Y.K. Dwivedi et al.
/ International Journal of Information Management 33 (2013) 367–377
RFID systems in libraries: An empirical examination of
factors affecting system use and user satisfaction
Yogesh K. Dwivedi a,∗, Kawaljeet Kaur Kapoor b, Michael D. Williams c,1,
Janet Williams d,2
a The School of Business, Room #123, Haldane Building, Swansea University,
Singleton Park, Swansea SA2 8PP, Wales, UK
b The School of Business, Haldane Building, Swansea University, Singleton
Park, Swansea SA2 8PP, Wales, UK
c The School of Business, Room #124, Haldane Building, Swansea University,
Singleton Park, Swansea SA2 8PP, Wales, UK
d Faculty of Business and Society, University of Glamorgan, UK
article info
Article history:
Available online 27 November 2012
© 2012 Elsevier Ltd. All rights reserved.
∗ Corresponding author. Tel.: +44 0 1792 602340; fax: +44 0 1792 295626.
E-mail addresses: ykdwivedi@gmail.com, y.k.dwivedi@swansea.ac.uk
(Y.K. Dwivedi), kawalkap@gmail.com (K.K. Kapoor),
m.d.williams@swansea.ac.uk
(M.D. Williams), jwillia3@glam.ac.uk (J. Williams).
1 Tel.: +44 0 1792 295181; fax: +44 0 1792 295626.
2 Tel.: +44 0 1443 482936.
0268-4012/$ – see front matter © 2012 Elsevier Ltd. All rights reserved.
http://dx.doi.org/10.1016/j.ijinfomgt.2012.10.008
abstract
Library operation and management requires the performance of a number of
repetitive, painstaking, labour- and time-intensive activities. Hence, in order to
increase efficiency and effectiveness, many libraries are moving towards
automation of the majority of their activities. Libraries are deploying Radio
Frequency Identification (RFID) technology as a substitute for barcode systems
for item identification and tracking, and this ultimately enables the automation of
the majority of their processes. It is apparent from the available literature that
Sistem RFID di perpustakaan: Pemeriksaan empiris
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan
sistem dan kepuasan pengguna
Yogesh K. Dwivedi a,∗, Kawaljeet Kaur Kapoor b, Michael D. Williams
c,1, Janet Williams d,2
a The School of Business, Room #123, Haldane Building, Swansea
University, Singleton Park, Swansea SA2 8PP, Wales, UK
b The School of Business, Haldane Building, Swansea University, Singleton
Park, Swansea SA2 8PP, Wales, UK
c The School of Business, Room #124, Haldane Building, Swansea
University, Singleton Park, Swansea SA2 8PP, Wales, UK
d Faculty of Business and Society, University of Glamorgan, UK
info artikel
Sejarah artikel
Tersedia online 27 November 2012
© 2012 Elsevier Ltd. Semua hak dilindungi undang-undang
* Korespondensi Penulis: Tel.: +44 0 1792 602340; fax: +44 0 1792 295626
Alamat email: ykdwivedi@gmail.com, y.k.dwivedi@swansea.ac.uk
(Y.K. Dwivedi), kawalkap@gmail.com (K.K. Kapoor),
m.d.williams@swansea.ac.uk
(M.D. Williams), jwillia3@glam.ac.uk (J. Williams).
1 Tel.: +44 0 1792 295181; fax: +44 0 1792 295626.
2 Tel.: +44 0 1443 482936.
0268-4012/$ – see front matter © 2012 Elsevier Ltd. All rights reserved.
http://dx.doi.org/10.1016/j.ijinfomgt.2012.10.008
abstrak
Operasi dan manajemen perpustakaan memerlukan kinerja sejumlah aktivitas
berulang, melelahkan, padat karya dan waktu. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas, banyak perpustakaan bergerak
menuju otomatisasi sebagian besar kegiatan mereka. Perpustakaan
menyebarkan teknologi Radio Frequency Identification (RFID) sebagai
pengganti sistem barcode untuk identifikasi dan pelacakan item, dan ini pada
akhirnya memungkinkan otomatisasi sebagian besar prosesnya. Dari literatur
1
research on RFID-related issues is largely concentrated on technical,
organizational and implementation aspects, and less attention has been paid to
understanding the use and user-satisfaction aspects. Therefore, this article aims
to understand factors affecting the use of RFID systems and user satisfaction in
a library context by empirically testing relevant constructs from DeLone and
McLean’s IS Success Model. A questionnaire-based survey was employed to
collect data from a total of 181 respondents, who were all active users of an
RFID-based library system. The findings from this study suggest that factors like
system quality, use and user satisfaction positively influence consumer attitudes
towards RFID-enabled services. The concluding section outlines salient points
and briefly describes the associated limitations of this research, along with
suggestions for future research directions.
