plane bending dan tekanan internal pada pipa elbow. .. 40

28. Node pada posisi crown. ................................................................................ 41

29. Diagram alir penelitian................................................................................... 43

30. Grafik perilaku nonlinier pipa elbow yang diberikan beban termal dan

tekanan internal. ............................................................................................. 49

31. Grafik perilaku nonlinier pipa elbow yang diberikan beban in-plane

bending dan tekanan internal. ........................................................................ 50

32. Grafik tegangan maksimum pada pembebanan termal dan in-plane

bending . ......................................................................................................... 52

33. Grafik pengaruh tekanan internal terhadap tegangan pipa elbow pada

pembebanan termal dan in-plane bending. .................................................... 54

34. Grafik nilai stress intensification factor pada finite element dan ASME....... 56

35. Tegangan pembebanan termal pada pipa elbow sch 5s.................................. 89

36. Tegangan pembebanan termal + pressure pada pipa elbow sch 5s. .............. 89

37. Tegangan pembebanan bending pada pipa elbow sch 5s. .............................. 89

38. Tegangan pembebanan bending + pressure pada pipa elbow sch 5s. ............ 89

39. Tegangan pembebanan termal pada pipa elbow sch 10s................................ 90


xx

40. Tegangan pembebanan termal + pressure pada pipa elbow sch 10s. ............ 90

41. Tegangan pembebanan bending pada pipa elbow sch 10s. ............................ 90

42. Tegangan pembebanan bending + pressure pada pipa elbow sch 10s. .......... 90

43. Tegangan pembebanan termal pada pipa elbow sch 10. ................................ 91

44. Tegangan pembebanan termal + pressure pada pipa elbow sch 10. .............. 91

45. Tegangan pembebanan bending pada pipa elbow sch 10. ............................. 91

46. Tegangan pembebanan bending + pressure pada pipa elbow sch 10. ........... 91

47. Tegangan pembebanan termal pada pipa elbow sch 20. ................................ 92

48. Tegangan pembebanan termal + pressure pada pipa elbow sch 20. .............. 92

49. Tegangan pembebanan bending pada pipa elbow sch 20. ............................. 92

50. Tegangan pembebanan bending + pressure pada pipa elbow sch 20. ........... 92

51. Tegangan pembebanan termal pada pipa elbow sch std. ............................... 93

52. Tegangan pembebanan termal + pressure pada pipa elbow sch std. ............. 93

53. Tegangan pembebanan bending pada pipa elbow sch std. ............................. 93

54. Tegangan pembebanan bending + pressure pada pipa elbow sch std. ........... 93
xxi

DAFTAR SIMBOL

Simbol Keterangan Satuan

A luas penampang mm2

Co persentase ovalisasi

Ct persentase penipisan

Cth persentase penebalan

D diameter luar pipa mm

d diameter dalam pipa mm

Dmax diameter mayor ovalisasi mm

Dmin diameter minor ovalisasi mm

E modulus elastisitas MPa

F faktor reduksi rentang tegangan

Fa gaya berat N

h karakteristik fleksibilitas

I momen inersia mm4

i stress intensification factor

k faktor fleksibilitas

L panjang pipa tangen (tengent pipe) mm

M momen bending Nmm

Ml limit moment Nmm

Mr resultan momen Nmm


xxii

Mx momen terhadap sumbu x Nmm

My momen terhadap sumbu y Nmm

Mz momen terhadap sumbu z Nmm

n faktor keamanan

P tekanan internal MPa

Q first moment of area mm3

R jari-jari kelengkungan pipa elbow mm

r jari-jari pipa mm

Sa rentang tegangan ekspansi izin MPa

Sc tegangan izin pada kondisi dingin MPa

Se tegangan ekspansi termal MPa

Sh tegangan izin pada kondisi panas MPa

Ssy tegangan geser luluh material MPa

Su tegangan puncak material MPa

Sy tegangan luluh material MPa

T torsi Nmm

t ketebalan mm

tmin ketebalan minimum dinding pipa mm

tmax ketebalan maksimum dinding pipa mm

U perpindahan (displacement) mm

u energi regangan MPa

ud energi distorsi MPa

uv energi perubahan volume MPa

V gaya geser N
xxiii

Z section modulus mm3

Ze section modulus pada pipa elbow mm3

Zs section modulus pada pipa lurus mm3


o
α sudut kelengkungan pipa elbow
o
ϴ sudut circumferential pipa elbow

ε regangan

ζ tegangan normal MPa

ζbe tegangan bending pada pipa elbow MPa

ζbs tegangan bending pada pipa lurus MPa

ζc tegangan circumferential MPa

ζla tegangan longitudinal akibat berat MPa

ζlb tegangan longitudinal akibat momen bending MPa

ζlp tegangan longitudinal akibat tekanan internal MPa

ζl tegangan longitudinal total MPa

ζmax tegangan normal maksimal MPa

ζr tegangan radial MPa

ζ’ tegangan von Mises MPa

ηmax tegangan geser maksimal MPa

ηs tegangan geser MPa

ηt tegangan geser akibat torsi MPa

ηv tegangan geser akibat gaya geser MPa


xxiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

A. Listing Program

B. Properti Titanium Alloy Ti-6al-4v

C. Dimensi Pipa Elbow

D. Tegangan Maksimum
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dunia industri, sistem perpipaan berfungsi untuk mengarahkan fluida

dari suatu tempat ke tempat tertentu, misalnya pada industri air minum,

minyak, gas, pembangkit listrik tenaga uap dan pabrik kimia. Pada umumnya

sistem perpipaan digunakan untuk mengalirkan cairan, gas atau uap yang

memiliki karakteristik sifat fisik, kimia, tekanan dan temperatur tertentu.

Perbedaan karakteristik ini yang menyebabkan sistem perpipaan harus

diperhatikan ketika proses desain, analisis dan uji coba. Hal ini berguna untuk

memastikan bahwa sistem perpipaan benar-benar aman untuk digunakan.

Kegagalan pada sistem perpipaan dapat memberikan efek negatif pada

kegiatan industri maupun lingkungan sekitar industri. Kegagalan yang terjadi

pada sistem perpipaan disebabkan oleh beban pada pipa yang melebihi batas

beban maksimum atau tegangan puncak materialnya. Beban yang yang

diterima pipa dapat berupa beban termal, aksial, torsi, bending dan tekanan

internal maupun eksternal.

Pada penerapannya, sistem perpipaan memiliki banyak komponen, seperti

pipa lurus, elbow, tee, cross, dan reducer. Salah satu komponen yang banyak

terdapat pada sistem perpipaan adalah pipa elbow atau pipa lengkung. Pipa
2

elbow merupakan komponen penting pada sistem perpipaan yang berfungsi

mengubah arah aliran fluida. Pipa elbow memiliki fleksibilitas yang lebih

tinggi dibandingkan pipa lurus dengan ukuran dan material yang ekivalen,

sehingga pipa elbow dapat meminimalisir efek dari ekspansi termal,

pergerakan seismik dan beban pada anchor.

Beban yang diterima oleh pipa elbow dapat berupa beban bending, beban

termal dan tekanan internal. Beban bending menyebabkan ovalisasi dan

tegangan yang tinggi pada daerah crown pipa elbow. Akan tetapi apabila

tekanan internal diberikan pada pipa elbow yang sudah diberi beban bending,

maka akan memberikan efek yang berlawanan dengan ovalisasi (pressure

reduction effect), sehingga tekanan internal mengurangi tegangan akibat

beban bending dan menurunkan fleksibilitasnya (Lubis & Akmal, 2006).

