Professional Documents
Culture Documents
Penurunan Perkolasi
Penurunan Perkolasi
Oleh:
Asep Sapei
Abstract
Keyword: new paddy field, percolation, artificial impervious layer, subsoil compaction
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencetakan sawah beririgasi di luar P. Jawa merupakan salah satu program pemerintah di dalam
usaha memenuhi kebutuhan pangan nasional (beras) yang semakin meningkat. Kegiatan ini menjadi
semakin penting dengan terjadinya penyusutan lahan sawah beririgasi di P. Jawa yang semakin luas
(mencapai sekitar 40 000 ha /tahun).
Permasalahan yang selalu timbul pada lahan sawah baru adalah efisiensi irigasi yang sangat rendah,
dimana dibutuhkan air irigasi sebanyak 3 sampai 5 kali dari kebutuhan normal (DPU, 1986), yang pada
akhirnya akan memperkecil luas lahan yang dapat diairi.
Faktor utama yang menyebabkan efisiensi irigasi yang rendah tersebut adalah laju perkolasi yang
sangat besar, karena belum terbentuknya lapisan kedap pada lahan sawah yang baru dicetak.
Koga (1991) menyatakan bahwa laju perkolasi yang berlebihan juga dapat mengakibatkan
peningkatan biaya irigasi, pencucian kesuburan tanah, cold water damage (di daerah dingin) dan bahaya
longsor (di daerah miring).
Laju perkolasi yang sesuai (optimal) sangat berbeda dari satu tempat dengan tempat lainnya. Di
Jepang, laju perkolasi yang disarankan berkisar antara 15 – 25 mm/hari (Nakano, 1985). Sedangkan untuk
lahan sawah di Indonesia, DPU (1986) menyarankan antara 3-5 mm/hari (DPU, 1986).
Salah satu alternatif usaha untuk memperkecil laju perkolasi yang efektif adalah pembentukan
lapisan kedap dengan pemadatan lapisan bawah (subsoil compaction) pada waktu pencetakan sawah.
Perlakuan ini dapat menurunkan laju perkolasi dari sekitar 1000 mm/hari menjadi kurang dari 20 mm/hari
(Yamazaki, 1971).
Selain itu, manfaat lain dari pemadatan lapisan bawah adalah meningkatkan daya sanggah tanah
sawah (bearing capacity) sehingga mempermudah pengoperasian mesin-mesin pertanian.
B. Tujuan Penelitian
Kajian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemadatan terhadap penurunan laju
perkolasi serta terhadap karakteristik lapisan kedap yang terbentuk (ketebalan dan kekerasan).
METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
B. Metode
Uji pemadatan dilakukan pada contoh tanah yang diambil dari kedalaman 20 - 40 cm di bawah
permukaan tanah (lapisan yang akan dipadatkan). Uji pemadatan tanah dilakukan untuk mendapatkan
hubungan antara kadar air dengan berat isi kering (kurva pemadatan), serta untuk mendapatkan kadar air
optimum (optimum water content, wopt.) dan berat isi maksimum.(maximum dry density, ρd.max). Uji ini
menggunakan metoda pemadatan standar JIS 1210-1980 1.1.1
2
Permeabilitas tanah dengan kepadatan yang berbeda (dari uji pemadatan) diukur dengan falling head
permeameter. Kemudian dibuat hubungan antara permeabilitas dengan berat isi tanah atau kadar air.
2. Percobaan di Lapang
Pada penelitian ini, lapisan kedap buatan dibuat pada areal yang terbatas, yaitu pada tanah di dalam
silinder besi yang ditanam.
c. Pengukuran perkolasi
Pengukuran perkolasi dilakukan dengan membuat kondisi tanah di dalam silinder seperti kondisi sawah
di lapang. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Mengembalikan lapisan atas tanah (top soil) setebal 20 cm.
2) Membuat lapisan atas tersebut menjadi lumpur (lapisan olah), kemudian digenangi setinggi 15 cm
dan ditutup dengan plastik. Profil tanah didalam silinder menjadi seperti pada Gambar 1.