Keywords: IS Success Model, RFID, Use, User satisfaction
1. Introduction
The management and operation of libraries (particularly large ones) requires a
number of activities to be performed repeatedly. Such activities include (but are
not limited to) tagging new items, shelving, issuing items to customers, alerting
staff to late returns, re-shelving after returns, inventory management, and
protecting items from theft. These activities are repetitive, painstaking, and
labour/effort and time intensive. Manual operation of such activities requires
high levels of resources in terms of the number of people required and the
amount of time and budget needed, and this makes it likely that human errors
will arise in a number of activities, hence affecting both the efficiency and the
effectiveness of a library operation. In the hope of increasing efficiency and
effectiveness, therefore, many libraries are moving towards automation of the
majority of activities outlined above. To this end, Radio Frequency Identification
(RFID) technology is being utilized to play a vital role in library automation.
RFID technology has revolutionized the system of item identification and
tracking. RFID allows the automated identification of products by embedding
yang tersedia, penelitian tentang isu-isu terkait RFID sebagian besar
terkonsentrasi pada aspek teknis, organisasi dan implementasi, dan
kurangnya perhatian telah diberikan untuk memahami aspek penggunaan dan
kepuasan pengguna. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk memahami
faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan sistem RFID dan kepuasan
pengguna dalam konteks perpustakaan dengan menguji secara empiris
konstruksi yang relevan dari DeLone dan McLean's IS Success Model. Survei
berbasis kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data dari total 181
responden, yang merupakan pengguna aktif sistem perpustakaan berbasis
RFID. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti
kualitas sistem, penggunaan dan kepuasan pengguna berpengaruh positif
terhadap sikap konsumen terhadap layanan berbasis RFID. Bagian penutup
menguraikan poin-poin penting dan secara singkat menjelaskan keterbatasan
yang terkait dari penelitian ini, beserta saran untuk tujuan penelitian di masa
depan.
Kata kunci: IS Success Model, RFID, Use, Kepuasan pengguna
1. Pendahuluan
Pengelolaan dan pengoperasian perpustakaan (sangat besar) memerlukan
sejumlah kegiatan untuk dilakukan berulang kali. Kegiatan seperti itu meliputi
(namun tidak terbatas pada) memberi tag item baru, rak, mengeluarkan
barang kepada pelanggan, memberi tahu staf untuk pengembalian yang
terlambat, mengembalikan rak setelah pengembalian, pengelolaan inventaris,
dan melindungi item dari pencurian. Kegiatan ini berulang, melelahkan, dan
kerja keras / usaha dan intensif waktu. Operasi manual kegiatan semacam itu
memerlukan sumber daya tingkat tinggi dalam hal jumlah orang yang
dibutuhkan dan jumlah waktu dan anggaran yang dibutuhkan, dan ini
membuat kemungkinan kesalahan manusia akan muncul dalam sejumlah
aktivitas, sehingga mempengaruhi efisiensi dan Efektivitas operasi
perpustakaan Dengan harapan meningkatkan efisiensi dan efektivitas, oleh
karena itu, banyak perpustakaan bergerak menuju otomatisasi sebagian
besar kegiatan yang diuraikan di atas. Untuk tujuan ini, teknologi Radio
Frequency Identification (RFID) digunakan untuk memainkan peran penting
dalam otomasi perpustakaan.
Teknologi RFID telah merevolusi sistem identifikasi dan pelacakan barang.
