Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 192

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KARYA ILMIAH AKHIR

PROFIL ANALGETIK PASCA OPERASI PADA PASIEN PEDIATRI YANG


MENJALANI OPERASI ELEKTIF DI RSUD DR. SOETOMO

dr. Regina Agustantina

Pembimbing:
Dr. dr. Elizeus Hanindito Sp. An. KIC KAP
Dr. dr. Arie Utariani Sp. An. KAP

DEPARTEMEN / SMF ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
RUMAH SAKIT DR. SOETOMO
SURABAYA
2016

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRACT

Background: Postoperative pain is an important issue after surgery. By giving proper


analgetic(s), pain will be managed effectively and will accelerate patient recovery dan
discharge from hospital. Pain management in children is often poorly managed due to
presumption that children do not suffer from pain. However, pain is affected by
several factors include anxiety.

Objective: To analyse analgetic profile used postoperatively in pediatric patients

Methods: After obtaining approval from ethics committee, 122 patients were the
subjects, aged 0-18 years, undergoing elective surgery in Dr. Soetomo Hospital
Surabaya. Observation started at premedication room which preoperative anxiety and
pain scale measured. Patients were given analgetic postoperatively and observed at 30
minutes, 1 hour, 2 hours, 1 day and 2 days postoperative. Observations included pain
scale, sedation scale and hemodynamic (respiration rate, pulse, blood pressure and
saturation). The results were analysed statistically using t Test, Mann-Whitney and
Chi square test.

Results: NSAID was the most used analgetic in general (54 patients) and the most
used analgetic in group with 0 pain scale (no pain) in all times of pain scale
evaluation. Combined analgetics had bigger pain scale compare to single analgetic in
almost all times of pain scale evaluation except 2 days postoperative. However,
statistically there was no difference between giving single and combined analgetics in
almost all times of pain scale evaluation except 2 days postoperative. While
preoperative anxiety statistically correlates with postoperative pain at 2 hours
postoperative.

Conclusion: There was difference between giving single and combined analgetics at
2 days postoperative evaluation (p 0.035). Preoperative anxiety correlate with
postoperative pain at 2 hours postoperative evaluation (p 0.046).

Keywords: Pain, Anxiety, Sedation, FLACC, NRS, mYPAS, Ramsay Scale

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, segala puji syukur ke Hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya,
saya dapat menyelesaikan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) I
Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya
serta dapat menyusun dan menyelesaikan penelitian “Profil Analgetik Pasca Operasi
pada Pasien Pediatri yang Menjalani Operasi Elektif di RSUD Dr. Soetomo” sebagai
salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan keahlian di bidang
Anestesiologi.
Karya akhir ini disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan karya akhir ini. Saya
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak, pribadi dan
institusi yang telah merelakan hati, pikiran serta materi; mendukung dan mendorong
saya dalam meniti hari demi hari perjalanan yang indah penuh warna ini dan sekarang
telah berlalu. Semoga perjalanan tersebut akan selalu mewarnai perjalanan
selanjutnya yang lebih indah. Tiada lain hanya ucapan terima kasih dan rasa hormat
yang dapat saya sampaikan.
Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Direktur BLUD RSUD Dr.
Soetomo dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga atas kesempatan
yang diberikan sehingga saya dapat menjalani pendidikan dokter spesialis di bidang
Anestesiologi dan Reanimasi.
Ucapan terima kasih sebesar-besarnya dan juga rasa hormat saya sampaikan
kepada seluruh guru dan panutan saya di Departemen/SMF Anestesiologi dan
Reanimasi atas segala bimbingan, bantuan, arahan dan nasihat kepada saya selama
menempuh pendidikan. Ucapan terima kasih secara khusus saya sampaikan kepada
pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dalam menyusun karya akhir ini yaitu:
1. Dr. dr. Hamzah Sp.An. KNA sebagai Kepala Departemen Anestesiologi dan
Reanimasi yang telah memberi kesempatan untuk menjadi peserta PPDS I
Anestesiologi dan Reanimasi.
2. Dr. dr. Arie Utariani Sp.An. KAP sebagai Ketua Program Studi Anestesiologi
dan Reanimasi yang layaknya seperti orang tua saya di Departemen
Anestesiologi dan Reanimasi yang dengan sabar dan penuh kasih mendidik

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

saya selama menempuh masa pendidikan sekaligus menjadi pembimbing


penelitian saya.
3. Dr. dr. Elizeus Hanindito Sp.An. KIC KAP sebagai guru dan pembimbing
penelitian yang telah sabar dan berbaik hati memberikan sumbangan pikiran,
tenaga dan waktu dalam membimbing saya menyelesaikan karya akhir ini.
4. dr. Agustina Salinding Sp.An. KIC sebagai dosen pembimbing saya yang telah
sabar membimbing, mendukung dan mendorong saya selama menempuh masa
pendidikan.
5. Seluruh guru saya di Departemen Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo Surabaya atas
kesediaan dan kesabaran dalam membimbing saya selama menempuh masa
pendidikan.
6. Rekan-rekan sejawat PPDS I di RSUD Dr. Soetomo Surabaya khususnya
rekan satu angkatan Juli 2011 yang telah menjadi teman dan saudara terbaik di
Departemen Anestesiologi dan Reanimasi. Semoga kita dipertemukan dalam
keadaan yang lebih baik.
7. Seluruh paramedis dan karyawan di lingkungan Departemen Anestesiologi
dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.
8. Seluruh pasien di RSUD Dr. Soetomo yang telah berperan selayaknya guru
saya.
9. Kedua orang tua saya, Ir. Warsito dan Dra. Rin Retnowati MM, Ak. Atas
segala pengorbanan, kesabaran, doa dan dukungan selama menempuh masa
pendidikan.
10. Kakak dan adik saya, Eric Wisnuwardhana, BA dan dr. Winda Nirmala Sari
yang telah memberikan dukungan, doa dan moril selama menempuh masa
pendidikan.
Saya yakin masih terdapat banyak kekurangan dalam karya akhir ini. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun saya harapkan untuk penyempurnaan
karya akhir ini.
Akhir kata, saya sampaikan permohonan maaf kepada semua pihak atas segala
kekhilafan baik yang disengaja maupun tidak. Semoga karya akhir ini dapat berguna
bagi pengembangan ilmu dan menginspirasi lahirnya penelitian-penelitian baru.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahNya kepada
kita semua. Amin.

Surabaya, 4 Desember 2016


Peneliti

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .…………………………………………………………………….. i

DAFTAR TABEL ..………………………………………………………………. vii

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………….. x

BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………… 1

1.1. Latar Belakang …………………………………………………… 1

1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………... 6

1.3. Tujuan Penelitian ………………………………………………… 6

1.3.1. Tujuan Umum ………………………………………… 6

1.3.2. Tujuan Khusus ………………………………………… 6

1.4. Manfaat Penelitian ……………………………………………….. 6

1.4.1. Bagi Pengembangan Ilmu …………………………….. 6

1.4.2. Bagi Pelayanan ………………………………………... 6

1.4.3. Bagi Penderita ………………………………………… 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………... 8

2.1. Nyeri ……………………………………………………………… 8

2.2. Perkembangan Neurobiologi Nyeri pada Neonatus ……………… 10

2.2.1. Maturasi dari Respon Lokal Sistem Saraf Perifer atau

Transduksi ……………………………………………... 11

2.2.2. Maturasi dari Proses di Saraf Spinal atau Transmisi dan

Modulasi ……………………………………………….. 13

2.2.3. Respon Lokal Saraf Spinal …………………………….. 13

2.2.4. Transmisi Ascending …………………………………... 16

2.2.5. Transmisi Descending, Modulasi Nyeri ………………... 16

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


i
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.2.6. Proses Supraspinal dan Integrasi ………………………. 19

2.3. Jenis Pembedahan pada Pediatri ………………………………….. 20

2.4. Penilaian Nyeri pada Pediatri …………………………………….. 21

2.5. Tingkat Kecemasan pada Anak …………………………………... 27

2.6. Sedasi dalam Mengatasi Kecemasan ……………………………... 30

2.6.1. Midazolam …………………………………………….. 30

2.6.2. Nitrous Oxide (N2O) …………………………………... 31

2.6.3. Obat-obat Lainnya ……………………………………... 32

2.7. Aspek Umum Perkembangan Farmakologi ………………………. 32

2.8. Pedoman Tatalaksana Nyeri Pasca Operasi Pada Anak ………….. 34

2.8.1. Nyeri akut pada anak akibat trauma pembedahan yang luas

(disertai dengan kerusakan jaringan ringan) – NRS atau VAS

pasca operasi < 4 ………………………………………. 36

2.8.2. Prosedur operasi pada anak dengan kerusakan jaringan

sedang – NRS atau VAS pasca operasi 4-6 dan durasi nyeri

operasi < 3 hari ……………………………………….... 38

2.8.3. Prosedur operasi pada anak dengan kerusakan jaringan hebat

– NRS atau VAS pasca operasi > 7 dan durasi nyeri pasca

operasi > 3 hari ………………………………………… 39

2.9. Opioid …………………………………………………………….. 42

2.10. Efek Nyeri Pasca Operasi pada Anak …………………………...... 44

2.10.1. Sistem Kardiovaskular ………………………………… 45

2.10.2. Sistem Gastrointestinal ………………………………... 45

2.10.3. Sistem Respirasi ………………………………………. 45

2.10.4. Sistem Genitourinari ………………………………….. 46

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


ii
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.10.5. Sistem Muskuloskeletal ……………………………….. 46

2.10.6. Sistem Imun …………………………………………… 47

2.10.7. Efek Psikologis dan Kognitif ………………………….. 47

2.10.8. Mual dan Muntah ……………………………………… 47

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL …………………………………………. 48

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ………………………………………… 51

4.1. Desain Penelitian …………………………………………………. 51

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………. 51

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ………………………………….. 51

4.3.1. Kriteria Inklusi ………………………………………… 51

4.3.2. Kriteria Eksklusi ………………………………………. 51

4.3.3. Besar Sampel ………………………………………….. 51

4.3.4. Teknik Pengambilan Sampel ………………………….. 51

4.4. Kerangka Operasional ……………………………………………. 52

4.5. Definisi Operasional ……………………………………………… 52

4.6. Bahan dan Cara Kerja ……………………………………………. 53

4.6.1. Bahan ………………………………………………….. 53

4.6.2. Cara Kerja ……………………………………………... 54

4.7. Analisa Statistik …………………………………………………... 54

4.8. Jadwal Penelitian …………………………………………………. 54

BAB 5 HASIL PENELITIAN …………………………………………………... 56

5.1. Profil Pasien ………………………………………………………. 56

5.1.1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin ……………... 56

5.1.2. Karakteristik Berdasarkan Usia ……………………….. 57

5.1.3. Karakteristik Berdasarkan PS ASA …………………… 57

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


iii
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5.1.4. Karakteristik Berdasarkan Jenis Operasi ……………… 58

5.1.5. Karakteristik Berdasarkan Klasifikasi Operasi ………... 59

5.1.6. Karakteristik Berdasarkan Skala Nyeri Preoperatif …… 60

5.1.7. Karakteristik Berdasarkan Tingkat Kecemasan ……….. 61

5.1.8. Karakteristik Berdasarkan Teknik Anestesi …………… 62

5.2. Profil Analgetik …………………………………………………... 63

5.2.1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Analgetik ……………. 63

5.2.2. Karakteristik Berdasarkan Jumlah Analgetik …………. 64

5.2.3. Karakteristik Analgetik Tunggal ………………………. 65

5.2.4. Karakteristik Analgetik Kombinasi ……………………. 65

5.3. Karakteristik Analgetik Tunggal dan Kombinasi ………………… 66

5.4. Nyeri Pasca Operasi ……………………………………………… 72

5.4.1. Skala Nyeri Pasca Operasi …………………………….. 72

5.4.2. Karakteristik Skala Nyeri pada Pemberian Analgetik

Tunggal dan Kombinasi ……………………………….. 74

5.4.3. Nyeri pada 30 Menit Pasca Operasi …………………… 76

5.4.4. Nyeri pada 1 Jam Pasca Operasi ………………………. 78

5.4.5. Nyeri pada 2 Jam Pasca Operasi ………………………. 80

5.4.6. Nyeri pada Hari Pertama Pasca Operasi ………………. 83

5.4.7. Nyeri pada Hari Kedua Pasca Operasi ………………… 84

5.5. Tingkat Kecemasan ………………………………………………. 86

5.5.1. Karakteristik Tingkat Kecemasan pada Pemberian Analgetik

Tunggal dan Kombinasi ……………………………….. 86

5.5.2. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri

Preoperatif ……………………………………………... 87

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


iv
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5.5.3. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 30

Menit Pasca Operasi ………………………………….... 89

5.5.4. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 1 Jam

Pasca Operasi ………………………………………….. 90

5.5.5. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 2 Jam

Pasca Operasi ………………………………………….. 91

5.5.6. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Hari

Pertama Pasca Operasi ………………………………… 93

5.5.7. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Hari

Kedua Pasca Operasi …………………………………... 94

5.6. Efek Sedasi Pasca Operasi ………………………………………... 95

5.6.1. Skala Sedasi Pasca Operasi ……………………………. 95

5.6.2. Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 30 Menit Pasca

Operasi ………………………………………………… 96

5.6.3. Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 1 Jam Pasca

Operasi ………………………………………………… 98

5.6.4. Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 2 Jam Pasca

Operasi ………………………………………………… 99

BAB 6 PEMBAHASAN ………………………………………………………... 101

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………. 110

7.1. Kesimpulan ……………………………………………………….. 110

7.2. Saran ……………………………………………………………… 110

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….. 111

Lampiran 1 Penjelasan Untuk Mendapat Persetujuan …………………………. 117

Lampiran 2 Pernyataan Persetujuan …………………………………………… 119

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


v
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 3 Lembar Pengumpul Data …………………………………………. 120

Keterangan Kelaikan Etik ………………………………………………………... 127

Analisa Statistik …………………………………………………………………... 128

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


vi
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Skala FLACC (face, legs, activity, cry dan consolability) ……….. 24

Tabel 2.2. Skala NIPS (Neonatal Infant Pain Scale) ………………………... 25

Tabel 2.3. Intervensi pada Skala NIPS ………………………………………. 26

Tabel 2.4. Skala pengukuran CRIES (Crying, Requires O2 for SaO2 < 95%,

Increased vital signs, Expressions, Sleepless) ……………………. 26

Tabel 2.5. Modified Yale Preoperative Anxiety Scale (mYPAS) ……………. 28

Tabel 2.6. Tren Relevan Terkait Umur Terhadap Kerja Obat ……………….. 32

Tabel 2.7. Dosis Analgetik Paracetamol pada Anak ………………………...... 40

Tabel 2.8. Dosis Analgetik Metamizole pada Anak ………………………..... 41

Tabel 2.9. Dosis Analgetik NSAID pada Anak ……………………………... 41

Tabel 2.10. Dosis Analgetik Opioid pada Anak ………………………............. 42

Tabel 2.11. Patient-controlled analgesia (PCA) ……………………………… 42

Tabel 2.12. Nurse-controlled analgesia (NCA) ………………………………. 42

Tabel 5.1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin ………………………… 56

Tabel 5.2. Karakteristik Berdasarkan Usia …………………………………... 57

Tabel 5.3. Karakteristik Berdasarkan PS ASA ………………………………. 58

Tabel 5.4. Karakteristik Berdasarkan Jenis Operasi …………………………. 58

Tabel 5.5. Karakteristik Berdasarkan Klasifikasi Operasi …………………… 59

Tabel 5.6. Karakteristik Berdasarkan Skala Nyeri Preoperatif ………………. 60

Tabel 5.7. Karakteristik Berdasarkan Tingkat Kecemasan …………………... 61

Tabel 5.8. Karakteristik Berdasarkan Teknik Anestesi ……………………… 62

Tabel 5.9. Karakteristik Berdasarkan Jenis Analgetik ……………………….. 63

Tabel 5.10. Karakteristik Berdasarkan Jumlah Analgetik ……………………... 64

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


vii
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 5.11. Karakteristik Berdasarkan Analgetik Tunggal …………………… 65

Tabel 5.12. Karakteristik Berdasarkan Analgetik Kombinasi ………………… 66

Tabel 5.13. Karakteristik Analgetik Tunggal dan Kombinasi ………………… 70

Tabel 5.14. Skala Nyeri Pasca Operasi ………………………...……………… 73

Tabel 5.15. Karakteristik Skala Nyeri Untuk Usia ≤ 12 tahun …………………74

Tabel 5.16. Karakteristik Skala Nyeri Untuk Usia > 12 tahun …………………75

Tabel 5.17. Nyeri pada 30 Menit Pasca Operasi ………………………...…….. 77

Tabel 5.18. Nyeri pada 1 Jam Pasca Operasi ………………………...………... 79

Tabel 5.19. Nyeri pada 2 Jam Pasca Operasi ………………………...………... 82

Tabel 5.20. Nyeri pada Hari Pertama Pasca Operasi ………………………...... 84

Tabel 5.21. Nyeri pada Hari Kedua Pasca Operasi ………………………...….. 86

Tabel 5.22. Karakteristik Tingkat Kecemasan ………………………...………. 87

Tabel 5.23. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Preoperatif … 88

Tabel 5.24. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 30 Menit Pasca

Operasi ………………………...………………………...………... 89

Tabel 5.25. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 1 Jam Pasca

Operasi ………………………...………………………...………... 91

Tabel 5.26. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 2 Jam Pasca

Operasi ………………………...………………………...………... 92

Tabel 5.27. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Hari Pertama

Pasca Operasi ………………………...………………………...…. 93

Tabel 5.28. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Hari Kedua Pasca

Operasi ………………………...………………………...………... 95

Tabel 5.29. Skala Sedasi Pasca Operasi ………………………...…………….. 96

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


viii
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 5.30. Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 30 Menit Pasca Operasi

………………………...………………………...……………….… 97

Tabel 5.31. Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 1 Jam Pasca Operasi

………………………...………………………...……………….… 98

Tabel 5.32. Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 2 Jam Pasca Operasi

………………………...………………………...……………….… 100

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


ix
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Perjalanan Nyeri ………………………………………………… 10

Gambar 2.2. Pengukuran Skala Nyeri: Visual Analogue Scale (VAS), Numerical

Rating Scale (NRS) dan Facial Expressions Scale ……………... 23

Gambar 2.3. Ekspresi Wajah Akibat Rangsangan Nyeri ……………………... 26

Gambar 2.4. Farmakoterapi Preoperatif pada Prosedur Operasi dengan Kerusakan

Jaringan Ringan – Analgetik Preemtif …………………………… 37

Gambar 2.5. Farmakoterapi Postoperatif pada Prosedur Operasi dengan Kerusakan

Jaringan Ringan ………………………………………………….. 37

Gambar 2.6. Farmakoterapi Postoperatif pada Prosedur Operasi dengan Kerusakan

Jaringan Sedang ………………………………………………….. 38

Gambar 2.7. Farmakoterapi Postoperatif pada Prosedur Operasi dengan Kerusakan

Jaringan Hebat …………………………………………………… 40

Gambar 5.1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin ………………………. 56

Gambar 5.2. Karakteristik Berdasarkan Usia …………………………………. 57

Gambar 5.3. Karakteristik Berdasarkan PS ASA ……………………………… 58

Gambar 5.4. Karakteristik Berdasarkan Jenis Operasi ………………………... 59

Gambar 5.5. Karakteristik Berdasarkan Klasifikasi Operasi …………………. 60

Gambar 5.6. Karakteristik Berdasarkan Skala Nyeri Preoperatif …………….. 61

Gambar 5.7. Karakteristik Berdasarkan Tingkat Kecemasan ………………… 61

Gambar 5.8. Karakteristik Berdasarkan Teknik Anestesi …………………….. 63

Gambar 5.9. Karakteristik Berdasarkan Jenis Analgetik ……………………... 64

Gambar 5.10. Karakteristik Berdasarkan Jumlah Analgetik …………………… 64

Gambar 5.11. Karakteristik Berdasarkan Analgetik Tunggal ………………….. 65

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


x
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 5.12. Karakteristik Berdasarkan Analgetik Kombinasi ………………. 66

Gambar 5.13. Karakteristik Usia dan Berat Badan Terhadap Jumlah Analgetik 71

Gambar 5.14. Karakteristik Jenis Kelamin, PS ASA dan Usia Terhadap Jumlah

Analgetik ………………………………………………………… 71

Gambar 5.15. Karakteristik Jenis Operasi Terhadap Jumlah Analgetik ……….. 71

Gambar 5.16. Karakteristik Klasifikasi Operasi dan Tingkat Kecemasan Terhadap

Jumlah Analgetik ………………………………………………... 72

Gambar 5.17. Skala Nyeri Pasca Operasi ………………………………………. 73

Gambar 5.18. Karakteristik Skala Nyeri (1) ……………………………………. 75

Gambar 5.19. Karakteristik Skala Nyeri (2) ……………………………………. 76

Gambar 5.20. Nyeri pada 30 Menit Pasca Operasi ……………………………... 78

Gambar 5.21. Nyeri pada 1 Jam Pasca Operasi ………………………………… 80

Gambar 5.22. Nyeri pada 2 Jam Pasca Operasi ………………………………… 82

Gambar 5.23. Nyeri pada Hari Pertama Pasca Operasi ………………………… 84

Gambar 5.24. Nyeri pada Hari Kedua Pasca Operasi ………………………….. 86

Gambar 5.25. Karakteristik Tingkat Kecemasan ………………………………. 87

Gambar 5.26. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Preoperatif 88

Gambar 5.27. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 30 Menit Pasca

Operasi ………………………………………………………….. 90

Gambar 5.28. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 1 Jam Pasca

Operasi ………………………………………………………….. 91

Gambar 5.29. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 2 Jam Pasca

Operasi ………………………………………………………….. 92

Gambar 5.30. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Hari Pertama

Pasca Operasi …………………………………………………… 94

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


xi
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 5.31. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Hari Kedua

Pasca Operasi …………………………………………………… 95

Gambar 5.32. Skala Sedasi Pasca Operasi ……………………………………... 96

Gambar 5.33. Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 30 Menit Pasca Operasi

……………………………………………………………………. 97

Gambar 5.34. Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 1 Jam Pasca Operasi

……………………………………………………………………. 99

Gambar 5.35. Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 2 Jam Pasca Operasi

……………………………………………………………………. 100

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


xii
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manajemen nyeri yang memadai merupakan kebutuhan penting dan

universal dalam perawatan kesehatan. Di era modern seperti sekarang, implikasi

fisiologi dan psikologi nyeri yang merugikan tetap tidak teratasi dengan baik.

Manajemen nyeri yang tidak efektif pada anak dapat berakibat negatif terhadap

hasil klinis dan psikologis serta kualitas hidup pasien. Manajemen nyeri pasca

operasi yang inadekuat sebagian besar akan menyebabkan terjadinya chronic


(1)
persistent postsurgical pain (CPSP) dengan insiden hingga 50%. Dampak

lainnya yaitu memperpanjang perawatan pasca anestesi, keterlambatan pasien

keluar rumah sakit, hingga tidak terantisipasinya pasien rawat jalan masuk rumah
(1)
sakit pasca operasi. Sebuah studi oleh Power dkk menyebutkan bahwa terjadi

gangguan pola makan pada pasien pediatri yang tidak mendapat penanganan nyeri

yang baik pada 2 hari pertama pasca operasi, diikuti dengan kecemasan saat

berpisah dengan orang tua dan apatis. (2) Manajemen nyeri akut yang efektif akan

meningkatkan hasil luaran dan juga kepuasan pasien. Penelitian dan penerapan

terhadap pedoman tatalaksana nyeri mendokumentasikan adanya perbaikan

terhadap tatalaksana nyeri akut dan nyeri pasca operasi, namun kesadaran untuk

memberikan manajemen nyeri masih sangat kurang. Intervensi tertentu akan

meningkatkan sikap dan persepsi pasien terhadap nyeri. Penanganan nyeri secara

multidisiplin akan membawa perbaikan dalam manajemen nyeri pasien, edukasi

nyeri, hasil luaran serta tingkat kepuasan pasien.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA


1 …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Nyeri pasca operasi merupakan permasalahan penting setelah tindakan

operasi. Penanganan nyeri yang efektif dengan efek samping sedikit akan

mempercepat pemulihan dan kepulangan pasien dari rumah sakit. Kenyamanan

pasien merupakan salah satu hal penting sehingga analgetik yang adekuat sangat

dibutuhkan pada periode pasca operasi.

Stimuli nyeri yang terjadi berulang memberi dampak merugikan seperti

perubahan sensitivitas terhadap nyeri serta perubahan permanen neuroanatomi dan

perilaku, karena itu The American Academy of Pediatrics and The American Pain

Society mengatakan bahwa nyeri harus dikenali dan dirawat lebih agresif terutama

pada anak-anak. (3)

Anak-anak telah mendapat penanganan nyeri yang tidak adekuat dan

prosedur yang menyakitkan karena adanya stigma yang salah bahwa mereka tidak

menderita atau merasa sakit ataupun mengingat pengalaman yang tidak

menyenangkan seperti halnya pada dewasa. Patofisiologi nyeri pada anak juga

terdiri dari 4 proses yaitu transduksi, transmisi, persepsi dan modulasi. Proses

modulasi pada neonatus tidak berlangsung dengan baik karena jalur descending
(4)
yang imatur. Kurangnya keamanan dan efektivitas analgetik disertai

kekhawatiran risiko yang mungkin terjadi seperti depresi nafas, menimbulkan

lebih banyak alasan sehingga penanganan nyeri pada anak tidak adekuat. Sebuah

dogma yang terkenal menyebutkan bahwa anak-anak tidak merasakan nyeri dan

sangat berbahaya untuk memberikan analgetik kuat karena adanya risiko


(5)
ketergantungan. Penanganan nyeri pasca operasi yang tidak adekuat meskipun

pada bayi dan anak akan merangsang respon stres biokimia dan fisiologis serta

menggangu sistem pernafasan, kardiovaskular, neuroendokrin, gastrointestinal,

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA


2 …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

(6)
imunologi dan fungsi metabolik. Finely dkk telah melaporkan bahwa berbagai

jenis pembedahan “minor” dapat menyebabkan nyeri yang signifikan pada anak,

dan terdapat kesalahpahaman pada orang tua tentang penanganan nyeri pada anak.
(7)

Manajemen nyeri pada anak tidak adekuat karena adanya morbiditas dan

juga mortalitas. Swaford dan Allen telah menyatakan bahwa “Paediatric patients

seldom need medication for relief of pain. They tolerate discomfort well…”

(pasien pediatri terkadang membutuhkan terapi untuk nyeri, karena mereka dapat
(8)
menahan rasa nyeri dengan baik). Eland menemukan perbedaan signifikan
(9)
dalam manajemen nyeri pada anak dan dewasa. Laporan insiden nyeri dan

pemberian analgetik akan bermunculan dalam beberapa tahun ke depan. Anand

dkk menggambarkan efek dari nyeri pada bayi karena anestesi minimal pada
(10)
artikelnya. Artikel serupa juga diterbitkan pada jurnal medis utama. Setelah

artikel-artikel tersebut terbit, beberapa komite memberikan rekomendasi untuk

penatalaksanaan nyeri pada anak. The society of Paediatric Anaesthesia pada

pertemuan tahunan ke-15 di New Orleans, Lousiana tahun 2001 mengemukakan

bahwa bebas dari rasa nyeri merupakan hak asasi manusia, terlepas dari usia,
(11)
kondisi medis, pengobatan, ataupun lembaga medis yang menangani.

Langlade dkk menyebutkan bahwa penanganan nyeri pasca operasi harus meliputi

rencana anestesi sebelum dilakukan induksi, mengutip ide „menangani nyeri


(12)
sebelum nyeri timbul‟. Saat ini, manajemen nyeri pasca operasi merupakan

integral dari praktik anestesi pada anak di seluruh rumah sakit besar.

Nyeri akut adalah nyeri yang berhubungan dengan berbagai episode

kerusakan jaringan dan inflamasi, yang bisa disebabkan oleh pembedahan, luka

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA


3 …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

bakar, atau trauma. Dalam studi Ganter dkk di sebuah rumah sakit di Zurich,

Switzerland menyebutkan bahwa pasien dengan nyeri pasca operasi yang tiba di

PACU (Post Anesthesia Care Unit) akan membutuhkan waktu lebih lama di
(11, 13)
PACU sebelum pasien layak kembali ke ruang rawat inap. Friedrichsdorf

dkk mengatakan dalam studinya bahwa intensitas nyeri yang paling besar yang

didapatkan seorang anak saat berada di rumah sakit adalah karena trauma/cedera

diikuti dengan pembedahan. (14) Penelitian yang dilakukan oleh Kozlowski dkk di

sebuah rumah sakit anak tersier di Mid Atlantic juga menyebutkan bahwa sumber

nyeri paling banyak diakibatkan oleh prosedur pembedahan mayor seperti fusi
(15)
spinal, craniectomy dan colostomy. Yang ironis adalah dari survei skala besar

dilaporkan bahwa 40% pasien pediatri yang menjalani pembedahan mengalami

nyeri pasca operasi sedang hingga berat dan 75% tidak mendapat analgetik yang

cukup. (16)

Hambatan yang terjadi terhadap penanganan nyeri pasca operasi yang baik

pada pasien pediatri dikarenakan penilaian nyeri terhadap anak sulit dilakukan
(17)
karena belum ada teknik penilaian nyeri yang ideal. Metode yang dapat

digunakan untuk menilai nyeri pada anak antara lain self-report ataupun

pengamatan perilaku. Namun hal ini juga dihambat oleh adanya beberapa faktor

perancu seperti tingkat kecemasan preoperatif ataupun gangguan kognitif pada

anak.

Untuk mengatasi nyeri pasca operasi dapat dilakukan teknik farmakologi

dan non-farmakologi. Teknik farmakologi mencakup berbagai jenis obat yang

diberikan mulai dari per oral, intravena, rectal maupun regional. Sebuah studi

yang dilakukan oleh Menezes menyebutkan bahwa efek analgetik obat per rectal

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA


4 …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

(18)
dan epidural caudal yang diberikan setelah induksi tidak jauh berbeda.

Penelitian lain oleh Beyaz di sebuah rumah sakit pendidikan di Turki

menyebutkan bahwa efek analgetik preemtif antara obat analgetik intravena dan

blok caudal tidak berbeda secara signifikan. (19)

Pasien pediatri mempunyai farmakodinamik dan farmakokinetik obat

analgetik yang berbeda dari dewasa. Respon farmakodinamik terhadap opioid,

anestesi lokal, paracetamol dan obat antiinflamasi pada anak matur pada usia 2

tahun. Dan belum terdapat bukti kuat tentang efek analgetik dari paracetamol

ataupun nonsteroidal antiinflammatory drugs (NSAID) pada neonatus ataupun


(20)
bayi usia < 3 bulan. Penelitian klinis tentang farmakodinamik dan

farmakokinetik pada populasi pediatri tidak dilakukan hingga tahun 1970an.

Penelitian sederhana mengemukakan bahwa parameter farmakokinetik seperti

waktu paruh, volume of distribution dan clearance plasma total sangat bervariasi
(21)
pada beberapa kelompok umur, meskipun berat badan hampir sama. Hal ini

juga didukung oleh analisa populasi di berbagai rentang usia yang menyebutkan

bahwa usia, di samping ukuran tubuh, mempunyai peranan penting sebagai

parameter farmakokinetik pada populasi pediatri. (22)

Pembahasan tentang nyeri sangat luas, mulai dari pencegahan timbulnya

nyeri, penilaian nyeri di awal dan pasca operasi hingga komplikasi yang timbul

bila nyeri tidak diatasi dengan baik seperti bertambahnya waktu rawat di PACU.

Hal inilah yang mendasari saya membuat penelitian mengenai profil analgetik

pasca operasi pada pasien pediatri. Hambatan dari penelitian ini adalah sulitnya

menilai nyeri pada pediatri yang seringkali rancu dengan kecemasan. Oleh karena

itu, kedua aspek tersebut akan dinilai dalam penelitian ini.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA


5 …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana pengelolaan nyeri pasca operasi pasien pediatri di Gedung

Bedah Pusat Terpadu (GBPT) RSUD Dr. Soetomo?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Menganalisa profil analgetik pasca operasi pasien pediatri di GBPT

RSUD Dr. Soetomo

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui jenis analgetik pasca operasi pasien pediatri di GBPT

RSUD Dr. Soetomo

2. Mengetahui intensitas nyeri pasca operasi pasien pediatri di GBPT

RSUD Dr. Soetomo

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Pengembangan Ilmu

Memberikan informasi tentang jenis analgetik pasca operasi pasien

pediatri di GBPT RSUD Dr. Soetomo

1.4.2. Bagi Pelayanan

Dengan mengetahui apakah pengelolaan nyeri pasca operasi pasien

pediatri saat ini sesuai pedoman, maka diharapkan manajemen nyeri pada

pediatri dapat diperbaiki

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA


6 …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1.4.3. Bagi Penderita

Dengan adanya perbaikan manajemen nyeri pasca operasi pada pasien

pediatri maka diharapkan morbiditas pasien pediatri akibat nyeri dapat

menurun

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA


7 …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Nyeri

Nyeri menurut The International for the study of Pain (IASP) adalah suatu

pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan, berkaitan dengan

kondisi aktual atau potensial terjadinya kerusakan jaringan. Nyeri terdiri dari 2

komponen utama yaitu komponen sensoris (fisik) dan emosional (psikologis).

