Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

P E N E L I T I A N I LM I A H

Efektivitas Breathing Exercise ABSTRACT


Terhadap Penilaian Tingkat Background: Coronary Heart Disease (CHD)
Kelelahan Pada Pasien Penyakit causes the coronary arteries to narrow and the
Jantung Koroner consumption of O2 to the tissues decreases so
that anaerobic metabolism produces lactic acid
which causes fatigue as one of the effects or
symptoms of CHD. In the preliminary study,
250 people experienced CHD with complaints
Effectiveness of Breathing Exercise of fatigue of 125-150 people. The purpose of
on the Assessment of Fatigue this study was to analyze differences in the level
Levels in Coronary Heart of fatigue before and after breathing exercise in
Disease Patients coronary heart disease patients in the ICU
SYAMRABU Hospital Bangkalan. Method:
This study uses an "Experimental" design with
the One Group Pre Test - Post Test design
approach. The variable of this study was
Breathing Exercise (independent variable) and
Rahmad Wahyudi*) the level of fatigue in CHD patients (dependent
Ulva Noviana*) variable). Data was taken on the entire
Faisal Amir *) population of CHD patients in the ICU
*) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan SYAMRABU Bangkalan Hospital with an
(STIKes) Ngudia Husada estimated 21 respondents with a total sample of
Madura 20 respondents. Sampling technique uses
accidental sampling technique and data
collection using observation sheet with fatique
scale, The Results were analyzed using the
Wilcoxon Signed Rank Test with α (0.05). The
Wilcoxon Signed Rank Test analysis showed
that there were differences in the level of fatigue
between before and after breathing exercise in
CHD patients in the ICU SYAMRABU
Bangkalan Hospital with significant results (ρ =
0.002) <α (0.05). Health workers are expected
to be able to help CHD patients by creating an
activity program such as breathing exercise that
can be introduced first through providing
counseling or direct giving to patients so that
people, families and patients with CHD know
and know about the picture of CHD, both from
symptoms, the sign arrived at the stage of how
to deal with the initial.

Keywords: Tuberculosis,
Correspondence : Rahmad Wahyudi S.Kep.Ns.,M.AP.,M.Kep , Pulmonary function
capacity ,Physical exercise 6 minutes walking test
Jl. R.E. Martadinata No 45 , Mlajah-Bangkalan

