Respon Hidraulik Dan Stabilitas Lapis Armor Pada Desain Awal Tanggul Laut Lepas Pantai Ncicd

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

P -ISSN 2087 - 3611

JTH Respon Hidraulik


Jurnal dan Stabilitas Lapis Armor pada Desain…(Rian
Teknik Hidraulik
Vol. 10, No.1, Juni 2019
Mohammad Azhar, dkk)
E- ISSN 2580 - 8087

http://jurnalth.pusair-pu.go.id

RESPON HIDRAULIK DAN STABILITAS LAPIS ARMOR


PADA DESAIN AWAL TANGGUL LAUT LEPAS PANTAI NCICD

HYDRAULIC RESPONSES AND STABILITY OF ARMOR LAYER


ON PRELIMINARY DESIGN OF NCICD OFFSHORE SEA DIKE

Rian Mohammad Azhar1) Agustia Larasari1) Semeidi Husrin2) Huda Bachtiar1)

1)Balai Litbang Pantai, Puslitbang SDA, Kementerian PUPR, Jl. Gilimanuk-Singaraja km. 122, Buleleng, Bali
2)Pusat Riset Kelautan – BRSDMKP-KKP, Jl. Pasir Putih II, Ancol Timur, Jakarta

Email: rian_mad23@yahoo.co.id

Diterima: 7 Maret 2019; Direvisi: 11 Juni 2019; Disetujui: 11 Juni 2019

ABSTRACT

NCICD sea dike is a conceptual structure aims to protect North Jakarta coastal area from a long term coastal flooding. The
dike is a part of NCICD’s conditional measures which is still under evaluation on various aspects. This study reviews the
technical aspect on hydraulic responses of rocks, concrete cubes, and tetrapods as alternatives of structure’s armor layers,
considering recommendations given from previous studies. Two-dimensional physical model experiments were carried out
in a 1.0 m-width and 40.0 m-length wave flume. Models with 1:30 scale were subjected to regular and JONSWAP spectrum
wave. During the experiment, set of wave probes and video cameras from multiple angles were used to acquired wave
height and wave periods, and to record experiments for observation of the maximum wave run-up elevation also number of
displaced units on the armor layer. Results in the form of a hydraulic response consisting of reflection waves, energy
dissipation, and wave run-up indicating that addition of the three layers of armor effectively increases the performance of
these parameters with varying efficiency (Kr<0.2;KD>0.97;0.07<Ru<0.20m). Based on simulated storm with duration of
1000-waves, tetrapods tests resulting the lowest armor layer damage (<0.5%), thus representing the highest stability
compared to other alternatives subjected to progressive storms.
Keywords: hydraulic response, armor stability, sea dike, NCICD

ABSTRAK
Tanggul laut lepas pantai NCICD merupakan struktur yang dikonsepkan dalam jangka panjang akan melindungi pesisir
pantai utara Jakarta dari banjir rob. Tanggul ini merupakan bagian dari pendekatan kondisional NCICD yang saat ini
dalam tahap kajian dari berbagai aspek. Studi ini meninjau aspek teknis, dengan mengidentifikasi respon hidraulik dan
stabilitas batu, kubus beton, dan tetrapods sebagai alternatif lapis armor pelindung tanggul, dan mempertimbangkan
rekomendasi dari beberapa hasil studi sebelumnya. Eksperimen model fisik 2D dilakukan di dalam saluran gelombang
dengan lebar 1,0m dan panjang 40,0m. Model berskala 1:30 diuji menggunakan tipe gelombang regular dan gelombang
irregular berspektrum JONSWAP. Selama eksperimen berlangsung, seperangkat instrumen wave probes dan kamera
video dari berbagai sisi digunakan untuk memperoleh tinggi dan periode gelombang, serta merekam eksperimen untuk
mengobservasi elevasi rayapan maksimum gelombang dan jumlah unit yang berpindah pada lapis armor. Hasil berupa
respon hidraulik yang terdiri dari gelombang refleksi, disipasi energi, dan rayapan gelombang mengindikasikan bahwa
penambahan ketiga lapis armor secara efektif meningkatkan kinerja pada parameter-parameter tersebut dengan
tingkat efisiensi yang bervariasi (Kr<0,2;KD>0,97;0,07<Ru<0,20m). Berdasarkan simulasi badai berdurasi 1000
gelombang pada pengujian ini, lapisan armor tetrapod memperlihatkan tingkat kerusakan lapis armor terendah
(<0.5%), sehingga merepresentasikan stabilitas tertinggi dibanding alternatif lain dalam menghadapi badai progresif.
Kata kunci: respon hidraulik, stabilitas armor, tanggul laut, NCICD

DOI ………………………………………………………………………….. 29
© Puslitbang SDA, Balitbang, Kementerian PUPR Naskah ini di bawah kebijakan akses terbuka dengan lisensi
CC-BY-SA (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol.10 No.1, Juni 2019: 29-42