Berdasarkan tipe, nyeri terdiri dari nyeri nosiseptif yang disebabkan oleh aktivasi

nosiseptor (reseptor nyeri) sebagai respon terhadap stimuli berbahaya dan nyeri

neuropatik yang disebabkan oleh proses sinyal di sistem saraf perifer atau pusat yang

menggambarkan sistem saraf. (23)

Nyeri merupakan stresor yang dapat mengganggu homeostasis. Respon adaptif

terhadap stres meliputi perubahan fisiologis di mana pada fase awal berguna sebagai

life saving. Adaptasi perifer melibatkan perpindahan energi dari tempat penyimpanan

menuju aliran darah untuk mengatasi stresor. Ini juga mencakup respon analgetik,

respon reflek menghilang dan berbagai perubahan fisiologis yang diperantarai oleh

sistem nervus simpatis. Namun, jika respon stres dibiarkan berlanjut, berbagai efek

berbahaya mungkin terjadi dengan melibatkan beberapa sistem tubuh dan berpotensi

mengancam jiwa. Fisiologi nyeri meliputi:

1. Transduksi

Proses ini meliputi perubahan stimulus berbahaya di ujung saraf sensorik

menjadi impuls saraf. Nosiseptor (neuron aferen primer) adalah ujung

saraf dengan kapasitas untuk membedakan antara rangsangan berbahaya

dan tidak berbahaya. Saat mereka terkena rangsangan berbahaya, sejumlah

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


8
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

zat termasuk prostaglandin, bradikinin, serotonin, substansi P dan histamin

dirilis untuk memudahkan pergerakan impuls nyeri dari perifer ke saraf

spinal.

2. Transmisi

Pergerakan impuls dari tempat transduksi ke otak. Transmisi terjadi pada 3

tahap: dari serat nosiseptor ke saraf spinal, dari saraf spinal ke batang otak

dan thalamus, dan terakhir dari thalamus ke cortex. Agar stimulus nyeri

dapat diubah menjadi impuls dan berpindah dari perifer ke saraf spinal,

maka potensial aksi harus terjadi, yaitu berpindahnya ion natrium dan

kalium dari cairan ekstraseluler ke dalam intraseluler dan sebaliknya.

Transmisi terjadi pada serat C dan serat delta A dan neurotransmiter

dibutuhkan di tiap sinaps agar impuls nyeri dapat menyebrang celah

sinaps.

3. Persepsi

Proses yang terlibat yaitu mengenali, mendefinisikan dan menanggapi rasa

sakit. Ini merupakan hasil dari aktivitas saraf dan di mana nyeri menjadi

pengalaman sadar. Persepsi berlangsung terutama cortex, tetapi sistem

limbik dan sistem retikuler juga terlibat.

4. Modulasi

Ini melibatkan aktivasi jalur desenden yang memberi efek penghambatan

pada transmisi nyeri. Serat desenden melepaskan substansi seperti opioid

endogen, serotonin, noradrenalin, asam gamma-aminobutyric dan

neurotensin yang mempunyai kapasitas untuk menghambat transmisi

rangsangan berbahaya dan menghasilkan efek analgetik.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


9
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 2.1. Perjalanan Nyeri

2.2. Perkembangan Neurobiologi Nyeri pada Neonatus (4)

Nyeri merupakan proses pendeteksi sensasi di perifer dan penghantaran

sensasi melalui saraf spinal, batang otak dan nukleus relay di thalamus menuju cortex

cerebri. Neuron nosisepsi sensitif terhadap suhu, mekanik ataupun rangsangan kimia

berbahaya. Rangsangan tersebut mempunyai neuropeptida yang dikeluarkan dan

sensitif terhadap hormon pertumbuhan tertentu yang terlibat dalam inflamasi

neurogenik (misal vasodilatasi dan leakage vaskular) dan regulasi neuroimun. Neuron

nosisepsi juga mempengaruhi kontraksi otot polos dan sekresi glandular ke dalam

saluran gastrointestinal dan urinari. Fisiologi nyeri pada neonatus ini dibagi menjadi 3

bagian yaitu:

 Sistem saraf perifer lokal memproses atau proses transduksi terjadi saat

rangsangan diterjemahkan menjadi potensial aksi neuron pada

nosiseptor, yang merupakan ujung sensoris dari neuron aferen primer

perifer.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


10
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

 Proses di saraf spinal, disebut sebagai proses transmisi dan modulasi,

merupakan propagasi potensial aksi di sepanjang jalur ascending dari

tempat transduksi menuju sistem saraf sensoris di saraf spinal, yang

kemudian menuju batang otak; dan aktivasi jalur descending yang

memberi efek inhibisi pada transmisi sinaps dari rangsangan berbahaya.

 Proses supraspinal dan integrasi nyeri atau proses persespsi yang

merupakan hasil dari proses nyeri yang meliputi pengenalan,

pengidentifikasi dan respon terhadap rangsangan berbahaya di otak.

2.2.1. Maturasi dari Respon Lokal Sistem Saraf Perifer atau Transduksi

Sistem saraf perifer, sebagai bagian dari sistem somatosensoris, terdiri dari 3

serat aferen primer, Aδ (bermielin tipis, reseptor nyeri mekanosensitif), Aβ,

dan serat C-polimodal (tidak bermielin, reseptor nyeri sensitif terhadap

rangsangan mekanik, kimia dan suhu). Saat usia kehamilan 6 minggu,

perkembangan sinaps antara serat sensoris dan interneuron di cornu dorsalis

dari saraf spinal mulai terjadi. Pada saat usia kehamilan 7 minggu, reseptor

sensoris di kulit muncul di area perioral. Pada usia kehamilan 11 minggu,

reseptor di kulit berkembang ke seluruh wajah, telapak tangan, telapak kaki;

pada usia kehamilan 15 minggu berkembang ke badan dan proximal dari

lengan dan kaki; dan pada usia kehamilan 20 minggu berkembang ke seluruh

permukaan kulit dan mukosa. Pada usia kehamilan 24 minggu, sistem saraf

perifer berkembang matur dan befungsi. Namun, berbeda dengan dewasa,

neonatus mempunyai densitas ambang nyeri Aδ yang lebih tinggi dan Aβ yang

lebih rendah yang respon terhadap frekuensi rangsangan lebih rendah.

Rangsangan taktil dan berbahaya membangkitkan withdrawal kulit anggota

gerak pada neonatus pada usia kehamilan 27 minggu.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


11
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Cedera jaringan memicu respon cascade di neuron perifer. Rangsangan

berbahaya yang diartikan sebagai aktivitas elektrik di ujung perifer dari serat

Aδ dan C-polimodal dan dikonduksikan dengan cepat menuju cornu dorsalis

saraf spinal. Kerusakan sel dan pembuluh darah akibat cedera disertai dengan

proses inflamasi dan adanya sel tumor, memicu pengeluaran mediator

biomekanik (bradikinin, ion kalsium dan kalium, substansi P dan

prostaglandin) yang mengaktivasi atau mensensitisasi nosiseptor aferen Aδ

dan C-polimodal yang mengirimkan impuls nyeri ke saraf spinal dan

menstimulasi timbulnya inflamasi lokal dan respon edema. Secara bersamaan,

substansi P dan prostaglandin meningkatkan inflamasi lokal jaringan dan

menyebabkan hiperalgesia lokal primer. Dengan kerusakan jaringan berulang,

proses inflamasi dan nyeri terkait dapat meluas ke jaringan di sekitar luka

sehingga menimbulkan allodynia dan menurunkan ambang reflek fleksor di

kulit hingga 50%.

Selain hiperalgesia, kerusakan jaringan pada awal kehidupan menyebabkan

penrkembangan dendrit secara mendalam dan persisten di saraf lokal sensoris

terminal. Dibanding dengan bayi yang lebih besar, perkembangan terjadi lebih

prominen jika kerusakan jaringan terjadi saat lahir atau beberapa saat

setelahnya. Studi perilaku menunjukkan bahwa hal tersebut menunjukkan

ambang mekanik dan hiperinervasi dari area luka yang menetap hingga

dewasa.

Dulu, kurangnya mielinisasi digunakan untuk mendukung argumen bahwa

sistem saraf pada bayi prematur adalah imatur sehingga bayi tidak mampu

merasakan nyeri. Namun, pada saraf perifer dewasa, impus nosisepsi

ditransmisikan melalui serat Aδ dan C-polimodal. Mielinisasi saraf neonatus

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


12
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

yang tidak sempurna memperpanjang velositas konduksi, namun

dikompensasi sepenuhnya dengan jarak interneuron dan neuromuskular yang

lebih pendek yang dilalui oleh impuls saraf. Jalur saraf nosisepsi sistem saraf

pusat dan saraf spinal bermielinisasi pada usia kehamilan trimester kedua dan

ketiga. Jalur nosisepsi ascenden menuju batang otak dan thalamus

bermielinisasi secara sempurna pada usia kehamilan 30 minggu; sedangkan

serabut saraf thalamocortical di kapsula interna bagian posterior dan corona

radiata bermielinisasi pada usia kehamilan 37 minggu.

2.2.2. Maturasi dari Proses di Saraf Spinal atau Transmisi dan Modulasi

Di awal kehidupan, sistem saraf spinal neonatus yang imatur berfungsi sebagai

unit independen. Karena jalur descenden imatur, cortex neonatus hanya dapat

sedikit mengontrol rasa nyeri. Respon nyeri bioperilaku berespon terhadap

rangsangan berbahaya merupakan reflek spinal dekortikasi berkelanjutan. Saat

cortex mengasumsikan waktu, pengalaman dan maturitas nyeri; terjadi

integrasi reflek imatur menjadi pola perilaku dewasa yang canggih.

Saraf spinal mempunyai 3 level fungsi penting nosisepsi: (1) respon lokal,

yang seringkali bersifat reflek protektif; (2) transmisi nyeri ascenden dan (3)

modulasi dari impus nosispsi melalui jalur descenden. Namun deskripsi lebih

jelas dari anatomi dan fisiologi sistem saraf pusat tidak tersedia.

2.2.3. Respon Lokal Saraf Spinal

Dalam saraf spinal, glutamat dan takikinin menstimulasi N-methyl-D-aspartat

(NMDA) dan reseptor takininin membantu proses mediasi nosisepsi. Reseptor

NMDA dianggap bertanggung jawab terhadap sensitisasi sentral atau “wind up

phenomenon” di mana input sensoris ke dalam sistem saraf pusat diperkuat,

sehingga terjadi perubahan di dalam sistem saraf pusat dan menimbulkan

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


13
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

nyeri. Semua lamina di cornu dorsalis pada neonatus merupakan NMDA yang

sensitif terhadap glutamat hingga usia 10-12 hari, di mana densitas tertinggi

terkonsentrasi di substansi gelatinosa. Peningkatan eksitabilitas dari resptor

nosisepsi di cornu dorsalis (“wind up”) juga menyebabkan hiperalgesia

sekunder pada jaringan normal di sekitar luka. Selain itu, input nosisepsi dari

tungkai berlawanan juga menyebabkan nyeri.

Reseptor NMDA dari cornu dorsalis pada neonatus lebih besar dari dewasa

hingga usia kehamilan 42 minggu, kemudian menurun menjadi sama dengan

ukuran dewasa pada usia kehamilan 43-44 minggu. Hal ini meningkatkan

ekspresi reseptor NMDA di cornu dorsalis saraf spinal yang menonjolkan

rendahnya ambang nyeri pada bayi prematur dan diduga berhubungan dengan

peningkatan kerentanan kerusakan eksitotoksis pada otak bayi yang baru lahir

yang menimbulkan nyeri yang lebih hebat dan lebih lama pada bayi. NMDA

yang bergantung serabut C membangkitkan depolarisasi sel saraf spinal dan

“wind up” sel pada stimulasi berulang serabut C telah terbukti pada usia muda

saraf spinal in vitro (8-14 hari) dan diobservasi pada neonatus prematur dan

aterm yang terpapar oleh prosedur menyakitkan berturut-turut.

Pada dewasa, γ-aminobutyric acid (GABA) menghambat aktivitas eksitatori

dari glutamat, namun pada bayi, GABA merangsang depolarisasi dependen, di

mana terdapat konsentrasi klorida intrasel. GABA lebih sensitif pada bayi

hingga usia 44 minggu. Reseptor NMDA yang besar dan level sinyal GABA

yang imatur berperan dalam hipersensitivitas nosisepsi pada bayi. Hasilnya

respon nyeri akan timbul dengan sedikit saja rangsangan invasif.

Respon saraf spinal memiliki efek besar terhadap respon bioperilaku neonatus

terhadap rangsangan. Dibandingkan dengan bayi aterm, anak-nak, remaja dan

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


14
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dewasa, bayi prematur mempunyai ambang nyeri lebih rendah dan mempunyai

respon reflek lebih sensitif terhadap rangsangan sentuhan. Penurunan ambang

nyeri membuat bayi lebih sensitif terhadap rangsangan berbahaya seperti

sentuhan di sekitar area luka yang dapat menimbulkan nyeri selama beberapa

hari atau minggu. Dengan adanya rangsangan berbahaya berulang, ambang

nyeri bahkan menurun lebih rendah akibat pengaruh NMDA dan GABA pada

eksitabilitas dari neuron sensoris saraf spinal. Variabilits signifikan dri respon

terhadap nyeri diamati pada neonatus untuk melihat penurunan nilai ambang

nyeri secara kontinyu dan peningkatan kepekaan neuron. Implikasi klinis pada

neonatus dibanding dewasa yaitu respon perilaku pada perawatan rutin akan

sama seperti respon perilaku pada prosedur invasif. Berdasarkan usia

kehamilan bayi, banyaknya pengalaman nyeri, perilaku bayi, atau penyakit

yang diderita, 1 rangsangan saja dapat menimbulkan respon nyeri yang

berlangsung beberapa menit ataupun tidak ada reaksi sama sekali.

Afinitas reseptor NMDA menurun seiring dengan usia postnatal. NMDA

sangat tinggi membangkitkan masuknya kalsium pada substansia gelatinosa

tikus pada minggu pertama postnatal kemudan menurun hingga sama seperti

dewasa pada usia 6-8 minggu postnatal. Jumlah reseptor NMDA yang imatur

lebih besar pada neonatus dibanding dewasa dan menurun seiring dengan usia

dan aktivitas sinaps. Hal ini disebabkan oleh perubahan komposisi subunit

reseptor NMDA. Sinaps glutamatergik mempunyai pola karakter maturasi dan

perkembangan. Pola ini termasuk perubahan gerakan reseptor NMDA dan

formasi “silent synapses” yang awalnya hanya menggambarkan arus NMDA

dan kemudian dibuat fungsional dengan penambahan arus reseptor AMPA.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


15
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Hal ini memungkinkan jaringan fungsional beradaptasi akibat pengalaman

yang didapatkan.

2.2.4. Transmisi Ascending

Terdapat sejumlah studi besar yang menunjukkan bahwa bayi kecil mampu

berespon terhadap rangsangan berbahaya. Pada neonatus, jalur nosisepsi

ascenden akan matang pada usia kehamilan 20 minggu. Dan pada saat usia

kehamilan 30 minggu, jalur ascenden naonatus mempunyai fungsi yang sama

dengan dewasa.

Penelitian menetapkan bahwa ekspresi wajah dan gerakan tubuh berdasarkan

bukti merupakan variabel perilaku yang menunjukkan nyeri pada bayi. Alis

menonjol, gerakan bola mata, dan gerakan sudut bibir telah ada sejak usia

kehamilan 26 minggu dan terbukti sebagai respon nyeri. Ekspresi yang sama

pada dewasa, meskipun pada bayi dengan usia kehamilan kurang dari 30

minggu respon tidak sekuat pada dewasa. Denyut jantung, variabilitas denyut

jantung (heart rate variability-HRV), dan saturasi oksigen merupakan variable

fisiologis yang berhubungan dengan nyeri akut pada bayi. Respon autonom

protektif dan respon wajah tersebut dipicu oleh serabut nyeri ascenden yang

berhubungan dengan sistem aktivasi retikular dan area periaqueductal fray

(PAG) yang tidak tergantung pada input cortex.

2.2.5. Transmisi Descending, Modulasi Nyeri

Kontrol inhibisi descenden belum matang saat lahir. Jalur inhibisi descenden

berkembang mulai dari batang otak melalui funikulus dorsolateral saraf spinal

hingga cornu dorsalis pada masa fetus. Sekali transmisi dan persepsi nyeri

terjadi, serabut di traktus spinothalamicus menstimulasi area midbrain yang

mengirim proyeksi ke cornu dorsalis untuk memodulasi impuls nyeri. Namun,

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


16
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

jalur inhibisi ini terkadang tidak mempunyai kolateral di cornu dorsalis dan

tidak berfungsi efektif. Keterlambatan ini disebabkan oleh ekspresi

penangguhan dari serotonin dan noradrenalin atau imaturitas interneuron

penting. Maturasi interneuron di substansia gelatinosa sebagian besar terjadi

pada periode postnatal dan merupakan hal penting dalam proses modulasi.

Karena sistem analgesik endogen yang belum matang tidak dapat mengurangi

input berbahaya saat rangsangan memasuki sistem saraf pusat, sehingga input

berbahaya mempunyai efek lebih besar pada bayi dibanding dewasa.

Neurotransmiter merupakan komponen penting pada transmisi nyeri orang

dewasa dan neonatus. Transmisi nyeri orang dewasa dan neonatus terjadi pada

saraf spinal dimediasi oleh neurotransmiter substansi P, somatostatin,

calcitonin gene-related peptide, polipeptida vasoaktif intestinal dan glutamat.

Modulasi dari transmisi nyeri terjadi saat rilis opioid endogen, enkephalin atau

serotonin, norepinephirne, acetylcholine, neurotensin dan GABA, glisin dan

dopamin dari area PAG.

GABA mempunyai peranan penting dalam mencegah penyebaran aktivitas

eksitatori glutamat. Pada sara spinal orang dewasa, GABA merupakan asam

amino transmiter inhibisi yang menyebabkan hiperpolarisasi membran melalui

aktivasi reseptor GABAA dan GABAB post sinaps dan menekan aksi rilis

transmiter melalui reseptor GABAB. Namun pada neonatus, GABA secara

transien diekspresikan berlebih saat perkembangan saraf spinal. Pada 90%

neuron embrio cornu dorsalis yang dikultur hingga lebih dari 1 minggu, baik

GABA dan glisin merangsang peningkatan kalsium dan depolarisasi sel. Efek

ini menurun seiring dengan lamanya kultur sehingga pada hari ke-30 efek

tersebut tidak lagi ada dan mengakibatkan hiperpolarisasi. Pada 2 minggu

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


17
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

postnatal pertama, ekspresi enzim sintesa GABA, glutamate decarboxylase

(GAD), menunjukkan 50% neuron adalah GABA-positif dan 20% GABA-

positif pada minggu ketiga postnatal. Fenomena di mana GABA berperan

dalam eksitatori pada otak yang belum matang juga terjadi pada area

supraspinal pada otak tikus postnatal.

Pada bayi prematur, dopamin dan norepinephrine tidak dapat memodulasi

aktivitas nosisepsi sebelum usia kehamilan 36-40 minggu. Terlebih lagi,

serabut inhibisi yang berkembang dari area PAG dan area lainnya di batang

otak tidak memicu rilis serotonin hingga sekitar 6-8 minggu setelah lahir.

Karena neurotransmiter aferen eksitatori nyeri cukup banyak saat lahir, dan

tidak diimbangi dengan neurotransmiter inhibisi descenden, bayi prematur

mempunyai keterbatasan dalam memodulasi nyeri. Imaturitas jalur descenden

memaparkan sensitivitas dan intensitas nyeri lebih besar pada neonatus

sebelum usia kehamilan 48 minggu dibanding dewasa dan bayi.

Maturasi sambungan sinaps serabut C di cornu dorsalis, perkembangan

interneuron di substansia gelatinosa dan perkembangan fungsi sistem inhibisi

descenden mulai dari pusat supraspinal terjadi postnatal pada tikus.

Mekanisme modulasi mencapai maturasi lebih akhir dibanding mekanisme

dasar eksitatori sehingga bayi baru lahir tidak mencapai respon puncak dari

rangsangan nyeri. Respon ini tidak selalu dapat diprediksi. Kurangnya inhibisi

berperan terhadap respon dasar dan respon berlebih terhadap input sensoris

dengan nilai ambang rendah maupun tinggi, di mana respon nyeri tertentu

membutuhkan input aferen konvergen yang berkembang dari waktu ke waktu

sehingga menjadi jelas secara klinis. Onset proses inhibisi merupakan penentu

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


18
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

penting aktivitas neuron dan merupakan sinyal darurat matangnya respon nyeri

pada bayi.

2.2.6. Proses Supraspinal dan Integrasi

Pada usia kehamilan 8 minggu, neocortex fetus mulai berkembang dan pada

usia kehamilan 20 minggu masing-masing cortex telah mempunyasi seluruh

komplemen 109 neuron. Neuron aferen di thalamus memproduksi akson yang

ada di otak sebelum mid-gestasi. Serabut ini “berlama-lama” di bawah

neocortex hingga bermigrasi dan cortex neuron berakhir sempurna dan

perkembangan sambungan sinaps intracortex di sekitar usia kehamilan 20

minggu menjadi sempurna. Pada usia kehamilan 24-26 minggu, serabut

thalamocortical dan hubungan sinaps telah sempurna. Potensi somatosensoris

yang dibangkitkan sangat lambat dan sederhana sebelum usia kehamilan 29

minggu, namun, pada usia kehamilan 40 minggu, pola menjadi rumit. Cortex

cerebri secara fungsional matur (termasuk cortex sensorimotor, sistem limbik,

diencephalon, thalamus, area batang otak midbrain) pada usia kehamilan 22

minggu dan menjadi sinkron bilateral pada usia kehamilan 27 minggu.

Migrasi sel cortex dari lapisan germinal ventrikel di mana mereka berasal ke

lokasi spesifik di lempeng cortex sempurna pada usia kehamilan kira-kira 24

minggu. Struktur yang mendukung matriks germinal masih kaya akan

pembuluh darah setelah migrasi sel selesai hingga usia kehamilan 28 minggu,

mengakibatkan struktur tersebut berisiko terjadi perdarahan. Pada saat proses

migrasi dan diferensiasi, apopotosis atau kematian sel terprogram

menghilangkan neuron dalam jumlah besar dari area cortex cerebri yang

berbeda. Jumlah neurin cortex mencapai puncaknya pada usia kehamilan 28

minggu kemudian menurun hingga 70% sebelum lahir.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


19
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pada usia kehamilan 20 minggu, electroencephalographic non spesifik secara

berkala muncul di kedua hemisfer otak. Mereka menetap pada usia kehamilan

22 minggu dan menjadi sinkron bilateral pada usia kehamilan 26-27 minggu.

Munculnya neuron non spesifik ini terjadi saat perkembangan neuron.

Hilangnya neuron tersebut memberi sinyal kegawatan terhadap potensial

spesifik dan maturasi sirkuit fungsi otak.

2.3. Jenis Pembedahan pada Pediatri

Seperti halnya pada dewasa, pembedahan pada pediatri juga dibagi menjadi 2

berdasarkan tingkat keparahan penyakit, bagian tubuh yang terkena, kompleksitas

operasi, dan waktu pemulihan yang diharapkan. Pembagian ini meliputi:

1. Operasi mayor

Meliputi operasi kepala, leher, dada dan beberapa operasi abdomen.

Waktu pemulihan dapat memanjang dan membutuhkan perawatan intensif

atau beberapa hari di rumah sakit. Terdapat risiko lebih tinggi untuk

komplikasi pada operasi tersebut. Beberapa jenis operasi mayor antara

lain:

 Eksisi tumor

 Koreksi malformasi tulang tengkorak

 Repair penyakit jantung kongenital, transplantasi organ, repair defek

intestinal

 Koreksi abnormalitas spinal dan terapi cedera serius

 Koreksi masalah dalam perkembangan paru, intestinal, diafragma

atau anus

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


20
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2. Operasi minor

Beberapa operasi pada anak termasuk operasi minor. Waktu pemulihan

pendek dan anak dapat segera kembali pada aktivitas biasa. Sebagian besar

operasi ini merupakan operasi poliklinis, dan anak dapat pulang ke rumah

di hari yang sama. Operasi-operasi ini meliputi:

 Repair hernia

 Koreksi patah tulang

 Eksisi lesi kulit

 Biopsi

2.4. Penilaian Nyeri pada Pediatri

Penilaian nyeri merupakan komponen manajemen nyeri yang paling penting

dan kritis. Menilai nyeri pada anak-anak adalah hal yang menantang serta merupakan

tugas yang sulit, karena tidak ada metode yang dapat diandalkan untuk mengukur

nyeri pada anak. Self report anak merupakan indikator yang dapat dipercaya dalam

mengukur skala nyeri pada anak. Aspek kognitif dan emosional ditambah dengan

mekanisme pertahanan psikologis adalah variabel penting dalam menilai nyeri pada

anak. (24) Sayangnya hal ini hanya berlaku pada anak dengan kemampuan kognitif dan

komunikasi yang baik. Pada bayi atau anak dengan kemampuan kognitif dan

komunikasi yang kurang, self report anak tidak selalu memungkinkan dilakukan dan

penilaian nyeri berdasarkan pengamatan terhadap tingkah laku dan biologis adalah

satu-satunya cara. Salah satu cara menilai nyeri adalah QUESTT yaitu:

Q: Question the child – (tanyakan pada anak)

U: Use pain rating scales – (gunakan skala nyeri)

E: Evaluate child’s behavior – (evaluasi tingkah laku anak)

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


21
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

S: Secure parent’s involvement – (libatkan orang tua)

T: Take cause of pain into account – (perhitungkan penyebab rasa nyeri)

T: Take earliest action (segera ambil tindakan awal) (25)

Question the child

Pernyataan verbal anak dan deskripsi nyeri adalah faktor penting dalam

menilai nyeri. Anak usia < 2 tahun dapat melaporkan dan melokalisir nyeri, meskipun

pada usia ini anak belum mampu menggambarkan kuantitas dari intensitas nyeri.

Bertanya pada anak harus sabar dan gunakan kata-kata yang familiar pada anak.

Berbicara dengan orang tua sebelum bertanya pada anak adalah cara pendekatan

terbaik dan kata-kata yang biasa digunakan dalam percakapan dengan keluarga harus

digunakan. Anak pada usia berapapun dapat menyangkal rasa nyeri jika penanya

adalah orang asing, atau karena mereka takut menerima sejumlah injeksi untuk

mengatasi nyeri.

Use pain rating scales

Pada anak usia < 4-5 tahun dapat digunakan pengukuran skala nyeri standar

dalam menilai nyeri. Penilai harus terlebih dulu memperkenalkan dan berdiskusi

tentang pengukuran skala nyeri tersebut pada orang tua dan pasien. Beberapa metode

pelaporan diri yang dapat digunakan antara lain Hester’s poker chip tool, Eland’s

colour scale, Visual Analog Scale (VAS), Smiley Analog Scale, Oucher Scale of

Beyer and Wells, dan Work Graphic Scale of Tesler dkk. Idealnya, tidak ada satu

pengukuran skala nyeri yang lebih baik dari lainnya.

Pada anak usia > 7-8 tahun dapat digunakan pengukuran skala nyeri dengan

angka (Numeric Rating Scale – NRS) ataupun skala VAS. Dengan menggunakan

skala tersebut, nyeri dapat dinilai untuk menentukan rencana terapi dan juga menilai

keberhasilan terapi yang diberikan.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


22
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 2.2. Pengukuran Skala Nyeri: Visual Analogue Scale (VAS), Numerical

Rating Scale (NRS) dan Facial Expressions Scale

Evaluate child’s behavior and physiologic changes

Perilaku stres tertentu misal menangis, mengaduh, meringis, postur penjagaan

dan gerakan badan lainnya seringkali berhubungan dengan nyeri dan dapat digunakan

untuk mengevaluasi nyeri pada anak dengan keterbatasan kemampuan berkomunikasi.

Namun, sangat sulit untuk untuk membedakan perilaku tersebut disebabkan oleh nyeri

atau penyebab lainnya seperti lapar, takut ataupun cemas.

Banyak skala pengukuran perilaku telah dipublikasikan seperti Directly

Observed Children’s Hospital of Eastern Ontario Pain Scale (CHEOPS); Face, Legs,

Cry, Activity Concolability scale (FLACC); Toddler Preschool Post Operative Pain

Scale; Ten Item Post Operative Pain Score; CRIES scale; facial expression scale of

Wong dan Nurse or Parent rating of pain.

Skala FLACC awalnya digunakan untuk menilai nyeri postoperatif anak usia 2

bulan hingga > 12 tahun. Skala FLACC dibuat sebagai metode sederhana yang

digunakan perawat untuk mengidentifikasi, mendokumentasi, dan mengevaluasi nyeri

pada anak yang tidak mampu menyatakan nyeri dan intensintas nyeri secara verbal.

Skala ini meliputi penilaian face, legs, activity, cry dan consolability. Setiap

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


23
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

komponen tersebut diberi nilai 0-2, sehingga nilai total 0-10. Skala FLACC telah

digunakan dalam berbagai populasi dan usia termasuk perawatan di NICU, anak yang

belum bisa bicara, anak dengan gangguan kognitif dan juga sebagai penilaian nyeri

postoperatif. (26)

Tabel 2.1. Skala FLACC (face, legs, activity, cry dan consolability) (26)

Sama seperti perubahan perilaku, perubahan fisiologis juga tidak dapat

dibedakan antara respon fisik terhadap nyeri ataupun bentuk stres lainnya.

Kebanyakan studi pengukuran fisiologis dipakai untuk mengukur nyeri akut, namun

merupakan indikator yang tidak dapat diandalkan untuk mengukur nyeri yang

persisten. Misal perubahan fisiologis terhadap nyeri adalah denyut jantung meningkat,

laju nafas dan tekanan darah meningkat, menangis, berkeringat, saturasi oksigen

menurun, pupil dilatasi, wajah kemerahan, mual dan otot menegang. Denyut jantung

adalah tanda yang paling sederhana dan cocok. Rangsang vagal dan variabilitas

denyut jantung seperti saat bernafas telah digunakan untuk mengindikasikan nyeri dan

distres. Denyut jantung akan menurun dan kemudian naik sebagai respon terhadap

nyeri tajam yang akut.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


24
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pembedahan juga memicu dikeluarkannya hormon stres (kortikosteroid,

katekolamin, glukagon dan hormon pertumbuhan). Kecuali dilakukan pemeriksaan

laboratoris dan penelitian lebih lanjut, pengukuran tersebut tidak berguna secara klinis

untuk menilai dan mengobati nyeri.

Neonatal Infant Pain Scale (NIPS) merupakan skala perilaku untuk

mengevaluasi nyeri yang dapat digunakan untuk pasien neonatus prematur maupun

aterm. Skala ini merupakan adaptasi dari skala CHEOPS dan indikasi adanya nyeri

ataupun distres. Skala ini terdiri dari 6 indikator yaitu: ekspresi wajah, tangisan, pola

nafas, postur tangan, postur kaki, dan kesadaran. Tiap indikator mempunyai nilai 0

atau 1 kecuali tangisan, mempunyai nilai 0, 1, dan 2. Bayi hendaknya diobservasi

selama 1 menit untuk setiap indikator. Nilai nyeri total antara 0-7.

Tabel 2.2. Skala NIPS (Neonatal Infant Pain Scale)

Kriteria Skor 0 Skor 1 Skor 2


Ekspresi wajah Rileks Merengut -
Tangisan Tidak ada Mengomel Menangis hebat
Pernafasan Rileks Berbeda dengan -
basal
Postur tangan Rileks Tertekuk/tegang -
Postur kaki Rileks Tertekuk/tegang -
Kesadaran Tidur/tenang Tertekuk/tegang -

Intervensi terhadap nilai nyeri berbeda untuk setiap nilai nyeri. Keterbatasan

penilaian nyeri yang bukan merupakan self report adalah hambatan membedakan

antara nyeri dan kecemasan, namun intervensi non-farmakologis dapat membedakan

antara kedua hal tersebut.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


25
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 2.3. Intervensi pada Skala NIPS

Level Nyeri Intervensi

0-2 = tidak nyeri/nyeri ringan Tidak ada

3-4 = nyeri ringan-sedang Intervensi non-farmakologis dengan penilaian

ulang dalam 30 menit

>4 = nyeri hebat Intervensi non-farmakologis dan intervensi

farmakologis dengan penilaian ulang dalam 30

menit

Gambar 2.3. Ekspresi Wajah Akibat Rangsangan Nyeri (27)

Tabel 2.4. Skala pengukuran CRIES (Crying, Requires O2 for SaO2 < 95%, Increased

vital signs, Expressions, Sleepless)

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


26
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Secure parent’s involvement

Orang tua harus diwawancara mengenai identifikasi awal dan perubahan

perilaku anak akibat nyeri. Mereka juga harus didorong untuk berpartisipasi secara

aktif dalam menilai nyeri, kemajuan dan juga strategi pengobatan nyeri anak mereka.

