Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

Jurnal Anestesiologi Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA

Tatalaksana Perioperatif pada Pasien dengan Cardiac


Implantable Electronic Devices (Cieds) atau Alat Elektronik
Kardiovaskular Implan (Aleka)

Perioperative Management in Patients with Cardiac Implantable


Electronic Devices

Cindy Elfira Boom, Ornella Widyapuspita

SMF Anestesi dan Perawatan Intensif Pascabedah, Rumah Sakit Jantung Nasional Harapan
Kita, Jakarta, Indonesia

Korespondensi: cindynugroho@yahoo.com

ABSTRACT
The number of patients using cardiac implantable electronic devices (CIEDs) has
continued to grow at an astounding rate over the year throughout the world, but there
are still many anesthesiologists who are not comfortable in managing perioperative ser-
vice in these patients due to lack of knowledge and experience in device programming.
Cardiac implantable electronic device is a term that includes the use of a pacemaker for
bradyarrhythmias and implantable cardioverter defibrillator (ICD) for tachyarrhyth-
mias, as well as cardiac resynchronization therapy (CRT) for diastolic dysfunction with
conduction delays. Until now, there were at least more than 250,000 adults and children
undergoing pacemaker implantation each year, therefore, it is important for an anesthe-
siologist to understand and be able to plan a perioperative management with multidisci-
plinary team in order to reduce morbidity and mortality of these patients. This literature
review was created to provide information about CIEDs, focusing on perioperative man-
agement, and providing a management algorithms which can be implemented in everyday
practice.

Keywords: cardiac implantable electronic devices; implantable cardioverter


defibrilator; pacemaker; perioperative management

ABSTRAK
Jumlah pasien pengguna cardiac implantable electronic devices (CIEDs) atau alat
elektronik kardiovaskular implan (ALEKA) hingga saat ini makin bertambah setiap
tahunnya di penjuru dunia, namun masih banyak ahli anestesi yang belum nyaman dalam
mengelola pelayanan perioperatif pada pasien-pasien tersebut dikarenakan kurangnya
pengetahuan dan pengalaman pemrograman alat untuk menatalaksana pasien. Alat
elektronik kardiovaskular implan merupakan sebuah istilah yang mencakup penggunaan
alat pacu jantung untuk bradiaritmia dan implantable cardioverter defibrilator (ICD)/

Volume 11, Nomor 2, Tahun 2019 81


Jurnal Anestesiologi Indonesia

defibrilator kadioverter implan (DKI) untuk takiaritmia, serta cardiac resynchronization


therapy (CRT)/ terapi resinkronisasi jantung (TRJ) untuk disfungsi diastolik dengan
hambatan konduksi. Hingga saat ini, tercatat setidaknya lebih dari 250.000 pasien dewasa
maupun anak menjalani pemasangan alat pacu jantung tiap tahunnya, oleh karena itu,
penting bagi seorang dokter anestesi untuk memahami dan mampu membuat perencanaan
perioperatif dengan tim multidisiplin agar dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas
pasien. Tinjauan pustaka ini dibuat untuk memberikan info seputar ALEKA dengan
berfokus pada manajemen perioperatif pasien dengan ALEKA, serta algoritma
tatalaksana yang dapat diimplementasikan dalam praktik sehari-hari.

Kata Kunci: alat pacu jantung; ALEKA; defibrilator kardioverter implan; tatalaksana
perioperatif

PENDAHULUAN kepustakaan yang tertinggal atau


Jumlah pasien pengguna cardiac terbatasnya pelatihan seringkali
implantable electronic devices (CIEDs) menyebabkan kebingungan dalam
atau bisa disebut alat elektronik perawatan perioperatif pasien-pasien
kardiovaskular implan (ALEKA) hingga tersebut. 2
saat ini makin bertambah setiap
tahunnya di seluruh dunia, namun masih ASA bersama Heart Rhythm Society
banyak ahli anestesi yang belum nyaman (HRS) telah mempublikasikan sebuah
dalam mengelola pelayanan perioperatif rekomendasi internasional mengenai
pada pasien-pasien tersebut dikarenakan tatalaksana perioperatif pasien dengan
kurangnya pengetahuan, pengalaman ALEKA pada tahun 2011. Pada versi
dan alat pemrogram untuk revisi ini, rekomendasi tatalaksana
menatalaksana pasien. Pada banyak pasien dengan ALEKA masih sama
pusat kesehatan, penggunaan magnet dengan publikasi tahun 2005, namun
telah menjadi pendekatan standar pada pada versi revisi lebih ditekankan pada
pasien-pasien dengan CIEDs. Namun, manajemen dengan pendekatan
walau penggunaan ini sesuai untuk individual, komunikasi efektif
banyak kasus, penggunaan magnet multidisiplin sebelum prosedur, serta
secara ‘buta’ sebagai strategi manajemen pendekatan tim selama periode
1
tidaklah lebih dari sekedar rasa aman perioperatif.
palsu, karena masih ada risiko kegagalan
mengidentifikasi masalah perioperatif, KLASIFIKASI ALEKA/ CIEDS
mencapai tujuan operasi, atau keduanya. Alat elektronik kardiovaskular implan
1
merupakan sebuah istilah yang
mencakup penggunaan alat pacu jantung
Hingga saat ini, tercatat setidaknya untuk bradiaritmia dan defibrilator
terdapat lebih dari 200 model kadioverter implan (DKI) untuk
pacemaker/alat pacu jantung yang takiaritmia, serta cardiac
diproduksi oleh 27 perusahaan, dan lebih resynchronization therapy/ terapi
dari 250.000 pasien dewasa maupun resinkronisasi jantung (CRT) untuk
anak menjalani pemasangan alat pacu disfungsi diastolik dengan hambatan
jantung tiap tahunnya. Referensi konduksi. 3

