Professional Documents
Culture Documents
Kompetensi Spiritual Guru Paud Perspektif Pendidikan Islam: Institut Agama Islam Negeri Purwokerto
Kompetensi Spiritual Guru Paud Perspektif Pendidikan Islam: Institut Agama Islam Negeri Purwokerto
Kompetensi Spiritual Guru Paud Perspektif Pendidikan Islam: Institut Agama Islam Negeri Purwokerto
PENDIDIKAN ISLAM
Safrudin Aziz
Institut Agama Islam Negeri Purwokerto
Pos-el: azieez@gmail.com
Abstrak:
Meskipun tidak termuat dalam Undang-Undang Sisdiknas ataupun
Permendiknas, kepemilikan kompetensi spiritual bagi guru sampai kapanpun
mutlak menjadi sebuah keniscayaan. Perihal tersebut dilatarbelakangi dengan
semakin bertambahnya angka kejahatan serta tindak kekerasan, dekadensi moral
remaja melampaui titik nadir kehidupan, perzinaan dan perselingkuhan seolah
menjadi hiasan membanggakan bahkan ibadah sebatas dianggap sebagai
ritualitas tanpa makna. Semua itu terjadi akibat sistem pendidikan di Indonesia
ma sih bersifat kognitif and skill oriented. Selain berbagai bentuk perilaku a
moral, spiritualitas anak usia dini umumnya masih bersifat imitasi, sebatas
meniru, ego sentris dan tidak mendalam (unreflective). Sehingga
menumbuhkembangkan nilai-nilai spiritual bagi anak usia dini memerlukan
bimbingan serta pengajaran dari guru secara tepat. Dalam konteks inilah,
guru harus memiliki seperangkat kompetensi spiritual baik secara personal
maupun profesional. Kompetensi personal spiritual diwujudkan dalam bentuk
kesalehan diri sendiri dalam mengimplementasikan nilai-nilai spiritual.
Sementara kompetensi profesional spiritual diwujudkan dalam mengajarkan
nilai nilai spiritual kepada peserta didik secara tepat.
Abstract:
Although the ownership of spiritual competence is not in the UU Sisdiknas or
Permendiknas, it is used by the teachers for manytime until it becomes a
necessity. Subject is motivated by the increasing number of the crime violence,
teenagers’ life decadence beyond the breaking point, and adultery and infidelity
seems to be a boast ornate worship even merely regarded as spirituality without
meaning. All of these happened as a result of the education system in Indonesia
still has been at the cognitive and skill oriented. In addition, to various forms of a
moral behavior such as the early childhood spiritual generally still imitate it can
be merely imitating, ego-centric and not deep (unreflective). Thus foster the
spiritual values for young children need guidances and instructions of teachers
appropriately. In this context, the teachers must have a set of spiritual
competence both personally and professionally. The personal spiritual
competence manifested in the form of self-righteousness in the implemention of
spiritual values. While professional competence manifested in the spiritual
teaching values to learners appropriately.
Kata Kunci:
Kompetensi spiritual, guru, anak usia dini, kecerdasan emosi.
yang berbuat jahat di saat orang itu merupakan tanda dan sifat keagamaan
berada dalam tempat yang gelap.Anak yang terakhir ada anak.Rasa kagum yang
menganggap bahwa Tuhan dapat melihat ada pada anak sangat berbeda dengan
segala perbuatannya langsung ke rumah- rasa kagum pada orang dewasa.Rasa
rumah mereka sebagaimana layaknya kagum pada anak-anak ini belum bersifat
orang mengintai. Pada anak usia 6 tahun, kritis dan kreatif, sehingga mereka hanya
pandangan anak tentang Tuhan adalah kagum terhadap keindahan lahiriah saja.
sebagai berikut: Tuhan mempunyai Hal ini merupakan langkah pertama dari
wajah seperti manusia, telinganya lebar pernyataan kebutuhan anak akan
dan besar, Tuhan tidak makan tetapi dorongan untuk mengenal suatu
hanya minum embun. Konsep ketuhanan pengalaman yang baru. Rasa kagum
yang demikian itu mereka bentuk sendiri mereka dapat disalurkan melalui cerita-
berdasarkan fantasi masing-masing. cerita yang menimbulkan rasa takjub
Keempat, verbalis dan ritualis yakni pada anak-anak.Untuk itu diperlukan
kehidupan agama pada anak sebagian penanaman dan pemahaman terhadap
besar tumbuh mula-mula secara verbal nilai-nilai spiritual bagi anak.
