Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Bioeksperimen

Volume 2 No.2, (September 2016)


ISSN 2460-1365 79

PENGARUH CAHAYA DAN TEMPERATUR


TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS DAN PROFIL
PROTEIN TANAMAN ANGGREK Phalaenopsis
amabilis TRANSGENIK PEMBAWA GEN
Ubipro::PaFT
Effect of Light and Temperature on Shoot Growth and Protein Profile of Transgenic
PhalaenopsisamabilisOrchid Carrying Ubipro::PaFT Gene

Rinaldi Rizal Putra1), Ixora Sartika Mercuriani2), Endang Semiarti3)


1)
Jurusan Pendidikan Biologi FKIP Universitas Siliwangi,
Jl. Siliwangi No. 24 Kota Tasikmalaya46115
2)
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta
Kampus Karangmalang, Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281
3)
Laboratorium Bioteknologi Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada,
Jl. Teknika Selatan, Sekip Utara, Yogyakarta 55281
rinaldi.rizalputra@gmail.com, endsemi@ugm.ac.id

Abstract–This research aimed to analyze the influence of light and temperature on morphology growth, to analyze
protein profiles, and to determine the right condition of flowering acceleration of trasgenic Phalaenopsisamabilis
withdeterminant gene of flowering time, Ubipro::PaFT, inserted. The method used was transgenic plants carrying
the Ubipro::PaFT gene aged of 18 months after sowing. Plants were grown in incubators with certain lighting
conditions using white LED light and combination of white and blue LED lights with an intensity mean of 1780
lm, photoperiod of 8-hour light phase and 16-hour dark phase, and temperature of 25ºC (light phase) and 20ºC
(dark phase) for 20 weeks. After 20 weeks of plant growth, protein profiles of transgenic plants were analyzed
by SDS-PAGE method to determine protein product in each of observed growth phase.The results showed that
a combination of white and blue light increases the number of leaves by 60.00% and leaf length by 70.58%,
respectively, but there was no significant effect on the increase of number of roots, and appearances of inflorescence
observed. Analysis resultson protein profiles suggestedthe establishment of proteins with sizes of108.57; 71.30;
56.16; 40.85; 26.79; 13.27;and 13.12 kDa in transgenic plants. The presence of 19,65-kDa proteinmatched to the
molecular weight of PaFT protein was not detected, while protein with a molecular weight approximately 56,16
kDa suited to POH1 (Phalaenopsis Orchid Homeobox1) protein was found. It could be explained that the POH1
vegetative gene can be inhibit the activation of PaFT gene in P. amabilis transgenic plants age of 20 weeks, until
the plant are still in juvenile phase and can’t be inducible to flowering activities.

Keywords:Phalaenopsis amabilis, light and temperature, PaFT, POH1, protein profile

Abstrak–Penelitian ini bertujuan untuk mencari kondisi yang tepat dalam percepatan pembungaan
tanaman Phalaenopsis amabilis transgenik yang telah disisipi gen penentu waktu pembungaan
Ubipro::PaFT. Metode penelitian ini menggunakan tanaman transgenik pembawa gen Ubipro::PaFT
umur 18 bulan setelah penanaman. Tanaman ditumbuhkan pada inkubator dengan pencahayaan
menggunakan lampu LED putih dan kombinasi LED putih biru, dengan fotoperiodisitas 8 jam terang
16 jam gelap, suhu 25ºC pada fase terang dan 20ºC pada fase gelap selama 20 minggu. Setelah 20 minggu
pertumbuhan tanaman, dilakukan analisis profil protein dengan metode SDS-PAGE untuk mengetahui
protein yang diproduksi pada setiap fase pertumbuhan yang diamati.Hasil penelitian menunjukkan
kombinasi cahaya LED putih dan biru meningkatkan pembentukan daun sebesar 60%, panjang
daun 70,58%, tetapi belum diperoleh kemunculan infloresen. Analisis profil protein menunjukkan
terbentuknya protein dengan ukuran 108,57; 71,30; 56,16; 40,85; 26,79; 13,27; dan 13,12 kilodalton pada
Bioeksperimen
Volume 2 No.2, (September 2016)
80 ISSN 2460-1365

tanaman transgenik, tetapi tidak terdeteksi protein dengan ukuran 19,65 kDa yang sesuai dengan
berat molekul protein PaFT, sementara protein dengan ukuran sekitar 56,16 kDa sesuai dengan berat
molekul protein POH1(Phalaenopsis Orchid Homeobox1). Hal ini menunjukkan bahwa gen vegetatif
POH1 mampu menghambat aktivasi gen PaFT pada tanaman P. amabilis transgenik umur 20 minggu,
sehingga tanaman masih dalam fase juvenil dan belum mampu diinduksi untuk berbunga.