PENDAHULUAN pantai, dengan mempertimbangkan rekomendasi


dari hasil studi sebelumnya. Untuk itu dilakukan uji
Selama beberapa tahun terakhir, program
eksperimental pada tiga lapis armor yang berbeda
pengembangan terpadu telah diinisiasi dalam
(batu, kubus, dan tetrapods) untuk mengetahui
rangka pengendalian kerusakan di area pesisir ibu
respon hidraulik serta stabilitasnya pada struktur
kota negara Indonesia (NCICD PMU, 2018). Salah
berkemiringan dengan berm. Studi ini memberikan
satu poin krusial program ini adalah memberikan
penilaian dari sisi teknis, khususnya kinerja lapis
perlindungan terhadap banjir rob menahun yang
armor dalam menghadapi beban gelombang, untuk
melanda area pesisir utara ibu kota. Untuk itu
memperkaya basis data serta memberikan
sebagai solusi jangka panjang, saat ini tengah
dukungan justifikasi teknis pada tahap detail
dipersiapkan pendekatan antisipatif yang
desain struktur tanggul lepas pantai.
bergantung pada berbagai kemungkinan kondisi di
lapangan berupa pembangunan struktur pelindung Struktur dengan Berm
dalam bentuk tanggul lepas pantai. Pendekatan Struktur tumpukan batu yang dilengkapi
tersebut akan ditempuh apabila banjir dari arah dengan komponen berm telah mendapat perhatian
laut terus terjadi dan tidak dapat dikendalikan oleh pada perkembangan konstruksi pemecah
tanggul pantai fase-E (emergency). gelombang (breakwater) serta tanggul laut lepas
Dalam proses pengembangannya, sejumlah pantai (Sigurdarson et al., 2001; Burcharth et al.,
studi telah dilakukan terkait konsep struktur 2003). Istilah berm breakwater mengacu pada
pelindung berupa tanggul lepas pantai (KOICA KRC adanya kuantitas tambahan batu-batu pada sisi
(2018), Bachtiar et al. (2017; 2019), Badriana et al. struktur yang menghadap ke arah laut (Gambar 1),
(2017)). Salah satu studi telah memberikan yang tidak ditemui pada struktur rubble mound
tinjauan awal beberapa alternatif bentuk profil breakwater konvensional.
tanggul, dari berbagai profil yang dikaji: struktur Volume tambahan ini membolehkan derajat
dinding tegak, struktur berkemiringan- deformasi tertentu tanpa membahayakan
konvensional, dan struktur berkemiringan dengan integritas struktur secara keseluruhan. Namun,
tambahan berm; struktur berkemiringan dengan pada keadaan-keadaan tertentu konstruksi
berm memberikan performa hidraulik yang unggul kemiringan (slope) dengan berm boleh jadi
dibandingkan alternatif lainnya (Larasari et al., menghasilkan desain yang lebih ekonomis
2018). KOICA KRC (2018) memberikan tinjauan dibandingkan kemiringan seragam. Komponen
awal material pelindung tebing tanggul dengan berm mengurangi beban impact dan run-up
membandingkan alternatif armor batu, dimple, dan (rayapan) dari gelombang insiden (gelombang
tetrapods; ditinjau dari aspek karakteristik datang dari arah laut), sehingga memerlukan
hidraulik, efisiensi ekonomi, kemudahan material armor yang berukuran lebih kecil
konstruksi, dan royalti paten. dibandingkan struktur dengan kemiringan
Studi ini bertujuan meninjau kinerja seragam (Rao et al., 2004).
komponen lapis armor pada struktur tanggul lepas

Sumber: Kumar et al., 2016


Gambar 1 Skema penampang berm breakwater

30
Respon Hidraulik dan Stabilitas Lapis Armor pada Desain…(Rian Mohammad Azhar, dkk)

Struktur berm pada awalnya dimaksudkan dengan αd = kemiringan struktur di bawah area
untuk menyiasati keterbatasan pasokan batu run-up, αincl = kemiringan rerata struktur di sekitar
quarry berukuran besar untuk digunakan pada swl, h = kedalaman air di kaki struktur, Hm0t = tinggi
suatu lokasi. Sedangkan pembuatan unit armor gelombang insiden signifikan pada kaki struktur,
beton dipandang rumit, karena unit yang besar dan L0 = panjang gelombang laut dalam.
cenderung sensitif terhadap kerusakan struktural.
Disipasi energi gelombang
Namun, belakangan ini struktur pemecah
gelombang telah dibangun dengan
Gelombang memiliki energi dalam bentuk
mengkombinasikan karakteristik kestabilan
energi potensial dan energi kinetik. Keduanya
bangunan dengan kemiringan seragam dua lapis
memiliki total nilai yang dinyatakan dalam:
armor dengan karakteristik berm breakwater yang
dispersif terhadap energi gelombang. Tipe ini di
selanjutnya disebut sebagai breakwater
berkemiringan dengan berm atau bermed sloped
breakwater. Penambahan berm berfungsi untuk dengan E = energi total tiap satuan luas,  = massa
mengurangi tinggi run-up dan overtopping jenis air, g = percepatan gravitasi, dan H = tinggi
gelombang (Van der Meer, 2002) serta gelombang.
meningkatkan stabilitas batu pada lapis armor Energi gelombang yang datang dipisahkan
(Losada, 1986; Rock Manual, 2007; Dijkstra, 2008; menjadi energi refleksi (dipantulkan), disipasi
Van Gent, et al. 2012; Van Gent 2013). (diredam), dan transmisi (diteruskan):
Refleksi gelombang EI = ER + ED + ET

Zanuttigh et al. (2008) melakukan analisis Koefisien refleksi (Kr), koefisien disipasi (Kd)
refleksi gelombang pada struktur permeabel dan koefisien transmisi (Kt) gelombang berkorelasi
dengan berm. Berdasarkan analisis data yang dalam hubungan:
merupakan hasil eksperimen saluran gelombang Kr2 + Kd2 + Kt2 = 1
dan simulasi numerik 2DV menggunakan program dengan
COBRAS-UC (Losada et al., 2008), seluruh
kemiringan tanggul yang berada di bawah muka air
laut memiliki peranan penting dan dimunculkan ke
dalam bilangan Iribarren, ξ. dimana EI, ER, ED, dan ET adalah komponen energi
Zanuttigh and Van der Meer (2006) gelombang insiden, refleksi, disipasi, dan transmisi
memprediksi nilai koefisien refleksi, Kr pada (melewati struktur) secara berurutan. Setiap
kemiringan uniform melalui formula berikut: komponen energi tersebut dinyatakan dengan hasil
kuadrat dari tinggi gelombang (EI ~ Hi2).
dengan o adalah bilangan Iribarren yang Run-up
dievaluasi menggunakan periode spektral pada Run-up adalah fenomena dimana puncak
kaki struktur, Tm-1,0 = m-1/m0 dengan batasan gelombang datang naik di sepanjang permukaan
kondisi Rc /Hsi ≥ 0.5, Hm0 /D50 ≥ 1.0, so ≥ 0.01, struktur sampai ke elevasi yang dimungkinkan
dimana: lebih tinggi dari puncak gelombang. Jarak vertikal
antara swl dan titik tertinggi yang dicapai oleh
lidah gelombang disebut sebagai run-up, Ru (
dengan f adalah faktor kekasaran permukaan, Gambar 2).
yang telah diukur dan ditentukan untuk berbagai
macam material atau kekasaran permukaan
struktur (Van der Meer, 2002; Bruce et al., 2006). Tinggi gelombang insiden, H
Formula diusulkan untuk memasukkan Run-up Ru

pengaruh dari berm yang berada pada swl atau di b


Run-down Rd
SWL

atasnya (Zanuttigh and Van der Meer, 2006), perairan struktur


dengan persamaan untuk h > 1,5 Hm0t :