RFID memungkinkan identifikasi produk secara otomatis dengan
2
chips with wireless antennas into them (Bose, Ngai, Teo, & Spiekermann, menanamkan chip dengan antena nirkabel ke dalamnya (Bose, Ngai, Teo, &
2009). In a typical RFID system radio waves are generated, modulated, Spiekermann, 2009). Pada gelombang radio sistem RFID yang khas
amplified and then transmitted by a radio frequency transmitter via an antenna. dihasilkan, dimodulasi, diperkuat dan kemudian ditransmisikan oleh pemancar
The radio waves, in turn, are received and processed by RFID tags, which send frekuensi radio melalui antena. Gelombang radio, pada gilirannya, diterima
back a unique ID and other data via radio waves to a radio frequency receiver dan diproses oleh tag RFID, yang mengirim kembali ID unik dan data lainnya
(Ampatzidis & Vougioukas, 2009). In a library context, RFID tags are embedded melalui gelombang radio ke penerima frekuensi radio (Ampatzidis &
within the objects of interest (such as books, journals, and DVDs) and the Vougioukas, 2009). Dalam konteks perpustakaan, tag RFID tertanam di
receiver is integrated within various systems such as self-checkout systems, dalam objek yang diminati (seperti buku, jurnal, dan DVD) dan receiver
security systems and inventory management systems. terintegrasi dalam berbagai sistem seperti sistem checkout sendiri, sistem
keamanan dan sistem manajemen persediaan.
RFID tagging of objects is becoming the successor technology to barcodes, Penandaan RFID terhadap objek menjadi teknologi penerus untuk barcode,
particularly in libraries. Molnar and Wagner (2004, p. 25) argue that libraries terutama di perpustakaan. Molnar dan Wagner (2004, hal 25) berpendapat
represent a fast-growing application of RFID, as the technology promises to bahwa perpustakaan mewakili aplikasi RFID yang berkembang pesat, karena
relieve repetitive strain injury of staff, allow rapid self-checkout for patrons, and teknologinya menjanjikan pengurangan cedera regangan berulang,
make comprehensive inventory possible. Libraries began using RFID as a memungkinkan dilakukannya checkout cepat untuk pelanggan, dan membuat
substitute for the electro-magnetic and barcode systems in the late 1990s (Ayre, inventaris yang komprehensif. Perpustakaan mulai menggunakan RFID
2005). Since then, RFID has been utilized to play an imperative role in sebagai pengganti sistem elektro-magnetik dan barcode pada akhir 1990an
redefining the library process to simplify tasks for users and library staff. It (Ayre, 2005). Sejak saat itu, RFID telah digunakan untuk memainkan peran
makes available a platform from which to automate the majority of processes penting dalam mendefinisikan ulang proses perpustakaan untuk
executed by the library staff. menyederhanakan tugas bagi pengguna dan staf perpustakaan. Ini membuat
tersedia platform untuk mengotomatisasi sebagian besar proses yang
dilakukan oleh staf perpustakaan.
Due to its effective role in item identification and tracking, RFID technology is Karena perannya yang efektif dalam identifikasi dan pelacakan barang,
now utilized in various contexts, including library management. Daily streams teknologi RFID sekarang digunakan dalam berbagai konteks, termasuk
witness RFID assisting in preventing thievery of goods and automobiles, traffic pengelolaan perpustakaan. Daily streams menyaksikan RFID membantu
control, automated management of parking areas and vehicle access control, mencegah pencurian barang dan mobil, kontrol lalu lintas, pengelolaan area
business campuses and airports, ski lifting, inventory and supply chain parkir dan kontrol akses kendaraan bermotor, kampus bisnis dan bandara, lift
management and more (Juban & Wyld, 2004; Reyes, Frazier, Prater, & Cannon, ski, persediaan dan manajemen rantai pasokan dan banyak lagi (Juban &
2007). Farms use tags to keep track of their animals, while others use them to Wyld, 2004; Reyes, Frazier, Prater, & Cannon, 2007). Farms menggunakan
identify lost pets, and warehouses and supermarkets tag their goods/items to tag untuk melacak hewan mereka, sementara yang lain menggunakannya
better manage inventory (Want, 2004). The drug administration industry is using untuk mengidentifikasi hewan peliharaan yang hilang, dan gudang dan
RFID to identify drugs and thwart counterfeiting, and, as described above, supermarket memberi tag barang / barang mereka untuk mengelola
libraries are deploying RFID to effectively manage their systems, and the tags persediaan dengan lebih baik (Want, 2004). Industri administrasi obat
are being incorporated into DVDs to prevent movie piracy (O’Conner Catherine, menggunakan RFID untuk mengidentifikasi obat-obatan terlarang dan
2005). A further brief discussion the on various applications (including library menggagalkan pemalsuan, dan, seperti dijelaskan di atas, perpustakaan

3
management) and advantages of RFID-based systems and tagging of objects is menerapkan RFID untuk mengelola sistem mereka secara efektif, dan tag-tag
provided in Section 2. tersebut digabungkan ke dalam DVD untuk mencegah pembajakan film
(O'Conner Catherine, 2005) . Diskusi singkat selanjutnya mengenai berbagai
aplikasi (termasuk pengelolaan perpustakaan) dan keuntungan dari sistem
berbasis RFID dan penandaan objek disediakan di Bagian 2.