Kata kunci:Phalaenopsis amabilis, cahaya dan temperatur, PaFT, POH1, profil protein

PENDAHULUAN pembungaan anggrek melalui penyisipan


Anggrek Bulan Phalaenopsis amabilis gen Ubipro::PaFT, induksi hormon
merupakan salah satu dari sekian Benziladenin (BA), dan perlakuan fisik
banyak jenis anggrek alam yang menjadi dengan cara pemotongan akar. Gen
kebanggaan Indonesia (Indrianto, Ubipro::PaFT telah berhasil disisipkan
2002) dan terpilih sebagai salah satu pada genom tanaman anggrek P. amabilis
Puspa Pesona Indonesia pada tahun yang dibuktikan dengan munculnya
1990 (Sulistianingsih et al., 2006) karena fragmen DNA pada ukuran 531 bp.
memiliki keindahan dan nilai kultural Namun, anggrek transgenik yang disisipi
yang tinggi (Badriah dan Sutater, 1996). gen Ubipro::PaFT ini belum berbunga
Bentuk dan warna bunga yang sangat baik secara in vitro maupun ex vitro.
indah menjadi daya tarik tersendiri bagi Teknik induksi pembungaan dengan
para pecinta anggrek yang membuat menggunakan hormon bensiladenin (BA)
nilai jualnya tinggi di pasaran, sehingga konsentrasi 22,2 µM dan pemotongan
diperlukan suatu usaha memuliakan akar pada medium New Phalaenopsis (NP
tanaman ini seperti frekuensi berbunga – half strength) yang telah dimodifikasi
yang tinggi (Sulistianingsih et al., 2006) berhasil memunculkan infloresen pada
dan proses pembungaan yang cepat tanaman P. amabilis non-transgenik.
(Jumani, 2010) Berdasarkan hasil tersebut, Mercuriani
Pertumbuhan anggrek yang optimal et al.(2014), menyimpulkan kombinasi
akan berdampak positif pada proses perlakuan dengan pemberian hormon
pembungaannya. Hal tersebut didukung BA 22,2 µM, kandungan unsur P tinggi
oleh dua faktor utama, yaitu faktor (3 µM), dan pemotongan akar mampu
intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor mempercepat pembungaan in vitro
intrinsik yang berpengaruh pada proses anggrek P. amabilis asli Indonesia pada
pembungaan antara lain: gen, hormon umur 18 bulan setelah tanam. Hal ini
endogen, dan umur tanaman. Sedangkan karena perlakuan pemotongan akar
faktor ekstrinsik yang berpengaruh pada dapat meningkatkan penyerapan BA oleh
proses pembungaan antara lain: cahaya, tanaman yang kemudian menginduksi
temperatur, kelembaban, ketersediaan pembentukan tunas. Selain itu,
nutrisi, dan induksi fitohormon secara pemotongan akar sangat berpengaruh
eksternal (Hew and Yong, 2004). Semua terhadap peningkatan diameter batang
faktor tersebut saling berhubungan untuk yang berhubungan dengan akumulasi
mendukung pertumbuhan tanaman cadangan makanan sebagai sumber
secara optimal. energi untuk pembentukan tunas daun
dan bunga (Mercuriani et al., 2014).
Penelitian dengan anggrek P. amabilis
telah dilakukan sebelumnya oleh Keberhasilan pembungaan in vitro
Mercuriani et al. (2014) berkaitan dengan yang telah dilakukan oleh Mercuriani
Bioeksperimen
Volume 2 No.2, (September 2016)
ISSN 2460-1365 81