70
PENDAHULUAN menurunkan kontraktilitas miokard
sehingga curah jantung pun menurun
Indonesia Saat Ini menghadapi
(Nurarif, 2015)
tantangan besar penyakit kardiovaskuler
Sumbatan pada arteri koroner
merupakan penyakit tidak menular yang
menimbulkan oksigenasi kedalam jaringan
menyebabkan sebanyak lebih 17 juta
jantung terganggu. Penurunan kadar
kematian di dunia. Perubahan pola gaya
oksigen pada pasien PJK menyebabkan
hidup menjadi penyebab utama. penyakit
penurunan sediaan energi dalam tubuh
jantung menjadi penyebab nomor satu
dikarenakan proses penghasilan ATP juga
penyakit di dunia.
berkurang, tubuh merespon dengan
Pada Tahun 2012 WHO melaporkan
melakukan metabolism anaerob yang
31 % dari 17,5 juta meninggal akibat
menghasilkan zat sisa berupa asam laktat.
penyakit jantung. Prevalensi secara global
Penumpukan asam laktat pada otot yang
Sebanyak 7,4 juta jumlah kematian global
berlebih akan menyebabkan kelelahan
disebabkan oleh penyakit jantung koroner
sehingga muncul gelaja mudah lelah, sesak
dan 6,7 juta disebabkan oleh stroke (WHO,
nafas, yang pada akhirnya merujuk pada
2015). Di Indonesia Kematian akibat
intoleransi aktifitas dan pembatasan
penyakit jantung coroner dan stroke akan
aktifitas pada sebagian besar pasien
terus meningkat.
dengan PJK yang dapat menurunkan
Dokter mendiagnosis tahun 2013
kualitas hidup pasien, selain itu psikologis
sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar
penderita penyakit jantung juga mengalami
883.447 orang, sedangkan sebesar 1,5%
depresi hal ini yang memicu terjadinya
atau diperkirakan sekitar 2.650.340 orang
angina (Lee, 2010)
di observasi masih merupakan tanda gejala
Kelelahan dapat diartikan dimana
(Kementerian Kesehatan RI, 2014).
segala aktifitas fisik yang dilakukan
Berdasarkan hasil studi pendahuluan,
berdampak pada perasaan letih dan lemah
angka kejadian PJK di unit perawatan
menandakan ada penurunan fungsi fisik
intensif (ICU) RSUD Syamrabu
dan mental (Skala Penilaian fatique
Kabupaten Bangkalan pada tahun 2015
(kelelahan) dengan menggunakan skala
yaitu 190 orang, sedangkan pada tahun
numeric dengan indicator skor 0 : tidak ada
2016 bertambah 10,5% menjadi 210 orang,
keletihan, skor 1-3 : tingkat ringan, skor 4-
dan semakin meningkat lagi yaitu 19%
6 : tingkat sedang , skor 7-9 : tingkat berat,
atau 250 orang per Desember 2017 dimana
skor 10 : tingkat luar biasa (Arum, 2015).
50-60% (125-150 orang). Dari 10 orang
PJK membutuhkan penanganan
yang di lakukan anamnesa mengeluh sesak
yang cepat dan tepat jika terlambat dalam
, mudah lelah saat melakukan aktivitas
pengobatan dan penatalaksanannya,
ringan sekalipun sehingga kelelahan
penderita penyakit jantung dikhawatirkan
tersebut menganjurkan seorang penderita
berdampak pada kondisi yang parah Majid
penyakit jantung untuk intoleransi
(2007). Penatalaksaan PJK dapat dilakukan
aktifitas. Sebagian besar mengeluh tingkat
secara farmakologi dan non-farmaklogi
kelelahan dari sedang sampai berat.
secara farmakologi biasanya digunakan
Penyakit jantung disebabkan suplai
obat-obatan golongan analgetik, Nitrat,
darah dan oksigen ke miokardium yang
trombolitik, betablocker, untuk keadaan
tidak adekuat mengakibatkan
yang membutuhkan revaskularisasi
ketidakseimbangan suplai aliran darah
pembuluh coroner, meliputi Coronary
akibat sumbatan plak pada arteri koroner
Artery Bypass Graft (CABG) dan
(Black,2014). Hal ini dapat menyebabkan
Percutaneus Coronary Intervention (PCI),
iskemik pembuluh darah jantung dan bisa
serta tindakan dengan menggunakan teknik
berlanjut ke infark. Akibat iskemik dapat
invasif yaitu Percutaneus Transluminal

