Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,

Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013


Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

HUBUNGAN KANDUNGAN ARSEN (As) DALAM URIN DENGAN KEJADIAN GOITER PADA
PETANI SAYUR YANG TERPAPAR PESTISIDA DI KECAMATAN NGABLAK KABUPATEN
MAGELANG

Dyan Kristinatalia
1
Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan
2
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan

Abstract
In 2006 district Magelang has been implemented laboratory examination kholinesterase on farmers located
in 7 districts. Number of farmershave been examined as much as 550 of people exhibit poisoning.The
presence of arsenic concentration in the urine can be used as an indication that farmers have been exposed
to pesticides. Pesticides can cause enlargement of thyroid gland. The aim of this research was to find out the
relation of the content of arsenic ( As ) in urine with goiter incidence on vegetable farmers exposed to
pesticides in sub-district Ngablak district Magelang. The design of research using cross sectional.Large
samples to be taken as many as 35 of respondents. Data analysis using Chi square test with error rate (α =
5%).The results of statistical tests as follows: 12 farmers or 34,29 % of a sample had grade 1 goitre while 23
respondents are still normal. There was no association between arsenic in urine with Goitre incidence on
vegetable farmers in Ngablak district of Magelang(ρ value = 1,000). There was no association between dose
of pesticides that are used with vegetable farmers on goitre incidence in Ngablak district of Magelang (ρ
value = 0.809). There was no association between the amount of pesticides used by vegetable farmers on
goitre incidence in Ngablak district of Magelang (ρ value = 0,476). There was no association work per day
with a goitre incidence on vegetable farmers in Ngablak district of Magelang(ρ value = 1,000). There was no
association between employment as a farmer with goitre incidence on vegetable farmers in Ngablak district
of Magelang(ρ value = 0,070)

Key words: Arsenic in urine, goitre, thyroid gland.

1. PENDAHULUAN
Penggunaan pestisida merupakan intensitas tinggi dan dilakukan secara terus
aplikasi dari suatu teknologi yang ada pada saat menerus akan menyebabkan beberapa kerugian,
ini, diharapkan dapat membantu meningkatkan antara lain residu pestisida akan terakumulasi
produktifitas, membuat petani lebih efisien dan pada produk-produk pertanian, pencemaran pada
ekonomis. Petani cenderung memakai pestisida lingkungan pertanian, keracunan pada hewan,
bukan atas dasar indikasi untuk pengendalian keracunan pada manusia yang berdampak buruk
hama namun menjalankan cara “cover blanket terhadap kesehatan. Manusia akan mengalami
system’ artinya ada ataupun tidak ada hama keracunan yang berdampak kematian. Dampak
tanaman tetap disemprot dengan racun yang buruk dari pestisida ini bukan hanya mengenai
membahayakan. Penggunaan pestisida dengan petani atau pekerja yang menyemprot pestisida
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