et al., (2014) pada tanaman anggrek P. yang digunakan adalah medium ½ NP,
amabilis non-transgenik ingin dibuktikan yaitu medium NP dengan kandungan N
juga pada tanaman anggrek P. amabilis konsentrasi rendah (1/2 dari konsentrasi
transgenik pembawa gen Ubipro::PaFT N pada medium NP).
dengan pemberian perlakuan lainnya, Tanaman anggrek transgenik
yaitu dengan perlakuan warna cahaya pembawa gen Ubipro::PaFT dan
dan temperatur terkontrol secara terus non-transgenik diinkubasi sesuai
menerus. Warna cahaya yang digunakan dengan variasi perlakuan pada
dalam penelitian ini antara lain cahaya Tabel 1. Fotoperiodisasi pada cahaya
putih dan kombinasi cahaya putih dan menggunakan sistem Short-day plant,
cahaya biru dengan jenis lampu light- dengan panjang periode terang selama 8
emitting diodes (LED). Penggunaan sistem jam dan periode gelap selama 16 jam.
pencahayaan LED pada penelitian ini Analisis molekular meliputi analisis
karena didasarkan berbagai faktor, yaitu DNA dan analisis profil protein. Isolasi
menghasilkan spektrum cahaya yang DNA genom menggunakan metode
spesifik, massa dan volume yang kecil, CTAB 3% berdasarkan metode Doyle
daya tahan yang relatif lama, lifetime and Doyle (1987; 1990) yang telah
operasi yang relatif panjang, kekhususan domodifikasi (Paquet et al., 2005). Deteksi
panjang gelombang, suhu pancaran keberadaan T-DNA pembawa transgen di
permukaan relatif dingin, pemanasan dalam genom tanaman dilakukan dengan
minimum, dan output foton yang linier metode Polymerase Chain Reaction (PCR)
dengan arus input listrik (Lin et al., 2013; menggunakan primer spesifik untuk gen
Johkan et al. 2010; Hew and Yong, 2004). PaFT dengan kombinasi sebagai berikut:
Sedangkan temperatur yang digunakan DegPaFT F1 (5’-GAK ATG AAT AGA
dalam penelitian ini meliputi 25ºC secara GAG ASR GAC-3’) dan Tnos-R yang
terus menerus dan 20ºC (fase gelap), 25ºC menghasilkan fragmen DNA sepanjang
(fase terang). 1030 bp, dan kombinasi primer DegPaFT
Tujuan penelitian adalah menganalisis F1 (5’-GAK ATG AAT AGA GAG ASR
pengaruh cahaya dan temperatur GAC-3’) dan DegPaFT R1 (5’-TCA
terhadap pertumbuhan morfologi dan ATC YTG CAT YCT TCT TCC-3’) yang
profil protein yang terbentuk pada menghasilkan fragmen DNA sepanjang
tanaman anggrek P. amabilis non- 531 bp. Reaksi PCR yang berlangsung
transforman dan transforman yang terdiri dari 30 siklus.
membawa gen Ubipro::PaFT. Analisis profil protein didahului
dengan isolasi protein dari sampel
METODE PENELITIAN daun tanaman anggrek, kemudian
Bahan utama yang digunakan dalam pada tahapan berikutnya sampel siap di
penelitian ini adalah tanaman anggrek elektroforesis dengan SDS-PAGE.
P. amabilis transgenik pembawa gen Penelitian ini dilaksanakan di
Ubipro::PaFT dan non-transgenik umur laboratorium Bioteknologi Fakultas
18 bulan. Tanaman anggrek diperoleh Biologi Universitas Gadjah Mada pada
dari hasil penelitian sebelumnya yang bulan Mei 2014 sampai dengan Januari
ditanam pada medium NP + 150 mL.L-1 air 2015.
kelapa (Islam et al., 1998). Medium dasar
Bioeksperimen
Volume 2 No.2, (September 2016)
82 ISSN 2460-1365

Tabel 1. Variasi Perlakuan


Suhu Inkubator
Kode Perlakuan Warna Cahaya LED
Terang Gelap
T1 Putih 25oC 20oC
T2 Putih + Biru 25oC 20oC
T3 Putih 25oC 25oC
T4 Putih + Biru 25oC 25oC

Tabel 2. Pertumbuhan tanaman anggrek P. amabilis transgenik (Tr) dibandingkan


dengan non-transgenik (NT)

Keterangan: T1 (Cahaya LED Putih dengan fase terang: 8 jam pada temperatur 25oC dan fase gelap:
16 jam pada temperatur 20oC); T2 (Cahaya kombinasi LED Putih + LED Biru dengan fase
terang: 8 jam pada temperatur 25oC dan fase gelap: 16 jam pada temperatur 20oC); T3
(Cahaya LED Putih dengan fase terang 8 jam dan fase gelap 16 jam pada temperatur
25oC secara terus menerus); T4 (Cahaya kombinasi LED Putih dan LED Biru dengan fase
terang 8 jam dan fase gelap 16 jam pada temperatur 25oC secara terus menerus). Standar
deviasi tanaman transgenik dan non-transgenik masing-masing dihitung dari 5 sampel
dan 2 sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN transgenik pada perlakuan T2 tidak


1. Peningkatan Jumlah dan Ukuran memiliki perbedaan. Namun, bila
Daun dibandingkan dengan perlakuan
Peningkatan jumlah daun lainnya (T1, T3, dan T4), perlakuan T2
pada tanaman Phalaeopsis amabilis memberikan pengaruh terbaik dalam
transgenik yang diberi perlakuan T2 penambahan jumlah daun baik untuk
dan T4 menunjukkan penambahan tanaman transgenik maupun non-
jumlah daun yang lebih tinggi transgenik (Tabel 2). Hal tersebut
dibandingkan dengan tanaman mengindikasikan bahwa kombinasi
yang diberi perlakuan lainnya cahaya putih dan biru dengan
(Tabel 2). Penambahan jumlah pemaparan temperatur 25ºC pada fase
daun pada tanaman transgenik terang dan 20ºC dapat meningkatkan
dibandingkan dengan tanaman non- jumlah daun pada tanaman. Hal ini
Bioeksperimen
Volume 2 No.2, (September 2016)
ISSN 2460-1365 83