Although RFID-based tagging and systems offers several benefits, including Meskipun pemberian tag dan sistem berbasis RFID menawarkan beberapa
cost savings, its adoption in an organizational context has been slow due to a keuntungan, termasuk penghematan biaya, adopsi dalam konteks organisasi
number of reasons, including high cost of implementation and integration issues telah lamban karena sejumlah alasan, termasuk tingginya biaya implementasi
(Irani, Gunasekaran, & Dwivedi, 2010). Due to this, the majority of initial dan masalah integrasi (Irani, Gunasekaran, & Dwivedi, 2010). Karena ini,
scholarly and industry efforts have focused on understanding and overcoming sebagian besar usaha ilmiah dan industri awal berfokus pada pemahaman
technological shortcomings. Very little scholarly attention has yet been paid to dan mengatasi kekurangan teknologi. Sedikit sekali perhatian ilmiah yang
understanding the user or consumer perspective. This has been highlighted by a belum diberikan untuk memahami perspektif pengguna atau konsumen. Ini
recent review on the topic by Irani et al. (2010), who argued that future scholarly telah disorot oleh sebuah tinjauan baru-baru ini tentang topik oleh Irani et al.
efforts should be made to investigate management and end-user-related issues (2010), yang berpendapat bahwa upaya ilmiah masa depan harus dilakukan
that might be contributing to the failure of RFID implementation efforts. For untuk menyelidiki masalah manajemen dan pengguna akhir yang mungkin
example, a handful of studies (Pramatari & Theotokis, 2009; Rothensee & berkontribusi terhadap kegagalan upaya penerapan RFID. Sebagai contoh,
Spiekermann, 2008) from the retail domain have illustrated that staff/user beberapa studi (Pramatari & Theotokis, 2009; Rothensee & Spiekermann,
resistance, and the associated consumer apprehensions in accepting this 2008) dari domain ritel telah menggambarkan bahwa hambatan staf /
technology, effectively result in the failure of such implementations. It then pengguna, dan kekhawatiran konsumen terkait dalam menerima teknologi ini,
becomes critical to scrutinize the factors affecting customer acceptance or secara efektif mengakibatkan kegagalan implementasi tersebut. . Kemudian
rejection in other areas of RFID application, including library management. menjadi kritis untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan
atau penolakan pelanggan di area aplikasi RFID lainnya, termasuk
pengelolaan perpustakaan.
Despite the fact that patron self-checking and patron satisfaction (Kern, 2004) Terlepas dari kenyataan bahwa pengecekan pelindung diri dan kepuasan
have been recognized as the two most imperative benefits of RFID application pelindung (Kern, 2004) telah diakui sebagai dua manfaat paling penting dari
in libraries, our literature analysis discloses that barely any previous effort has aplikasi RFID di perpustakaan, analisis literatur kami mengungkapkan bahwa
been invested in empirically examining these benefits. The existing literature on hampir tidak ada usaha sebelumnya yang diinvestasikan untuk menguji
technology adoption (for example Anandarajan, Igbaria, & Anakwe, 2002; secara empiris manfaat ini. Literatur yang ada tentang adopsi teknologi
Gudigantala, Song, & Jones, 2011; Lin, 2011; Udo et al., 2010; Wang, Wu, Lin, (misalnya Anandarajan, Igbaria, & Anakwe, 2002; Gudigantala, Song, &
& Wang, 2011) recommends that it is important to understand the factors that Jones, 2011; Lin, 2011; Uu, Wu, Lin, & Wang, 2011) merekomendasikan
affect use and user satisfaction to promote the usage of a system. Considering Penting untuk dipahami faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan dan
the above discussion, this research aims to examine factors that determine kepuasan pengguna untuk mempromosikan penggunaan suatu sistem.
