Professional Documents
Culture Documents
Agustono Widiana Permata Sari Dan Yudi Cahyoko
Agustono Widiana Permata Sari Dan Yudi Cahyoko
2, November 2009
Abstract
Grouper (Cromileptes altivelis) is a kind of coral reef fish that only lives and grows fast in tropical
areas. The grouper fish (Cromileptes altivelis) is one of high economy value sea fishes. One of the ways to
increase the grouper fish (Cromileptes altivelis) production is by enhancing the feeding management. The energy
feeds are the ones containing high energy. High energy is able to improve the feeding efficiency and the
increasing weight of grouper fish (Cromileptes altivelis) and to reduce the water contamination.
The research is aimed to know the influence of the different feeding energy to the growth rate, feed
efficiency, fat content and the survival rate of grouper fry (Cromileptes altivelis). The research method used in
this one was the experiment and the applied design was Complete Random Design (CRD) with 5 treatments. The
treatments were A (3.263,92 kkal/kg) as controller, B (3.291,59 kkal/kg), C (3.330,62 kkal/kg), D (3.453,35
kkal/kg), E (3.535,35 kkal/kg) and every treatment was repeated four times. The obtained data were analysed by
using Analysis of Variance (ANOVA), if there were differences, it will be continued with the Duncan Multiple
Range Test (DMRT).
The research showed that the daily growth rate, the feed efficiency, the fat content and survival rate of
grouper fry were the same respectively (p>0.05).
Key words : high energy diet, grouper fish (Cromileptes altivelis), daily growth rate, feed efficiency, fat content
and survival rate
149
Pemberian Pakan Dengan Energi ......
150
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 1, No. 2, November 2009
Kandungan lemak pada ikan campuran mikro satu persatu sampai merata dalam
Kandungan lemak pada ikan dianalisis wadah atau loyang. Bahan mikro dan makro yang
dengan proksimat yang bertujuan untuk mengetahui telah tercampur merata dimasukan ke dalam panci
berapa nilai kandungan lemak pada ikan. Analisis dan dikukus sampai 10 menit. Setelah dikukus
kandungan lemak ini dilakukan pada awal dan akhir adonan yang telah dingin baru dicampur dengan
penelitian ( Hariati, 1989). vitamin, karena vitamin akan rusak jika terkena
panas. Setelah adonan siap, baru dicetak dengan
Kelangsungan hidup (SR) menggunakan mesin khusus cetakan pellet atau
Kelangsungan hidup (SR) yaitu mesin penggiling daging. Pellet yang sudah
0
persentase jumlah benih ikan kerapu tikus yang setengah jadi baru di keringkan dengan suhu 60 C
masih hidup, setelah diberi pakan. Penghitungan SR selama 24 jam dengan menggunakan oven, setelah
dilakukan pada akhir penelitian. Penghitungan 24 jam baru menjadi pellet kering dan siap
kelangsungan hidup dirumuskan oleh (Mudjiman, digunakan. Pakan setelah itu dianalisis proksimat
2004) sebagai berikut : guna mengetahui kandungan nutrisinya. Cara
pembuatan pakan ikan kerapu pada tiap – tiap
perlakuan A, B, C, D dan E sama dengan yang di
Parameter penunjang atas.
Parameter penunjang yang diperiksa pada
penelitian ini adalah kualitas air yaitu: suhu, pH, Cara penimbangan ikan
oksigen terlarut, amoniak dan salinitas yang Sebelum ditimbang ikan dipuasakan
dilakukan pada awal, pertengahan dan akhir selama 1 hari setelah itu ikan ditimbang dengan cara
penelitian. mengambil wadah kecil yang telah diberi air laut
dan ditimbang terlebih dahulu, setelah itu baru ikan
Persiapan akuarium dan air media pemeliharaan. di masukan ke dalam wadah dan ditimbang lagi.