(ucapan).Mereka menghafal secara verbal Pendidikan spiritual bagi anak usia
kalimat-kalimat keagamaan dan selain itu dini secara teoritik tidak sebatas
pula dari amaliah yang mereka mengajarkan anak pada upaya
laksanakan berdasarkan pengalaman mengimplementasikan nilai-nilai
menurut tuntunan yang diajarkan kepada keimanan dan ibadah secara kuantitatif.
mereka.Perkembangan agama pada anak Akan tetapi pendidikan spiritual lebih
sangat besar pengaruhnya terhadap menyentuh pada aspek riil dalam
kehidupan agama anak itu diusia kehidupan sehari-hari.14 Selaras dengan
dewasanya.Banyak orang dewasa yang pernyataan tersebut, Komarudin Hidayat
taat karena pengaruh ajaran dan praktek dalam Maslahul Falah menegaskan
keagamaan yang dilaksanakan pada masa kecerdasan spiritual tidak dilihat dari
kanak-kanak mereka.Latihan-latihan kemampuan untuk melakukan ritual
bersifat verbalis dan upacara keagamaan keagamaan secara baik, akan tetapi anak
yang bersifat ritualis (praktek) percaya akan adanya kekuatan non fisik
merupakan hal yang berarti dan (ghaib) yang lebih dari kekuatan diri
merupakan salah satu ciri dari tingkat manusia.Perihal ini seringkali disebut
perkembangan agama pada anak-anak. sebagai sebuah kesadaran yang
Kelima, imitatif yakni tindak menghubungkan manusia dengan Tuhan
keagamaan yang dilakukan oleh anak- lewat hati nurani.15
anak pada dasarnya diperoleh dari Mencermati pengertian di atas,
meniru.Berdo’a dan shalat misalnya menurut penulis penekanan pendidikan
mereka laksanakan karena hasil melihat spiritual lebih bersifat mengoptimalkan
realitas dilingkungan, baik berupa kualitas kecerdasan batin anak yang
pembiasaan ataupun pengajaran yang dilakukan secara sadar dengan
intensif.Dalam segala hal anak menempatkan perilaku serta aktivitas
merupakan peniru yang ulung, dan sifat
14 Maslahul Falah, Tinjauan EQ dan SQ untuk
peniru ini merupakan modal yang positif
dalam pendidikan keagamaan pada Memberi Nama Bayi (Yogyakarta: Media Insani,
2005), hal. 41.
anak.Keenam, rasa heran dan kagum 15Maslahul Falah, Tinjauan EQ dan SQ., hal. 41.
membaca AlQur’an. Pada suatu hari, dengan SQ. Untuk itu kita harus
bapaknya berkata:Bacalah Al-Qur’an melatihnya dengan menyanyikan
seakan-akan Ia diturunkan lagu-lagu ruhaniah atau membacakan
untukmu!.Dan Iqbal berkata: aku puisi-puisi.
merasakan AlQur’an seakan-akan 8) Bawa anak untuk menikmati
berbicara kepadaku. keindahan alam. Kita harus
4) Ceritakan kisah-kisah agung dari menyediakan waktu khusus bersama
tokoh spiritual. Anak-anak bahkan anak-anak untuk menikmati ciptaan
orang dewasa sangat terpengaruh Tuhan. Bawalah anak-anak kepada
cerita. Manusia adalah satu-satunya alam yang relatif belum tercemari,
makhluk yang suka bercerita dan misal ke puncak gunung. Rasakan
hidup berdasarkan cerita yang udara yang segar dan sejuk,
dipercayainya. Para Nabi mengajari dengarkan burung-burung berkicau
umatnya dengan bebas. Hirup wewangian
5) Dengan cerita perumpamaan. Para alami. Ajak mereka ke pantai. Rasakan
sufi seperti Al-Attar, Rumi, dan Sa’di angin yang menerpah tubuh,
mengajarkan kearifan parenial dengan celupkan kaki mereka dan biarkan
cerita. ombak kecil mengelus-elus jemarinya
6) Diskusikan berbagai persoalan dan seterusnya.