71
Coronary Angioplasty (PTCA) sedangkan perlakuan dan diobservasi kembali.
pengobatan non farmakologi dianjurkan Variabel independen yaitu breathing
merubah pola hidup, berhenti merokok, exercise, dan variabel dependennya
olahraga ringan, diet pencegahan yaitu tingkat fatique (kelelahan) pada
hiperkolesterolimia (Kementerian penderita Penyakit Jantung Koroner.
Kesehatan RI, 2014) Jumlah populasi penelitian sebanyak 21
Pasien pasca revaskularisasi responden dalam estimasi satu bulan,
jantung, baik CABG maupun PCI, dan sampel penelitian ini 20 responden.
pengelolaan gaya hidup penting untuk Pengambilan sampel menggunakan Non
penderita jantung dan dilakukan perawatan Probability sampling yaitu Accidental
rehabilitasi jantung (Mathes, 2007). Untuk Sampling, dengan instrumen Standart
mengatasi fatique (kelelahan) latihan yang Operasional Prosedur (SOP) Breating
dianjurkan adalah latihan fisik ringan salah exercise sedangkan untuk tingkat
satunya adalah Breathing exercise. fatique (kelelahan) penelitian yang
Breating exercise salah satu latihan digunakan adalah lembar observasi
nafas dengan pendekatan holistic care yang dengan menggunakan fatique scale. Uji
dapat diaplikasikan pada seseorang dengan statistik yang digunakan Wilcoxon
gangguan atau keluhan seperti fatique, Signed Rank Test dengan kemaknaan α
nyeri, stress, ancietas, insomnia. latihan ini 0,05.
secara fisiologis menstimulasi system saraf
parasimpatik yang dapat meningkatkan HASIL PENELITIAN
hormone endorphin yang dapat mencegah Pemberian Breathing exercise
terjadinya takikardi, meningkatkan memberikan pengaruh terhadap penurunan
ekspansi paru secara maksimal, relaksasi tingkat kelelahan pada pasien PJK
otot nafas dan dada membuat input (Penyakit Jantung Koroner) dengan hasil
oksigen adekuat (Potter,2009). O2 sig 0.002 < 0,05. Hal ini menunjukkan
berperan penting dalam system respirasi bahwa ada perbedaan pengaruh yang
tubuh dan sirkulasi tubuh salah satunya signifikan.
peningkatan metabolisme dan membuang Tabel 1 Tingkat Fatique (Kelelahan )
zat sisa metabolisme tubuh, serta Pasien PJK Sebelum Diberikan
memproduksi energy dan menurunkan Breathing Exercise
tingkat kelelahan (fatique) (Cahyu,2013).
Pre Test
Dalam hal ini peneliti tertarik
Responden Skor Kategori
sebagai seorang perawat diharapkan 1 6 Sedang
mampu mengaplikasikan peran perawat 2 5 Sedang
dalam tindakan mandiri dengan 3 8 Berat
mengajarkan dan melatih seorang 4 7 Berat
penderita jantung dengan latihan Breating 5 3 Ringan
6 5 Sedang
exercise untuk mengatasi tingkat fatique 7 4 Sedang
(kelelahan) yang sering menjadi keluhan 8 4 Sedang
penderita jantung 9 5 Sedang
10 4 Sedang
BAHAN DAN METODE 11 3 Ringan
12 3 Ringan
1. Desain Penelitian yang 13 3 Ringan
digunakan “Eksperimental” dengan 14 7 Berat
pendekatan One Group Pre Test – Post 15 7 Berat
Test design dimana pada sampel 16 8 Berat
kelompok yang telah ditentukan 17 9 Berat
18 9 Berat
tersebut diobservasi terlebih dahulu 19 8 Berat
kemudian diberikan intervensi 20 8 Berat

72
Berdasarkan tabel 2 didapatkan dari tabel
4.8 di atas didapatkan bahwa persentase
No Skor Kategori Frekuensi Persent terbanyak berdasarkan tingkat kelelahan
ase (%) sesudah diberikan breathing exercise pada
1 0 Tidak lelah 0 0
pasien PJK adalah lelah ringan yaitu 9
2 1-3 Ringan 4 20
3 4-6 Sedang 7 35 (45%) responden.
4 7-9 Berat 9 45
5 10 Sangat berat 0 0 Tabel 3 Hasil Statistik Uji Wilcoxon
 20 100 Perbedaan Antara Sebelum Dan
Sesudah Diberikan Breathing Exercise
Berdasarkan tabel 1 didapatkan
dari tabel 4.7 diatas diketahui bahwa Pre Test Post Test
persentase tertinggi berdasarkan tingkat Responden Skor Kategori Skor Kategori
kelelahan pada pasien PJK sebelum 1 6 Sedang 5 Sedang
diberikan breathing exercise yaitu 2 5 Sedang 5 Sedang
3 8 Berat 6 Sedang
mengalami lelah berat sebanyak 9 (45%)
4 7 Berat 5 Sedang
responden. 5 3 Ringan 2 Ringan
6 5 Sedang 3 Ringan
Tabel 2 Tingkat Kelelahan Pasien PJK 7 4 Sedang 3 Ringan
8 4 Sedang 2 Ringan
Setelah Diberikan Breathing Exercise
9 5 Sedang 3 Ringan
10 4 Sedang 3 Ringan
Post Test 11 3 Ringan 3 Ringan
Responden Responden Responden 12 3 Ringan 1 Ringan
1 5 Sedang 13 3 Ringan 3 Ringan
2 5 Sedang 14 7 Berat 4 Sedang
3 6 Sedang 15 7 Berat 7 Berat
4 5 Sedang 16 8 Berat 6 Sedang
5 2 Ringan 17 9 Berat 8 Berat
6 3 Ringan 18 9 Berat 7 Berat
7 3 Ringan 19 8 Berat 6 Sedang
8 2 Ringan 20 8 Berat 8 Berat
9 3 Ringan Prosentase Tidak lelah : 0 Tidak lelah : 0
10 3 Ringan (%) responden responden
11 3 Ringan Ringan : 4 Ringan : 9
12 1 Ringan responden responden
13 3 Ringan (20%) (45%)
14 4 Sedang Sedang : 7 Sedang : 7
15 7 Berat responden responden
16 6 Sedang (35%) (35%)
17 8 Berat Berat : 9 Berat : 4
18 7 Berat responden responden
19 6 Sedang (45%) (20%)
20 8 Berat Sangat berat : 0 Sangat berat : 0
responden responden
N Skor Kategori Frekuensi Persent Uji Mean : 3,25 Mean : 2,75
o ase (%) Normalitas Minimum : 2 Minimum : 2
1 0 Tidak lelah 0 0 Ρ<α Maksimum : 4 Maksimum : 4
2 1-3 Ringan 9 45 0,001 < Std Deviation : Std Deviation :
3 4-6 Sedang 7 35 0,05 0,786 0,786
4 7-9 Berat 4 20
5 10 Sangat berat 0 0 Uji Ρ value (0,002) α : (0,05)
 20 100 Wilcoxon