usage and user satisfaction of RFID-based systems in libraries. The proposed Dengan mempertimbangkan pembahasan di atas, penelitian ini bertujuan
aim was achieved by undertaking an empirical examination of user perceptions untuk menguji faktor-faktor yang menentukan penggunaan dan kepuasan
with the aid of an online survey method. pengguna sistem berbasis RFID di perpustakaan. Tujuan yang diusulkan

4

The remainder of this paper is structured as follows: Section 2 will present a
brief review of the literature on RFID applications and advantages. A brief
discussion on the development of the conceptual model utilized in this research
is then provided in Section 3. Section 4 describes the research methodology
employed to conduct this research, and Section 5 presents the findings obtained
from the analysis of the survey data. A discussion of the reported findings is
provided in Section 6. Finally, the study concludes by outlining its limitations,
and future research directions.
2. Literature review
RFID as a technology is surfacing at an incredibly rapid pace, creating a space
that is full of conjecture concerning the advantages that its investments may
have to offer (Irani et al., 2010). Library management using RFI-based systems
is one of the most popular applications of this technology. The implementation of
RFID in libraries dates back to the late 1990s. The literature suggests that the
first ever deployment of RFID in a library environment was in 1998, at the
Singapore Public Library (Engel, 2006). Singapore was also the first country in
the world to implement RFID systems across all of its 21 public libraries (Ayre,
2005).
Although the two universally acknowledged advantages/benefits of RFID
systems in the library context are patron self-checking and patron satisfaction
(Kern, 2004), there are several other advantages reported from its application,
both in library management and other application areas. Some of these benefits
include: automation/elimination or reduction in labour (Ferrer, Dew, & Apte,
2010); capacity expansion (Ferrer et al., 2010); cost effective, inexpensive, easy
and low maintenance (Liu, Tan, & Chu, 2009; Tesoriero, Tebar, Gallud, Lozano,
& Penichet, 2010); self-service/reduction of staff injury (Ayre, 2005; Ching & Tai,
2009; Engel, 2006; Erwin & Kern, 2003; Hicks, 1999; Yu, 2007, 2008);
enhanced customer satisfaction (Ferrer et al., 2010; Park, Heo, & Rim, 2008);
facilitates communication with multiple tags simultaneously (Abad et al., 2009;
Kim & Choi, 2010; Kumar, Reinitz, Simunovic, Sandeep, & Franzon, 2009; Lau,
Yung, & Yung, 2010; Wang, Chen, & Xie, 2010; Yu, 2007); faster response
dicapai dengan melakukan pengujian empiris terhadap persepsi pengguna
dengan bantuan metode survei online.
Sisa dari makalah ini disusun sebagai berikut: Bagian 2 akan menyajikan
tinjauan singkat literatur tentang aplikasi dan keuntungan RFID. Diskusi
singkat mengenai pengembangan model konseptual yang digunakan dalam
penelitian ini kemudian diberikan pada Bagian 3. Bagian 4 menjelaskan
metodologi penelitian yang digunakan untuk melakukan penelitian ini, dan
Bagian 5 menyajikan temuan yang diperoleh dari analisis data survei. Diskusi
tentang temuan yang dilaporkan diberikan di Bagian 6. Akhirnya, studi ini
menyimpulkan dengan menguraikan keterbatasannya, dan arah penelitian di
masa depan.