Gambar 2 Skematisasi run-up gelombang

sedangkan untuk h ≤ 1.5 Hm0t : Elevasi run-up dapat secara efektif direduksi
dengan merancang berm pada swl, dengan
peningkatan kekasaran permukaan, atau
meningkatkan permeabilitas struktur (Van der

31
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol.10 No.1, Juni 2019: 29-42

Meer, 2002). Reduksi ini diekspresikan dalam gelombang, sudut bidang miring, perbandingan
bentuk faktor reduksi γ. Run-up efektif dihitung antara berat jenis unit dan berat jenis air laut, serta
dengan cara mengalikan nilai run-up pada koefisien stabilitas. Formula Hudson dirancang
kemiringan berpermukaan licin impermeabel untuk kondisi tinggi gelombang yang tidak
dengan faktor koreksi. Run-up pada kemiringan menimbulkan kerusakan (no-damage wave height)
licin impermeable diekspresikan sebagai: dan tanpa adanya overtopping. Keunggulan utama
formula Hudson terletak pada kesederhanaannya,
dengan rentang nilai KΔ yang luas untuk berbagai
dengan z2%= elevasi run-up dilampaui oleh 2% tipe armor beserta konfigurasinya. SPM (1984)
gelombang, Hs = tinggi gelombang signifikan, op = memberikan nilai KΔ = 6,5 dan 7,5 (gelombang
bilangan Iribarren untuk periode puncak pada laut pecah/non-pecah) untuk kubus beton, serta KΔ =
dalam. 7,0 dan 8,0 untuk tetrapods.
Stabilitas Armor Dibandingkan formula Hudson, Van der Meer
(1988) mengajukan formula yang lebih progresif.
Prinsip dasar dari desain konvensional lapis Van der Meer menyimpulkan stabilitas batu quarry
armor struktur adalah untuk mencegah gerak awal ditentukan oleh berdasarkan kondisi gelombang
unit dengan mendefinisikan kondisi batasnya. pecah yang terbentuk. Keunggulan formula
Ketidakseimbangan antara beban hidraulik dan stabilitas Van der Meer dibandingkan formula
gaya-gaya pengimbang akan berujung pada terdahulu yaitu telah mempertimbangkan efek dari
ketidakstabilan lapis armor. Beberapa parameter durasi badai, periode gelombang, permeabilitas
yang digunakan untuk mengevaluasi stabilitas struktur dan definisi tingkat kerusakan yang jelas.
hidraulik pada struktur batu terdiri dari kombinasi METODOLOGI
antara parameter hidraulik (beban) dan parameter
material penyusun (tahanan). Simulasi model tanggul lepas pantai dilakukan
Salah satu parameter penting terkait dengan pada potongan terdalam tanggul pada kedalaman
pengaruh gaya gelombang pada struktur ±17,0 m di bawah permukaan laut (NCICD PMU,
berkemiringan adalah angka stabilitas, Ns (-). 2017). Desain tanggul kemiringan dengan berm
Angka ini memberikan hubungan antara merupakan pengembangan dari penelitian
karakteristik armor dan kondisi gelombang: sebelumnya dimana permukaan halus tanpa armor
telah diuji (Larasari et al., 2018). Tanggul prototip
didesain sesuai kondisi badai kala ulang 10.000
tahun untuk kemudian diuji melalui eksperimen
dimana H = tinggi gelombang, biasa diberikan
model fisik. Elevasi puncak dan lebar berm telah
dalam tinggi gelombang signifikan Hs atau Hm0,  =
ditentukan sebelumnya dan dioptimasi
densitas relatif apung, (r - w)/w, dan Dn50 = berdasarkan kondisi gelombang dengan
ukuran karakteristik atau diameter nominal unit menggunakan formula run-up pada slope dengan
armor. berm (Van der Meer, 2002). Berbagai dimensi dan
Kerusakan lapis armor pada struktur aspek geometri lainnya ditentukan dengan
tumpukan batu konvensional dapat dideskripsikan menyesuaikan kapasitas saluran gelombang.
menggunakan perbandingan jumlah batu yang Seluruh aspek pada prototip dibawa ke skala n L
berpindah terhadap jumlah keseluruhan batu pada =1:30 berdasarkan keserupaan Froude.
area tertentu. Untuk mengkuantifikasi kerusakan
secara independent terhadap lebar area yang Pengujian Model Fisik 2D
dipertimbangkan, parameter tingkat kerusakan Pengujian model fisik 2D dilaksanakan di
non-dimensional, Nd, dipergunakan (Via, et al., dalam saluran gelombang Laboratorium Balai
2013). Parameter ini didefinisikan sebagai Litbang Pantai. Model diujikan di dalam saluran
persentase batu berpindah di antara area swl ± 1,5 gelombang (1,0 m x 1,0 m x 40,0 m) yang
Hs. dilengkapi dengan mesin pembangkit gelombang
tipe piston dan instrumen peredam energi
gelombang pada kedua ujung yang berbeda.
Dimana Ndispl = unit armor berpindah dan Narea = Penampang saluran gelombang dan setup model di
jumlah unit armor pada area observasi (swl ± 1,5 dalamnya diperlihatkan oleh Gambar 3.
Hs).
Unit Armor
Angka stabilitas
Alternatif armor yang diujikan terdiri dari tipe
Hudson (1959) memberikan nilai angka batu, kubus beton, dan tetrapod. Unit armor batu
stabilitas unit armor melalui persamaan yang dimodelkan menggunakan batu alami rentang
mempertimbangkan berat unit armor, tinggi