saja, tetapi juga dapat mengenai keluarga dan yang aman, murah dan enak digunakan oleh
tetangga dimana kegiatan itu dilakukan. petani.3
Keracunan pestisida ini dapat bersifat akut Dampak buruk pestisida ini bukan hanya
maupun kronis. Keracunan pestisida yang akut mengenai petani atau pekerja yang menyemprot
ada yang bersifat lokal ada juga yang bersifat pestisida saja, tetapi juga dapat mengenai
sistematik. Keracunan pestisida yang bersifat keluarga dan tetangga di mana kegiatan itu
sistematik dapat menyerang sistem syaraf, hati dilakukan. Keracunan pestisida dapat bersifat
atau liver, perut, sistem kekebalan dan akut maupun kronis. Keracunan pestisida yang
1
keseimbangan hormonal. akut ada yang bersifat lokal ada juga yang bersifat
Penyemprotan pestisida yang tidak sistemik. Keracunan pestisida yang bersifat
memenuhi aturan dapat menyebabkan keracunan sistemik dapat menyerang sistem syaraf, hati atau
pada petani. Keracunan pestisida pada petani liver, perut, sistem kekebalan dan keseimbangan
dapat diidentifikasi dengan cara memeriksa hormonal.7
aktifitas kholinesterase darah. Faktor yang Keracunan pestisida dapat ditemukan
berpengaruh terjadinya keracunan pestisida dengan memeriksa aktifitas kholinesterase dalam
adalah faktor dari dalam tubuh (internal) dan dari darah. Faktor yang berpengaruh terhadap
luar tubuh (eksternal). kejadian keracunan pestisida meliputi beberapa
Pestisida golongan organophosphate faktor antara lain umur, tingkat pendidikan, masa
yang masuk ke dalam tubuh manusia kerja, lama kerja per hari, jenis pestisida, dosis
mempengaruhi fungsi syaraf dengan jalan pestisida, frekuensi penyemprotan, waktu
menghambat kerja enzim kholinesterase, suatu penyemprotan, arah angin waktu penyemprotan
bahan kimia esensial dalam menghantarkan dan penggunaan alat pelindung diri (APD). 8
impuls sepanjang serabut syaraf. Pengukuran Penelitian terhadap hewan menunjukkan
tingkat keracunan berdasarkan aktifitas enzim bahwa pestisida mempengaruhi produksi hormon
kholinesterase dalam darah, tingkat keracunan dalam tubuh. Hormon adalah bahan kimia yang
dibagi tiga yaitu : keracunan ringan, sedang, dan diproduksi oleh organ-organ seperti otak, tiroid,
2
berat. paratiroid, ginjal, adrenalin, testis dan ovarium
Petani memiliki kedudukan ganda yang untuk mengontrol fungsi-fungsi tubuh yang
dikenal sebagai pelaku dan penderita keracunan penting. Beberapa pestisida mempengaruhi
pestisida. Sebagai pelaku karena sistem hormon reproduksi yang dapat menyebabkan
penggunaan yang tidak tepat sasaran dapat penurunan produksi sperma pada pria atau
menimbulkan bahaya terhadap orang lain. pertumbuhan telur yang tidak normal pada wanita.
Keracunan terjadi disebabkan oleh faktor sebagai Beberapa pestisida dapat menyebabkan
berikut : 1) kurang mengertinya petani akan pembesaran tiroid yang akhirnya kanker tiroid. 9
bahaya pestisida; 2) masih banyaknya pestisida Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid yang
yang sangat berbahaya yang beredar dan mudah berguna bagi untuk metabolisme dan
didapat; 3) tidak tersedianya alat pelindung diri pertumbuhan yang dalam pembentukan hormon
tiroid dipengaruhi oleh asupan iodium.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Kekurangan iodium akan menimbulkan gangguan keracunan sedang 72,73%; keracunan ringan 8,9%
yang dikenal dengan gangguan akibat dan normal 0,18%. Untuk Kecamatan Ngablak
kekurangan iodium (GAKI), gangguan ini jumlah sampel diperiksa 50 orang menunjukkan
10
berpengaruh terhadap sintesa hormon tiroid. 58% keracunan dengan rincian keracunan berat
Gangguan akibat kekurangan iodium 16%, keracunan sedang 48%, keracunan ringan
(GAKI) dapat dipengaruhi banyak faktor antara 34% dan normal 2%.6
lain, asupan iodium (Intake Iodium) dan jenis Tujuan umum penelitian ini adalah untuk
makanan yang dikonsumsi (goitrogenic). Selain mengetahui hubungan kandungan Arsen (As)
itu kerusakan jaringan dan penyakit-penyakit dalam urin dengan kejadian goiter pada petani
tertentu yang berhungan dengan sistem endokrin sayur yang terpapar pestisida di Kecamatan
11,12
juga memberikan pengaruh. Ngablak, Kabupaten Magelang.
Pekerjaan utama masyarakat di
Kecamatan Ngablak adalah bidang pertanian 2. METODE PENELITIAN
dengan luas lahan pertanian 3252 Ha dengan Jenis penelitian ini adalah penelitian
jumlah kelompok tani sebanyak 73 kelompok desain cross sectional. Penelitian dengan desain
4
yang tersebar di 16 desa. Pada umumnya cross sectional merupakan suatu penelitian untuk
mereka bercocok tanam sayuran seperti kol, mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor
kentang, wortel, tomat, cabe, dan sebagainya, resiko dengan efek, dengan cara pendekatan,
sedang pada musim tanam tembakau tiba mereka observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada
menanam tembakau dengan sistem tumpang sari. suatu saat (point time approach). Populasi dalam
Pestisida yang digunakan para petani di penelitian ini adalah petani sayur di Kecamatan
Kecamatan Ngablak untuk membasmi serangga Ngablak Kabupaten Magelang dengan kriteria
dan tumbuhan pengganggu pada sayuran adalah inklusi :
Mantep, Ditan, Bazoka, Manzeb/Mankozeb,  Telah bekerja sebagai petani penyemprot
Dakoril, Antrokol, Resofin/Supermetrin, Cilatron, minimal 5 tahun.
Dropil, Propan, Durban, Matador, Diazinon,  Jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Roundap, Goal, Goelma, dan lain sebagainya. Besar sampel dalam penelitian ini adalah
Pestisida tersebut didapat dari kios/toko pestisida 35 subyek penelitian. Besar sampel ini ditentukan
di kecamatan Ngablak yang berjumlah 15 buah dengan pertimbangan keterbatasan biaya dan
yang tersebar di 4 desa, pada umumnya merea telah memenuhi sampel minimal untuk statistik
tidak mempunyai ijin usaha dan hanya 2 toko non parametrik.
5
yang sudah mempunyai ijin usaha. Data yang dikumpulkan dengan cara
Pada tahun 2006 di Kabupaten Magelang survei yang dilakukan oleh peneliti baik melalui
telah dilaksanakan pemeriksaan aktifitas wawancara, observasi langsung serta
kholinesterase pada petani berlokasi di 7 pemeriksaan arsen dalam urin dan goiter. Data
kecamatan. Dengan jumlah yang diperiksa primer meliputi dosis pestisida yang digunakan,
sebanyak 550 orang menunjukkan keracunan jenis pestisida, jumlah pestisida yang digunakan,
99,8% dengan rincian : keracunan berat 18,2%; penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), lamanya
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

