Professional Documents
Culture Documents
Respon Hidraulik Dan Stabilitas Lapis Armor Pada Desain Awal Tanggul Laut Lepas Pantai Ncicd
Respon Hidraulik Dan Stabilitas Lapis Armor Pada Desain Awal Tanggul Laut Lepas Pantai Ncicd
Respon Hidraulik Dan Stabilitas Lapis Armor Pada Desain Awal Tanggul Laut Lepas Pantai Ncicd
http://jurnalth.pusair-pu.go.id
1)Balai Litbang Pantai, Puslitbang SDA, Kementerian PUPR, Jl. Gilimanuk-Singaraja km. 122, Buleleng, Bali
2)Pusat Riset Kelautan – BRSDMKP-KKP, Jl. Pasir Putih II, Ancol Timur, Jakarta
Email: rian_mad23@yahoo.co.id
ABSTRACT
NCICD sea dike is a conceptual structure aims to protect North Jakarta coastal area from a long term coastal flooding. The
dike is a part of NCICD’s conditional measures which is still under evaluation on various aspects. This study reviews the
technical aspect on hydraulic responses of rocks, concrete cubes, and tetrapods as alternatives of structure’s armor layers,
considering recommendations given from previous studies. Two-dimensional physical model experiments were carried out
in a 1.0 m-width and 40.0 m-length wave flume. Models with 1:30 scale were subjected to regular and JONSWAP spectrum
wave. During the experiment, set of wave probes and video cameras from multiple angles were used to acquired wave
height and wave periods, and to record experiments for observation of the maximum wave run-up elevation also number of
displaced units on the armor layer. Results in the form of a hydraulic response consisting of reflection waves, energy
dissipation, and wave run-up indicating that addition of the three layers of armor effectively increases the performance of
these parameters with varying efficiency (Kr<0.2;KD>0.97;0.07<Ru<0.20m). Based on simulated storm with duration of
1000-waves, tetrapods tests resulting the lowest armor layer damage (<0.5%), thus representing the highest stability
compared to other alternatives subjected to progressive storms.
Keywords: hydraulic response, armor stability, sea dike, NCICD
ABSTRAK
Tanggul laut lepas pantai NCICD merupakan struktur yang dikonsepkan dalam jangka panjang akan melindungi pesisir
pantai utara Jakarta dari banjir rob. Tanggul ini merupakan bagian dari pendekatan kondisional NCICD yang saat ini
dalam tahap kajian dari berbagai aspek. Studi ini meninjau aspek teknis, dengan mengidentifikasi respon hidraulik dan
stabilitas batu, kubus beton, dan tetrapods sebagai alternatif lapis armor pelindung tanggul, dan mempertimbangkan
rekomendasi dari beberapa hasil studi sebelumnya. Eksperimen model fisik 2D dilakukan di dalam saluran gelombang
dengan lebar 1,0m dan panjang 40,0m. Model berskala 1:30 diuji menggunakan tipe gelombang regular dan gelombang
irregular berspektrum JONSWAP. Selama eksperimen berlangsung, seperangkat instrumen wave probes dan kamera
video dari berbagai sisi digunakan untuk memperoleh tinggi dan periode gelombang, serta merekam eksperimen untuk
mengobservasi elevasi rayapan maksimum gelombang dan jumlah unit yang berpindah pada lapis armor. Hasil berupa
respon hidraulik yang terdiri dari gelombang refleksi, disipasi energi, dan rayapan gelombang mengindikasikan bahwa
penambahan ketiga lapis armor secara efektif meningkatkan kinerja pada parameter-parameter tersebut dengan
tingkat efisiensi yang bervariasi (Kr<0,2;KD>0,97;0,07<Ru<0,20m). Berdasarkan simulasi badai berdurasi 1000
gelombang pada pengujian ini, lapisan armor tetrapod memperlihatkan tingkat kerusakan lapis armor terendah
(<0.5%), sehingga merepresentasikan stabilitas tertinggi dibanding alternatif lain dalam menghadapi badai progresif.