32
Respon Hidraulik dan Stabilitas Lapis Armor pada Desain…(Rian Mohammad Azhar, dkk)

diameter 0,034 – 0,049 m. Unit armor kubus dan pada seluruh pengujian semua tipe armor.
tetrapod dicetak dari campuran mortar dengan
Tes uji
komposisi tertentu sehingga dihasilkan berat jenis
yang mendekati karakteristik prototip di lapangan. 142 tes uji dilakukan dengan membangkitkan
Karakteristik tiga tipe model armor – meliputi ±1000 gelombang regular (71 tes) atau irregular
massa rerata, diameter nominal, berat jenis, dan spektrum JONSWAP (71 tes, =3,3). Tes didesain
porositas – ditampilkan di dalam Tabel 1. menggunakan asumsi perairan laut dalam dengan
kedalaman air bernilai konstan dari pembangkit
Tabel 1 Karakteristik material yang digunakan
gelombang hingga kaki struktur. Tes
dalam pengujian
dikelompokkan dalam beberapa seri berdasarkan
Tipe M50 Dn50 rr po variasi nilai kedalaman air, ds (cm) = 56,7 dan 65,7;
armor (g) (cm) (g/cm3) (-) kecuraman gelombang, sop = Hm0/gTp2 = 0,025,
Batu 196,61 4,24 2,51 0,427 0,035, dan 0,050, dengan Tp adalah periode puncak
Kubus 288,1 5,08 2,20 0,330 dan Hm0 adalah tinggi gelombang signifikan
Tetrapods 118,7 3,70 2,34 0,589 spektrum, Hm0 = 4(m0)1/2. Dalam setiap seri,
dilaksanakan 4 tes uji dengan peningkatan tinggi
Seluruh unit armor kemudian diberi pelapis gelombang, Hs secara progresif (Owen and Allsop,
warna dan disusun secara acak dalam dua lapis 1984) dalam langkah 2,9 cm pada rentang 7,3 <
(n=2, Gambar 4). Lapis armor teratas di sepanjang Hm0 (cm) < 24,9, dengan tetap menjaga nilai sop
permukaan tanggul diatur menggunakan warna- konstan. Model tidak dibangun kembali pada setiap
warna tertentu untuk memudahkan pengamatan akhir tes uji, melainkan pada akhir tiap seri.
run-up dan mengidentifikasi perpindahan unit
armor. Analisis refleksi

Sedangkan pada unit lapis armor bawah Saat uji berlangsung dua grup wave probes
diberikan warna putih untuk membedakan dengan (wp1–wp3 dan wp4–wp7) diaktifkan untuk
unit armor lapis atas. Pengaturan rentang warna mengukur elevasi air pada titik-titik lokasi berbeda
ini sedikit berbeda antar tipe armor satu dengan di depan tanggul. Susunan jarak antar probe pada
yang lainnya karena perbedaan dimensi unit (Dn) grup kedua diposisikan sehingga sesuai dengan
tidak memungkinkan perletakan dengan susunan kriteria yang diberikan oleh mansaard dan Funke
yang sama (Gambar 5). (1980) serta Zelt dan Skjelbreia (1993) untuk
melakukan pemisahan gelombang insiden dan
Sebagai lapis filter tanggul digunakan batu
gelombang refleksi. Dengan menggunakan
pecah berukuran Dn = 2 cm dengan ketebalan lapis
serangkaian wave probes tersebut data gelombang
4 cm. Bagian inti tanggul didesain impermeabel
dianalisis menggunakan program Analisis Refleksi
dan terbuat dari urugan pasir yang dibentuk
Gelombang (ANSSIG) yang dikembangkan oleh
dengan volume dan dimensi sesuai desain yang
Balai Litbang Pantai.
kemudian dilapisi mortar setebal 5 cm. Lapis filter
dan inti tanggul memiliki karakteristik yang sama

Gambar 3 Setup model di dalam saluran gelombang

33
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol.10 No.1, Juni 2019: 29-42

(a)

(b)

(c)
Gambar 4 Penampang model tanggul laut tipe: (a) batu (b) kubus dan (c) tetrapods; dimensi dalam meter

LWL

Area observasi kerusakan armor


(+ 1,5 Hs)

(a) (b) (c) (d)


Gambar 5 (a) area observasi perpindahan unit armor pada tanggul: (b) batu (c) kubus, dan (d) tetrapods

Test RE_K_dL_10HS35

34
Respon Hidraulik dan Stabilitas Lapis Armor pada Desain…(Rian Mohammad Azhar, dkk)

Tabel 2 Matriks skenario pengujian


Series Armor Tipe gel. ds (cm) Hm0 (cm) Tp (s) Jumlah tes uji
1 batu regular 57,6 11,4 – 23,3 1,05 – 2,16 11
2 batu regular 65,7 11,7 – 23,1 1,05 – 2,16 12
3 batu irregular 57,6 7,5 – 14,3 1,08 – 2,16 12
4 batu irregular 65,7 7,6 – 14,8 1,05 – 1,95 11
5 kubus regular 57,6 11,8 – 22,9 1,05 – 2,16 12
6 kubus regular 65,7 11,1 – 21,0 1,05 – 2,16 12
7 kubus irregular 57,6 7,4 – 14,8 1,08 – 2,16 12
8 kubus irregular 65,7 7,5 – 14,4 1,05 – 2,16 12
9 tetrapods regular 57,6 11,2 – 24,6 1,05 – 2,16 12
10 tetrapods regular 65,7 11,6 – 24,9 1,05 – 2,10 12
11 tetrapods irregular 57,6 7,6 – 14,2 1,08 – 1,95 12
12 tetrapods irregular 65,7 7,3 – 19,5 1,08 – 2,16 12

