Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

Penanganan Buah Pisang Pasca Panen Melalui Pengaturan Suhu

Penyimpanan

Muhammad Dafri1, Nurul Islami2, Muh. Fauzan Azima P3

Program Studi Matematika Jurusan Matematika FMIPA Universitas Tadulako


Jalan Soekarno-Hatta Km. 09 Tondo, Palu 94118, Indonesia.
1
muh.dafri57@gmail.com, 2nurulislami3301@gmail.com,
3
fauzanpatadjenu123@gmail.com,

ABSTRACT
Banana is one kind of fruits thats have many benefit and also have economic
value, but because of large amounts, most of bananas handling is not god, that
make bananas quickly rot. Many factor that influence the bananas in the process
of maturation, one of important factor is ethylene gas. On this research, process
of maturation bananas with influence of ethylene gas will be assessed
mathematically. Temperature is one of important factor that influence to ethylene
gas. That why on this research will do optimal control of bananas maturation
process with optimum temperature settings. Optimal control will determined with
pontryagin minimum principle. The result on this research that show, before
optimum temperature settings, that 20 bananas would really rotten on 7th days,
but after that give optimum temperature settings, that 20 bananas would really
rotten on 9th days. Its shows, with optimum temperature settings can extend 20
bananas for 2 days. For 50 bananas would really rotten on 4th days, but after
that give optimum temperature settings, that 50 bananas would really rotten on
8th days. Its shows, with optimum temperature settings can extend 50 bananas for
4 days. Optimization shelf life of bananas performed by administering S
parameter (temperature of bananas storage) as ethylene gas controller. With
pontryagin minimum principle obtained equations control :

{(
−λ1 [−ε 1 Pm P−ε 3 Pm

S ( t ) =min 0 , maks ( −λ2 [ε 1 Pm P+ε 3 Pml P+ ε 5 Pl P+ε 9 Pb P ¿−ε 4 Pml Pm−ε 7 Pb Pm]−λ3 [−ε 6 Pml P
−λ5 [ε 4 Pml Pm+ ε

Optimal control for extend shelf life of bananas with temperature setting by 0 -
0.5 C ̊ and can give effective results, shows by shelf life of bananas that can be
extended.
Key word: Optimal Control, Pontryagin Minimum Principle, Ethylene Gas.

1
ABSTRAK

Buah pisang adalah salah satu buah yang memiliki banyak manfaat dan juga
memiliki nilai ekonomis. Namun, karena jumlah yang banyak, penangan buah
pisang pasca panen biasanya dilakukan secara tidak baik yang membuat buah
pisang cepat busuk. Banyak faktor yang mempengaruhi buah pisang dalam proses
pematangan, salah satu faktor yang penting untuk ditinjau adalah gas etilen.
Dalam penelitian ini proses pematangan buah pisang yang dipengaruhi oleh gas
etilen akan dikaji secara matematis. Suhu merupakan salah satu parameter yang
sangat berpengaruh terhadap gas etilen. Oleh karena itu, dalam penelitian ini juga
akan dilakukan kendali optimal proses pematangan buah pisang dengan
pengaturan suhu yang optimum. Kendali optimal ditentukan dengan prinsip
minimum pontryagin. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebelum diberi
pengaturan suhu optimum, buah pisang yang banyaknya 20 buah akan benar-
benar busuk pada hari ke 7, tapi setelah diberi pengaturan suhu yang optimum
buah pisang yang sebanyak 20 akan benar-benar busuk pada hari ke 9. Hal ini
menunjukkan, pengaturan suhu optimum dapat memperpanjang buah pisang yang
sebanyak 20 buah selama 2 hari. Untuk buah pisang yang banyaknya 50 buah
akan benar-benar busuk pada hari ke 4, tapi setelah diberi pengaturan suhu yang
optimum buah pisang yang sebanyak 50 akan benar-benar busuk pada hari ke 8.
Hal ini menunjukkan, pengaturan suhu optimum dapat memperpanjang buah
pisang yang sebanyak 50 buah selama 4 hari. Pengoptimalan masa simpan buah
pisang dilakukan dengan pemberian parameter S (suhu ruang penyimpanan)
sebagai pengontrol etilen. Dengan menggunakan metoda Minimum Pontryagin
diperoleh persamaan kendali :

