Professional Documents
Culture Documents
Tulisan Wayan Sunarsa
Tulisan Wayan Sunarsa
Tulisan Wayan Sunarsa
I WAYAN SUNARSA
Dosen Akomodasi SPB-STPBI Denpasar
Job satisfaction is the attitude and feeling of someone towards his job. When an
employee feels job satisfaction, he will be well motivated and productive. The Balinese
workforces who work on board the cruise ships need a job satisfaction guarantee.
This study aims at; (1) identifying factors that determine job satisfaction of
Balinese workforces who work on board the cruise ships, (2) identifying the difference of
job satisfaction between those who earns from tipping system and non-tipping system,
and between those who have been marriage and single marital status. The factors that
were investigated were job condition factor that consists of six variables; compensation
factor that consists of six variables; supervision factor that consists of four variables;
opportunity for achievement, recognitions, responsibility and challenging’s job factors
that consists of three variables.
The study was conducted at PT Cemerlang Tunggal Inti Karsa (CTI) Bali branch
that is located on Tukad Jinah Street 2X Renon Denpasar Bali. The research made use
non-probability sampling technique and used 230 respondents that were purposively
selected. Questionnaires were used to collect the data, and then it was analyzed by using
software tool analysis, SPSS ver. 13.
Validity and reliability of instrument analysis revealed that the KMO value for all
variables were above 0.05 with significance value 0.000. These values can be interpreted
that the instrument used were valid and reliable.
The findings of the study were; firstly the factors that determine the job
satisfaction of Balinese workforces who worked on board the cruise ship were the
opportunity for achievement factor with variance value 79.53; recognition factor with
variance value 79.13; challenging’s job factor with variance value 74.57; supervision
factor with variance value 70.32; responsibility factor with variance value 67.32,
compensation factor with variance value 64.73; and job condition factor with variance
value 61.74. Secondly, there were significant differences between those who earns from
tipping system and non-tipping system, and there were not significant differences
between those who have been marriage and single marital status.
Latar Belakang
Tidak dapat dipungkiri bahwa pariwisata mempunyai keunggulan, di mana dalam
suasana perdagangan komoditas sektor-sektor lain mengalami kelesuan, ternyata sektor
pariwisata tetap mempunyai tren meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah orang
yang melakukan perjalanan wisata. Pada tahun 1990 jumlah wisatawan dilaporkan
sebanyak 457.300.000 orang, dan meningkat menjadi 698.800.000 orang pada tahun
2000 (WTO, 2001). Pitana (2005) menyebutkan, jumlah wisatawan internasional
senantiasa meningkat secara berlanjut. Data menunjukkan bahwa jumlah wisatawan
internasional meningkat dari sekitar 25 juta orang pada tahun 1950 menjadi 476 juta pada
tahun 1992, dan pada tahun 2000 angka ini mencapai 698,8 juta orang. Jumlah wisatawan
internasional selalu mengalami peningkatan sampai penghujung milenium dengan
peningkatan tertinggi terjadi tahun 2000 yaitu sebesar 9,7 persen. Meskipun memasuki
milenium ketiga dunia diguncang berbagai bencana seperti tragedi WTC 11 September
2001, Tragedi Bom Bali 12 Oktober 2002, Wabah Sars, Perang Irak-Amerika dan Wabah
Flu Burung, tingkat penurunan jumlah wisatawan tidak terlalu besar, yaitu hanya sebesar
0,5 persen tahun 2001, kemudian naik 2,7 persen tahun 2002.
Dengan meningkatnya jumlah orang yang melakukan perjalanan menjadi peluang
yang semakin besar dari industri pariwisata. Industri pariwisata merupakan rangkuman
dari berbagai macam bidang usaha, yang secara bersama-sama menghasilkan produk-
produk maupun jasa-jasa (layanan-layanan) atau service, yang nantinya, baik secara
langsung maupun tidak langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan selama perjalanannya
(Darmarjadi dalam Yoeti, 2001).
Salah satu jenis industri pariwisata yang sedang naik daun dewasa ini adalah
industri kapal pesiar atau perusahaan kapal pesiar. Dalam dekade terakhir, industri kapal
pesiar merupakan salah satu industri sektor pariwisata yang mengalami pertumbuhan
yang paling cepat, diperkirakan pertumbuhannya rata-rata 10 persen setiap tahun
(Kronberg, 2003 dalam web http://www.diplom.de/db_netskill/
diplomarbeiten4045.html.Donald (1997) menyebutkan perusahaan kapal pesiar di dunia
khususnya di Amerika Utara mengalami pertumbuhan yang mengagumkan sejak
diperkenalkannya terbang /berlayar (fly/cruise) di tahun 1971, ketika sekitar setengah juta
penumpang naik kapal-kapal pesiar. Angka itu dalam tahun 1992 mencapai 4,4 juta, yang
membuat bisnis kapal pesiar tumbuh paling cepat dalam bisnis kepariwisataan.