Volume 11, Nomor 2, Tahun 2019 82


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Alat Pacu Jantung asinkron dengan sebuah kabel-pacu,


Alat pacu jantung/ pacemaker yang memacu jantung pada kecepatan
merupakan salah satu modalitas tetap. Seiring berkembangnya jaman,
perawatan aritmia jantung, terutama maka teknologi alat pacu jantung makin
bradiaritmia, yang paling dapat berkembang dan penggunaannya dapat
dipercaya sejak tahun 1950. Sistim disesuaikan dengan kebutuhan tiap
awalnya berupa alat pacu jantung individu pasien. 4

A B
Gambar 1. (A) Pilihan jalur pemasangan pacu jantung intravena; (B) Lokasi kabel-pacu
intrakardiak. 5,6

Gambar 2. Lokasi pemasangan dan alat pacu jantung transkutan 7

Volume 11, Nomor 2, Tahun 2019 83


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Kabel-pacu bisa bersifat unipolar, c. Blok AV derajat 3 atau derajat 2


bipolar atau multipolar. Kabel-pacu atas pada level anatomi manapun
umumnya diletakkan di appendage yang terkait dengan:
atrium kanan, ventrikel kanan (RV), atau  Bradikardia simtomatik/
pada tipe alat 2 ruang, pada keduanya. aritmia ventricular dengan
Pada kabel-pacu bipolar, kedua anoda presumsi disebabkan oleh
dan katoda berada pada kabel-pacu yang blok AV
sama, sedangkan pada model unipolar,  Kondisi medis lain yang
generator pulsasi bertindak sebagai memerlukan terapi berefek
anoda, dan kabel-pacu sebagai katoda. bradikardia simptomatik
Model bipolar lebih banyak digunakan  Pasien sinus ritme bebas
karena lebih tahan terhadap gangguan gejala dengan periode asistol
elektromagnetik/ electromagnetic terdokumentasi ≥3s, escape
interference (EMI). 1,8 rate<40 denyut/ menit atau
escape rhythm dibawah nodus
Indikasi Pemasangan Alat Pacu AV
Jantung  Pasien AF bebas gejala
Alat pacu jantung dapat dipasang secara dengan bradikardia dengan
permanen maupun sementara, dan periode tunda ≥ 1 dan minimal
indikasi pemasangannya pun makin ≥5s
berkembang. Alat ini dapat digunakan  Setelah ablasi AV junction
melalui beberapa cara, mulai dari terkait dengan AV blok
pemakaian lempeng eksternal, postoperatif yang
pemasangan darurat kabel-pacu lewat diperkirakan tidak bisa diatasi
akses vena sentral/ central vein catheter setelah operasi jantung
(CVC), hingga pemasangan kabel-pacu  Terkait dengan penyakit
permanen intrakardiak bersama neuromuskular dengan blok
generator pulsasi. Alat pacu jantung AV
umumnya diindikasikan untuk gangguan d. Blok AV derajat 2 yang terkait
pembentukan impuls dan gangguan dengan bradikardia simptomatik
konduksi jantung. 1 tanpa memperdulikan lokasi blok
e. Blok AV derajat 3 persisten pada
Berikut adalah daftar indikasi level anatomi manapun dengan
pemasangan alat pacu jantung kecepatan ventrikel ≥40 denyut
berdasarkan pedoman yang dibuat oleh per menit jika terdapat
HRS tahun 2008: 9 kardiomegali atau disfungsi
1. Bradikardia karena sinus node ventrikel kiri (LV), atau jika
dysfunction/ disfungsi nodus sinus lokasi blok berada di bawah
(SND) dan atrioventricular node nodus AV
dysfunction/ disfungsi nodus f. Blok AV derajat 2-3 saat latihan,
atrioventrikular (AND) tanpa iskemi miokard
a. SND: sinus bradikardia 2. Blok bifasik kronis
simtomatik yang persisten dan 3. Pacu jantung untuk blok AV yang
inkompetensi kronotropik tanpa terkait dengan infark miokard
sebab jelas 4. Sindroma sinus karotis
b. Blok AV didapat pada dewasa hipersensitif dan sinkop
neurokardiogenik