Genangan ~ 15 cm
Lapisan olah ~ 20 cm
Lapisan padat
3) Setelah 24 jam, kemudian pengukuran.laju perkolasi dimulai, yaitu dengan mengukur penurunan
genangan selama waktu tertentu
Perhitungan laju perkolasi menggunakan persamaan sebagai berikut :
h − h2
P= 1 ………. (1)
t
Dimana :
P : laju perkolasi (mm/hari)
h1 : tinggi awal muka air dalam silinder besi (mm)
h2 : tinggi muka air dalam silinder besi setelah waktu t (mm)
t : waktu pengukuran (hari)
3
d. Pengukuran ketebalan dan kekerasan lapisan kedap
Pengukuran ketebalan dan kekerasan lapisan kedap dilakukan dengan pengukuran tahanan penetrasi
(indeks kerucut, CI) menggunakan cone penetrometer (luas dasar 3.23 cm2 dan sudut 30o) untuk setiap
interval kedalaman 5 cm sampai kedalaman 75 cm. Perhitungan indeks kerucut menggunakan persamaan
berikut :
CI = (F + W)/A ……(2)
Dimana CI : Indeks kerucut, kg /cm2
F : Gaya tekan, kg
W : Berat alat, kg
A : Luas dasar kerucut, cm2
Hubungan antara berat isi kering dengan kadar air yang digambarkan dengan kurva pemadatan tanah
dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 tersebut juga menggambarkan hubungan antara permeabilitas
dengan kadar air dan berat isi.
2.5 1.0E+03
Berat Isi Kering (g/cm )
3
Permeabilitas (mm/hari)
2 1.0E+02
1.5 1.0E+01
1 1.0E+00
5 15 25 35 45
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa kadar air optimum tanah tersebut sebesar 34.45% dan berat isi
kering maksimum sebesar 1.28 g/cm3. Gambar 2 juga memperlihatkan bahwa permeabilitas minimum
sebesar 3.98 mm/hari terjadi pada tanah yang dipadatkan pada kadar air optimum. Dari hasil uji
pemadatan ini, bahwa untuk menekan laju perkolasi, pemadatan tanah harus dilakukan pada kadar air 34.5
% (kadar air optimum).
4
B. Lapisan Kedap Buatan
0 5 10 15 20
0
10
20
Kedalaman (cm)
30
40
A0
A1
50 A2
A3
60 BA1
BA2
BA3
70
80
5
Gambar 4 menunjukkan bahwa, lapisan olah (kedalaman 0-14 cm) mempunyai nilai berat isi kering
yang hampir seragam (0.96-1.00 g/cm3) untuk semua perlakuan. Pengaruh pemadatan tanah (perlakuan A
dan BA) terhadap peningkatan berat isi terlihat mulai kedalaman 20 cm. Berat isi maksimum terbentuk
pada kedalaman sekitar 30 cm dengan nilai antara 1.23 – 1.27 g/cm3 (berat isi maksimum uji pemadatan
sebesar 1.28 g/cm3).
Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa, lapisan kedap buatan (pada kedalaman 20 – 50~55 cm)
mempunyai permeabilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah tanpa pemadatan. Nilai
permeabilitas minimum juga dicapai pada kedalaman sekitar 30 cm, yaitu antara 2.18 – 18.78 mm/hari.
Nilai berat isi kering dan permeabilitas juga menunjukkan bahwa perlakuan penghancuran dan
pemadatan mempunyai efektifitas yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pemadatan
saja. Demikian juga, jumlah ketukan yang lebih banyak memberikan efektifitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan ketukan yang lebih sedikit. Tabel 3 menyajikan nilai berat isi maksimum dan
permeabilitas minimum dari lapisan kedap buatan.
3
Berat Isi Kering (g/cm )
10
Kedalaman (cm)
20
30
40
Permeabilitas (mm/hari)
1.00E+00 1.00E+01 1.00E+02 1.00E+03
20
Kedalaman (cm)
30
40
6
Tabel 3. Berat isi maksimum dan permeabilitas minimum lapisan kedap buatan
Perlakuan Berat isi maks. Permeabilitas min.