{(
−λ1 [−ε 1 Pm P−ε 3 Pm

S ( t ) =min 0 , maks ( −λ2 [ε 1 Pm P+ε 3 Pml P+ ε 5 Pl P+ε 9 Pb P ¿−ε 4 Pml Pm−ε 7 Pb Pm]−λ3 [−ε 6 Pml P
−λ5 [ε 4 Pml Pm+ ε

Kendali optimal untuk memperpanjang masa simpan buah pisang adalah dengan
pengaturan suhu sebesar 0 - 0.5 C ̊ dan memberikan hasil yang efektif, dilihat dari
masa simpan buah pisang yang dapat diperpanjang.
Kata Kunci : Kendali Optimal, Prinsip Minimum Pontryagin, Gas Etilen

PENDAHULUAN

2
Pisang merupakan tanaman pematangan, kandungan etilen yang
yang banyak tumbuh di Indonesia yang ada di dalamnya kira-kira 0 – 0.5 ppm
dikenal sebagai salah satu negara dan akan meningkat pada saat puncak
produsen pisang dunia. Indonesia klikmaterik dengan kandungan etilen
menempati urutan ke 5 dengan kurang lebih 130 ppm.
produksi 3.165.730 ton, namun
melimpahnya produksi pisang serta Seperti halnya buah-buahan
penanganan buah pisang pasca panen klimakterik lainnya, proses pematangan
yang kurang baik membuat nilai buah pisang perlu diatur agar daya
ekonomis buah pisang menjadi rendah. simpan buah dapat di perpanjang. Hal
ini disebabkan proses pematangan yang
Buah pisang merupakan jenis cepat mempersulit penanganan pasca
buah klimakterik yaitu buah yang panen seperti penyortiran,
mengalami peningkatan laju respirasi penyimpanan, serta pendistribusian
yang tinggi selama proses pematangan. untuk diolah (Fenny M, 2002).
Jenis buah klimaterik adalah buah yang Penelitian ini akan membangun model
tetap melanjutkan proses proses pematangan buah pisang pasca
pematangannya meskipun sudah panen yang merepresentasikan interaksi
dipetik. antara kelompok populasi buah pisang
mentah, buah pisang mentah yang luka,
Sebagai buah klimakterik, buah buah pisang setengah matang, buah
pisang menghasilkan lebih banyak pisang setengah matang yang luka,
etilen endogen daripada buah buah pisang matang, buah pisang
nonklimakterik. Gas etilen yang matang yang luka, dan buah pisang
dihasilkan akan mempengaruhi busuk. Kestabilan model akan dikaji di
pematangan buah pisang lain yang ada titik kritisnya. Pengaturan proses
disekitarnya, bahkan buah pisang yang peatangan buah pisang pasca panen
cacat/luka akan menghasilkan gas dilakukan dengan menentukan kendali
etilen yang lebih banyak dari pada buah optimal model melalui pengaturan suhu
pisang yang normal. Selain keberadaan penyimpanan.
pisang yang luka, produksi etilen juga
dipengaruhi oleh faktor suhu. Suhu TUJUAN
rendah dapat menekan produksi gas
etilen pada buah klimaterik, oleh Mengetahui model proses
karena itu suhu rendah banyak pematangan buah pisang pasca panen
dipergunakan dalam pengaturan serta bagaimana kendali optimal suhu
penyimanan buah buahan klimaterik. penyimpanan yang meminimumkan gas
Namun demikian suhu yang terlalu etilen sehingga dapat memperpanjang
rendah juga dapat membuat buah masa penyimpanan buah pisang pasca
menjadi rusak. panen

Etilen merupakan hormon yang METODE


berbentuk gas dan berperan penting di
dalam proses pematangan buah. Metode penelitian ini
Kandungan gas etilen yang terdapat menggunakan penelusuran literatur
pada buah-buahan klimakterik dengan menelaah artikel dan jurnal
mengalami perubahan proses ilmiah terkait buah pisang pasca panen
pematangan, misalnya pada pisang terutama mengenai pengaruh gas etilen
yang akan memasuki proses terhadap proses pematangan buah