Saluran gelombang tidak dilengkapi dengan adalah nilai maksimum yang terjadi di sepanjang
perangkat active wave absorber untuk memitigasi durasi pengujian.
multi-refleksi. Keterbatasan ini dikompensasi
Analisis kerusakan lapisan armor
melalui serangkaian langkah post processing
sebagai upaya kontrol kualitas data pada setiap tes Data kerusakan lapisan armor diambil setelah
uji. setiap tes uji selesai dilakukan. Beberapa gambar
digital diambil pada setiap akhir tes dari posisi
Disipasi energi gelombang
tegak lurus permukaan tanggul yang tetap.
Dengan asumsi tidak terjadi limpasan Perhitungan dilakukan pada awal dan akhir dari
(overtopping) selama tes uji berlangsung, adaptasi setiap tes. Perpindahan unit armor secara
dilakukan pada persamaan yang diberikan oleh kuantitatif dibedakan ke dalam dua jenis
Ahrens (1987). Dengan asumsi parameter muka air pergerakan; ekstraksi dan pergeseran. Unit
serta tinggi dan periode gelombang yang tetap terekstraksi didefinisikan sebagai unit yang telah
selama tes uji, dapat diterapkan hukum kekekalan berpindah lebih dari satu diameter nominal (>Dn)
energi (energi direpresentasikan oleh luasan kurva ke area warna yang berbeda dari penempatan
spektrum); bahwa jumlah energi gelombang selalu awal. Sedangkan unit bergeser didefinisikan
sama pada kondisi tersebut. Tanpa memasukkan sebagai unit yang titik beratnya telah keluar (>0,5
energi gelombang transmisi (ET = 0, Kt = 0), energi Dn) dari garis batas warna penempatan awalnya.
gelombang akan selalu memenuhi persamaan Pengamatan lapisan armor pada pengujian ini
berikut: dibatasi pada unit-unit lapis armor atas yang
EI = ER + ED berpindah searah dengan gelombang datang.
Kedua jenis pergerakkan ini diberikan bobot yang
1,0 = Kr2 + Kd2
sama dalam perhitungan kerusakan.
Dimana:
EI = energi gelombang datang, Pada kajian ini, kerusakan lapisan armor
ER = energi gelombang refleksi, didefinisikan berupa perpindahan, dalam
ED = energi gelombang yang terdisipasi, persentase dari total unit armor lapis atas, yang
Kr = koefisien refleksi, dan berada di dalam rentang SWL ± 1,5 Hs. Kuantifikasi
Kd = koefisien disipasi. kerusakan lapis armor menggunakan parameter
Nd. Nilai Nd diperoleh dari perbandingan antara
Run-up gelombang unit armor yang memenuhi kriteria pergeseran
Nilai run-up diperoleh melalui pengamatan dan ekstraksi dengan jumlah awal unit armor lapis
visual melalui video dokumentasi. Nilai run-up atas yang berada di dalam area observasi.
dikuantifikasi dengan cara menghitung jarak Analisis pada studi ini berfokus untuk
vertikal antara elevasi titik rayapan gelombang mengetahui perkembangan kerusakan armor yang
tertinggi dengan elevasi muka air tenang (still terbentuk dalam suatu badai progresif. Maka dari
water level, swl) pada tiap tes uji. Selisih antara itu, dalam analisis diambil nilai rerata dari spectral
kedua jarak tersebut yang kemudian dinotasikan moments dan kerusakan secara kumulatif dalam
sebagai Ru. Nilai Ru yang mewakili satu tes uji satu seri, bukan per individual tes uji.

35
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol.10 No.1, Juni 2019: 29-42

Gambar 6 Visualisasi pengamatan tinggi run-up gelombang


HASIL DAN PEMBAHASAN pengujian ketiga armor berada di bawah garis
formula namun memperlihatkan kecenderungan
Refleksi Gelombang
yang secara keseluruhan cukup sesuai. Perbedaan
Refleksi gelombang pada ketiga lapis armor antara nilai refleksi hasil pengujian dengan
disajikan dengan melihat pengaruh parameter formula disebabkan oleh nilai faktor kekasaran f
spectral surf similarity (ξm-1,0) pada Gambar 7. yang bervariasi untuk masing-masing tipe armor
Parameter ξm-1,0 diperoleh menggunakan formula (Bruce et al., 2006).
yang diperkenalkan oleh Zanuttigh et al (2006)
untuk memasukkan pengaruh dari berm yang Disipasi Energi
berada pada swl atau di atasnya. Parameter Kr dan ED untuk seluruh skenario
Ketiga tipe tanggul armor memantulkan pengujian diplotkan untuk membandingkan
gelombang insiden dengan relatif rendah , dengan redaman energi pada ketiga lapis armor (Gambar
tingkat refleksi pada seluruh tes tidak melebihi 9). Armor yang disusun acak dalam dua lapis
20% (Kr < 0,2). Penambahan unit armor secara memberikan performa yang baik dalam meredam
signifikan mengurangi refleksi gelombang apabila energi gelombang pada tes gelombang regular
dibandingkan dengan struktur serupa dengan maupun irregular. Armor tetrapods memberikan
permukaan licin (0,061 < Kr < 0,56; Larasari et al., nilai redaman tertinggi (ED > 98,1%). Hal ini
2018). Sebaran nilai refleksi tertinggi diberikan dimungkinkan oleh porositas armor tetrapods
oleh tanggul armor batu, disusul oleh tetrapods, yang lebih besar dibandingkan armor lainnya.
dan terendah oleh kubus beton. Meskipun Porositas yang lebih tinggi meningkatkan redaman
demikian, pada rentang ini tidak ditemukan oleh proses turbulensi aliran di ruang antara unit
performa armor yang mendominasi di atas tipe armor. Redaman yang sedikit lebih rendah
lainnya. diperlihatkan oleh armor kubus beton ((ED >
Meninjau refleksi berdasarkan tipe gelombang, 97,3%) dan batu (ED > 97,1%). Meskipun demikian,
baik uji gelombang regular maupun irregular derajat redaman tersebut jauh meningkat jika
menghasilkan Kr yang tidak jauh berbeda, berkisar dibandingkan dengan struktur berm dengan
pada nilai 0,05 - 0,2. Nilai ξm-1,0 pada tes gelombang permukaan halus (69,0% < ED < 99,6%; Larasari et
regular memperlihatkan pengaruh yang lebih al., 2018).
signifikan dibandingkan pada tipe irregular. Di sisi Secara menyeluruh, energi gelombang datang
lain, tinggi muka air tampak memberikan pengaruh pada seluruh tes teredam lebih dari 97%. Kondisi
berkebalikan pada nilai refleksi, namun dengan ini konsisten pada dua kedalaman muka air.
selisih nilai yang tidak signifikan. Berdasarkan prinsip kekekalan energi, semakin
Dilakukan perbandingan antara data pengujian kecil koefisien refleksi yang dihasilkan maka akan
dengan pengujian pemecah gelombang armor batu makin besar redaman yang terjadi. Tingkat
dengan tanggul tanpa berm, dan data pengujian redaman yang dihasilkan cenderung meningkat
pemecah gelombang armor batu dengan berm dengan naiknya tinggi gelombang dan berkurang
(Lissev, 1997), serta formula yang diusulkan oleh dengan pertambahan periode gelombang.
Zanuttigh et al., (2009). Sebagian besar data hasil

36
Respon Hidraulik dan Stabilitas Lapis Armor pada Desain…(Rian Mohammad Azhar, dkk)

Gelombang Irregular Gelombang Regular


Kr
0.25 0.25
Batu
0.20 0.20
Kubus

0.15 0.15 Tetrapods

0.10 0.10

0.05 0.05

0.00 ξ0.00
0 ξ0
0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7

Gambar 7 Koefisien refleksi vs parameter surf similarity pada tiga tipe armor

Gambar 8 Perbandingan koefisien refleksi hasil pengujian dengan


formula Zanuttigh et al. (2009)