Pembelanjaan total dunia untuk naik kapal pesiar dalam tahun 1991 adalah sekitar $54
miliar dalam bentuk upah dan $6,3 miliar dalam penerimaan pajak selama tahun 1992.
Amerika adalah pusat bisnis kapal pesiar dengan pangsa pasar dari berlayar dengan
menggunakan kapal pesiar dari pelabuhan Florida dan California.
Salah satu dampak dari perkembangan industri kapal pesiar adalah tersedianya
lapangan pekerjaan. Cruise Industry News (CIN) edisi September 2007 menyebutkan
prospek pemenuhan tenaga kerja kapal pesiar akan terus berkembang. Disebutkan pula
dalam kurun lima tahun ke depan akan ada penambahan sekitar 40 kapal pesiar baru yang
sebagian diantaranya tengah dalam proses pengerjaan. Dengan penambahan tersebut
setidaknya dibutuhkan 50 ribu tenaga kerja baru yang berasal dari seluruh dunia,
termasuk Indonesia. Bali Post (23 Maret 2008) menyebutkan bahwa peluang untuk
bekerja di kapal pesiar sangat terbuka karena perusahaan menganggap tenaga kerja asing
bayarannya lebih murah serta memiliki mutu yang bisa diandalkan.
Indonesia, khususnya Bali adalah salah satu penyumbang tenaga kerja yang
sangat besar di kapal pesiar selain Philipina. Bali Post (18 Mei 2007) menyebutkan sejak
berdiri 12 tahun lalu, CTI Group Worldwide Services Inc, Florida AS telah menyalurkan
sekitar 10.000 tenaga kerja Indonesia. Dari jumlah tersebut sebagian besar berasal dari
Bali. Dalam penilaian CEO CTI Mr. Mob Upchurch, pekerja asal Bali terkenal jujur,
santun, disiplin, pekerja keras dan mempunyai etos kerja yang tinggi. Sebagian besar
mereka bekerja pada posisi laundry attendant, cleaner, cabin steward, assistant cabin,
main galley, cook, waiter/waitress, dan bartender.
Bagi perusahaan seperti perusahaan kapal pesiar, tenaga kerja atau sumber daya
manusia merupakan elemen utama dibandingkan dengan elemen lain seperti modal,
teknologi dan uang, sebab manusialah yang mengendalikan elemen-elemen yang lain.
Manusia memilih teknologi, manusia yang mencari modal, dan manusia yang
menggunakan dan memeliharanya. Selain itu, manusia juga dapat menjadi salah satu
sumber keunggulan bersaing yang langgeng. Dengan demikian pengelolaan sumber daya
manusia dalam perusahaan menjadi suatu hal yang sangat penting.
Kepuasan kerja merupakan salah satu elemen yang cukup penting dalam
perusahaan. Hal ini disebabkan kepuasan kerja dapat memepengaruhi perilaku kerja
seperti malas, rajin, proaktif, dan lain-lain, atau mempunyai hubungan dengan beberapa
jenis perilaku yang sangat penting dalam perusahaan. Kepuasan kerja seseorang
dipengaruhi oleh banyak faktor, tidak hanya gaji, tetapi terkait dengan pekerjaan itu
sendiri, dengan faktor lain seperti hubungan dengan atasan, rekan kerja, promosi,
lingkungan kerja (lingkungan fisik dan psikologis) dan aturan-aturan (Hariandja, 2002).
Menurut Mathis dan Jackson (2001), kepuasan kerja adalah keadaan emosi yang
positif dari mengevaluasi pengalaman kerja seseorang. Ketidakpuasan kerja muncul saat
harapan-harapan itu tidak terpenuhi. Kepuasan kerja mempunyai banyak dimensi,
diantaranya kepuasan dalam pekerjaan itu sendiri, gaji, pengakuan, hubungan antara
supervisor dengan tenaga kerja dan kesempatan untuk maju. Selanjutnya Watson (dalam
Tohardi, 2002) menyebutkan gaji yang cukup tinggi belum tentu menjamin adanya
kepuasan kerja. Jadi gaji atau upah bukanlah satu-satu faktor yang dapat menimbulkan
kepuasan kerja. Robbin (2003) menyebutkan, ketidak puasan karyawan dapat dinyatakan
dengan sejumlah cara, misalnya dari pada berhenti, karyawan dapat mengeluh, tidak
patuh, mencuri milik organisasi, atau mengelakkan dari sebagian dari tanggung jawab
kerja mereka. Jadi banyak hal yang dapat menjadi penyebab ketidakpuasan kerja
karyawan dan banyak pertanda yang ditampilkan seperti keluh kesah, tidak patuh,
kegelisahan, menghindar dari tanggung jawab pekerjaan dan tingginya tingkat absensi.