Take cause of pain into account

Etilogi dan jenis preosedur dapat memberikan gambaran intensitas dan jenis

nyeri yang dirasakan anak.

Take a quick action to relieve the pain

Temukan tingkat nyeri yang dapat ditolerir anak dan gunakan metode yang

sesuai untuk mengatasinya.

2.5. Tingkat Kecemasan pada Anak

Kecemasan merupakan salah satu perasaan paling menyedihkan dalam kondisi

preoperatif yang dapat mengganggu praktik medis sehingga menyebabkan pasien,

terutama anak, enggan berkomunikasi atau meminum obat, menolak pemasangan

infus ataupun memasuki ruang operasi. Sebuah penelitian oleh Fortier dkk

menyebutkan bahwa tingkat kenyamanan anak yang rendah dan kecemasan orang tua

yang tinggi berhubungan dengan kecemasan anak perioperatif. Tingkat kecemasan

perioperatif berhubungan dengan nyeri postoperatif dan perubahan perilaku negatif

postoperatif seperti mimpi buruk, cemas saat perpisahan, dan ketakutan saat bertemu
TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA
27
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(28)
dokter. Kecemasan preoperatif ditandai dengan perasaan tegang, ketakutan,

kegelisahan, dan kekhawatiran. Faktor yang mempengaruhi kecemasan pada masa

preoperatif antara lain: mood anak sebelum operasi, kenyamanan yang kurang,

sosialisasi yang kurang, perilaku adaptif, impulsif, pengalaman pembedahan

sebelumnya, pengalaman rawat inap sebelumnya, perlakuan tidak baik dari staf dokter

anak, maupun adanya kecemasan anggota keluarga. (29) Saat mengevaluasi kecemasan

pada anak, sangatlah penting untuk menggunakan metode yang dikembangkan secara

khusus untuk usia kelompok tertentu yang memungkinkan evaluasi psikiatrik,

evaluasi klinis, evaluasi diri atau skala observasional dan evaluasi anggota keluarga.

Berbagai skala yang didisain untuk digunakan oleh klinisi, orang tua, guru ataupun

anak telah dikembangkan untuk mengevaluasi adanya kecemasan pada anak. Namun,

sebagian besar tidak cocok digunakan untuk mengevaluasi kecemasan pada anak

prasekolah di masa preoperatif. Untuk anak usia < 5 tahun, Kain dkk menyebutkan

bahwa skala YPAS, yang kemudian dimodifikasi menjadi mYPAS digunakan untuk

anak saat preanestetik dan induksi. mYPAS meliputi observasi 5 komponen yang

menggambarkan hubungan anak dengan lingkungannya (aktivitas dan gairah),

vokalisasi, ekspresi emosi dan interaksi dengan anggota keluarga.

Tabel 2.5. Modified Yale Preoperative Anxiety Scale (mYPAS) (29)

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


28
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Selain mYPAS, penilaian kecemasan dapat dilakukan dengan menggunakan

State-Trait Anxiety Inventory (STAI). STAI merupakan self report yang meliputi 2-20

komponen, skala penilaian meninjau ciri khas dan kondisi cemas. Ibu merespon pada

skala bernilai 4 dan skor total dari setiap kuisioner berkisar antara 20 hingga 80 di

mana nilai yang lebih besar menggambarkan kondisi cemas yang lebih besar. Korelasi

tes-tes ulang dari STAI adalah tinggi yaitu 0.73 hingga 0.86. Validitas instrumen

diperiksa dalam 2 studi di mana STAI dinilai dengan memberikan kondisi stres

rendah dan tinggi pada sampel murid yang cukup besar. Nilai r berkisar antara 0.83

hingga 0.94 menunjukkan validitas yang sangat baik. (30)

Sayangnya STAI pada anak hanya dapat digunakan untuk menilai kecemasan

anak usia 9-12 tahun. Skala ini terdiri dari 2 bagian yaitu anxiety state (A state) dan

trait state (T state). Meski disusun untuk anak usia 9-12 tahun, namun penilaian ini

juga dapat dilakukan pada anak lebih muda dengan kemampuan membaca rata-rata

ataupun di atas rata-rata dan anak lebih tua dengan kemampuan membaca di bawah

rata-rata. A state terdiri dari 20 pertanyaan yang menanyakan perasaan mereka pada

saat tertentu. Hal tersebut mengukur keadaan cemas sementara, yang secara subyektif

merupakan perasaan takut, tegang atau khawatir dengan intensitas yang bervariasi dan

berfluktuasi dari waktu ke waktu. Sedangkan A trait terdiri dari 20 pertanyaan yang

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


29
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

menanyakan perasaan mereka secara umum. Hal tersebut mengukur perbedaan

individu relatif dalam kecemasan rawan, yaitu perbedaan anak yang mempunyai

kecenderungan untuk mengalami cemas.

2.6. Sedasi dalam Mengatasi Kecemasan (31)

Lebih dari separuh anak-anak yang dijadwalkan operasi yang membutuhkan

anestesi umum akan mengalami stres dan ketakutan yang dapat menyebabkan

kurangnya kooperasi. Momen perpisahan anak dari orang tua saat memasuki kamar

operasi dapat menjadi momen yang paling sulit. Beberapa anak yang cemas akan

menunjukkan kecemasan dan ketakutan mereka baik secara verbal maupun nonverbal.

Berbagai teknik farmakologi dan nonfarmakologi telah digunakan untuk mengatasi

situasi ini. Metode nonfarmakologi lebih sering digunakan untuk mengurangi tingkat

kecemasan dan meningkatkan kerja sama. Sebagian anak mempunyai respon yang

baik saat menonton film kartun, bermain video games ataupun dihipnotis. Dokter

dengan kostum badut, stimulasi sensorik yang sedikit, ataupun terapi musik telah

dilakukan untuk membuat lingkungan lebih nyaman bagi anak. Meskipun metode

nonfarmakologi dapat meningkatkan kooperasi anak, namun metode ini tidak

menurunkan tingkat kecemasan secara konsisten.

Sedangkan metode farmakologi untuk mengatasi kecemasan pada anak antara

lain pemberian sedasi, anticemas, analgetik, dan anestesi. Pemberian sedasi secara

kontinyu tidak disarankan untuk dilakukan.

2.6.1. Midazolam

Dari beberapa studi, midazolam merupakan terapi pilihan dalam mengatasi

kecemasan proepratif pada anak. Midazolam dapat diberikan secara oral

maupun intranasal. Dosis pemberian midazolam oral adalah 0,5-0,75 mg/kg,

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


30
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

maksimal 15 mg dan diberikan 15 hingga 30 menit sebelum prosedur. Dosis

intranasal yang diberikan adalah 0,2 mg/kg, maksimal 5 mg dan diberikan 5

menit sebelum prosedur. Pemberian midazolam preoperatif menunjukkan

tingkat stres yang lebih kecil dalam berbagai pengukuran. Sedikit efek

samping muncul. Midazolam dapat menyebabkan reaksi agitasi paradoksal

pada sebagian kecil anak. Reaksi ini telah ditunjukkan dalam laporan kasus

disertai dengan pemberian antidotum midazolam (flumazenil) baik pada anak

maupun dewasa. Ketamin, obat anestesi disosiatif, telah terbukti lebih efektif

mengatasi kecemasan daripada midazolam dengan dosis lebih besar ataupun

plasebo.

Efek amnesia tidak tergantung rute pemberian, karena tidak terdapat

perbedaan signifikan efek amnesia pada pemberian oral (0,45 mf/kg) dengan

intramuskular (0,2 mg/kg) pada anak. Midazolam terbukti memberikan

amnesia total atau parsial pada 90% anak yang menjalani aspirasi sumsum

tulang atau pungsi lumbal. (32)

Efek samping midazolam pada dosis tinggi yaitu hipoventilasi dan

hipoksemia. Depresi nafas dilaporkan terjadi pada dewasa namun hanya

terdapat sedikit laporan tentang depresi nafas pada anak. Depresi nafas

berbanding lurus dengan dosis yang diberikan, sehingga pemberian dosis

harus dipantau secara ketat.

2.6.2. Nitrous Oxide (N2O)

Dua studi mengevaluasi nitrous oxide dengan pemberian kontinyu 50% dan

70%. Pada studi yang dilakukan Keidan dkk dengan membandingkan 50%

nitrous oxide dengan 0,5 mg/kg midazolam oral menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan antara midazolam dan nitrous oxide.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


31
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.6.3. Obat-obat Lainnya

Pada sebuah studi yang membandingkan hidrat koral dosis 25 mg/kg dengan

midazolam oral dan plasebo menunjukkan tidak terdapat perbedaan secara

statistik dalam mengurangi stres. Hal ini mungkin disebabkan karena dosis

inadekuat atau kurangnya daya dalam penelitian ini.

2.7. Aspek Umum Perkembangan Farmakologi (33)

Farmakokinetik dan farmakodinamik analgetik berubah seiring dengan

pertumbuhan. Perubahan terkait umur beberapa variabel fisiologis terhadap fungsi

obat terangkum dalam Tabel 3. Perbedaan sistem enzim hepar yang memetabolisir

obat pada tingkat usia tertentu menjadi faktor utama yang menentukan perubahan

farmakokinetik dan farmakodinamik analgetik.

Neonatus mempunyai clearance obat yang lebih rendah dibanding bayi, anak

dan dewasa. Hal ini disebabkan oleh sistem enzim hepar yang belum matang secara

sempurna. Sebaliknya, anak usia 2-6 tahun mempunyai weight-normalized clearance

yang lebih besar dibanding dewasa pada beberapa jenis obat. Besarnya laju

metabolisme obat oleh sitokrom P-450 pada anak dibanding dewasa lebih

mencerminkan massa hepar per kilogram berat badan yang lebih besar dibanding

perubahan terkait usia dari enzim katalisator intrinsik. Clearance obat yang lebih

cepat pada anak dibanding dewasa mengindikasikan diperlukannya pemberian obat

lebih sering.

Tabel 2.6. Tren Relevan Terkait Umur Terhadap Kerja Obat *

Sistem Fisiologis Tren Terkait Umur Implikasi Klinis


Kompartemen tubuh Neonatus: penurunan Peningkatan durasi kerja
lemak dan otot, obat larut air,
peningkatan jumlah air, peningkatan interval

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


32
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

peningkatan volume dosis


distribusi obat larut air
Ikatan protein plasma Neonatus: penurunan Peningkatan konsentrasi
konsentrasi albumin dan obat terikat protein kuat
asam glikoprotein α1 yang tidak terikat,
peningkatan risiko terjadi
overdosis atau toksisitas
Sistem enzim hepar Neonatus dan bayi: subtipe Neonatus dan bayi:
untuk metabolisme obat sitokrom hepar P-450 penurunan clearance
dan glucoronyl metabolik, penurunan
transferase imatur laju infus dan
Anak usia 2-6 tahun: peningkatan interval
peningkatan massa hepar dosis
Anak usia 2-6 tahun:
peningkatan clearance
metabolik, peningkatan
laju infus dan penurunan
interval dosis
Filtrasi renal dan Neonatus dan bayi: Neonatus dan bayi:
ekskresi obat dan hasil penurunan laju filtrasi akumulasi obat yang
metabolitnya glomerulus diekskresi di renal atau
metabolit aktif,
penurunan laju infus dan
peningkatan interval
dosis
Laju metabolik, Neonatus dan bayi: Neonatus dan bayi: henti
konsumsi oksigen dan peningkatan konsumsi respirasi atau apnea
fungsi respirasi oksigen, peningkatan menyebabkan
rasio konsumsi oksigen hipoksemia, peningkatan
terhadap kapasitas residu laju onset dan offset
fungsional total, anestesi inhalasi,
penurunan serat peningkatan risiko
diafragma tipe 2 (anti- atelektasis jatau gagal

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


33
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

lelah), penurunan nafas saat sakit atau


diameter jalan nafas, pembedahan yang
peningkatan kerja nafas membebani kerja nafas,
yang berlawanan, peningkatan risiko
penurunan kontrol otot hipoventilasi akibat efek
faring dan lidah, kombinasi penurunan
penurunan kekakuan reflek jalan nafas dan
laring dan trakea respon terhadap opioid
subglotis, penurunan atau sedasi
respon ventilasi terhadap
oksigen dan
karbondioksida,
penurunan kapasitas
residual menjelang
ekspirasi
* Perbedaan variabel fisiologis dinyatakan sebagai peningkatan atau penurunan
relatif terhadap variabel berat yang sebanding pada orang dewasa. Perbedaan
dalam dosis (dinormalisasi per kilogram massa tubuh) atau laju infus
(dinormalisasi dalam miligram per kilogram per jam) disajikan sebagai
peningkatan atau penurunan relatif terhadap variabel yang sebanding pada
orang dewasa.

2.8. Pedoman Tatalaksana Nyeri Pasca Operasi Pada Anak

Timbulnya nyeri pasca operasi merupakan proses yang sangat kompleks.

Selama operasi mediator-mediator inflamasi dilepaskan, yang meliputi histamin,

leukotrien, prostaglandin, sitokin, bradikinin dll. Mediator-mediator tersebut

menimbulkan hiperalgesia di tempat luka dan jaringan sekitarnya. Neuron aferen

melepaskan asam amino stimulator (glumatat, aspartat) atau neurotransmiter peptida

(substansi P, neurokinin, kalsitonin, kolesistokinin dan somatostatin), yang

mempengaruhi konversi dan modulasi nyeri. Aktivitas nosiseptif dari saraf spinal

ditransmisikan ke pusat yaitu otak di mana nyeri dimodulasi oleh opioid endogen,
TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA
34
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

noradrenalin dan 5-hydroxytryptamine (serotonin, 5-HT). Substansi tersebut mampu

membantu merangsang ataupun menghambat nyeri. Sesuai dengan asumsi, analgetik

multimodal harus diberikan di berbagai level di mana nyeri dapat timbul (perifer,

saraf spinal, pusat meduler) dan hal ini lebih efektif daripada metode manajemen

nyeri hanya pada 1 level saja. (26)

Manajemen nyeri pasca operasi adalah salah satu faktor penting dalam

merawat pasien anak yang menjalani pembedahan. Pedoman manajemen pemberian

analgetik berikut meliputi prinsip berdasarkan evaliasi kondisi pasien termasuk jenis

dan lama operasi. Membuat manajemen nyeri terpadu pada anak sangat sulit karena

rentang usia pasien anak beragam dan berpotensi menjadi masalah terlepas dari

adanya penyakit penyerta dan tingkat kesulitan operasi. Pedoman ini dibuat

berdasarkan bukti klinis esensial yang tersedia, termasuk evidence-based medicine

(EBM). Data-data tersebut meliputi data literatur, termasuk pedoman Australian &

New Zealand College of Anaesthetists (ANZCA) tahun 2010 dan the American

Psychological Association (APA) tahun 2012. (26)

Unsur vital nosiseptif pada bayi baru lahir merupakan dampak dari rangsangan

nyeri jangka panjang pada periode awal kehidupan sebagai bentuk pengendalian nyeri

yang tidak tertangani. Rangsangan nyeri jangka panjang pada bayi baru lahir tidak

hanya meningkatkan area somatosensoris di cortex cerebri yang bertanggung jawab

untuk persepsi nyeri, tetapi juga merubah alur timbulnya hipoalgesia dan hiperalgesia

karena rangsangan suhu di daerah inflamasi secara kompleks. Selama bertahun-tahun,

anggapan bahwa anak tidak merasakan nyeri dan tidak dapat mengingat pengalaman

yang berhubungan dengan nyeri diterapkan oleh tenaga medis di berbagai kasus.

Bahkan, pengetahuan tentang manajemen nyeri yang kurang, ketakutan akan efek

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


35
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

samping opioid dan kurangnya manajemen analgetik menghasilkan terapi nyeri yang

tidak efektif pada anak. (26)

Reseptor sensoris pertama pada anak telah ada sejak minggu ke-7 kehidupan

fetal. Pada usia kehamilan 20 minggu, reseptor ada di seluruh kulit dan permukaan

mukosa. Secara simultan, struktur sinaptik berkembang di cornu posterior saraf spinal

dan menjadi matang pada usia kehamilan 37 minggu. Perkembangan hemisfer cerebri

bermula pada usia kehamilan 8 minggu, dan pada usia 20 minggu fetus telah memiliki

sel saraf yang lengkap. Terlepas dari proses pematangan struktur dan fungsi jalur

konduksi, peran penting dimainkan oleh neurotransmiter yang dilepaskan oleh sistem

opioid endogen. Konsentrasi substansi P di dalam sel saraf dan jumlah reseptor sistem

saraf pusat (SSP) yang spesifik terhadap nyeri lebih banyak pada anak dibanding pada

dewasa. Saat usia kehamilan 20 minggu, sel pituitari mulai memproduksi endorfin.

Setelah bayi lahir, bayi memiliki konsentrasi endorfin hingga 5x lebih banyak

daripada dewasa. (26)

2.8.1. Nyeri akut pada anak akibat trauma pembedahan yang luas (disertai

dengan kerusakan jaringan ringan) – NRS atau VAS pasca operasi < 4

 Farmakoterapi preoperatif – analgetik preemtif

Krim EMLA digunakan untuk anak usia > 2 tahun di mana vena tempat akan

dilakukan insersi infus dapat diidentifikasi dan waktu anestesi dapat

ditentukan. Krim ini tidak dapat digunakan pada anak yang belum dapat

berkomunikasi; sudah mempunyai jalur infus atau kateter vaskular; dan yang

venanya sulit diidentifikasi. Dosis: 2 gram per 20 cm2 kulit, ditutup dengan

occlusive dressing selama 1-2 jam.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


36
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 2.4. Farmakoterapi Preoperatif pada Prosedur Operasi dengan

Kerusakan Jaringan Ringan – Analgetik Preemtif (26)

 Farmakoterapi postoperatif – analgetik lokal

Sebelum operasi, dilakukan injeksi pada garis insisi dengan lidocaine 1% atau

bupivacaine 0.25-0.5% (5-10 ml) sebagai analgetik preemtif kecuali telah

dilakukan blok anestesi. Setelah operasi selesai, injeksi ulang luka operasi

tergantung jenis pembedahan. Pemberian intra-artikular anestesi lokal 5-10 ml

bupivacaine 0.25-0.5% dan/atau opioid: morfin 1-2 mg atau fentanyl 20-25

mcg.

Gambar 2.5. Farmakoterapi Postoperatif pada Prosedur Operasi dengan

Kerusakan Jaringan Ringan (26)

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


37
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.8.2. Prosedur operasi pada anak dengan kerusakan jaringan sedang – NRS

atau VAS pasca operasi 4-6 dan durasi nyeri pasca operasi < 3 hari

 Farmakoterapi preoperatif

Sama seperti pada prosedur operasi dengan kerusakan jaringan ringan.

 Farmakoterapi postoperatif

Setelah operasi selesai, injeksi ulang luka operasi tergantung jenis

pembedahan. Pemberian intra-artikular anestesi lokal 5-10 ml bupivacaine

0.25-0.5% dan/atau opioid: morfin 1-2 mg atau fentanyl 20-25 mcg. Pada hari

kedua hingga ketiga, analgetik dapat diberikan dalam pembagian dosis per

oral atau per rectal.

Gambar 2.6. Farmakoterapi Postoperatif pada Prosedur Operasi dengan

Kerusakan Jaringan Sedang (26)

Jika nyeri masih timbul, sesuai permintaan pasien, opioid dosis kecil dapat

diberikan dengan metode Nurse Controlled Analgesia (NCA) atau Patient

Controlled Analgesia (PCA) jika tersedia. Pemantauan kontinyu dari tanda-


TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA
38
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

tanda vital seperti denyut nadi, rate pernafasan, intensitas nyeri, kedalaman

sedasi, efek samping harus dilakukan.

Obat anti-emetik:

- Metoclopramide: 0.1 mg/kg iv setiap 6-8 jam maksimal 5 mg;

metoclopramide tidak dapat diberikan pada pasien yang mendapat tramadol.

- Ondansetron: 0.05-0.1 mg/kg iv setiap 8-12 jam maksimal 4 mg;

ondansetron tidak dapat diberikan pada pasien yang mendapat tramadol.

- Dexamethasone: 0.15 mg/kg setiap 8-12 jam maksimal 5 mg.

2.8.3. Prosedur operasi pada anak dengan kerusakan jaringan hebat – NRS

atau VAS pasca operasi > 7 dan durasi nyeri pasca operasi > 3 hari

 Farmakoterapi preoperatif

Sama seperti pada prosedur operasi dengan kerusakan jaringan ringan.

 Farmakoterapi postoperatif

Infus opioid kontinyu: morfin, nalbuphine. Pemberian obat ini hanya

dilakukan di ruang rawat intensif. Jika tersedia, PCA dengan obat opioid dapat

digunakan. Jika pompa infus tidak tersedia, obat-obat tersebuut dapat

diberikan dengan dosis terbagi dikombinasi dengan infus paracetamol iv.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


39
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 2.7. Farmakoterapi Postoperatif pada Prosedur Operasi dengan

Kerusakan Jaringan Hebat (26)

Obat anti-emetik:

- Metoclopramide: 0.1 mg/kg iv setiap 6-8 jam maksimal 5 mg;

metoclopramide tidak dapat diberikan pada pasien yang mendapat tramadol.

- Ondansetron: 0.05-0.1 mg/kg iv setiap 8-12 jam maksimal 4 mg;

ondansetron tidak dapat diberikan pada pasien yang mendapat tramadol.

- Dexamethasone: 0.15 mg/kg setiap 8-12 jam maksimal 5 mg

Tabel 2.7. Dosis Analgetik Paracetamol pada Anak (26)

Age Administration Saturating Maintenance Interval Max. daily Duration of


route dose dose between dose max. daily dose
(h) administration
(h)
28-32 weeks oral 20 mg/kg 10-15 mg/kg 8-12 30 mg/kg 48

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


40
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

rectal 20 mg/kg 15 mg/kg 12 30 mg/kg 48


33-52 weeks oral 20 mg/kg 10-15 mg/kg 6-8 60 mg/kg 48
rectal 30 mg/kg 20 mg/kg 8 60 mg/kg 48
> 3 months oral 20-30 mg/kg 15 mg/kg 4-6 90 mg/kg 48-72
rectal 30-40 mg/kg 15-20 mg/kg 6-8 90 mg/kg

Body weight (kg) Administration Dose Interval between Max. daily dose
route dose (h)
< 5 (newborn) i.v. 7.5 mg/kg 4-6 30 mg/kg
5-10 i.v. 10 mg/kg 4-6 40 mg/kg
10-50 i.v. 15 mg/kg 4-6 60 mg/kg
> 50 i.v. 1g 4-6 4-5 g

Tabel 2.8. Dosis Analgetik Metamizole pada Anak (26)

Administration Dose Interval between dose Max. daily dose Comments


route (h)
i.v. 10-15 mg/kg 6-8 60 mg/kg Approved >15
oral 5-20 mg/kg 6-8 60 mg/kg years of age

Tabel 2.9. Dosis Analgetik NSAID pada Anak (26)

NSAID Dose Interval between Max. daily dose Comments


doses (h)
Ibuprofen 5-10 mg/kg p.o./p.r. 6-8 30 mg/kg Approved > 3
months of age
Ketoprofen 50-100 mg i.v. 6-8-12 200 mg Approved > 15 years
1 mg/kg 4 mg/kg of age
Diclofenac 50-150 mg p.o./p.r. 8 150 mg Approved > 14 years
1 mg/kg p.r. 3 mg/kg of age
Naproksen 7.5 mg/kg p.o./p.r. 12 15 mg/kg Approved > 5 years
of age
Dexketoprofen 25 mg i.v. 86-8-12 75 mg i.v. Approved in adult
50 mg i.v. 150 mg i.v. patients

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


41
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 2.10. Dosis Analgetik Opioid pada Anak (26)

Opioid Administration Dose Interval Infusion Comments


route between
dose (h)
Morphine iv./s.c. Newborns 0.025 mg/kg 3-4 10-40 µg/kg/h Preparation 1 mg/kg/
Children 0.05-0..2 mg/kg 50 ml=20 mg/kg/ml
Bolus dose administered
in a 30-minutes infusion
p.o. Newborns 0.08 mg/kg 4 Obligatory monitoring of
Children 0.2-0.5 mg/kg the patient
Fentanyl i.v. 1-5 µg/kg 0.5-2.5 µg/kg/h
Sufentanil i.v. 0.05-0.5 µg/kg 0.05-1 µg/kg/h
Tramadol i.v. 1-2 mg/kg 4-6 0.07-0.25 mg/ Approved > 12 years of
kg/h age
Oxycodone i.v./p.o. 0.05-0.15 mg/kg 3-4 Approved > 12 years of
age
Nalbuphine i.v. 0.1-0.2 mg/kg 3-6 bolus 0.2 mg/kg Approved > 18 months

Tabel 2.11. Patient-controlled analgesia (PCA) (26)

Drug Initial dose Infusion Bolus Max. 4-hour Duration of pump


dose block
Morphine 50-100 µg/kg 0-4 µg/kg/h 10-20 µg/kg 300 µg/kg 10-15 menit
Fentanyl 0.5-1 µg/kg 0.5-1 µg/kg/h 0.5-1 µg/kg 4-8 µg/kg 5-10 menit
Oxycodone 0.03 µg/kg 5-10 menit

Tabel 2.12. Nurse-controlled analgesia (NCA) (26)

Drug Initial dose Infusion Bolus Duration of pump


block
Morphine 50-100 µg/kg 0-20 µg/kg/h 10-20 µg/kg 20-30 min

2.9. Opioid (33)

Indikasi pemberian opioid antara lain nyeri postoperatif, nyeri akibat penyakit

sickle cell, dan nyeri kanker. Pada anak, risiko ketergantungan obat lebih kecil

dibanding dewasa. Clearance berdasarkan berat dari beberapa opioid berkurang pada

neonatus dan mencapai nilai matur pada 6 -12 bulan. Waktu paruh eliminasi morfin

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


42
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dalam analisis yang dikumpulkan, rata-rata 9 jam pada neonatus prematur, 6,5 jam

pada neonatus aterm, dan 2 jam pada bayi dan anak. Metabolit aktif morfin

diekskresikan lewat ginjal dan dapat terakumulasi pada neonatus karena fungsi ginjal

yang belum matur. Clearane metabolit morfin di ginjal yang lambat dapat

menimbulkan efek analgetik, depresi nafas, dan kejang pada neonatus. Clearance

fentanyl dapat terganggu saat dan setelah operasi abdomen pada neonatus.

Respon reflek respirasi terhadap obstruksi jalan nafas, hiperkapnea, dan

hipoksemia belum sempurna pada awal kehidupan dan mencapai sempurna secara

bertahap dalam 2-3 bulan kehidupan baik pada neonatus prematur ataupun aterm.

Neonatus dan bayi dengan penyakit paru kronik mempunyai reflek ventilasi yang

terganggu, yang dapat meningkatkan risiko depresi nafas akibat opioid. Serial kasus

dari anak yang tidak diintubasi menunjukkan bahwa frekuensi depresi nafas akibat

opioid lebih besar pada neonatus dibanding bayi usia > 6 bulan. Namun, pemberian

morfin dalam masa postoperatif pada neonatus yang diintubasi berhubungan dengan

skor nyeri yang rendah dan hemodinamik yang stabil.

Pada bayi usia 3-6 bulan, efek analgetik morfin ataupun fentanyl mirip dan

efek depresi nafas tidak lebih besar dibanding dewasa dengan nilai konsentrasi plasma

dari morfin atau fentanyl yang sama. Pemberian infus morfin secara kontinyu pada

masa postoperatif telah digunakan secara luas pada bayi dan anak, dengan efektivitas

dan kemanan yang baik meskipun terdapat insiden efek samping kecil. Infus morfin

dimulai dari 0,01 mg/kg/jam pada bayi usia < 6 bulan hingga 0,025-0,04 mg/kg/jam

pada bayi usia > 12 bulan. Pada neonatus, laju infus morfin berdasarkan berat badan

harus lebih kecil, dan dosis pengulangan intermiten harus lebih kecil, lebih jarang

baik pada bayi maupun anak.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


43
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Neonatus yang mendapat opioid harus dipantau secara ketat, bisa dengan pulse

oximetry dan harus dilakukan secara rutin sebagai bagian dari manajemen jalan nafas,

karena pemantauan rate nafas sendiri merupakan prediktor inadekuat dari impending

apnea. Penelitian belum dapat membuktikan opioid yang cocok untuk neonatus atau

bayi.

2.10. Efek Nyeri Pasca Operasi pada Anak

Rangsangan yang menyebabkan nyeri berdampak pada aktivitas sistem saraf

simpatis. Aktivasi simpatis ditandai dengan perilaku bertahan seketika terhadap

piloereksi, sekresi keringat, peningkatan nadi, peningkatan tekanan darah,

peningkatan cardiac output, dan juga peningkatan aliran darah di otot lurik yang

berdampak penurunan aliran darah pada kulit, ginjal, dan daerah splanknik. Sebagai

korelasi biokimia terhadap stres, katekolamin dilepaskan dari medula adrenal ke

dalam sirkulasi bersama dengan perubahan metabolik yang lain. Dalam penelitian

eksperimantal, stimulasi nyeri saraf sural telah digunakan untuk menginduksi respon

pertahanan saraf spinal post sinap yang ditandai dengan peningkatan nadi dan

penarikan ekstremitas menjauhi rangsangan nyeri, sehingga disebut reflek nosiseptif

withdrawal. Nyeri dan stres dapat menyebabkan perubahan kardiovaskular. Stres

kronik sebelumnya dikenal untuk mengubah respon kardiovaskular terhadap stres

akut. Namun, tidak diketahui apakah stres akut sebelumnya mengubah respon

variabilitas nadi terhadap stresor akut kedua seperti nyeri. Pertanyaan ini berkorelasi

karena subyek nyeri akut sering kali simultan dalam situasi stres yang tinggi. (34)

Perubahan fisiologis yang terjadi pada nyeri mempunyai dampak pada

beberapa sistem tubuh, sepert kardiovaskular, gastrointestinal, respirasi, genitourinari,

muskuloskeletal dan imun. Peningkatan denyut jantung dan nafas menyebabkan

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


44
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

peningkatan kebutuhan oksigen dan nutrisi organ vital lainnya. Perubahan fisiologis

yang terjadi juga dapat merangsang muntah dan kondisi sakit kronis lainnya. Efek

samping psikologis dan kognitif juga sering terjadi. (35)

2.10.1. Sistem Kardiovaskular

Sistem kardiovaskular merespon stres yang terjadi akibat nyeri yang tidak

tertangani dengan meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis seperti

peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah dan resistensi vaskular

perifer. Akibat dari meningkatnya stres terhadap jantung, maka terjadi

hipertensi dan takikardi, serta konsumsi oksigen di miokard juga meningkat.

Jika konsumsi oksigen lebih besar dari suplai oksigen, miokard akan

mengalami iskemik dan berpotensi terjadi infark miorkard. Suplai oksigen

miokard dapat terganggu lebih lanjut jika terdapay penyakit jantung atau paru

sebelumnya, ataupun hipoksemia akibat terganggunya fungsi respirasi.

Hiperkoagulasi terjadi jika terdapat kekurangan fibrinolisis bersamaan dengan

meningkatnya denyut jantung, beban kerja jantung dan tekanan darah.

Aktivitas ini meningkatkan risiko terjadinya deep vein thrombosis (DVT) dan

edema paru.

2.10.2. Sistem Gastrointestinal

Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis dapat mengakibatkan gangguan

fungsi gastrointestinal sementara. Hal ini mencakup keterlambatan

pengosongan lambung dan mengurangi motilitas usus dan juga berpotensi

terjadi ileus paralitik.

2.10.3. Sistem Respirasi

Nyeri yang tidak tertangani dapat mengakibatkan pasien membatasi gerak otot

dada dan perut untuk mengurangi nyeri. Hal ini dapat menyebabkan disfungsi

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


45
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

pernafasan akibat retensi dan retensi sputum akibat keengganan untuk batuk.

Akibatnya, atelektasis dan pneumonia dapat terjadi. Disfungsi paru tersebut

akibat nyeri menyebar di otot diafragma pada dinding otot, yang juga

berhubungan dengan pengurangan kapasitas vital paru, peningkatan tekanan

inspirasi dan ekspirasi, serta pengurangan ventilasi alveolar. Hasilnya,

hipoksia yang dapat menyebabkan komplikasi jantung, disorientasi dan

kebingungan serta keterlambatan penyembuhan luka.