dengan dengan perspektif ruhaniah. 9) Bawa anak ke tempat-tempat orang
Melihat dari perspektif ruhaniah menderita. Nabi Musa pernah
artinya memberikan makna dengan berjumpa dengan Tuhan di Bukit
merujuk pada rencana agung Illahi Sinai. Setelah ia kembali ke kaumnya,
(The Devine Grand Design). Maka ia merindukan pertemua dengan
libatkan anak dalam kegiatan ritual Tuhan. Ia bermunajat, Tuhanku, di
keagamaan tetapi tidak boleh mana bisa kutemui Engkau?. Allah
dilakukan dengan terlalu banyak Berfirman: Temuilah aku ditengah-
menekankan hal-hal formal. Misalnya, tengah orang-orang yang hancur
menjelaskan bahwa shalat bukan hatinya. Dari sepenggal cerita Nabi
sekadar kewajiban, tetapi merupakan Musa di atas kita dapat mengambil
kehormatan untuk menghadap Dia kesimpulan, bahwa mulai dini anak
yang maha kasih dan maha sayang. harus dilatih untuk merasakan
7) Bacakan puisi-puisi atau lagu-lagu penderitaan sesama.
yang spiritual inspirasional. Manusia 10) Ikut sertakan anak dalam kegiatan-
mempunyai dua fakultas untuk kegiatan sosial. Sejak dini anak-anak
menyerap hal-hal material dan harus diikutsertakan dalam acara atau
spiritual, yakni mata lahir dan mata kegiatan sosial, yang bertujuan
batin. Misalnya kita bisa berkata melatih anak sebagai mahluk sosial
masakan ini pahit (kita sedang sejak dini.
menggunakan indera lahiriyah), tetapi Selain itu, menumbuh-kembangkan
ketika berkata keputusan ini pahit kecerdasan spiritual bagi anak dapat
(kita sedang menggunakan indera dilakukan dengan berpedoman pada
batiniah). Empati, cinta, kedamaian, beberapa hal diantaranya sebagai berikut:
keindahan hanya dapat dicerapdg pertama, ajarkan kepada anak bahwa
fakultas spiritual kita yang disebut Tuhan selalu memperhatikan kehidupan
kita. Melalui latihan berdo’a dan dilalui secara rutin dan mekanis. Banyak
pembiasaan ritual akan bisa terjadi keajaiban setiap hari yang harus
memperhalus perasaan dan diberi makna, disyukuri, dan dirayakan
mencerdaskan spiritualitas anak. Dalam sekalipun dengan cara yang sederhana,
perihal ini penting bagi orang tua untuk asal memberikan sentuhan hati kepada
selalu memberi contoh yang bagus anak.
dimata anak. Kedua, ajarkan kepada anak- Ketujuh, berikanlah ruang kepada
anak bahwa hidup dan kehidupan ini anak untuk berkreasi, menentukan
saling berhubungan. Tak mungkin kita program dan jadwal kegiatan. Anak yang
hidup sendiri. Mencukupi semua yang terlalu diatur dan didikte orang tua bisa
diperlukan. Hubungan ini tidak saja tumbuh menjadi pemberontak, atau
antara sesama manusia, melainkan juga sebaliknya menjadi pasif, tidak memiliki
dengan lingkungan alam seperti: udara, inisiatif dan sebagainya. Ajarkan kepada
air, cahaya, tumbuhan, hewan bahkan anak untuk bisa memahami pilihan-
sampai bakteri yang ikut menopang pilihannya. Kedelapan, jadilah cermin
hidup kita. positif bagi anak-anak. Dalam kehidupan
Ketiga, orang tua hendaknya rumah tangga tanpa disadari masing-
menjadi pendengar yang baik bagi anak- masing merupakan aktor yang selalu
anaknya. Jika anak bicara jangan buru- dilihat dan dinilai oleh orang lain. Maka
buru dipotong lalu diceramahi. jadilah aktor atau model peran yang baik
Dengarkan dan perhatikan dengan bagi anak-anak. Sesekali adakan forum
tatapan mata yang penuh antusias dan untuk saling menyampaikan kesan dan
stimulatif agar anak terlatih penilaian yang satu kepada yang lain.
mengutarakan pikiran dan emosinya Tentunya kegiatan ini dilakukan dalam
dengan lancar, tertib dan jernih. Keempat, suasana yang rileks, nyaman, tanpa
ajarkan anak-anak untuk menggunakan tekanan serta menjunjung prinsip saling
kata dan ungkapan yang bagus, indah menghargai satu sama lain.