Pada kondisi aktual di lapangan, beban yang diterima oleh pipa elbow adalah

beban termal. Pemberian beban termal pada pipa elbow, memberikan efek

yang cenderung sama seperti pipa elbow yang diberi beban bending.

Pemberian tekanan internal pada pipa elbow yang sudah diberi beban termal

tentunya akan berefek pada pipa elbow. Yang menjadi pertanyaan adalah

apakah efek akibat tekanan internal pada pipa elbow yang diberikan beban

termal sama dengan efek tekanan internal pada pipa elbow yang diberikan

beban bending.

Efek pemberian tekanan internal pada pipa elbow dapat menyebabkan

perilaku nonlinier, maka pada penelitian ini dilakukan analisis dan

perbandingan perilaku nonlinier pada pipa elbow yang diberikan beban termal
3

dan perilaku nonlinier pada pipa elbow yang diberikan beban in-plane

bending. Selain perilaku nonlinier, dilakukan juga analisis dan perbandingan

tegangan yang disebabkan beban termal dan in-plane bending serta pengaruh

tekanan internal pada tegangan akibat kedua beban tersebut.

Pipa elbow yang diberikan beban termal dan beban in-plane bending

memiliki efek yang serupa, yaitu terjadi ovalisasi pada penampang pipa

elbow. Hal ini yang menjadi hipotesis awal dan menjadi acuan bahwa pada

pipa elbow yang diberikan beban termal dan tekanan internal serta pada pipa

elbow yang diberikan beban in-plane bending dan tekanan internal memiliki

perilaku nonlinier yang serupa.

Pada penelitian ini dilakukan analisis metode elemen hingga (finite element

analysis) menggunakan software ANSYS Mechanical APDL 15.0.

Pemodelan dan simulasi pipa elbow menggunakan shell element (SHELL181)

yang diberikan beban termal, beban in-plane bending, dan tekanan internal.

Pada penelitian ini hasil yang akan didapat adalah hubungan antara beban,

perpindahan dan tegangan maksimum yang terjadi akibat perilaku nonlinier

pipa elbow.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:

1. Menganalisis perilaku nonlinier pipa elbow akibat tekanan internal pada

pembebanan termal dan in-plane bending.


4

2. Membandingkan perilaku nonlinier pipa elbow akibat tekanan internal

yang diberikan beban termal dan beban in-plane bending.

3. Membandingkan tegangan maksimum pipa elbow yang diberikan beban

termal dan in-plane bending serta pengaruh tekanan internal pada

tegangan maksimum.

C. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan menggunakan software ANSYS Mechanical APDL

15.0 yang berbasis metode elemen hingga.

2. Pemodelan pipa elbow menggunakan SHELL181.

3. Material yang digunakan bersifat elastic-perfectly plastic.

4. Panjang pipa tangen (tengent pipe) sebesar tiga kali diameter pipa elbow.

D. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I

berisikan tentang latar belakang, tujuan penelitian, batasan masalah dan

sistematika penulisan. Bab II berisikan tentang teori-teori yang berkaitan

dengan penelitian ini. Bab III menjelaskan metode, pemodelan, parameter

dan diagram alir penelitian yang digunakan pada penelitian ini. Bab IV

berisikan tentang hasil penelitian dan pembahasan dalam bentuk tabel,

gambar dan grafik. Bab V berisikan tentang simpulan dan saran yang didapat

pada penelitian ini.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pipa Elbow

Pipa elbow atau pipe bend adalah pipa yang terpasang di antara dua pipa dan

berfungsi untuk merubah arah aliran fluida. Pipa elbow adalah pilihan yang

paling ekonomis untuk merubah arah aliran fluida. Salah satu kelebihan pipa

elbow adalah fleksibilitasnya lebih tinggi dibandingkan pipa lurus, sehingga

efek dari ekspansi termal pada sistem perpipaan dapat diminimalisir. Pipa

elbow dan parameternya dapat dilihat pada Gambar 1. Pada Gambar 1

terdapat beberapa parameter pipa elbow, yaitu L (panjang tengent pipe), R

(jari-jari kelengkungan), r (jari-jari pipa), t (ketebalan dinding pipa), ϴ (sudut

circumferential pipa elbow) dan α (sudut kelengkungan pipa elbow).

t
ϴ
r

R
L

Gambar 1. Pipa elbow dan parameternya (Karabin dkk, 1986).


6

Dalam perancangannya, pipa elbow harus dirancang dengan baik, sehingga

terhindar dari kegagalan plastis dan kegagalan fatig. Pipa elbow dirancang

berdasarkan beban yang diterimanya. Pipa elbow dirancang sedemikian rupa

agar beban hanya bekerja pada daerah elastisnya, oleh karena itu, material

pipa elbow yang dipakai harus memiliki tegangan luluh yang lebih besar

dibandingkan dengan tegangan akibat beban yang bekerja pada pipa elbow.

Hal ini bertujuan agar pipa elbow terhindar dari deformasi plastis dan

kegagalan (Chen dkk, 2011). Beberapa hal yang berhubungan dengan pipa

elbow adalah:

1. Ovalisasi

Ovalisasi pada penampang pipa elbow terjadi akibat beban bending

ataupun beban termal. Besarnya ovalisasi dinyatakan dalam persentase.

Besarnya ovalisasi dapat ditentukan berdasarkan perbandingan selisih

diameter mayor dan minor terhadap diameter nominal pipa elbow

(Michael dkk, 2011). Ovalisasi penampang pipa elbow dapat dilihat pada

Gambar 2.

L Thickening t
Thinning

R
tmax tmin
Dmax

Dmin

Gambar 2. Penampang pipa elbow akibat ovalisasi (Michael dkk, 2011).


7

Nilai ovalisasi pipa elbow dapat dihitung dengan persamaan berikut

(Michael dkk, 2011):

-
Co = x 100% (1)

2. Penipisan

Penipisan dinding pipa elbow terjadi pada bagian extrados, hal ini terjadi

karena proses pembengkokan pipa elbow saat proses fabrikasi. Penipisan

dapat didefinisikan sebagai perbandingan selisih ketebalan nominal dan

minimum terhadap ketebalan nominal pipa elbow. Nilai penipisan pipa

elbow dapat dihitung dengan persamaan berikut (Michael dkk, 2011):

-
Ct = x 100% (2)

3. Penebalan

Penebalan dinding pipa elbow terjadi pada bagian intrados, hal ini terjadi

karena proses pembengkokan pipa elbow saat proses fabrikasi. Penebalan

dapat didefinisikan sebagai perbandingan selisih ketebalan maksimum

dan nominal terhadap ketebalan nominal pipa elbow. Nilai penebalan

pipa elbow bisa dihitung dengan persamaan berikut (Michael dkk, 2011):

-
Cth = x 100% (3)

4. Beban Collapse

Beban collapse dapat diperoleh menggunakan metode twice-elastic-slope

(TES). Grafik metode TES dapat dilihat pada Gambar 3. Pada Gambar 3,
8

garis regresi ditentukan berdasarkan grafik elastis. Sudut yang terbentuk

oleh garis regresi dilambangkan dengan Ѳ, sedangkan sudut yang

terbentuk oleh garis batas collapse dialambangkan dengan ϕ yang

besarnya tan-1(2tan Ѳ). Perpotongan garis batas collapse dengan kurva

tegangan regangan adalah batas beban collapse (Patel & Kumar, 2014).