2.10.4. Sistem Genitourinari

Nyeri yang tidak tertangani dapat meningkatkan pelepasan hormon dan enzim

seperti katekolamin, ADH, kortisol, angiotensin II dan prostaglandin, yang

membantu meregulasi produksi urine, cairan dan keseimbangan elektrolit

sama halnya volume dan tekanan darah. Hal ini menyebabkan retensi natrium

dan air, sehingga retensi urine terjadi. Ekskresi kalium meningkat akibat

hipokalemia. Penurunan jumlah cairan ekstraseluler terjadi akibat cairan

berpindah ke kompartemen intraseluler, yang mengakibatkan overload cairan,

peningkatan beban kerja jantung dan hipertensi.

2.10.5. Sistem Muskuloskeletal

Respon involunter terhadap rangsangan berbahaya akan menyebabkan refleks

spasme otot di tempat kerusakan jaringan. Fungsi otot yang rusak dan

kelelahan otot dapat menyebabkan imobilitas, sehingga terjadi statis dari vena,

peninggkatan koagubilitas darah yang juga meningkatkan risiko terjadinya

DVT.

Nyeri dapat menyebabkan gerkan otot dada dan perut terbatas sebagai usaha

mengurangi nyeri, sebuah fenomena yang dikenal dengan „splinting‟. Kurang

bekerjanya otot respirasi dapat menyebabkan fungsi respirasi berkurang.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


46
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.10.6. Sistem Imun

Sistem imun dapat terganggu akibat nyeri yang tidak tertangani. Hal ini dapat

menyebabkan luka menjadi terinfeksi, pneumonia hingga sepsis.

2.10.7. Efek Psikologis dan Kognitif

Tingkat kecemasan dan nyeri berhubungan secara positif. Pasien dengan

tingkat kecemasan yang tinggi cenderung mengalami insiden stres yang lebih

tinggi. Stres akut yang mengakibatkan perubahan hormonal digambarkan

sesuai dengan gejala depresi dan kecemasan, di mana hiperkortisolisme adalah

fisiologi kecemasan yang sesuai. Sehingga, efek dari stresor nyeri yang tidak

tertangani dapat berpotensi meningkatkan kecemasan lebih besar dan

mengganggu aktivitas sehari-hari seperti makan, latihan, kerja, ataupun

aktivitas santai serta mengganggu pola tidur yang berujung pada insomnia.

Nyeri yang tidak tertangani juga dapat menyebabkan seseorang mengalami

gangguan kognitif akibat stres seperti disorientasi, kebingungan dan

mengurangi kemampuan konsentrasi.

2.10.8. Mual dan Muntah

Saat reseptor nyeri di sistem saraf pusat dirangsang, pusat muntah di otak juga

teraktivasi sehingga dapat menyebabkan terjadinya muntah. Gangguan saluran

pencernaan dapat mengaktivasi pelepasan neurotransmiter 5-

hydroxytryptamine (5-HT3) yang dapat mengawali terjadinya muntah.

Awalnya, 5-HT3 beredar melalui sistem sirkulasi ke chemoreceptor trigger

zone di batang otak dan mengawali terjadinya muntah.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


47
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

Preoperatif Cemas mYPAS

Insisi Sedasi

Kerusakan Jaringan

Asam Arakidonat
Cyclooxygenase NSAID
Mediator Inflamasi: Prostaglandin,
Bradikinin, Sitokin, Histamin,
Substansi P, Leukotrien, Serotonin

Blok Kanal Na+ Anestesi Lokal


Perubahan Kinetik Kanal Na +

Jenis Operasi
Impuls Nyeri Nosiseptor Perifer

Sensistisasi Saraf Perifer

Blok Kanal Na+ Anestesi Regional


Dorsal Horn
Opioid
Paracetamol
Cortex Cerebri

NRS
Self
Report
Wong Baker
Faces Pain Scale
Persepsi Nyeri

NIPS
Behavioral
Physiological
Response
Response FLACC

Tekanan Darah Sentral


Denyut Jantung
Frekuensi Nafas Analgetik

Perifer

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


48
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Jalur inhibisi

Jalur aktivasi

Jalur korelasi

Yang diteliti

Analgetik sentral

Analgetik perifer

Proses nyeri yang terjadi saat pembedahan berawal dari kerusakan jaringan

yang terjadi saat insisi menyebabkan asam arakidonat yang dibantu oleh enzim

cyclooxygenasi (COX) mensintesis mediator inflamasi seperti prostaglandin dan

tromboksan. Mediator inflamasi lain seperti substansi P, bradikinin, leukotrien,

histamin, serotonin dan sitokin (interleukin, tumor necrotizing factor dan

neurotropin) juga dikeluarkan. Beberapa substrat ini dapat merangsang nosiseptor

(menyebabkan impuls) secara langsung atau tidak langsung melalui sel inflamator

dan kebanyakan akan mensensitisasi (meningkatkan frekuensi on-off implus)

nosiseptor, serta memiliki efek sinergistik. Impuls nyeri yang diterima oleh

nosiseptor akan mensensitisasi perifer dan dilanjutkan ke cornu dorsalis.

Selanjutnya akan ditransmisikan menuju cortex cerebri dan diterima sebagai

persepsi nyeri.

Persepsi nyeri yang terjadi akan menimbulkan respon fisiologis seperti

perubahan tekanan darah, denyut jantung dan frekuensi nafas. Perubahan

fisiologis ini juga dapat terjadi pada masa preoperatif yang disebabkan oleh rasa

cemas yang dapat menjadi faktor perancu dalam menilai nyeri. Oleh karena itu

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


49
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dalam penelitian ini tingkat kecemasan preoperatif juga dinilai dengan

menggunakan mYPAS.

Penilaian nyeri pada pasien pediatri dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu

penilaian self report dan behavioral response. Respon verbal dan motorik pada

anak yang lebih tua dapat dinilai dengan self report berupa NRS dan Wong Baker

Faces Pain Scale, sedangkan pada anak yang lebih muda dapat dinilai dengan

behavioral response berupa FLACC dan NIPS. Pada penelitian ini akan dinilai

dari kedua jenis penilaian tersebut yaitu menggunakan NRS, NIPS, dan FLACC.

Analgetik diberikan untuk mengatasi nyeri pada pembedahan. Analgetik

dapat bekerja pada sentral maupun perifer. Analgetik yang bekerja secara sentral

yaitu golongan opioid dengan cara menghambat transmisi nyeri di cornu dorsalis

dengan menghambat pengeluaran neurotransmiter eksitatori. Sedangkan analgetik

yang bekerja di perifer antara lain anestesi lokal dan NSAID. NSAID bekerja

dengan menghambat sintesis mediator inflamasi prostaglandin dengan

menghambat enzim cyclooxygenase. Obat anestesi lokal juga bekerja sebagai

analgetik dengan menghambat kanal Na+ sehingga tidak terjadi depolarisasi dan

potensial aksi terhambat. Sedangkan anestesi regional bekerja dengan

menghambat transmisi pada serabut saraf posterior yang menghambat sensasi

somatik maupun autonom. Mekanisme kerja paracetamol hingga saat ini belum

diketahui dengan jelas, namun paracetamol diyakini berperan dalam menghambat

sintesis prostaglandin melalui proses peroxidase.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


50
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan studi deskriptif prospektif pada pasien pediatri usia
kurang dari 18 tahun yang menjalani operasi elektif di Gedung Bedah Pusat Terpadu
RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat dan waktu penelitian adalah di Gedung Bedah Pusat Terpadu RSUD
Dr. Soetomo Surabaya. Lama penelitian sampai jumlah sampel terpenuhi.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi penelitian adalah seluruh pasien pediatri usia kurang dari 18 tahun
yang menjalani operasi elektif di Gedung Bedah Pusat Terpadu RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.
4.3.1. Kriteria Inklusi
1. Pasien pediatri usia 0-18 tahun
4.3.2. Kriteria Eksklusi
1. Pasien dengan retardasi mental ataupun gangguan kognitif lainnya.
2. Pasien tidak mendapat terapi analgetik postoperatif
3. Pasien yang memerlukan perawatan pasca operasi di ICU dengan
ventilator
4. Pasien neonatus prematur
4.3.3. Besar Sampel
Besar sampel dengan menggunakan total sampling selama 1 bulan
4.3.4. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel penelitian ini diambil dengan cara mengisi lembar penelitian

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


51
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.4. Kerangka Operasional

PREOPERATIF CEMAS mYPAS

SEDASI

ANALGETIK INDUKSI

INDUKSI

INSISI

NYERI ANALGETIK RUMATAN

 Infiltrasi anestesi
lokal
ANALGETIK  Paracetamol
POSTOPERATIF  NSAID
 Opioid
 Anestesi regional

 NRS
 NIPS/FLACC
 Hemodinamik
POSTOPERATIF o Nadi
o Tekanan darah
o Frekuensi nafas
o SpO2

4.5. Definisi Operasional


1. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan.
2. Analgetik adalah obat yang diberikan untuk mengatasi rasa nyeri.
3. Analgetik induksi adalah analgetik yang diberikan saat dilakukan proses
anestesi.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


52
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4. Analgetik rumatan adalah analgetik tambahan yang diberikan durante


operasi.
5. Analgetik postoperatif adalah analgetik yang diberikan sesaat sebelum
operasi berakhir.
6. Sedasi adalah obat yang diberikan sebelum operasi di ruang premedikasi
untuk mengatasi kecemasan.
7. mYPAS (modified Yale Preoperative Anxiety Scale) adalah skala observasi
yang digunakan untuk menggambarkan kecemasan preoperatif bayi hingga
anak usia 12 tahun. Skala ini terdiri dari 5 komponen penilaian berupa
aktivitas, gairah, vokalisasi, ekspresi emosi dan interaksi dengan anggota
keluarga. Masing-masing nilai dari tiap komponen akan dijumlahkan dan
nilai yang lebih tinggi menunjukkan tingkat kecemasan yang lebih besar.
8. NRS (numeric rating scale) adalah skala nyeri berupa garis yang berukuran
10 cm yang diawali dengan label tidak nyeri dan sangat nyeri pada label
akhir. Nilai 0 berarti tidak nyeri dan 10 menggambarkan nyeri yang berat.
9. Skala FLACC (face, legs, activity, cry dan consolability) adalah skala nyeri
berdasarkan perilaku untuk anak usia 2 bulan hingga > 12 tahun yang terdiri
dari 5 komponen di mana masing-masing komponen mempunyai nilai 0-2.
Masing-masing nilai dari tiap komponen akan dijumlahkan dan nilai yang
lebih tinggi menunjukkan nyeri yang lebih besar. Nilai 0 menunjukkan tidak
nyeri, santai dan nyaman; 1-3: ketidaknyamanan ringan; 4-6: nyeri sedang;
7-10: ketidaknyamanan berat atau nyeri atau keduanya.
10. Skala NIPS (Neonatal Infant Pain Scale) adalah skala nyeri berdasarkan
perilaku untuk neonatus yang terdiri dari 6 komponen di mana 5 komponen
mempunyai nilai 0-1 dan 1 komponen mempunyai nilai 0-2. Masing-masing
nilai dari tiap komponen akan dijumlahkan dan nilai yang lebih tinggi
menunjukkan nyeri yang lebih besar. Nilai 0-2 menunjukkan tidak
nyeri/nyeri ringan; 3-4 nyeri ringan-sedang; >4 nyeri hebat

4.6. Bahan dan Cara Kerja


4.6.1. Bahan
1. Skala mYPAS
2. Skala NRS
3. Skala FLACC
TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA
53
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4. Skala NIPS
5. Lembar pengumpulan data
4.6.2. Cara Kerja
1. Semua pasien yang memenuhi kriteria inklusi diambil sebagai subyek
penelitian.
2. Pasien yang menjadi subyek penelitian akan dievaluasi nilai kecemasan
preoperatif menggunakan mYPAS.
3. Kemudian pasien akan menjalani operasi elektif. Pemberian analgetik
postoperatif akan dicatat.
4. Pasca operasi, nilai nyeri akan dinilai menggunakan skala NIPS, FLACC
dan NRS. Hemodinamik juga akan dicatat.

4.7. Analisa Statistik


Data yang dikumpulkan akan diolah secara deskriptif. Uji beda antar analgetik
akan diolah dengan Kruskal Wallis sedangkan uji korelasi antara nyeri dan
kecemasan diolah dengan Spearman.

4.8. Jadwal Penelitian


Juli Agustus September Oktober
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pembuatan
X X X X X X
proposal
2. Presentasi dan
X X
revisi proposal
3. Pengumpulan X X X X
data
4. Hasil dan analisa
X
data
5. Penulisan laporan
X X
penelitian
6. Presentasi hasil
X
penelitian
7. Revisi dan X

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


54
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

penyerahan hasil
penelitian

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


55
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Profil Pasien

Penelitian dilakukan terhadap 157 pasien anak yang menjalani operasi elektif

pada bulan Oktober 2016 di GBPT RSUD Dr. Soetomo. Sebanyak 35 pasien anak

dieksklusi sehingga pasien anak yang menjadi obyek penelitian berjumlah 122 pasien.

Karakteristik demografi pasien pada penelitian meliputi usia, berat badan dan jenis

kelamin. Hasil selengkapnya dari data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut

ini:

5.1.1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah pasien laki-laki lebih banyak dibanding perempuan di mana

didapatkan pasien laki-laki sebanyak 73 anak (59,8%) dan pasien perempuan

sebanyak 49 anak (40,2%).

Tabel 5.1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)


Laki-laki 73 59,8 %
Perempuan 49 40,2 %

49

73

Laki-laki Perempuan

Gambar 5.1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


56
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5.1.2. Karakteristik Berdasarkan Usia

Karakteristik usia pada sampling penelitian ini dibagi menjadi usia remaja dan

usia anak kurang dari 12 tahun. Pasien anak usia kurang dari 12 tahun

berjumlah lebih besar yaitu 77 pasien (63,1%) sedangkan pasien usia remaja

berjumlah 45 pasien (36,9%).

Tabel 5.2. Karakteristik Berdasarkan Usia

Usia Jumlah (n) Persentase (%)


≤ 12 tahun 77 63,1 %
> 12 tahun 45 36,9 %

45

77

≤ tahun > 12 tahun

Gambar 5.2. Karakteristik Berdasarkan Usia

5.1.3. Karakteristik Berdasarkan PS ASA

Pasien dengan PS ASA 2 mendominasi sampling pasien anak sejumlah 87

pasien (71,3%) diikuti dengan pasien PS ASA 1 sejumlah 22 pasien (18%) dan

pasien PS ASA 3 sejumlah 13 pasien (10,7%).

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


57
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 5.3. Karakteristik Berdasarkan PS ASA

PS ASA Jumlah (n) Persentase (%)


PS 1 22 18 %
PS 2 87 71,3 %
PS 3 13 10,7 %

13 22

87

PS 1 PS 2 PS 3

Gambar 5.3. Karakteristik Berdasarkan PS ASA

5.1.4. Karakteristik Berdasarkan Jenis Operasi

Operasi bedah anak menjadi jenis operasi yang paling banyak dilakukan yaitu

sejumlah 30 pasien (24,6%). Jumlah terbanyak berikutnya adalah operasi

orthopedi sejumlah 22 pasien (18%). Operasi mata dan urologi sejumlah 15

(12,3%) dan 14 pasien (11,5%) menjadi urutan berikutnya. Jenis operasi

lainnya terbagi rata yaitu THT 11 pasien (9%), bedah kepala-leher dan bedah

saraf masing-masing 10 pasien (8,2%), dan bedah plastik 9 pasien (7,4%).

Bedah TKV menjadi jenis operasi dengan jumlah pasien paling sedikit yaitu 1

pasien (0,8%).

Tabel 5.4. Karakteristik Berdasarkan Jenis Operasi

Jenis Operasi Jumlah (n) Persentase (%)


Bedah anak 30 24,6 %

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


58
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Orthopedi 22 18 %
Mata 15 12,3 %
Urologi 14 11,5 %
THT 11 9%
Bedah KL 10 8,2 %
Bedah saraf 10 8,2 %
Bedah plastik 9 7,4 %
Bedah TKV 1 0,8 %

11
30
15

14 10

9
22 10

Bedah Anak Bedah KL Bedah Plastik


Bedah Saraf Bedah TKV Orthopedi
Urologi Mata THT

Gambar 5.4. Karakteristik Berdasarkan Jenis Operasi

5.1.5. Karakteristik Berdasarkan Klasifikasi Operasi

Operasi minor menjadi operasi terbanyak yang dilakukan yaitu pada sejumlah

84 pasien (68,9%) dan operasi mayor sebanyak 38 pasien (31,1%).

Tabel 5.5. Karakteristik Berdasarkan Klasifikasi Operasi

Operasi Jumlah (n) Persentase (%)


Mayor 38 31,1 %
Minor 84 68,9 %

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


59
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

38

84

Mayor Minor

Gambar 5.5. Karakteristik Berdasarkan Klasifikasi Operasi

5.1.6. Karakteristik Berdasarkan Skala Nyeri Preoperatif

Pasien anak yang menjalani operasi sebagian besar tidak merasakan nyeri

pada saat preoperatif. Hal ini ditandai dengan penilaian skala nyeri FLACC

(Face, Leg, Activity, Cry, dan Consolability) ataupun NRS (Numerical Rating

Scale) bernilai 0 yaitu sejumlah 75 pasien (61,5%). Sedangkan pasien yang

merasakan nyeri ringan preoperatif yaitu sejumlah 43 pasien (35,2%), nyeri

sedang preoperatif sejumlah 3 pasien (2,5%), dan nyeri berat preoperatif

sejumlah 1 pasien (0,8%).

Tabel 5.6. Karakteristik Berdasarkan Skala Nyeri Preoperatif

Kategori Nyeri Jumlah (n) Persentase (%)


Tidak nyeri 75 61,5 %
Nyeri ringan 43 35,2 %
Nyeri sedang 3 2,5 %
Nyeri berat 1 0,8 %

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


60
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

3 1

43

75

Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat

Gambar 5.6. Karakteristik Berdasarkan Skala Nyeri Preoperatif

5.1.7. Karakteristik Berdasarkan Tingkat Kecemasan

Pasien anak yang menjalani operasi sebagian besar mengalami kecemasan

yaitu sejumlah 63 pasien (51,6%) sedangkan yang tidak mengalami

kecemasan sejumlah 59 pasien (48,4%).

Tabel 5.7. Karakteristik Berdasarkan Tingkat Kecemasan

Skala Kecemasan Jumlah (n) Persentase (%)


Tidak cemas 59 48,4 %
Cemas 63 51,6 %

59
63

Tidak cemas Cemas

Gambar 5.7. Karakteristik Berdasarkan Tingkat Kecemasan

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


61
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5.1.8. Karakteristik Berdasarkan Teknik Anestesi

Jika dilihat dari segi teknik anestesi maka GA (General Anesthesia) intubasi

menjadi teknik anestesi yang paling banyak dilakukan yaitu sejumlah 79

pasien (64,8%). Teknik anestesi terbanyak berikutnya yaitu GA LMA

(Laryngeal Mask Airway) dan GA caudal yaitu sejumlah 12 pasien (9,8%).

GA epidural berada di urutan berikutnya yaitu sejumlah 8 pasien (6,6%).

Hanya beberapa operasi dikerjakan dengan teknik lain yaitu GA masker

sejumlah 3 pasien (2,5%), GA TIVA (Total Intravenous Anesthesia) sejumlah

3 pasien (2,5%), dan RA (Regional Anesthesia) epidural sebanyak 2 pasien

(1,6%). Teknik anestesi lain yang jarang dilakukan yaitu GA trakeostomi, RA

CSEA (Combine Spinal Epidural Anesthesia), dan RA PNB (Peripheral

Nerve Block) sejumlah masing-masing 1 pasien (0,8%).

Tabel 5.8. Karakteristik Berdasarkan Teknik Anestesi

Teknik Anestesi Jumlah (n) Persentase (%)


GA intubasi 79 64,8 %
GA LMA 12 9,8 %
GA caudal 12 9,8 %
GA epidural 8 6,6 %
GA masker 3 2,5 %
GA TIVA 3 2,5 %
RA epidural 2 1,6 %
GA trakeostomi 1 0,8 %
RA CSEA 1 0,8 %
RA PNB 1 0,8%

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


62
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

21 1
1

8
12
3
3
12
79

GA intubasi GA LMA GA masker GA TIVA


GA caudal GA epidural GA trakeostomi RA epidural
RA CSEA RA PNB

Gambar 5.8. Karakteristik Berdasarkan Teknik Anestesi

5.2. Profil Analgetik

5.2.1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Analgetik

Pada penelitian ini, jenis analgetik pasca operasi yang digunakan digolongkan

menjadi 5. Golongan NSAID (Non Steroidal Anti-Inflammatory Drugs)

menjadi analgetik yang paling banyak digunakan yaitu pada 103 pasien.

Opioid menjadi jenis analgetik pasca operasi yang paling banyak digunakan

kedua yaitu sejumlah 33 pasien. Posisi berikutnya ditempati oleh paracetamol

yaitu sejumlah 22 pasien. Anestesi regional yang menjadi analgetik kombinasi

dilakukan pada 18 pasien. Sedangkan infiltrasi anestesi lokal hanya dilakukan

pada 1 pasien.

Tabel 5.9. Karakteristik Berdasarkan Jenis Analgetik

Analgetik Jumlah (n)


NSAID 103
Opioid 33
Paracetamol 22

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


63
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Anestesi regional 18
Infiltrasi anestesi lokal 1

120
100
80
Jumlah

60
40
20
0
Infiltrasi
Anestesi
NSAID Paracetamol Opioid Anestesi
Regional
Lokal
Jumlah 103 22 33 18 1

Gambar 5.9. Karakteristik Berdasarkan Jenis Analgetik

5.2.2. Karakteristik Berdasarkan Jumlah Analgetik

Berbagai analgetik yang diberikan pasca operasi digolongkan menjadi

analgetik tunggal dan kombinasi pada penelitian ini. Analgetik tunggal

diberikan pada 68 pasien (55,7%) sedangkan analgetik kombinasi (lebih dari 1

jenis analgetik) diberikan pada 54 pasien (44,3%).

Tabel 5.10. Karakteristik Berdasarkan Jumlah Analgetik

Analgetik Jumlah (n) Persentase (%)


Tunggal 68 55,7 %
Kombinasi 54 44,3 %

54
68

Tunggal Kombinasi

Gambar 5.10. Karakteristik Berdasarkan Jumlah Analgetik

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


64
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5.2.3. Karakteristik Analgetik Tunggal

Jenis analgetik tunggal yang diberikan pasca operasi dibagi menjadi 3 jenis

yaitu NSAID, paracetamol dan opioid. NSAID menjadi jenis analgetik tunggal

yang paling banyak diberikan pasca operasi yaitu pada sejumlah 54 pasien,

diikuti dengan paracetamol sejumlah 13 pasien, sedangkan opioid diberikan

hanya pada 1 pasien.

Tabel 5.11. Karakteristik Berdasarkan Analgetik Tunggal

Analgetik Tunggal Jumlah (n)


NSAID 54
Paracetamol 13
Opioid 1

60
50
40
Jumlah

30
20
10
0
NSAID Paracetamol Opioid
Jumlah 54 13 1

Gambar 5.11. Karakteristik Berdasarkan Analgetik Tunggal

5.2.4. Karakteristik Analgetik Kombinasi

Berbagai jenis analgetik kombinasi yang diberikan pasca operasi dijabarkan

dalam tiap jenis analgetik yang diberikan. Kombinasi NSAID + opioid

menjadi analgetik kombinasi yang paling banyak diberikan yaitu pada

sejumlah 28 pasien. Kombinasi NSAID + regional juga menjadi analgetik

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


65
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

yang sering diberikan yaitu pada sejumlah 15 pasien. Kombinasi analgetik

yang lain tidak banyak diberikan yaitu NSAID + paracetamol pada 4 pasien,

paracetamol + opioid pada 3 pasien, paracetamol + anestesi regional pada 2

pasien, NSAID + infiltrasi anestesi lokal pada 1 pasien, dan NSAID + opioid

+ anestesi regional juga pada 1 pasien.

Tabel 5.12. Karakteristik Berdasarkan Analgetik Kombinasi

Analgetik Kombinasi Jumlah (n)


NSAID + opioid 28
NSAID + regional 15
NSAID + paracetamol 4
Paracetamol + opioid 3
Paracetamol + regional 2
NSAID + infiltrasi 1
NSAID + opioid + regional 1

30
25
20
Jumlah

15
10
5
0
NSAID + NSAID + Paraceta Paraceta
NSAID + NSAID + NSAID +
paraceta opioid + mol + mol +
opioid regional infiltrasi
mol regional opioid regional
Jumlah 4 28 15 1 1 3 2

Gambar 5.12. Karakteristik Berdasarkan Analgetik Kombinasi

5.3. Karakteristik Analgetik Tunggal dan Kombinasi

Karakteristik usia terhadap jumlah analgetik yaitu dengan nilai rata-rata 6.1863

pada pemberian analgetik tunggal dan 11.9599 pada pemberian analgetik

kombinasi. Uji beda dilakukan dengan T-test dan secara statistik menunjukkan

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


66
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

terdapat perbedaan signifikan antara analgetik tunggal dan kombinasi dengan

nilai p 0.000 (p < 0.05). Sedangkan berat badan rata-rata pada pemberian

analgetik tunggal pasca operasi adalah 22.42 dan pada pemberian analgetik

kombinasi adalah 40.70. Uji beda dilakukan dengan T-test dan secara statistik

menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara analgetik tunggal dan

kombinasi dengan nilai p 0.000 (p < 0.05).

Sedangkan karakteristik jenis kelamin terhadap jumlah analgetik didapatkan pada

pasien dengan jenis kelamin laki-laki, analgetik tunggal diberikan pada 39 pasien

(53,4%) dan analgetik kombinasi diberikan pada 34 pasien (46,6%). Sedangkan

pada pasien dengan jenis kelamin perempuan, analgetik tunggal diberikan pada

29 pasien (59,2%) dan analgetik kombinasi diberikan pada 20 pasien (40,8%).

Uji beda dilakukan dengan Chi-Square dan secara statistik menunjukkan tidak

terdapat perbedaan signifikan antara analgetik tunggal dan kombinasi dengan

nilai p 0.580 (p > 0.05).

Karakteristik PS ASA terhadap jumlah analgetik didapatkan pada pasien PS ASA

1, analgetik tunggal diberikan pada 10 pasien (45,5%) sedangkan analgetik

kombinasi diberikan pada 12 pasien (54,5%). Pada pasien PS ASA 2, analgetik

tunggal diberikan pada 52 pasien (59,8%) dan analgetik kombinasi diberikan

pada 35 pasien (40,2%). Sedangkan pada pasien PS ASA 3, analgetik tunggal

diberikan pada 6 pasien (46,2%) dan analgetik kombinasi diberikan pada 7 pasien

(53,8%). Uji beda dilakukan dengan Chi-Square dan secara statistik

menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara analgetik tunggal dan

kombinasi dengan nilai p 0.368 (p > 0.05).

Karakteristik usia terhadap jumlah analgetik didapatkan pada anak usia kurang

dari 12 tahun, analgetik tunggal diberikan pada 58 pasien (75,3%) sedangkan

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


67
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

analgetik kombinasi diberikan pada 19 pasien (24,7%). Pada anak usia remaja (>

12 tahun), analgetik tunggal diberikan pada 10 pasien (22,2%) dan analgetik

kombinasi diberikan pada 35 pasien (77,8%). Uji beda dilakukan dengan Chi-

Square dan secara statistik menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara

analgetik tunggal dan kombinasi dengan nilai p 0.000 (p < 0.05).

Karakteristik jenis operasi terhadap jumlah analgetik didapatkan pada operasi

bedah anak, analgetik tunggal diberikan pada 14 pasien (46,7%) sedangkan

analgetik kombinasi diberikan pada 16 pasien (53,3%). Pada operasi bedah

kepala leher (KL), analgetik tunggal diberikan pada 1 pasien (10,0%) dan

analgetik kombinasi diberikan pada 9 pasien (90,0%). Pada operasi bedah plastik,

analgetik tunggal diberikan pada 5 pasien (55,6%) dan analgetik kombinasi

diberikan pada 4 pasien (44,4%). Pada operasi bedah saraf seluruh pasien

diberikan analgetik tunggal yaitu pada sejumlah 9 pasien (100%). Sebaliknya

pada operasi bedah Thoraks dan Kardiovaskular (TKV) satu-satunya pasien

(100%) yang menjadi obyek penelitian diberikan analgetik tunggal. Pada operasi

mata hampir seluruh pasien diberikan analgetik tunggal yaitu pada sejumlah 14

pasien (93,3%) dan hanya 1 pasien (6,7%) diberikan analgetik kombinasi.

Berlawanan dengan operasi mata, pada operasi orthopedi sebagian besar

diberikan analgetik kombinasi uaitu pada sejumlah 17 pasien (73,9%) dan hanya

6 pasien (26,1%) diberikan analgetik tunggal. Pada operasi Telinga, Hidung dan

Tenggorok (THT) analgetik tunggal diberikan pada 8 pasien (72,7%) dan

analgetik kombinasi diberikan pada 3 pasien (27,3%). Pemberian analgetik

tunggal juga mendominasi pada operasi urologi yaitu pada sejumlah 11 pasien

(78,6%) sedangkan analgetik kombinasi diberikan pada 3 pasien (21,4%). Uji

beda dilakukan dengan Chi-Square dan secara statistik menunjukkan terdapat

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


68
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

perbedaan signifikan antara analgetik tunggal dan kombinasi dengan nilai p 0.000

(p < 0.05).

Karakteristik pemberian analgetik tunggal dan kombinasi juga tergambar pada

klasifikasi operasi di mana pada operasi mayor analgetik kombinasi lebih banyak

diberikan yaitu pada sejumlah 21 pasien (55,3%) sedangkan analgetik tunggal

diberikan pada sejumlah 17 pasien (44,7%). Sedangkan pada operasi minor

analgetik tunggal lebih banyak diberikan yaitu pada sejumlah 51 pasien (60,7%)

dan analgetik kombinasi diberikan pada 33 pasien (39,3%). Namun pada uji beda

dilakukan dengan Chi-Square, secara statistik menunjukkan tidak terdapat

perbedaan signifikan antara analgetik tunggal dan kombinasi dengan nilai p 0.100

(p > 0.05).

Karakteristik tingkat kecemasan terhadap jumlah analgetik didapatkan analgetik

tunggal lebih banyak diberikan pada pasien dengan kecemasan preoperatif yaitu

pada sejumlah 45 pasien (71,4%) sedangkan analgetik kombinasi diberikan pada

18 pasien (28,6%). Sebaliknya analgetik kombinasi lebih banyak diberikan pada

pasien yang tidak mengalami kecemasan preoperatif yaitu pada sejumlah 36

pasien (61,0%) dan analgetik tunggal diberikan pada sejumlah 23 pasien (39,0%).

Uji beda dilakukan dengan Chi-Square dan secara statistik menunjukkan terdapat

perbedaan signifikan antara analgetik tunggal dan kombinasi dengan nilai p 0.000

(p < 0.05).