Volume 11, Nomor 2, Tahun 2019 84


Jurnal Anestesiologi Indonesia

5. Pascatransplantasi jantung mengindikasikan ruang yang dipacu,


6. Pencegahan dan terminasi aritmia posisi kedua mengindikasikan ruang
dengan pacu jantung yang ditilik, posisi ketiga
7. Kardiomiopati hipertrofi menggambarkan respon terhadap tilikan.
8. Anak, remaja dan pasien dengan Posisi keempat dan kelima
penyakit jantung bawaan (PJB) mendeskripsikan fungsi yang dapat
diprogram dan fungsi antitakiaritmia,
Mode dan Kode Alat Pacu Jantung namun keduanya jarang digunakan. 4,8
Untuk mengerti lebih jelas mengenai
bahasa alat pacu jantung, perlu dipahami Pada zaman dahulu, pemrograman alat
adanya sistim kode yang dikembangkan pacu jantung dilakukan oleh konsultan
dan dipublikasi oleh aliansi North ahli, menggunakan programer dari
American Society of Pacing and produsen alat, namun sekarang
Electrophysiology/ British Pacing and penggunaan magnet lebih disukai karena
Electrophysiology Group (NASPE/ mudah dan dapat digunakan untuk
BPEG). Sistim kode ini berisi sistim 5 mengamankan alat sambil membuat
posisi dengan sebuah huruf di tiap posisi mode asinkron jika diperlukan pada
untuk menggambarkan fungsi program implan produksi tahun 2000 dan
antibradikardia, denyut adaptif dan setelahnya. Ringkasan mengenai kode
pemacuan multi lokasi. Posisi pertama ini dapat dilihat pada Tabel 1. 1

Tabel 1. Kode generik program alat pacu jantung 1


III. Respon IV. Modulasi V. Pacing multi
I. Ruang pacu II. Tilikan
terhadap tilikan kecepatan lokasi
A = Atrium A = Atrium I = Inhibisi R = Modulasi A = Atrium
V = Ventrikel V = Ventrikel T = Trigger/ picu O = none V = Ventrikel
D = Dual D = Dual D = (I dan/ atau D = Dual
(A&V) (A&V) T) (A&V)
O = none O = none O = none
Catatan: 9
Kode dual pada alat pacu jantung berarti alat menyediakan sinkronisasi atrioventrikular (AV),
dimana pemacuan atrial akan terjadi dalam mode terinhibisi dan alat pacu akan memastikan hal
tersebut diikuti dengan kejadian ventrikular normal.
Kode inhibisi berarti ruangan di pacu terus, kecuali terdeteksi aktivitas elektrik intrinsik selama
interval pemacuan.
Kode trigger berarti alat pacu hanya mengeluarkan pulsasi sebagai respon dari tilikan aktivitas
jantung.

Volume 11, Nomor 2, Tahun 2019 85


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Gambar 3. Algoritma pasien dengan ALEKA yang akan menjalani suatu prosedur/
tindakan. 8

Defibrilator Kardioverter Implan implantasi DKI untuk pencegahan


(DKI)/ Implantable Cardioverter sekunder pada 3 tahun terakhir sebesar
Defibrilator (ICD) 30% per tahun. Bagaimanapun, angka
Defibrilator kardioverter implan adalah ini belum mencakup semua pasien yang
alat yang mampu mendeteksi aritmia selayaknya mendapat DKI. Di Pusat
ventrikel dan menghantarkan defibrilasi Jantung Nasional Harapan Kita, pada
saat diperlukan. Generasi saat ini tahun 2012 saja, terdapat 97 kejadian
menggunakan generator pulsasi yang henti jantung saat perawatan, dan 62
ditanamkan pada kantung pektoral (64%) diantaranya meninggal dunia.
subkutan, dan mampu mengatasi sekitar Pada tahun 2013, angka kejadian henti
98% episode fibrilasi ventrikel (VF). 8 jantung adalah 93 kasus, hanya 25 kasus
(26%) yang selamat. 12
Pada mulanya, DKI digunakan hanya
untuk mencegah kematian jantung Syok yang dihasilkan oleh DKI dapat
mendadak akibat takikardia ventrikular mengakibatkan gangguan tangkapan
(VT) atau fibrilasi ventrikel (VF) pada pascasyok sementara pada alat pacu
pasien risiko tinggi yang berhasil jantung karena paparan miokard
selamat dari satu kali atau lebih terhadap aliran listrik densitas tinggi,
tindakan resusitasi. Hal ini dikenal oleh karena itu, disarankan kepada
sebagai Pencegahan Sekunder. Data di pengguna DKI untuk melakukan
Pusat Jantung Nasional Harapan Kita evaluasi rutin tiap 3 bulan dan tiap
(PJNHK) menunjukkan peningkatan paparan terhadap EMI. 9
jumlah pasien yang dilakukan

Volume 11, Nomor 2, Tahun 2019 86


Jurnal Anestesiologi Indonesia

C
Gambar 4. Defibrilator kardioverter implan 10,11

Keterangan: (A) Generator pulsasi, berisi baterai dan sirkuit komputer kecil; (B) Kabel-pacu,
yang mengirim impuls dari generator pulsasi ke otot jantung, serta menilik aktivitas listrik
jantung;(C) posisi DKI saat dipasang di jantung

Gambar 5. Jenis-jenis DKI 10

Keterangan gambar: DKI ruang tunggal: kabel-pacu terpasang pada ventrikel kanan. Jika
diperlukan, energi dihantarkan ke ventrikel untuk membantu kontraksi normal. DKI ruang
ganda: kabel-pacu dipasang pada atrium kanan dan ventrikel kanan. Energi dihantarkan ke atrium
kanan terlebih dahulu lalu ke ventrikel kanan, membantu jantung berdenyut sesuai urutan normal.
Alat biventrikular: 2-3 kabel-pacu diletakkan pada atrium kanan, ventrikel kanan, dan ventrikel
kiri melalui vena sinus koroner. Alat ini membantu jantung berdenyut dengan lebih seimbang dan
secara spesifik dipergunakan pada pasien dengan gagal jantung.