menunjukkan bahwa kondisi semua Adanya hal tersebut menunjukkan


tanaman yang diberikan perlakuan bahwa cahaya dan temperatur
apapun tetap menunjukkan kenaikan mempengaruhi jumlah daun P.
dalam jumlah daun, ukuran daun, amabilis. Perlakuan cahaya dan
dan jumlah akar walaupun tidak temperatur pada tanaman P. amabilis
menunjukkan perbedaan yang ternyata tidak berpengaruh pada
signifikan. jumlah akar dan pertambahan ukuran
Peningkatan ukuran panjang daun daun tanaman P. amabilis setelah diuji
terbesar secara berturut terdapat pada dengan anova dengan taraf 5% baik
perlakuan T3, T2, dan T4, sedangkan pada minggu ke-6, ke-12, ke-18, dan
pertambahan panjang daun terlecil ke-20.
terdapat pada perlakuan T1. Pada Kombinasi cahaya putih dan biru
perlakuan T3, tanaman transgenik dalam meningkatkan jumlah daun
menunjukkan pertumbuhan panjang pada tanaman berkaitan dengan
daun yang lebih besar dibandingkan fungsi induksi morfogenesis dan
dengan tanaman non-transgenik. organogenesis pada cahaya biru.
Kemudian, pada perlakuan T2, Penambahan cahaya biru menginduksi
tanaman transgenik tidak memiliki percepatan pembelahan sel di
perbedaan yang signifikan dengan daerah SAM sehingga menginisiasi
tanaman non-transgenik. Namun, munculnya primordia daun. Hasil
apabila dibandingkan dengan penelitian ini didukung oleh Muleo et
perlakuan lainnya tanaman non- al. (2001) yang menyatakan proliferasi
transgenik pada perlakuan T2 pucuk tanaman Plum melibatkan dua
memiliki panjang daun yang lebih proses berbeda, yaitu diferensiasi
besar. tunas aksiler dan perkembangan
Berdasarkan uji statistik meng- tunas aksiler, serta kualitas cahaya
gunakan uji Anova menunjukkan memengaruhi diferensiasi tunas
bahwa perlakuan cahaya dan dan interaksinya dengan dominansi
temperatur memengaruhi jumlah apikal. Cahaya merah meregulasi
daun pada minggu ke-6 dan minggu dominansi apikal melalui reseptor
ke-18, tetapi tidak berpengaruh pada fitokrom, sedangkan cahaya biru
minggu ke-12 dan ke-20. Setelah diuji meregulasi jumlah tunas aksiler
lanjut dengan uji DMRT dengan taraf melalui reseptor kriptokrom.
5 % menunjukan bahwa pada minggu Hasil penelitian ini mendukung
ke-6 perlakuan T1 menjukkan jumlah penelitian yang telah ada sebelumnya,
daun tertinggi dan berbeda nyata yang dilakukan oleh Hunter dan
dengan perlakuan yang lainnya. Burritt (2004) pada kultur eksplan
Daun P. amabilis pada minggu ke-12 daun tanaman selada. Hasil
menunjukkan bahwa perlakuan T3 penelitian Hunter dan Burritt (2004)
menunjukkan jumlah daun tertinggi membuktikan eksplan daun tanaman
dibandingan dengan perlakuan selada yang terpapar sinar merah
lainnya Setelah diuji lanjut dengan dan sebelumnya terpapar sinar biru
DMRT 5% menunjukkan bahwa memproduksi lebih sedikit tunas
perlakuan T3 tidak berbeda nyata dibandingkan dengan eksplan daun
dengan perlakuan T2 dan T1 tetapi yang sebelumnya terpapar sinar
berbeda nyata dengan perlakuan T4. merah kemudian ditransfer pada
Bioeksperimen
Volume 2 No.2, (September 2016)
84 ISSN 2460-1365

