BERAWAL DARI
PANTI ASUHAN
Q—
ehidupan masyarakat Bali terus dirundung
kesulitan. Letusan Gunung Agung dan Gunung
Batur yang nyaris bersamaan, memporak-po-
randakan perekonomian Bali. Para petani ma-
sih kesulitan bercocok tanam. Konflik politik
semakin memperparah kondisi masyarakat. Keluarga Ketut
Putra Suarthana juga semakin kesulitan mempertahankan
hidup. Mereka sehari-hari memakan nasi buah nangka atau
bunga pisang yang diisi sedikit beras.
Kesedihan jelas tersirat dalam keluarga ini. Orang tuanya
tidak bisa berbuat banyak. Sedih, dan hanya sedih menghadapi
kehidupan yang kian hari, kian berat. Sawah belum juga pulih
untuk ditanami padi akibat “diserang” debu letusan Gunung
Agung. Anak-anaknya sudah pergi transmigrasi atau pindah
ke desa lain. Hanya tersisa Ketut Putra Suarthana, anak bung-
su. Siapa orang tua yang tidak sedih menghadapi kenyataan
hidup semacam itu?
Di tengah kesulitan hidup, anak mereka yang nomor
delapan, Ketut Payu, yang selama ini sudah pindah dan hidup
Scanned with CamScannerPengalaman yang tidak
pernah dilupakan bersama
teman-temannya di panti
asuhan yakni sering
mengambil pepaya dan
Jagung orang lain di hutan
untuk mengisi perutn ya
yang lapar.
Scanned with CamScannermenetap di Dusun Ambiarsari, Blimbingsari, pulang. Melihat
kondisi keluarganya yang makin susah, ia mengajak adiknya,
Ketut Putra Suarthana, untuk ikut pindah ke Dusun Ambi-
arsari. Semula bapak dan ibunya keberatan. Namun, karena
kondisi ekonomi keluarga yang makin sulit, akhirnya orang
tua tersebut mengizinkan anak bungsunya merantau ke Ambi-
arsari, Kecamatan Melaya, Jembrana. Anak yang putus sekolah
di kelas III SD kini harus terpisah dari bapak dan ibunya.
Tentu berat rasanya bagi anak sekecil itu harus tinggal
jauh dari orang tuanya. Jarak dari Desa Madangan ke Ambiar-
sari lumayan jauh. Lebih dari 100 kilometer. Perlu waktu ber-
jam-jam untuk menempuh perjalanan dari Desa Madangan ke
Abiansari. Apalagi waktu itu angkutan umum tidak semudah
mendapatkannya seperti tahun 2000-an. Namun, Ketut Putra
Suarthana harus menjalaninya.
Jadilah Ketut Putra Suarthana sebagai anak panti asu-
han. Yakni Panti Asuhan Giri Asih Ambiarsari, Melaya. Dunia
baru harus dimasukinya. Dunia yang jauh dari kampung hala-
mannya. Dunia baru yang berbeda dengan dunianya di Desa
Madangan, yakni dunia panti asuhan.
Awal-awal di panti asuhan dirasakan sangat berat oleh
Ketut Putra Suarthana. Sungguh kehidupan di panti asuhan
sangat berbeda dengan kehidupannya di Desa Madangan.
Di desanya, Ketut Putra Suarthana bebas jika ingin bermain.
Aturannya dan jadwal aktivitas kesehariannya tidak ada dan
sering diajak membawa ayam di sabungan ayam oleh orang
tuanya yang akhirnya sehariannya ke sabungan ayam sambil
jual beli kelapa di kampung untuk kopra. ;
Ketika menjadi anak panti asuhan, kehidupannya harus
i iad
berubah total, Dari bangun tidur, makan, sampai tidur lagi ada
Suar-
jadwalnya. Sebagai penghuni panti asuhan, Le an tiv
thana harus makan pada jam tepat. Juga melee
‘Scanned wih ComScannerkesehariannya, semua ada jadwalnya. Tidak mudah baginya
untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan baru tersebut.
Apalagi seperti umumnya pengasuh panti asuh zaman dulu,
mereka mendidik anak-anaknya dengan tindakan yang cen-
derung agak keras. Tidak jarang pengasuhnya membawa pe-
cut untuk membuat anak-anak di panti asuhan taat pada pe-
rintahnya, dan taat pada jadwal panti asuhan. Misalnya kalau
ada anak panti asuhan yang telat bangun tidur langsung disi-
ram air atau dipecut.
Ketut Putra Suarthana semula merasa takut menghadapi
suasana panti asuhan dengan pengasuhnya yang galak-galak.
Namun, lama-lama ia mulai terbiasa. Kalau pun kena siram air
atau pecut, ia hanya menggerutu. Semakin lama, ia semakin
terbiasa menghadapi situasi semacam itu di panti asuhan. la
semakin terbiasa menerima dunia panti asuhan, dengan peng-
asuhnya yang galak-galak. Ketut Putra Suarthana semakin ke-
bal dengan kehidupan panti asuhan seperti itu.
Pengalaman yang tidak pernah dilupakan bersama
teman-temannya di panti asuhan yakni sering mengambil pe-
paya dan jagung orang lain di hutan untuk mengisi perutnya
yang lapar. Karena eaten di panti asuhan terbatas, dan ti-
ee itu sering membuat makanan
engan nasi ledok (makanan yang
terdiri dari sayuran, beras, jagu’ Re _.
satu. (*) Jagung, dan cabai dilalab menjadi