P
Collapse
Limit Line

Deformation δ

Gambar 3. Grafik metode TES (Patel & Kumar, 2014).

B. Teori Tegangan pada Pipa

Pipa adalah sebuah silinder berongga yang memiliki standar ukuran. Pipa

berfungsi untuk merubah arah aliran fluida yang berbentuk cair, gas atau

udara. Fluida yang mengalir pada pipa memiliki karakteristik sifat fisik,

kimia, tekanan dan temperatur yang bervariasi. Karakteristik sifat fluida ini

yang menimbulkan tegangan pada pipa. Apabila tegangan bekerja pada pipa

melebihi tegangan puncak material, maka pipa tersebut akan mengalami

kegagalan. Berdasarkan arahnya, tegangan pada pipa dibedakan menjadi 4

macam, yaitu tegangan longitudinal, tegangan circumferential, tegangan

radial dan tegangan geser. Arah tegangan pada pipa dapat dilihat pada

Gambar 4 berikut ini.


9

ζc ζr

ζl ηs
ζl

ζr ζc

Gambar 4. Diagram benda bebas tegangan pada pipa (Helguero, 1986).

Berikut ini adalah penjelasan tegangan pada pipa berdasarkan arahnya.

1. Tegangan longitudinal

Tegangan longitudinal adalah tegangan yang bekerja sejajar dengan

sumbu longitudinal pada pipa. Tegangan longitudinal dapat disebabkan

oleh tekanan internal, momen bending, berat pipa dan temperatur.

Tegangan longitudinal yang disebabkan oleh tekanan internal dapat

dihitung dengan persamaan berikut (Helguero, 1986):

ζlp = (4)

Tegangan longitudinal yang disebabkan oleh momen bending dapat

dihitung dengan persamaan berikut (Helguero, 1986):

ζlb = (5)

Tegangan longitudinal yang disebabkan oleh berat pipa dan temperatur

dapat dihitung dengan persamaan berikut (Helguero, 1986):

ζla = (6)
10

Jika semua tegangan longitudinal bekerja pada arah yang sama, maka

tegangan longitudinal total dapat dihitung dengan persamaan berikut

(Helguero, 1986):

ζ ζ ζ ζ (7)

2. Tegangan Circumferential

Tegangan circumferential atau tegangan hoop adalah tegangan yang

bekerja pada arah circumferential. Tegangan circumferential dapat

disebabkan oleh tekanan internal. Tegangan circumferential dapat

dihitung dengan persamaan berikut (Helguero, 1986):

ζc = (8)

3. Tegangan Radial

Tegangan radial adalah tegangan yang bekerja searah dengan sumbu

radial. Tegangan radial dapat disebabkan oleh tekanan internal. Tegangan

radial dapat dihitung dengan persamaan berikut (Helguero, 1986):

ζ - (9)

4. Tegangan Geser

Tegangan geser adalah tegangan yang bekerja dengan arah paralel

terhadap penampang pipa. Tegangan geser dapat disebabkan oleh gaya

geser atau momen puntir. Tegangan geser akibat gaya geser dapat

dihitung dengan persamaan berikut (Beer dkk, 2012):


11

ηv = (10)

Tegangan geser yang disebabkan oleh momen puntir dapat dihitung

dengan persamaan berikut:

( )
ηt = (11)

Jumlah dari dari tegangan geser dapat didefinisikan sebagai tegangan

geser total yang dapat dihitung dengan persamaan berikut:

η η η (12)

C. Fleksibilitas

Pada sistem perpipaan terdapat berbagai macam jenis pipa dan berbagai jenis

sambungan seperti elbow, tee, cross, dan reducer. Kegagalan plastis, fatig,

rupture dan creep dapat terjadi pada rangkaian pipa dan sambungan (fitting)

yang saling terhubung akibat berbagai jenis pembebanan yang berasal dari

berat pipa, temperatur, tekanan internal dan eksternal bahkan gempa bumi.

Karakteristik fleksibilitas sistem perpipaan dipengaruhi oleh perbedaan

karakteristik geometri pada sambungan pipa, sehingga karakteristik

fleksibilitas pada sambungan memiliki nilai yang berbeda akibat perbedaan

geometri. Karakteristik fleksibilitas digunakan untuk menentukan faktor

fleksibilitas dan SIF (Stress Intensification Factor). Karakteristik fleksibilitas

dapat dihitung dengan persamaan berikut (Bhende & Tembhare, 2013):

h= (13)
12

Jenis sambungan yang umum digunakan pada sistem perpipaan adalah pipa

elbow. Karakteristik pipa elbow adalah penampangnya menjadi oval jika

diberikan momen bending. Jika sebuah pipa lurus dengan panjang l diberikan
extrados 

dihasilkan rotasi α, maka pipa elbow dengan


momen bending sebesar M, akanundeformed
r 

diameter dan ketebalan yang sama deformed


dengan pipa lurus jika diberikan momen

bending ssebesar M akan menghasilkan rotasi sebesar kα seperti yang terlihat


intrados
R
pada Gambar 5.

 M

extrados 

r α
 Undeformed
undeformed
k
deformed
(a) Deformed
R α Δα


intrados
RR

ϴ
 M
M

M
M
kΔα
k
(b) (a)
(a) (b)
R 

Gambar 5. Fleksibilitas (a) Pipa lurus (b) Pipa elbow (Lubis & Tanti, 2010).

Rasio perubahan kelengkungan akibat momen


(b) M antara pipa elbow dan pipa

lurus yang ekivalen disebut faktor fleksibilitas. Besarnya faktor fleksibilitas

dapat dihitung dengan persamaan berikut (Bhende & Tembhare, 2013):

,
k= (14)

D. Stress Intensification Factor (SIF)

Perilaku yang berbeda akan ditunjukkan pipa lurus dan pipa elbow yang

diberikan momen bending. Reaksi seperti beam akan ditunjukkan pipa lurus
13

dengan penampang berbentuk lingkaran, sedangkan ovalisasi penampang

ditunjukkan pipa elbow yang diberi beban bending. Karena terjadi ovalasi

pada pipa elbow, bagian luar (extrados) elbow bergerak mendekati titik

sumbu netral, sehingga momen inersia berkurang dan menyebabkan nilai

tegangan akibat momen bending bertambah besar. Tegangan bending pada

pipa lurus dan pipa elbow secara berturut-turut dapat dihitung dengan

persamaan (15) dan (16):

ζbs = (15)

ζbe = (16)

SIF pada pipa elbow dapat didefinisikan sebagai rasio tegangan bending yang

timbul akibat momen bending pada pipa elbow terhadap tegangan bending

pada pipa lurus dengan diameter, ketebalan, panjang dan material pipa yang

ekivalen. Oleh karena itu, SIF pada pipa elbow dapat dinyatakan dengan

persamaan berikut (Bhende & Tembhare, 2013):


ζ
i= (17)
ζ

Momen bending yang sama jika diberikan pada pipa elbow akan

menghasilkan tegangan bending yang lebih besar jika dibandingkan dengan

tegangan bending yang timbul pada pipa lurus, hal ini terjadi karena

kemampuan ovalisasi pada penampang pipa elbow. Itulah sebabnya nilai SIF

pipa elbow akan selalu lebih besar atau sama dengan 1. Berdasarkan ASME

B31.3, SIF pada pipa elbow akibat momen bending dapat dihitung dengan

persamaan berikut (ASME, 2004):


14

,
iin-plane = (18)

,
iout-plane = (19)

E. In-Plane Bending pada Pipa Elbow

Pembebanan pada pipa elbow berasal dari berat pipa, beban termal, tekanan

internal, tekanan eksternal, pergerakan seismik, beban pada anchor dan

sambungan. Perilaku yang berbeda ditunjukkan oleh pipa elbow dan pipa

lurus apabila diberikan momen bending yang sama. Akibat momen bending

tersebut, maka terjadi ovalisasi pada penampang pipa elbow. Tegangan

bending pada pipa elbow lebih besar dibandingkan dengan tegangan bending

pada pipa lurus. Perilaku pipa elbow dan pipa lurus akibat momen bending

dapat dilihat pada Gambar 6.