kerja per hari, masa kerja petani, metode Kadar arsen dalam urin pada petani sayur
penyemprotan, metode pencampuran, serta di Kecamatan Ngablak didapat dari hasil
pendidikan, sikap/respon petani dan pengetahuan pemeriksaan laboratorium. Kadar arsen dalam
petani. urin digunakan untuk mengetahui bahwa petani
Data dianalisis dengan menggunakan telah terpapar oleh pestisida arsen. Berdasarkan
komputer. Analisa univariat disajikan dengan uji statistik Chi Square test untuk menguji
mendeskripsikan semua variabel sebagai bahan hubungan kadar arsen dalam urin dengan
informasi dengan menggunakan tabel distribusi kejadian goiter pada petani sayur diperoleh nilai ρ
frekuensi. Analisa bivariat digunakan untuk = 1,000 lebih besar dari α (0,05). Hal ini
mengetahui hubungan antara variabel bebas dan menunjukkan secara statistik bahwa variabel
variabel terikat. Uji statistik yang digunakan kadar arsen dalam urin tidak berhubungan
adalah chi square (chi kuadrat), dengan tingkat dengan kejadian goiter pada petani sayur.
kesalahan 5 % (α = 5 %). Sementara dari hasil perhitungan RP di dapatkan
RP= 1,059 dengan Confidence Interval (CI) 95%
3. HASIL DAN PEMBAHASAN = 0,423 – 2,649.
3.1 Hubungan kadar arsen dalam urin dengan
kejadian Goiter