Kata kunci: respon hidraulik, stabilitas armor, tanggul laut, NCICD
DOI ………………………………………………………………………….. 29
© Puslitbang SDA, Balitbang, Kementerian PUPR Naskah ini di bawah kebijakan akses terbuka dengan lisensi
CC-BY-SA (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol.10 No.1, Juni 2019: 29-42
30
Respon Hidraulik dan Stabilitas Lapis Armor pada Desain…(Rian Mohammad Azhar, dkk)
Struktur berm pada awalnya dimaksudkan dengan αd = kemiringan struktur di bawah area
untuk menyiasati keterbatasan pasokan batu run-up, αincl = kemiringan rerata struktur di sekitar
quarry berukuran besar untuk digunakan pada swl, h = kedalaman air di kaki struktur, Hm0t = tinggi
suatu lokasi. Sedangkan pembuatan unit armor gelombang insiden signifikan pada kaki struktur,
beton dipandang rumit, karena unit yang besar dan L0 = panjang gelombang laut dalam.
cenderung sensitif terhadap kerusakan struktural.
Disipasi energi gelombang
Namun, belakangan ini struktur pemecah
gelombang telah dibangun dengan
Gelombang memiliki energi dalam bentuk
mengkombinasikan karakteristik kestabilan
energi potensial dan energi kinetik. Keduanya
bangunan dengan kemiringan seragam dua lapis
memiliki total nilai yang dinyatakan dalam:
armor dengan karakteristik berm breakwater yang
dispersif terhadap energi gelombang. Tipe ini di
selanjutnya disebut sebagai breakwater
berkemiringan dengan berm atau bermed sloped
breakwater. Penambahan berm berfungsi untuk dengan E = energi total tiap satuan luas, = massa
mengurangi tinggi run-up dan overtopping jenis air, g = percepatan gravitasi, dan H = tinggi
gelombang (Van der Meer, 2002) serta gelombang.
meningkatkan stabilitas batu pada lapis armor Energi gelombang yang datang dipisahkan
(Losada, 1986; Rock Manual, 2007; Dijkstra, 2008; menjadi energi refleksi (dipantulkan), disipasi
Van Gent, et al. 2012; Van Gent 2013). (diredam), dan transmisi (diteruskan):
Refleksi gelombang EI = ER + ED + ET
Zanuttigh et al. (2008) melakukan analisis Koefisien refleksi (Kr), koefisien disipasi (Kd)
refleksi gelombang pada struktur permeabel dan koefisien transmisi (Kt) gelombang berkorelasi
dengan berm. Berdasarkan analisis data yang dalam hubungan:
merupakan hasil eksperimen saluran gelombang Kr2 + Kd2 + Kt2 = 1
dan simulasi numerik 2DV menggunakan program dengan
COBRAS-UC (Losada et al., 2008), seluruh
kemiringan tanggul yang berada di bawah muka air
laut memiliki peranan penting dan dimunculkan ke
dalam bilangan Iribarren, ξ. dimana EI, ER, ED, dan ET adalah komponen energi
Zanuttigh and Van der Meer (2006) gelombang insiden, refleksi, disipasi, dan transmisi
memprediksi nilai koefisien refleksi, Kr pada (melewati struktur) secara berurutan. Setiap
kemiringan uniform melalui formula berikut: komponen energi tersebut dinyatakan dengan hasil
kuadrat dari tinggi gelombang (EI ~ Hi2).
dengan o adalah bilangan Iribarren yang Run-up
dievaluasi menggunakan periode spektral pada Run-up adalah fenomena dimana puncak
kaki struktur, Tm-1,0 = m-1/m0 dengan batasan gelombang datang naik di sepanjang permukaan
kondisi Rc /Hsi ≥ 0.5, Hm0 /D50 ≥ 1.0, so ≥ 0.01, struktur sampai ke elevasi yang dimungkinkan
dimana: lebih tinggi dari puncak gelombang. Jarak vertikal
antara swl dan titik tertinggi yang dicapai oleh
lidah gelombang disebut sebagai run-up, Ru (
dengan f adalah faktor kekasaran permukaan, Gambar 2).