Ovalization Max
Stress

M
M M

M
(a) (b)

Gambar 6. Momen bending (a) Pipa lurus (b) Pipa elbow


(Bhende & Tembhare, 2013).

Berdasarkan arahnya, momen bending pada pipa elbow dapat dibedakan

menjadi tiga jenis, yaitu in-plane bending, out-plane bending dan torsi. Arah

momen bending yang bekerja pada pipa elbow dapat dilihat pada Gambar 7

berikut ini.
15

Mt

Mi

Mo

Mi

Mt
Mo

Gambar 7. Arah momen bending pada pipa elbow (Helguero, 1986).

In-plane bending memiliki dua arah pembebanan yaitu, in-plane closing

bending dan in-plane opening bending. In-plane closing bending bekerja

kearah pusat jari jari kelengkungan pipa elbow, sedangkan in-plane opening

bending bekerja ke arah luar pusat jari jari kelengkungan pipa elbow.

Pengaruh in-plane opening bending dan in-plane closing bending terhadap

ovalisasi pada pipa elbow dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9. Garis

putus-putus pada Gambar 8 dan Gambar 9 adalah bentuk penampang pipa

elbow sebelum diberikan in-plane bending, sedangkan garis tebal

menunjukkan bentuk penampang pipa elbow setelah diberikan in-plane

bending.
0o

Extrados -M
90o 270o
Intrados

180o

Gambar 8. Ovalisasi penampang pipa elbow akibat in-plane closing bending


(Lubis & Tanti, 2010).
16

0o

Extrados +M 270o
90o Intrados

180o

Gambar 9. Ovalisasi penampang pipa elbow akibat in-plane opening bending


(Lubis & Tanti, 2010).

Teori yang digunakan pada pipa lurus sangat sederhana dan terdapat

hubungan antara gaya, rotasi dan defleksi. Sebaliknya teori untuk pipa elbow

didasarkan pada persamaan diferensial teori shell, namun dengan konsep

faktor fleksibilitas, sehingga memberikan efek fleksibilitas ke dalam sistem

perpipaan (Natarajan & Blomfield, 1974). Pipa elbow yang diberikan beban

in-plane opening bending terdapat perubahan sudut kelengkungan, seperti

yang terlihat pada Gambar 10. Hubungan antara beban in-plane bending dan

perubahan sudut kelengkungan dapat diketahui melalui persamaan berikut

(Lubis & Tanti, 2010):

( - ) α
(20)
α

extrados 

r α
 Undeformed
undeformed

deformed
Deformed

intrados
RR

ϴ
 M
M

(a)
kΔα
k

R 

Gambar 10. Perubahan bentuk pada pipa elbow akibat momen bending
(Lubis & Tanti, 2010).

(b)
17

Terdapat batas beban maksimum yang dapat diterima pipa elbow sebelum

mengalami kegagalan. Batas beban pada pipa elbow berbeda-beda, tergantung

pada geometri, jenis pembebanan dan material yang digunakan. Pada

pembebanan in plane bending, momen maksimum yang dapat diterima oleh

pipa disebut limit moment. Besarnya limit moment pipa elbow yang diberi

pembebanan in plane bending adalah sebagai berikut (Touboul dkk,1989):

- , ( ) (21)

- , ( ) (22)

Pada keadaan operasional, tegangan pada pipa elbow dipengaruhi oleh

tekanan internal yang berasal dari fluida. Persamaan (21) dan (22) hanya

berlaku pada pembebanan in plane bending murni, tanpa adanya pengaruh

dari tekanan internal. Besarnya limit moment pipa elbow yang diberi tekanan

internal dan pembebanan in plane bending adalah sebagai berikut

(Goodall, 1978):

Ml = 1,04 ( - ζ
) ( ) (23)

Pada persamaan (23) terlihat bahwa dengan adanya tekanan internal, maka

terjadi penurunan limit moment pada pipa elbow. Fenomena ini disebut

pressure reduction effect (Chattopadhyay, 2002).

F. Beban Termal pada Pipa Elbow

Pada semua sistem perpipaan terdapat rentang suhu operasi yang besarnya

lebih rendah atau lebih tinggi dari suhu nonoperasionalnya. Suhu operasi
18

pada sistem perpipaan idealnya bersifat konstan dan kontinyu, tetapi pada

kenyatannya, suhu operasi ini terjadi perubahan secara cepat ataupun

perlahan. Akibat perubahan suhu ini, timbul tegangan ekspansi atau tegangan

termal.

Material pipa pada sistem perpipaan diasumsikan berbahan logam yang akan

berekspansi seiring dengan kenaikan suhu. Tegangan mekanis tidak akan

diterima oleh pipa yang memiliki perbedaan temperatur apabila tidak terdapat

pembatas (constraint) pada ujung-ujung pipa. Tetapi pada sistem perpipaan

hampir tidak ditemukan pipa yang tidak terdapat pembatas. Apabila pipa

berubah arah, maka tegangan akan dipengaruhi oleh perubahan arah tersebut,

seperti yang terjadi pada pipa elbow (Ellenberger, 2014).

Stress

Forces and bending


moments

Gambar 11. Tegangan ekspansi pada pipa L (Ellenberger, 2014).

Tegangan ekspansi termal termasuk jenis tegangan sekunder. Tegangan

sekunder adalah tegangan yang tercipta akibat adanya pembatas (constraint),

seperti yang terlihat pada Gambar 11. Tegangan akibat ekspansi termal tidak
19

akan timbul apabila tidak ada pembatas. Hal ini ditunjukkan pada tegangan

sekunder yang bersifat self-limitting. Akibat tegangan ekspansi termal, maka

setiap pipa memiliki rentang tegangan ekspansi yang diizinkan. Tegangan

ekspansi izin dapat dicari dengan persamaan berikut (Ellenberger, 2014):

( , , ) (24)

Tegangan ekspansi termal harus lebih kecil dari atau sama dengan rentang

tegangan ekspansi izin. Kegagalan pada pipa terjadi akibat tegangan ekspansi

termal lebih besar dari rentang tegangan ekspansi izin. Tegangan ekspansi

termal dapat dicari dengan persamaan berikut (Helguero, 1986):

Se = (25)

Mr dapat dicari dengan persamaan:

√ (26)

G. Teori Kegagalan

Pada perancangan teknik, sangat penting untuk diketahui batas tegangan yang

menyebabkan kegagalan dari suatu produk. Ada tiga teori kegagalan yang

bisa dipakai, yaitu:

1. Teori tegangan normal maksimum

Teori tegangan normal maksimum dikemukakan oleh seorang insinyur

Inggris, W. J. M. Rankine. Pada teori ini dijelaskan bahwa kegagalan

terjadi apabila salah satu dari tiga tegangan utama (principal stress) sama

dengan atau lebih dari tegangan puncak material. Jika tegangan utama
20

disusun secara umum dalam bentuk ζ, maka kegagalan diprediksi akan

terjadi pada kondisi apabila tegangan utama lebih besar dari tegangan

puncak material, seperti pada persamaan berikut:

ζ (27)

Dimana Su adalah tegangan puncak material. tegangan puncak material

digunakan untuk material getas, sedangkan untuk material ulet dapat

digunakan tegangan luluh, sehingga kegagalan diperkirakan akan terjadi

pada kondisi apabila tegangan utama lebih besar dari tegangan luluh

material, seperti pada persamaan berikut:

ζ (28)

ζB
ζB
Sut
Load line 1

o ζA
Sut
ζA
-Suc Sut
Load line 2

-Suc Load line 4 -Suc Load line 3


(a) (b)

Gambar 12. Tegangan normal maksimal (a) Grafik teori tegangan normal
maksimal (b) Garis beban yang telah diplotkan
(Budynas & Nisbett, 2006).