kultur dengan cahaya biru. Dengan muncul bunga pada umur 130 minggu
demikian, dapat diambil kesimpulan setelah tanam.
sementara bahwa cahaya biru
menginisiasi pembelahan sel pada 2. Analisis DNA Tanaman Anggrek
daerah meristem, yang selanjutnya Pembawa Gen Ubipro::PaFT
menginisiasi pembentukan primordia Analisis DNA pada penelitian
daun baru. ini dilakukan untuk mengkonfirmasi
Peningkatan jumlah daun adalah apakah transgen Ubipro::PaFT telah
salah satu indikator tanaman mencapai terintegrasi ke dalam genom tanaman
tahap dewasa. Dalam pendewasaan anggrek P. amabilis transgenik.
tanaman, faktor umur merupakan Amplifikasi fragmen DNA dan
salah satu faktor yang memengaruhi plasmid yang membawa gen
transisi tanaman menuju tahap Ubipro::PaFT dengan menggunakan
reproduktif secara umum, selain primer DegPaFT F1R1 menghasilkan
kesehatan tanaman. Dengan fragmen DNA berukuran 531 base
meningkatkan jumlah daun, tanaman pair (bp)(Gambar 1a) sesuai dengan
mampu melakukan fotosintesis ukuran gen PaFT yang disisipkan.
secara maksimal untuk mendukung Keberadaan fragmen DNA
proses transisinya menuju fase berukuran 531 bp dari hasil
reproduktif (Glover, 2007), dan amplifikasi dengan primer DegPaFT
peningkatan nilai bersih fotosintesis F1R1 (Gambar 1b) tersebut
bergantung pada kandungan klorofil menunjukkan stabilitas integrasi
yang terdapat pada daun (Xiaoying transgen PaFT di dalam genom
et al., 2012). Penambahan cahaya biru tanaman selama pertumbuhan dan
dapat meningkatkan hasil bersih perkembangan tanaman transgenik.
fotosintesis melalui peningkatan Tanaman-tanaman transgenik yang
kandungan klorofil a, dikarenakan digunakan dalam penelitian ini telah
klorofil a terlibat langsung dalam dinyatakan positif sebagai transgen
penentuan aktivitas fotosintesis. Hasil pada penelitian Mercuriani (2014)
penelitian ini menunjukkan bahwa sebelumnya pada medium seleksi
tanaman anggrek P. amabilis pembawa antibiotik Hygromisin.
gen Ubipro::PaFT telah mencapai Munculnya fragmen DNA
umur 23 bulan/92 minggu dan telah berukuran 700 bp pada genom
mencapai tahap dewasa/berbunga. tanaman anggrek P. amabilis (Gambar
Namun, secara morfologis belum 1b) baik transgenik maupun non-
terlihat adanya indikator terjadinya transgenik hasil amplifikasi dengan
transisi dari fase vegetatif ke fase menggunakan primer DegPaFT F1R1
pembungaan, seperti munculnya disebabkan beberapa kemungkinan,
infloresens, walaupun telah diinduksi antara lain adanya gen homolog pada
dengan perlakuan cahaya biru. Hal genom anggrek P. amabilis Indonesia
yang sama juga ditunjukkan oleh yang berukuran 700 bp terhadap
Semiarti et al. (2007), bahwa anggrek PaFT pada anggrek P. amabilis Taiwan
P. amabilis memasuki fase reproduktif asal transgen tersebut diisolasi,
pada umur 53 minggu setelah dengan ukuran 531 bp. Pembuatan
penanaman yang ditandai dengan primer DegPaFT F1R1 didasarkan
munculnya infloresens, kemudian pada sekuen gen FT-Like tanaman
Bioeksperimen
Volume 2 No.2, (September 2016)
ISSN 2460-1365 85

anggrek P. amabilis asal Taiwan yang tumefaciens strain LBA4404 (Semiarti


telah diklon dalam plasmid pGA3426 et al., 2007).
dalam bakteri Agrobacterium

Gambar 1. Pertumbuhan tanaman P. amabilis transgenik dimulai pada umur 18 bulan pada semua
perlakuan (Bar = 1cm).

Gambar 2. Elektroforegram hasil re-konfirmasi keberadaan transgen PaFT pada tanaman anggrek
P. amabilis transgenik. (a) Konstruksi fragmen Ubipro::PaFT. (b) Hasil amplifikasi DNA
menggunakan primer DegPaFT F1R1. M: Marka 1 kb DNA Ladder, lajur 1 – 5: Tanaman
transgenik, lajur 6: Tanaman non-transgenik.
Bioeksperimen
Volume 2 No.2, (September 2016)
86 ISSN 2460-1365