Bila hal ini tidak segera direspon oleh pimpinan maka akan berdampak kepada
menurunnya produktivitas kerja karyawan.
Perusahaan Kapal Pesiar dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam
memberikan pelayanan terhadap wisatawan, maka peranan tenaga kerja sangat
menentukan dan membutuhkan adanya jaminan kepuasan kerja. Pimpinan harus
mewaspadai apabila menjumpai pertanda turunnya semangat dan kegairahan kerja
karyawan yang pada intinya menjadi gejala ketidakpuasan kerja karyawan.
Dibalik tingginya animo tenaga kerja Bali yang ingin bekerja di kapal pesiar ada
indikasi dari beberapa pekerja yang merasakan ketidakpuasan yang diperoleh selama
beberapa tahun bekerja. Hal itu ditunjukkan dengan berbagai macam cara seperti berhenti
bekerja di kapal pesiar atau tidak memperpanjang kontrak lagi (non repeater). Ada juga
dengan cara memendam dalam hati kerena takut dipecat dengan pertimbangan di Bali
dewasa ini sangat sulit mendapatkan pekerjaan. Alasan tersebut membuat mereka masih
tetap bertahan untuk bekerja kembali di kapal pesiar sebagai repeater worker. Dilain
pihak tenaga kerja Bali dikenal tidak proaktif atau pasif walaupun apa yang diperoleh
berbeda dengan apa yang diharapkannya.
Indikasi lain yang dapat mempengaruhi kepuasan karyawan adalah sistem
pendapatan yang diberlakukan perusahaan. Sistem pendapatan karyawan di kapal pesiar
umumnya dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu dengan tipping system dan non
tipping system. Karyawan yang berpendapatan dari tipping system adalah karyawan yang
memperoleh penghasilan dari tip yang diberikan oleh tamu atas jasa pelayanan yang
diberikan. Posisi yang termasuk dalam kelompok ini antara lain: waiter/waitress, cabin
steward, assistent cabin steward dan bartener. Sedangkan karyawan yang berpendapatan
dari non tipping system adalah karyawan yang menerima atau memperoleh penghasilan
dari perusahaan. Posisi yang termasuk kelompok ini antara lain :laundry attendant,
utility, main galley, linen runner, pool attendant dan cook.
Selain sistem pendapatan, status perkawinan juga bisa perpeluang sebagai pemicu
kepuasan karyawan. Tenaga kerja Bali yang bekerja dikapal pesiar ada yang berstatus
menikah dan ada yang berstatus belum menikah. Kalau mengacu pada aturan kerja di
Bali, karyawan yang sudah menikah akan mendapat penghasilan tambahan di luar gaji
pokok berupa tunjangan istri dan tunjangan anak. Kondisi ini sangat berbeda dengan
kondisi di kapal pesiar dimana perusahaan kapal pesiar memberi perlakuan yang sama
terhadap karyawan yang sudah menikah dan belum menikah, tidak ada tunjangan istri
maupun tunjangan anak.
Dari fenomena tersebut di atas, maka perlu dilakukan kajian terhadap kepuasan
kerja tenaga kerja Bali di kapal pesiar karena selama ini belum pernah dilakukan. Kajian
ini sangat penting karena akan dapat memberikan gambaran terhadap masyarakat
khususnya bagi yang ingin berkarir di kapal pesiar. Karena selama ini ada anggapan
bahwa bekerja di kapal pesiar akan mendapatkan penghasilan atau gaji yang sangat besar
tanpa pernah mengetahui, bagaimana sebenarnya kepuasan kerja mereka di sana, terkait
kondisi kerja serta tanggung jawab yang dibebankan perusahaan. Penelitian ini akan
mengadopsi pemikiran Frederick Herzberg yang menyebutkan ada 7 faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu : kondisi kerja, kompensasi, pengawasan
(supervisi), kesempatan berprestasi, pengakuan, tanggung jawab, dan pekerjaan yang
lebih menantang.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian faktor-faktor penentu kepuasan kerja Tenaga Kerja Bali yang
bekerja di kapal pesiar adalah:
1. Untuk mengetahui faktor-faktor penentu kepuasan kerja Tenaga Kerja Bali yang
bekerja di kapal pesiar
2. Untuk mengetahui perbedaan kepuasan kerja Tenaga Kerja Bali yang berpendapatan
dari tipping system dengan non tipping system dan yang berstatus menikah dengan
belum menikah yang bekerja di kapal pesiar.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara akademis maupun
praktis, sebagai berikut:
1. Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan pemikiran
terhadap kepuasan kerja tenaga kerja Bali yang bekerja di industri pariwisata
khususnya kapal pesiar dan bahkan dapat dijadikan referensi dalam penelitian serupa
berikutnya, terutama yang berkaitan dengan kepuasan kerja di kapal pesiar.