3
pisang kemudian membangun model interaksi antar sub populasi. Aliran
matematika dengan melihat literatur, perpindahan kelompok sub populasi
menganalisis kestabilan model dinyatakan pada gambar diagram 1
matematika menggunakan matrix Garis hitam mempresentasikan alur
Jacobi dan Kriteria Routh-Hurwitz perpindahan sub populasi, sedangkan
serta menyelesaikan kendali optimal garis merah mempresentasikan
model proses pematangan buah pisang interaksi antar sub populasi akibat
melalui pengaturan suhu penyimpanan aliran gas etilen.
dengan metoda Minimum Pontryagin.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan


tinjauan matematis terhadap peran gas
etilen pada proses pematangan buah
pisang pasca panen sehingga
penanganan buah psang pasca panen
menjadi lebih baik . Proses pematangan
buah pisang, yang di indikasi dari
kandungan gas etilen dari buah pisang,
dikaji melalui model matematika yang
dibangun berdasarkan fenomena yang
ada sehingga diperoleh sistem Gambar 1. Diagram Kompartemen Proses Pematangan
persamaan diferensial yang Buah Pisang dan Interaksi Gas Etilen
mempresentasikan perkembangan dari
setiap tahap proses pematangan buah Dari diagram pada gambar 1
pisang. dibangun model matematika yang
dinyatakan dalam sistem persamaan
Kontruksi Model Matematika diferensial (SPD) sebagai berikut :

Berdasarkan kandungan gas dP


= A−αP−ε 1 Pm P−ε 3 Pml P−¿
etilen dari buah pisang, dikelompokkan dt (1)
atas sub populasi pisang normal yang
mentah (P), sub populasi buah pisang ε 5 Pl P−ε 9 Pb P
yang normal matang (Pm), sub populasi
buah pisang luka yang mentah (Pl), sub dPm
=αP+ε 1 Pm P+ε 3 Pml P+ ε 5 Pl P
poulasi buah pisang luka yang matang dt
(Pml), dan sub poplasi buah pisang
busuk (Pb). Selain tinjauan terhadap + ε 9 Pb P−βPm−ε 4 Pml Pm (2)

tahap pematangan buah pisang,


mengingat gas etilen dapat terdispersi, −ε 7 Pb Pm
maka dalam mengkaji perlu pula
dPl
ditinjau aliran gas etilen dari kelompok =B−δPl−ε 6 Pml Pl−ε 2 Pm Pl−¿
populasi buah pisang yang kandungan dt
(3)
gas etilennya lebih tinggi ke kelompok
ε 10 Pb Pl
populasi buah pisang yang kandungan
gas etilennya lebih rendah. Aliran ini
dalam model dinyatakan sebagai
(4)