Jika n adalah faktor keamanan, maka tegangan maksimal berdasarkan

teori ini dapat dinyatakan sebagai berikut (Budynas & Nisbett, 2006):

ζmax = (29)

ζmax = (30)
21

2. Teori tegangan geser maksimum

Teori tegangan geser maksimum dikemukakan oleh Tresca. Pada teori ini

dijelaskan bahwa suatu material yang menerima tegangan biaksial atau

tegangan triaksial dinyatakan gagal bila tegangan geser maksimum yang

terjadi pada setiap titik mencapai tegangan geser luluh dari material

tersebut. Tegangan geser luluh adalah setengah dari tegangan luluh

material tersebut.

Ssy = (31)

Tegangan geser maksimal berdasarkan teori ini dapat dicari dengan

persamaan berikut (Budynas & Nisbett, 2006):

τmax = (32)

3. Teori energi distorsi maksimum

Teori energi distorsi maksimum dikemukakan oleh Hencky dan von

Mises. Pada teori ini dijelaskan bahwa kegagalan terjadi bila energi

regangan distorsi (energi regangan geser) per satuan volume pada

tegangan biaksial atau triaksial sama dengan atau lebih besar dari pada

energi regangan distorsi per satuan volume pada material yang diperoleh

melauli uji tarik.

Teori ini dapat dijelaskan seperti diilustrasikan pada Gambar 13. Sebuah

elemen kubus yang diberikan tegangan secara triaksial dan dinyatakan

oleh ζ1, ζ2 dan ζ3. Tegangan ζAV adalah tegangan yang bekerja pada arah
22

utama (principal direction) dan dihasilkan melalui tarikan hidrostatik

yang terlihat pada Gambar 13(b). Secara sederhana ζAV dapat dinyatakan

dengan persamaan berikut:

ζ ζ ζ
σAV = (33)

Terdapat perubahan volume dan tidak terjadi distorsi angular pada

elemen seperti terlihat pada Gambar 13(b). Jika dianggap ζAV adalah

komponen dari ζ1, ζ2 dan ζ3, maka komponen ini dapat dikurangi.

Resultan dari tegangan dapat dilihat pada Gambar 13(c). Distorsi angular

dialami oleh elemen pada Gambar 13(c).

ζ2 ζAV ζ2 - ζAV

ζAV ζ1 - ζAV
ζ1

ζ3 ζ1 > ζ2 > ζ1 ζAV ζ3 - ζAV

(a) (b) (c)

Gambar 13. Tegangan triaksial pada elemen kubus (a) Elemen dengan
tegangan triaksial (b) Elemen dengan tarikan hidrostatik
hanya mengalami perubahan volume (c) Elemen dengan
distorsi anggular tanpa perubahan volume
(Budynas & Nisbett, 2006).

Energi regangan distorsi dapat dihitung dengan mengetahui energi

regangan total akibat tegangan material. Pengurangan energi regangan

bergantung pada perubahan volume. Energi regangan per unit volume

dapat dinyatakan sebagai:


23

ζ
u= εζ (34)

Energi regangan total adalah jumlah energi yang dihasilkan oleh setiap

tegangan, maka pada Gambar 13(a), besarnya energi regangan per satuan

volume dinyatakan oleh:

u = (ε ζ ε ζ ε ζ ) (35)

Jika persamaan (35) diubah menjadi tegangan, maka akan menjadi:

u= ζ ζ ζ - (ζ ζ ζ ζ ζ ζ ) (36)

Energi regangan yang dihasilkan akibat perubahan volume dapat

diperoleh dengan subtitusi ζAV untuk ζ1, ζ2 dan ζ3 pada persamaaan (36).

Hasilnya adalah sebagai berikut:

ζ
uv = ( - ) (37)

Jika disubtitusikan persamaan (33) ke dalam persamaan (37), maka

hasilnya adalah sebagai berikut:

( - )
uv = (ζ ζ ζ ζ ζ ζ ζ ζ ζ ) (38)

Sedangkan energi yang dihasilkan dari distorsi dapat ditentukan dengan

persamaan:

( - ) (ζ - ζ ) (ζ - ζ ) (ζ - ζ )
ud = u – uv = [ ] (39)

Nilai energi distorsi akan bernilai nol apabila ζ1= ζ2= ζ3. Nilai tegangan

diperoleh dengan uji tarik, maka pada titik luluh didapatkan nilai ζ1= Sy

dan ζ2= ζ3= 0. Persamaan (39) menjadi:


24

( - )
ud = (40)

Berdasarkan persamaan (39) kegagalan diprediksi akan terjadi apabila

pada kondisi:

(ζ - ζ ) (ζ - ζ ) (ζ - ζ )
[ ] (41)

Jika dilakukan pengujian uji tarik, maka kegagalan akan terjadi ketika

ζ≥ Sy. Nilai tegangan pada persamaan (41) dapat disederhanakan sebagai

tegangan ekivalen yang berasal dari nilai ζ1, ζ2 dan ζ3. Tegangan ekivalen

ini juga disebut dengan tegangan von Mises, ζ’. Persamaan (41) dapat

disederhanakan menjadi:

ζ (42)

Tegangan von Mises dapat dinyatakan sebagai:

(ζ - ζ ) (ζ - ζ ) (ζ - ζ )
𝜎’ [ ] (43)

Pada kondisi tegangan bidang, hanya ada dua tegangan utama yang

digunakan dan dinotasikan sebagai ζA dan ζB, maka persamaan (43)

menjadi (Budynas & Nisbett, 2006):

ζ (ζ - ζ ζ ζ ) (44)

Persamaan (44) merotasikan bentuk oval pada bidang ζA, ζB, seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 14 dengan besarnya tegangan von Mises sama

dengan tegangan luluh material. Pada Gambar 14 diperlihatkan

perbandingan teori von Mises dan teori Tresca.


25

ζB
Sy

ζA
-Sy Sy

Pure shear load line


-Sy DE
MSS

Gambar 14. Grafik teori energi distorsi maksimum


(Budynas & Nisbett, 2006).

H. Analisis Struktur Nonlinier

Struktur nonlinier sering ditemui pada banyak hal. Salah satu contohnya

adalah ketika beberapa lembar kertas ditempelkan menggunakan staples, pada

akhirnya staples dibengkokkan secara permanen dan berubah bentuk dari

bentuk awalnya seperti yang terlihat pada Gambar 15.