yang telah diukur dan ditentukan untuk berbagai
macam material atau kekasaran permukaan
struktur (Van der Meer, 2002; Bruce et al., 2006). Tinggi gelombang insiden, H
Formula diusulkan untuk memasukkan Run-up Ru
sedangkan untuk h ≤ 1.5 Hm0t : Elevasi run-up dapat secara efektif direduksi
dengan merancang berm pada swl, dengan
peningkatan kekasaran permukaan, atau
meningkatkan permeabilitas struktur (Van der
31
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol.10 No.1, Juni 2019: 29-42
Meer, 2002). Reduksi ini diekspresikan dalam gelombang, sudut bidang miring, perbandingan
bentuk faktor reduksi γ. Run-up efektif dihitung antara berat jenis unit dan berat jenis air laut, serta
dengan cara mengalikan nilai run-up pada koefisien stabilitas. Formula Hudson dirancang
kemiringan berpermukaan licin impermeabel untuk kondisi tinggi gelombang yang tidak
dengan faktor koreksi. Run-up pada kemiringan menimbulkan kerusakan (no-damage wave height)
licin impermeable diekspresikan sebagai: dan tanpa adanya overtopping. Keunggulan utama
formula Hudson terletak pada kesederhanaannya,
dengan rentang nilai KΔ yang luas untuk berbagai
dengan z2%= elevasi run-up dilampaui oleh 2% tipe armor beserta konfigurasinya. SPM (1984)
gelombang, Hs = tinggi gelombang signifikan, op = memberikan nilai KΔ = 6,5 dan 7,5 (gelombang
bilangan Iribarren untuk periode puncak pada laut pecah/non-pecah) untuk kubus beton, serta KΔ =
dalam. 7,0 dan 8,0 untuk tetrapods.
Stabilitas Armor Dibandingkan formula Hudson, Van der Meer
(1988) mengajukan formula yang lebih progresif.
Prinsip dasar dari desain konvensional lapis Van der Meer menyimpulkan stabilitas batu quarry
armor struktur adalah untuk mencegah gerak awal ditentukan oleh berdasarkan kondisi gelombang
unit dengan mendefinisikan kondisi batasnya. pecah yang terbentuk. Keunggulan formula
Ketidakseimbangan antara beban hidraulik dan stabilitas Van der Meer dibandingkan formula
gaya-gaya pengimbang akan berujung pada terdahulu yaitu telah mempertimbangkan efek dari
ketidakstabilan lapis armor. Beberapa parameter durasi badai, periode gelombang, permeabilitas
yang digunakan untuk mengevaluasi stabilitas struktur dan definisi tingkat kerusakan yang jelas.
hidraulik pada struktur batu terdiri dari kombinasi METODOLOGI
antara parameter hidraulik (beban) dan parameter
material penyusun (tahanan). Simulasi model tanggul lepas pantai dilakukan
Salah satu parameter penting terkait dengan pada potongan terdalam tanggul pada kedalaman
pengaruh gaya gelombang pada struktur ±17,0 m di bawah permukaan laut (NCICD PMU,
berkemiringan adalah angka stabilitas, Ns (-). 2017). Desain tanggul kemiringan dengan berm
Angka ini memberikan hubungan antara merupakan pengembangan dari penelitian
karakteristik armor dan kondisi gelombang: sebelumnya dimana permukaan halus tanpa armor
telah diuji (Larasari et al., 2018). Tanggul prototip
didesain sesuai kondisi badai kala ulang 10.000
tahun untuk kemudian diuji melalui eksperimen
dimana H = tinggi gelombang, biasa diberikan
model fisik. Elevasi puncak dan lebar berm telah
dalam tinggi gelombang signifikan Hs atau Hm0, =
ditentukan sebelumnya dan dioptimasi
densitas relatif apung, (r - w)/w, dan Dn50 = berdasarkan kondisi gelombang dengan
ukuran karakteristik atau diameter nominal unit menggunakan formula run-up pada slope dengan
armor. berm (Van der Meer, 2002). Berbagai dimensi dan
Kerusakan lapis armor pada struktur aspek geometri lainnya ditentukan dengan
tumpukan batu konvensional dapat dideskripsikan menyesuaikan kapasitas saluran gelombang.