3.1 Hubungan Kadar Arsen Dalam Urin Dengan Kejadian Goiter


Kadar arsen dalam Kejadian Goiter Total
urin Positif Negatif
≥ 11,2 µg/l 6 (35.3%) 11 (64.7%) 17 (100.0%)
< 11,2 µg/l 6 (33.3%) 12 (66.7%) 18 (100.0%)
Total 12 (34.3%) 23 (65.7%) 35 (100.0%)
(ρ value = 1,000 RP = 1,059 95%CI = 0,423 – 2,649)

3.2 Hubungan dosis pestisida yang digunakan menguji hubungan dosis pestisida yang
dengan kejadian goiter digunakan dengan kejadian goiter pada petani
Dosis pestisida adalah takaran atau sayur diperoleh nilai ρ = 0,632 lebih besar dari α
ukuran jumlah pestisida yang digunakan dalam (0,05). Hal ini menunjukkan secara statistik bahwa
sekali penyemprotan pada tanaman. Takaran variabel dosis pestisida yang digunakan tidak
atau ukuran dosis pestisida yang tidak sesuai berhubungan dengan kejadian goiter pada petani
dapat membahayakan petani yang menyemprot, sayur. Sementara dari hasil perhitungan RP di
tanaman yang disemprot, dan juga orang-orang dapatkan RP= 0,675 dengan Confidence Interval
disekitar lingkungan kebun dan rumah. (CI) 95% = 0,264 – 1,722.
Berdasarkan uji statistik Chi Square test untuk

3.2 Hubungan Dosis Pestisida Yang Digunakan Dengan Kejadian Goiter


JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Dosis pestisida yang Kejadian Goiter Total


digunakan Positif Negatif
Tidak sesuai ukuran 5 (27.8%) 13 (72.2%) 18 (100.0%)
Sesuai ukuran 7 (41.2%) 10 (58.8%) 17 (100.0%)
Total 12 (34.3%) 23 (65.7%) 35 (100.0%)
(ρ value = 0,632 RP = 0,675 95%CI = 0,264 – 1,722)

3.3 Hubungan Jumlah Pestisida Yang Digunakan Dengan Kejadian Goiter


Jumlah pestisida yang Kejadian Goiter Total
digunakan Positif Negatif
> 3 jenis 9 (39.1%) 14 (60.9%) 23 (100.0%)
≤ 3 jenis 3 (25.0%) 9 (75.0%) 12 (100.0%)
Total 12 (34.3%) 23 (65.7%) 35 (100.0%)
(ρ value = 0,476 RP = 1,565 95%CI = 0,519 – 4,724)

3.4 Lamanya Kerja Per Hari Dengan Kejadian Goiter


Lamanya kerja per hari Kejadian Goiter Total
Positif Negatif
Buruk, ≥ 2 jam 7 (35.0%) 13 (65.0%) 20 (100.0%)
Baik, < 2 jam 5 (33.3%) 10 (66.7%) 15 (100.0%)
Total 12 (34.3%) 23 (65.7%) 35 (100.0%)
(ρ value = 1,000 RP = 1,05 95%CI = 0,413 – 2,667)

3.5 Hubungan Masa Kerja Sebagai Petani Dengan Kejadian Goiter


Masa kerja sebagai Kejadian Goiter Total
petani Positif Negatif
≥ 20 tahun 10 (47.6%) 11 (52.4%) 21 (100.0%)
< 20 tahun 2 (14.3%) 12 (85.7%) 14 (100.0%)
Total 12 (34.3%) 23 (65.7%) 35 (100.0%)
(ρ value = 0,070 RP = 3,333 95%CI = 0,856 – 12,978)