(g/cm3) (mm/hari)
A1 1.23 18.78
A2 1.23 18.69
A3 1.24 11.41
BA1 1.25 3.82
BA2 1.26 3.16
BA3 1.27 2.18
D. Laju Perkolasi
Gambar 6 menyajikan kurva batang laju perkolasi dari setiap perlakuan pembentukan lapisan kedap.
5
Laju Perkolasi (mm/hari)
4
5,391
2
2,497
2,282
2,027
1,725
1,606
1,482
0
A0 A1 A2 A3 BA1 BA2 BA3
Perlakuan
Gambar 6 menunjukkan bahwa, perlakuan pemadatan tanah untuk membentuk lapisan kedap buatan
dapat menurunkan laju perkolasi 53.68-72.51%, yaitu dari 5.391 mm/hari menjadi 1.482-2.497 mm/hari.
Perlakuan penghancuran dan pemadatan (perlakuan BA) dapat menurunkan laju perkolasi lebih besar
(menjadi 1.482-1.725 mm/hari) dibandingkan dengan perlakuan pemadatan saja (perlakuan A, menjadi
2.027-2.497 mm/hari), karena pada tanah yang hancur pori makro tanah terputus dan tekanan pemadatan
akan lebih efektif. Jumlah ketukan juga mempunyai korelasi yang positif dengan penurunan laju
perkolasi.
KESIMPULAN
1. Perlakuan penghancuran dan pemadatan menghasilkan lapisan kedap yang mempunyai ketebalan
antara 30 – 35 cm, kekerasan maksimum antara 18.89 – 19.45 kg/cm2, berat isi maksimum antara 1.25
– 1.27 g/cm3 dan permeabilitas minimum antara 2.18-3.82 mm/hari.
2. Perlakuan pemadatan saja menghasilkan ketebalan lapisan kedap antara 25 – 30 cm dan kekerasan
maksimum antara 18.42 – 18.78 kg/cm2, berat isi maksimum antara 1.23 – 1.24 g/cm3 dan
permeabilitas minimum antara 11.41 – 18.78 mm/hari.
7
3. Perlakuan penghancuran dan pemadatan menurunkan laju perkolasi dari 5.391 mm/hari menjadi 1.482-
1.725 mm/hari, sedangkan perlakuan pemadatan menjadi 2.027 – 2.497 mm/hari
4. Perlakuan penghancuran dan pemadatan serta jumlah ketukan yang lebih tinggi dapat membentuk
lapisan kedap yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan pemadatan saja dan jumlah ketukan
yang sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
De Datta, S.K. 1981. Principles and Practices of Rice Production. John Wiley and Sons, Inc. New York.
Departemen Pekerjaan Umum. 1986. Standar Perencanaan Irigasi : KP-01. DPU. Jakarta.
Ghildyal, B.P. 1978. Effects of Compaction and Puddling on Physical Properties and Rice Growth. Di
dalam F.N. Ponnamperuma (ed.). Soils and Rice. The International Rice Research Institute. Los
Banos, Laguna, Philippines.
Koga, K. 1991. Soil Compaction in Agricultural land and Development. Agricultural Land and Water
Development Programme, Asian Institute of Technology, Bangkok. Thailand.
Kusnadi, D. dan A. Sapei. 1992. Fisika Lengas Tanah. JICA-DGHE/IPB project/ADAET : JTA-9a
(132), Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Lembaga Penelitian Tanah. 1979. Penuntun Analisa Fisika Tanah. Departemen Pertanian. Bogor.
Nakano, M. 1985. Soil Characteristics Changes in Land Reclamation Practices (dalam bahasa Jepang),.
Jurnal JSIDRE 53(11):989-996
Sudou, S. et al. 1990. Pengantar Mekanika Tanah : Teori dan Pengukuran di Laboratorium. JICA-
DGHE/IPB Project/ADAET : JTA-9a (132), Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Yamazaki, F. 1971. Paddy Field Engineering. diterjemahkan oleh M. Mizutani (1988). Agricultural
Land and Water Development Programme, Asian Institue of Technology, Bangkok. Thailand.