73
Berdasarkan hasil uji statistik penanganan ketika terjadi fatique
Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan (kelelahan).
hasil signifikan ρ value = 0.002 < 0,05 Perubahan neuro biokimia akan
yang artinya bahwa ada perbedaan tingkat terjadi sebagai mekanisme kompensasi
kelelahan yang signifikan antara sebelum yang menyertai perubahan fungsi pada
dan sesudah diberikan breathing exercise pasien gagal jantung. Perfusi perifer akan
pada pasien PJK di unit perawatan intensif mengalami penurunan dikarenakan
(ICU) RSUD Syamrabu Kabupaten penurunan curah jantung yang
Bangkalan, dimana dari 20 pasien yang mengakibatkan vasokontriksi vaskiuler.
telah diberikan tindakan breathing exercise Kondisi tersebut akan berkaitan dengan
10 pasien diantaranya mengalami intolerasi aktivitas karena kelelahan yang
penurunan tingkat kelelahan dan 10 pasien dialami pasien (Woung-Ru, Chiung-Yao,
lainnya tidak mengalami perubahan tingkat & San-Jou, 2010).
kelelahan antara sebelum dan sesudah Hal ini sesuai dengan teori yang
diberikan breathing exercise. dikemukakan (Black,2014) bahwa
kelelahan sebagai salah satu dampak atau
PEMBAHASAN gejala dari PJK dimana kelelahan yang
2. Tingkat Kelelahan Pasien PJK muncul pada penderita PJK terjadi karena
Sebelum Diberikan Breathing pengaruh dari sirkulasi ke jaringan yang
Exercise Di unit perawatan intensif tidak adekuat akibat adanya sumbatan pada
(ICU) RSUD Syamrabu Kabupaten arteri koroner sehingga konsumsi O2 ke
Bangkalan jaringan juga mengalami penurunan.
Penurunan kadar oksigen pada pasien PJK
Berdasarkan hasil penelitian menyebabkan penurunan sediaan energi
diperoleh bahwa persentase tertinggi dalam tubuh dikarenakan proses
berdasarkan tingkat kelelahan pada pasien penghasilan ATP juga berkurang, tubuh
PJK sebelum diberikan breathing exercise merespon dengan melakukan metabolisme
yaitu mengalami lelah berat dengan skor anaerob yang menghasilkan zat sisa berupa
mean 3,25. asam laktat. Penumpukan asam laktat pada
Hal ini sejalan dengan penelitian otot yang berlebih akan menyebabkan
(Smith, Kupper, De Jonge, & Denollet, kelelahan sehingga penderita penyakit
2010). Terjadinya penurunan kontraktilitas jantung mudah lelah, sesak sehingga butuh
jantung disebabkan suplai oksigen ke pembatasan aktivitas.
jantung menurun sehingga jantung gagal Presentase tingkat lelah terendah
menjalankan fungsinya. Penyumbatan yaitu pada tingkat lelah ringan yaitu
arteri akibat aterosklerosis maka alirah sebanyak 20%. Hal ini dikarenakan pada
darah ke arteri coroner berkurang sehingga tingkat kelelahan pasien satu dengan yang
terjadi kelelahan. Pada penderita jantung lain dapat berbeda tergantung dari
biasanya mengeluh cepat lelah sehingga seberapa besar ketidakmampuan jantung
berdampak pada activity daily living. dalam memompa darah akibat
Kelelahan pada penderita penyakit jantung penyumbatan arteri koroner. Hal ini juga
merupakan tanda dan gejala yang biasa didukung dari hasil data yang menyatakan
dikeluhkan (Li-Huan, Chung-Yi, Shyh- bahwa 35% pasien PJK berusia 56-65 th
Ming, Wei-Hsian, & Ai- Fu, 2010). yang menganggap bahwa rasa lelah yang
Analisis peneliti terjadinya dirasakan adalah bagian dari proses lanjut
kelelahan pada penderita jantung usia sehingga menilainya ringan. Hal ini
dikarenakan penderita jantung tidak sesuai dengan teori (Black,2014) yang
memahami dan mengetahui aktivitas apa mengatakan bahwa kebanyakan penderita
saja yang boleh dilakukan dan tidak boleh PJK pada usia lanjut menganggap
dilakukan serta pencegahan dan