U
Gambar 15. Ilustrasi perilaku nonlinier staples.

Meskipun pada umumnya terjadi perubahan kekakuan pada analisis nonlinier,

tetapi asal mula perilaku nonlinier dapat berbeda, sehingga analisis nonlinier

dapat diklasifikasikan berdasarkan asal usul utama prilaku nonlinier. Ada dua

jenis perilaku nonlinier, yaitu:


26

1. Geometrik nonlinier

Analisis nonlinier sangatlah penting jika terjadi perubahan pada kekakuan

benda pada kondisi operasinya. Jika perubahan kekakuan hanya berasal

dari perubahan bentuk, perilaku nonlinier ini didefinisikan sebagai

geometrik nonlinier. Perubahan bentuk kekakuan seperti itu bisa terjadi

bila pada bagian benda terdapat deformasi yang besar dan terlihat dengan

mata telanjang. Aturan yang umum digunakan adalah analisis geometri

nonlinier dilakukan jika deformasi lebih besar dari 1/20 dimensi terbesar

bagian tersebut. Faktor penting lain yang perlu diperhatikan adalah pada

kasus deformasi yang besar pada beam, arah beban dapat berubah karena

beam terdeformasi. Gambar 16 menunjukkan perilaku nonlinier yang

disebabkan karena arah pembebanannya pada kasus deformasi yang besar

pada beam.

(a) (b)

Gambar 16. Deformasi beam (a) Arah beban yang mengikuti deformasi
(b) Arah beban yang tidak mengikuti deformasi.

Perubahan kekakuan akibat bentuk juga bisa terjadi bila deformasinya

kecil. Contoh sederhanannya adalah pada pelat datar yang bengkok karena

diberi tekanan seperti yang terlihat pada Gambar 17.


27

Gambar 17. Pelat datar yang diberi tekanan.

Pada awalnya, beban tekanan hanya ditahan oleh pelat tersebut dengan

kekakuan lenturnya. Setelah kelengkungan terjadi akibat beban tekanan,

peningkatan kekakuan terjadi pada pelat yang terdeformasi seperti terlihat

pada Gambar 18. Kekakuan pelat berubah akibat deformasi, sehingga pelat

yang terdeformasi lebih kaku dibandingkan dengan pelat datar.

Bending
stiffness

Bending Membrane
stiffness stiffness

Gambar 18. Kekakuan pada lapisan datar.

2. Material nonlinier

Jika perubahan kekakuan terjadi dikarenakan perubahan sifat material saat

kondisi operasinya, maka perilaku nonlinier ini didefinisikan sebagai


28

material nonlinier. Material linier diasumsikan bahwa tegangan sebanding

dengan regangan seperti terlihat pada Gambar 19.

Stress

Strain

Gambar 19. Diagram linier.

Pada Gambar 19 diketahui bahwa semakin tinggi beban yang diberikan,

maka semakin tinggi tegangan dan deformasinya. Perubahan regangan

sebanding dengan perubahan beban. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada

deformasi plastis yang terjadi, dan setelah beban dihilangkan, model akan

selalu kembali ke bentuk semula. Hal yang berbeda jika beban cukup

tinggi diberikan pada material, sehingga terjadi deformasi plastis. Salah

satu contohnya adalah perilaku plastik, karet dan elastomer yang diberi

beban dan memiliki regangan sangat tinggi, hal ini adalah perilaku

nonliniar material.

Salah satu asumsi sifat material dalam analisis nonlinier adalah material

elastic-perfectly plastic. Sifat material elastic-perfectly plastic sering

digunakan dalam analisis struktur nonlinier. Material ini akan kehilangan

semua kemampuannya untuk kembali ke bentuk aslinya setelah


29

terdeformasi, tegangan tetap konstan di atas nilai regangan tertentu, seperti

yang ditunjukkan pada Gambar 20.

Stress Yield Stress

Strain

Gambar 20. Diagram nonlinier material elastic-perfectly plastic.

I. Metode Elemen Hingga Menggunakan ANSYS

Saat ini bidang-bidang penelitian dan industri sangat dipengaruhi oleh

perkembangan dunia komputer yang begitu cepat. Banyak metode dan

analisis desain yang telah digunakan, salah satunya adalah metode elemen

hingga (finite element method). Penemuan penemuan bidang riset dan industri

banyak dihasilkan oleh penelitian berbasis metode elemen hingga, hal ini

dikarenakan metode elemen hingga dapat berperan sebagai research tool pada

eksperimen numerik. Penerapannya banyak dilakukan pada permasalahan

yang kompleks seperti rekayasa struktur, kondisi steady, perpindahan panas,

aliran fluida, dan permasalahan elektrik serta aplikasi pada bidang medis

(Sonief, 2003).
30

Salah satu software berbasis metode elemen hingga adalah ANSYS

Mechanical APDL 15.0. Pada proses penyelesaian masalah, suatu elemen

dibagi menjadi bagian-bagian kecil yang terhingga. Bagian-bagian kecil ini

kemudian dianalisis dan hasilnya digabungkan kembali untuk memperoleh

penyelesaian untuk keseluruhan elemen, sehingga proses penyelesaian

masalah dapat diselesaikan. Dalam ANSYS langkah penyelesaian masalah

dibagi menjadi tiga fase utama, yaitu:

1. Tahap preprocessing

Tahap preprocessing adalah tahapan pemodelan geometri. Pada tahap ini

diasumsikan fungsi bentuk untuk menampilkan karakter fisik elemen.

Selanjutnya ditentukan jenis elemen yang sesuai dengan jenis

permasalahan. Tahap selanjutnya adalah dipisahkannya domain ke dalam

elemen hingga, yaitu geometri dibagi kedalam titik hubung (node) dan

elemen hingga, proses ini juga disebut proses meshing. Tahap selanjutnya

kondisi batas ditenentukan pada model. Pada tahap akhir ditampilkan

seluruh permasalahan dengan pemberian beban yang diinginkan.

2. Tahap solusi

Tahap solusi adalah tahapan penyelesaian permasalahan yang telah

didefinisikan, berupa persamaan aljabar linier ataupun nonlinier.

Persamaaan itu diselesaikan secara simulasi, sehingga didapatkan hasil

titik hubung.
31

3. Tahap post-processing

Tahap postprocessing adalah tahapan akhir dalam suatu analisis. Tahapan

ini bertujuan untuk memeperoleh hasil analisis yang dibutuhkan, berupa

tegangan, regangan, heat flux, kontak nodal dan berbagai pembebanan

mekanik ataupun termal lainnya. Data yang diperoleh dapat ditampilkan

dalam bentuk grafik, tabel, vektor, perubahan kontur dan berbagai nilai

eksak lainnya sesuai dengan analisis yang diinginkan (Moaveni,1999).


III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika Struktur Jurusan Teknik

Mesin Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan

Mei 2018 sampai dengan bulan Oktober 2018.

B. Metode Elemen Hingga

Dalam penelitian ini digunakan software ANSYS Mechanical APDL 15.0

yang berbasis metode elemen hingga. Secara garis besar, pada software

ANSYS Mechanical APDL 15.0 terdiri dari tiga tahap, yaitu preprocessing,

solusi dan post-processing.