3. Analisis Profil Protein Tanaman pada beberapa tanaman, kecuali


Anggrek Pembawa Gen Ubipro::PaFT sampel tanaman di lajur G, J, K, dan
Analisis profil protein dilakukan L, serta protein dengan berat molekul
untuk mengetahui apakah telah terjadi 13,12 kDa merupakan protein dengan
ekspresi transgen Ubipro::PaFT di berat molekul terkecil yang hanya
level translasi dengan pembentukan terdeteksi pada sampel tanaman di
protein pada tanaman anggrek lajur C, D, dan I.
Phalaenopsis amabilis pembawa Elektroforegram profil protein
genUbipro::PaFTsetelah pemberian tanaman P. amabilis menunjukkan
perlakuan. bahwa pita protein yang terbentuk
Profil protein pada Gambar cenderung memiliki keseragaman,
3 berasal dari supernatan hasil walau terdapat beberapa protein
isolasi daun. Ukuran berat molekul dengan berat molekul yang kecil
pita protein yang dihasilkan pada terdeteksi hanya di beberapa
elektroforegram tersebut disajikan tanaman. Hal tersebut diindikasikan
pada Tabel 3. bahwa tanaman mengekspresikan
beberapa protein yang sejenis dalam
Elektroforegram pada Gambar
waktu yang bersamaan (ketika sampel
3 dan perhitungan berat molekul
tanaman diisolasi). Berdasarkan hasil
(kDa) sampel yang disajikan pada
elektroforegram yang dikaitkan
Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat
dengan bukti morfologis, diduga
protein yang terdeteksi pada semua
bahwa protein yang dihasilkan
tanaman, baik tanaman transgenik
adalah untuk pertumbuhan vegetatif,
maupun non-transgenik, dan ada
mengingat protein PaFT yang
beberapa protein yang terdeteksi
dikehendaki terdapat pada ukuran
hanya pada tanaman tertentu. Protein
19,647 kDa belum juga muncul.
dengan berat molekul 108,57 kDa
merupakan protein dengan berat Beberapa protein yang
molekul terbesar yang terdeteksi berperan dalam proses transisi
pada sebagian besar tanaman, kecuali dari fase vegetatif ke fase generatif
pada sampel tanaman di lajur G pada tanaman Phalaenopsis yaitu
dan L. Kemudian, protein dengan CONSTANS-Like (CO-Like),
berat molekul 71,30 kDa terdeteksi yang memiliki berat molekul
hampir diseluruh tanaman, kecuali 28,514 kDa, SUPPRESSION OF
OVEREXPRESSION OF CONSTANS1
pada sampel tanaman di lajur K.
(SOC1) yang memiliki berat molekul
Selanjutnya, protein dengan berat
25,522 kDa, AGAMOUS-Like (AGL)
molekul 56,16 kDa terdeteksi pada
yang memiliki berat molekul 27,731
sebagian besar tanaman kecuali pada
kDa, dan FLOWERING LOCUS
sampel tanaman di lajur G dan L.
T-Like (FT-Like) yang memiliki berat
Protein dengan berat molekul 40,85
molekul 19,809 kDa. Berdasarkan
kDa terdeteksi pada semua tanaman
profil protein dalam SDS-PAGE pada
dan protein dengan berat molekul
Gambar 3, protein-protein tersebut
26,79 kDa hanya terdeteksi pada
belum terdeteksi pada semua tanaman
sampel tanaman di lajur J dan K saja.
perlakuan, sehingga diduga tanaman
Kemudian, protein dengan berat
masih dalam fase vegetatif dan belum
molekul 13,27 kDa hanya terdeteksi
terjadi transisi ke generatif.
Bioeksperimen
Volume 2 No.2, (September 2016)
ISSN 2460-1365 87

Pada penelitian ini, perlakuan masih belum terlihat dengan indikator


berupa fotoperiode dan fluktuasi belum munculnya infloresen pada
temperatur masih belum mampu semua tanaman. Hal tersebut diduga
menginduksi terjadinya proses disebabkan beberapa faktor, antara
transisi dari fase vegetatif ke fase lain gen-gen vegetatif masih aktif dan
generatif pada tanaman anggrek P. faktor mikroklimat yang belum sesuai
amabilis pembawa gen Ubipro::PaFT untuk tanaman melakukan proses
hingga umur 20 minggu setelah transisi ke fase generatif, sehingga
perlakuan, walaupun didukung protein yang dihasilkan diduga masih
dengan penambahan hormon diperlukan untuk pertumbuhan
benziladenin (BA) dengan konsentrasi vegetatif.
5 ppm. Fase pertumbuhan generatif

Gambar 3. Profil protein tanaman P. amabilis umur 23 bulan setelah 20 minggu perlakuan. A, C:
tanaman transforman; dan B: tanaman non-transforman, dengan perlakuan T1. D, F:
tanaman transforman; dan E: tanaman non-transforman, dengan perlakuan T2. G: kontrol/
tanaman anggrek yang telah berbunga. H, J: tanaman transforman; dan I: tanaman non-
transforman, dengan perlakuan T3. K, M: tanaman transforman; dan L: tanaman non-
transforman, dengan perlakuan T4.

Tabel 3. Hasil pengukuran berat molekul protein

Keterangan: A, C: tanaman transforman; dan B: tanaman non-transforman, dengan perlakuan T1. D, F:


tanaman transforman; dan E: tanaman non-transforman, dengan perlakuan T2. G: kontrol/
tanaman anggrek yang telah berbunga. H, J: tanaman transforman; dan I: tanaman non-
transforman, dengan perlakuan T3. K, M: tanaman transforman; dan L: tanaman non-
transforman, dengan perlakuan T4. Warna yang sama menunjukkan kesamaan ukuran
berat molekul protein.
Bioeksperimen
Volume 2 No.2, (September 2016)
88 ISSN 2460-1365