74
kelelahan yang dirasakan adalah bagian sehingga irama detak jantung tidak teratur
dari proses penuaan. hingga menimbulkan gangguan pada
jantung (Lee, 2010).

3. Tingkat Kelelahan Pasien PJK 4. Perbedaan Tingkat Kelelahan Pasien


Setelah Diberikan Breathing Exercise PJK Sebelum Dan Setelah Diberikan
Di Ruang ICU RSUD Syarifah Breathing Exercise Di Ruang ICU
Ambami Rato Ebuh RSUD Syarifah Ambami Rato Ebuh
Bangkalan
Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh bahwa persentase terbanyak Didapatkan hasil ada perbedaan
berdasarkan tingkat kelelahan sesudah tingkat kelelahan antara sebelum dan
diberikan breathing exercise pada pasien sesudah diberikan breathing exercise pada
PJK adalah lelah ringan dengan skor mean pasien PJK di ruang unit perawatan
2,75. intensif (ICU) RSUD Syamrabu
Latihan Breathing exercise Kabupaten Bangkalan.
kombinasi dari latihan pernapasan dengan Peneliti berasumsi bahwa
latihan fisik yang berguna untuk terjadinya perubahan tingkat kelelahan
memelihara dan meningkatkan kebugaran yang dirasakan pasien disebabkan adanya
secara umum serta digunakan untuk efek dari tehnik relaksasi nafas dalam yang
memelihara fungsi pernapasan. Oksigen mampu menurunkan stress oksidatif dan
yang adekuat diperlukan oleh sel miokard menurunkan system saraf simpatis
untuk mempertahankan fungsinya, yang sehingga terjadi peningkatan energi seluler
didapat dari sirkulasi coroner hal ini juga dan memperbaiki sirkulasi ke seluruh
diperlukan dalam metabolism tubuh. jaringan sehingga mengurangi kelelahan
Latihan ini diharapkan mampu dan kelemahan pada pasien.
mengalirkan oksigen ke seluruh jaringan Hal ini di dukung oleh penelitian
tubuh sehingga tubuh mampu El-Batanoum (2009) Aplikasi latihan nafas
menghasilkan energi dan mencegah serta dengan frekuensi 6 minggu dapat
menurunkan tingkat kelelahan (level memperbaiki otot pernafasan yang
fatigue) (Stanley, 2011). berdampak pada keefektifan ventilasi paru
Asumsi peneliti bahwa perubahan yang maksimal. Efektifitas ventilasi paru
tingkat kelelahan yang dirasakan pasien bisa dicapai pasca melakukan latihan nafas
PJK dikarenakan bertambahnya asupan dengan menggunakan otot diafragma,
oksigen dan respon relaksasi yang adekuat purse lips breathing, latihan spirometrik,
yang menyebabkan saraf parasimpatis cara berjalan, dan latihan ROM ektremitas
menjadi lebih dominan sehingga dapat hal ini berakibat pada fungsi pernafasan
mengendalikan pernafasan dan detak paru dan dapat mengontrol kerja
jantung. pernafasan saat terjadi kelelahan.
Persentase tingkat lelah terendah Intervensi keperawatan yang
adalah pada tingkat lelah berat yaitu ditawarkan untuk mengatasi masalah
sebanyak 20%. Hal ini dikarenakan factor kelelahan akibat kegagalan fungsi jantung
tingkat stress hospitalisasi atau stress adalah relaksasi progresif muscle, latihan
sebagai dampak dari beratnya tingkat nafas, Dalam hal ini suplai oksigen sangat
keparahan penyakit yang dialami. dibutuhkan dalam upaya keseimbangan
Penderita penyakit jantung koroner pada tubuh untuk melakukan proses
umumnya akan mengalami kondisi metabolisme. Terjadinya akumulasi
psikologik antara lain gangguan produk zat sisa dari metabolism dan
penyesuaian, kecemasan atau depresi yang mekanisme kontraksi otot berakibat
menimbulkan perangsangan saraf simpatis terjadinya kelelahan.