Akuarium yang akan digunakan Hasil berat ikan yang didapat yaitu berat timbangan
berukuran 40 x 50 x 50 cm yang dicuci dengan air akhir di kurangi dengan berat timbangan awal.
tawar kemudian disterilkan terlebih dahulu dengan P e m e l i h a r a a n B e n i h I k a n K e r a p u Ti k u s
kaporit 10 ppm untuk menghilangkan kotoran (Cromileptes altivelis).
bakteri dan jamur yang menempel pada dinding Ikan uji yang digunakan pada penelitian
akuarium (Subyakto dan Cahyaningsih, 2003). ini menggunakan benih Ikan Kerapu Tikus
Setelah itu akuarium dibilas dengan menggunakan (Cromileptes altivelis) yang berukuran panjang 4,5 -
air tawar sampai bersih. Akuarium di keringkan 5 cm dan berat berkisar antara 0,4 – 1,6 gr yang
selama 24 jam agar bau kaporit hilang kemudian diperoleh dari sitobondo Jawa Timur. Pemeliharaan
akuarium diisi air laut sebanyak 80 liter. benih ikan kerapu tikus dilakukan di akuarium yang
berukuran 40x 50 x 50 cm yang berisi 80 liter air.
Persiapan ikan uji Selama pemeliharaan air diganti setiap hari
Ikan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 50 % agar kualitas air tetap baik.
adalah benih Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes Penyiponan kotoran sisa pakan dan feses dilakukan
altivelis). Benih ikan kerapu tikus yang digunakan setiap hari.
dalam penelitian ini adalah ikan yang sehat dan Pakan uji yang digunakan adalah pakan
tidak terserang penyakit. Setiap akuarium diisi 5 buatan berbentuk pellet kering yang ukurannya
ekor benih ikan kerapu tikus yang diadaptasikan disesuaikan dengan ukuran bukaan mulut ikan.
dengan pakan uji yang mengandung energi yang Komposisi pakan antar perlakuan dihitung dengan
berbeda - beda terlebih dahulu selama satu minggu. menggunakan metode uji coba. Pakan dengan
energi yang berbeda- beda diberikan pada tingkat
Pembuatan pakan berenergi tinggi pemberian 2,2 % dari biomassa. Pakan diberikan
Bahan pakan yang masih kasar diayak tiga kali dalam sehari pada jam 06.00, 12.00 dan
terlebih dahulu sehingga menghasilkan bahan yang 18.00 WIB. Pakan percobaan diberikan selama 40
lembut. Setelah semua bahan siap baru ditimbang hari. Setiap 10 hari dilakukan penimbangan berat
sesuai dengan formulasi yang dikehendaki. Setelah ikan. Sebelum penimbangan, ikan dipuasakan
ditimbang bahan yang berukuran mikro dicampur sehari sebelumnya dan ikan ditimbang dari setiap
jadi satu sampai merata atau homogen, setelah itu wadah akuarium percobaan. Kematian ikan selama
baru yang ukuran makro dicampur ke dalam penelitian dicatat. Sampel ikan pada awal dan akhir
151
Pemberian Pakan Dengan Energi ......