Volume 11, Nomor 2, Tahun 2019 87


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Mode dan Kode DKI menunjukkan mekanisme deteksi


Terdapat sistim kode 4 posisi dari takiaritmia, dengan elektrokardiogram
NASPE/ BPEG untuk DKI. Posisi (E) atau rerata hemodinamik (H); posisi
pertama mendeskripsikan ruang mana keempat adalah 3-5 huruf kode
yang diberikan syok (A-atrial, V- kapabilitas pemacuan dari alat tersebut.
ventrikel, O- tidak ada, D-dual/ ganda); Dari penjelasan tersebut, maka dapat
posisi kedua menunjukkan posisi disimpulkan bahwa DKI dapat memiliki
pemacuan antiaritmia diberikan (juga kode program seperti VOH-VVIR. 8
dengan kode A, V, O, D); posisi ketiga

Tabel 2. Kode generik program DKI13


II. Pemacuan IV. Pemacuan
I. Syok III. Deteksi takikardia
antitakiaritmia antibradikardia
A = Atrium A = Atrium E = Elektrokardiogram A = Atrium
V = Ventrikel V = Ventrikel H = Hemodinamik V = Ventrikel
D = Dual (A&V) D = Dual (A&V) D = Dual (A&V)
O = none O = none O = none

Indikasi informasi ALEKA, dan foto rontgen


Pada awalnya, DKI digunakan pada dada. Setelah mengidentifikasi adanya
kasus-kasus VT atau VF, namun saat ini, penggunaan ALEKA, penting untuk
semua pasien dengan kardiomiopati melibatkan seorang kardiologis, sebagai
signifikan fraksi ejeksi (EF) ≤ 35% bentuk pendekatan multidisiplin
adalah kandidat untuk pemasangan DKI. manajemen ALEKA yang turut
1,2 mendukung luaran pasien lebih baik.
ALEKA idealnya telah diperiksa dalam
Indikasi pemasangan DKI antara lain:2 6 bulan terakhir untuk menentukan
1. Takikardia ventrikel beban pemacuan, agar dapat memastikan
2. Fibrilasi ventrikel parameter kabel-pacu dan fungsi alat
3. Pasien pasca-MI dengan EF ≤ optimal. Pasien dengan beban pemacuan
30% (MADIT II) ≥ 40% atau memiliki ritme dominan
4. Kardiomiopati karena sebab pemacuan pada EKG dianggap
apapun dengan EF ≤ 35% (SCD- dependen pada alat pacu jantung. 14
HeFT)
5. Kardiomiopati hipertrofik Fokus evaluasi praoperatif pasien
6. Menunggu transplantasi jantung dengan ALEKA antara lain 1)
7. Sindroma Q-T memanjang menentukan apakah pasien
8. Displasia ventrikel kanan menggunakan ALEKA; 2) menentukan
aritmogenik tipe alat yang digunakan; 3) menentukan
9. Sindroma Brugada (RBBB, ST apakah pasien bergantung pada
elevasi di V1-V3) pemacuan anti bradikardia; 4)
8,13
menentukan fungsi alat.
EVALUASI PRAOPERATIF Manuver provokatif untuk memicu
Pengenalan ALEKA sebelum operasi bradikardia dengan manuver Valsava
penting untuk diketahui oleh dokter memanjang atau dengan pemberian
bedah dan anestesi. Tipe ALEKA yang esmolol/ adenosin dosis rendah, dapat
digunakan dapat diketahui melalui membantu memastikan tilikan,
anamnesa, rekam medik pasien, kartu pemacuan, dan tangkapan mekanik.

Volume 11, Nomor 2, Tahun 2019 88


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Namun tidak direkomendasikan, dan 3. Menunda fungsi antiaritmia, jika


harus dilakukan dengan sangat hati-hati. ada
4,8
4. Menyarankan penggunaan
elektrokauter pada operator
Perlu diperhatikan beberapa hal yang 5. Evaluasi kemungkinan pengaruh/
perlu dipersiapkan sebelum operasi, interaksi teknik anestesi yang
yaitu:1,8,13 digunakan terhadap fungsi
1. Menentukan apakah gangguan ALEKA
elektromagnet akan terjadi selama
prosedur Hal-hal yang perlu dicegah dalam
2. Menentukan apakah diperlukan periode perioperatif antara lain: (1)
pemrograman ulang praoperatif kerusakan pada alat, kabel-pacu, atau
dari fungsi pemacuan ALEKA lokasi implantasi; (2) kegagalan
menjadi mode asinkron atau hantaran syok atau pemacuan; (3)
menonaktifkan semua fungsi perubahan pada pola pemacuan; (4)
khusus termasuk fungsi adaptasi hantaran pemacuan atau syok tidak
denyut sesuai kondisi. 8