1. Tahap preprocessing

Pada tahap preprocessing dilakukan pemodelan geometri, penentuan

kondisi batas dan beban yang diberikan. Pada tahap preprocessing

terdapat beberapa tahap yang dilakukan, yaitu:

a. Pemodelan geometri

Langkah awal pada tahap pemodelan geometri adalah penentuan

parameter yang bertujuan untuk mempermudah perubahan dimensi

dan sifat material. Parameter yang dipakai adalah sudut


33

kelengkungan, radius pipa, radius kelengkungan, tebal pipa dan

panjang pipa tangen (tengent pipe). Pipa elbow dimodelkan menjadi

bentuk setengah pipa seperti pada Gambar 21.

(a) (b)

Gambar 21. Pemodelan pipa elbow (a) Tampak depan (b) Isometrik.

Pada penelitian ini dibuat 5 variasi ketebalan pipa, sehingga terdapat

5 macam pemodelan. Terdapat dua metode pemodelan yaitu melalui

Batch Mode dan Graphical User Interface. Pada penelitian ini

digunakan pemodelan melalui Batch Mode. Properti pipa elbow

berdasarkan data dari ASME B36.10M. Pipa elbow yang digunakan

memiliki NPS 18, ukuran diameter luar 457,2 mm, sudut

kelengkungan 90o, panjang pipa tangen (tengent pipe) 1.436,33 mm,

rasio jari-jari kelengkungan dan jari-jari pipa sebesar 3. Parameter

geometri pemodelan pipa elbow dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter Geometri Pemodelan

Sch d r t R
t/r h
Number (mm) (mm) (mm) (mm)
Sch 5S 448,81 226,5 4,19 679,51 0,018 0,056
Sch 10S 447,64 226,21 4,77 678,63 0,021 0,063
Sch 10 444,5 225,42 6,35 676,27 0,028 0,085
Sch 20 441,35 224,63 7,92 673,91 0,035 0,106
Sch Std 438,15 223,83 9,52 671,51 0,042 0,128
34

b. Tipe elemen

Pada analisis ini diasumsikan pipa elbow berupa shell dinding tipis,

sehingga digunakan elemen SHELL181. Elemen SHELL181 cocok

digunakan untuk analisis struktur shell tipis ataupun tebal. Pada

SHELL181 terdapat 4 node dengan 6 derajat kebebasan pada setiap

node yaitu translasi pada arah sumbu x, y dan z serta rotasi terhadap

sumbu x, y dan z. SHELL181 dapat digunakan pada analisis linier,

rotasi besar dan nonlinier dengan regangan yang besar. Pada elemen

ini ketebalan shell diasumsikan merata.

Pada SHELL181 didefinisikan tiga lapisan permukaan, yaitu

permukaan atas (top surface), permukaan tengah (middle surface)

dan permukaan bawah (bottom surface). Permukaan atas terbentuk

oleh titik 5, 6, 7 dan 8. Permukaan tengah terbentuk oleh titik I, J, K

dan L. Sedangkan permukaan bawah terbentuk oleh titik 1, 2, 3 dan

4. Geometri SHELL181 dapat dilihat pada Gambar 22.

Gambar 22. Geometri SHELL181 (ANSYS Inc).


35

c. Properti material

Properti material dipilih berdasarkan buku Mechanical of Materials

Sixth Edition yaitu titanium alloy (Ti-6Al-4V). Untuk lebih jelasnya

properti material yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Properti Material (Beer dkk, 2012)

Modulus Koefisien
Tegangan Luluh Poison Ratio
Elastisitas Ekspansi Termal
115x103 MPa 830 MPa 0,33 9,5x10-6/oC

Material diasumsikan bersifat elastic-perfectly plastic dan modulus

plastisitas diasumsikan sebesar 100 MPa. Model material elastic-

perfectly plastic ditunjukkan pada Gambar 23. Pada Gambar 23,

kurva terbentuk dari hubungan antara tegangan dan regangan

persamaan elastis.

Gambar 23. Model material elastic-perfectly plastic.

d. Pembagian elemen (meshing)

Tahap meshing adalah tahap pembagian elemen menjadi bagian-

bagian kecil yang terhingga untuk penyelesaian solusi


36

permasalahan. Pada bagian pipa lengkung digunakan 18 elemen

pada arah keliling (hoop) dan 30 elemen pada arah longitudinal.

Pada bagian pipa tangen (tengent pipe) digunakan 18 elemen pada

arah keliling (hoop) dan 25 elemen pada arah longitudinal dengan

ukuran elemen yang semakin kecil ke arah junction. Jumlah

keseluruhan elemen adalah 1440 buah. Hasil meshing dapat

dilihat pada Gambar 24.

Gambar 24. Meshing.

e. Kondisi Batas

Pemberian kondisi batas bertujuan untuk menentukan kondisi fix

pada bagian pipa elbow. Untuk pembebanan termal, perpindahan

dan rotasi node pada ujung pipa tangen vertikal dan horizontal

bernilai nol (fully fix). Pada sisi simetris pipa ebow perpindahan

kearah sumbu z bernilai nol (UZ=0). Sedangkan pada

pembebanan in-plane bending, perpindahan dan rotasi node

hanya pada ujung pipa tangen vertikal yang bernilai nol (fully fix).

Kondisi batas dapat dilihat pada Gambar 25.


37

fully fix fully fix

(a) (b)

Gambar 25. Kondisi batas (a) Pembebanan termal


(b) Pembebanan in-plane bending.

f. Pembebanan

Pada tahap pembebanan diberikan pembebanan termal dan in-

plane bending yang dikombinasikan dngan tekanan internal.

1) Beban termal dan tekanan internal

Beban termal diberikan pada seluruh permukaan internal pipa

elbow. Beban termal yang diberikan sebesar 150 oC. Beban

termal yang diberikan ekivalen dengan momen bending pada

pembebanan in-plane bending. Sedangkan tekanan internal

yang diberikan sebesar 1 MPa. Pada tahap ini dilakukan

beberapa langkah pembebanan untuk melihat pergerakan

node. Pada pembebanan termal dan tekanan internal

dilakukan tiga urutan pemberian beban, yaitu:

a) Termal + pressure

Beban termal sebesar 150 oC diberikan pada pipa elbow.

Selanjutnya tekanan internal diberikan sebesar 1 MPa

tanpa menghilangkan beban termal sebelumnya.


38

b) Pressure + termal

Tekanan internal sebesar 1 MPa diberikan pada pipa

elbow. Selanjutnya beban termal diberikan sebesar 150


o
C tanpa menghilangkan tekanan internal sebelumnya.

c) Termal & pressure

Beban termal dan tekanan internal diberikan secara

bersamaan pada pipa elbow.

Model yang telah diberikan pembebanan dapat dilihat pada

Gambar 26.

Gambar 26. Pemberian beban termal dan tekanan internal


pada pipa elbow.

2) Beban in-plane bending dan tekanan internal

Beban in-plane bending diberikan pada ujung pipa tangen

horizontal. Beban in-plane bending yang diberikan ekivalen

dengan beban termal yang sudah diberikan sebelumnya.