penelitian diambil dan dianalisis kandungan Tabel 1. Laju pertumbuhan harian rata – rata (%)
lemaknya. benih Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes
Parameter kualitas air yang diukur selama altivelis) pada setiap perlakuan selama
penelitian meliputi suhu, pH, oksigen terlarut, penelitian 40 hari
amoniak dan salinitas yang diukur pada awal,
pertengahan dan akhir penelitian. Perlakuan
Analisis data D
C
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan
A
terhadap parameter yang diteliti digunakan analisis E
ragam. Selanjutnya apabila terdapat perbedaan yang B
nyata atau sangat nyata antar perlakuan , maka
dilakukan uji Jarak Berganda Duncan (Duncan's Keterangan: Superskip yang sama pada kolom yang
Multiple Range Test) (Kusriningrum, 1989). sama menunjukkan tidak terdapat
perbedaan (p>0,05)
Hasil dan Pembahasan
Laju pertumbuhan harian ikan kerapu tikus Kandungan lemak pada ikan kerapu tikus
(Cromileptes altivelis) (Cromileptes altivelis)
Grafik hubungan lama pemeliharaan Rata – rata kandungan lemak pada ikan
dengan berat rata – rata Ikan dapat dilihat dibawah. terdapat pada Tabel 2 menunjukkan bahwa
Grafik dibawah menunjukkan perbedaan kandungan energi pada pakan sebasar
pertumbuhan berat rata- rata ikan kerapu tikus 3.263,92 kkal/kg, 3.291,59 kkal/kg, 3.330,62
dengan kandungan energi yang berbeda - beda. kkal/kg, 3.453,35 kkal/kg dan 3.535,93 kkal/kg
Grafik pertumbuhan diatas menunjukan rata – rata tidak memberikan perbedaan kandungan lemak
pertumbuhan semakin meningkat dengan pada benih kerapu tikus (p>0,05), sehingga tidak
bertambahnya waktu pemeliharaan. Rata – rata laju dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan.
pertumbuhan harian terdapat pada Tabel 1
menunjukkan bahwa perbedaan kandungan energi Tabel 2. Kandungan Lemak rata – rata (%) benih
pada pakan sebesar 3.263,92 kkal/kg, 3.291,59 Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis)
kkal/kg, 3.330,62 kkal/kg, 3.453,35 kkal/kg dan pada akhir penelitian selama 40 hari
3.535,93 kkal/kg tidak memberikan perbedaan laju
pertumbuhan harian (p>0,05), sehingga tidak Perlakuan
dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan.
Berat Rata -rata Ikan
Perlakuan A
Perlakuan B
Perlakuan C
Perlakuan D
Perlakuan E
Hari ke
152
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 1, No. 2, November 2009
Keterangan: Superskip yang sama pada kolom yang Keterangan: Superskip yang sama pada kolom yang
sama menunjukkan tidak terdapat sama menunjukkan tidak terdapat
perbedaan (p>0,05) perbedaan (p>0,05)
153
Pemberian Pakan Dengan Energi ......
Menurut Cowey (1979) para ahli Efisiensi pakan ikan kerapu tikus (Cromileptes
perikanan Jepang telah membuktikan bahwa ikan altivelis)
karnivora lebih banyak memanfaatkan protein Efisiensi pakan diperiksa guna menilai
menjadi energi dibandingkan dengan lemak dan kualitas pakan, semakin tinggi nilai efisiensi pakan
karbohidrat. Menurut Hariati (1989) protein yang membuktikan pakan semakin baik (Kordi, 2002).
sempurna yaitu yang mengandung asam amino Efisiensi pakan berfungsi untuk mengetahui
esensial yang lengkap macam dan jumlahnya. kualitas nilai pakan yang terbaik pada ikan kerapu
Protein yang termasuk golongan ini dapat menjamin tikus. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
pertumbuhan disamping untuk mempertahankan pemberian pakan dengan kandungan energi yang
jaringan yang sudah ada. berbeda – beda sebesar 3.263,92 – 3.535,93 kkal/kg
pakan tidak mempengaruhi efisiensi pakan pada
Kandungan lemak ikan kerapu tikus (Cromileptes ikan kerapu tikus (p>0,05 ).
altivelis) Tidak adanya perbedaan efisiensi pakan
Lemak adalah senyawa organik kompleks pada penelitian ini disebabkan karena laju
yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut pertumbuhan ikan sama, kandungan lemak pada
organik. Lemak merupakan nama umum yang tubuh ikan kerapu tikus sama dengan demikian
meliputi unsur sterol, lilin, ester, fosfolipid dan menyebabkan efisiensi pakan sama. Selain itu pada
sfingomielin. Lemak mengandung asam lemak yang penelitian ini diduga kandungan nutrisi ikan kurang
diklasifikasikan sebagai asam lemak jenuh dan memenuhi terutama pada lemak yang mengandung
asam lamak tak jenuh. Asam lemak tak jenuh asam lemak esensial yang sangat dibutuhkan oleh
ditandai dengan adanya ikatan rangkap PUFA, ikan untuk pertumbuhan, mortalitas dan efisiensi
sedangkan asam lemak jenuh ditandai dengan tidak pakan.