2. Tinjauan literatur
RFID sebagai teknologi muncul dengan kecepatan yang sangat cepat,
menciptakan ruang yang penuh dengan dugaan mengenai keuntungan yang
mungkin ditawarkan investasinya (Irani et al., 2010). Manajemen
perpustakaan menggunakan sistem berbasis RFI adalah salah satu aplikasi
teknologi yang paling populer. Implementasi RFID di perpustakaan dimulai
pada akhir tahun 1990an. Literatur menunjukkan bahwa penyebaran pertama
RFID di lingkungan perpustakaan pada tahun 1998, di Singapore Public
Library (Engel, 2006). Singapura juga merupakan negara pertama di dunia
yang menerapkan sistem RFID di semua 21 perpustakaan umumnya (Ayre,
2005).
Meskipun dua keuntungan / keuntungan yang diakui secara universal dari
sistem RFID dalam konteks perpustakaan adalah pelindung diri dan
kepuasan pelanggan (Kern, 2004), ada beberapa kelebihan lain yang
dilaporkan dari aplikasinya, baik di bidang pengelolaan perpustakaan dan
area aplikasi lainnya. Beberapa manfaat ini meliputi: otomasi / eliminasi atau
pengurangan tenaga kerja (Ferrer, Dew, & Apte, 2010); Perluasan kapasitas
(Ferrer et al., 2010); Perawatan yang efektif, murah, mudah dan rendah (Liu,
Tan, & Chu, 2009; Tesoriero, Tebar, Gallud, Lozano, & Penichet, 2010); Self-
service / pengurangan cedera staf (Ayre, 2005; Ching & Tai, 2009; Engel,
2006; Erwin & Kern, 2003; Hicks, 1999; Yu, 2007, 2008); Kepuasan
pelanggan yang ditingkatkan (Ferrer et al., 2010; Park, Heo, & Rim, 2008);
Memfasilitasi komunikasi dengan banyak tag secara bersamaan (Abad et al.,
2009; Kim & Choi, 2010; Kumar, Reinitz, Simunovic, Sandeep, & Franzon,
5
time/greater speed/reduced cycle time (Apte, Dew, & Ferrer, 2006; Coyle, 2005;
Kern, 2004; Kumar et al., 2009; Tesoriero et al., 2010); inventory tracking and
visibility/enhanced forecasting/reduced stock-outs/closed-loop tracking (De Kok,
Donselaar, & Woensel, 2008; Doerr, Gates, & Mutty, 2006; Ferrer et al., 2010;
Kang & Stanley, 2005; Kumar et al., 2009; Lee, Lin, Lim, & Lee, 2009; Lee &
Ozer, 2007; Niederman, Mathieu, Morley, & Kwon, 2007; Wen, 2010); longer
lifetime of battery (Coyle, 2005; Kern, 2004; Tesoriero et al., 2010); increased
data storage (Kumar et al., 2009; Phillips, Karygiannis, & Huhn, 2005; Wu &
Yen, 2007); no line of sight required (Abad et al., 2009; Bansode & Desale,
2009; Kumar et al., 2009); reduces theft and counterfeiting (De Kok et al., 2008;
Staake, Thiesse, & Fleisch, 2005).
All these advantages and benefits compound the fact that RFID is very practical
and can be opportunely implemented in various contexts (Liu et al., 2009).
Table 1 presents a comparative representation of the benefits laid out across
different RFID application areas.