dan mendorong imajinasinya. Kalau sulit, Kesembilan, sesekali ciptakan
bisa dikemukakan melalui bacaan yang suasana yang benar-benar santai,
bagus. Biasakan membeli dan melepaskan semua ketegangan dan
membacakan buku buat anak-anak kita. kepenatan fisik maupun psikis.Inilah
Jika anak tertarik, bisa dibacakan yang dimaksud rekreasi melalui relaksasi.
berulang kali agar merasuk lebih dalam Kesepuluh, setiap hari adalah istimewa,
lagi pesan dan bekasnya. yang wajib dihayati dan disyukuri. Setiap
Kelima, dorong anak-anak untuk pagi ajak anak-anak untuk bersyukur
berimajinasi tentang masa depannya dan pada Tuhan sambil menatap langit,
tentang kehidupan. Imajinasi akan matahari, pepohonan dan sejenisnya.
melatih anak selalu berpikir hal-hal yang Sampaikan terima kasih dan pujian atas
melampaui batas materi dan ini akan kebaikan serta keindahan yang selalu
mencerdaskan spiritualnya. Imajinasi hadir menyertai kita tanpa memungut
juga akan mengaktifkan otak kanan yang bayaran.18
cenderung berpikir holistik, intituitif dan
imajinatif. Keenam, temukan dan rayakan
18Maslahul Falah, Tinjauan EQ dan SQ., hal. 42-44.
keajaiban yang terjadi setiap hari atau
setiap minggu. Jangan sampai hidup
mereka saling berbelas kasih dan anak. Sehingga setiap anak memiliki rasa
berkasih sayang, dan dengannya pula percaya diri yang besar meskipun ia
binatang-binatang buas menyayangi memiliki berbagai kekurangan yang
anak-anaknya. Dan Allah SWT melekat dalam dirinya.
menangguhkan 99 rahmat itu sebagai 3. Kompetensi Cerdas
kasih sayang-Nya pada hari kiamat nanti Kompetensi ini maksudkan bahwa
(HR. Muslim). guru memiliki seperangkat pengetahuan,
Dari uraian di atas, mena-namkan pengalaman dan kemampuan serta sikap
rasa cinta dan kasih sayang sebagai salah untuk menumbuh-kembangkan
satu bentuk kompetensi spiritual kecerdasan anak secara
memiliki urgensi yang sangat penting. spiritual.Kecerdasan spiritual tidak
Guru dan anak didik terbiasa bersikap bersifat teoritik belaka, namun lebih
kasih dan sayang, sehingga wajah serta melekat pada ranah implementasi.
suasana pendidikan tercipta secara Artinya dalam proses mencerdaskan anak
harmonis dan menyenangkan. Akhirnya secara spiritual guru harus
tercipta out put pendidikan Indonesia mencontohkan langsung melalui sikap,
adalah manusia-manusia penebar kasih perbuatan, nasihat, dan sejenisnya.
dan sayang kepada sesama. Melalui Sehingga kecerdasan spiritual anak
pemenuhan kompetensi spiritual semakin hari semakin terpupuk, akhirnya
berbentuk kasih dan sayang berbagai ia menjadi pribadi yang bertaqwa secara
macam dekadensi moral, tindak ritual maupun sosial.
kekerasan dan kejahatan akan 4. Kompetensi Adil
tertanggulangi secara optimal. Sehingga Kompetensi ini berarti guru
empat kompetensi perlu disempurnakan memiliki seperangkat kompetensi,
dengan pemenuhan kompetensi spiritual pengetahuan dan pengalaman serta sikap
bagi guru pada jenjang pendidikan anak untuk menanamkan sikap adil dalam
usia dini. setiap waktu baik adil terhadap diri
2. Kompetensi Menumbuhkan Rasa sendiri, adil terhadap Tuhan, terhadap
Percaya Diri sesama manusia, hewan, tumbuhan
Kompetensi spiritual berbentuk rasa ataupun adil kepada alam sekitar.
percaya diri dipahami sebagai Penanaman sikap adil dilakukan mulai
kepemilikan kemampuan, penge-tahuan dari sesuatu yang paling sederhana,
dan sikap guru dalam menumbuhkan paling kecil namun dilakukan secara
rasa percaya diri kepada anak sehingga konsisten. Perwujudan kompetensi ini
hilang perasaan rendah diri yang juga dilakukan dengan melahirkan
diakibatkan oleh berbagai faktor. kesadaran bersama-sama antara guru
Menanamkan rasa percaya diri bukan dengan anak didik baik dalam proses
berarti mengajarkan anak untuk bersikap pembelajaran dikelas ataupun diluar
sombong, tetapi menga-jaknya untuk kelas.