2. Secara praktis adalah bagi kalangan pemerintah, masyarakat dan pelaku pariwisata,
penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan atau acuan dalam mengambil atau
menentukan kebijakan terhadap pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) Bali
khususnya yang ingin berkarir di kapal pesiar
Lokasi Penelitian
Penelitian mengambil lokasi di kantor PT. Cemerlang Tunggal Inti Karsa (CTI)
Cabang Bali yang beralamat Jalan Tukad Jinah 2X Renon Denpasar Bali.
Jenis data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka, seperti: umur
responden, pendapatan responden, dan masa kerja responden, dll. Sedangkan data
kualitatif yaitu data berupa informasi atau keterangan verbal yang berhubungan dengan
masalah diteliti yang dapat diangkakan dengan menggunakan skor, seperti : hubungan
antar karyawan, hubungan antara karyawan dengan atasan, sarana dan prasarana kerja,
jenis kelamin, jenis pekerjaan dan sebagainya
Sumber Data
Sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang
diperoleh atau dikumpulkan secara langsung dari sumber pertama, dicatat untuk pertama
kalinya dan hasilnya digunakan langsung untuk memecahkan permasalahan penelitian.
Dalam penelitian ini sumber data primer adalah responden yang mengisi angket yang
diambil secara purposive di kantor PT. Cemerlang Tunggal Inti Karsa (CTI) cabang Bali.
Di pihak lain data sekunder adalah data yang diperoleh bukan dari hasil pengumpulan
data dan pengolahan sendiri melainkan dilakukan oleh orang lain atau oleh lembaga
tertentu. Sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu: BPS Propinsi Bali, Dinas
Tenaga Kerja (Disnaker) Propinsi Bali, PT. Cemerlang Tunggal Inti Karsa cabang Bali,
dan instansi lain yang terkait dengan penelitian ini.
Instrumen Penelitian
Variabel atau indikator diukur secara ordinal dengan menggunakan skala Likert.
Skala ini digunakan untuk mengukur sikap dari jenjang yang paling positif ke jenjang
yang paling negatif, (Kusmayadi dan Sugiarto,2000). Dalam kaitan dengan penelitian
faktor-faktor penentu kepuasan kerja Tenaga Kerja Bali di kapal pesiar, responden harus
mengekspresikan pandangannya dengan memilih salah satu dari lima alternatif jawaban
yang disediakan, yaitu:
a. Jawaban sangat puas diberi bobot 5
b. Jawaban puas diberi bobot 4
c. Jawaban cukup puas diberi bobot 3
d. Jawaban tidak puas diberi bobot 2
e. Jawaban sangat tidak puas diberi bobot 1
Analisis Faktor
Untuk mengidentifikasi faktor penentu kepuasan kerja bagi Tenaga Kerja Bali di
kapal pesiar dipakai pendekatan analisis faktor. Langkah-langkah yang ditempuh adalah
sebagai berikut:
a. Merumuskan Masalah
Analisis faktor yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis faktor
konfirmatori, dimana dimensi kepuasan tenaga kerja Bali yang bekerja di kapal pesiar
dibuat dalam variabel X101 sampai dengan X703. Dengan telah ditetapkannya tujuh
common faktor (F1....F7) menghasilkan beberapa hasil uji konfirmasi. Melalui analisis
faktor akan dapat diketahui faktor dan variabel penentu kepuasan kerja tenaga kerja Bali
yang bekerja di kapal pesiar.
Tabel 2
Hasil Uji Ketepatan Model KMO dan Bartlett’S Test
NO FAKTOR KMO UJI BARTLETT
1 Kondisi Kerja 0,862 647,859
2 Kompensasi 0,693 399,142
3 Pengawasan 0,797 416,397
4 Kesempatan Berprestasi 0,731 345,999
5 Pengakuan 0,715 346,181
6 Tanggung Jawab 0,679 176,829
7 Pekerjaan yang lebih menantang 0,683 276,788
Catatan : Data di olah dari hasil analisis faktor
Hasil uji KMO yang dilakukan terhadap masing-masing variabel mendapatkan
hasil uji dimana variabel-variabel pada semua faktor memiliki KMO lebih besar dari 0,05
dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Dengan demikian dapat menggambarkan bahwa
seluruh faktor dalam penelitian ini memiliki ketepatan model terhadap analisis yang
digunakan, artinya bahwa masing-masing faktor memberi pengaruh terhadap kepuasan
kerja bagi Tenaga Kerja Bali yang bekerja di kapal pesiar.