3.3 Hubungan jumlah pestisida yang digunakan pestisida saja. Jumlah jenis pestisida yang
dengan kejadian goiter banyak yang digunakan dalam waktu
Dalam sekali penyemprotan tanaman, penyemprotan akan menimbulkan efek keracunan
para petani biasa mencampurkan lebih dari satu lebih besar bila dibanding dengan penggunaan
jenis pestisida. Sedangkan menurut aturan yang satu jenis pestisida karena daya racun atau
seharusnya, dalam sekali penyemprotan tanaman konsentrasi pestisida akan semakin kuat sehingga
hanya diperbolehkan menggunakan satu jenis memberikan efek samping yang semakin besar.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Berdasarkan uji statistik Chi Square test untuk menguji hubungan masa kerja sebagai petani
menguji hubungan jumlah pestisida yang dengan kejadian goiter pada petani sayur
digunakan dengan kejadian goiter pada petani diperoleh nilai ρ = 0,070 lebih besar dari α (0,05).
sayur diperoleh nilai ρ = 0,476 lebih besar dari α Hal ini menunjukkan secara statistik bahwa
(0,05). Hal ini menunjukkan secara statistik bahwa variabel masa kerja sebagai petani tidak
variabel jumlah pestisida yang digunakan tidak berhubungan dengan kejadian goiter pada petani
berhubungan dengan kejadian goiter pada petani sayur. Sementara dari hasil perhitungan RP di
sayur. Sementara dari hasil perhitungan RP di dapatkan RP= 3,333 dengan Confidence Interval
dapatkan RP= 1,565 dengan Confidence Interval (CI) 95% = 0,856 – 12,978.
(CI) 95% = 0,519 – 4,724.
3.4 Hubungan lamanya kerja per hari dengan 4. PENUTUP
kejadian goiter a. Kesimpulan
Lama kerja per hari adalah jumlah jam Berdasarkan hasil yang diperoleh dari
dalam satu harinya yang digunakan oleh penelitian ini dapat disimpulkan sebagai
responden dalam melakukan kegiatan pertanian. berikut :
Rata-rata para petani sayur di Kecamatan 1. Dari hasil pemeriksaan terhadap responden
Ngablak melakukan kegiatan pertanian selama 2 diketahui bahwa 12 orang responden atau
jam. Lama kerja per hari dapat digunakan untuk 34,29% dari sampel penelitian menderita
mengetahui lama petani terpapar pestisida yang penyakit goiter Grade 1, sedangkan 23 orang
mengandung arsen. Berdasarkan uji statistik Chi responden lainnya tidak menderita penyakit
Square test untuk menguji hubungan lamanya goiter atau masih normal.
kerja per hari dengan kejadian goiter pada petani 2. Tidak ada hubungan kadar arsen dalam urin
sayur diperoleh nilai ρ = 1,000 lebih besar dari α dengan kejadian Goiter pada petani sayur di
(0,05). Hal ini menunjukkan secara statistik bahwa Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang (ρ
variabel lamanya kerja per hari tidak berhubungan value = 1,000)
dengan kejadian goiter pada petani sayur. 3. Tidak ada hubungan dosis pestisida yang
Sementara dari hasil perhitungan RP di dapatkan digunakan dengan kejadian goiter pada petani
RP= 1,05 dengan Confidence Interval (CI) 95% = sayur di Kecamatan Ngablak Kabupaten
0,413 – 2,667. Magelang (ρ value = 0,632)
3.5 Hubungan masa kerja sebagai petani dengan 4. Tidak ada Hubungan jumlah pestisida yang
kejadian goiter digunakan dengan kejadian goiter pada petani
Masa kerja sebagai petani adalah sayur di Kecamatan Ngablak Kabupaten
lamanya responden bekerja sebagai petani dan Magelang (ρ value = 0,476)
melakukan kegiatan yang berkaitan dengan 5. Tidak ada Hubungan lamanya kerja per hari
pertanian. Masa kerja sebagai petani diketahui dengan kejadian goiter pada petani sayur di
dengan cara mewawancarai langsung pada Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang (ρ
responden dengan satuan hasil tahun. value = 1,000)
Berdasarkan uji statistik Chi Square test untuk
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