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


69
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 5.13. Karakteristik Analgetik Tunggal dan Kombinasi

Analgetik
p
Tunggal Kombinasi
(<0.05)
Mean SD Mean SD
Usia 6.16863 5.06275 11.9599 5.66231 0.000
BB 22.42 15.726 40.70 20.165 0.000
Analgetik
p
Tunggal Kombinasi
(<0.05)
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Jenis Laki-laki 39 53,4 % 34 46,6 % 0.580
Kelamin Perempuan 29 59,2 % 20 40,8 %
PS 1 10 45,5 % 12 54,5% 0.368
PS ASA PS 2 52 59,8 % 35 40,2 %
PS 3 6 46,2 % 7 53,8 %
≤ 12 tahun 58 75,3 % 19 24,7 % 0.000
Usia
> 12 tahun 10 22,2 % 35 77,8 %
B. Anak 14 46,7 % 16 53,3 % 0.000
B. KL 1 10,0 % 9 90,0 %
B. Plastik 5 55,6 % 4 44,4 %
B. Saraf 9 100 % 0 0%
Jenis
B. TKV 0 0% 1 100 %
Operasi
Mata 14 93,3 % 1 6,7 %
Orthopedi 6 26,1 % 17 73,9 %
THT 8 72,7 % 3 27,3 %
Urologi 11 78,6 % 3 21,4 %
Mayor 17 44,7 % 21 55,3 % 0.100
Operasi
Minor 51 60,7 % 33 39,3 %
Kece- Cemas 45 71,4 % 18 28,6 % 0.000
masan Tdk cemas 23 39,0 % 36 61,0 %

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


70
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

50
40

Mean
30
20
10
0
Usia BB
Tunggal 6.1863 22.42
Kombinasi 11.9599 40.7

Gambar 5.13. Karakteristik Usia dan Berat Badan Terhadap Jumlah Analgetik

70
60
50
Jumlah

40
30
20
10
0
Laki- Perem ≤ > 12
PS 1 PS 2 PS 3
laki puan tahun tahun
Jenis Kelamin PS ASA Usia
Analgetik Tunggal 39 29 10 52 6 58 10
Analgetik Kombinasi 34 20 12 35 7 19 35

Gambar 5.14. Karakteristik Jenis Kelamin, PS ASA dan Usia Terhadap Jumlah

Analgetik

18
16
14
12
Jumlah

10
8
6
4
2
0
B. Orthop
B. Anak B. KL B. Saraf B. TKV Mata THT Urologi
Plastik edi
Jenis Operasi
Analgetik Tunggal 14 1 5 9 0 14 6 8 11
Analgetik Kombinasi 16 9 4 0 1 1 17 3 3

Gambar 5.15. Karakteristik Jenis Operasi Terhadap Jumlah Analgetik

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


71
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

60
50
40

Jumlah
30
20
10
0
Mayor Minor Cemas Tdk cemas
Operasi Kecemasan
Analgetik Tunggal 17 51 45 23
Analgetik Kombinasi 21 33 18 36

Gambar 5.16. Karakteristik Klasifikasi Operasi dan Tingkat Kecemasan Terhadap

Jumlah Analgetik

5.4. Nyeri Pasca Operasi

5.4.1. Skala Nyeri Pasca Operasi

Evaluasi skala nyeri pasca operasi dibagi menjadi 4 kategori yaitu tidak nyeri

(skala FLACC/NRS 0), nyeri ringan (skala FLACC/NRS 1-3), nyeri sedang

(skala FLACC/NRS 4-6), dan nyeri berat (skala FLACC/NRS 7-10). Penilaian

skala nyeri dilakukan pada 5 waktu pasca operasi yaitu 30 menit, 1 jam, 2 jam,

1 hari, dan 2 hari pasca operasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian

besar tidak mengalami nyeri pada 30 menit pasca operasi yaitu sejumlah 80

pasien, sedangkan pasien yang mengalami nyeri ringan sejumlah 31 pasien.

Pasien yang mengalami nyeri sedang dan berat sejumlah masing-masing 8 dan

3 pasien. Pada evaluasi 1 jam pasca operasi nyeri ringan mendominasi yaitu

terjadi pada 59 pasien, diikuti dengan pasien yang tidak merasakan nyeri yaitu

sejumlah 54 pasien. Pasien yang mengalami nyeri sedang dan berat

mengalami penurunan jumlah pada evaluai 1 jam pasca operasi yaitu 7 dan 2

pasien. Pada evaluasi 2 jam pasca operasi nyeri ringan mengalami peningkatan

jumlah yaitu terjadi pada 71 pasien sedangkan pasien yang tidak mengalami

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


72
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

nyeri terjadi pada 42 pasien. Pasien yang mengalami nyeri sedang dan berat

pada 2 jam pasca operasi sejumlah 8 dan 1 pasien. Pada evaluasi hari pertama

pasca operasi tidak terdapat pasien yang mengalami nyeri sedang maupun

nyeri berat. Namun nyeri ringan tetap mendominasi yaitu terjadi pada 74

pasien sedangkan pasien yang tidak mengalami nyeri pada hari pertama pasca

operasi terjadi pada 48 pasien. Pada evaluasi hari kedua pasca operasi juga

tidak terdapat pasien yang mengalami nyeri sedang maupun nyeri berat.

Pasien yang tidak mengalami nyeri juga mendominasi yaitu terjadi pada 79

pasien sedangkan nyeri ringan dialami pada 43 pasien 2 hari pasca operasi.

Tabel 5.14. Skala Nyeri Pasca Operasi

30’ Post 1 Jam 2 Jam H+1 H+2


Op Post Op Post Op Post Op Post Op
Tidak nyeri 80 54 42 48 79
Nyeri ringan 31 59 71 74 43
Nyeri sedang 8 7 8 0 0
Nyeri berat 3 2 1 0 0

90
80
70
60
Jumlah

50
40
30
20
10
0
’ Post 1 Jam 2 Jam H+1 Post H+2 Post
Op Post Op Post Op Op Op
Tidak nyeri 80 54 42 48 79
Nyeri ringan 31 59 71 74 43
Nyeri sedang 8 7 8 0 0
Nyeri berat 3 2 1 0 0
`

Gambar 5.17. Skala Nyeri Pasca Operasi

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


73
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5.4.2. Karakteristik Skala Nyeri pada Pemberian Analgetik Tunggal dan

Kombinasi

Evaluasi skala nyeri pada anak usia kurang dari 12 tahun yang diberikan

analgetik tunggal pasca operasi baik pada saat preoperatif; 30 menit, 1 jam, 2

jam, 1 hari, dan 2 hari pasca operasi cukup rendah yaitu dengan nilai FLACC

rata-rata masing-masing 0.36, 0.55, 1.05, 1.34, 0.52 dan 0.22. Sedangkan pada

pasien anak usia kurang dari 12 tahun yang diberikan analgetik kombinasi

pasca operasi skala nyeri yang didapatkan pada saat preoperatif; 30 menit, 1

jam, 2 jam, 1 hari, dan 2 hari lebih tinggi yaitu dengan nilai FLACC rata-rata

masing-masing 1.53, 1.26, 2.16, 1.95, 1.05 dan 0.74.

Evaluasi skala nyeri pada anak usia remaja (> 12 tahun) yang diberikan

analgetik tunggal pasca operasi baik pada saat preoperatif; 30 menit, 1 jam, 2

jam, 1 hari, dan 2 hari pasca operasi cukup rendah yaitu dengan nilai NRS

rata-rata masing-masing 0.20, 0.90, 0.90, 0.70, 0.70 dan 0.94. Sedangkan pada

pasien usia remaja yang diberikan analgetik kombinasi pasca operasi skala

nyeri yang didapatkan pada saat preoperatif; 30 menit, 1 jam, 2 jam, 1 hari,

dan 2 hari rata-rata lebih tinggi (kecuali pada 2 hari pasca operasi) yaitu

dengan nilai NRS rata-rata masing-masing 0.84, 1.13, 0.91, 0.78, 0.94 dan

0.51.

Tabel 5.15. Karakteristik Skala Nyeri Untuk Usia ≤ 12 tahun

Tunggal Kombinasi
Jumlah Mean SD Jumlah Mean SD
FLACC Preop 0.36 0.583 1.53 2.294
FLACC 30’ 58 0.55 1.300 19 1.26 2.491
FLACC 1 Jam 1.05 1.395 2.16 2.363

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


74
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

FLACC 2 Jam 1.34 1.319 1.95 2.147


FLACC H+1 0.52 0.538 1.05 0.911
FLACC H+2 0.22 0.421 0.74 0.806

2.5
2
Mean

1.5
1
0.5
0
Tunggal Kombinasi
FLACC Preop 0.36 1.53
’ FLACC 0.55 1.26
1 jam FLACC 1.05 2.16
2 jam FLACC 1.34 1.95
H+1 FLACC 0.52 1.05
H+2 FLACC 0.22 0.74

Gambar 5.18. Karakteristik Skala Nyeri (1)

Tabel 5.16. Karakteristik Skala Nyeri Untuk Usia > 12 tahun

Tunggal Kombinasi
Jumlah Mean SD Jumlah Mean SD
NRS Preop 0.20 0.632 0.84 1.021
NRS 30’ 0.90 1.449 1.13 1.673
NRS 1 Jam 0.90 0.876 0.91 0.900
10 35
NRS 2 Jam 0.70 0.675 0.78 0.850
NRS H+1 0.70 0.483 0.94 0.765
NRS H+2 0.94 0.765 0.51 0.658

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


75
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1.2
1
0.8

Mean
0.6
0.4
0.2
0
Tunggal Kombinasi
NRS Preop 0.2 0.84
’ NRS 0.9 1.13
1 jam NRS 0.9 0.91
2 jam NRS 0.7 0.78
H+1 NRS 0.7 0.94
H+2 NRS 0.94 0.51

Gambar 5.19. Karakteristik Skala Nyeri (2)

5.4.3. Nyeri pada 30 Menit Pasca Operasi

Pada evaluasi 30 menit pasca operasi didapatkan pasien sebagian besar tidak

mengalami nyeri yaitu terjadi pada 80 pasien di mana analgetik tunggal

NSAID mendominasi analgetik pasca operasi yang diberikan yaitu pada

sejumlah 40 pasien. Analgetik tunggal lain yaitu paracetamol dan opioid

diberikan pada masing-masing 9 dan 1 pasien. Sedangkan analgetik kombinasi

yang paling banyak diberikan adalah kombinasi NSAID + opioid yaitu pada

sejumlah 14 pasien. Analgetik kombinasi lainnya yaitu kombinasi NSAID +

anestesi regional, NSAID + paracetamol, NSAID + infiltrasi anestesi lokal,

NSAID + opioid + anestesi regional, paracetamol + opioid, paracetamol +

anestesi regional diberikan pada masing-masing 9, 1, 1, 1, 2, dan 2 pasien.

Nyeri ringan terjadi pada 31 pasien pada 30 menit pasca operasi di mana

kombinasi NSAID + opioid menjadi analgetik yang paling banyak diberikan

yaitu pada sejumlah 11 pasien. NSAID berada di urutan kedua yaitu diberikan

pada sejumlah 10 pasien. Analgetik tunggal lainnya yaitu paracetamol

diberikan pada 4 pasien. Sedangkan analgetik kombinasi lainnya yaitu NSAID


TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA
76
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

+ anestesi regional, NSAID + paracetamol, paracetamol + opioid diberikan

pada masing-masing 3, 2, dan 1 pasien.

Nyeri sedang dan berat terjadi pada sebagian kecil pasien pada 30 menit pasca

operasi yaitu masing-masing 8 dan 3 pasien. Pada nyeri sedang analgetik

tunggal yang diberikan adalah NSAID pada 3 pasien dan analgetik kombinasi

NSAID + opioid pada 3 pasien, NSAID + anestesi regional pada 1 pasien dan

NSAID + paracetamol pada 1 pasien. Sedangkan pada nyeri berat analgetik

tunggal yang diberikan adalah NSAID pada 1 pasien dan analgetik kombinasi

NSAID + anestesi regional pada 2 pasien.

Dari hasil analisa statistik menggunakan Chi-Square menunjukkan secara

statistik tidak didapatkan perbedaan signifikan antara analgetik tunggal dan

kombinasi yang diberikan pada 30 menit pasca operasi dengan nilai p 0.205 (p

> 0.05).

Tabel 5.17. Nyeri pada 30 Menit Pasca Operasi

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri p (<0.05)


Nyeri Ringan Sedang Berat
Tunggal 50 14 3 1 0.205
 NSAID 40 10 3 1
 Paracetamol 9 4 0 0
 Opioid 1 0 0 0
Kombinasi 30 17 5 2
 NSAID + opioid 14 11 3 0
 NSAID + regional 9 3 1 2
 NSAID + paracetamol 1 2 1 0
 NSAID + infiltrasi 1 0 0 0
 NSAID + opioid + regional 1 0 0 0
 Paracetamol + opioid 2 1 0 0
 Paracetamol + regional 2 0 0 0

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


77
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

54
51
48
45
42 Paracetamol + regional
39
36 Paracetamol + opioid
33
30 NSAID + opioid + regional
Jumlah

27
24 NSAID + infiltrasi
21
18 NSAID + paracetamol
15
12 NSAID + regional
9
6 NSAID + opioid
3
0 Opioid

Tunggal
Tunggal

Kombinasi

Tunggal

Tunggal

Kombinasi

Kombinasi
Kombinasi

Paracetamol
NSAID

Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat

Gambar 5.20. Nyeri pada 30 Menit Pasca Operasi

5.4.4. Nyeri pada 1 Jam Pasca Operasi

Pada evaluasi 1 jam pasca operasi didapatkan pasien yang tidak mengalami

nyeri sejumlah 54 pasien di mana analgetik tunggal NSAID mendominasi

analgetik pasca operasi yang diberikan yaitu pada sejumlah 23 pasien.

Analgetik tunggal lain yaitu paracetamol dan opioid diberikan pada masing-

masing 7 dan 1 pasien. Sedangkan analgetik kombinasi yang paling banyak

diberikan adalah kombinasi NSAID + opioid yaitu pada sejumlah 11 pasien.

Analgetik kombinasi lainnya yaitu kombinasi NSAID + anestesi regional,

NSAID + paracetamol, NSAID + infiltrasi anestesi lokal, paracetamol +

opioid, paracetamol + anestesi regional diberikan pada masing-masing 7, 1, 1,

2, dan 1 pasien.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


78
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Nyeri ringan terjadi pada sebagian besar pasien pada 1 jam pasca operasi

yaitu pada 59 pasien di mana analgetik tunggal NSAID tetap mendominasi

yaitu diberikan pada sejumlah 28 pasien. Analgetik tunggal lainnya yaitu

paracetamol diberikan pada 6 pasien. Analgetik kombinasi NSAID + opioid

menjadi analgetik kombinasi yang paling banyak diberikan yaitu pada

sejumlah 15 pasien. Sedangkan analgetik kombinasi lainnya yaitu NSAID +

anestesi regional, NSAID + paracetamol, NSAID + opioid + anestesi regional,

paracetamol + opioid diberikan pada masing-masing 6, 2, 1, dan 1 pasien.

Nyeri sedang dan berat terjadi pada sebagian kecil pasien pada 1 jam pasca

operasi yaitu masing-masing 7 dan 2 pasien. Pada nyeri sedang analgetik

tunggal yang diberikan adalah NSAID pada 2 pasien dan analgetik kombinasi

NSAID + opioid pada 2 pasien, NSAID + anestesi regional pada 1 pasien,

NSAID + paracetamol pada 1 pasien dan paracetamol + anestesi regional pada

1 pasien. Sedangkan pada nyeri berat analgetik tunggal yang diberikan adalah

NSAID pada 1 pasien dan analgetik kombinasi NSAID + anestesi regional

pada 1 pasien.

Dari hasil analisa statistik menggunakan Chi-Square menunjukkan secara

statistik tidak didapatkan perbedaan signifikan antara analgetik tunggal dan

kombinasi yang diberikan pada 1 jam pasca operasi dengan nilai p 0.519 (p >

0.05).

Tabel 5.18. Nyeri pada 1 Jam Pasca Operasi

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri p (<0.05)


Nyeri Ringan Sedang Berat
Tunggal 31 34 2 1 0.519
 NSAID 23 28 2 1
 Paracetamol 7 6 0 0

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


79
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

 Opioid 1 0 0 0
Kombinasi 23 25 5 1
 NSAID + opioid 11 15 2 0
 NSAID + regional 7 6 1 1
 NSAID + paracetamol 1 2 1 0
 NSAID + infiltrasi 1 0 0 0
 NSAID + opioid + regional 0 1 0 0
 Paracetamol + opioid 2 1 0 0
 Paracetamol + regional 1 0 1 0

40
35 Paracetamol + regional
30 Paracetamol + opioid
25
Jumlah

NSAID + opioid + regional


20
NSAID + infiltrasi
15
10 NSAID + paracetamol
5 NSAID + regional
0 NSAID + opioid
Tunggal
Tunggal

Tunggal

Tunggal
Kombinasi

Kombinasi

Kombinasi
Kombinasi

Opioid
Paracetamol
NSAID
Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat

Gambar 5.21. Nyeri pada 1 Jam Pasca Operasi

5.4.5. Nyeri pada 2 Jam Pasca Operasi

Pada evaluasi 2 jam pasca operasi didapatkan pasien yang tidak mengalami

nyeri sejumlah 42 pasien di mana analgetik tunggal NSAID mendominasi

analgetik pasca operasi yang diberikan yaitu pada sejumlah 16 pasien.

Analgetik tunggal lain yaitu paracetamol dan opioid diberikan pada masing-

masing 5 dan 1 pasien. Sedangkan analgetik kombinasi yang paling banyak

diberikan adalah kombinasi NSAID + opioid yaitu pada sejumlah 10 pasien.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


80
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Analgetik kombinasi lainnya yaitu kombinasi NSAID + anestesi regional,

NSAID + paracetamol, NSAID + infiltrasi anestesi lokal, paracetamol +

opioid, paracetamol + anestesi regional diberikan pada masing-masing 6, 1, 1,

1, dan 1 pasien.

Nyeri ringan juga terjadi pada sebagian besar pasien pada 2 jam pasca operasi

yaitu pada sejumlah 71 pasien di mana analgetik tunggal NSAID tetap

mendominasi yaitu diberikan pada sejumlah 35 pasien. Analgetik tunggal

lainnya yaitu paracetamol diberikan pada 6 pasien. Analgetik kombinasi

NSAID + opioid menjadi analgetik kombinasi yang paling banyak diberikan

yaitu pada sejumlah 16 pasien. Sedangkan analgetik kombinasi lainnya yaitu

NSAID + anestesi regional, NSAID + paracetamol, paracetamol + opioid,

paracetamol + anestesi regional diberikan pada masing-masing 9, 2, 2, dan 1

pasien.

Nyeri sedang dan berat terjadi pada sebagian kecil pasien pada 2 jam pasca

operasi yaitu masing-masing 8 dan 1 pasien. Pada nyeri sedang analgetik

tunggal yang diberikan adalah NSAID pada 3 pasien dan paracetamol pada 2

pasien sedangkan analgetik kombinasi yang diberikan yaitu NSAID + opioid

pada 1 pasien, NSAID + paracetamol pada 1 pasien dan NSAID + opioid +

anestesi regional pada 1 pasien. Pada nyeri berat analgetik yang diberikan

adalah analgetik kombinasi NSAID + opioid pada 1 pasien.

Dari hasil analisa statistik menggunakan Chi-Square menunjukkan secara

statistik tidak didapatkan perbedaan signifikan antara analgetik tunggal dan

kombinasi yang diberikan pada 2 jam pasca operasi dengan nilai p 0.633 (p >

0.05).

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


81
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 5.19. Nyeri pada 2 Jam Pasca Operasi

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri p (<0.05)


Nyeri Ringan Sedang Berat
Tunggal 22 41 5 0 0.633
 NSAID 16 35 3 0
 Paracetamol 5 6 2 0
 Opioid 1 0 0 0
Kombinasi 20 30 3 1
 NSAID + opioid 10 16 1 1
 NSAID + regional 6 9 0 0
 NSAID + paracetamol 1 2 1 0
 NSAID + infiltrasi 1 0 0 0
 NSAID + opioid + regional 0 0 1 0
 Paracetamol + opioid 1 2 0 0
 Paracetamol + regional 1 1 0 0

45
40 Paracetamol + regional
35
Paracetamol + opioid
30
NSAID + opioid + regional
Jumlah

25
20 NSAID + infiltrasi
15
10 NSAID + paracetamol
5 NSAID + regional
0
NSAID + opioid
Tunggal
Tunggal

Kombinasi

Tunggal

Tunggal

Kombinasi

Kombinasi
Kombinasi

Opioid
Paracetamol
NSAID
Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat

Gambar 5.22. Nyeri pada 2 Jam Pasca Operasi

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


82
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5.4.6. Nyeri pada Hari Pertama Pasca Operasi

Pada 1 hari pasca operasi evaluasi skala nyeri yang didapatkan adalah skala

nyeri ringan dan tidak nyeri. Tidak didapatkan pasien dengan skala nyeri

sedang maupun berat. Pasien yang tidak mengalami nyeri sejumlah 48 pasien

di mana analgetik tunggal NSAID mendominasi analgetik pasca operasi yang

diberikan yaitu pada sejumlah 27 pasien. Analgetik tunggal lain yaitu

paracetamol dan opioid diberikan pada masing-masing 4 dan 1 pasien.

Sedangkan analgetik kombinasi yang paling banyak diberikan adalah

kombinasi NSAID + opioid yaitu pada sejumlah 6 pasien. Analgetik

kombinasi lainnya yaitu kombinasi NSAID + anestesi regional, NSAID +

paracetamol, NSAID + infiltrasi anestesi lokal, paracetamol + anestesi

regional diberikan pada masing-masing 5, 3, 1, dan 1 pasien.

Nyeri ringan juga terjadi pada sebagian besar pasien pada 1 hari pasca operasi

yaitu pada sejumlah 74 pasien di mana analgetik tunggal NSAID tetap

mendominasi yaitu diberikan pada sejumlah 27 pasien. Analgetik tunggal

lainnya yaitu paracetamol diberikan pada 9 pasien. Analgetik kombinasi

NSAID + opioid menjadi analgetik kombinasi yang paling banyak diberikan

yaitu pada sejumlah 22 pasien. Sedangkan analgetik kombinasi lainnya yaitu

NSAID + anestesi regional, NSAID + paracetamol, NSAID + opioid +

anestesi regional, paracetamol + opioid, paracetamol + anestesi regional

diberikan pada masing-masing 10, 1, 1, 3, dan 1 pasien.

Dari hasil analisa statistik menggunakan Chi-Square menunjukkan secara

statistik tidak didapatkan perbedaan signifikan antara analgetik tunggal dan

kombinasi yang diberikan pada 2 jam pasca operasi dengan nilai p 0.63 (p >

0.05).

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


83
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 5.20. Nyeri pada Hari Pertama Pasca Operasi

Tidak Nyeri Nyeri Ringan p (<0.05)


Tunggal 32 36 0.63
 NSAID 27 27
 Paracetamol 4 9
 Opioid 1 0
Kombinasi 16 38
 NSAID + opioid 6 22
 NSAID + regional 5 10
 NSAID + paracetamol 3 1
 NSAID + infiltrasi 1 0
 NSAID + opioid + regional 0 1
 Paracetamol + opioid 0 3
 Paracetamol + regional 1 1

40
Paracetamol + regional
35
Paracetamol + opioid
30
NSAID + opioid + regional
25
NSAID + infiltrasi
Jumlah

20
NSAID + paracetamol
15
NSAID + regional
10 NSAID + opioid
5 Opioid
0 Paracetamol
Tunggal Kombinasi Tunggal Kombinasi
NSAID
Tidak nyeri Nyeri ringan

Gambar 5.23. Nyeri pada Hari Pertama Pasca Operasi

5.4.7. Nyeri pada Hari Kedua Pasca Operasi

Pada hari kedua pasca operasi evaluasi skala nyeri yang didapatkan sama

seperti hari pertama yaitu skala nyeri ringan dan tidak nyeri. Tidak didapatkan

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


84
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

pasien dengan skala nyeri sedang maupun berat. Pasien yang tidak mengalami

nyeri terjadi pada sebagian besar pasien yaitu pada sejumlah 79 pasien di

mana analgetik tunggal NSAID mendominasi analgetik pasca operasi yang

diberikan yaitu pada sejumlah 39 pasien. Analgetik tunggal lain yaitu

paracetamol dan opioid diberikan pada masing-masing 10 dan 1 pasien.

Sedangkan analgetik kombinasi yang paling banyak diberikan adalah

kombinasi NSAID + opioid yaitu pada sejumlah 15 pasien. Analgetik

kombinasi lainnya yaitu kombinasi NSAID + anestesi regional, NSAID +

paracetamol, NSAID + infiltrasi anestesi lokal, paracetamol + opioid,

paracetamol + anestesi regional diberikan pada masing-masing 8, 3, 1, 1, dan

1 pasien.

Nyeri ringan terjadi pada sejumlah 43 pasien pada hari kedua pasca operasi di

mana analgetik tunggal NSAID tetap mendominasi yaitu diberikan pada

sejumlah 15 pasien. Analgetik tunggal lainnya yaitu paracetamol diberikan

pada 3 pasien. Analgetik kombinasi NSAID + opioid menjadi analgetik

kombinasi yang paling banyak diberikan yaitu pada sejumlah 13 pasien.

Sedangkan analgetik kombinasi lainnya yaitu NSAID + anestesi regional,

NSAID + paracetamol, NSAID + opioid + anestesi regional, paracetamol +

opioid, paracetamol + anestesi regional diberikan pada masing-masing 7, 1, 1,

2, dan 1 pasien.

Dari hasil analisa statistik menggunakan Chi-Square menunjukkan secara

statistik terdapat perbedaan signifikan antara analgetik tunggal dan kombinasi

yang diberikan pada 2 jam pasca operasi dengan nilai p 0.035 (p < 0.05).

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


85
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 5.21. Nyeri pada Hari Kedua Pasca Operasi

Tidak Nyeri Nyeri Ringan p (<0.05)


Tunggal 50 18 0.035
 NSAID 39 15
 Paracetamol 10 3
 Opioid 1 0
Kombinasi 29 25
 NSAID + opioid 15 13
 NSAID + regional 8 7
 NSAID + paracetamol 3 1
 NSAID + infiltrasi 1 0
 NSAID + opioid + regional 0 1
 Paracetamol + opioid 1 2
 Paracetamol + regional 1 1

60
Paracetamol + regional
50
Paracetamol + opioid

40 NSAID + opioid + regional


NSAID + infiltrasi
Jumlah

30
NSAID + paracetamol
20 NSAID + regional
NSAID + opioid
10
Opioid
0 Paracetamol
Tunggal Kombinasi Tunggal Kombinasi
NSAID
Tidak nyeri Nyeri ringan

Gambar 5.24. Nyeri pada Hari Kedua Pasca Operasi

5.5. Tingkat Kecemasan

5.5.1. Karakteristik Tingkat Kecemasan pada Pemberian Analgetik Tunggal

dan Kombinasi

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


86
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tingkat kecemasan preoperatif yang diberikan analgetik tunggal pasca operasi

cukup tinggi yaitu dengan nilai mYPAS rata-rata 50.66. Sedangkan pada

pasien yang diberikan analgetik kombinasi tingkat kecemasan terjadi lebih

rendah yaitu dengan nilai mYPAS rata-rata 34.9.

Tabel 5.22. Karakteristik Tingkat Kecemasan

Tunggal Kombinasi
Jumlah Mean SD Jumlah Mean SD
mYPAS 68 50.66 26.424 54 34.9 19.607

60
50
40
Mean

30
20
10
0
mYPAS
Analgetik Tunggal 50.66
Analgetik Kombinasi 34.9

Gambar 5.25. Karakteristik Tingkat Kecemasan

5.5.2. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Preoperatif

Pada uji beda tingkat kecemasan terhadap skala nyeri preoperatif didapatkan

pasien cemas yang tidak merasakan nyeri preoperatif sejumlah 37 pasien

(58,7%). Sedangkan pasien yang mengalami nyeri ringan sejumlah 22 pasien

(34,9%). Pasien dengan nyeri preoperatif sedang dan besar didapatkan

sejumlah 3 pasien (4,8%) dan 1 pasien (1,6%).

Sedangkan pasien yang tidak merasakan cemas dan juga tidak merasakan

nyeri preoperatif sejumlah 38 pasien (64,4%). Sedangkan pasien yang

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


87
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

mengalami nyeri ringan sejumlah 21 pasien (35,6%). Pada kelompok pasien

yang tidak mengalami kecemasan preoperatif tidak didapatkan pasien yang

mengalami nyeri sedang maupun berat.

Namun uji beda yang dilakukan dengan Chi-Square secara statistik

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara pasien yang

merasakan cemas dan pasien yang tidak merasakan cemas preoperatif dengan

nilai p 0.271 (p > 0.05).

Tabel 5.23. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Preoperatif

Cemas Tidak Cemas


p (<0.05)
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Tidak Nyeri 37 58,7 % 38 64,4 % 0.271
Nyeri Ringan 22 34,9 % 21 35,6 %
Nyeri Sedang 3 4,8 % 0 0%
Nyeri Berat 1 1,6 % 0 0%
Total 63 100 % 59 100 %

40
35
30
Jumlah

25
20
15
10
5
0
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri
Nyeri Ringan Sedang Berat
Cemas 37 22 3 1
Tidak Cemas 38 21 0 0

Gambar 5.26. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Preoperatif

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


88
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5.5.3. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 30 Menit Pasca

Operasi

Pada uji beda tingkat kecemasan terhadap skala nyeri 30 menit pasca operasi

didapatkan pasien cemas yang tidak merasakan nyeri preoperatif sejumlah 41

pasien (65,1%). Sedangkan pasien yang mengalami nyeri ringan sejumlah 14

pasien (22,2%). Pasien dengan nyeri preoperatif sedang dan besar didapatkan

sejumlah 5 pasien (7,9%) dan 3 pasien (4,8%).

Sedangkan pasien yang tidak merasakan cemas dan juga tidak merasakan

nyeri preoperatif sejumlah 39 pasien (66,1%). Sedangkan pasien yang

mengalami nyeri ringan sejumlah 17 pasien (28,8%) dan pasien yang

mengalami nyeri sedang sejumlah 3 pasien (5,1%). Pada kelompok pasien

yang tidak mengalami kecemasan preoperatif tidak didapatkan pasien yang

mengalami nyeri berat.

Namun uji beda yang dilakukan dengan Chi-Square secara statistik

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara pasien yang

merasakan cemas dan pasien yang tidak merasakan cemas preoperatif dengan

nilai p 0.294 (p > 0.05).

Tabel 5.24. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 30 Menit

Pasca Operasi

Cemas Tidak Cemas


p (<0.05)
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Tidak Nyeri 41 65,1 % 39 66,1 % 0.294
Nyeri Ringan 14 22,2 % 17 28,8 %
Nyeri Sedang 5 7,9 % 3 5,1 %
Nyeri Berat 3 4,8 % 0 0%
Total 63 100 % 59 100 %

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


89
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

45
40
35
30

Jumlah
25
20
15
10
5
0
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri
Nyeri Ringan Sedang Berat
Cemas 41 14 5 3
Tidak Cemas 39 17 3 0

Gambar 5.27. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 30 Menit

Pasca Operasi

5.5.4. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 1 Jam Pasca Operasi

Pada uji beda tingkat kecemasan terhadap skala nyeri 1 jam pasca operasi

didapatkan pasien cemas yang tidak merasakan nyeri preoperatif sejumlah 24

pasien (38,1%). Sedangkan pasien yang mengalami nyeri ringan sejumlah 31

pasien (49,2%). Pasien dengan nyeri preoperatif sedang dan besar didapatkan

sejumlah 6 pasien (9,5%) dan 2 pasien (3,2%).

Sedangkan pasien yang tidak merasakan cemas dan juga tidak merasakan

nyeri preoperatif sejumlah 30 pasien (44,3%). Sedangkan pasien yang

mengalami nyeri ringan sejumlah 28 pasien (47,5%) dan pasien yang

mengalami nyeri sedang sejumlah 1 pasien (1,7%). Pada kelompok pasien

yang tidak mengalami kecemasan preoperatif tidak didapatkan pasien yang

mengalami nyeri berat.

Namun uji beda yang dilakukan dengan Chi-Square secara statistik

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara pasien yang

merasakan cemas dan pasien yang tidak merasakan cemas preoperatif dengan

nilai p 0.099 (p > 0.05).

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


90
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 5.25. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 1 Jam Pasca

Operasi

Cemas Tidak Cemas


p (<0.05)
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Tidak Nyeri 24 38,1 % 30 44,3 % 0.099
Nyeri Ringan 31 49,2 % 28 47,5 %
Nyeri Sedang 6 9,5 % 1 1,7 %
Nyeri Berat 2 3,2 % 0 0%
Total 63 100 % 59 100 %

35
30
25
Jumlah

20
15
10
5
0
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri
Nyeri Ringan Sedang Berat
Cemas 24 31 6 2
Tidak Cemas 30 28 1 0

Gambar 5.28. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 1 Jam

Pasca Operasi

5.5.5. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 2 Jam Pasca Operasi

Pada uji beda tingkat kecemasan terhadap skala nyeri 2 jam pasca operasi

didapatkan pasien cemas yang tidak merasakan nyeri preoperatif sejumlah 15

pasien (23,8%). Sedangkan pasien yang mengalami nyeri ringan sejumlah 41

pasien (65,1%). Pasien dengan nyeri preoperatif sedang dan besar didapatkan

sejumlah 6 pasien (9,5%) dan 1 pasien (1,6%).

Sedangkan pasien yang tidak merasakan cemas dan juga tidak merasakan

nyeri preoperatif sejumlah 27 pasien (45,8%). Sedangkan pasien yang


TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA
91
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

mengalami nyeri ringan sejumlah 30 pasien (50,8%) dan pasien yang

mengalami nyeri sedang sejumlah 2 pasien (3,4%). Pada kelompok pasien

yang tidak mengalami kecemasan preoperatif tidak didapatkan pasien yang

mengalami nyeri berat.

Namun uji beda yang dilakukan dengan Chi-Square secara statistik

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara pasien yang

merasakan cemas dan pasien yang tidak merasakan cemas preoperatif dengan

nilai p 0.046 (p < 0.05).