Gambar 6. Algoritma manajemen pasien dengan DKI8

Volume 11, Nomor 2, Tahun 2019 89


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Gangguan Alat Pacu Jantung menempatkannya pada posisi anterior-


Gangguan alat pacu jantung pada posterior. 13
umumnya memiliki 3 etiologi utama,
yaitu: (1) gangguan tangkapan; (2) Litotripsi
gangguan kabel-pacu; atau (3) gangguan Literatur yang ada belum dapat
generator. Gangguan tangkapan dapat menyediakan informasi yang cukup
terjadi karena iskemi/ infark miokard, mengenai manajemen pasien pengguna
gangguan keseimbangan asam basa, ALEKA yang menjalani radioterapi.
gangguan elektrolit, atau level obat anti Komentar dari pihak ASA dan HRS juga
aritmia abnormal. Gangguan kabel-pacu masih terpecah mengenai apakah
dan generator jarang terjadi.2 radioterapi dikontraindikasikan pada
pasien-pasien dengan ALEKA.13
GANGGUAN
ELEKTROMAGNETIK/ELECTRO Pada prosedur ini sebaiknya dilakukan
MAGNETIC INTERFERENCE (EMI) evaluasi alat pacu jantung dan DKI da-
Periode perioperatif kadang kala lam 1 bulan sebelum prosedur. Litotripsi
menjadi periode bermasalah bagi pasien dikatakan dapat menginduksi gangguan
dengan ALEKA karena pasien terpapar tilikan dan menekan pemacuan. Hindari
dengan banyak sumber energi yang sinar yang terfokus ke generator. Jika
dapat menyebabkan EMI dan sistim litotripsi memicu gelombang R,
berinteraksi dengan ALEKA. Interaksi pemacuan atrial sebaiknya dihentikan
ini menimbulkan berbagai efek, seperti sementara sebelum prosedur dimulai.
13,16
inhibisi pemacuan, kerusakan pada
permukaan ujung kabel-pacu dengan
jaringan, kerusakan generator pulsasi, Terapi elektrokonvulsif (ECT)
dan gangguan algoritme respon denyut Belum ada penelitian yang mendukung
yang menyebabkan pemacuan terlalu teori bahwa ECT menyebabkan
cepat. 1,15 kerusakan permanen pada ALEKA. Jika
ECT harus dilakukan, sebaiknya
Defibrilasi konsultasikan terlebih dahulu dengan
Sebelum melakukan defibrilasi atau dokter yang memberi instruksi dan
kardioversi pada pasien dengan ALEKA kardiolog untuk perencanaan prosedur
dan terapi menggunakan magnet, seluruh ECT awal dan lanjutan. Seluruh pasien
sumber EMI harus dihilangkan dan harus menjalani interogasi ALEKA
magnet dilepaskan untuk melanjutkan secara komperhensif sebelum prosedur.
terapi antiaritmia. Jika muncul aritmia ALEKA dinonaktifkan selama prosedur,
yang mengancam nyawa, gunakan namun pada pasien dependen alat pacu
pedoman ACLS untuk level energi dan jantung, mungkin diperlukan pemacuan
penempatan paddle. Jika sementara untuk mempertahankan irama
memungkinkan, coba minimalisir aliran dan denyut jantung selama prosedur.13
listrik yang melewati generator dan
kabel-pacu dengan: (1) memposisikan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
pad sejauh mungkin dari generator dan Beberapa komponen elektromagnetik
kabel-pacu; (2) memposisikan pad tegak pada MRI dapat menyebabkan induksi
lurus terhadap aksis mayor dari elektrik atau termal pada implan kabel-
generator dan kabel-pacu dengan pacu. Induksi aliran listrik dapat
menginisiasi aritmia atau menyebabkan
kabel-pacu mendapatkan tilikan yang
Volume 11, Nomor 2, Tahun 2019 90
Jurnal Anestesiologi Indonesia

rendah atau berlebihan, dan berpotensi kasus kematian pernah dilaporkan akibat
fatal. Sebagai tambahan, karena jaringan kejadian ini.15,17
dekat ujung kabel-pacu memiliki
konduktifitas terbatas, maka energi akan ALEKA tipe MR-conditional (diketahui
diubah menjadi panas pada lokasi ini, memiliki bahaya pada lingkungan MR
sehingga mnyebabkan pembentukan spesifik dengan kondisi penggunaan
jaringan parut dan edema. Medan spesifik) telah dibuat dengan komponen
magnet dalam MRI juga memiliki efek yang dikembangkan secara khusus dan
yang tidak dapat diprediksi terhadap telah diuji aman untuk penggunaan pada
aktivitas reed switch pada DKI, sebagai lingkungan MR. Perubahan-perubahan
tambahan. Perubahan gradien magnetik tersebut mengurangi risiko komplikasi
yang terlalu cepat dapat diregistrasi seperti pemanasan ujung kabel-pacu,
sebagai aritmia mengancam nyawa, dan pengaturan stimulasi bipolar, serta
mengakibatkan DKI merespon dengan penempatan filter spesifik untuk
melepaskan pemacuan anti takikardia mencegah alat mendeteksi sinyal
atau bahkan syok/ kejut listrik. Beberapa eksternal non-kardiak. 17