menggunakan perbandingan jumlah batu yang Seluruh aspek pada prototip dibawa ke skala n L
berpindah terhadap jumlah keseluruhan batu pada =1:30 berdasarkan keserupaan Froude.
area tertentu. Untuk mengkuantifikasi kerusakan
secara independent terhadap lebar area yang Pengujian Model Fisik 2D
dipertimbangkan, parameter tingkat kerusakan Pengujian model fisik 2D dilaksanakan di
non-dimensional, Nd, dipergunakan (Via, et al., dalam saluran gelombang Laboratorium Balai
2013). Parameter ini didefinisikan sebagai Litbang Pantai. Model diujikan di dalam saluran
persentase batu berpindah di antara area swl ± 1,5 gelombang (1,0 m x 1,0 m x 40,0 m) yang
Hs. dilengkapi dengan mesin pembangkit gelombang
tipe piston dan instrumen peredam energi
gelombang pada kedua ujung yang berbeda.
Dimana Ndispl = unit armor berpindah dan Narea = Penampang saluran gelombang dan setup model di
jumlah unit armor pada area observasi (swl ± 1,5 dalamnya diperlihatkan oleh Gambar 3.
Hs).
Unit Armor
Angka stabilitas
Alternatif armor yang diujikan terdiri dari tipe
Hudson (1959) memberikan nilai angka batu, kubus beton, dan tetrapod. Unit armor batu
stabilitas unit armor melalui persamaan yang dimodelkan menggunakan batu alami rentang
mempertimbangkan berat unit armor, tinggi
32
Respon Hidraulik dan Stabilitas Lapis Armor pada Desain…(Rian Mohammad Azhar, dkk)
diameter 0,034 – 0,049 m. Unit armor kubus dan pada seluruh pengujian semua tipe armor.
tetrapod dicetak dari campuran mortar dengan
Tes uji
komposisi tertentu sehingga dihasilkan berat jenis
yang mendekati karakteristik prototip di lapangan. 142 tes uji dilakukan dengan membangkitkan
Karakteristik tiga tipe model armor – meliputi ±1000 gelombang regular (71 tes) atau irregular
massa rerata, diameter nominal, berat jenis, dan spektrum JONSWAP (71 tes, =3,3). Tes didesain
porositas – ditampilkan di dalam Tabel 1. menggunakan asumsi perairan laut dalam dengan
kedalaman air bernilai konstan dari pembangkit
Tabel 1 Karakteristik material yang digunakan
gelombang hingga kaki struktur. Tes
dalam pengujian
dikelompokkan dalam beberapa seri berdasarkan
Tipe M50 Dn50 rr po variasi nilai kedalaman air, ds (cm) = 56,7 dan 65,7;
armor (g) (cm) (g/cm3) (-) kecuraman gelombang, sop = Hm0/gTp2 = 0,025,
Batu 196,61 4,24 2,51 0,427 0,035, dan 0,050, dengan Tp adalah periode puncak
Kubus 288,1 5,08 2,20 0,330 dan Hm0 adalah tinggi gelombang signifikan
Tetrapods 118,7 3,70 2,34 0,589 spektrum, Hm0 = 4(m0)1/2. Dalam setiap seri,
dilaksanakan 4 tes uji dengan peningkatan tinggi
Seluruh unit armor kemudian diberi pelapis gelombang, Hs secara progresif (Owen and Allsop,
warna dan disusun secara acak dalam dua lapis 1984) dalam langkah 2,9 cm pada rentang 7,3 <
(n=2, Gambar 4). Lapis armor teratas di sepanjang Hm0 (cm) < 24,9, dengan tetap menjaga nilai sop
permukaan tanggul diatur menggunakan warna- konstan. Model tidak dibangun kembali pada setiap
warna tertentu untuk memudahkan pengamatan akhir tes uji, melainkan pada akhir tiap seri.
