Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN SYMPO WORKSHOP PIT Thorax JKT
LAPORAN SYMPO WORKSHOP PIT Thorax JKT
LAPORAN SYMPO WORKSHOP PIT Thorax JKT
Evident on the radiograph in 30% to 60% of patients ,on CT scan in 70% to 90%
of patients
Although the chest radiograph plays an important role in the diagnosis of
tuberculosis it may be normal in up to 15% of patients with AIDS and sputum
culture-positive disease
MAC accounts for most non tuberculous mycobacterial infections seen in patients
with AIDS
MAC (Mycobacterium avium-intracellulare Complex) infection usually results from
primary exposure rather than reactivation of latent organisms.
It tends to occur in the late stage of AIDS, when immune deficiency is severe and
the CD4 lymphocyte count drops below 50 cells per mm3
The diagnosis may be established from the combination of positive culture of
sputum or BAL fluid,appropriate clinical and radiologic findings, and a therapeutic
response
Approximately 20% of chest radiographs in patients with MAC-related pulmonary
disease are normal
The most common findings include mediastinal or hilar lymphadenopathy.
The pulmonary manifestations,when present, resemble those of tuberculosis and
include multifocal patchy areas of consolidation or ill-defined nodules that may
cavitate
Pleural effusions are more common in MAC than in tuberculosis but miliary
disease is rare
Immune Reconstitution Inflammatory Syndrome
Because HAART results in partial restoration of cell-mediated immunity, patients
with AIDS receiving HAART are more likely to show a pattern resembling
postprimary tuberculosis
Evaluasi pasien nyeri dada yang tidak stabil, dimulai dengan survei primer
berupa evaluasi jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi. Pada saat stabilisasi pasien
nyeri dada akut, pemeriksaan foto toraks menjadi pemeriksaan radiologi awal untuk
mendeteksi penyakit jantung atau paru yang mengancam jiwa. Pemeriksaan
radiologi potong lintang/ cross sectional (CT Scan, MRI, Echokardiografi) menjadi
pemeriksaan lanjutan yang membantu menemukan etiologi. CT scan berpotensi
sebagai pemeriksaan yang paling efektif untuk membedakan berbagai etiologi
penyebab nyeri dada akut (1,2).
1. Sindrom koroner akut
Sindrom koroner akut (ACS) adalah sebuah spektrum iskemi miokardium akut yang
terdiri dari unstable angina, non ST-segment elevated myocardial ischemia, dan ST-
segment elevated myocardial ischemia. Sindrom koroner akut terjadi akibat ruptur
plak ateroma yang rentan (vulberable plaque) disertai penyumbatan pembuluh darah
koroner secara mendadak. Akibatnya akan terjadi iskemia miokardium atau infark
yang mungkin transmural atau subendokard. Sekitar 10% sampai 30% dari pasien
tersebut memiliki angiogram koroner yang normal (2).
Sindrom koroner akut adalah penyebab nyeri dada yang berpotensi berbahaya.
Pasien dengan gejala klasik iskemia memerlukan penanganan cepat dengan
memerlukan terapi reperfusi, seperti trombolisis dan angioplasti koroner. Pasien
unstable angina dan nyeri dada atipikal mempunyai dilema diagnostik, karena hasil
laboratorium biomarker sering tidak menunjukkan kelainan, sehingga berisiko
berprognosis buruk, meskipun gejalanya mungkin kurang signifikan (2).
Tidak ada tanda langsung dari iskemia miokardium pada foto toraks. Foto toraks
lebih sensitif dan bermanfaat untuk menyingkirkan penyebab nyeri dada yang bukan
berasal dari jantung (misalnya, pneumonia atau pneumotoraks). Tanda-tanda tidak
langsung iskemi miokardium meliputi kalsifikasi aterosklerosis pembuluh koroner
dan aorta, kalsifikasi dari dinding jantung yang menandakan infark sebelumnya, atau
pelebaran mediastinum. Sefalisasi corakan bronkovaskular paru dan pembesaran
jantung merupakan tanda gagal jantung kongestif (2).
Multidetector CT Scan (MDCT) adalah teknologi CT scan mutakhir yang mampu
memberikan pencitraan jantung dengan resolusi spasial dan resolusi temporal yang
tinggi. Hal ini memungkinkan pencitraan arteri koronaria, dan dapat menunjukkan
stenosis koroner akibat plak kalsifikasi maupun plak non kalsifikasi. Kebanyakan
pasien dengan sindrom koroner akut menunjukkan stenosis arteri koronaria yang
signifikan pada kateterisasi maupun MDCT. Akan tetapi sebagian pasien infark
miokardium menunjukkan stenosis kurang dari 50% (3).