75
Jablonski & Chonchol (2012) (ICU) RSUD Syamrabu Kabupaten
berpendapat teknik relaksasi nafas Bangkalan.
Breathing exercise dalam yang dilakukan 3. Pasien Penyakit Jantung Koroner
mampu meminimalkan stress oksidatif, sebelum dan sesudah diberikan
sehingga menghasilkan produksi energi Breathing Exercise mengalami
meningkatkan elastisitas pembuluh darah perbedaan tingkat kelelahan di Ruang
dan memperlancar sirkulasi ke seluruh unit perawatan intensif (ICU) RSUD
jaringan sehingga tubuh bisa memproduksi Syamrabu Kabupaten Bangkalan.
energi, sehingga hasil akhirnya dapat
mengurangi bahkan mengatasi kelelahan. SARAN
Latihan pernafasan yang intensif mampu
memperbaiki aliran darah pada paru-paru 1. Teoritis
sehingga oksigen berdifusi ke kapiler paru Bagi penderita PJK atau keluarga
dan terjadi peningkatan volume paru pasien PJK diharapkan dapat
(Khotimah, 2011) menambah pengetahuan tentang
Selain itu terdapat data dari hasil pengaruh breathing exercise yang dapat
penelitian yang menyatakan bahwa 10 dari mengurangi tingkat kelelahan yang
20 pasien PJK yang telah diteliti dan dirasakan sebagai salah satu dampak
diberikan breathing exercise tidak PJK.
mengalami perubahan tingkat kelelahan
antara sebelum dan sesudah diberikan 2. Praktis
breathing exercise. Hal ini dikarenakan Bagi petugas kesehatan, diharapkan
penyakit fisik akan mempengaruhi kondisi dapat menolong pasien dengan cara
psikologik seseorang. Demikian juga membuat program aktivitas pada setiap
penderita penyakit jantung koroner pasien PJK untuk mengurangi kelelahan
berdampak pada aspek fisik dan psikologi. yang dirasakan akibat penyakitnya,
Aspek fisik yang biasa ditemukan adalah salah satunya yaitu Breathing exercise.
keleahan, sesak, mual dan mengalami Sedangkan bagi peneliti
keterbatasan aktifitas kehidupan sehari- selanjutnya diharapkan dapat meneliti
harinya. Sedangkan dari aspek psikologis lebih dalam faktor yang mempengaruhi
biasanya ditemukan cemas, putus asa, kelelahan pasien PJK karena banyaknya
depresi (Rosidawati, et.al, 2016) yang faktor yang diketahui berkontribusi
menimbulkan perangsangan saraf simpatis terhadap kualitas fatique dan
sehingga irama detak jantung tidak teratur diharapkan dapat dilakukan dengan
hingga menimbulkan gangguan pada jumlah sampel yang lebih banyak
jantung (Black, 2014). dengan metodologi penelitian yang
lebih beragam
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Arum. 2015. Pemberian Tindakan Breathing
1. Pasien Penyakit Jantung Koroner
Exercise Terhadap Level Fatique Pada
sebelum diberikan breathing exercise
Asuhan Keperawatan Tn. L Dengan
mengalami tingkat kelelahan berat
Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
yaitu sebanyak 45% di Ruang Hemodialisa Di Bangsal Melati I RSUD
Intensive Care Unit RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Karya Tulis
SYAMRABU Bangkalan. Ilmiah Tahun 2015.
2. Pasien Penyakit Jantung Koroner
setelah diberikan breathing exercise Black, M. Joyce & Hawks J. H. (2014).
mengalami penurunan tingkat Keperawatan Medikal Bedah Edisi Bahasa
kelelahan (ringan) yaitu sebanyak 45% Indonesia 8, Buku2. Elsevier : Singapore.
di Ruang unit perawatan intensif