Tabel 5.26. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 2 Jam Pasca

Operasi

Cemas Tidak Cemas


p (<0.05)
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Tidak Nyeri 15 23,8 % 27 45,8 % 0.046
Nyeri Ringan 41 65,1 % 30 50,8 %
Nyeri Sedang 6 9,5 % 2 3,4 %
Nyeri Berat 1 1,6 % 0 0%
Total 63 100 % 59 100 %

45
40
35
30
Jumlah

25
20
15
10
5
0
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri
Nyeri Ringan Sedang Berat
Cemas 15 41 6 1
Tidak Cemas 27 30 2 0

Gambar 5.29. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri 2 Jam

Pasca Operasi

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


92
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5.5.6. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Hari Pertama Pasca

Operasi

Pada uji beda tingkat kecemasan terhadap skala nyeri hari pertama pasca

operasi didapatkan pasien cemas yang tidak merasakan nyeri preoperatif

sejumlah 24 pasien (38,1%). Sedangkan pasien yang mengalami nyeri ringan

sejumlah 39 pasien (61,9%). Pada kelompok pasien yang mengalami

kecemasan preoperatif tidak didapatkan pasien yang mengalami nyeri sedang

maupun berat.

Sedangkan pasien yang tidak merasakan cemas dan juga tidak merasakan

nyeri preoperatif sejumlah 24 pasien (40,7%). Sedangkan pasien yang

mengalami nyeri ringan sejumlah 35 pasien (59,3%). Pada kelompok pasien

yang tidak mengalami kecemasan preoperatif juga tidak didapatkan pasien

yang mengalami nyeri sedang maupun berat.

Namun uji beda yang dilakukan dengan Chi-Square secara statistik

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara pasien yang

merasakan cemas dan pasien yang tidak merasakan cemas preoperatif dengan

nilai p 0.853 (p > 0.05).

Tabel 5.27. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Hari Pertama

Pasca Operasi

Cemas Tidak Cemas


p (<0.05)
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Tidak Nyeri 24 38,1 % 24 40,7 % 0.853
Nyeri Ringan 39 61,9 % 35 59,3 %
Total 63 100 % 59 100 %

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


93
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

45
40
35
30

Jumlah
25
20
15
10
5
0
Tidak Nyeri Nyeri Ringan
Cemas 24 39
Tidak Cemas 24 35

Gambar 5.30. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Hari

Pertama Pasca Operasi

5.5.7. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Hari Kedua Pasca

Operasi

Pada uji beda tingkat kecemasan terhadap skala nyeri hari kedua pasca operasi

didapatkan pasien cemas yang tidak merasakan nyeri preoperatif sejumlah 39

pasien (61,9%). Sedangkan pasien yang mengalami nyeri ringan sejumlah 24

pasien (38,1%). Pada kelompok pasien yang mengalami kecemasan

preoperatif tidak didapatkan pasien yang mengalami nyeri sedang maupun

berat.

Sedangkan pasien yang tidak merasakan cemas dan juga tidak merasakan

nyeri preoperatif sejumlah 40 pasien (67,8%). Sedangkan pasien yang

mengalami nyeri ringan sejumlah 19 pasien (32,2%). Pada kelompok pasien

yang tidak mengalami kecemasan preoperatif juga tidak didapatkan pasien

yang mengalami nyeri sedang maupun berat.

Namun uji beda yang dilakukan dengan Chi-Square secara statistik

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara pasien yang

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


94
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

merasakan cemas dan pasien yang tidak merasakan cemas preoperatif dengan

nilai p 0.571 (p > 0.05).

Tabel 5.28. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Hari Kedua

Pasca Operasi

Cemas Tidak Cemas


p (<0.05)
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Tidak Nyeri 39 61,9 % 40 67,8 % 0.571
Nyeri Ringan 24 38,1 % 19 32,2 %
Total 63 100 % 59 100 %

45
40
35
30
Jumlah

25
20
15
10
5
0
Tidak Nyeri Nyeri Ringan
Cemas 39 24
Tidak Cemas 40 19

Gambar 5.31. Uji Beda Tingkat Kecemasan Terhadap Skala Nyeri Hari

Kedua Pasca Operasi

5.6. Efek Sedasi Pasca Operasi

5.6.1. Skala Sedasi Pasca Operasi

Evaluasi skala sedasi pada 30 menit pasca operasi menunjukkan sebagian

besar masih dalam pengaruh sedasi (nilai Ramsay Sedation Scale-RSS 3-6)

yaitu sejumlah 111 pasien sedangkan pasien alert (nilai RSS 2) sejumlah 11

pasien. Pada evaluasi 1 jam pasca operasi sebagian besar pasien masih dalam

pengaruh sedasi yaitu sejumlah 70 pasien, pasien alert sejumlah 51 pasien

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


95
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

sedangkan pasien cemas (nilai RSS 1) sejumlah 1 pasien. Jumlah pasien alert

meningkat pada evaluasi 1 jam pasca operasi yaitu sejumlah 113 pasien,

sedangkan pasien cemas dan dalam pengaruh sedasi menurun yaitu sejumlah 1

dan 8 pasien. Pada evaluasi hari pertama dan kedua pasca operasi seluruh

pasien berada dalam kondisi alert (122 pasien).

Tabel 5.29. Skala Sedasi Pasca Operasi

30’ Post 1 Jam 2 Jam H+1 H+2


Op Post Op Post Op Post Op Post Op
Cemas 0 1 1 0 0
Alert 11 51 113 122 122
Dalam sedasi 111 70 8 0 0

140
120
100
Jumlah

80
60
40
20
0
’ Post 1 Jam 2 Jam H+1 H+2
Op Post Op Post Op Post Op Post Op
Cemas 0 1 1 0 0
Alert 11 51 113 122 122
Dalam sedasi 111 70 8 0 0

Gambar 5.32. Skala Sedasi Pasca Operasi

5.6.2. Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 30 Menit Pasca Operasi

Pada evaluasi 30 menit pasca operasi sebagian besar pasien masih dalam

pengaruh sedasi yaitu sejumlah 111 pasien. Dari jumlah tersebut sejumlah 73

pasien (65,8%) tidak merasakan nyeri pasca operasi, 27 pasien (24,3%)

merasakan nyeri ringan, 8 pasien (7,2%) merasakan nyeri sedang dan 3 pasien

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


96
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

(2,7%) merasakan nyeri berat. Sedangkan sisanya sejumlah 11 pasien sudah

berada dalam kondisi sadar baik (alert) pada evaluasi 30 menit pasca operasi.

Dari jumlah tersebut sejumlah 7 pasien (63,6%) tidak merasakan nyeri pasca

operasi, 4 pasien (36,4%) merasakan nyeri ringan dan tidak ada pasien yang

merasakan nyeri sedang maupun berat. Pada evaluasi 30 menit pasca operasi

juga tidak didapatkan pasien dalam kondisi cemas (nilai RSS 1).

Namun uji beda yang dilakukan dengan Spearman secara statistik

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara pasien yang

masih berada dalam pengaruh sedasi dan pasien yang sudah sadar baik dengan

nilai p 0.924 (p > 0.05).

Tabel 5.30. Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 30 Menit Pasca

Operasi

Cemas Alert Dalam Sedasi


p (<0.05)
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Tidak Nyeri 0 0% 7 63,6 % 73 65,8 % 0.924
Nyeri Ringan 0 0% 4 36,4 % 27 24,3 %
Nyeri Sedang 0 0% 0 0% 8 7,2 %
Nyeri Berat 0 0% 0 0% 3 2,7 %
Total 0 11 100 % 111 100 %

80
70
60
Jumlah

50
40
30
20
10
0
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri
Nyeri Ringan Sedang Berat
Cemas 0 0 0 0
Alert 7 4 0 0
Dalam Sedasi 73 27 8 3

Gambar 5.33. Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 30 Menit Pasca Operasi
TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA
97
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5.6.3. Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 1 Jam Pasca Operasi

Pada evaluasi 1 jam pasca operasi sebagian besar pasien juga masih dalam

pengaruh sedasi yaitu sejumlah 70 pasien. Dari jumlah tersebut sejumlah 29

pasien (41,4%) tidak merasakan nyeri pasca operasi, 37 pasien (25,9%)

merasakan nyeri ringan, 3 pasien (4,3%) merasakan nyeri sedang dan 1 pasien

(1,4%) merasakan nyeri berat. Sedangkan sejumlah 51 pasien sudah berada

dalam kondisi sadar baik (alert) pada evaluasi 1 jam pasca operasi. Dari

jumlah tersebut sejumlah 25 pasien (49,0%) tidak merasakan nyeri pasca

operasi, 22 pasien (43,1%) merasakan nyeri ringan, 3 pasien (5,9%)

merasakan nyeri sedang dan 1 pasien (2,0%) merasakan nyeri berat. Pada

evaluasi 1 jam pasca operasi didapatkan 1 pasien dalam kondisi cemas (nilai

RSS 1) yang merasakan nyeri sedang.

Namun uji beda yang dilakukan dengan Spearman secara statistik

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara pasien yang

masih berada dalam pengaruh sedasi, pasien yang sudah sadar baik (alert) dan

pasien cemas dengan nilai p 0.780 (p > 0.05).

Tabel 5.31. Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 1 Jam Pasca Operasi

Cemas Alert Dalam Sedasi


p (<0.05)
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Tidak Nyeri 0 0% 25 49,0 % 29 41,4 % 0.780
Nyeri Ringan 0 0% 22 43,1 % 37 52,9 %
Nyeri Sedang 1 100 % 3 5,9 % 3 4,3 %
Nyeri Berat 0 0% 1 2,0 % 1 1,4 %
Total 1 100 % 51 100 % 70 100 %

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


98
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

40
35
30

Jumlah
25
20
15
10
5
0
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri
Nyeri Ringan Sedang Berat
Cemas 0 0 1 0
Alert 25 22 3 1
Dalam Sedasi 29 37 3 1

Gambar 5.34. Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 1 Jam Pasca Operasi

5.6.4. Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 2 Jam Pasca Operasi

Pada evaluasi 2 jam pasca operasi hanya 8 pasien masih dalam pengaruh

sedasi. Dari jumlah tersebut sejumlah 2 pasien (25,0%) tidak merasakan nyeri

pasca operasi, 5 pasien (62,5%) merasakan nyeri ringan, 1 pasien (12,5%)

merasakan nyeri sedang dan tidak ada pasien yang merasakan nyeri berat.

Sedangkan hampir seluruh pasien (113 pasien) sudah berada dalam kondisi

sadar baik (alert) pada evaluasi 2 jam pasca operasi. Dari jumlah tersebut

sejumlah 40 pasien (35,4%) tidak merasakan nyeri pasca operasi, 66 pasien

(58,4%) merasakan nyeri ringan, 7 pasien (6,2%) merasakan nyeri sedang dan

tidak ada pasien yang merasakan nyeri berat. Pada evaluasi 2 jam pasca

operasi didapatkan 1 pasien dalam kondisi cemas (nilai RSS 1) yang

merasakan nyeri berat.

Namun uji beda yang dilakukan dengan Spearman secara statistik

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara pasien yang

masih berada dalam pengaruh sedasi, pasien yang sudah sadar baik (alert) dan

pasien cemas dengan nilai p 0.987 (p > 0.05).

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


99
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 5.32. Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 2 Jam Pasca Operasi

Cemas Alert Dalam Sedasi


p (<0.05)
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Tidak Nyeri 0 0% 40 35,4 % 2 25,0 % 0.987
Nyeri Ringan 0 0% 66 58,4 % 5 62,5 %
Nyeri Sedang 0 0% 7 6,2 % 1 12,5 %
Nyeri Berat 1 100 % 0 0% 0 0%
Total 0 100 % 113 100 % 8 100 %

70
60
50
Jumlah

40
30
20
10
0
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri
Nyeri Ringan Sedang Berat
Cemas 0 0 0 1
Alert 40 66 7 0
Dalam Sedasi 2 5 1 0

Gambar 5.35. Uji Beda Skala Sedasi Terhadap Skala Nyeri 2 Jam Pasca Operasi

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


100
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 6

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 122 pasien anak menjadi obyek

penelitian. Analgetik yang diberikan pasca operasi dibagi menjadi 2 yaitu analgetik

tunggal dan kombinasi. Secara keseluruhan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Analgetik tunggal (55,7%) lebih banyak diberikan pasca operasi dibanding

analgetik kombinasi (44,3%).

2. Analgetik tunggal yang paling banyak diberikan pasca operasi adalah NSAID

(54 pasien).

3. Analgetik kombinasi yang paling banyak diberikan pasca operasi adalah

NSAID + opioid (28 pasien).

4. Analgetik tunggal lebih banyak diberikan pada pasien dengan usia lebih muda

(mean 6.16863 ± 5.06275) dan berat badan lebih rendah (mean 22.42 ±

15.726) sedangkan analgetik kombinasi lebih banyak diberikan pada pasien

dengan usia lebih tua (mean 11.9599 ± 5.66231) dan berat badan lebih besar

(mean 40.70 ± 20.165).

5. Pada jenis operasi tertentu, analgetik tunggal dominan diberikan seperti pada

operasi mata (93,3%), urologi (78,6%) dan THT (72,2%). Sedangkan

analgetik kombinasi dominan diberikan pada beberapa jenis operasi seperti

orthopedi (73,9%).

6. Evaluasi skala nyeri pasca operasi menunjukkan bahwa pasien mayoritas tidak

merasakan nyeri pada 30 menit (80 pasien) dan hari kedua pasca operasi (79

pasien). Sedangkan pada evaluasi 1 jam (59 pasien), 2 jam (71 pasien) dan

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


101
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

hari pertama (74 pasien) pasca operasi mayoritas pasien merasakan nyeri

ringan.

7. Evaluasi skala nyeri pada hari pertama dan kedua pasca operasi menunjukkan

tidak ada pasien yang merasakan nyeri sedang maupun berat.

8. Pada pasien usia ≤ 12 tahun, skala nyeri pada pemberian analgetik kombinasi

lebih tinggi dibanding analgetik tunggal pada kelima waktu evaluasi pasca

operasi. Hasil yang hampir serupa pada pasien usia > 12 tahun, di mana skala

nyeri pada pemberian analgetik kombinasi lebih tinggi dibanding analgetik

tunggal pada evaluasi 30 menit, 1 jam, 2 jam dan hari pertama pasca operasi.

Sedangkan skala nyeri pada pemberian analgetik tunggal lebih tinggi

dibanding analgetik kombinasi pada evaluasi hari kedua pasca operasi.

9. NSAID adalah analgetik yang paling banyak diberikan pada kelompok pasien

yang tidak merasakan nyeri pada kelima waktu evaluasi skala nyeri pasca

operasi (40 pasien pada 30 menit, 23 pasien pada 1 jam, 16 pasien pada 2 jam,

27 pasien pada hari pertama dan 39 pasien pada hari kedua)

10. Tingkat kecemasan tidak berhubungan dengan skala nyeri baik pada saat

preoperatif maupun pada evaluasi 30 menit, 1 jam, hari pertama dan hari

kedua pasca operasi. Tingkat kecemasan berhubungan dengan skala nyeri

pada evaluasi 2 jam pasca operasi.

Jenis analgetik tunggal lebih banyak diberikan pasca operasi dibanding

analgetik kombinasi (Tabel 5.10.). Analgetik tunggal yang paling banyak diberikan

adalah NSAID (54 pasien). NSAID merupakan obat analgetik yang diberikan untuk
(3)
mengatasi nyeri ringan hingga sedang. Sebuah penelitian oleh Vetter dan Heiner

menyebutkan bahwa penggunaan NSAID (Ketorolac) dapat mengurangi penggunaan

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


102
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
(3, 36)
opioid hingga 30% pada 12 jam pertama pasca operasi. Menurut Misiolek dkk

yang merumuskan manajemen nyeri pasca operasi pada tahun 2014, pilihan analgetik

pasca operasi pada pasien pediatri dengan nyeri sedang adalah paracetamol
(26)
dikombinasi dengan NSAID. Pada penelitian ini analgetik kombinasi paracetamol

+ NSAID hanya diberikan pada 4 pasien. Sedangkan paracetamol digunakan sebagai

analgetik tunggal pada 13 pasien. Paracetamol merupakan obat yang mempunyai efek

seperti NSAID. Paracetamol digunakan sebagai analgetik untuk mengatasi nyeri

ringan hingga sedang dan dapat dikombinasi dengan opioid untuk mengatasi nyeri
(3)
berat. Paracetamol kurang begitu populer di kalangan residen sebagai analgetik

pasca operasi karena adanya kebijakan penggunaan paracetamol sebagai analgetik

yang diberikan pada pasien yang dirawat di ruang intensif yang juga memerlukan

terapi antipiretik berkelanjutan. (37, 38)

Pada penelitian ini jenis analgetik kombinasi yang paling banyak (28 pasien)

diberikan pasca operasi adalah kombinasi NSAID + opioid (Tabel 5.12.). Hal ini

sesuai dengan pedoman yang dirumuskan Misiolek dkk tentang manajemen nyeri

pasca operasi bahwa pilihan analgetik pasca operasi pada pasien pediatri dengan

kerusakan jaringan hebat adalah analgetik multimodal yaitu kombinasi paracetamol

ditambah NSAID dan jika perlu dapat ditambahkan opioid. (26)

Profil analgetik tunggal dan kombinasi dilihat dari usia dan berat badan (Tabel

5.13.) menunjukkan bahwa pasien dengan usia lebih muda dan berat badan lebih kecil

lebih banyak mendapat analgetik tunggal (mean usia 6.16863 dan mean berat badan

22.42). Sedangkan pasien dengan usia lebih tua dan berat badan lebih besar mendapat

analgetik kombinasi (mean usia 11.9599 dan mean berat badan 40.70). Hal ini

menunjukkan bahwa penggunaan analgetik kombinasi tidak banyak digunakan pada

pasien anak dengan usia muda. Penyebabnya adalah pilihan analgetik kombinasi yang

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


103
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dianjurkan yaitu opioid (morfin) sebagai analgetik tambahan memiliki efek samping

yang cukup berbahaya pada pasien anak usia muda terutama neonatus. Seperti yang

ditulis yang diterbitkan oleh American Medical Association tahun 2012 yang

menyebutkan bahwa bayi usia 3-6 bulan mempunyai respon ventilasi yang inadekuat

dan terkadang paradoksal terhadap kondisi hipoksia dan hiperkarbia sehingga opioid

dosis kecil saja dapat berakibat apnea atau nafas periodik. (3)

Profil analgetik tunggal dan kombinasi dilihat dari jenis operasi (Tabel 5.13.)

menunjukkan pada beberapa operasi seperti operasi orthopedi didapatkan pemberian

analgetik kombinasi yang mendominasi (17 pasien ~ 73,9%). Seperti yang diketahui
(39, 40)
bahwa operasi orthopedi menghasilkan intensitas nyeri yang berat. Sebuah

penelitian yang dilakukan oleh Barbosa dkk pada tahun 2014 menunjukkan bahwa

dengan pemberian analgetik kombinasi (NSAID + analgetik sederhana + opioid atau

analgetik sederhana + opioid maupun analgetik sederhana + NSAID) dapat

menghasilkan pasien dengan skala nyeri ringan atau bahkan tidak merasakan nyeri
(39)
hingga 72 jam pasca operasi. Pilihan yang berbeda didapatkan pada jenis operasi

urologi. Pada operasi urologi analgetik tunggal lebih banyak digunakan (11 pasien ~

78,6%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Heid dan Jage pada

tahun 2002 yang menyebutkan bahwa sebagian besar prosedur operasi urologi
(40, 41)
menghasilkan intensitas nyeri ringan yang dapat diatasi dengan NSAID. Sama

halnya dengan operasi urologi, pada operasi mata analgetik tunggal juga lebih banyak

digunakan (14 pasien ~ 93,3%). Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Paik dan Ahn

pada tahun 2002 menyebutkan bahwa intensitas nyeri pada anak pasca operasi mata

adalah nyeri ringan hingga sedang yang menurun seiring dengan berjalannya waktu
(40, 42)
pasca operasi. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, NSAID merupakan

analgetik yang tepat diberikan untuk mengatasi nyeri ringan hingga sedang. (3)

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


104
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Profil analgetik tunggal dan kombinasi dilihat dari klasifikasi operasi (Tabel

5.13.) menunjukkan bahwa pada operasi minor analgetik tunggal lebih banyak

digunakan (51 pasien ~ 60,7%). Sedangkan analgetik kombinasi lebih banyak

digunakan pada operasi mayor (21 pasien ~ 55,3%). Namun secara statistik

menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara analgetik tunggal dan

kombinasi pada klasifikasi operasi mayor maupun minor (p value 0.100).

Pada evaluasi skala nyeri pasca operasi (Tabel 5.14.) didapatkan pada 30

menit pertama mayoritas pasien tidak merasakan nyeri (80 pasien), sedangkan pada 1

jam pasca operasi mayoritas pasien merasakan nyeri ringan (59 pasien). Nyeri ringan

tetap mendominasi skala nyeri yang dirasakan pasien pada 2 jam dan hari pertama

pasca operasi yaitu masing-masing 71 dan 74 pasien. Sedangkan pada evaluasi skala

nyeri hari kedua pasca operasi didapatkan mayoritas pasien tidak merasakan nyeri (79

pasien). Pada evaluasi hari pertama dan kedua pasca operasi tidak didapatkan pasien

dengan skala nyeri sedang maupun berat. Faktor sedasi tampak dapat dihubungkan

dengan penilaian nyeri pasca operasi. Evaluasi skala nyeri pada 2 jam pasca operasi

diharapkan menunjukkan penilaian skala nyeri yang sesungguhnya karena pada saat

itulah hampir seluruh pasien sudah dalam keadaan sadar baik (alert) yaitu sejumlah

113 pasien. Namun secara statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

signifikan antara pasien yang masih berada dalam pengaruh sedasi dan pasien yang

sudah sadar baik (Tabel 5.30., Tabel 5.31., Tabel 5.32.). Pada evaluasi hari pertama

dan kedua pasca operasi tidak didapatkan pasien yang masih berada dalam pengaruh

sedasi maupun cemas, seluruh pasien dalam keadaan sadar baik (alert) dengan nilai

RSS 2 (Tabel 5.29.). Meskipun demikian, tidak adanya variasi nilai skala sedasi

menyebabkan uji beda antara skala sedasi terhadap skala nyeri tidak dapat dilakukan.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


105
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Selain faktor sedasi, pada pasien yang tidak merasakan nyeri pada evaluasi 30

menit pasca operasi dapat dipengaruhi oleh beberapa hal lain seperti pemberian

analgetik preoperatif/premedikasi atau analgetik yang digunakan durante operasi. (43)

Pada evaluasi skala nyeri 30 menit, 1 jam dan 2 jam pasca operasi didapatkan

1-2 pasien yang merasakan nyeri berat. Pada evaluasi 30 menit didapatkan 2 pasien

dengan skala nyeri berat di mana 1 pasien diberi analgetik tunggal dan 1 pasien diberi

analgetik kombinasi. Pasien yang mendapat analgetik tunggal adalah pasien yang

menjalani operasi aff DJ stent. Operasi ini adalah operasi minor dengan intensitas
(40, 41)
nyeri ringan. Salah satu hal yang dapat menyebabkan skala nyeri pasca operasi

yang tinggi pada pasien ini adalah tingkat kecemasan preoperatif di mana nilai

mYPAS adalah 70. Fortier dkk menyebutkan dalam penelitiannya bahwa tingkat

kecemasan perioperatif berhubungan dengan nyeri pasca bedah dan perubahan


(28)
perilaku pasca operasi. Sedangkan pasien yang mendapat analgetik kombinasi

adalah pasien osteosarcoma yang menjalani operasi amputasi. Operasi ini adalah
(40)
operasi mayor dengan intensitas nyeri sedang hingga berat. Pasien ini mendapat

analgetik kombinasi berupa NSAID + anestesi regional. Pemilihan ini kurang tepat

sebagai analgetik pasca operasi dengan intensitas nyeri sedang hingga berat, namun

jenis nyeri pada pasien ini adalah nyeri kanker dengan nyeri kronik dan berpotensi

terjadi phantom limb pasca operasi. Seperti halnya yang dikatakan Katz dalam

penelitiannya yang menyebutkan bahwa anestesi regional merupakan salah satu cara
(44)
mencegah terjadinya phantom limb. Pada pasien ini diduga obat anestesi regional

yang diberikan belum bekerja pada saat evaluasi 30 menit pasca operasi. Hal ini

dilihat dari skala nyeri yang menurun drastis pada evaluasi 1 jam pasca operasi (NRS

2-3). Pada evaluasi skala nyeri 1 jam pasca operasi juga didapatkan 2 pasien dengan

skala nyeri berat di mana 1 pasien diberi analgetik tunggal dan 1 pasien diberi

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


106
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

analgetik kombinasi. Pasien yang mendapat analgetik tunggal adalah pasien yang

menjalani operasi urethroplasty. Sedangkan pasien yang mendapat analgetik

kombinasi adalah pasien dengan abses paru yang menjalani operasi lobectomy. Pada

kedua pasien tersebut, evaluasi skala nyeri di waktu selain 1 jam menunjukkan skala

nyeri ringan-sedang. Skala nyeri berat pada evaluasi 1 jam pasca operasi dapat

diakibatkan beberapa hal lain yang mempengaruhi penilaian nyeri pasca operasi.

Seperti yang dikemukakan Hamers dkk dalam penelitiannya, beberapa hal dapat

mempengaruhi penilaian nyeri pasca operasi antara lain usia, diagnosis, ekspresi anak

dan juga kehadiran orang tua. (45) Selain itu terdapat beberapa hal yang mempengaruhi
(46)
persepsi nyeri antara lain jenis kelamin, ras dan usia. Pada evaluasi skala nyeri 2

jam pasca operasi didapatkan 1 pasien dengan skala nyeri berat yang diberi analgetik

kombinasi. Pasien ini adalah pasien dengan combustio yang menjalani operasi

debridement + Split Thickness Graft (STG). Pada pasien ini didapatkan skala nyeri

sedang pada evaluasi preoperatif dan juga tingkat kecemasan yang tinggi dengan nilai

mYPAS 76.67. Selain itu, pada pasien ini juga didapatkan gangguan penyesuaian.
(28, 45, 46)
Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi skala nyeri pasca operasi. Pasien-

pasien yang disebutkan dengan skala nyeri berat di atas adalah pasien yang berbeda-

beda, artinya tidak didapatkan pasien yang merasakan nyeri berat di dua waktu

evaluasi skala nyeri. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen nyeri sudah cukup baik

sehingga pasien dengan skala nyeri berat tidak lagi menunjukkan skala nyeri berat

pada waktu evaluasi skala nyeri berikutnya.

Perbandingan skala nyeri antara pemberian analgetik tunggal dan kombinasi

menunjukkan bahwa pada pasien usia ≤ 12 tahun skala nyeri (FLACC) pada

pemberian analgetik kombinasi lebih besar daripada analgetik tunggal pada kelima

waktu evaluasi skala nyeri pasca operasi (Tabel 5.15.). Meskipun demikian nilai

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


107
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

simpangan deviasi (SD) pada kelompok analgetik kombinasi lebih besar dibanding

kelompok analgetik tunggal. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi data pada

kelompok analgetik kombinasi terlalu luas sehingga data menjadi tidak seragam.

Hasil ini tidak jauh berbeda pada kelompok pasien usia > 12 tahun. Skala nyeri (NRS)

pada pemberian analgetik kombinasi juga lebih besar daripada analgetik tunggal pada

evaluasi 30 menit, 1 jam, 2 jam dan hari pertama pasca operasi. Sedangkan skala

nyeri (NRS) pada hari kedua pasca operasi menunjukkan bahwa skala nyeri pada

pemberian analgetik tunggal memiliki nilai yang lebih besar dibanding analgetik

kombinasi (Tabel 5.16.). Namun, dari hasil analisa statistik menggunakan Chi-Square

menunjukkan bahwa tidak didapatkan perbedaan signifikan antara pemberian

analgetik tunggal dan kombinasi pada evaluasi 30 menit, 1 jam, 2 jam dan hari

pertama pasca operasi. Sedangkan pada evaluasi hari kedua pasca operasi (Tabel

5.21.) didapatkan perbedaan signifikan antara pemberian analgetik tunggal dan

kombinasi di mana p 0.035 (p < 0.05).

Pada evaluasi jenis analgetik yang diberikan pada setiap waktu evaluasi skala

nyeri didapatkan bahwa NSAID menjadi analgetik yang paling banyak diberikan pada

kelompok pasien yang tidak merasakan nyeri pada kelima waktu evaluasi skala nyeri

pasca operasi (Tabel 5.17., Tabel 5.18., Tabel 5.19., Tabel 5.20., Tabel 5.21.).

Pada evaluasi tingkat kecemasan yang dihubungkan dengan skala nyeri pada

saat preoperatif dan kelima waktu pasca operasi (Tabel 5.23., Tabel 5.24., Tabel 5.25.,

Tabel 5.27., Tabel 5.28.) didapatkan bahwa tingkat kecemasan tidak berhubungan

dengan skala nyeri dengan nilai p > 0.05 (tidak terdapat perbedaan) kecuali pada

evaluasi 2 jam pasca operasi (Tabel 5.26.) di mana nilai p 0.046 (p < 0.05). Penelitian

yang dilakukan oleh Al-Jundi dan Mahmood menyebutkan bahwa tingkat kecemasan

preoperatif dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain usia, riwayat anestesi umum

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


108
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

sebelumnya, riwayat anestesi umum pada usia sangat muda dan juga kecemasan

orang tua. (47)

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


109
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Analgetik pasca operasi yang paling banyak digunakan pada pasien pediatri

yang menjalani operasi elektif di RSUD Dr. Soetomo pada bulan Oktober 2016

adalah NSAID. NSAID juga menjadi analgetik yang paling banyak digunakan pada

kelompok pasien yang tidak merasakan nyeri pada kelima waktu evaluasi pasca

operasi. Manajemen nyeri cukup baik karena tidak didapatkan pasien dengan skala

nyeri sedang maupun berat pada evaluasi hari pertama dan kedua pasca operasi.

7.2. Saran

Penelitian ini menunjukkan adanya skala nyeri dengan simpangan deviasi

yang cukup besar pada kelompok analgetik kombinasi. Maka diharapkan penelitian

dengan jumlah sample lebih besar dapat dilakukan agar distribusi data menjadi lebih

baik sehingga perbandingan analgetik tunggal dan kombinasi dapat digambarkan

dengan lebih baik.

Evaluasi tentang intensitasi nyeri pasca operasi pada tiap jenis operasi perlu

dilakukan dalam skala lebih besar agar penentuan analgetik pasca operasi lebih tepat

untuk setiap jenis operasi.

Keterbatasan penelitian ini adalah adanya keterbatasan sumber alat dalam

mengevaluasi hemodinamik pasien pediatri di ruang pulih sadar sehingga data

mengenai hemodinamik pasien selama di ruang pulih sadar tidak lengkap yang

menyebabkan uji korelasi antara skala nyeri dengan perubahan hemodinamik tidak

dapat dilakukan.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


110
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR PUSTAKA

1. Baratta JL, Schwenk ES, Viscusi ER. Clinical Consequences of Inadequate

Pain Relief: Barriers to Optimal Pain Management. Plast Reconstr Surg. 2014

Oct;134(4):15-21.

2. Power NM, Howard RF, Wade AM, Franck LS. Pain and behaviour changes

in children following surgery. Arch Dis Child. 2012 Oct;97(10):879-84.

3. Fine PG, Lessage P, Lippe PM, Lipman AG, Portenoy RK, dkk. Pediatric

Pain. American Medical Association: Module 6. February 2010.

4. Hatfield LA. Neonatal pain: What’s age got to do with it? Surg Neurol Int.

2014;5(13):479-89.

5. Green A. Pain and stress in infancy and childhood--- where to now? Pediatr

Anaesth. 1996;6(3):167-72.

6. Rawal N, Sjöstrand U, Christoffersson E, Dahlström B, Arvill A, Rydman H,

Comparison of Intramuscular and Epidural Morphine for Postoperative

Analgesia in the Grossly Obese: Influence on Postoperative Ambulation and

Pulmonary Function. Anesth Analg. 1984;63:583-92.

7. Finley GA, McGrath PJ, Forward SP, McBeill G, Fitzgerald P. Parents’

management of children’s pain following ‘minor’ surgery. Pain, 64. 1996:83-

87.

8. Swafford L, Allen D. Pain relief in pediatric patient. Med Clin North Am.

1968; 52: 131-136.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


111
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

9. Eland JM, Anderson JE. The experience of pain in children. In: Jacox A., ed.

Pain: a source book for nurses and other health professionals. Boston: Little,

Brown 1977.

10. Anand KJS, Phil MBBS, Hickey PR. Pain and Its Effects in The Human

Neonate and Fetus. N Engl J Med. 1987 Nov 19;317(21):1321-9.