run-up dan mengidentifikasi perpindahan unit
armor. Analisis refleksi
Sedangkan pada unit lapis armor bawah Saat uji berlangsung dua grup wave probes
diberikan warna putih untuk membedakan dengan (wp1–wp3 dan wp4–wp7) diaktifkan untuk
unit armor lapis atas. Pengaturan rentang warna mengukur elevasi air pada titik-titik lokasi berbeda
ini sedikit berbeda antar tipe armor satu dengan di depan tanggul. Susunan jarak antar probe pada
yang lainnya karena perbedaan dimensi unit (Dn) grup kedua diposisikan sehingga sesuai dengan
tidak memungkinkan perletakan dengan susunan kriteria yang diberikan oleh mansaard dan Funke
yang sama (Gambar 5). (1980) serta Zelt dan Skjelbreia (1993) untuk
melakukan pemisahan gelombang insiden dan
Sebagai lapis filter tanggul digunakan batu
gelombang refleksi. Dengan menggunakan
pecah berukuran Dn = 2 cm dengan ketebalan lapis
serangkaian wave probes tersebut data gelombang
4 cm. Bagian inti tanggul didesain impermeabel
dianalisis menggunakan program Analisis Refleksi
dan terbuat dari urugan pasir yang dibentuk
Gelombang (ANSSIG) yang dikembangkan oleh
dengan volume dan dimensi sesuai desain yang
Balai Litbang Pantai.
kemudian dilapisi mortar setebal 5 cm. Lapis filter
dan inti tanggul memiliki karakteristik yang sama
33
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol.10 No.1, Juni 2019: 29-42
(a)
(b)
(c)
Gambar 4 Penampang model tanggul laut tipe: (a) batu (b) kubus dan (c) tetrapods; dimensi dalam meter
LWL
Test RE_K_dL_10HS35
34
Respon Hidraulik dan Stabilitas Lapis Armor pada Desain…(Rian Mohammad Azhar, dkk)
Saluran gelombang tidak dilengkapi dengan adalah nilai maksimum yang terjadi di sepanjang
perangkat active wave absorber untuk memitigasi durasi pengujian.
multi-refleksi. Keterbatasan ini dikompensasi
Analisis kerusakan lapisan armor
melalui serangkaian langkah post processing
sebagai upaya kontrol kualitas data pada setiap tes Data kerusakan lapisan armor diambil setelah
uji. setiap tes uji selesai dilakukan. Beberapa gambar
digital diambil pada setiap akhir tes dari posisi
Disipasi energi gelombang
tegak lurus permukaan tanggul yang tetap.
Dengan asumsi tidak terjadi limpasan Perhitungan dilakukan pada awal dan akhir dari
(overtopping) selama tes uji berlangsung, adaptasi setiap tes. Perpindahan unit armor secara
dilakukan pada persamaan yang diberikan oleh kuantitatif dibedakan ke dalam dua jenis
Ahrens (1987). Dengan asumsi parameter muka air pergerakan; ekstraksi dan pergeseran. Unit
serta tinggi dan periode gelombang yang tetap terekstraksi didefinisikan sebagai unit yang telah
selama tes uji, dapat diterapkan hukum kekekalan berpindah lebih dari satu diameter nominal (>Dn)
energi (energi direpresentasikan oleh luasan kurva ke area warna yang berbeda dari penempatan
spektrum); bahwa jumlah energi gelombang selalu awal. Sedangkan unit bergeser didefinisikan
sama pada kondisi tersebut. Tanpa memasukkan sebagai unit yang titik beratnya telah keluar (>0,5
energi gelombang transmisi (ET = 0, Kt = 0), energi Dn) dari garis batas warna penempatan awalnya.
gelombang akan selalu memenuhi persamaan Pengamatan lapisan armor pada pengujian ini
berikut: dibatasi pada unit-unit lapis armor atas yang
EI = ER + ED berpindah searah dengan gelombang datang.