Persentase Disipasi Gelombang Regular & Irregular

Kr
0.20
Batu

0.16 Kubus Beton

Tetrapods

0.12

0.08

0.04

0.00 ED
96% 97% 98% 99% 100%
Gambar 9 Grafik hubungan refleksi dan disipasi gelombang

37
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol.10 No.1, Juni 2019: 29-42

Run-up Gelombang up maksimum, parameter non-dimensional berupa


run-up maksimum relatif terhadap tinggi
Nilai run-up pada pengujian gelombang
gelombang spektrum (Ru/Hm0) diformulasikan
regular dan irregular ditampilkan dengan
untuk seluruh data pengujian, baik uji gelombang
meninjau pengaruh dari parameter spectral surf
regular maupun irregular (Gambar 11). Pada grafik
similarity (ξm-1,0) terhadap run-up maksimum (Ru)
ini data tampak tersebar ke dalam kelompok-
yang terjadi pada tiap tes uji (Gambar 10).
kelompok terpisah, yang dikarenakan oleh
Berdasarkan grafik tersebut, run-up maksimum
perbedaan kecuraman gelombang, s0. Tes uji
yang terukur pada pengujian berada dalam rentang
berkecuraman gelombang besar memiliki nilai ξm-
nilai 0,07 – 0,20 m pada uji gelombang regular
1,0 yang lebih tinggi.
maupun irregular. Beberapa nilai di atas rentang
tersebut terukur pada tes uji armor batu. Melalui visualisasi Gambar 11, terlihat dengan
Pengambilan data run-up melalui observasi visual lebih jelas sebaran nilai run-up maksimum pada
membuat nilai yang diperoleh berupa pembulatan tiap tipe armor tanpa dipengaruhi oleh tinggi
ke atas, sehingga pengaruh parameter spectral surf gelombang. Nilai Ru/Hm0 yang tinggi diperlihatkan
similarity tampak tidak dominan pada visualisasi oleh pengujian armor batu, disusul oleh tetrapods
rentang data ini. Hasil ini kurang ideal dengan dan kubus beton yang memiliki rentang nilai di
formula yang diajukan oleh Van der Meer (2002). bawahnya. Nilai-nilai tertinggi lebih banyak
Pada formula tersebut disebutkan bahwa sampai dihasilkan pada uji armor batu menggunakan
dengan γbξ0 ≈ 1,8 run-up relatif meningkat secara gelombang irregular pada muka air rendah. Pada
linear dengan peningkatan nilai γbξ0; pada nilai kedua tipe armor lainnya run-up maksimum pada
yang lebih tinggi, peningkatan mengecil kearah pengujian muka air rendah juga relatif lebih tinggi
garis yang lebih landai. dibandingkan muka air tinggi. Peningkatan
efisiensi berm pada pengujian muka air tinggi
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah run-
merupakan aspek yang berperan dalam
up maksimum pada uji gelombang regular dengan
mengurangi rayapan gelombang pada studi ini.
irregular tidak menampakkan perbedaan rentang
Muka air tinggi memiliki elevasi yang lebih dekat
nilai, meskipun pada tes irregular gelombang
dengan berm, dengan nilai Rc/ds = 0,05 dan 0,16
dibangkitkan dengan karakteristik yang lebih
secara berturut-turut untuk hwl dan lwl.
rendah. Durasi yang lebih lama pada tes uji regular
tidak mengubah serangan gelombang pada
struktur, sedangkan pada gelombang irregular
Pengaruh kekasaran permukaan dan
durasi badai yang lebih panjang memperbesar pelu
permeabilitas lapis armor secara eksplisit dan
ang terjadinya gelombang-gelombang ekstrem
terpisah tidak tampak melalui pengujian ini. Salah
yang tinggi. Nilai run-up maksimum yang diperoleh
satu faktor yang berpengaruh dominan adalah
pada uji irregular tersebut disebabkan oleh
perbedaan ukuran unit antara ketiga lapis armor.
gelombang-gelombang tertinggi yang terjadi di
Unit armor kubus beton memiliki diameter
sepanjang pengujian. Sedangkan, nilai run-up
nominal yang secara dominan lebih besar
maksimum pada seri uji regular cenderung
dibanding dua unit lainnya, dengan penyusunan
dikarenakan serangan gelombang insiden periodik
yang cenderung lebih rapat dibanding lainnya
di sepanjang durasi pengujian.
(porositas awal, po = 0,33). Pada armor kubus run-
up direduksi dengan mekanisme gelombang
datang menubruk sisi permukaan unit-unit kubus,
Untuk menghilangkan efek dari variasi tinggi
yang kemudian secara dominan menahan dan
gelombang yang dibangkitkan terhadap nilai run-
mereduksi aliran yang bergerak ke atasnya.

38
Respon Hidraulik dan Stabilitas Lapis Armor pada Desain…(Rian Mohammad Azhar, dkk)

Run-up Gelombang Irregular Run-up Gelombang Regular


Ru (m) Ru (m)
0.400 0.400
Batu

Kubus Beton
0.300 0.300
Tetrapods

0.200 0.200

0.100 0.100

0.000 ξo0.000 ξo
0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4

Gambar 10 Run-up maksimum pada pengujian gelombang irregular dan gelombang regular

Run-up Gelombang relatif


Ru/(Hm0)
3.0 Batu

Kubus Beton
2.5
Tetrapods
2.0

1.5

1.0

0.5

0.0 ξo
0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8
Gambar 11 Run-up maksimum relatif