Hasil CT Scan yang menunjukkan adanya dan juga luasnya penyakit jantung
koroner akan membantu penatalaksanaan pasien nyeri dada dengan cepat dan
tepat. Dengan waktu pemeriksaan yang cepat, MDCT menjadi pendekatan inisial
dalam work up pasien nyeri dada (3).
Walaupun protokol penatalaksanaan pasien nyeri dada dengan tanda klasik iskemia
jantung yang menunjukkan perubahan elektrokardiogram adalah kateterisasi dan
mungkin dilanjutkan intervensi bila diperlukan. Akan tetapi penggunaan MDCT
bermanfaat untuk mendapatkan diagnosis sekunder atau alternatif sebagai evaluasi
menyeluruh kasus nyeri dada (2).
2. Sindrom Aorta Akut
Sindrom aorta akut adalah keadaan darurat aorta yang ditandai dengan gejala nyeri
dada dan hipertensi. Sindroma aorta akut mencakup diseksi aorta (AD), hematoma
intramural (IMH), dan penetrasi ulkus aterosklerostik serta kebocoran atau pecahnya
aneurisma aorta. Walaupun patogenesis setiap entitas tersebut bervariasi, tetapi
semuanya bermula dari gangguan lapisan medial aorta yang bertambah panjang
secara melingkar atau longitudinal di sepanjang pembuluh darah. Gangguan ini
menyebabkan kecenderungan mengganggu lapisan dinding aorta lainnya (lapisan
intima dan adventisia) (2,4).
2.A. Diseksi aorta
Diseksi Aorta (DA) akut adalah keadaan darurat kardiovaskular yang membutuhkan
diagnosis dan pengobatan secepatnya. DA biasanya terjadi akibat hipertensi.
Keadaan ini muncul berupa robekan tunika intima aorta dan kemudian darah masuk
ke tunika media aorta lalu membentuk lumen ganda yakni lumen palsu (false lumen)
dan lumen sebenarnya (true lumen). Robekan yang terjadi pada aorta descendens
(DA Stanford tipe B) ditangani secara farmakologi dengan terapi antihipertensi.
Tujuan utamanya untuk mengurangi tekanan darah, sehingga mengurangi kekuatan
kontraksi ventrikel kiri dan tegangan dinding pembuluh darah. Sedangkan robekan
pada lapisan intima aorta ascendens dengan disertai atau tanpa disertai robekan
lanjutan pada aorta descendens (Diseksi aorta Stanford tipe A) membutuhkan
tindakan bedah segera. Salah satu komplikasi paling berbahaya adalah bila diseksi
aorta asendens berlanjut mengakibatkan regurgitasi aorta. Diseksi arteri koroner
atau obstruksi arteri koroner adalah komplikasi lainnya yang berbahaya karena
dapat menyebabkan iskemi miokardium (2).
Gambaran utama IMH pada CT Scan tanpa kontras adalah gambaran bulan sabit
(crescent) yang hiperdens pada dinding aorta, yang menandakan hematoma
intramural. Tanda ini seringkali terabaikan pada CT Scan dengan kontras.
Pemeriksaan CT Scan tanpa kontras diperlukan dalam sindrom aorta akut. Temuan
lainnya pada IMH adalah perpindahan kalsifikasi intima yang dapat membedakan
IMH dari trombus intraluminal, dan adanya kompresi lumen sebenarnya (true lumen)
aorta akibat hematoma. (2,5)..
Pada CT Scan tampak gambaran evaginasi kontras yang menembus plak dan
dinding lumen aorta. Penebalan dinding dan pelebaran aorta dapat ditemukan.
Komplikasi tambahan berupa diseksi fokal, gangguan pada tunika adventisia sampai
menjadi pseudoaneurisma bahkan ruptur aorta (6).
Aneurisma aorta torakalis (TAA) paling sering terjadi pada laki-laki pada usia antara
50-70 tahun. TAA diperkirakan membesar hingga tingkat 0.5 cm per tahun dan
berisiko terjadi ruptur ketika diameter melebihi 5 cm. Pasien yang mengalami gejala
biasanya berhubungan dengan besarnya aneurisma (2).
Pecahnya aorta merupakan kondisi fatal pada sindrom aorta akut. Hematoma
periaortik adalah salah satu temuannya. Tanda lain adalah hyperdense
mediastinum, perikardial, atau cairan pleura yang kompatibel dengan perdarahan
pada CT non kontras. Adanya IMH, defect pada dinding aorta berkalsifikasi, dan
ekstravasasi kontras adalah tanda-tanda yang dapat terlihat pada CT dengan
kontras (2).
SARAN:
Dalam rangka pengadaan CT scan di RSI Unisma, perlu dilakukan pelatihan intensif
bagi user, maupun operator sehingga diharapkan dapat meningkatkan optimalisasi
pemanfaatan CT scan demi pelayanan Radiologi yang baik.
Yang Melaporkan