Kedua jenis pergerakkan ini diberikan bobot yang
1,0 = Kr2 + Kd2
sama dalam perhitungan kerusakan.
Dimana:
EI = energi gelombang datang, Pada kajian ini, kerusakan lapisan armor
ER = energi gelombang refleksi, didefinisikan berupa perpindahan, dalam
ED = energi gelombang yang terdisipasi, persentase dari total unit armor lapis atas, yang
Kr = koefisien refleksi, dan berada di dalam rentang SWL ± 1,5 Hs. Kuantifikasi
Kd = koefisien disipasi. kerusakan lapis armor menggunakan parameter
Nd. Nilai Nd diperoleh dari perbandingan antara
Run-up gelombang unit armor yang memenuhi kriteria pergeseran
Nilai run-up diperoleh melalui pengamatan dan ekstraksi dengan jumlah awal unit armor lapis
visual melalui video dokumentasi. Nilai run-up atas yang berada di dalam area observasi.
dikuantifikasi dengan cara menghitung jarak Analisis pada studi ini berfokus untuk
vertikal antara elevasi titik rayapan gelombang mengetahui perkembangan kerusakan armor yang
tertinggi dengan elevasi muka air tenang (still terbentuk dalam suatu badai progresif. Maka dari
water level, swl) pada tiap tes uji. Selisih antara itu, dalam analisis diambil nilai rerata dari spectral
kedua jarak tersebut yang kemudian dinotasikan moments dan kerusakan secara kumulatif dalam
sebagai Ru. Nilai Ru yang mewakili satu tes uji satu seri, bukan per individual tes uji.
35
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol.10 No.1, Juni 2019: 29-42
36
Respon Hidraulik dan Stabilitas Lapis Armor pada Desain…(Rian Mohammad Azhar, dkk)
0.10 0.10
0.05 0.05
0.00 ξ0.00
0 ξ0
0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7
Gambar 7 Koefisien refleksi vs parameter surf similarity pada tiga tipe armor
Kr
0.20
Batu
Tetrapods
0.12
0.08
0.04
0.00 ED
96% 97% 98% 99% 100%
Gambar 9 Grafik hubungan refleksi dan disipasi gelombang
37
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol.10 No.1, Juni 2019: 29-42
38
Respon Hidraulik dan Stabilitas Lapis Armor pada Desain…(Rian Mohammad Azhar, dkk)
Kubus Beton
0.300 0.300
Tetrapods
0.200 0.200
0.100 0.100
0.000 ξo0.000 ξo
0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4
Gambar 10 Run-up maksimum pada pengujian gelombang irregular dan gelombang regular
Kubus Beton
2.5
Tetrapods
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0 ξo
0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8
Gambar 11 Run-up maksimum relatif
Kerusakan Lapisan Armor dengan cepat, ditandai dengan garis curam yang
menghubungkan tes uji berurutan. Laju
Kerusakan lapis armor disajikan pada grafik
perkembangan kerusakan yang tinggi terutama
yang telah ditampilkan pada beberapa kondisi
ditemui pada step terakhir uji regular, dimana
hidraulik pengujian yang berbeda (Gambar 12).
beban gelombang yang dibangkitkan telah
Melalui grafik, diperlihatkan hubungan antara
melampaui kondisi desain.