Kerusakan Lapisan Armor dengan cepat, ditandai dengan garis curam yang
menghubungkan tes uji berurutan. Laju
Kerusakan lapis armor disajikan pada grafik
perkembangan kerusakan yang tinggi terutama
yang telah ditampilkan pada beberapa kondisi
ditemui pada step terakhir uji regular, dimana
hidraulik pengujian yang berbeda (Gambar 12).
beban gelombang yang dibangkitkan telah
Melalui grafik, diperlihatkan hubungan antara
melampaui kondisi desain.
angka stabilitas (Ns) terhadap persentase
kerusakan lapis armor kumulatif (Nd) dalam satu Kerusakan armor kubus beton meningkat
seri yang merepresentasikan simulasi dari badai dengan derajat yang lebih rendah, sedangkan
progresif. armor tetrapod menunjukkan stabilitas yang
sangat baik di sepanjang seri uji. Hasil ini
Lapis armor batu menghasilkan derajat
diperoleh mengingat formula desain unit kubus
kerusakan tertinggi hampir di setiap tes uji dan
dan tetrapods diperuntukkan pada kemiringan
dengan nilai yang signifikan pada akhir seri.
yang curam (1:1,5). Sebagian lagi dipengaruhi oleh
Melalui representasi badai progresif, ketiga
Ns ketiga tipe armor yang tidak setara karena
alternatif lapis armor menunjukkan kerusakan
perbedaan sifat karakteristik dari masing-masing
dengan laju perkembangan bervariasi. Kerusakan
armor. Angka stabilitas unit tetrapods yang tinggi
armor batu pada tes uji yang berurutan meningkat
disebabkan oleh material dengan massa jenis
39
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol.10 No.1, Juni 2019: 29-42

tinggi, yang menyebabkan unit tetrapods dapat Terkait pengaruh dari elevasi muka air, uji
mencapai berat yang diperlukan dengan dimensi pada muka air tinggi menghasilkan derajat
yang kecil, sehingga lebih stabil dalam menghadapi kerusakan yang lebih rendah dibandingkan
kondisi beban gelombang serupa dibandingkan pengujian muka air rendah. Perbedaan
kedua tipe armor lainnya. dimungkinkan oleh pengaruh berm yang
meningkat ketika muka air berada lebih dekat
Pada kajian ini, pengujian gelombang regular
dengan elevasi berm. Peranan berm menjadi lebih
menghasilkan persentase kerusakan final yang
dominan pada kemiringan rerata permukaan
cenderung lebih tinggi dibandingkan gelombang
tanggul pada pengujian dengan muka air tinggi.
irregular. Namun dalam satu rangkaian seri,
Pada muka air rendah, berm tidak terlalu
gelombang irregular merusak dengan lebih besar
signifikan dalam mempengaruhi gaya gelombang
pada tiap tahapannya, meskipun parameter
datang. Pengaruh ini lebih jelas dipelihatkan
gelombang yang dibangkitkan lebih rendah
melalui tes gelombang regular. Secara
dibandingkan gelombang regular. Durasi yang
keseluruhan, kerusakan terbesar lapis armor
lebih lama pada seri uji regular tidak mengubah
terbentuk di sekitar swl yang didominasi pada
serangan gelombang pada struktur. Sedangkan
rentang area terjadinya run-down gelombang.
pada uji gelombang irregular, durasi badai yang
Kondisi ini serupa dengan pengamatan Dijkstra
lebih panjang memperbesar peluang terjadinya
(2008), dimana kerusakan pada area tersebut
gelombang-gelombang ekstrem yang tinggi.
disebabkan tubrukan antara gaya seret arus balik
Kondisi tersebut secara berkelanjutan
gelombang yang bertemu dengan gelombang
memungkinkan area kerusakan yang lebih meluas
insiden dominan.
dengan derajat kerusakan yang lebih besar
dibandingkan gelombang regular.

Regular, LWL Regular, HWL+LS


Nd Nd
30.0% 5.0%

25.0% Batu
4.0%
Kubus Batu
20.0%
Kubus
3.0%
15.0% Tetrapods

2.0%
10.0%

1.0%
5.0%

0.0% Ns 0.0% Ns
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0

(a) Muka air tinggi, ds = 0,567 m (b) Muka air rendah, ds = 0,657 m

Irregular, LWL Irregular, HWL+LS


Nd Nd
6.0% 6.0%

5.0% 5.0%
Batu
Batu
4.0% 4.0% Kubus

Kubus Tetrapods
3.0% 3.0%

2.0% 2.0%

1.0% 1.0%

0.0% Ns 0.0% Ns
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5

(c) Muka air tinggi, ds = 0,567 m (d) Muka air rendah, ds = 0,657 m
Gambar 12 Perpindahan armor pada gelombang regular (a dan b) dan irregular (c dan d)