76
Cahyu. (2013). Pengaruh breathing exercise HasanSadikin Bandung. Jurnal
terhadap level fatigue pasien hemodialysis Keperawatan Padjadjaran, 4(2).
di RSPAD Gatot Subroto. Jurnal
Keperawatan Soedirman, 8 (1), 15-17 Smith, O. F., Kupper, N., de Jonge, P., & Denollet,
J. (2010). Distinct trajectories of fatigue in
Chen, L. H., Li, C. Y., Shieh, S. M., Yin, W. H., & chronic heart failure and their association
Chiou, A. F. (2010). Predictors of fatigue in with prognosis. European Journal Of Heart
patients with heart failure. Journal of Failure, 12(8), 841-848.
Clinical Nursing, 19(11‐ 12), 1588-1596. doi:10.1093/eurjhf/hfq075.

El-Batanouny, M.M., Amin, M.A.,Salem, E.Y. & Stanley et al (2011). Benefits of a holistic breathing
El-Nahas, H.E. 2009. Effect of exercise technique in patients on hemodialysis.
on ventilatory function in welders. Egyptian Nephrology Nursing Journal: 38 (2)149-152
Journal of Bronchology, Volume 3.
World Health Organization.(2015). Global health
Jablonski& Chonchol. (2012). Frequent obseravatory (GHO) data.diakses dari
hemodialysis: a way to improve physical htttp://who.int/gho/en/ pada tanggal 17
function USA. Clinical Journal of the November 2016.
American Society of Nephrology, 45 (6),
1122-1131 Woung-Ru, T., Chiung-Yao, Y., & San-Jou, Y.
(2010). Fatigue and its related factors in
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Situasi patients with chronic heart failure. Journal
kesehatan jantung. Jakarta selatan: of Clinical Nursing, 19(1/2), 69-78.
kementrian kesehatan RI. doi:10.1111/j.1365-270 .

Khotimah, Siti. 2011. Latihan Endurance


Meningkatkan Kualitas Hidup Lebih Baik
Dari Pada Latihan Pernafasan Pada Pasien
PPOK Di Bp4 Yogyakarta. Thesis,
Universitas Udayana. Denpasar

Lee, G.A. (2010). Coronary artery disease and


quality of life. Diambil kembali dari
International Encyclopedia of
Rehabilitation:
http://cirrie.buffalo.edu/encyclopedia/en/
article/134/.

Majid, A. (2007). Penyakit jantung koroner:


Patofisiologi, pencegahan dan pengobatan
terkini.

Mathes, P. (2007). Indication for cardiac


rehabilitation. Dipetik 01 11, 2016, dari
http://link.springer.com/
chapter/10.1007/978-1-84628-502-8_3.

Nurarif, AH. (2015). Aplikasi Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
Mediaction

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2009). Critical


thinking in nursing practice. Fundamentals
of Nursing. PA Potter, AG. Perry (Ed.), 7th
ed. Mosby Elsevier, St. Louis, Missouri,
215-230.

Rosidawati, I., Ibrahim, K., & Nur’aeni, A.(2016).


Kualitas hidup pasien pasca bedahpintas
arteri koroner (BPAK) di RSUP

77

You might also like