adanya ikatan rangkap (Khairuman dan Amri,2002). Menurut Buwono (2000) dalam Sukoso
Kandungan lemak berfungsi untuk (2002) efisiensi penggunaan makanan oleh ikan
mengetahui kadar lemak di dalam tubuh ikan kerapu menunjukan nilai persentase makanan yang dapat
tikus. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dimanfaatkan oleh tubuh ikan. Jumlah dan kualiats
pemberian pakan dengan kandungan energi yang makanan yang diberikan kepada ikan berpengaruh
berbeda – beda sebesar 3.263,92 – 3.535,93 kkal/kg terhadap pertumbuhan ikan. Menurut Hariati (1989)
pakan tidak mempengaruhi kandungan lemak pada kekurangan asam lemak esensial dapat ditunjukkan
ikan kerapu tikus (p>0,05 ). dengan gejala penurunan berat, efisiensi pakan yang
Ikan kerapu tikus yang diberi pakan kecil, mortalitas meningkat dan kandungan air
dengan energi yang berbeda – beda tidak meningkat dalam otot meningkat.
kandungan lemak tubuhnya karena lemak yang ada
pada pakan tidak dimanfaatkan secara keseluruhan Kelangsungan hidup ikan kerapu tikus (Cromileptes
oleh ikan kerapu tikus, hal ini disebabkan ikan altivelis)
kerapu tikus mempunyai sifat karnivora. Ikan Kelangsungan hidup (SR) yaitu
karnivora mempunyai kemampuan mencerna persentase jumlah benih ikan kerapu tikus yang
protein lebih baik dibandingkan dengan lemak atau masih hidup setelah perlakuan (Zonneveld dkk.,
karbohidrat. Dengan demikian lemak yang ada pada 1991). Kelangsungan hidup berfungsi untuk
pakan tidak dimanfaatkan secara keseluruhan oleh menghitung persentase ikan yang hidup pada akhir
ikan kerapu tikus. Sehingga menghasilkan penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kandungan lemak yang berkadar sama pada semua pemberian pakan dengan kandungan energi yang
perlakuan. berbeda – beda sebesar 3.263,92 – 3.535,93 kkal/ kg
Menurut Mudjiman (2004) ikan pemakan pakan tidak mempengaruhi kelangsungan hidup
daging (karnivora) membutuhkan protein lebih pada ikan kerapu tikus (p>0,05 ).
banyak daripada ikan pemakan tumbuhan Energi yang berasal dari pakan digunakan
(Herbivora). Pada ikan karnivora protein sangat untuk aktivitas kehidupan pokok seperti
diperlukan oleh tubuh ikan baik untuk metabolisme basal, pertumbuhan, produksi gamet,
menghasilkan tenaga maupun untuk pertumbuhan. bergerak, bernafas, mencerna pakan, pengaturan
Bagi ikan karnivora protein merupakan sumber suhu dan setelah itu energi digunakan untuk
tenaga yang paling utama. mempertahankan kehidupan. Nilai energi pakan
sebesar 3.263,92 – 3.535,93 kkal/kg DE sudah
memenuhi syarat guna mempertahankan hidup bagi
154
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 1, No. 2, November 2009
ikan kerapu tikus sehingga menghasilkan salinitas antara 30 – 35 0/00, Dengan demikian
kelangsungan hidup yang sama. Nilai energi pakan salinitas dengan kisaran 32 – 33 0/00 sudah sesuai
ikan kerapu yang dijual dipasaran dengan untuk pemeliharaan ikan kerapu tikus. Salinitas
kandungan sebesar 2.994,60 kkal/kg ME sudah terlalu rendah dapat mempengaruhi pertumbuhan
dapat mempertahankan kelangsungan hidup pada dan nafsu makan ikan (Akbar dan Sudaryanto,
ikan kerapu tikus. 2001).