40
Respon Hidraulik dan Stabilitas Lapis Armor pada Desain…(Rian Mohammad Azhar, dkk)

KESIMPULAN Bachtiar, H., Badriana, R., Sembiring, L., Adytia, D.,


Samskerta, I. P., Andonowati, A., & van Groesen,
Berdasarkan uji eksperimental lapis armor
E. (2017). Optimasi desain rencana tanggul
batu, kubus beton, dan tetrapods pada tanggul
dengan berm pada studi ini, dapat diambil lepas pantai NCICD di Teluk Jakarta terhadap
beberapa kesimpulan berikut ini. Kajian respon kemungkinan tsunami akibat letusan Gunung
hidraulik yang terdiri dari gelombang refleksi, Anak Krakatau. Jurnal Sumber Daya Air, 13(1), 1-
disipasi energi, rayapan gelombang 10.
mengindikasikan bahwa penambahan ketiga lapis Bachtiar, H., Larasari, A., Adytia, D., Azhar, R. M., &
armor secara efektif meningkatkan performa pada Eliasta, L.. (2019). Hydraulic Response of NCICD
parameter-parameter tersebut dengan tingkat Conceptual Design Outer Sea Dike subjected by
efisiensi yang bervariasi. Secara dominan, armor Tsunami Generated by Krakatau Explosion.
tetrapods menunjukkan tingkat kerusakan lapis INTAKINDO International Conference on
armor terendah, dibawah 0,5%, dalam menghadapi Construction Technology and Innovation on 20-
simulasi badai progresif. Rendahnya kerusakan 21 March 2019, Jakarta (submitted).
yang terbentuk merepresentasikan tingginya Badriana, M. R., Bachtiar, H., Adytia, D., Sembiring, L.,
stabilitas tetrapods dibanding alternatif armor lain Andonowati, & van Groesen, E. (2017). Wave
pada eksperimen ini. run-up of a possible Anak-Krakatau tsunami on
Mengingat banyaknya variabel dan parameter planned and optimized Jakarta Sea Dike. In AIP
relevan yang mempengaruhi stabilitas, kajian lebih Conference Proceedings (Vol. 1857, No. 1, p.
mendalam diperlukan untuk secara utuh 090004). AIP Publishing.
mengkarakterisasi stabilitas hidraulik lapis armor Bruce, T., Van der Meer, J. W., Franco, L. & J. Pearson,
pada struktur dengan berm. Rentang lebar berm (2006). A comparison of overtopping
dan kemiringan yang berbeda dapat diuji untuk performance of different rubble mound
menemukan kombinasi yang optimum sesuai breakwater armour. Proc. ICCE 2006, vol. 5,
kondisi hidrodinamik lokasi.di Teluk Jakarta Untuk 4567-4579.
mengatasi over-design lapis armor, faktor pengali Burcharth, H. F., Hedar, P. A., Ouemeraci, H.,
stabilitas (Dijkstra, 2008) dapat diaplikasikan Martinez, A., Hamer, B. A., Lamberti, A., &
untuk memperoleh ukuran unit yang optimal pada Archetti, R., (2003). State-of-the-Art of
tanggul dengan berm. Designing and Constructing Berm Breakwaters.
Tinjauan parameter respons dan stabilitas PIANC General Secretariat.
hidraulik tiga alternatif lapis armor yang Dijkstra, O.P.J. (2008). Armour stability on a bermed
terkumpul pada studi ini diharapkan dapat slope breakwater. M.Sc. thesis, Delft University
menyediakan informasi pada proses pembuatan of Technology, Delft.
detail desain tanggul laut Teluk Jakarta. Hudson, R.Y., (1959). Laboratory investigation of
rubble mound breakwaters. ASCE J. Waterw.
Harbors Div., 85 (WW3): 93-121.
UCAPAN TERIMA KASIH KOICA KRC. (2018). Conceptual Design Report: Review
of key technical points. Jakarta: National Capital
Studi ini merupakan kegiatan dukungan
Integrated Coastal Development Consulting
Puslitbang Sumber Daya Air Kementerian
(unpublished).
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk
Program Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Larasari, A. A., Husrin, S., Bachtiar, H., & Sembiring,
Negara (PTPIN/NCICD). Penulis berterima kasih L.E. (2018). Preliminary Studies Of Dike Profiles
kepada Kepala Pusat Litbang Sumber Daya Air dan For Jakarta Outer Sea Dike : Physical Model Test
Kepala Balai Litbang Pantai serta seluruh staff yang Results. Proceedings of the 21st IAHR-APD
terlibat dalam studi ini. Congress 2018, Yogyakarta, Indonesia.
Lissev, N., & Tørum, A. (1997). Influence of the core
DAFTAR PUSTAKA configuration on the stability of berm
breakwaters. In Coastal Engineering 1996 (pp.
Ahrens, J. P. (1987). Characteristics of Reef 1735-1747).
Breakwaters (No. CERC-TR-87-17). Mississipi: Losada, M. A., Desire, J. M., & Alejo, L. M. (1986).
Coastal Engineering Research Center Vicksburg Stability of blocks as breakwater armor units.
Ms. Journal of Structural Engineering, 112(11), 2392-
2401

41
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol.10 No.1, Juni 2019: 29-42

Losada, I. J., Lara, J. L., Guanche, R., & Gonzalez- Van der Meer, J. W. (1988). Deterministic and
Ondina, J. M. (2008). Numerical analysis of wave probabilistic design of breakwater armor layers.
overtopping of rubble mound breakwaters. Journal of Waterway, Port, Coastal, and Ocean
Coastal engineering, 55(1), 47-62. Engineering, 114(1), 66-80.
Mansaard, E. P., & Funke, E. R. (1980). The Van der Meer, J. W. (2002). Technical report wave
measurement of incident and reflected spectra run-up and wave overtopping at dikes. TAW
using a least squares method. In Coastal report (incorporated in the EurOtop manual).
Engineering 1980 (pp. 154-172). Van Gent, M.R. (2013). Rock stability of rubble mound
Shore Protection Manual. (1984). US Army Engineer breakwaters with a berm. Coastal Engineering,
Waterways Experiment Station. US Government 78, pp.35-45.
Printing Office, Washington, DC, 2. Van Gent, M., Smith, G.M., & van der Werf, I. (2012).
National Capital Integrated Coastal Development Stability Of Rubble Mound Breakwaters with a
Project Management Unit. (2017). Some Berm. Coastal Engineering Proceedings, 1(33),
considerations on NCICD Jakarta sea dike. p.10.
Presentasi dipaparkan pada Workshop Outer Via, L., Pullen, T., Stewart, T., & Allsop, W. (2013).
Sea Dike 12 Desember 2017, Jakarta, Indonesia. Damage to Rubble Mound Breakwaters –
National Capital Integrated Coastal Development Extracting Design Guidance from ‘Old’ Test
Project Management Unit. (2018). National Data. ICE Publishing, 140–148.
Capital Integrated Coastal Development: https://doi.org/doi: 10.1680/fsts.59757.0140.
Proteksi, Konservasi, Integrasi, dan Revitalisasi. Zanuttigh, B., & Van der Meer, J.W. (2006). Wave
Presentasi dipaparkan pada workshop 18 April reflection from coastal structures. Proc. ICCE,
2018, Jakarta, Indonesia. vol. 5, 4337-4349.
Owen, M. W., & Allsop, N. W. H. (1984). 6 Hydraulic Zanuttigh, B., Van der Meer, J.W., Andersen, T.L.,
modelling of rubble mound breakwaters. In Lara, J.L., & Losada, I.J. (2008) Analysis of Wave
Breakwaters Design & Construction (pp. 71-78). Reflection from Structures with Berms Through
Thomas Telford Publishing. an Extensive Database and 2DV Numerical
Rajendra, K., Balaji, R., & Mukul, P. (2017). Review of Modelling. Proc. Coastal Eng (2008): 3285-
Indian research on innovative breakwaters. 3297.
Rao, S., Pramod, C., & Rao, B. (2004). Stability of berm Zanuttigh, B., Van der Meer, J.W., Andersen, T.L.,
breakwater with reduced armor stone weight. Lara, J.L., & Losada, I.J. (2009). To the Surf
Ocean Engineering, 31(11-12), pp.1577-1589. Similarity Parameter. 1–14.
Rock Manual. (2007). The use of rock in hydraulic Zelt, J. A., & Skjelbreia, J. E. (1993). Estimating
engineering (2nd edition). C683, CIRIA, London incident and reflected wave fields using an
Sigurdarson, S., Viggoson, G., Tørum, A., & Smarason, arbitrary number of wave gauges. In Coastal
O.B. (2001). Stable berm breakwaters. Engineering 1992 (pp. 777-789).
International Workshop on Advanced Design of
Maritime Structures in the 21st Century. 5 – 7
March 2001, Yokosuka, Japan.

42

You might also like