Tabel. 3
Nilai Eigenvalue, Variance, Komponen Matrik, Komunalitas
Faktor Variabel Eigen % of Komp. Komu
Value Variance Matrik nalitas
Kondisi Kerja 1.Hubungan interaksi antar teman sekerja (X101) 3, 704 61,727 0,775 0,601
(F1) 2.Hubungan kerja dengan atasan langsung (X102) 0,659 10,979 0,809 0,655
3.Fasilitas kerja (X103) 0,590 9,831 0,716 0,513
4.Jaminan keamanan dan keselamatan kerja (X104) 0,445 7,422 0,767 0,588
5.Jumlah jam kerja (X105) 0,343 5,723 0,784 0.615
6.Beban kerja (X106) 0,259 4,317 0,855 0,732
Kompensasi 1.Gaji (X201) 2,700 44,999 0,758 0,850
(F2) 2.Kenaikan gaji secara berkala (X202) 1,185 19,745 0,757 0,800
3.Bonus (X203) 0,874 14,569 0,449 0,394
4.Insentif (X204) 0,532 8,860 0,791 0,626
5.Biaya tiket (X205) 0,458 7,639 0,447 0,585
6.Fasilitas yang diperoleh (X206) 0,251 4,189 0,706 0,630
Pengawasan 1.Sikap atasan terhadap bawahan (X301) 2,813 70,324 0,848 0,719
(F3) 2.Intruksi atasan terhadap bawahan (X302) 0,514 12,862 0,870 0,757
3.Tuntutan atasan terhadap bawahan (X303) 0,390 9,744 0,791 0,625
4.Penilaian atasan terhadap bawahan (X304) 0,283 7,069 0,844 0,712
Kesempatan 1.Jenjang karier (X401) 2,386 79,530 0,892 0,795
Berprestasi 2.Kesempatan untuk mengikuti pelatihan (X402) 0,361 12,030 0,912 0,831
(F4) 3.Pendidikan dan keterampilan (X403) 0,253 8,441 0,872 0,760
Pengakuan 1.Kesempatan menduduki jabatan (X501) 2,374 79,133 0,881 0,777
(F5) 2.Penghargaan terhadap prestasi kerja (X502) 0,392 13,058 0,921 0,848
3.Penghargaan terhadap pendidikan (X503) 0,234 7,809 0,866 0,749
Tanggung 1.Kesempatan untuk melakukan tugas (X601) 2,036 67,870 0,827 0,684
Jawab 2.Kesempatan ikut membuat keputusan (X602) 0,564 18,810 0,859 0,738
(F6) 3.Menyelesaikan tugas tepat waktu (X603) 0,400 13,320 0,783 0,613
Pekerjaan 1.Variasi pekerjaan (X701) 2,237 74,570 0,864 0,747
yang lebih 2.Prospek masa depan pekerjaan (X702) 0,497 16,564 0,908 0,825
Menantang 3.Tugas tambahan (X703) 0,266 8,866 0,815 0,665
(F7)
Catatan: Data dolah dari hasil analisis faktor
Analisis komunalitas faktor kondisi kerja (F1) menunjukkan, bahwa dari enam
variabel yang diobservasi menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai
komunalitas di atas 0,5 yang berarti bahwa keenam variabel memiliki korelasi yang
cukup kuat terhadap faktor F1. Ini mencerminkan bahwa kepuasan kerja Tenaga Kerja
Bali di kapal pesiar memang benar ditentukan oleh keenam variabel yang membentuk F1.
Namun ada satu variabel yang perlu mendapat perhatian yaitu variabel beban kerja
(X106), karena memiliki nilai komunalitas tertinggi. Fakta dilapangan menunjukkan
bahwa para pekerja umumnya bekerja lebih dari 14 jam per hari, ini sangat kontras
dengan kontrak kerja yang disepakati yang menetapkan jam kerja per hari adalah 10 jam.
Kondisi ini pernah diperkarakan oleh pekerja dari Chili yang akhirnya perusahan
mengalami kekalahan dan mendapatkan denda dari pemerintah. Hasil pengecekan silang
dari data frekuensi juga menunjukkan bahwa responden yang menunjukkan rasa tidak
puas cukup besar yaitu 58 orang (25,22 persen)
Analisis komunalitas faktor kompensasi (F2) menunjukkan bahwa dari enam
variabel menunjukkan bahwa lima variabel memiliki nilai komunalitas di atas 0,5 dan
satu variabel memiliki nilai komunalitas 0,394. Variabel yang terkuat memberi penaruh
adalah variabel gaji (X201), seperti dijelaskan sebelumnya bahwa pendapatan karyawan
ada yang berasal dari tipping system dan non tipping system. Keluhan terutama banyak
datang dari posisi non tipping system seperti laundry attendant, cook, uttility dan main
galley. Rata-rata gaji yang mereka terima perbulan jauh lebih kecil dari gaji yang
diterima dari tipping system. Seperti yang dinyatakan salah satu responden yang
berprofesi sebagai cook bahwa gaji satu bulan dari seorang waiter sama dengan tiga kali
gaji seorang cook. Fakta tersebut juga diperkuat oleh data frekuensi responden bahwa
16,52 persen responden menyatakan tidak puas dan 13,48 persen menyatakan sangat
tidak puas terhadap gaji yang mereka terima. Kondisi ini perlu dievaluasi oleh
perusahaan agar gaji yang diterima dari kedua kelompok tersebut tidak terjadi
ketimpangan yang terlalu jauh, misalnya dengan menaikan gaji pokok, menambah uang
bonus maupun uang insentif terutama untuk posisi non tipping system.