4
dPml CBμD
=δPl+ ε 6 Pml Pl +ε 2 Pm Pl Pl=
dt E

+ ε 10 Pb Pl−θPml−ε 8 Pb Pml CAμ


Pm=
D
dPb
=βPm+ ε 4 Pml Pm +ε 7 Pb Pm+ ¿
dt μB
(5) Pml=
C
θPml +ε 8 Pb Pml−μPb
B+ A
Pb=
Keterangan : μ
P : Populasi buah pisang mentah
Pl : Populasi buah pisang luka Dimana C, D, E, dan F adalah
Pm : Populasi buah pisang matan persamaan yang dimisalkan untuk
Pml : Populasi buah pisang matang efisiensi penulisan..
yang luka
Pb : Populasi buah pisang busuk
Titik kritis menggambarkan
A : Buah pisang mentah yang masuk
banyaknya populasi pada tiap fase dari
ke penyimpanan proses pematangan buah pisang dalam
B : Buah pisang luka mentah yang
kondisi stagnan. Kestabilan dari titik
masuk ke penyimpanan kritis tersebut ditentukan berdasarkan
α : Laju P ke Pm
nilai eigen yang diperoleh dengan
β : Laju Pm ke Pb
memperhatikan koefisien dari
δ : Laju Pl ke Pml persamaan karakteristik melalui bagian
θ : Laju Pml ke Pb real dari akar-akar karateristik yang
μ : Laju buah pisang yang keluar dihitung di titik tersebut.
yang keluar dari penyimpanan
ε 1 : Tingkat interaksi etilen Pm ke P Penyelesaian kendali
ε 2 : Tingkat interaksi etilen Pm ke Pl
ε 3 : Tingkat interaksi etilen Pml ke P Salah satu cara pengendalian
ε 4 : Tingkat interaksi etilen Pml ke Pm pematangan buah pisang yaitu dengan
ε 5 : Tingkat interaksi etilen Pl ke P pengaturan suhu, hal ini dikarenakan
ε 6 : Tingkat interaksi etilen Pml ke Pl suhu dapat mempengaruhi gas etilen
ε 7 : Tingkat interaksi etilen Pb ke Pm dari buah pisang. Secara matematis
pada model akan ditempatkan
ε 8 : Tingkat interaksi etilen Pb ke Pml
parameter S pada di setiap parameter
ε 9 : Tingkat interaksi etilen Pb ke P
etilen. Sehingga masalah pengendalian
ε 10 : Tingkat interaksi etilen Pb ke Pl gas etilen pada persamaan (6) - (10)
Titik kritis model yang dinyatakan sebagai berikut :
dibangun diperoleh dengan meninjau dP
= A−αP−S ε 1 Pm P−S ε 3 Pml P−¿ ( 4.1 )
SPD pada keadaan stagnan , sehingga dt (6)
diperoleh titik kritis tak nol sebagai
berikut: S ε 5 Pl P−S ε 9 Pb P ( 4.2 )

dPm
CEADμ =αP+ Sε 1 Pm P+ S ε 3 Pml P
P= dt
F
+ S ε 5 Pl P+ S ε 9 Pb P−βPm−¿
(7)
S ε 4 Pml Pm−S ε 7 Pb Pm

5
dPl + λ1¿
=B−δPl−S ε 6 Pml Pl−Sε 2 Pm Pl
dt
(8) −S ε 5 Pl P−S ε 9 Pb P ¿+ λ2 ¿
−Sε 10 Pb Pl
dPml Pm P+S ε 3 Pml P+ S ε 5 Pl P+ S ε 9 Pb P
=δPl+ S ε 6 Pml Pl+ S ε 2 Pm Pl
dt
−βPm−S ε 4 Pml Pm−S ε 7 Pb Pm ¿+¿
+ S ε 10 Pb Pl−θPml−¿
(9)
S ε 8 Pb Pml λ3¿
dPb −S ε 10 Pb Pl ¿+ λ4 ¿
=βPm+ S ε 4 Pml Pm+ S ε 7 Pb Pm+¿
dt ( 10 )
θPml+ S ε 8 Pb Pml−μPb + S ε 2 Pm Pl ∓ S ε 10 Pb Pl−θPml

Untuk menentukan nilai −S ε 8 Pb Pml ¿+ λ5 ¿


parameter S optimal yang
meminimumkan gas etilen agar + S ε 7 Pb Pm +θPml+S ε 8 Pb Pml−μPb ¿
memperpanjang masa simpan buah
pisang dan banyaknya buah pisang Penyelesaian kendali optimal
yang busuk minimum, dikenal sebagai dengan parameter S diperoleh melalui
masalah kendali optimal. persamaan state, co-state dan kondisi
stasioner sebagai berikut :
Dalam penyelesaian kendali
optimal harus dibangun suatu A. Persamaan State
performance index kontrol etilen
dengan pengaturan suhu dengan Dari persamaan (11) diturunkan
memperpanjang masa simpan buah persamaan state sebagai berikut :
pisang dan meminimalkan banyaknya
buah pisang yang busuk. Performance ∂H
= A−αP−S ε 1 Pm P−S ε 3 Pml P
index untuk mengontrol etilen dengan ∂ λ1
pengaturan suhu adalah sebagai
berikut : −S ε 5 Pl P−S ε 9 Pb P
tf
∂H
J [ S ] =∫ ¿ ¿ =αP+ S ε 1 Pm P+S ε 3 Pml P
∂ λ2
0