Berbagai macam faktor yang pucuk. Sebaliknya, overekspresi


memungkinkan untuk terjadinya gen FT pada pucuk apeks saja dapat
proses transisi dari fase vegetatif ke menginduksi pembungaan lebih
fase geberatif antara lain temperatur, awal, seperti halnya ekspresi gen CO
fotoperiodisitas, vernalisasi, dan dari promoter spesifik pendamping
kualitas cahaya. Sinyal-sinyal sel (Zeevart, 2008).
lingkungan tersebut akan direspons Ekspresi gen CO terjadi pada
oleh tanaman, dan apabila kondisinya floem daun yang meregulasi sintesis
menguntungkan untuk terjadinya mobile signal untuk menginduksi
proses pembungaan maka gen- pembungaan. Hal ini kemungkinan
gen yang berperan dalam inisiasi diperkuat oleh hasil percobaan
pembungaan akan segera diaktivasi. grafting dengan tanaman yang
Salah satu gen yang berperan dalam mengekspresikan CO di bawah
menginduksi pembungaan tanaman kontrol GALACTINOL SYNTHASE
yaitu gen FLOWERING LOCUS T 1 (GAS1). Tanaman donor yang
(FT) yang berhasil diidentifikasi dari membawa gen GAS1::CO ini
tanaman Arabidopsis thaliana. menginduksi pembungaan awal
Ekespresi gen FT pada tanaman pada tunas reseptor tanaman
terjadi di dalam daun yang mutan co-1. Meski diproduksi di
dipengaruhi oleh faktor lingkungan floem daun, FT bertindak di daerah
seperti temperatur, fotoperiodisitas, apeks pucuk, di mana ia akan
vernalisasi, dan kualitas cahaya membentuk kompleks dengan
yang spesifik untuk masing-masing faktor transkripsi bZIP FLOWERING
tanaman. Faktor lingkungan tersebut LOCUS D (FD). Kompleks FT/FD
memiliki jalur tersendiri dalam heterodimer akan mendorong transisi
menginduksi terjadinya proses tanaman ke pembungaan dengan
aktivasi gen-gen pembungaan. mengaktifkan gen SUPPRESSION
Secara molekular, pada jalur OF OVEREXPRESSION OF CO1
pembungaan yang diinduksi oleh (SOC1) dan gen identitas meristem
cahaya/fotoperiodisitas, terdapat pembungaan APETALA1 (AP1). Hal
gen kunci yang teraktivasi melalui ini menjelaskan bahwa lokasi produksi
jalur ini, yaitu gen CONSTANS (CO) mRNA FT di dalam daun jauh dari
dan FT. Kedua gen ini merupakan lokasi aksi FT yaitu di daerah apeks
elemen kunci yang memediasi efek pucuk. Dengan demikian, produk
panjang hari dalam pembungaan FT (mRNA atau protein) adalah
dan diekspresikan dalam sel-sel kandidat utama untuk sinyal florigen
pendamping floem pada daun. Pada yang ditranslokasikan melalui floem
kondisi hari-panjang, ekpresi gen (Zeevart, 2008).
CO mengalami peningkatan regulasi Ketidakmunculan protein PaFT
kemudian proteinnya distabilkan. pada elektroferegram hasil isolasi
Setelah protein dari gen CO dari daun tanaman anggrek P.
diproduksi, maka akan menginduksi amabilis di atas dapat disebabkan
ekspresi gen FT. Ekspresi ektopik dari oleh beberapa faktor, antara lain:
CO menyebabkan pembungaan lebih tidak terekspresinya gen CO pada
awal, tetapi tidak ketika diekspresikan daun yang disebabkan kualitas
dari promoter spesifik pada meristem cahaya yang tidak sesuai dan ekspresi
Bioeksperimen
Volume 2 No.2, (September 2016)
ISSN 2460-1365 89