Analisis komunalitas faktor pengawasan (F3) menunjukkan bahwa dari empat
variabel yang ada semuanya memiliki nilai komunalitas di atas 0,5 yang berarti bahwa
keempat variabel memiliki korelasi yang cukup kuat terhadap faktor F1. Sekaligus
mencerminkan kepuasan kerja Tenaga Kerja Bali di kapal pesiar memang benar
ditentukan oleh keempat variabel tersebut. Data frekuensi menunjukkan bahwa 28,70
persen responden (66 responden) menyatakan tidak puas terhadap sikap yang ditunjukkan
atasan. Sikap atasan yang menjadi masalah pada umumnya adalah sikap tidak mau
membantu pada saat jam kerja tinggi, seperti misalnya petugas cabin stuward meminta
bantuan untuk mengambil towel di pantry, atau meminta bantuan saat tamu memesan
sesuatu (guest request). Ini berarti bahwa atasan (supervisor) mempunyai karakter yang
sangat berbeda dengan pekerja Bali karena pekerja dari Bali yang berperan sebagai
supervisor umumnya sangat toleran untuk membantu bawahan.
Analisis komunalitas faktor kesempatan berprestas (F4) menunjukkan bahwa dari
tiga variabel yang ada semuanya memiliki nilai komunalitas di atias 0,5 yang berarti
bahwa keempat variabel memiliki korelasi yang cukup kuat terhadap faktor F1. Variabel
kesempatan untuk mengikuti pelatihan (X402) memiliki nilai koefisien korelasi sebesar
0,912 lebih besar dari 0,5 yang berarti memiliki hubungan korelasi yang sangat kuat
dengan faktor terbentuk F4. Ini mempunyai makna bahwa variabel tersebut memang
benar sebagai penentu kepuasan kerja Tenaga Kerja Bali di kapal pesiar. Hal tersebut
sangat wajar karena perusahaan penyediakan berbagai macam pelatihan untuk dalam
rangka meningkatkan keterampilan dan profesinalisme karyawan. Pelatihan yang tersedia
umumnya dapat dimanfaatkan oleh karyawan pada saat diluar jam pekerjaan. Pelatihan
tersebut antara lain English course, komputer, internet dan bidang manajemen. Akan
tetapi kesempatan ini sering tidak dapat diikuti karena kondisi para pekerja yang sudah
sangat lelah sehabis bekerja.
Analisis komunalitas faktor kesempatan berprestas (F5) menunjukkan bahwa dari
tiga variabel yang ada semuanya memiliki nilai komunalitas di atias 0,5 yang berarti
bahwa keempat variabel memiliki korelasi yang cukup kuat terhadap faktor F1. Variabel
penghargaan terhadap prestasi kerja (X502) memiliki nilai koefisien korelasi terbesar
yaitu 0,921. Ini mempunyai makna bahwa variabel tersebut memang benar sebagai
penentu kepuasan kerja Tenaga Kerja Bali di kapal pesiar. Hal tersebut sangat beralasan
karena manajemen perusahaan sangat menghargai prestasi kerja karyawan. Karyawan
yang berprestasi seperti employee of the month, employee of the year, atau the best
employee akan diberikan penghargaan berupa sertifikat, uang insentif serta kesempatan
yang lebih besar untuk promosi jabatan. Disamping itu juga diberikan kesempatan untuk
makan malam (gala dinner) bersama captain sebagai salah satu bentuk penghargaan.
Analisis komunalitas faktor kesempatan berprestas (F6) menunjukkan bahwa dari
tiga variabel yang ada semuanya memiliki nilai komunalitas di atias 0,5 yang berarti
bahwa keempat variabel memiliki korelasi yang cukup kuat terhadap faktor F1. Variabel
kesempatan ikut membuat keputusan (X602) memiliki nilai koefisien korelasi terbesar
yaitu 0,859 Ini mempunyai makna bahwa variabel tersebut memang benar sebagai
penentu kepuasan kerja Tenaga Kerja Bali di kapal pesiar. Data frekuensi responden
menunjukkan bahwa 9,13 persen responden menyatakan sangat puas; 26,52 persen puas;
34,78 persen cukup puas; 25,65 tidak puas dan 3,91 persen sangat tidak puas. Ini berarti
bahwa pembuatan suatu keputusan terutama yang terkait langsung dengan karyawan
harus lebih mempertimbangkan keterlibatan karyawan, agar nanti keputusan yang
ditetapkan bisa menguntungkan bagi kedua belah pihak baik manajemen maupun
karyawan.