−Pml ( t ) + Pb ( t )+¿ + S ε 5 Pl P+ S ε 9 Pb P−βPm−¿

S(t )2 ¿ dt S ε 4 Pml Pm−S ε 7 Pb Pm

Untuk meminimumkannya, ∂H
=B−δPl−S ε 6 Pml Pl−S ε 2 Pm Pl
metode Minimum Pontryagin ∂ λ3
menyatakan penentuan fungsi
Hamiltonian sebagai berikut : −S ε 10 Pb Pl

H=f ( x , S , t ) + λ g( x , S ,t ) ∂H
=δPl+S ε 6 Pml Pl + S ε 2 Pm Pl
∂ λ4
H= [ P−Pm+ Pl−Pml+ Pb+S 2 ]
+ S ε 10 Pb Pl−θPml−S ε 8 Pb Pml

6
∂H + λ 5 [S ε 7 Pm+ S ε 8 Pml−μ]
= βPm+S ε 4 Pml Pm+ S ε 7 Pb Pm
∂ λ5
+θPml+ S ε 8 Pb Pml−μPb C. Kondisi Stasioner

Dari persamaan (11),


B. Persamaan Co-State diturunkan persamaan kondisi stasioner
sebagai berikut :
Dari persamaan (11) diturunkan
persamaan co-state sebagai berikut : ∂H
≫ =0
∂S
∂H
=1+ λ1 ¿ ≫ 2 S+ λ 1 ¿
∂P

−S ε 5 Pl−S ε 9 Pb¿+ λ2 ¿ ε 5 Pl P−ε 9 Pb P ¿+ λ 2 ¿

Pm+ S ε 3 Pml+ S ε 5 Pl+ S ε 9 Pb ¿ + ε 5 Pl P+ ε 9 Pb P−ε 4 Pml Pm

∂H −ε 7 Pb Pm ¿+ λ3 ¿
=1−λ 1 S ε 1 P+ λ2 ¿
∂ Pm
( 11 ) −ε 2 Pm Pl−ε 10 Pb Pl ¿+ λ4 ¿
−S ε 4 Pml−S ε 7 Pb¿ – λ3 ¿
+ ε 2 Pm Pl ∓ ε 10 Pb Pl−θPml−ε 8 Pb Pml ¿
+ λ 4 S ε 2 Pl ¿+ λ5 ¿
+ λ 5 [ε 4 Pml Pm +ε 7 Pb Pm +ε 8 Pb Pml]=0
+ S ε 7 Pb ¿

∂H
=1− λ1 S ε 5 P ¿+ λ2 S ε 5 P+ λ3 ¿ −λ 1 [−ε 1 Pm P−ε 3 Pml P−ε 5 Pl P−ε 9 Pb P ]−λ 2 [ε 1 P
∂ Pl

−S ε 6 Pml−S ε 2 Pm−S ε 10 Pb ¿ S=

+ λ4 ¿ Karena batasan yang diambil


adalah suhu rentan suhu optimum
S ε 10 Pb ¿ penyimpanan buah pisang , sehingga:
∂H 0 , S( t)≥ 0
=1−λ1 S ε 3 P ¿+ λ2 ¿
∂ Pml

−S ε 4 Pm ¿−λ3 S ε 6 Pl+ λ4 ¿
{
S(t )= S ( t ) ,0< S (t )<20
14 , S (t)≤20

−θ−S ε 8 Pb ¿+ λ5 ¿ Jadi, kendali optimal sebagai S ( t )


berikut.
+ S ε 8 Pb ¿

∂H
∂ Pb
=1−λ1 S ε 9 P+ λ2 [S ε 9 P−S ε 7 Pm]

−λ 3 S ε 10 Pl+ λ 4 [ S ε 10 Pl−S ε 8 Pml ]