Gambar 7. Algoritma protokol Hopkins untuk penggunaan MRI pada pasien dengan
ALEKA 15

Volume 11, Nomor 2, Tahun 2019 91


Jurnal Anestesiologi Indonesia

DDI= dual-chamber inhibited pacing without atrial tracking; DOO= dual-chamber


asynchronous pacing; ECG= electrocardiography; ICD= implantable cardioverter
defibrillator; MRI= magnetic resonance imaging; PVC= premature ventricular contraction;
VOO= ventricular asynchronous pacing; VVI= ventricular inhibited pacing.

Transurethral Needle Ablation ASA dan HRS menyarankan untuk: (1)


(TUNA)/ Transurethral Resection of memposisikan lempeng aliran kembali
The Prostate (TURP) agar aliran listrik tidak melewati
Prosedur TUNA dan TURP generator pulsasi maupun kabel-pacu
menggunakan energi radiofrekuensi dan dari ALEKA; (2) hindari area listrik dari
electrosurgery dalam manajemen penya- kauter mendekati generator atau kabel-
kit prostat. Belum ada laporan bahwa pacu (termasuk tidak melambaikan
TURP dapat menginhibisi aktivitas alat kauter di atas generator); (3) gunakan
pacu jantung pada alat dengan sistim aliran pendek, intermiten dan ireguler
modern, sehingga tidak diperlukan inter- pada level energi paling rendah; (4)
ogasi alat peri-prosedur.13 Untuk gunakan kauter bipolar atau ultrasonik
prosedur yang menggunakan (harmonik) jika memungkinkan.13
elektrokauter, konsensus

Tabel 3. Rekomendasi untuk minimalisasi EMI periode perioperatif.18


Elektrokauter
1. Maksimalkan jarak antara monopolar dengan ALEKA, pertimbangkan penggunaan
bipolar jika perlu dekat ALEKA
2. Gunakan pengaturan kekuatan minimum yang adekuat
3. Untuk monopolar, letakkan elektroda balik pada tempat sejauh mungkin dari ALEKA.
Seringkali, tungkai atas kontralateral menjadi pilihan lokasi terbaik.
4. Untuk prosedur di bawah umbilikus, seringkali tidak diperlukan prosedur khusus
5. Prosedur di atas umbilikus lebih sering mengalami EMI, dan pemrograman ulang atau
penggunaan magnet mungkin diperlukan, terutama jika pasien dependen terhadap
ALEKA
6. Batasi penggunaan kauter menjadi short burst (1 detik burst kauter tiap 10 detik) jika
terlihat ada inhibisi
7. Pantau seksama pasien dengan pletisimografi atau tekanan arterial
8. Setelah prosedur, segera evaluasi adanya perubahan baik pada perangkat lunak ALEKA
MRI (versi ESC)
1. Pasien dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan risko. Pasien dependen pacu jantung
(risiko sangat tinggi), pasien dengan DKI (risiko tinggi), pasien non-dependen pacu
jantung (risiko rendah)
2. Medan kekuatan <1,5T; specific absorption rate (SAR) >2W/kg
3. Interogasi ALEKA; atur ulang menjadi mode asinkron untuk pasien dependen pacu
jantung; deaktivasi terapi takikardia pada DKI, program menjadi tilikan bipolar; deaktivasi
algoritme khusus (adaptasi kecepatan denyut)
4. Monitor dengan pulse oksimetri, siapkan troli darurat, siapkan staf bersertifikat ACLS dan
programer ALEKA
5. Reinterogasi ALEKA dan lakukan pengaturan ulang ke parameter awal jika diperlukan
pada 1 minggu dan 3 bulan pasca-prosedur

Volume 11, Nomor 2, Tahun 2019 92


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Kardioversi
1. Gunakan posisi stiker anterior-posterior, dengan posisi stiker sejauh mungkin dengan
ALEKA (>8 cm)
2. Evaluasi fungsi ALEKA setelah kardioversi
Ablasi radiofrekuensi, litotripsi, ECT
1. Secara umum tidak diperlukan pemgrograman khusus
2. Siapkan magnet
3. Lakukan pemantauan jantung secara kontinyu, terutama pada pasien yang dependen pacu
jantung