Analisis komunalitas faktor kesempatan berprestas (F7) menunjukkan bahwa dari
tiga variabel yang ada semuanya memiliki nilai komunalitas di atias 0,5 yang berarti
bahwa keempat variabel memiliki korelasi yang cukup kuat terhadap faktor F1. Variabel
tugas tambahan (X703) memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,665. Variabel ini perlu
diperhatikan karena data frekuensi responden menunjukkan bahwa 14,78 persen
responden menyatakan sangat puas; 24,35 puas; 34,78 cukup puas; 23,04 tidak puas dan
3,04 persen sangat tidak puas terhadap tugas tambahan yang dikerjakan. Ini berarti bahwa
tugas tambahan adalah beban tambahan bagi karyawan, kalau karyawan tersebut
menyadari bahwa hal tersebut merupakan kewajiban, tidak masalah baginya, sedangkan
kalau karyawan yang mempunyai posisi kerja yang tidak menyenangkan hal tersebut
akan menambah stress. Dalam hal ini perusahaan harus memberikan batasan yang wajar
terhadap pemberian tugas tambahan agar karyawan tidak terlalu terbebani.
Analisis Diskriminan
Untuk mengetahui perbedaan kepuasan kerja bagi Tenaga Kerja Bali di kapal
pesiar digunakan analisis diskriminan. Ada dua analisis diskriminan yang dilakukan
yaitu: pertama, membedakan kepuasan kerja antara Tenaga Kerja Bali yang
berpendapatan dari tipping system dengan non tipping system, masing-masing diberi
kode nol (D=0) dan satu (D=1). Kedua, membedakan kepuasan kerja antara Tenaga Kerja
Bali yang berstatus menikah dengan yang belum menikah, masing-masing diberi kode
nol (D= 0) dan satu (D=1).
Hasil analisis diskriminan pertama diperoleh nilai Wilks’ Lambda sebesar 0,591,
angka Chi-square sebesar 112,683 dan tingkat signifikan sebesar 0,00 (di bawah 0,05)
seperti disajikan pada Tabel 4. Nilai tersebut menunjukkan adanya perbedaan sangat
nyata antara kepuasan kerja antara Tenaga Kerja Bali yang pendapatannya berasal dari
tipping system dengan non tipping system.
Tabel 4
Nilai Wilks’ Lambda Pengujian Kepuasan Kerja antara Tenaga Kerja Bali yang
Berpendapatan dari Tipping System dan Non Tipping System
di Kapal Pesiar
Tabel 5
Nilai Wilk’s Lambda Pengujian Kepuasan Kerja Tenaga Kerja Bali yang Berstatus
Menikah dengan belum Menikah di Kapal Pesiar
Saran
1) Sebagai upaya untuk meningkatkan kepuasan kerja bagi Tenaga Kerja Bali yang
bekerja di kapal pesiar, agen CTI sebagai perpanjangan tangan perusahaan perlu
memberikan perhatian yang lebih seksama terhadap faktor kondisi kerja, kompensasi,
pengawasan, kesempatan berprestasi, pengakuan, tanggung jawab dan pekerjaan yang
lebih menantang dalam rangka menjaga keseimbangan dan keharmonisan organisasi.
Faktor kesempatan berprestasi dan variabel penghargaan terhadap prestasi kerja
sebagai faktor dan variabel yang menentukan kepuasan paling dominan harus tetap
dipertahankan.
2) Menajemen perusahaan harus memberikan perhatian yang lebih serius terhadap dua
kelompok karyawan yang berpendapatan dari tipping system maupun non tipping
system. Perhatian lebih difokuskan terhadap yang memiliki posisi non tipping system
karena pendapatan yang diperoleh rata-rata perbulan jauh lebih rendah dari yang
memiliki posisi tipping system. Perusahaan harus mencari solusi agar pendapatan
rata-rata perbulan dari kedua kelompok tersebut menjadi lebih seimbang, misalnya
dengan menaikan gaji berkala secara konsisten atau dengan memberikan gaji pokok
yang lebih besar.
3) Diharapkan ada penelitian lebih lanjut tentang kepuasan kerja dengan mengambil
studi kasus di cruise line yang berbeda seperti Holland American Line atau Royal
Carribean. Mengingat di perusahaan tersebut juga banyak terdapat tenaga kerja asal
Bali yang sampai sekarang belum pernah ada yang meneliti.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. Buku Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Tesis dan Desertasi,
Denpasar: Program Pasca Sarjana Universitas Udayana
-------------, (2006) Statistik Ketenegakerjaan Propinsi Bali.Denpasar :Badan Pusat
Statistik Propinsi Bali.