11. Frank HK. The Society of Pediatric Anesthesia: 15th Annual meeting, New

Orleans, Louisiana, October, 2001. Anesth Analg. 2002 Jan;94(1):1661-8.

12. Langlade A, Kriegel I. Treatment of acute postoperative pain. Ann Chir.

1997; 51(9): 1013-21.

13. Ganter MT, Blumenthal S, Dübendorfer S, Brunnschweiler S, Hofer T,

Klaghofer R, Zollinger A, Hofer CK. The length of stay in the post-

anaesthesia care unit correlates with pain intensivity, nausea and vomiting on

arrival. Perioperative Medicine. 2014, 3:10.

14. Friedrichsdorf SJ, Postier A, Eull D, Weidner C, Foster L, Gilbert M,

Campbell F. Pain Outcomes in a US Children’s Hospital: A Prospective

Cross-Sectional Survey. Hosp Pediatr. 2015 Jan;5(1):18-26.

15. Kozlowski LJ, Kost-byerly S, Colantuoni E, Thompson CB, Vasquenza KJ,

dkk. Pain Prevalence, Intensity, Assessment and Management in a

Hospitalized Pediatric Population. Pain Manag Nurs. 2014;15(1):22-35.

16. Lönnqvist PA, Morton NS. Postoperative analgesia in infants and children.

Br. J. Anaesth. 2005 July;95(1):59-68.

17. Lee JY, Jo YY. Attention to postoperative pain control in children. Korean J

Anesthesiol. 2014 March;66(3):183-8.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


112
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

18. Menezes MS, Gozzani JL. Postoperative Analgesia in Pediatric Patients:

Comparative Study among Local Anesthetics, Opioids and Non-Steroidal

Anti-Inflammatory Drugs. Rev Bras Anestesiol. 2002 April;52(2):175-84.

19. Seyaz GB. Comparison of preemptive intravenous paracetamol and caudal

block in terms of analgesic and hemodynamic parameters in children. JCEI.

2012 June;3(2):202-8.

20. Berde CB, Walco GA, Krane EJ, Anand KJS, Phil D, dkk. Pediatric

Analgesic Clinical Trial Designs, Measures, and Extrapolation: Report of an

FDA Scientific Workshop. Pediatrics. 2012 Feb;129(2):354-64.

21. Sumpter A, Anderson BJ. Pediatric pharmacology in the first year of life.

Current Opinion in Anesthesiology. 2009;22(4):469-75.

22. Lu H, Rosenbaum S. Developmental Pharmacokinetics in Pediatric

Populations. J Pediatr Pharmacol Ther. 2014;19(4):262-76.

23. Butterworth JF. Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Mikhail’s Clinical

Anesthesiology. 3rd ed. New York: McGrawhill; 2001.

24. Rice LJ. Pain management in children. Can J Anaesth 1996; 43: R155-R158.

25. Gehdoo RP. Post Operative Management in Paediatric Patients. Indian J.

Anaesth. 2004;48(5): 406-414.

26. Misiolek H, Cettler M, Woron J, Wordliczel J, Dobrogowski J, Mayzner-

Zawadzka E. The 2014 guidelines for post-operative pain management.

Anaesthesiol Intensive Ther. 2014 Sep-Oct;46(4):221-44.

27. Wong DL, Hess CS, Kasprisin CA. Wong and Whaley’s clinical manual of

pediatric nursing. 5th ed. Saint Louis:Mosby. 2000:320.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


113
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

28. Fortier MA, Del Rosario AM, Martin SR, Kain ZN. Perioperative anxiety in

children. Pediatr Anaesth. 2010;10:318-22.

29. Guaratini AA, Marcolino JAM, Teixeira AB, Bernardis RC, Passarelli MLB,

dkk. A Transversal Study on Preoperative Anxiety in Children: Use of the

Modified Yale Scale. Rev Bras Anestesiol. 2006;56(6):591-601.

30. MacLaren JE, Thompson C, Weinberg M, Fortier MA, Morrison DE, dkk.

Prediction of Preoperative Anxiety in Children: Who is Most Accurate?

Anesth Analg. 2009 June; 108(6):1777-82.

31. Kim JE, Jo BY, Oh HM, Choi HS, Lee Y. High Anxiety, Young Age and

Long Waits Increase the Need for Preoperative Sedatives in Children. J Int

Med Res. 2012;40:381-9.

32. Kupietzky A, Houpt MI. Midazolam:a review of its use for conscious

sedation of children. Pediatric Dentistry. 1993 July/Aug;15(4):237-41.

33. Berde CB, Sethna NF. Analgesics for the Treatment of Pain in Children. N

Engl J Med. 2002 Oct 3;347(14):1094-103.

34. Terkelsen AJ, Mølgaard H, Hansen J, Andersen OK, Jensen TS. Acute pain

increases heart rate: Differential mechanisms during rest and mental stress.

Auton Neurosci. 2005 Aug 31;121(1-2)101-9.

35. Middleton C. Understanding the physiological effects of unrelieved pain.

Nursing Times. 2003 Sep 16;99(37):28.

36. Vetter TR, Heiner EJ. Intravenous ketorolac as an adjuvant to pediatric

patient-controlled analgesia with morphine. J Clin Anesth. 1994;6:110-3.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


114
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

37. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 328/Menkes/SK/VIII/2013 Tentang Formularium

Nasional.

38. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Nomor HK.02.02/Menkes/137/2016 Tentang Perubahan Atas

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/523/2015 Tentang

Formularium Nasional.

39. Barbosa MH, dr Araujo NF, da Silva JA, Corrêa TB, Moreira TM, dkk. Pain

assessment intensity and pain relief in patients post-operative orthopedic

surgery. Esc Anna Nery. 2014;18(1):143-7.

40. Gerbershagen HJ, Aduckathil S, van Wijck AJM, Peelen LM, Kalkman CJ,

dkk. Pain Intensity on the First Day after Surgery: A Prospective Cohort

Study Comparing 179 Surgical Procedures. Anesthesiology. 2013

Apr;118(4):934-44.

41. Heid F, Jage J. The treatment of pain in urology. BJU International.

2002;90:481-8.

42. Paik HJ, Ahn YM. Measurement of Acute Pain after Eye Surgery in Children.

Korean J Ophthalmol. 2002;16:103-9.

43. Wong J, Chung F, Peng PWH, Vivian HY, Abrishami A. Predictors of

Postoperative Pain and Analgesic Consumption. Anesthesiol. 2009;111:657-

77.

44. Katz J. Prevention of phantom limb by regional anesthesia. Lancet. 1997 Feb

22;349(9051):519-20.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


115
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

45. Hamers JPH, Abu-Saad HH, Schumacher JNM. Factors influencing nurses’

pain assessment and interventions in children. J Adv Nurs. 1994

Nov;20(5):853-60.

46. Wandner LD, Scipio CD, Hirsh AT, Torres CA, Robinson ME. The

Perception of Pain in Others: How Gender, Race, and Age Influence Pain

Expectations. J Pain. 2012 March;13(3):220-7.

47. Al-Jundi SH, Mahmood AJ. Factors affecting preoperative anxiety in children

undergoing general anaesthesia for dental rehabilitation. Eur Arch Paediatr

Dent. 2010 Feb;11(1):32-7.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


116
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 1

PENJELASAN UNTUK MENDAPAT PERSETUJUAN


(Information of Consent)

Penelitian ini berjudul “Profil Analgetik Pasca Operasi pada Pasien Pediatri
yang Menjalani Operasi Elektif di RS Dr. Soetomo Surabaya”. Dokter peneliti adalah
dr. Regina Agustantina, PPDS-1 (Program Pendidikan Dokter Spesialis-1)
Anestesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/Rumah
Sakit Umum Dr. Soetomo Surabaya, dengan alamat Jl. Pemuda 108-116 Surabaya
dan nomor telepon yang dapat dihubungi adalah 081216968686.
Penelitian ini menyangkut pemberian anti nyeri yang diberikan setelah operasi
pada anak usia kurang dari 18 tahun yang menjalani operasi terencana. Nyeri
merupakan aspek penting dalam proses pembedahan karena mempunyai dampak yang
luas terhadap pasien, termasuk kesembuhan luka operasi. Banyak obat dan teknik
dapat digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri. Pedoman tentang pemberian anti
nyeri pasca operasi pada anak juga telah dikembangkan, namun pedoman ini tidak
serta merta dapat diterapkan kondisi lingkungan yang berbeda dan adanya
keterbatasan sumber daya.
Pasien sebagai sukarelawan pada penelitian ini, ditentukan berdasarkan
kriteria yang sudah ditetapkan sebelumnya. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis analgetik pasca operasi pada pasien anak. Dengan mengetahui profil
analgetik pasca operasi diharapkan manajemen nyeri pasca operasi pada pasien anak
menjadi lebih baik sehingga morbiditas terhadap pasien anak akibat manajemen nyeri
yang tidak adekuat dapat berkurang.
Pasien yang turut serta sebagai sukarelawan pada penelitian akan menjalani
prosedur penelitian sebagai berikut:
1. Pasien akan diperiksa 1 hari sebelum operasi. Bila kondisi pasien cukup baik
dan memenuhi kriteria subyek penelitian, maka pasien akan diikutkan pada
penelitian ini.
2. Sebelum masuk ke dalam ruang operasi, pasien akan ditempatkan di ruang
premedikasi. Pada saat ini dilakukan penilaian tingkat kecemasan pasien.
3. Setelah masuk ke dalam ruang operasi, dokter anestesi akan melakukan
prosedur anestesi sesuai dengan jenis dan lama operasi, serta kondisi pasien.
TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA
117
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4. Operasi berlangsung.
5. Setelah operasi selesai, pasien akan diberi analgetik.
6. Di ruang pemulihan (recovery room), dilakukan penilaian nilai nyeri dan
hemodinamik.
Pasien atau keluarga pasien dapat mengundurkan diri dari keikutsertaan dalam
penelitian ini setiap saat dan tidak mempengaruhi keputusan dan tindakan medis yang
akan dijalankan. Pasien dan atau keluarga pasien bebas mengajukan pertanyaan
seputar penelitian ini kepada peneliti.

Surabaya, ……………………..
Yang memberi penjelasan Yang menerima penjelasan

dr. Regina Agustantina __________________________


(Tanda tangan & nama terang)

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


118
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 2

PERNYATAAN PERSETUJUAN
(Statement of Consent)

Yang bertanda tangan di bawah ini:


I. Nama : ……………………………………………………………….
Umur : ……………………………………………………………….
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan (*)
Alamat : ……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
Pendidikan : ……………………………………………………………….
Dengan ini menyatakan setuju untuk mengikuti penelitian setelah mendapat
penjelasan dari peneliti untuk: (anak kandung / saudara kandung / lainnya) (*) atas
II. Nama : ……………………………………………………………….
Umur : ……………………………………………………………….
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan (*)
Alamat : ……………………………………………………………….
……………………………………………………………….
No register : ……………………………………………………………….
Demikianlah surat pernyataan ini dibuat dengan kesadaran dan tanpa paksaan.

Surabaya, ……………………...
Dokter Peneliti Yang memberi pernyataan

dr. Regina Agustantina __________________________


(Tanda tangan & nama terang)

(*) coret yang tidak perlu


TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA
119
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 3

LEMBAR PENGUMPUL DATA

I. Identitas Pengambil Data (nama lengkap & inisial)


Preoperatif : ……………………………………………………….
Durante Operasi : ……………………………………………………….
Pasca Operasi : ……………………………………………………….
II. Data Penderita
Petunjuk pengisian: Isilah pada ruang kosong yang tersedia sesuai data yang ada
pada pasien.
a. Tempat penelitian : GBPT RSUD Dr. Soetomo Surabaya

b. Nomor rekam medis :


c. Nama : ……………………………………………….
d. Umur : ………… (tahun / bulan / minggu / hari) (**)
e. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan (*)
f. Berat badan/tinggi badan : …………… kg / …………… cm
g. Diagnosis : ……………………………………………….
h. Operasi : ……………………………………………….
i. Tanggal operasi : ……………………………………………….
j. PS ASA : 1 / 2 / 3 / 4 / 5 (**)
Comorbid : …………………………………..
…………………………………..
…………………………………..
…………………………………..
…………………………………..
III. Data Preoperatif (sebelum induksi)
Hemodinamik
 Nadi
 Tekanan darah
 Frekuensi nafas

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


120
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

 SpO2
NIPS/FLACC/NRS

Tingkat kecemasan preoperatif – Modified Yale Preoperative Anxiety Scale


(sebelum diberi obat premedikasi) (**)
a. Aktivitas
1. Anak melihat sekeliling, terlihat penasaran, bermain dengan mainan,
membaca (atau tingkah laku wajar yang lain sesuai usia); bergerak di
sekitar ruang premedikasi untuk mencari mainan atau anggota
keluarga.
2. Anak tidak mengeksplorasi sekitar atau bermain, hanya menunduk,
bermain dengan tangannya sendiri atau mengisap jempol atau selimut;
duduk di dekat anggota keluarga sambil bermain, atau menunjukkan
perilaku manik saat bermain.
3. Anak bergerak tanpa konsentrasi dari mainan ke anggota keluarga,
gerakan tidak berhubungan dengan aktivitas; anak terlihat
bingung/gelisah; berputar-putar, bergerak di atas meja; membuang
masker anestesi atau menarik anggota keluarga.
4. Anak mencoba lari, mendorong dengan kaki dan tangan,
menggerakkan seluruh badan; di ruang tunggu, anak berlarian tanpa
tujuan, tidak tertarik pada mainan, tidak mau dipisahkan dari anggota
keluarga, menempel putus asa pada anggota keluarga.
b. Vokalisasi
1. Vokalisasi tidak memadai untuk aktivitas, mengajukan pertanyaan,
membuat komentar, bicara gagap, tertawa, menjawab pertanyaan
dengan segera, tetapi biasanya tenang; anak terlalu kecil untuk
berbicara dalam situasi sosial atau terlalu asyik bermain.
2. Menjawab pertanyaan orang dewasa namun berbisik, berbicara dengan
“bahasa bayi”, hanya mengangguk atau menggelengkan kepala.
3. Diam, tidak bersuara ataupun menjawab pertanyaan orang dewasa.
4. Menangis, merintih, mendengus, silent cry.
5. Anak menangis atau berteriak “tidak”.
6. Menangis dengan nada melengking dan kontinyu.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


121
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

c. Ekspresi emosi
1. Senang, tersenyum atau berkonsentrasi pada bermain.
2. Netral, tidak ada ekspresi wajah.
3. Mulai dari khawatir hingga takut, sedih atau berkaca-kaca.
4. Tertekan, menangis, tidak terkendali, mata terbuka lebar.
d. Gairah
1. Sadar baik, terkadang melihat sekeliling, menyadari atau mengikuti
tindakan ahli anestesi (secara santai).
2. Withdrawn, tenang dan diam, mungkin mengisap jempol atau
wajahnya menyerupai wajah orang dewasa.
3. Penuh perhatian, melihat sekeliling secara cepat, mungkin terkejut
dengan suara, mata terbuka lebar, tubuh tegang.
4. Merengek panik, mungkin manangis atau menghindari orang lain,
memalingkan badan.
e. Interaksi dengan anggota keluarga
1. Berkonsentrasi saat bermain, duduk inaktif atau menunjukkan perilaku
yang sesuai dengan usia dan tidak membutuhkan pendampingan
anggota keluarga, berinteraksi dengan anggota keluarga jika pasien
yang memulai interaksi.
2. Memancing interaksi dengan anggota keluarga (mendekati anggota
keluarga yang diam), mencari dan menerima dukungan, dapat
bersandar terhadap anggota keluarga.
3. Menatap anggota keluarga, mengamati tingkah laku para dokter, tidak
mencari kontak personal atau hiburan tapi menerimanya jika
ditawarkan, menempel pada anggota keluarga
4. Menjaga anggota keluarga tetap berada dalam jarak dekat, mungkin
mengusir anggota keluarga atau menempel putus asa pada mereka,
tidak membiarkan mereka pergi
Nilai total = (A/4 + B/6 + C/4 + D/4 + E/4) x 100 : 5
Nilai total =
_____ + _____ + _____ + _____ + _____ x 100
5
4 6 4 4 4

= .........................................................................................

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


122
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

IV. Data Anestesi


a. Mulai anestesi : …………… Selesai anestesi : ……………
b. Mulai operasi : …………… Selesai operasi : ……………
c. Premedikasi : …………………………………………………………
…………………………………………………………
d. Jenis anestesi : …………………………………………………………
e. Regional anestesi :
Preoperatif : …………………………………………………………
Obat anestesi : .…...……………………………………
Merk obat : .…...……………………………………
Postoperatif : ……………....…………………………………………
Obat anestesi : …………………………………………
Merk obat : .…...……………………………………
f. Induksi : …………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
g. Maintenance : …………………………………………………………
Regional anestesi : …………………………………………………………
…………………………………………………………
h. Total analgetik : …………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
i. Analgetik pasca operasi: ……...……………………………………………..
(yg diberikan di kamar …….………………………………………………
operasi) .……………………………………………………
Merk obat: ……..…………………………………
j. Keterangan : …………………………………………………………
…………………………………………………………

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


123
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

V. Data Pasca Operasi


Kriteria 30 menit 1 jam 2 jam
1. Skala FLACC
Face
Legs
Activity
Cry
Consolability
Total
2. Skala NIPS
Ekspresi wajah
Tangisan
Pernafasan
Postur tangan
Postur kaki
Kesadaran
Total
3. NRS
4. Hemodinamik
Nadi
Tekanan darah
Frekuensi nafas
SpO2
5. Skala Sedasi
Ramsay

Skala nyeri untuk neonatus – NIPS (Neonatal Infant Pain Scale)


Kriteria Skor 0 Skor 1 Skor 2
Ekspresi wajah Rileks Merengut -
Tangisan Tidak ada Mengomel Menangis hebat
Pernafasan Rileks Berbeda dengan

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


124
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

basal
Postur tangan Rileks Tertekuk/tegang -
Postur kaki Rileks Tertekuk/tegang -
Kesadaran Tidur/tenang Tidak nyaman -

Skala nyeri untuk bayi 2 bulan hingga usia 12 tahun – FLACC (face, legs,
activity, cry, consolability)
Kriteria Skor 0 Skor 1 Skor 2
Face (ekspresi Tidak ada ekspresi Menyeringai, Dagu gemetar
wajah) khusus, senyum mengurutkan dahi, secara berkala atau
menarik diri, konstan, rahang
sesekali mengeluh mengepal
Legs ( gerakan Posisi normal, Gelisah, khawatir, Menendang,
kaki) santai tegang menarik kaki
Activity (aktivitas) Berbaring tenang, Menggeliat, Melengkung, kaku
posisi normal, mondar-mandir, atau menyimak
bergerak dengan tegang
mudah
Cry (tangisan) Tidak menangis Mengerang atau Menangis secara
(terjaga atau merintih, sesekali terus-menerus,
tertidur) mengeluh menjerit, sering
mengeluh
Consolability Skala Santai, rileks Sesekali Sulit untuk dihibur
(konsolabilitas) diyakinkan dengan atau merasa
sentuhan, pelukan nyaman
atau diajak
berbicara,
dialihkan
Untuk pasien yang sadar: observasi selama 1-5 menit atau lebih. Observasi kaki dan badan
yang tidak tertutup. Nilai ketegangan badan dan lakukan intervensi bila diperlukan.
Untuk pasien yang tidur: observasi selama 5 menit atau lebih. Observasi kaki dan badan
yang tidak tertutup. Jika memungkinkan, reposisikan pasien. Sentuh badan untuk menilai
ketegangan.
TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA
125
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

NRS

Skala Sedasi Ramsay


Pasien cemas atau gelisah atau keduanya 1
Level Sadar Pasien kooperatif, berorientasi dan tenang 2
Pasien merespon perintah saja 3
Respon cepat pada ketukan ringan di kening 4
Level Tidak Sadar Respon lambat pada ketukan ringan di kening 5
Tidak ada respon 6

(*) coret yang tidak perlu


(**) lingkari salah satu

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


126
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Keterangan Kelaikan Etik

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


127
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Analisa Statistik

Frequency Table

JENIS KELAMIN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-laki 73 59.8 59.8 59.8
Perempuan 49 40.2 40.2 100.0
Total 122 100.0 100.0

PSASA
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 22 18.0 18.0 18.0
π 2 87 71.3 71.3 89.3
3 13 10.7 10.7 100.0
Total 122 100.0 100.0

Jenis Operasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Bedah Anak 30 24.6 24.6 24.6
Bedah KL 10 8.2 8.2 32.8
Bedah Plastik 9 7.4 7.4 40.2
Bedah Saraf 9 7.4 7.4 47.5
Bedah TKV 1 .8 .8 48.4
Mata 15 12.3 12.3 60.7
Orthopedi 22 18.0 18.0 78.7
Spine 1 .8 .8 79.5
THT 11 9.0 9.0 88.5
Urologi 14 11.5 11.5 100.0
Total 122 100.0 100.0

Klasifikasi Operasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Mayor 38 31.1 31.1 31.1
Minor 84 68.9 68.9 100.0

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


128
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Klasifikasi Operasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Mayor 38 31.1 31.1 31.1
Minor 84 68.9 68.9 100.0
Total 122 100.0 100.0

ANALGESIK
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tunggal 68 55.7 55.7 55.7
Kombinasi 54 44.3 44.3 100.0
Total 122 100.0 100.0

REKAM MEDIK
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <12 th 77 63.1 63.1 63.1
12 th > 45 36.9 36.9 100.0
Total 122 100.0 100.0

T-Test

Group Statistics
ANALGESIK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
USIA dTunggal 68 6.1863 5.06275 .61395
i Kombinasi 54 11.9599 5.66231 .77054
m
e
n
s
i
o
n
1
BB dTunggal 68 22.42 15.726 1.907

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


129
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

i Kombinasi 54 40.70 20.165 2.744


m
e
n
s
i
o
n
1
TB dTunggal 49 110.55 33.576 4.797
i Kombinasi 45 143.84 29.533 4.403
m
e
n
s
i
o
n
1

Independent Samples Test


Levene's Test for Equality t-test for Equality of
of Variances Means
F Sig. t df
USIA Equal variances .638 .426 -5.936 120
assumed
Equal variances not -5.860 107.410
assumed
BB Equal variances 3.719 .056 -5.625 120
assumed
Equal variances not -5.468 98.399
assumed
TB Equal variances 3.989 .049 -5.086 92
assumed
Equal variances not -5.114 91.837
assumed

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


130
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Independent Samples Test


t-test for Equality of Means
Sig. (2- Mean Std. Error
tailed) Difference Difference
USIA Equal variances .000 -5.77360 .97260
assumed
Equal variances not .000 -5.77360 .98523
assumed
BB Equal variances .000 -18.274 3.249
assumed
Equal variances not .000 -18.274 3.342
assumed
TB Equal variances .000 -33.293 6.547
assumed
Equal variances not .000 -33.293 6.511
assumed

Independent Samples Test


t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
USIA Equal variances -7.69928 -3.84792
assumed
Equal variances not -7.72661 -3.82059
assumed
BB Equal variances -24.707 -11.842
assumed
Equal variances not -24.905 -11.643
assumed
TB Equal variances -46.296 -20.291
assumed
Equal variances not -46.225 -20.362
assumed

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


131
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Crosstabs

JENIS KELAMIN * ANALGESIK Crosstabulation


ANALGESIK
Tunggal Kombinasi Total
JENIS Laki-laki Count 39 34 73
KELAMIN % within JENIS 53.4% 46.6% 100.0%
KELAMIN
% within 57.4% 63.0% 59.8%
ANALGESIK
% of Total 32.0% 27.9% 59.8%
Perempuan Count 29 20 49
% within JENIS 59.2% 40.8% 100.0%
KELAMIN
% within 42.6% 37.0% 40.2%
ANALGESIK
% of Total 23.8% 16.4% 40.2%
Total Count 68 54 122
% within JENIS 55.7% 44.3% 100.0%
KELAMIN
% within 100.0% 100.0% 100.0%
ANALGESIK
% of Total 55.7% 44.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df (2-sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .394a 1 .530
b
Continuity Correction .195 1 .659
Likelihood Ratio .395 1 .530
Fisher's Exact Test .580 .330
Linear-by-Linear .391 1 .532
Association
N of Valid Cases 122
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.69.
b. Computed only for a 2x2 table

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


132
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Crosstabs

PSASA * ANALGESIK Crosstabulation


ANALGESIK
Tunggal Kombinasi Total
PSAS 1 Count 10 12 22
A % within PSASA 45.5% 54.5% 100.0%
% within 14.7% 22.2% 18.0%
ANALGESIK
% of Total 8.2% 9.8% 18.0%
2 Count 52 35 87
% within PSASA 59.8% 40.2% 100.0%
% within 76.5% 64.8% 71.3%
ANALGESIK
% of Total 42.6% 28.7% 71.3%
3 Count 6 7 13
% within PSASA 46.2% 53.8% 100.0%
% within 8.8% 13.0% 10.7%
ANALGESIK
% of Total 4.9% 5.7% 10.7%
Total Count 68 54 122
% within PSASA 55.7% 44.3% 100.0%
% within 100.0% 100.0% 100.0%
ANALGESIK
% of Total 55.7% 44.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 2.000a 2 .368
Likelihood Ratio 1.992 2 .369
Linear-by-Linear .121 1 .728
Association
N of Valid Cases 122
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 5.75.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


133
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

T-Test

Group Statistics
REKAM Std. Std. Error
MEDIK N Mean Deviation Mean
USIA di < 12 tahun 77 4.8117 3.73514 .42566
m > 12 tahun 45 15.4667 1.75292 .26131
en
si
o
n
1
BB di < 12 tahun 77 19.07 14.003 1.596
m > 12 tahun 45 50.09 11.621 1.732
en
si
o
n
1
TB di < 12 tahun 52 102.25 29.707 4.120
m > 12 tahun 42 156.50 11.160 1.722
en
si
o
n
1

Independent Samples Test


Levene's Test for Equality t-test for Equality of
of Variances Means
F Sig. t df
USIA Equal variances 34.875 .000 -17.990 120
assumed
Equal variances not -21.333 115.695
assumed
BB Equal variances 1.629 .204 -12.544 120
assumed

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


134
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Equal variances not -13.171 106.118


assumed
TB Equal variances 43.127 .000 -11.204 92
assumed
Equal variances not -12.150 67.805
assumed

Independent Samples Test


t-test for Equality of Means
Sig. (2- Mean Std. Error
tailed) Difference Difference
USIA Equal variances .000 -10.65498 .59226
assumed
Equal variances not .000 -10.65498 .49947
assumed
BB Equal variances .000 -31.020 2.473
assumed
Equal variances not .000 -31.020 2.355
assumed
TB Equal variances .000 -54.250 4.842
assumed
Equal variances not .000 -54.250 4.465
assumed

Independent Samples Test


t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
USIA Equal variances -11.82761 -9.48235
assumed
Equal variances not -11.64427 -9.66569
assumed
BB Equal variances -35.916 -26.124
assumed
Equal variances not -35.690 -26.351
assumed

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


135
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TB Equal variances -63.867 -44.633


assumed
Equal variances not -63.160 -45.340
assumed

Crosstabs

JENIS KELAMIN * REKAM MEDIK Crosstabulation


REKAM MEDIK
<12 th 12 th > Total
JENIS Laki-laki Count 47 26 73
KELAMIN % within JENIS 64.4% 35.6% 100.0%
KELAMIN
% within REKAM 61.0% 57.8% 59.8%
MEDIK
% of Total 38.5% 21.3% 59.8%
Perempuan Count 30 19 49
% within JENIS 61.2% 38.8% 100.0%
KELAMIN
% within REKAM 39.0% 42.2% 40.2%
MEDIK
% of Total 24.6% 15.6% 40.2%
Total Count 77 45 122
% within JENIS 63.1% 36.9% 100.0%
KELAMIN
% within REKAM 100.0% 100.0% 100.0%
MEDIK
% of Total 63.1% 36.9% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df (2-sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .126a 1 .723
Continuity .027 1 .870
Correctionb
Likelihood Ratio .125 1 .723
Fisher's Exact Test .848 .434

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


136
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

N of Valid Cases 122


a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.07.
b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs

PSASA * REKAM MEDIK Crosstabulation


REKAM MEDIK
<12 th 12 th > Total
PSAS 1 Count 9 13 22
A % within PSASA 40.9% 59.1% 100.0%
% within REKAM 11.7% 28.9% 18.0%
MEDIK
% of Total 7.4% 10.7% 18.0%
2 Count 59 28 87
% within PSASA 67.8% 32.2% 100.0%
% within REKAM 76.6% 62.2% 71.3%
MEDIK
% of Total 48.4% 23.0% 71.3%
3 Count 9 4 13
% within PSASA 69.2% 30.8% 100.0%
% within REKAM 11.7% 8.9% 10.7%
MEDIK
% of Total 7.4% 3.3% 10.7%
Total Count 77 45 122
% within PSASA 63.1% 36.9% 100.0%
% within REKAM 100.0% 100.0% 100.0%
MEDIK
% of Total 63.1% 36.9% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi- 5.695a 2 .058
Square
Likelihood Ratio 5.505 2 .064
N of Valid Cases 122

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


137
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi- 5.695a 2 .058
Square
Likelihood Ratio 5.505 2 .064
N of Valid Cases 122
a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 4.80.