menemukan kelebihan dan kelemahan 5. Kompetensi Perhatian
yang dimiliki oleh setiap anak. Dengan Kompetensi ini dimaksudkan setiap
mengetahui kelebihan dan kelemahan guru pada jenjang pendidikan anak usia
yang melekat pada diri setiap anak, dini harus memiliki seperangkat
diupayakan guru mampu membantu pengetahuan, pemahaman dan sikap
proses optimalisasi kelebihan atau bakat
ungkapan terima kasih dan al-hamdulillah. tingkat kesadaran yang memuncak, yakni
Akan tetapi melatih anak bersyukur mampu merasakan kehadiran Tuhan atau
berarti mengajarkan mereka secara tepat makhluk ruhaniyah disekitarnya; 3)
untuk bisa menghargai orang lain, Kemampuan untuk mensakralkan
termasuk belajar menerima kritik pengalaman sehari-hari; 4) Kemampuan
ataupun celaan dari orang lain. untuk menggunakan sumber-sumber
Selain itu, penanaman sikap spiritual buat menyelesaikan masalah.
bersyukur juga dilakukan dengan Anak yang cerdas secara spiritual tidak
memberikan pemahaman terhadap anak memecahkan persoalan hidup hanya
untuk giat belajar, giat bekerja serta giat secara rasional atau emosional saja. Ia
beribadah. Semua itu dilakukan sebagai menghubungkannya dengan makna
upaya mengoptimalkan potensi dan kehidupan secara spiritual; 5)
perangkat dalam bentuk anggota tubuh Kemampuan untuk berbuat baik, yaitu
yang lengkap dan sempurna sebagai memiliki rasa kasih yang tinggi pada
pemberian Tuhan yang maha sesama makhluk Tuhan seperti memberi
kuasa.Semua itu dilakukan secara maaf, bersyukur atau mengungkapkan
disiplin, profesional, penuh terima kasih, bersikap rendah hati,
pertimbangan agar belajar, bekerja dan menunjukkan kasih sayang dan kearifan,
beribadah dapat dilakukan secara tepat. hanyalah sebagai dari kebajikan.22
10. Kompetensi Kebersihan Adapun kebijakan kompetensi spiritual
Kompetensi kebersihan adalah idealnya dirumuskan oleh pemerintah di
seperangkat kemampuan, pengeta-huan bawah Kementerian Pendidikan Nasional
dan sikap guru dalam menumbuh- dan Kementerian Agama. Sementara
kembangkan sikap hidup bersih dan suci teknis pengembangannya dilakukan oleh
secara jasmani maupun ruhani. Kesucian guru yang diperoleh melalui pendidikan,
ruhani pendidik dan peserta didik secara pelatihan, workshop, semiloka dan
umum hampir tidak begitu diperhatikan. sejenisnya.
Sebaliknya prestasi akademik lebih
ditonjolkan serta produk-produk Kesimpulan
pengetahuan dan kreativitas tampaknya Kompetensi spiritual bagi guru
menjadi daya unggul dan modal jenjang pendidikan anak usia dini secara
persaingan antar sekolah. Dalam posisi khusus disajikan sebagai pelengkap
itulah, kebutuhan spiritual seolah berdiri empat kompetensi dalam Permendiknas
sendiri sehingga tidak terintegrasi yakni pedagogik, profesional, sosial dan
dengan muatan pembelajaran lainnya. kepribadian. Tanpa menguasai
Penekanan pendidikan spiritual masih kompetensi spiritual, guru dipastikan
memprihatinkan. Sehingga kompetensi tidak mampu menumbuhkembangkan
spiritual harus melekat pada diri setiap kecerdasan spiritual anak usia dini.
guru agar setiap peserta didik memiliki Bahkan dimungkinkan guru tidak
kesucian hati di samping kesucian lahir. memahami konsep pendidikan spiritual
Kompetensi spiritual yang dan ruang lingkupnya secara
kembangkan oleh guru secara substantif komprehensif. Sehingga pendidikan anak
bertujuan agar anak memiliki
22www. muthahhari.or.id/doc/artikel/sqanak.htm
kemampuan: 1) mentransendensikan
yang fisik dan material; 2) mengalami (tidak diterbitkan). Accessed: 7 Pebruari 2017.