Menurut Fajar (1988) dalam Sukoso Oksigen terlarut (DO) pada penelitian ini
(2002) tingkat kelangsungan hidup ikan adalah 4.0 mg/l. Menurut Kordi, (2002) pada
dipengaruhi oleh manejemen budidaya yang baik pemeliharaan ikan kerapu tikus kandungan oksigen
antara lain padat tebar, kualitas pakan, kualitas air, terlarut optimal tidak boleh kurang dari 4 mg/l.
parasit atau penyakit. Selain itu menurut Mudjiman Dengan demikian kandungan oksigen 4.0 mg/l
(2000) pakan yang mempunyai nutrisi yang baik masih memenuhi syarat untuk pemeliharaan ikan
sangat berperan dalam mempertahankan kerapu tikus. Kelarutan oksigen merupakan faktor
kelangsungan hidup dan mempercepat lingkungan yang penting bagi pertumbuhan ikan
pertumbuhan ikan. kerapu tikus, jika kandungan oksigen rendah dapat
menyebabkan ikan kehilangan nafsu makan
Kualitas air sehingga mudah terserang penyakit dan dapat
Air yang digunakan untuk pembesaran mengakibatkan pertumbuhannya terhambat (kordi,
ikan kerapu tikus (Cromileptes altivelis) harus 2002).
berada dalam kondisi kualitas yang optimal. Kandungan amoniak media pemeliharaan
Kualitas air dapat dipertahankan dengan cara pada penelitian ini berkisar antara 0.03 – 0.11 mg/l.
mengganti air yang ada di dalam wadah budidaya Menurut Kordi (2002) kandungan amoniak lebih
atau pemeliharaan. Pergantian air sebaiknya tidak dari 1 mg/l dapat menurunkan kemampuan butir –
dilakukan secara total karena cara ini bisa membuat butir darah merah ikan untuk mengikat oksigen.
ikan stress. Pergantian air secara total Dengan demikian kandungan amoniak antara 0.03 –
mengakibatkan perubahan suhu yang ekstrem 0 . 11 m g / l s u d a h m e m e n u h i s y a r a t u n t u k
(Supriyadi dan Lentera, 2004). pemeliharaan ikan kerapu tikus.
Suhu air selama penelitian berkisar antara
o
27 – 28.5 C. Menurut Kordi (2002) suhu yang Kesimpulan
ideal bagi kehidupan ikan kerapu tikus adalah 27 – Berdasarkan hasil penelitian tentang
o
32 C. Dengan demikian suhu dengan kisaran antara pemberian pakan dengan energi yang berbeda -
o
27 – 28.5 C sudah memenuhi syarat untuk beda antara 3.263,92 – 3.535,93 kkal/kg pakan pada
pemeliharaan ikan kerapu tikus. Suhu perairan setiap perlakuan dapat disimpulkan bahwa tidak
mempunyai peranan sangat penting dalam berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan ikan
pengaturan aktivitas, pertumbuhan, nafsu makan, kerapu tikus, Efisiensi pakan, kandungan lemak dan
dan mempengaruhi proses pencernaan makanan kelangsungan hidup ikan kerapu tikus (p>0,05).
(Hariati, 1989). Pada prinsipnya kebutuhan nilai nutrisi
Derajat keasaman atau pH air selama pada ikan kerapu tikus (Cromileptes altivelis) harus
penelitian berkisar antara 7 – 8. Menurut Kordi diperhatikan. Ikan kerapu tikus (Cromileptes
(2002) bahwa budidaya ikan kerapu paling baik altivelis) perlu dilakukan penelitian lebih lanjut di
dilakukan pada perairan dengan pH 7.6 – 8.0 yang KJA atau di tambak.