angka stabilitas (Ns) terhadap persentase
kerusakan lapis armor kumulatif (Nd) dalam satu Kerusakan armor kubus beton meningkat
seri yang merepresentasikan simulasi dari badai dengan derajat yang lebih rendah, sedangkan
progresif. armor tetrapod menunjukkan stabilitas yang
sangat baik di sepanjang seri uji. Hasil ini
Lapis armor batu menghasilkan derajat
diperoleh mengingat formula desain unit kubus
kerusakan tertinggi hampir di setiap tes uji dan
dan tetrapods diperuntukkan pada kemiringan
dengan nilai yang signifikan pada akhir seri.
yang curam (1:1,5). Sebagian lagi dipengaruhi oleh
Melalui representasi badai progresif, ketiga
Ns ketiga tipe armor yang tidak setara karena
alternatif lapis armor menunjukkan kerusakan
perbedaan sifat karakteristik dari masing-masing
dengan laju perkembangan bervariasi. Kerusakan
armor. Angka stabilitas unit tetrapods yang tinggi
armor batu pada tes uji yang berurutan meningkat
disebabkan oleh material dengan massa jenis
39
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol.10 No.1, Juni 2019: 29-42
tinggi, yang menyebabkan unit tetrapods dapat Terkait pengaruh dari elevasi muka air, uji
mencapai berat yang diperlukan dengan dimensi pada muka air tinggi menghasilkan derajat
yang kecil, sehingga lebih stabil dalam menghadapi kerusakan yang lebih rendah dibandingkan
kondisi beban gelombang serupa dibandingkan pengujian muka air rendah. Perbedaan
kedua tipe armor lainnya. dimungkinkan oleh pengaruh berm yang
meningkat ketika muka air berada lebih dekat
Pada kajian ini, pengujian gelombang regular
dengan elevasi berm. Peranan berm menjadi lebih
menghasilkan persentase kerusakan final yang
dominan pada kemiringan rerata permukaan
cenderung lebih tinggi dibandingkan gelombang
tanggul pada pengujian dengan muka air tinggi.
irregular. Namun dalam satu rangkaian seri,
Pada muka air rendah, berm tidak terlalu
gelombang irregular merusak dengan lebih besar
signifikan dalam mempengaruhi gaya gelombang
pada tiap tahapannya, meskipun parameter
datang. Pengaruh ini lebih jelas dipelihatkan
gelombang yang dibangkitkan lebih rendah
melalui tes gelombang regular. Secara
dibandingkan gelombang regular. Durasi yang
keseluruhan, kerusakan terbesar lapis armor
lebih lama pada seri uji regular tidak mengubah
terbentuk di sekitar swl yang didominasi pada
serangan gelombang pada struktur. Sedangkan
rentang area terjadinya run-down gelombang.
pada uji gelombang irregular, durasi badai yang
Kondisi ini serupa dengan pengamatan Dijkstra
lebih panjang memperbesar peluang terjadinya
(2008), dimana kerusakan pada area tersebut
gelombang-gelombang ekstrem yang tinggi.
disebabkan tubrukan antara gaya seret arus balik
Kondisi tersebut secara berkelanjutan
gelombang yang bertemu dengan gelombang
memungkinkan area kerusakan yang lebih meluas
insiden dominan.
dengan derajat kerusakan yang lebih besar
dibandingkan gelombang regular.
25.0% Batu
4.0%
Kubus Batu
20.0%
Kubus
3.0%
15.0% Tetrapods
2.0%
10.0%
1.0%
5.0%
0.0% Ns 0.0% Ns
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0
(a) Muka air tinggi, ds = 0,567 m (b) Muka air rendah, ds = 0,657 m
5.0% 5.0%
Batu
Batu
4.0% 4.0% Kubus
Kubus Tetrapods
3.0% 3.0%
2.0% 2.0%
1.0% 1.0%
0.0% Ns 0.0% Ns
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5
(c) Muka air tinggi, ds = 0,567 m (d) Muka air rendah, ds = 0,657 m
Gambar 12 Perpindahan armor pada gelombang regular (a dan b) dan irregular (c dan d)
40
Respon Hidraulik dan Stabilitas Lapis Armor pada Desain…(Rian Mohammad Azhar, dkk)
41
Jurnal Teknik Hidraulik, Vol.10 No.1, Juni 2019: 29-42
Losada, I. J., Lara, J. L., Guanche, R., & Gonzalez- Van der Meer, J. W. (1988). Deterministic and
Ondina, J. M. (2008). Numerical analysis of wave probabilistic design of breakwater armor layers.