{(
min 0 , maks ( −λ 2 [ε 1 Pm P+ ε 3 Pml P+ε 5 Pl P+ε 9 Pb P ¿

7
θ 1 Asumsi
Simulasi 0.0845

Simulasi dilakukan untuk ε1 0.125 Asumsi


mengimpresentasikan sistem yang telah ε2 0.125 Asumsi
diperoleh. Pada bagian ini akan ε3 0.167 Asumsi
ditampilkan kurva proses pematangan ε4 0.167 Asumsi
buah pisang pasca panen terhadap ε5 0.125 Asumsi
waktu pada setiap fase. Kurva ini ε6 0.167 Asumsi
digambarkan untuk empat keadaan,
ε7 0.2 Asumsi
yaitu:
ε8 0.2 Asumsi
 Kurva dengan kondisi awal ε9 0.2 Asumsi
P ( 0 )=10 , Pm ( 0 ) =0 , Pl ( 0 )=10 , Pml ( 0ε)=0
10 , 0.2 Asumsi
dan Pb ( 0 ) =0

 Kurva dengan kondisi awal  Kurva dengan kondisi awal


P ,( 0 )=10 , Pm ( 0 ) =0 , Pl ( 0 )=10 , Pml ( 0 )=0 ,
P ( 0 )=10 , Pm ( 0 ) =10 , Pl ( 0 )=10 , Pml ( 0 )=10
dan Pb ( 0 )=10 dan Pb ( 0 )=0

 Kurva dengan kondisi awal


P ( 0 )=10 , Pm ( 0 ) =0 , Pl ( 0 )=0 , Pml ( 0 )=10 ,
dan Pb ( 0 )=0 dengan kendali
suhu optimal

 Kurva dengan kondisi awal


P ( 0 )=10 , Pm ( 0 ) =10 , Pl ( 0 )=10 , Pml ( 0 )=10 ,
dan Pb ( 0 )=10 dengan kendali
suhu optimal

Nilai-nilai parameter yang


digunakan dalam menggambarkan
kurva tersebut dinyatakan dalam Tabel
1. Gambar.2 Kurva dengan kondisi awal
P ( 0 )=10 , Pm ( 0 ) =0 , Pl ( 0 )=10 , Pml ( 0 )=0 ,
Tabel 1. Daftar nilai parameter dan Pb ( 0 )=0

Parameter Nilai Sumber Dapat dilihat dari gambar 2,


A 0 pada awal kita memberi nilai awal
Asumsi
sebanyak 20 buah pisang dengan
B 0 Asumsi
masing-masing P=10 dan Pl=10,
α 1 Asumsi
seiring berjalanya waktu (t) pada kurva
0.2354 terlihat populasi P dan Pl mulai
β 1 Asumsi menurun sedangkan populasi Pm, Pml,
0.1475 dan Pb yang nilai awalnya 0 Mulai
δ 1 Asumsi meningkat yang mengidentifikasikan
0.1833 bahwa beberapa populasi pisang
mentah sudah memasuki fase pisang
matang atau pisang busuk. Pada hari

8
pertama dapat dilihat jumlah dari jumlah 29 buah lalu untu P dan Pl
masing-masing populasi yaitu, P = 6, menurun ke jumlah masing-masing 4
Pl = 6, Pm = 3, Pml = 3, dan Pb = 2. buah dan Pm juga menurun ke jumalah
Pada hari kedua jumlah poplasi P dan 7 buah dan juga Pml menurun ke 6
Pl semakin menurun begitu juga pada buah. Pb akan terus meningkat hingga
jumlah populasi pada Pm dan Pml yang mencapai puncaknya pada antara hari
juga semakin menurun tetapi jumlah kedua dan ketiga lalu akan menurun,
populasi Pb semakin meningkat ini sedangkan P, Pl, Pm, dan Pml akan
mengidentifikasikan bahwa populasi mencapai angka 0 pada hari ke empat.
pisang mulai memasuki fase Hal ini memperlihatkan pada populasi
pembusukan. Populasi Pb akan terus pisang yang nilai awalnya P = 10, Pl =
meningkat hingga akan mencapai 10, Pm = 10, Pml = 10 dan Pb = 10
puncak pada antara hari ke 4 dan hari akan lebih cepat masa simpannya dari
ke 5 dan selanutnya akan terus pada populasi pisang dengan nilai awal
menurun dan populasi P , Pl, Pm, dan P = 10, Pl = 10, Pm = 0, Pml = 0 dan
Pml akan terus menurun hingga pada Pb = 0.
hari ke 7 semua pisang pada fase P, Pl,
Pm, dan Pml akan habis.  Kurva dengan kondisi awal
P ( 0 )=10 , Pm ( 0 ) =0 , Pl ( 0 )=10 , Pml ( 0 )=0 ,
 Kurva dengan kondisi awal dan Pb ( 0 )=0 dengan pengaturan suhu
P ( 0 )=10 , Pm ( 0 ) =10 , Pl ( 0 )=10 , Pml ( 0optimal
)=10 ,
dan Pb ( 0 )=10