Agen Anestesi dan ALEKA dihindari dengan penggunaan pelumpuh


Teknik anestesi yang digunakan otot non-depolarisasi sebelum
disesuaikan dengan kebutuhan pasien. pemberian suksinilkolin. Komplikasi ini
Agen narkotik dan inhalasi dapat juga dapat dihindari dengan
digunakan dengan baik, karena agen- memprogram alat pacu jantung menjadi
agen tersebut tidak mengganggu ambang mode asinkron. Hindari pula
aliran dan voltase dari alat pacu jantung, penggunaan etomidat dan ketamin
namun perlu disarankan untuk tidak karena efek mioklonus yang
4,9
menggunakan nitrous oxide (NO) pada dihasilkan.
pasien dengan alat pacu jantung yang
baru dipasang, karena dapat Pertimbangan Intraoperatif
menyebabkan ekspansi gas dalam Aktivitas utama terkait manajemen
kantung tempat implantasi, ALEKA intraoperatif melingkupi:8
mengakibatkan hilangnya kontak anoda 1. Pemantauan fungsi alat-alat
dan malfungsi sistim pacu. Penggunaan 2. Pencegahan potensi disfungsi
halotan dapat menurunkan interval ALEKA
QT.4,19 3. Melakukan defibrilasi atau
kardioversi darurat, atau topangan
Agen anestesi yang umum digunakan denyut jantung selama prosedur
dipercaya tidak mempengaruhi ambang
pemacuan. Hiperventilasi (yang dapat Pemantauan intraoperatif meliputi EKG
menurunkan konsentrasi kalium serum kontinu dan pulsasi perifer dengan
secara drastis), gangguan asam-basa, palpasi, auskultasi, pemantauan tekanan
elektrolit, pemberian cairan, transfusi arteri, USG pulsasi perifer,
darah, iskemi miokardial, dan pletisimografi pulsasi atau oksimetri.
konsentrasi anestesi lokal dalam darah Walau tidak ada penelitian mengenai
yang signifikan dapat meningkatkan penggunaan EKG kontinu intraoperatif,
ambang tangkapan dari kabel-pacu dan beberapa laporan kasus menyatakan
dapat mengubah impedansi kabel-pacu.1 pentingnya penggunaan alat tersebut
dalam mendeteksi disfungsi jantung atau
Induksi anestesi menggunakan alat pacu jantung yang digunakan. Pihak
suksinilkolin dapat menyebabkan ASA merekomendasikan penggunaan
fasikulasi otot yang akan menginhibisi EKG kontinu sejak mulai anestesi
komplit alat pacu jantung karena tilikan hingga pasien dipindahkan keluar ruang
berlebihan yang menyebabkan henti pemulihan. Semua pemantauan ini
jantung pada pasien dependen pacu berlaku untuk pasien dengan anestesi
jantung. Fasikulasi otot ini dapat regional maupun umum.1,4,9

Volume 11, Nomor 2, Tahun 2019 93


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Perlu diperhatikan bahwa jika akan implantasi kabel-pacu (< 6 minggu), atau
melakukan pemasangan kateter vena terjadi pemasangan kanula di jantung
sentral (CVC) dengan kawat pemandu untuk penggunaan alat pintas jantung
pada pasien dengan DKI, harus sangat paru atau bantuan sirkulasi mekanis
berhati-hati agar tidak terjadi kontak an- lain.1
tara kawat pemandu dengan elektroda
pendeteksi, karena dapat mengaktivasi RINGKASAN
terapi anti takikardia.16 Penilaian dan manajemen pada pasien
dengan ALEKA memerlukan perhatian
Saat terjadi perubahan aktivitas elektrik khusus. Pemahaman yang adekuat
atau kondisi hemodinamik labil mengenai indikasi pemasangan, mode
mendadak yang terkesan berkaitan yang tersedia, dan program dari tiap jenis
dengan EMI harus mengingatkan ALEKA, serta pendekatan individual
operator untuk berhenti menggunakan pasien merupakan kunci utama bagi
kauter sementara hingga kondisi pasien dengan ALEKA dalam menjalani
hemodinamik stabil kembali. DKI yang prosedur bedah dan non-bedah yang
telah di-deaktivasi oleh magnet dapat aman.
direaktivasi cepat dengan pelepasan
magnet.1 Manajemen perioperatif ideal untuk
pasien dengan ALEKA dilakukan
Pertimbangan Pasca-Operatif berdasarkan pendekatan multidisiplin.
Manajemen pasca-operatif dari pasien Seorang spesialis anestesi harus familiar
dengan ALEKA utamanya meliputi dengan rekomendasi yang paling baru
interogasi dan pemulihan fungsi serta implementasinya di lapangan.
ALEKA di ruang pemulihan atau di Walau perkembangan tekonologi
ruang perawatan intensif. Lakukan ALEKA dan peralatan operasi telah
pemantauan kecepatan denyut dan mengurangi kejadian EMI dalam
irama, pastikan alat bantu pemacuan dan beberapa tahun terakhir, namun
defibrilasi siap selama periode keselamatan pasien tetap harus menjadi
13
postoperatif. fokus utama pelayanan. Rekomendasi
praktik terbaru menekankan adanya
Denyut dan ritme jantung harus dipantau pendekatan pada kebutuhan individual
secara kontinyu selama periode pasca- tiap pasien, dengan tindakan spesifik
operatif. Fasilitas pemacuan cadangan untuk meminimalkan paparan ALEKA
dan peralatan kardioversi harus siap terhadap EMI dan melindungi pasien
sedia. Salah satu aspek kontroversial dari perubahan hemodinamik yang tidak
dalam perawatan pasca-operatif adalah diinginkan.
perlunya interogasi kesesuaian pada
pengaturan semuaALEKA sebelum DAFTAR PUSTAKA
pasien dipindahkan dari ruang 1. Stone EM, Salter B, Fischer A.
pemulihan ke ruang perawatan intensif, Perioperative management of
atau lingkungan tanpa pemantauan. patients with cardiac plantable
Walau tidak didiskusikan secara electronic devices. Br J Anaesth.
spesifik, pemeriksaan fungsi alat 2011: p. i16-26
mungkin diperlukan dalam beberapa 2. Rozner MA. Perioperative care of
kondisi, seperti adanya pemasangan the patient with a cardiac pacemaker
kateter arteri pulmonal setelah or ICD. Rev Mex Anestesiol. 2009:
p. S190-97
Volume 11, Nomor 2, Tahun 2019 94
Jurnal Anestesiologi Indonesia