overtopping of rubble mound breakwaters. Journal of Waterway, Port, Coastal, and Ocean
Coastal engineering, 55(1), 47-62. Engineering, 114(1), 66-80.
Mansaard, E. P., & Funke, E. R. (1980). The Van der Meer, J. W. (2002). Technical report wave
measurement of incident and reflected spectra run-up and wave overtopping at dikes. TAW
using a least squares method. In Coastal report (incorporated in the EurOtop manual).
Engineering 1980 (pp. 154-172). Van Gent, M.R. (2013). Rock stability of rubble mound
Shore Protection Manual. (1984). US Army Engineer breakwaters with a berm. Coastal Engineering,
Waterways Experiment Station. US Government 78, pp.35-45.
Printing Office, Washington, DC, 2. Van Gent, M., Smith, G.M., & van der Werf, I. (2012).
National Capital Integrated Coastal Development Stability Of Rubble Mound Breakwaters with a
Project Management Unit. (2017). Some Berm. Coastal Engineering Proceedings, 1(33),
considerations on NCICD Jakarta sea dike. p.10.
Presentasi dipaparkan pada Workshop Outer Via, L., Pullen, T., Stewart, T., & Allsop, W. (2013).
Sea Dike 12 Desember 2017, Jakarta, Indonesia. Damage to Rubble Mound Breakwaters –
National Capital Integrated Coastal Development Extracting Design Guidance from ‘Old’ Test
Project Management Unit. (2018). National Data. ICE Publishing, 140–148.
Capital Integrated Coastal Development: https://doi.org/doi: 10.1680/fsts.59757.0140.
Proteksi, Konservasi, Integrasi, dan Revitalisasi. Zanuttigh, B., & Van der Meer, J.W. (2006). Wave
Presentasi dipaparkan pada workshop 18 April reflection from coastal structures. Proc. ICCE,
2018, Jakarta, Indonesia. vol. 5, 4337-4349.
Owen, M. W., & Allsop, N. W. H. (1984). 6 Hydraulic Zanuttigh, B., Van der Meer, J.W., Andersen, T.L.,
modelling of rubble mound breakwaters. In Lara, J.L., & Losada, I.J. (2008) Analysis of Wave
Breakwaters Design & Construction (pp. 71-78). Reflection from Structures with Berms Through
Thomas Telford Publishing. an Extensive Database and 2DV Numerical
Rajendra, K., Balaji, R., & Mukul, P. (2017). Review of Modelling. Proc. Coastal Eng (2008): 3285-
Indian research on innovative breakwaters. 3297.
Rao, S., Pramod, C., & Rao, B. (2004). Stability of berm Zanuttigh, B., Van der Meer, J.W., Andersen, T.L.,
breakwater with reduced armor stone weight. Lara, J.L., & Losada, I.J. (2009). To the Surf
Ocean Engineering, 31(11-12), pp.1577-1589. Similarity Parameter. 1–14.
Rock Manual. (2007). The use of rock in hydraulic Zelt, J. A., & Skjelbreia, J. E. (1993). Estimating
engineering (2nd edition). C683, CIRIA, London incident and reflected wave fields using an
Sigurdarson, S., Viggoson, G., Tørum, A., & Smarason, arbitrary number of wave gauges. In Coastal
O.B. (2001). Stable berm breakwaters. Engineering 1992 (pp. 777-789).
International Workshop on Advanced Design of
Maritime Structures in the 21st Century. 5 – 7
March 2001, Yokosuka, Japan.
42