Gambar 4. Kurva Dengan Kondisi Awal


P ( 0 )=10 , Pm ( 0 ) =0 , Pl ( 0 )=10 , Pml ( 0 )=0 , dan
Gambar 3. Kurva dengan kondisi awal
Pb ( 0 )=0 Dengan Pengaturan Suhu Optimal
P ( 0 )=10 , Pm ( 0 ) =10 , Pl ( 0 )=10 , Pml ( 0 )=10 ,
dan Pb ( 0 )=10 Pada gambar 4 bisa dilihat
Pada gambar 3, dapat dilihat bahwa pergerakan masing-masing
bahwa populasi Pb langsung meningkat populasi hampir sama dengan gambar 2
pesat sedangkan P dan Pl langsung hanya saja pada gambar 4 dengan
menurun, dan pada Pm dan Pml kendali suhu optimal memiliki masa
meningkat tapi dalam waktu yang tidak simpan yang lebih lama dari pada kurva
lama setalah itu menurun. Pada hari yang ditunjukkan oleh gambar 2, hal ini
pertama saja Pb yang awalnya dapat dilihat pada gambar 2 populasi P,
berjumlah 10 sudah meningkat pada Pl, Pm, dan Pml akan habis pada hari
ke 7 sedangkan pada gambar 4 dengan

9
pengaturan suhu optimal populasi P, pada hari 4 sedangkan pada gambar 5
Pl, Pm, dan Pml akan habis pada hari dengan pengaturan suhu optimal P, Pl,
ke 9, begitu juga untuk masa puncak Pm, dan Pml akan habis pada hari ke 8,
Pb pada gambar 2 terletak antara hari begitu juga untuk masa puncak Pb pada
ke 4 dan ke 5 seangkan pada gambar 4 gambar 3 terletak antara hari ke dua
dengan kendali suhu optimal terletak dan ke tiga sedangkan pada gambar 5
pada antara hari ke 5 dan ke 6. dengan kendali suhu optimal terletak
pada antara hari ke 3 dan ke 4.

Untuk suhu yang optimal dapat


dilihat pada gambar 6. Pada gambar 6
dapat dilihat untuk suhu yang optimal
terletak antara 0 – 0.5.

Gambar 6. Kurva Suhu Optimum

Gambar 5. Kurva dengan kondisi awal KESIMPULAN


P ( 0 )=10 , Pm ( 0 ) =10 , Pl ( 0 )=10 , Pml ( 0 )=10 ,
dan Pb ( 0 )=10 dengan kendali suhu optimal Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan
 Kurva dengan kondisi awal bahwa :
1. Model
P ( 0 )=10 , Pm ( 0 ) =10 , Pl ( 0 )=10 , Pml ( 0 )=10 , kendali optimal proses
dan Pb ( 0 )=10 dengan pematangan buah pisang pasca
pengaturan suhu optimal panen adalah :

Pada gambar 5 bisa dilihat dP


= A−αP−ε 1 Pm P−ε 3 Pml P
bahwa Pergerakan masing-masing dt
populasi hampir sama dengan grafik
gambar 3 hanya saja pada gambar 5 −ε 5 Pl P−ε 9 Pb P
dengan kendali suhu optimal memiliki
dPm
masa simpan yang lebih lama dari pada
=B+αP +ε 1 Pm P+ε 3 Pml P
dt 3,
kurva yang ditunjukkan oleh gambar
hal ini dapat dilihat pada gambar 3
+ ε Pl P+ ε Pb P− βPm
populasi P, Pl, Pm, dan Pml akan 5habis 9