-------------, 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenegakerjaan. Surabaya: Karina
Antara, Made. 2004. Bahan Ajar Metodologi Penelitian Pariwisata. Denpasar:
Universitas Udayana.
Bali Post. 2007. “Sekitar 20 Ribu Orang Warga Bali Bekerja di Kapal Pesiar” Denpasar:
Rabu, 21 Pebruari.
Bisnis Bali. 2007. Tinggi Animo Tenaga Kerja Hotel Beralih ke Kapal Pesiar. Denpasar:
Kamis, 30 Agustus.
Burkart and Medlik. 1981. Tourism “Past, Present and Future”. Second Edition.
London: Pitman, The British Hotel and Catering Industry.
Cruises Industry News. 2007. Kunjungan Direktur SPB ke Florida,AS, Tahun ke depan
ada tambahan 40 Kapal Pesiar Baru. Denpasar: 28 Oktober.
Dessler, G. 1992. Manajemen Personalia, Terjemahan, Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga.
Donald,E,Lunberg.1997. Ekonomi Pariwisata. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Handoko, T, H. 2001.Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Cetakan
Kelima. Yogyakarta:BPFE
Hariandja,M,T,E. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, (Pengadaan
Pengembangan, Pengkompensasian, dan Peningkatan Produktivitas
Pegawai). Jakarta : PT. Grasindo
Hasibuan, H. Malayu S.P. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Bumi
Aksara
Kusmayadi, dan Sugiarta, Endar. 2000. Metodelogi Penelitian dalam Bidang
Kepariwisataan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Mantra,Ida Bagus, dan Kasto. 1989. dalam Masri Singarimbun dan Sofian Effendi.
Penentuan Sampel dalam Metode Penelitian Survai. Yogyakarta: LP3ES
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mathis,R,L dan Jacson,J.H. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Terjemahan ,
Edisi Pertama. Jakarta: PT. Salemba Emban Patria.
Moekijat. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia (Manajemen Kepegawaian).
Bandung: Mandar Maju.
-------------, 2002. Dasar-Dasar Motivasi. Bandung: CV Pionir Jaya
Muchsan. 1997. Sistem Pengawasan Terhadap Perbuatan Aparat Pemerintah dan
Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia, Cetakan Kedua. Yogyakarta:
Liberty.
Munandar, A,S. 2001. Psikologi Industri dan dan Organisasi. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Nazir, M. 1985. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia.
Pitana, I Gde dan Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta : Andi
Ranupandojo,H dan Husnan. 2002. Manajemen Personalia, Edisi Keempat. Yogyakarta:
BPFE
Riduwan. 2007. Metode dan Teknik Penyusunan Tesis. Cetakan ke-lima. Bandung:
Alfabeta.
Rivai, V. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan (Dari Teori ke
Paraktek). Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Robbin,S,P. 2003. Perilaku Organisasi. Edisi Bahasa Indonesia, Jilid I. Jakarta:
PT.Indeks
Santoso,S. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat. Jakarta: PT. Alex Media
Komputindo Kolompok Gramedia.
Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, Cetakan Kedua.
Bandung: CV Mandar Maju
Simamora, H. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN
Siagian, S.P, 2003 Manajemen Sumber daya Manusia, Cetakan Kesepuluh. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Suprihanto,J. 2001. Penilaian Kinerja dan Pengembangan Karyawan, Edisi Pertama.
Yogyakarta: BPFE.
Suprapto,J. 2004. Analisis Multivariat: Arti dan interpretasi. Cetakan Kesatu. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Tohardi, A. 2002. Pemahaman Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan
Pertama, Bandung: CV. Mandar maju.
RIWAYAT PENULIS
I Wayan Sunarsa lahir di Desa Batuan 22 september 1970 . Menamatkan pendidikan program
Diploma III Manajemen Perhotelan di BPLP Nusa Dua Bali tahun 1993. Pendidikan Sarjana S1
di Bidang Pendiddikan Bahasa Inggris tahun 2001 dari Universitas Mahasaraswati Denpasar. Dan
Pendidikan Magister S2 Bidang Pariwisata dari Universitas Udayanan tahun 2008. Pengalaman
lapangan : Magang di Hotel Putri Bali di Bagian Front Office, di Hotel Senggigi Beach Lombok
di bidang Housekeeping, di Intan laguna Lombok di bidang Room Division, Regent hotel
singpore di bidang Housekeeping, Cruise line (super star Gemini) di bidang Housekeeping. Di
Bidang Institusi ; sebagai dosen tetep di STP Nusa Dua Bali, sebagai Kaprodi Akomodasi SPB-
STPBI Denpasar