Means

Report
ANALGESIK FLACCPRE mYPASPreo 30' 1 jam
OP p FLACC FLACC
Tunggal N 58 58 58 58
Minimum 0 20 0 0
Maximum 2 100 7 7
Mean .36 55.37 .55 1.05
Std. .583 25.829 1.300 1.395
Deviation
Kombinasi N 19 19 19 19
Minimum 0 23 0 0
Maximum 7 92 8 7
Mean 1.53 44.74 1.26 2.16
Std. 2.294 23.970 2.491 2.363
Deviation
Total N 77 77 77 77
Minimum 0 20 0 0
Maximum 7 100 8 7
Mean .65 52.75 .73 1.32
Std. 1.326 25.646 1.683 1.735
Deviation

Report
ANALGESIK 2 jam H+1 H+2
FLACC FLACC FLACC
Tunggal N 58 58 58

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


138
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Minimum 0 0 0
Maximum 5 2 1
Mean 1.34 .52 .22
Std. 1.319 .538 .421
Deviation
Kombinasi N 19 19 19
Minimum 0 0 0
Maximum 9 3 2
Mean 1.95 1.05 .74
Std. 2.147 .911 .806
Deviation
Total N 77 77 77
Minimum 0 0 0
Maximum 9 3 2
Mean 1.49 .65 .35
Std. 1.570 .684 .580
Deviation

Explore

ANALGESIK
Tests of Normality
ANALGES Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
IK Statistic df Sig. Statistic df Sig.
FLACCPREO dTunggal .422 58 .000 .632 58 .000
P i Kombinasi .326 19 .000 .716 19 .000
m
e
n
s
i
o
n
1
mYPASPreop dTunggal .131 58 .015 .916 58 .001

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


139
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

i Kombinasi .235 19 .007 .831 19 .003


m
e
n
s
i
o
n
1
30' FLACC dTunggal .423 58 .000 .497 58 .000
i Kombinasi .431 19 .000 .581 19 .000
m
e
n
s
i
o
n
1
1 jam FLACC dTunggal .240 58 .000 .745 58 .000
i Kombinasi .240 19 .005 .826 19 .003
m
e
n
s
i
o
n
1
2 jam FLACC dTunggal .224 58 .000 .853 58 .000
i Kombinasi .227 19 .011 .784 19 .001
m
e
n
s
i
o
n
1
H+1 FLACC dTunggal .332 58 .000 .689 58 .000

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


140
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

i Kombinasi .207 19 .031 .865 19 .012


m
e
n
s
i
o
n
1
H+2 FLACC dTunggal .479 58 .000 .515 58 .000
i Kombinasi .293 19 .000 .774 19 .000
m
e
n
s
i
o
n
1
a. Lilliefors Significance Correction

NPar Tests

Mann-Whitney Test
Ranks
ANALGES Mean Sum of
IK N Rank Ranks
FLACCPREO dTunggal 58 36.97 2144.00
P i Kombinasi 19 45.21 859.00
mTotal 77
e
n
s
i
o
n
1
mYPASPreop dTunggal 58 41.35 2398.50
i Kombinasi 19 31.82 604.50

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


141
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

mTotal 77
e
n
s
i
o
n
1
30' FLACC dTunggal 58 38.44 2229.50
i Kombinasi 19 40.71 773.50
mTotal 77
e
n
s
i
o
n
1
1 jam FLACC dTunggal 58 36.97 2144.50
i Kombinasi 19 45.18 858.50
mTotal 77
e
n
s
i
o
n
1
2 jam FLACC dTunggal 58 37.56 2178.50
i Kombinasi 19 43.39 824.50
mTotal 77
e
n
s
i
o
n
1
H+1 FLACC dTunggal 58 35.85 2079.50
i Kombinasi 19 48.61 923.50
TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA
142
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

mTotal 77
e
n
s
i
o
n
1
H+2 FLACC dTunggal 58 35.68 2069.50
i Kombinasi 19 49.13 933.50
mTotal 77
e
n
s
i
o
n
1

Test Statisticsa
FLACCPRE mYPASPreo 30' 1 jam 2 jam
OP p FLACC FLACC FLACC
Mann-Whitney U 433.000 414.500 518.500 433.500 467.500
Wilcoxon W 2144.000 604.500 2229.500 2144.500 2178.500
Z -1.666 -1.624 -.508 -1.469 -1.019
Asymp. Sig. (2- .096 .104 .611 .142 .308
tailed)
a. Grouping Variable: ANALGESIK

Test Statisticsa
H+1 H+2
FLACC FLACC
Mann-Whitney U 368.500 358.500
Wilcoxon W 2079.500 2069.500
Z -2.393 -2.843
Asymp. Sig. (2- .017 .004
tailed)
a. Grouping Variable: ANALGESIK

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


143
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Means

Report
ANALGESIK NRSPREO VAS_APre 2 jam
P op 30' NRS 1 jam NRS NRS
Tunggal N 10 10 10 10 10
Minimum 0 0 0 0 0
Maximum 2 2 4 2 2
Mean .20 .50 .90 .90 .70
Std. .632 .850 1.449 .876 .675
Deviation
Kombinasi N 35 35 35 35 35
Minimum 0 0 0 0 0
Maximum 3 7 8 3 4
Mean 1.03 1.71 1.20 .91 .80
Std. 1.043 1.903 1.746 .919 .901
Deviation
Total N 45 45 45 45 45
Minimum 0 0 0 0 0
Maximum 3 7 8 3 4
Mean .84 1.44 1.13 .91 .78
Std. 1.021 1.791 1.673 .900 .850
Deviation

Report
ANALGESIK H+1 H+2
NRS NRS
Tunggal N 10 10
Minimum 0 0
Maximum 1 1
Mean .70 .50
Std. .483 .527
Deviation
Kombinasi N 35 35
Minimum 0 0
Maximum 3 2
Mean .94 .51

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


144
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Std. .765 .658


Deviation
Total N 45 45
Minimum 0 0
Maximum 3 2
Mean .89 .51
Std. .714 .626
Deviation

Explore

ANALGESIK

Tests of Normality
ANALGES Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
IK Statistic df Sig. Statistic df Sig.
NRSPREO dTunggal .524 10 .000 .366 10 .000
P i Kombinasi .267 35 .000 .817 35 .000
m
e
n
s
i
o
n
1
VAS_APre dTunggal .422 10 .000 .628 10 .000
op i Kombinasi .275 35 .000 .786 35 .000
m
e
n
s
i
o
n
1
30' NRS dTunggal .333 10 .002 .693 10 .001

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


145
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

i Kombinasi .288 35 .000 .710 35 .000


m
e
n
s
i
o
n
1
1 jam NRS dTunggal .248 10 .082 .805 10 .017
i Kombinasi .269 35 .000 .809 35 .000
m
e
n
s
i
o
n
1
2 jam NRS dTunggal .272 10 .035 .802 10 .015
i Kombinasi .241 35 .000 .775 35 .000
m
e
n
s
i
o
n
1
H+1 NRS dTunggal .433 10 .000 .594 10 .000
i Kombinasi .270 35 .000 .832 35 .000
m
e
n
s
i
o
n
1
H+2 NRS dTunggal .329 10 .003 .655 10 .000

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


146
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

i Kombinasi .354 35 .000 .719 35 .000


m
e
n
s
i
o
n
1
a. Lilliefors Significance Correction

NPar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks
ANALGES Mean Sum of
IK N Rank Ranks
NRSPREO dTunggal 10 14.95 149.50
P i Kombinasi 35 25.30 885.50
mTotal 45
e
n
s
i
o
n
1
VAS_APre dTunggal 10 15.20 152.00
op i Kombinasi 35 25.23 883.00
mTotal 45
e
n
s
i
o
n
1
30' NRS dTunggal 10 20.80 208.00
i Kombinasi 35 23.63 827.00

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


147
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

mTotal 45
e
n
s
i
o
n
1
1 jam NRS dTunggal 10 23.05 230.50
i Kombinasi 35 22.99 804.50
mTotal 45
e
n
s
i
o
n
1
2 jam NRS dTunggal 10 22.65 226.50
i Kombinasi 35 23.10 808.50
mTotal 45
e
n
s
i
o
n
1
H+1 NRS dTunggal 10 20.30 203.00
i Kombinasi 35 23.77 832.00
mTotal 45
e
n
s
i
o
n
1
H+2 NRS dTunggal 10 23.50 235.00

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


148
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

i Kombinasi 35 22.86 800.00


mTotal 45
e
n
s
i
o
n
1

Test Statisticsb
NRSPREO VAS_APre 2 jam
P op 30' NRS 1 jam NRS NRS
Mann-Whitney U 94.500 97.000 153.000 174.500 171.500
Wilcoxon W 149.500 152.000 208.000 804.500 226.500
Z -2.412 -2.221 -.646 -.015 -.104
Asymp. Sig. (2-tailed) .016 .026 .518 .988 .917
Exact Sig. [2*(1-tailed .026a .033 a
.563a .989a .925a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: ANALGESIK

Test Statisticsb
H+1 H+2
NRS NRS
Mann-Whitney U 148.000 170.000
Wilcoxon W 203.000 800.000
Z -.823 -.155
Asymp. Sig. (2-tailed) .411 .877
a
Exact Sig. [2*(1-tailed .475 .904a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: ANALGESIK

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


149
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Crosstabs

Nyeri_PreOps * Cemas_PreOps Crosstabulation


Cemas_PreOps
Cemas Tidak Cemas Total
Nyeri_PreOp Nyeri Berat Count 1 0 1
s % within 100.0% .0% 100.0%
Nyeri_PreOps
% within 1.6% .0% .8%
Cemas_PreOps
% of Total .8% .0% .8%
Nyeri Ringan Count 22 21 43
% within 51.2% 48.8% 100.0%
Nyeri_PreOps
% within 34.9% 35.6% 35.2%
Cemas_PreOps
% of Total 18.0% 17.2% 35.2%
Nyeri Count 3 0 3
Sedang % within 100.0% .0% 100.0%
Nyeri_PreOps
% within 4.8% .0% 2.5%
Cemas_PreOps
% of Total 2.5% .0% 2.5%
Tidak Nyeri Count 37 38 75
% within 49.3% 50.7% 100.0%
Nyeri_PreOps
% within 58.7% 64.4% 61.5%
Cemas_PreOps
% of Total 30.3% 31.1% 61.5%
Total Count 63 59 122
% within 51.6% 48.4% 100.0%
Nyeri_PreOps
% within 100.0% 100.0% 100.0%
Cemas_PreOps
% of Total 51.6% 48.4% 100.0%

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


150
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi- 3.910a 3 .271
Square
Likelihood Ratio 5.451 3 .142
N of Valid Cases 122
a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .48.

Crosstabs

Nyeri_30 * Cemas_PreOps

Crosstab
Cemas_PreOps
Cemas Tidak Cemas Total
Nyeri_3 Nyeri Berat Count 3 0 3
0 % within Nyeri_30 100.0% .0% 100.0%
% within 4.8% .0% 2.5%
Cemas_PreOps
% of Total 2.5% .0% 2.5%
Nyeri Ringan Count 14 17 31
% within Nyeri_30 45.2% 54.8% 100.0%
% within 22.2% 28.8% 25.4%
Cemas_PreOps
% of Total 11.5% 13.9% 25.4%
Nyeri Count 5 3 8
Sedang % within Nyeri_30 62.5% 37.5% 100.0%
% within 7.9% 5.1% 6.6%
Cemas_PreOps
% of Total 4.1% 2.5% 6.6%
Tidak Nyeri Count 41 39 80
% within Nyeri_30 51.3% 48.8% 100.0%
% within 65.1% 66.1% 65.6%
Cemas_PreOps
% of Total 33.6% 32.0% 65.6%

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


151
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Total Count 63 59 122


% within Nyeri_30 51.6% 48.4% 100.0%
% within 100.0% 100.0% 100.0%
Cemas_PreOps
% of Total 51.6% 48.4% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi- 3.713a 3 .294
Square
Likelihood Ratio 4.874 3 .181
N of Valid Cases 122
a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 1.45.

Nyeri_1Jam * Cemas_PreOps

Crosstab
Cemas_PreOps
Cemas Tidak Cemas Total
Nyeri_1Ja Nyeri Berat Count 2 0 2
m % within Nyeri_1Jam 100.0% .0% 100.0%
% within 3.2% .0% 1.6%
Cemas_PreOps
% of Total 1.6% .0% 1.6%
Nyeri Ringan Count 31 28 59
% within Nyeri_1Jam 52.5% 47.5% 100.0%
% within 49.2% 47.5% 48.4%
Cemas_PreOps
% of Total 25.4% 23.0% 48.4%
Nyeri Count 6 1 7
Sedang % within Nyeri_1Jam 85.7% 14.3% 100.0%
% within 9.5% 1.7% 5.7%
Cemas_PreOps
% of Total 4.9% .8% 5.7%
Tidak Nyeri Count 24 30 54

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


152
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

% within Nyeri_1Jam 44.4% 55.6% 100.0%


% within 38.1% 50.8% 44.3%
Cemas_PreOps
% of Total 19.7% 24.6% 44.3%
Total Count 63 59 122
% within Nyeri_1Jam 51.6% 48.4% 100.0%
% within 100.0% 100.0% 100.0%
Cemas_PreOps
% of Total 51.6% 48.4% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi- 6.266a 3 .099
Square
Likelihood Ratio 7.425 3 .060
N of Valid Cases 122
a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .97.

Nyeri_2Jam * Cemas_PreOps

Crosstab
Cemas_PreOps
Cemas Tidak Cemas Total
Nyeri_2Ja Nyeri Berat Count 1 0 1
m % within Nyeri_2Jam 100.0% .0% 100.0%
% within 1.6% .0% .8%
Cemas_PreOps
% of Total .8% .0% .8%
Nyeri Ringan Count 41 30 71
% within Nyeri_2Jam 57.7% 42.3% 100.0%
% within 65.1% 50.8% 58.2%
Cemas_PreOps
% of Total 33.6% 24.6% 58.2%
Nyeri Count 6 2 8
Sedang % within Nyeri_2Jam 75.0% 25.0% 100.0%

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


153
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

% within 9.5% 3.4% 6.6%


Cemas_PreOps
% of Total 4.9% 1.6% 6.6%
Tidak Nyeri Count 15 27 42
% within Nyeri_2Jam 35.7% 64.3% 100.0%
% within 23.8% 45.8% 34.4%
Cemas_PreOps
% of Total 12.3% 22.1% 34.4%
Total Count 63 59 122
% within Nyeri_2Jam 51.6% 48.4% 100.0%
% within 100.0% 100.0% 100.0%
Cemas_PreOps
% of Total 51.6% 48.4% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi- 8.010a 3 .046
Square
Likelihood Ratio 8.536 3 .036
N of Valid Cases 122
a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .48.

Nyeri_H1 * Cemas_PreOps

Crosstab
Cemas_PreOps
Cemas Tidak Cemas Total
Nyeri_H Nyeri Count 39 35 74
1 Ringan % within Nyeri_H1 52.7% 47.3% 100.0%
% within 61.9% 59.3% 60.7%
Cemas_PreOps
% of Total 32.0% 28.7% 60.7%
Tidak Nyeri Count 24 24 48
% within Nyeri_H1 50.0% 50.0% 100.0%

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


154
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

% within 38.1% 40.7% 39.3%


Cemas_PreOps
% of Total 19.7% 19.7% 39.3%
Total Count 63 59 122
% within Nyeri_H1 51.6% 48.4% 100.0%
% within 100.0% 100.0% 100.0%
Cemas_PreOps
% of Total 51.6% 48.4% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df (2-sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .085a 1 .770
Continuity .011 1 .915
b
Correction
Likelihood Ratio .085 1 .770
Fisher's Exact Test .853 .457
N of Valid Cases 122
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.21.
b. Computed only for a 2x2 table

Nyeri_H2 * Cemas_PreOps

Crosstab
Cemas_PreOps
Cemas Tidak Cemas Total
Nyeri_H Nyeri Count 24 19 43
2 Ringan % within Nyeri_H2 55.8% 44.2% 100.0%
% within 38.1% 32.2% 35.2%
Cemas_PreOps
% of Total 19.7% 15.6% 35.2%
Tidak Nyeri Count 39 40 79
% within Nyeri_H2 49.4% 50.6% 100.0%
% within 61.9% 67.8% 64.8%
Cemas_PreOps
% of Total 32.0% 32.8% 64.8%
Total Count 63 59 122

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


155
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

% within Nyeri_H2 51.6% 48.4% 100.0%


% within 100.0% 100.0% 100.0%
Cemas_PreOps
% of Total 51.6% 48.4% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df (2-sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .463a 1 .496
Continuity .241 1 .623
Correctionb
Likelihood Ratio .464 1 .496
Fisher's Exact Test .571 .312
N of Valid Cases 122
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.80.
b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs

Nyeri_30 * ANALGESIK

Crosstab
ANALGESIK
Tunggal Kombinasi Total
Nyeri_3 Nyeri Berat Count 1 2 3
0 % within Nyeri_30 33.3% 66.7% 100.0%
% within 1.5% 3.7% 2.5%
ANALGESIK
% of Total .8% 1.6% 2.5%
Nyeri Ringan Count 14 17 31
% within Nyeri_30 45.2% 54.8% 100.0%
% within 20.6% 31.5% 25.4%
ANALGESIK
% of Total 11.5% 13.9% 25.4%
Nyeri Count 3 5 8
Sedang % within Nyeri_30 37.5% 62.5% 100.0%
% within 4.4% 9.3% 6.6%
ANALGESIK
TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA
156
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

% of Total 2.5% 4.1% 6.6%


Tidak Nyeri Count 50 30 80
% within Nyeri_30 62.5% 37.5% 100.0%
% within 73.5% 55.6% 65.6%
ANALGESIK
% of Total 41.0% 24.6% 65.6%
Total Count 68 54 122
% within Nyeri_30 55.7% 44.3% 100.0%
% within 100.0% 100.0% 100.0%
ANALGESIK
% of Total 55.7% 44.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi- 4.577a 3 .205
Square
Likelihood Ratio 4.579 3 .205
N of Valid Cases 122
a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 1.33.

Nyeri_1Jam * ANALGESIK

Crosstab
ANALGESIK
Tunggal Kombinasi Total
Nyeri_1Ja Nyeri Berat Count 1 1 2
m % within 50.0% 50.0% 100.0%
Nyeri_1Jam
% within 1.5% 1.9% 1.6%
ANALGESIK
% of Total .8% .8% 1.6%
Nyeri Ringan Count 34 25 59
% within 57.6% 42.4% 100.0%
Nyeri_1Jam

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


157
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

% within 50.0% 46.3% 48.4%


ANALGESIK
% of Total 27.9% 20.5% 48.4%
Nyeri Count 2 5 7
Sedang % within 28.6% 71.4% 100.0%
Nyeri_1Jam
% within 2.9% 9.3% 5.7%
ANALGESIK
% of Total 1.6% 4.1% 5.7%
Tidak Nyeri Count 31 23 54
% within 57.4% 42.6% 100.0%
Nyeri_1Jam
% within 45.6% 42.6% 44.3%
ANALGESIK
% of Total 25.4% 18.9% 44.3%
Total Count 68 54 122
% within 55.7% 44.3% 100.0%
Nyeri_1Jam
% within 100.0% 100.0% 100.0%
ANALGESIK
% of Total 55.7% 44.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi- 2.267a 3 .519
Square
Likelihood Ratio 2.286 3 .515
N of Valid Cases 122
a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .89.

Nyeri_2Jam * ANALGESIK

Crosstab
ANALGESIK
Tunggal Kombinasi Total
Nyeri_2Ja Nyeri Berat Count 0 1 1
TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA
158
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

m % within .0% 100.0% 100.0%


Nyeri_2Jam
% within .0% 1.9% .8%
ANALGESIK
% of Total .0% .8% .8%
Nyeri Ringan Count 41 30 71
% within 57.7% 42.3% 100.0%
Nyeri_2Jam
% within 60.3% 55.6% 58.2%
ANALGESIK
% of Total 33.6% 24.6% 58.2%
Nyeri Count 5 3 8
Sedang % within 62.5% 37.5% 100.0%
Nyeri_2Jam
% within 7.4% 5.6% 6.6%
ANALGESIK
% of Total 4.1% 2.5% 6.6%
Tidak Nyeri Count 22 20 42
% within 52.4% 47.6% 100.0%
Nyeri_2Jam
% within 32.4% 37.0% 34.4%
ANALGESIK
% of Total 18.0% 16.4% 34.4%
Total Count 68 54 122
% within 55.7% 44.3% 100.0%
Nyeri_2Jam
% within 100.0% 100.0% 100.0%
ANALGESIK
% of Total 55.7% 44.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi- 1.715a 3 .633
Square
Likelihood Ratio 2.088 3 .554
N of Valid Cases 122

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


159
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi- 1.715a 3 .633
Square
Likelihood Ratio 2.088 3 .554
N of Valid Cases 122
a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .44.

Nyeri_H1 * ANALGESIK

Crosstab
ANALGESIK
Tunggal Kombinasi Total
Nyeri_H Nyeri Count 36 38 74
1 Ringan % within Nyeri_H1 48.6% 51.4% 100.0%
% within 52.9% 70.4% 60.7%
ANALGESIK
% of Total 29.5% 31.1% 60.7%
Tidak Nyeri Count 32 16 48
% within Nyeri_H1 66.7% 33.3% 100.0%
% within 47.1% 29.6% 39.3%
ANALGESIK
% of Total 26.2% 13.1% 39.3%
Total Count 68 54 122
% within Nyeri_H1 55.7% 44.3% 100.0%
% within 100.0% 100.0% 100.0%
ANALGESIK
% of Total 55.7% 44.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df (2-sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 3.831a 1 .050
Continuity 3.136 1 .077
Correctionb

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


160
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Likelihood Ratio 3.881 1 .049


Fisher's Exact Test .063 .038
N of Valid Cases 122
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.25.
b. Computed only for a 2x2 table

Nyeri_H2 * ANALGESIK

Crosstab
ANALGESIK
Tunggal Kombinasi Total
Nyeri_H Nyeri Count 18 25 43
2 Ringan % within Nyeri_H2 41.9% 58.1% 100.0%
% within 26.5% 46.3% 35.2%
ANALGESIK
% of Total 14.8% 20.5% 35.2%
Tidak Nyeri Count 50 29 79
% within Nyeri_H2 63.3% 36.7% 100.0%
% within 73.5% 53.7% 64.8%
ANALGESIK
% of Total 41.0% 23.8% 64.8%
Total Count 68 54 122
% within Nyeri_H2 55.7% 44.3% 100.0%
% within 100.0% 100.0% 100.0%
ANALGESIK
% of Total 55.7% 44.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df (2-sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 5.184a 1 .023
Continuity 4.351 1 .037
Correctionb
Likelihood Ratio 5.184 1 .023
Fisher's Exact Test .035 .019
N of Valid Cases 122
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.03.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


161
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df (2-sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 5.184a 1 .023
Continuity 4.351 1 .037
Correctionb
Likelihood Ratio 5.184 1 .023
Fisher's Exact Test .035 .019
N of Valid Cases 122
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.03.
b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs

REKAM MEDIK * ANALGESIK Crosstabulation


ANALGESIK
Tunggal Kombinasi Total
REKAM < 12 tahun Count 58 19 77
MEDIK % within REKAM 75.3% 24.7% 100.0%
MEDIK
% within 85.3% 35.2% 63.1%
ANALGESIK
% of Total 47.5% 15.6% 63.1%
> 12 tahun Count 10 35 45
% within REKAM 22.2% 77.8% 100.0%
MEDIK
% within 14.7% 64.8% 36.9%
ANALGESIK
% of Total 8.2% 28.7% 36.9%
Total Count 68 54 122
% within REKAM 55.7% 44.3% 100.0%
MEDIK
% within 100.0% 100.0% 100.0%
ANALGESIK
% of Total 55.7% 44.3% 100.0%

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


162
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df (2-sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 32.463 1 .000
Continuity Correctionb 30.346 1 .000
Likelihood Ratio 33.798 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear 32.197 1 .000
Association
N of Valid Cases 122
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.92.
b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs

Jenis Operasi * ANALGESIK Crosstabulation


ANALGESIK
Tunggal Kombinasi Total
Jenis Operasi Bedah Anak Count 14 16 30
% within Jenis 46.7% 53.3% 100.0%
Operasi
% within 20.6% 29.6% 24.6%
ANALGESIK
% of Total 11.5% 13.1% 24.6%
Bedah KL Count 1 9 10
% within Jenis 10.0% 90.0% 100.0%
Operasi
% within 1.5% 16.7% 8.2%
ANALGESIK
% of Total .8% 7.4% 8.2%
Bedah Plastik Count 5 4 9
% within Jenis 55.6% 44.4% 100.0%
Operasi
% within 7.4% 7.4% 7.4%
ANALGESIK
% of Total 4.1% 3.3% 7.4%
Bedah Saraf Count 9 0 9

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


163
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

% within Jenis 100.0% .0% 100.0%


Operasi
% within 13.2% .0% 7.4%
ANALGESIK
% of Total 7.4% .0% 7.4%
Bedah TKV Count 0 1 1
% within Jenis .0% 100.0% 100.0%
Operasi
% within .0% 1.9% .8%
ANALGESIK
% of Total .0% .8% .8%
Mata Count 14 1 15
% within Jenis 93.3% 6.7% 100.0%
Operasi
% within 20.6% 1.9% 12.3%
ANALGESIK
% of Total 11.5% .8% 12.3%
Orthopedi Count 6 16 22
% within Jenis 27.3% 72.7% 100.0%
Operasi
% within 8.8% 29.6% 18.0%
ANALGESIK
% of Total 4.9% 13.1% 18.0%
Spine Count 0 1 1
% within Jenis .0% 100.0% 100.0%
Operasi
% within .0% 1.9% .8%
ANALGESIK
% of Total .0% .8% .8%
THT Count 8 3 11
% within Jenis 72.7% 27.3% 100.0%
Operasi
% within 11.8% 5.6% 9.0%
ANALGESIK
% of Total 6.6% 2.5% 9.0%
Urologi Count 11 3 14

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


164
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

% within Jenis 78.6% 21.4% 100.0%


Operasi
% within 16.2% 5.6% 11.5%
ANALGESIK
% of Total 9.0% 2.5% 11.5%
Total Count 68 54 122
% within Jenis 55.7% 44.3% 100.0%
Operasi
% within 100.0% 100.0% 100.0%
ANALGESIK
% of Total 55.7% 44.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi- 39.211a 9 .000
Square
Likelihood Ratio 46.626 9 .000
N of Valid Cases 122
a. 8 cells (40.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .44.

Crosstabs

Klasifikasi Operasi * ANALGESIK Crosstabulation


ANALGESIK
Tunggal Kombinasi Total
Klasifikasi Mayor Count 17 21 38
Operasi % within Klasifikasi 44.7% 55.3% 100.0%
Operasi
% within ANALGESIK 25.0% 38.9% 31.1%
% of Total 13.9% 17.2% 31.1%
Minor Count 51 33 84
% within Klasifikasi 60.7% 39.3% 100.0%
Operasi
% within ANALGESIK 75.0% 61.1% 68.9%
% of Total 41.8% 27.0% 68.9%

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


165
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Total Count 68 54 122


% within Klasifikasi 55.7% 44.3% 100.0%
Operasi
% within ANALGESIK 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 55.7% 44.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df (2-sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 2.707a 1 .100
Continuity 2.098 1 .147
Correctionb
Likelihood Ratio 2.699 1 .100
Fisher's Exact Test .118 .074
N of Valid Cases 122
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.82.
b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs

Cemas_PreOps * ANALGESIK Crosstabulation


ANALGESIK
Tunggal Kombinasi Total
Cemas_PreOps Cemas Count 45 18 63
% within 71.4% 28.6% 100.0%
Cemas_PreOps
% within 66.2% 33.3% 51.6%
ANALGESIK
% of Total 36.9% 14.8% 51.6%
Tidak Cemas Count 23 36 59
% within 39.0% 61.0% 100.0%
Cemas_PreOps
% within 33.8% 66.7% 48.4%
ANALGESIK
% of Total 18.9% 29.5% 48.4%
Total Count 68 54 122
% within 55.7% 44.3% 100.0%
Cemas_PreOps

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


166
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

% within 100.0% 100.0% 100.0%


ANALGESIK
% of Total 55.7% 44.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df (2-sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 13.000a 1 .000
Continuity 11.719 1 .001
Correctionb
Likelihood Ratio 13.233 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
N of Valid Cases 122
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 26.11.
b. Computed only for a 2x2 table

Crosstabs
Nyeri30 * Sedasi30 Crosstabulation
Sedasi30
Alert Dalam Sedasi Total
Nyeri30 Tidak Nyeri Count 7 73 80
% within 8.8% 91.3% 100.0%
Nyeri30
% within 63.6% 65.8% 65.6%
Sedasi30
% of Total 5.7% 59.8% 65.6%
Nyeri Ringan Count 4 27 31
% within 12.9% 87.1% 100.0%
Nyeri30
% within 36.4% 24.3% 25.4%
Sedasi30
% of Total 3.3% 22.1% 25.4%
Nyeri Count 0 8 8
Sedang % within .0% 100.0% 100.0%
Nyeri30

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


167
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

% within .0% 7.2% 6.6%


Sedasi30
% of Total .0% 6.6% 6.6%
Nyeri Berat Count 0 3 3
% within .0% 100.0% 100.0%
Nyeri30
% within .0% 2.7% 2.5%
Sedasi30
% of Total .0% 2.5% 2.5%
Total Count 11 111 122
% within 9.0% 91.0% 100.0%
Nyeri30
% within 100.0% 100.0% 100.0%
Sedasi30
% of Total 9.0% 91.0% 100.0%

Symmetric Measures
Asymp. Std. Approx. Approx.
Value Errora Tb Sig.
Interval by Pearson's R .041 .063 .453 .651c
Interval
Ordinal by Spearman .009 .083 .096 .924c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 122
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Crosstabs
Nyeri1jam * Sedasi1jam Crosstabulation
Sedasi1jam
Cemas Alert Dalam Sedasi Total
Nyeri1ja Tidak Nyeri Count 0 25 29 54
m % within .0% 46.3% 53.7% 100.0%
Nyeri1jam

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


168
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

% within .0% 49.0% 41.4% 44.3%


Sedasi1jam
% of Total .0% 20.5% 23.8% 44.3%
Nyeri Ringan Count 0 22 37 59
% within .0% 37.3% 62.7% 100.0%
Nyeri1jam
% within .0% 43.1% 52.9% 48.4%
Sedasi1jam
% of Total .0% 18.0% 30.3% 48.4%
Nyeri Count 1 3 3 7
Sedang % within 14.3% 42.9% 42.9% 100.0%
Nyeri1jam
% within 100.0% 5.9% 4.3% 5.7%
Sedasi1jam
% of Total .8% 2.5% 2.5% 5.7%
Nyeri Berat Count 0 1 1 2
% within .0% 50.0% 50.0% 100.0%
Nyeri1jam
% within .0% 2.0% 1.4% 1.6%
Sedasi1jam
% of Total .0% .8% .8% 1.6%
Total Count 1 51 70 122
% within .8% 41.8% 57.4% 100.0%
Nyeri1jam
% within 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Sedasi1jam
% of Total .8% 41.8% 57.4% 100.0%

Symmetric Measures
Asymp. Std. Approx. Approx.
Value Errora Tb Sig.
Interval by Pearson's R -.016 .100 -.180 .858c
Interval
Ordinal by Spearman .026 .094 .280 .780c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 122
a. Not assuming the null hypothesis.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


169
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.


c. Based on normal approximation.

Crosstabs

Nyeri2Jam * Sedasi2Jam Crosstabulation


Sedasi2Jam
Cemas Alert Dalam Sedasi Total
Nyeri2Ja Tidak Nyeri Count 0 40 2 42
m % within .0% 95.2% 4.8% 100.0%
Nyeri2Jam
% within .0% 35.4% 25.0% 34.4%
Sedasi2Jam
% of Total .0% 32.8% 1.6% 34.4%
Nyeri Ringan Count 0 66 5 71
% within .0% 93.0% 7.0% 100.0%
Nyeri2Jam
% within .0% 58.4% 62.5% 58.2%
Sedasi2Jam
% of Total .0% 54.1% 4.1% 58.2%
Nyeri Count 0 7 1 8
Sedang % within .0% 87.5% 12.5% 100.0%
Nyeri2Jam
% within .0% 6.2% 12.5% 6.6%
Sedasi2Jam
% of Total .0% 5.7% .8% 6.6%
Nyeri Berat Count 1 0 0 1
% within 100.0% .0% .0% 100.0%
Nyeri2Jam
% within 100.0% .0% .0% .8%
Sedasi2Jam
% of Total .8% .0% .0% .8%
Total Count 1 113 8 122
% within .8% 92.6% 6.6% 100.0%
Nyeri2Jam
% within 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Sedasi2Jam

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


170
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Nyeri2Jam * Sedasi2Jam Crosstabulation


Sedasi2Jam
Cemas Alert Dalam Sedasi Total
Nyeri2Ja Tidak Nyeri Count 0 40 2 42
m % within .0% 95.2% 4.8% 100.0%
Nyeri2Jam
% within .0% 35.4% 25.0% 34.4%
Sedasi2Jam
% of Total .0% 32.8% 1.6% 34.4%
Nyeri Ringan Count 0 66 5 71
% within .0% 93.0% 7.0% 100.0%
Nyeri2Jam
% within .0% 58.4% 62.5% 58.2%
Sedasi2Jam
% of Total .0% 54.1% 4.1% 58.2%
Nyeri Count 0 7 1 8
Sedang % within .0% 87.5% 12.5% 100.0%
Nyeri2Jam
% within .0% 6.2% 12.5% 6.6%
Sedasi2Jam
% of Total .0% 5.7% .8% 6.6%
Nyeri Berat Count 1 0 0 1
% within 100.0% .0% .0% 100.0%
Nyeri2Jam
% within 100.0% .0% .0% .8%
Sedasi2Jam
% of Total .8% .0% .0% .8%
Total Count 1 113 8 122
% within .8% 92.6% 6.6% 100.0%
Nyeri2Jam
% within 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Sedasi2Jam
% of Total .8% 92.6% 6.6% 100.0%

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


171
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Symmetric Measures
Asymp. Std. Approx. Approx.
Value Errora Tb Sig.
Interval by Pearson's R -.059 .144 -.645 .520c
Interval
Ordinal by Spearman .002 .106 .017 .987c
Ordinal Correlation
N of Valid Cases 122
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Crosstabs

Warnings
No measures of association are computed for the crosstabulation of
NyeriH1 * SedasiH1. At least one variable in each 2-way table upon
which measures of association are computed is a constant.

NyeriH1 * SedasiH1 Crosstabulation


SedasiH1
Alert Total
NyeriH Tidak Nyeri Count 48 48
1 % within 100.0% 100.0%
NyeriH1
% within 39.3% 39.3%
SedasiH1
% of Total 39.3% 39.3%
Nyeri Count 74 74
Ringan % within 100.0% 100.0%
NyeriH1
% within 60.7% 60.7%
SedasiH1
% of Total 60.7% 60.7%
Total Count 122 122
% within 100.0% 100.0%
NyeriH1

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


172
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

% within 100.0% 100.0%


SedasiH1
% of Total 100.0% 100.0%

Symmetric Measures
Value
Interval by Pearson's R .a
Interval
N of Valid Cases 122
a. No statistics are computed because
SedasiH1 is a constant.

Crosstabs
Warnings
No measures of association are computed for the crosstabulation of
NyeriH2 * SedasiH2. At least one variable in each 2-way table upon
which measures of association are computed is a constant.

NyeriH2 * SedasiH2 Crosstabulation


SedasiH2
Alert Total
NyeriH Tidak Nyeri Count 79 79
2 % within 100.0% 100.0%
NyeriH2
% within 64.8% 64.8%
SedasiH2
% of Total 64.8% 64.8%
Nyeri Count 43 43
Ringan % within 100.0% 100.0%
NyeriH2
% within 35.2% 35.2%
SedasiH2
% of Total 35.2% 35.2%
Total Count 122 122
% within 100.0% 100.0%
NyeriH2

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


173
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

% within 100.0% 100.0%


SedasiH2
% of Total 100.0% 100.0%

Symmetric Measures
Value
Interval by Pearson's R .a
Interval
N of Valid Cases 122
a. No statistics are computed because
SedasiH2 is a constant.

TUGAS AKHIR PROFIL ANALGETIK PASCA …..….. DR. REGINA AGUSTANTINA


174

You might also like