merupakan kisaran umum pH air laut. Dengan
demikian pH dengan kisaran 7- 8 masih memenuhi Daftar Pustaka
persyaratan untuk pemeliharaan ikan kerapu tikus. Akbar, S. dan Sudaryanto. 2001. Pembenihan dan
Suatu perairan yang ber pH rendah dapat Pembesaran Kerapu Bebek. Penebar Swadaya.
mengakibatkan aktivitas pertumbuhan menurun Jakarta.
atau ikan menjadi lemah serta lebih mudah Buwono, I. D. 2000. Kebutuhan Asam Amino
terinfeksi penyakit dan biasanya diikuti dengan Esensial dalam Ransum Pakan. Dalam
tingginya tingkat kematian ikan (Akbar dan Sukoso.2002. Pemanfaatan Mikroalga dalam
Sudaryanto, 2001). Industri Pakan Ikan. Agritek YPN. Jakarta.
Salinitas air selama penelitian berkisar Cowey. C. B., 1979. Protein and Amino Acid
antara 32 – 33 0/00. Menurut Akbar dan Sudaryanto Requirement of finfish. Institute of Marine
(2001) ikan kerapu pada umumnya menyukai Biochemistry. Aberdeen United Kingdom.
155
Pemberian Pakan Dengan Energi ......
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan National Research Council. 1977.
Pustaka Indonesia. Jakarta. NutrientRequirement of Warmwater Fishes.
Fajar, M. 1988. Budidaya Perairan Intensif. Nuffic/ Sub Committee On Warmwater Fish Nutrition.
Unibraw/ Luw/ Fish. Fish Project. Committee on Animal Nutrition. Board on
Universitas Brawijaya Malang. Dalam Agriculture and Renewable Resources.
Sukoso.2002. Pemanfaatan Mikroalga dalam National Academy Science. Washington.
Industri Pakan Ikan. Agritek YPN. Jakarta. Subiyanto. 2005. Analisis Penerapan Paket
Hariati, A. M. 1989. Makanan Ikan.UNIBRAW / Teknologi Budidaya Pembesaran Ikan Kerapu.
LUW / Fishries Product Universitas J u r n a l S a i n t d a n Te k n o l o g i B P P T.
Brawijaya. Malang. http://www.Ipteknet.com/Articles/2005.
Huismann, E.A. 1976. Food Conversion Subyakto, S. dan S Cahyaningsih. 2003.
Efficiencies at Maintenance and Production Pembenihan Kerapu Skala Rumah Tangga.
Levels for Carp, Cyprinus carpio L. and Agromedia Pustaka. Jakarta.
Rainbow trout, Salmo gairdneri Richardson. Sukoso. 2002. Pemanfaatan Mikroalga dalam
Aquaculture.. Industri Pakan Ikan. Agritek YPN. Jakarta.
Khairuman, A. dan A. Khairul. 2002. Membuat Supriyadi., H. dan T. Lentera. 2004. Membuat Ikan
Pakan Ikan Konsumsi. Agromedia Pustaka. Hias tampil sehat dan Prima. PT Agromedia
Jakarta. Pustaka. Jakarta.
Kordi, H.G.M., 2002. Usaha Pembesaran Ikan Surachmad, W. 1989. Pengantar Penelitian Ilmiah,
Kerapu Di Tambak. Kanisius. Jakarta. Dasar Metode dan Teknik. Penerbit Tarsito.
Kusriningrum, R. 1989. Dasar Perancangan Bandung.
Percobaan dan Rancangan Acak Lengkap . Zonneveld, N. E. A Huisman dan J. H. Boon . 1991.
fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Prinsip – prinsip Budidaya Ikan. Dalam
Airlangga Surabaya. Sukoso.2002. Pemanfaatan Mikroalga dalam
Mudjiman, A. 2000. Makanan Ikan. Penebar Industri Pakan Ikan. Agritek YPN. Jakarta.
Swadaya. Jakarta.
Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan Edisi Revisi,
Penebar Swadaya. Depok.
156