As well as highlighting the advantages of RFID application, previous studies
have identified several technical, economical and social challenges and
limitations that organizations encounter when implementing RFID. Some such
challenges and limitations include: cost (Abad et al., 2009; Brown & Russel,
2007; Ching & Tai, 2009; Kumar et al., 2009; Roberts, 2006); difficulty in reading
tags on products containing high amounts of water and metals (Kumar et al.,
2009); difficulty in reading ultra-high-frequency tags near a human body (Kumar
et al., 2009; Roberts, 2006); intermittent and unreliable readings (Rappold,
2003; Roberts, 2006); middleware design (Chen, Gonzalez, Leung, Zhang, & Li,
2010); multiple item readings (Smart & Schaper, 2004); perpendicular
orientation of the tag to the antenna of the reader make reading difficult/large
number of tagged objects randomly placed may cause invisibility (Want, 2004);
privacy and security (Atkinson, 2004; Ayoade, 2006; Berthold, Gunther, &
Spiekermann, 2005; Edwards & Fortune, 2008; Erwin & Kern, 2003; Jones,
Clarke-Hill, Hillier, Shears, & Comfort, 2004; Kelly & Erickson, 2005; Kumar et
al., 2009; Muir, 2007; Roberts, 2006); recycling (Kumar et al., 2009);
standardization (Abad et al., 2009; Brown & Russel, 2007; Ching & Tai, 2009;
2009; Lau, Yung, & Yung, 2010; Wang, Chen, & Xie, 2010 ; Yu, 2007); Waktu
respon yang lebih cepat / kecepatan lebih tinggi / waktu siklus berkurang
(Apte, Dew, & Ferrer, 2006; Coyle, 2005; Kern, 2004; Kumar et al., 2009;
Tesoriero et al., 2010); Pelacakan persediaan dan visibilitas / peramalan yang
disempurnakan / pengurangan stock-out / pelacakan loop tertutup (De Kok,
Donselaar, & Woensel, 2008; Doerr, Gates, & Mutty, 2006; Ferrer et al., 2010;
Kang & Stanley, 2005; Kumar dkk, 2009; Lee, Lin, Lim, & Lee, 2009; Lee &
Ozer, 2007; Niederman, Mathieu, Morley, & Kwon, 2007; Wen, 2010); Baterai
seumur hidup lebih lama (Coyle, 2005; Kern, 2004; Tesoriero et al., 2010);
Peningkatan penyimpanan data (Kumar et al., 2009; Phillips, Karygiannis, &
Huhn, 2005; Wu & Yen, 2007); Tidak ada garis penglihatan yang diperlukan
(Abad et al., 2009; Bansode & Desale, 2009; Kumar et al., 2009); Mengurangi
pencurian dan pemalsuan (De Kok et al., 2008; Staake, Thiesse, & Fleisch,
2005).
Semua kelebihan dan manfaat ini mengelompokkan fakta bahwa RFID sangat
praktis dan dapat diterapkan dengan sangat hati-hati dalam berbagai konteks
(Liu et al., 2009). Tabel 1 menyajikan representasi komparatif dari manfaat
yang disajikan di berbagai area aplikasi RFID.
Serta menyoroti keuntungan dari aplikasi RFID, penelitian sebelumnya telah
mengidentifikasi beberapa tantangan teknis, ekonomi dan sosial dan
keterbatasan yang dihadapi organisasi saat mengimplementasikan RFID.
Beberapa tantangan dan keterbatasan antara lain: biaya (Abad et al., 2009;
Brown & Russel, 2007; Ching & Tai, 2009; Kumar et al., 2009; Roberts,
2006); Kesulitan dalam membaca tag pada produk yang mengandung
sejumlah besar air dan logam (Kumar et al., 2009); Kesulitan membaca tag
frekuensi ultra tinggi di dekat tubuh manusia (Kumar et al., 2009; Roberts,
2006); Bacaan intermiten dan tidak dapat diandalkan (Rappold, 2003;
Roberts, 2006); Desain middleware (Chen, Gonzalez, Leung, Zhang, & Li,
2010); Pembacaan beberapa item (Smart & Schaper, 2004); Orientasi tegak
lurus dari tag ke antena pembaca membuat pembacaan sulit / sejumlah besar
objek yang ditandai secara acak dapat menyebabkan tembus pandang (Want,
2004); Privasi dan keamanan (Atkinson, 2004; Ayoade, 2006; Berthold,
Gunther, & Spiekermann, 2005; Edwards & Fortune, 2008; Erwin & Kern,
2003; Jones, Clarke-Hill, Hillier, Shears, & Comfort, 2004; Kelly & Erickson,
2005; Kumar et al., 2009; Muir, 2007; Roberts, 2006); Daur ulang (Kumar et
6
Loebbecke & Huyskens, 2008); managerial issues (Hildner, 2006), and al., 2009); Standardisasi (Abad et al., 2009; Brown & Russel, 2007; Ching &
vandalism (Coyle, 2005; Engel, 2006; Gomez-Gomez, Ena-Rodriguez, & Priore, Tai, 2009; Loebbecke & Huyskens, 2008); Isu manajerial (Hildner, 2006), dan
2007; Hopkinson & Chandrakar, 2006; Kern, 2004). vandalisme (Coyle, 2005; Engel, 2006; Gomez-Gomez, Ena-Rodriguez, &
Priore, 2007; Hopkinson & Chandrakar, 2006; Kern, 2004).