6. Tidak ada Hubungan masa kerja sebagai 2. Direktorat Jendral PPM & PLP. Pemeriksaan
petani dengan kejadian goiter pada petani Cholinestrease Darah dengan Tintometer Kit.
sayur di Kecamatan Ngablak Kabupaten Depkes RI. Jakarta. 1992
Magelang (ρ value = 0,070) 3. Achmadi, UF. Upaya Kesehatan Kerja Sektor
7. Adanya bahan-bahan kimia berbahaya lain Informal di Indonesia. Depkes. RI. Jakarta.
yang terdapat di dalam pestisida yang dicurigai 1991
berpengaruh terhadap kejadian goiter pada 4. BPPK Kecamatan Ngablak. Data Kelompok
petani sayur di Kecamatan Ngablak Kabupaten Tani Hasil Revitalisasi. Ngablak. 2007
Magelang. 5. Puskesmas Ngablak. Data Tempat
b. Saran Pengolahan Pestisida. Ngablak. 2006
1. Perlu adanya penelitian lebih mendalam 6. Labkes. Mas. Magelang. Hasil Pemeriksaan
mengenai dampak penggunaan pestisida Sampel Cholinesterase di Kabupaten
khususnya pestisida yang mengandung arsen Magelang. Magelang. 2006
terutama dampak jangka panjang yang 7. Pesticide Action Network Asia and the Pacific.
ditimbulkan. Awas, Pestisida Berbahaya Bagi Kesehatan
2. Adanya peneltian lebih lanjut mengenai hal. 10-12. Yayasan Duta Awam. 1999
kejadian goiter yang dialami petani terutama 8. Departemen Kesehatan RI. Pemeriksaan
bahan kimia lain dalam pestisida yang dapat Cholinesterase Darah dengan Tintometer Kit.
menyebabkan kejadian goiter. Direktorat Jendral PPM dan PLP, 1992
3. Perlu adanya pengecekan secara berkala 9. Guven, M, F Bayran, Endocrine Change in
kepada petani tentang keterpaparan petani Patient With Acute Organophosphate
terhadap pestisida, terutama keterpaparan Poisoning, Human and Experimental
petani terhadap bahan-bahan kimia berbahaya Toxicologi, no 18, p 598-601, 1999
yang terdapat di dalam pestisida. 10. Peatfield, Durrant BJ; Aspect of A Common
4. Perlu adanya pengarahan dan sosialisasi dari Missed Diagnosis: Thyroid Disfunction and
dinas terkait seperti puskesmas kepada petani Management. Journal of Nutrional &
tentang bahaya penggunaan pestisida baik Environmental Medicine, Dec 96, Vol. 6, p371,
dan benar serta pentingnya memakai APD 1996
secara lengkap dan menjaga kesehatan. 11. Ganong, William F; Buku Ajar Fisiologi
5. Perlu adanya penelitian dan pemberian Kedokteran, Edisi 17 hal. 313. EGC. Jakarta.
alternatif bahan lain yang lebih alami sebagai 1999
pengganti atau campuran pestisida kimia. 12. Price, Sylvia. A and Lorraine M Wilson;
Patofisiologi “Konsep Klinis Proses-Proses
DAFTAR PUSTAKA Penyakit”, Edisi 4 hal.1070-1076. EGC.
1. Pesticide Action Network Asia and the Pacific. Jakarta. 1995
Awas, Pestisida Berbahaya bagi Kesehatan. 13. Djojosumarto, P. Pestisida dan Aplikasinya.
Yayasan Duta Awam, hal 10 – 12, 1999 PT. Agromedia Pustaka. Jakarta. 2008
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