10
ε 1 , ε 2 , ε 3 , ε 4 , ε 5 , ε 6 , ε 7 , ε 8 , ε 9 , ε 10 . Dalam
−ε 4 Pml Pm−ε 7 Pb Pm penelitian ini suhu optimal diperoleh
adalah antara 0 – 0.5.
dPl 3. Hasil simulasi menunjukan bahwa
=C−δPl−ε 6 Pml Pl−ε 2 Pm Pl
dt masa simpan populasi buah pisang
yang hanya terdapat buah pisang
−ε 10 Pb Pl mentah dan buah pisang mentah yang
luka akan lebih lama dari pada masa
dPml simpan populasi buah pisang yang
=D+δPl+ ε 6 Pml Pl +ε 2 Pm Pl
dt terdapat buah pisang mentah, buah
pisang mentah yang luka, buah pisang
+ ε 10 Pb Pl−θPml−ε 8 Pb Pml yang matang, buah pisang matang yang
luka, dan buah pisang yang busuk.
dPb
=βPm+ ε 4 Pml Pm +ε 7 Pb Pm+ ¿ Penyimpanan populasi buah pisang
dt dengan kendali suhu optimal dapat
memperpanjang masa simpan buah
θPml+ε 8 Pb Pml−μPb
pisang, masa simpan populasi buah
pisang yang terdapat populasi buah
2. Pengendalian dari proses
pisang mentah dan buah pisang mentah
pematangan buah pisang pasca
yang luka yang awalnya masa
panen melalui :
simpannya 7 hari dengan kendali suhu
a. Membangun Performance Index
optimal dapat diperpanjang masa
unuk mengoptimalkan proses
simpannya hingga 9 hari, begitu juga
pematangan buah pisang pasca
dengan masa simpan populasi buah
panen
pisang yang terdapat buah pisang
b. Menyelesaikan persamaan
mentah, buah pisang mentah yang luka,
kontrol optimal yang dilakukan
buah pisang yang matang, buah pisang
dengan menentukan fungsi
matang yang luka, dan buah pisang
Hamiltonian
yang busuk yang awalnya masa
c. Fungsi Hamiltonian memberikan
simpannya 4 hari dapat diperpanjang
persamaan state, co-state dan
masa simpannya hingga 8 hari.
kondisi stasioner. Dengan
menyeesaikan persamaan-persamaan DAFTAR PUSTAKA
tersebut, diperoleh kontrol optimal
untuk parameter ρ sebagai berikut : [1] Fenny, M. 2002. Bercocok
Tanam Buah-buahan.
Aneka Ilmu. Semarang

{(
−λ1 [−ε 1 Pm P−ε 3 Pm

(
S ( t ) =min 0 , maks
−λ2 [ε 1 Pm P+ε 3 Pml P+[2]
ε 5 Pl P+ε 9 Pb P ¿−ε
Hadiwiyoto 4 Pml
dan Pm−ε 7 Pb
Soehardi.
Penanganan Lepas Panen
Pm]−λ3 [−ε 6 Pml P
1981.

1. Departemen pendidikan
−λ5 [ε 4 Pml Pm+ ε

dan kebudayaan direktorat


pendidikan menengah
kejuruan. Jakarta
Pengendalian optimal dari
Model kendali optimal proses [3] Kader, A. A. 1992. Postharvest
pematangan buah pisang pasca panen biology and technology. p.
dapat dilakukan dengan 15-20 In A. A. Kader (Ed.).
meminimumkan nilai parameter Postharvest Technology of

11
Horticulture Crops.
Agriculture and Natural
Resources Publication,
Univ. of California.
Barkeley.

[4] Suyanti, dan Ahmad Supriyadi.


2008. Pisang Budidaya
Pengolahan dan Prospek
Pasar. Jakarta: Penebar
Swadaya.

12

You might also like