3. Neelankavil JP, Thompson A, March 31. Available from:


Mahajan A. Managing http://my.clevelandclinic.org/health
cardiovascular implantable /articles/implantable-cardioverter-
electronic devices (CIEDs) during defibrillator-icd
perioperative care. APSF 12. Hanafy DA, Rahadian A, Tondas
Newsletter. 2013 AE, Hartono B, Tanubudi D,
4. Rastogi S, Goel S, Tempe DK, Munawar M, et al. Pedoman terapi
Virmani S. Anaesthetic memakai alat elektronik
management of patients with cardiac kardiovaskular implan (Aleka). 1st
pacemakers and defibrillators for ed. Jakarta: Centra
noncardiac surgery. Ann Card Communications; 2014
Anaesth. 2005; 8: p. 21-32 13. American Society of
5. Lynch CA. A dangerous diagnosis Anaesthesiologists Task Force on
in an asymptomatic patients: case Perioperative Management of
quiz. medscape.com. Patients with Cardiac Rhythm
[Online]; 2016 [cited 2017 March Management Devices. Practice
30 advisory for the perioperative
6. Berman ES. Emergency cardiac management of patients with cardiac
pacing. In Roberts JR, Hedges JR, rhythm management devices:
editors. Clinical Procedures in pacemakers and implantable
Emergency Medicine. California: cardioverter-defibrillators.
Saunders/Elsevier; 2010 Anesthesiology. 2011; 114(2): p.
7. Bunch J, Osborn JS, Day JD. 247-61
Temporary cardiac pacing. Thoracic 14. Chia PL, Foo D. A practical
Key; 2016 [cited 2017 March 30 approach to perioperative
8. Nair SG. Anaesthetic management management of cardiac implantable
of patients with pacemakers and electronic devices. Singapore Med
implantable cardioverter J. 2015; 56(10): p. 538-41
defibrillator. In South Zone 15. Chow GV, Nazarian S. Magnetic
Anaesthesia Conference (CASCO); resonance imaging for patients with
2012; Coimbatore. p. 1-15 cardiac implantable electrical
9. Rapsang AG, Bhattacharyya P. devices. Cardiol Clin. 2014; 32(2):
Pacemaker and implantable p. 299-304
cardioverter defibrilators-general 16. Crossley GH, Poole JE, Rozner MA,
and anesthetic considerations. Rev Asirvatham SJ, Cheng A, Chung
Bras Anestesiol. 2014; 64(3): p. MK, et al. The heart rhythm society
2015-14 (HRS)/ american society of
10. Staff MC. Heart arrhytmia. Mayo anesthesiologist (ASA) expert
Clinic. [Online]; 2016 [cited 2017 consensus statement on the
March 31. Available from: perioperative management of
http://www.mayoclinic.org/diseases patients with implantable
-conditions/heart- defibrillators, pacemakers and
arrhythmia/diagnosis- arrhythmia monitors: facilities and
treatment/treatment/txc-20188390 patient management. Heart Rhythm.
11. Staff CC. Implantable cardioverter 2010; 8(7): p. 1114-34
defibrillator (ICD). Cleveland 17. Van der Graaf AWM, Bhagirath P,
Clinic. [Online].; 2015 [cited 2017 Gotte MJW. MRI and cardiac
implantable electronic devices;
Volume 11, Nomor 2, Tahun 2019 95
Jurnal Anestesiologi Indonesia

current status and required safety 19. Pervez MR. Pcaemakers &
conditions. Neth Heart J. 2014; 22: implantable cardioverter-
p. 267-76 defibrillators (ICDs)- part 1.
18. Misiri J, Kusumoto F, Goldschlager Anesthesia tutorial of the week
N. Electromagnetic interference and (ATOTW). [Online].; 2013 [cited
implanted cardiac devices: the 2017 March 31. Available from:
medical environment (part II). Clin https://www.aagbi.org/sites/default/
Cardiol. 2012; 35(6): p. 321-28 files/299%20Pacemakers%20and%
20ICDs%20Part%201.pdf

Volume 11, Nomor 2, Tahun 2019 96

You might also like