14. Sudarmo, S. Pestisida. Penerbit Kanisius. 25. Purba, Imelda Gernauli. Analisis Faktor-
Yogyakarta. 1991 Faktor yang berhubungan dengan Kadar
15. Gallo M.A., Lawryk N.J. Organic Phosphorus Kolinesterase pada Perempuan Usia Subur di
Pesticides. Handbook of Pesticide Toxicology. Daerah Pertanian. Pascasarjana Universitas
1991 Diponegoro. Semarang. 2009
16. Darmono. Toksisitas Pestisida. 26. Achmadi, UF : Kecelakaan di Bidang
(http://www.geocities.com/kuliah_farm/farmasi Pertanian. Cermin Dunia Kedokteran, no. 50
_forensik/pestisida.doc diakses tanggal 10 hal. 9-12. Jakarta. 1988.
November 2012) 27. Ganong, William F. buku Ajar Fisiologi
17. Ames, R.G., Brown S.K., Mengle D.C., Khan Kedokteran, Edisi 17 hal. 313. RGC.
E., Stratton J.W., Jackson R.J. cholinesterase Jakarta.1999
Activity Depression Among California 28. Price, Sylvia A and Lorraine M Wilson.
Agricultural Pesticide Applicator. Industry. Patofisiologi “konsep Klinis Proses-Proses
Med.1989 Penyakit”, Edisi 4 hal. 1070-1076. Jakarta.
18. Sartono. Racun dan Keracunan. Widya 1995
Medika. Jakarta.2001 29. Sungkawa, Hendra Budi. Hubungan Riwayat
19. WHO. Organophosphorus Insecticides : A Paparan Pestisida dengan Kejadian Goiter
General Introduction Environmental Health pada Petani Hortikultura di Kecamatan
Criteria. WHO. Geneva. 1986 Ngablak Kabupaten Magelang. Pascasarjana
20. Nur Hayati. Analisis Kadar Arsen (As) pada Universitas Diponegoro. Semarang. 2008
Kerang (Bivalvia) yang Berasal dari Laut 30. Profil Kecamatan Ngablak tahun 2009
Belawan Tahun 2009. Universitas Sumatera 31. Puskesmas Kecamatan Ngablak. Profil
Utara Press. Medan. 2009 Kesehatan Kecamatan Ngablak Tahun 2009.
21. Widiowati, Wahyu, et all. Efek Toksik Logam 32. Isni, Khoiriyah. Kadar Arsen dalam Urin
Pencegahan dan Penanggulangan Sebagai Indikator Paparan Akut Terhadap
Pencemaran. Andi. Jogjakarta. 2008 Pestisida pada Petani Sayur Di Kec. Ngablak
22. Darmono. Lingkungan Hidup dan Kab. Magelang, Tabel Hasil Pemeriksaan
pencemaran : Hubungannya dengan Kadar Arsen dalam Urin. Universitas
Toksikologi Senyawa Logam. Universitas Diponegoro. Semarang. 2012
Indonesia. Jakarta. 2006 33. Agency for Toxic Subtance and Disease
23. Arsenic Toxicity. US Departement of Health Registry. Case Study Environmenttal
and Human Services. Agency for Toxic Medicine.
Subtance and Disease Registry. Division of (http://www.atsdr.cdc.gov/csem/arsenic/docs/
Toxicology and Environmental Medicine. arsenic.pdf diakses tanggal 2 Desember 2012)
24. Chadha, Vijay. Catatan Kuliah Ilmu Forensik 34. Maryand Department of The Environment.
dan Toksikologi Edisi V. widya Medika. Health Information About Arsenic.
Jakarta.1995 (http://www.mde.state.md.us/assets/documen
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

t/factsheets/Arsenic_Health_Info.pdf diakses 36. Luh Gatie, Asih. Validasi Total Goitre Rate
tanggal 2 Desember 2012) (Tgr) berdasar Palpasi terhadap
35. Departemen Pertanian. Permentan No. 24 Ultrasonografi (Usg) Tiroid serta Kandungan
Tahun 2011. Yodium Garam dan Air di Kecamatan
(www.deptan.go.id/permentan2011/7.Perment Sirampog Kabupaten Brebes. Pascasarjana
anNo24Thun2011/Permentan.No.24Tahun20 Universitas Diponegoro. Semarang. 2006
11.pdf diakses tanggal 2Desember 2012)

You might also like