Beban in-plane bending diperoleh melalui reaksi solusi akibat

pembebanan termal. Beban in-plane bending hanya bekerja


39

pada daerah elastis material tersebut. Sedangkan tekanan

internal yang diberikan sebesar 1 MPa. Pada tahap ini

dilakukan beberapa langkah pembebanan untuk melihat

pergerakan node. Pada pembebanan in-plane bending dan

tekanan internal dilakukan tiga urutan pemberian beban,

yaitu:

a) Bending + pressure

Beban in-plane bending yang ekivalen terhadap beban

termal diberikan pada pipa elbow. Selanjutnya tekanan

internal diberikan sebesar 1 MPa tanpa menghilangkan

beban in-plane bending sebelumnya.

b) Pressure + bending

Tekanan internal sebesar 1 MPa diberikan pada pipa

elbow. Selanjutnya beban in-plane bending yang

ekivalen terhadap beban termal diberikan pada pipa

elbow tanpa menghilangkan tekanan internal

sebelumnya.

c) Bending & pressure

Beban in-plane bending dan tekanan internal diberikan

secara bersamaan pada pipa elbow.

Model yang telah diberikan pembebanan dapat dilihat pada

Gambar 27.
40

Gambar 27. Pemberian beban in-plane bending dan tekanan


internal pada pipa elbow.

2. Tahap solusi

Setelah diberikan pembebanan pada model, selanjutnya dilakukan tahap

solusi dengan analisis nonlinier. Pada tahap solusi, masalah akan

diselesaikan secara komputasi. Tipe analisis statik digunakan pada

analisis nonlinier ini. Pengaruh defleksi yang besar diaktifkan dengan

perintah NLGEOM,ON. Pada analisis ini juga dilakukan beberapa

langkah pembebanan hingga tercapai beban maksimal. Langkah

pembebanan diberikan dengan perintah DELTIM. Interpolasi terhadap

langkah pembebanan dilakukan secara linier (ramped) dengan perintah

KBC,0.

3. Tahap post-processing

Hasil analisis diperoleh pada tahap post-processing. Hasil analisis

berupa tabel, grafik maupun perubahan kontur pada model. Data yang

diambil adalah besarnya perubahan beban, tegangan maksimum dan

perpindahan node pada posisi crown searah sumbu z yang terjadi akibat
41

kombinasi pembebanan termal, in-plane bending dan tekanan internal.

Node pada posisi crown merupakan node yang memilki regangan

terbesar akibat pembebanan termal dan in-plane bending. Node pada

posisi crown terletak pada bagian pipa elbow seperti yang terlihat pada

Gambar 28.

Node

z
x
y
y

Gambar 28. Node pada posisi crown.

Data perpindahan node dan efek nonlinier akibat tekanan internal yang

diperoleh pada pembebanan termal dan in-plane bending selanjutnya

dibandingkan. Parameter yang diambil dari hasil keluaran diperlihatkan

pada Tabel 3 sampai dengan Tabel 6.

Tabel 3. Perpindahan akibat Beban Termal

Langkah Pembebanan Beban Termal (oC) Perpindahan (mm)


1
2
3
dst
42

Tabel 4. Perpindahan akibat Beban In-Plane Bending

Beban Bending
Langkah Pembebanan Perpindahan (mm)
(Nmm)
1
2
3
dst

Tabel 5. Perpindahan akibat Tekanan Internal

Tekanan Internal
Langkah Pembebanan Perpindahan (mm)
(MPa)
1
2
3
dst

Tabel 6. Tegangan Maksimum akibat Beban Termal dan In-Plane


Bending

Tegangan Beban Tegangan


Beban Termal Termal Bending Bending
Jenis Pipa
(oC) Maksimum (Nmm) Maksimum
(MPa) (Mpa)
Sch 5s 150
Sch 10s 150
Sch 10 150
Sch 20 150
Sch std 150
43

C. Diagram Alir Penelitian

Mulai

Input Data Pipa Elbow:


1. Parameter geometri
2. Tipe elemen
3. Properti material

Pemodelan Geometri
Pipa Elbow

Meshing

Penentuan Kondisi Batas:


1. Difix pada kedua ujung pipa tangen untuk pembebanan termal
2. Difix pada ujung pipa tangen vertikal untuk pembebanan
in-plane bending

Pembebanan:
1. Beban termal dan tekanan internal
2. Beban in-plane bending dan tekanan internal

Solve

Solution is Tidak
done

Ya

1. Menganalisis dan membandingkan perilaku nonlinier pada


pembebanan termal dan in-plane bending
2. Membandingkan tegangan maksimum pada pembebanan
termal dan in-plane bending

Simpulan

Selesai

Gambar 29. Diagram alir penelitian.


V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian menggunakan metode elemen hingga, maka

dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:

1. Perilaku nonlinier akibat pemberian tekanan internal terlihat jelas pada

pembebanan bending + pressure. Sedangkan pada pembebanan termal

dan tekanan internal tidak terjadi perilaku nonlinier.

2. Pada pembebanan termal, tekanan internal memberikan efek yang searah

dengan perpindahan yang disebabkan oleh beban termal. Sedangkan pada

pembebanan in-plane bending, tekanan internal memberikan efek yang

berlawanan dengan perpindahan yang disebabkan oleh beban in-plane

bending.

3. Dengan beban yang ekivalen, tegangan maksimum akibat beban in-plane

bending lebih besar dibandingkan beban termal. Penambahan tekanan

internal berpengaruh pada meningkatnya tegangan maksimum pada

pembebanan termal. Sedangkan pada pembebanan in-plane bending,

tekanan internal mengurangi tegangan maksimum. Tegangan maksimum

akibat beban in-plane bending + pressure lebih besar dibandingkan

beban termal + pressure.


58

B. Saran

Adapun saran setelah dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dilakukan penelitian serupa dengan variasi panjang pipa tangen (tengent

pipe) untuk melihat perilaku nonlinier dan perbandingan tegangan termal

dan in-plane bending.

2. Dilakukan penelitian serupa dengan material yang bersifat lebih ulet

untuk mengetahui perilaku nonlinier dan perbandingan tegangan

maksimum.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

ANSYS Inc., ANSYS help. Theory Reference.

ASME, 2004, Welded and Seamless Wrought Steel Pipe. American Society of
Mechanical Engineers, United States of America.

ASME, 2004, Process Piping. American Society of Mechanical Engineers, United


States of America.

Bhende, G. dan Tembhare, G., 2013, Stress Intensification & Flexibility in Pipe
Stress Analysis. International Journal of Modern Engineering Research
(IJMER) Vol. 3, Issue 3 pp 1324-1329.

Beer, F.P., Johnston, E.R., Dewolf, J.T., Mazurek, D.F., 2012, Mechanics of
Materials, Sixth Edition. McGraw-Hill Companies Inc., New York.

Budynas, R.G. dan Nisbett, J. K., 2006, ’


Eighth Edition. McGraw-Hill Companies Inc., United States of America.

Chattopadhyay, J., 2002, The Effect of Internal Pressure on In-Plane Collapse


Moment of Elbows. Nuclear Engineering and Design 212 (2002) 133–144.

Chen, H., Ure, J., Li, T., Chen, W., Mackenzie, D., 2011, Shakedown and limit
Analysis of 90o Pipe Bends Under Internal Pressure, Cyclic In-Plane
Bending and Cyclic Thermal Loading. International Journal of Pressure
Vessels and Piping 88 (2011) 213-222.

Ellenberger, J.P., 2014, Piping and Pipeline Calculations Manual Construction,


Design Fabrication and Examination Second Edition. Elsevier Inc.,
Oxford.

Goodall, I.W., 1978, Lower Bound Limit Analysis of Curved Tubes Loaded by
Combined Internal Pressure and In-plane Bending Moment. Research
Division Report RD/B/N4360, Central Electricity Generating Board, UK.

Helguero, V., 1986, Piping Stress Handbook Second Edition. Gulf Publishing
Company, Texas.

You might also like