protein PaFT pada daun bersifat Perlu dilakukan penelitian lebih


sementara yang kemudian langsung lanjut dengan mendeteksi protein yang
ditranslokasikan ke meristem apikal spesifik untuk memastikan protein-
pucuk melalui floem. Walaupun protein yang terekspresi pada tanaman
berdasarkan hasil amplifikasi DNA anggrek P. amabilis pembawa gen
menggunakan primer DegPaFT F1R1, Ubipro::PaFT, serta mengoptimalkan
tanaman anggrek P. amabilis tersebut faktor lingkungan seperti kualitas cahaya,
positif membawa gen Ubipro::PaFT. fluktuasi temperatur yang lebih tepat, dan
Oleh karena itu, diperlukan penelitian pemberian zat pengatur tumbuh yang
lebih lanjut untuk mendeteksi protein- tepat untuk terjadinya proses transisi dari
protein yang telah diekspresikan fase vegetatif ke fase generatif.
oleh tanaman dan mengoptimalkan
kembali faktor lingkungan seperti DAFTAR PUSTAKA
kualitas cahaya, iradiasi dengan
cahaya tambahan lainnya, serta Badriah, D.S dan Sutater, T. 1996.
pemberian nutrisi dan zat pengatur Keragaman Phalaenopsis amabilis L.
tumbuh yang optimal sehingga dapat di Koleksi Sub Balihorti Cipanas.
terjadi transisi dari fase vegetatif ke Prosiding Seminar Nasional
fase reproduktif Tanaman Hias 1996.
Glover, B. 2007. Understanding Flower and
Flowering: An Integrated Approach.
SIMPULAN, SARAN, DAN Oxford University Press Inc., New
REKOMENDASI York.
Simpulan yang dapat diambil dari Hew, C.S., and Yong, J.W.H. 2004. The
hasil penelitian ini antara lain cahaya Physiology of Tropical Orchids in
dan temperatur berpengaruh terhadap Relation to the Industry 2nd edition.
peningkatan tunas dan jumlah daun World Scientific Publishing.
tanaman anggrek Phalaenopsis amabilis Singapore. Pp. 1 – 161.
pembawa gen Ubipro::PaFT. Kombinasi
cahaya putih dan cahaya biru merupakan Hunter, D.C. and Burritt, D.J. 2004. Light
kombinasi cahaya yang paling baik dalam Quality Influences Adventitious
meningkatkan jumlah daun. Kemudian, Shoot Production from Cotyledon
profil protein yang dihasilkan oleh Explants of Lettuce(Lactuca sativa
tanaman anggrek P. amabilis pembawa (L.)). In Vitro Cell. Dev. Biol. – Plant,
gen Ubipro::PaFT setelah diberi perlakuan 40:215 – 220.
diduga masih mengekspresikan protein- Indrianto, A. 2002. Peningkatan Mutu
protein untuk pertumbuhan vegetatif. Anggrek dengan Kultur
Hal itu dikarenakan protein transgen Jaringan: Teknik Embriogenesis
PaFT tidak terdeteksi pada profil tanaman Mikrospora. Prosiding Seminar
transgenik umur 23 bulan, sementara Nasional Anggrek, Universitas
protein yang diduga POH1 terdeteksi. Gadjah Mada. Nomor 2: 35 – 43.
Hal ini menunjukkan bahwa gen vegetatif Islam, M.O., Ichihahashi and S. Matsui.
POH1 mampu menghambat aktivasi gen 1998. Control of Growth and
PaFT pada tanaman P. amabilis transgenik Development of Protocorm Like-
umur 20 minggu, sehingga tanaman Body Derived from Callus by
masih dalam fase juvenil dan belum Carbon Source in Phalaenopsis.
mampu diinduksi untuk berbunga. Plant Biotechnology 15 (4): 183 – 187.
Bioeksperimen
Volume 2 No.2, (September 2016)
90 ISSN 2460-1365

Jumani, M. 2010. Minat Anggrek Semakin Semiarti, E., Indrianto, A., Purwantoro,
Tinggi. (http://indonesianorchids. A., Isminingsih, S., Suseno,
wordpress.com/2010/10/03/ N., Ishikawa, T., Yushioka, Y.,
minat-anggrek-semakin-tinggi/). Machida, Y., and Machida, C.
Diakses tanggal 10 Juli 2014. 2007. Agrobacterium-Mediated
Lin, K-Hung., Huang, M-Yuan., Huang, Transformation of The Wild
W-Dar., Hsu, M-Huang., Yang, Orchid Species Phalaenopsis
Z-Wei., and Yang, C-Ming. 2013. amabilis. Plant Biotechnology, 24:
The Effect pf Red, Blue, and 265-272.
White Light-Emitting Diodes on Sulistianingsih, R., Mangoendidjojo, W.,
The Growth, Development, and Purwantoro, A., dan Semiarti, E.
Edible Quality of Hydroponically 2006. Pengaruh Irradiasi Sinar
Grown Lettuce(Lactuca sativa L. Gamma pada Pertumbuhan
var. capitata). Scientia Horticulturae, Plantlet Anggrek Bulan
150: 86 – 91. Phalaenopsis amabilis (L.) Bl. Risalah
Mercuriani, I., S., Slamet, A., Utami, B. S., Seminar Ilmiah Aplikasi Isotop dan
Sasongko, A. B., Purwantoro, A., Radiasi. pp: 121 – 125.
Moeljopawiro, S., dan Semiarti, Xiaoying, L., Shirong, G., Taotao, C.,
E. 2014. Induksi Pembungaan In Zhigang, X., and Tezuka, T. 2012.
Vitro pada Tanaman Anggrek Regulation of The Growth and
Bulan Phalaenopsis amabilis (L.) Photosynthesis of Cherry Tomato
Blume Asli Indonesia. Jurnal Seedlings by Different Light
Agros, 16(2): 273 – 277. Irradiations of Light Emitting
Muleo, R., Morini, S., and Casano, S. Diodes (LED). African Journal of
2001. Photoregulation of Growth Biotechnology, Vol. 11(22), pp.
and Branching of Plum Shoots: 6169-6177.
Physiological Action of Two Zeevaart, J.A.D. 2008. Leaf-Produced
Photosystems. In Vitro Cell. Dev. Floral Signals. Current Opinion in
Bio. – Plant, 37:609 – 617. Plant Biology, 11: 541 – 547.
Paquet, N., Bernadet, M., Morin, H.,
Traas, J., Dron, M., and Charon,
C. 2005. Expression Patterns of
TEL Genes in Poaceae Suggest
a Conserved Association with
Cell Differentiation. Journal
Experimental Botany, 56(416): 1605
– 1614.

You might also like