Having introduced the benefits/advantages, challenges and limitations of RFID Setelah memperkenalkan manfaat / keuntungan, tantangan dan keterbatasan
technology, the next section will discuss the theoretical basis of this study, teknologi RFID, bagian selanjutnya akan membahas dasar teoritis dari
propose the conceptual model to be used, and formulate the relevant penelitian ini, mengusulkan model konseptual yang akan digunakan, dan

7
hypotheses.
3. Theoretical basis and development of conceptual model
A number of alternative theories and models have been utilized to examine the
individual adoption of information systems/information technology. The following
are examples of some of the most frequently utilized theories and models:
Technology Acceptance Model (Davis, 1989; Hsiao & Yang, 2011; Kim &
Garrison, 2010; Park, Roman, Lee, & Chung, 2009); Theory of planned
behaviour (Ajzen, 1991; Hansen, Jensen, & Solgaard, 2004; Lean, Zailani,
Ramayah, & Fernando, 2009); Diffusion of innovations (Lean et al., 2009;
Rogers, 2003); and Theory of reasoned action (Hansen et al., 2004; Lean et al.,
2009). All of these theories and models and their constructs are appropriate for
examining the intention and use of a technology. However, they are less
appropriate when research intends to examine aspects of post-adoption
behaviour, for example user satisfaction and the success of the implemented
system. Since the purpose of this research is to examine the use and user
satisfaction of RFID systems in a library context, the aforementioned theories
are considered less appropriate here.
One of the most established and frequently utilized theories that facilitates the
examination of success and user satisfaction is DeLone and McLean’s IS
Success Model (DeLone & McLean, 1992, 2002, 2003, 2004). The following six
interrelated constructs together form IS success: system quality, information
quality, service quality, (intention to) use, user satisfaction, and net benefits. A
large number of previous studies have utilized this model to examine users, user
satisfaction and the success of systems. Examples of recent applications of this
theory include Kim, Oh, Shin, and Chae’s (2009) study, which examined use of,
and user satisfaction regarding, ubiquitous computing, and Floropoulos, Spathis,
Halvatzis, and Tsipouridou’s (2010) study, which examined the success of the
Greek Taxation Information System. Since the purpose of this research is also
to examine the satisfaction of users who have already adopted RFID
technology, DeLone and McLean’s IS Success Model (DeLone & McLean,
1992, 2002, 2003, 2004; Petter & McLean, 2009; Urbach & Muller, 2011) was
considered the most appropriate model for this study. All constructs (except net
benefits) from DeLone and McLean’s IS Success Model were utilized to
examine the factors affecting the use and user satisfaction arising from using
RFID systems. Since the paper aimed at the use and user satisfaction aspects,
merumuskan hipotesis yang relevan.
3. Dasar teoritis dan pengembangan model konseptual
Sejumlah teori dan model alternatif telah digunakan untuk menguji adopsi
sistem informasi / teknologi informasi secara individual. Berikut adalah contoh
beberapa teori dan model yang paling sering digunakan: Model Penerimaan
Teknologi (Davis, 1989; Hsiao & Yang, 2011; Kim & Garrison, 2010; Park,
Roman, Lee, & Chung, 2009); Teori perilaku yang direncanakan (Ajzen, 1991;
Hansen, Jensen, & Solgaard, 2004; Lean, Zailani, Ramayah, & Fernando,
2009); Difusi inovasi (Lean et al., 2009; Rogers, 2003); Dan teori tindakan
beralasan (Hansen et al., 2004; Lean et al., 2009). Semua teori dan model
dan konstruksinya sesuai untuk memeriksa maksud dan penggunaan
teknologi. Namun, mereka kurang tepat saat penelitian bermaksud untuk
memeriksa aspek perilaku pasca adopsi, misalnya kepuasan pengguna dan
keberhasilan sistem yang diterapkan. Karena tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menguji penggunaan dan kepuasan pengguna sistem RFID dalam
konteks perpustakaan, teori yang disebutkan di atas dianggap kurang tepat di
sini.
Salah satu teori yang paling mapan dan sering digunakan yang memfasilitasi
ujian keberhasilan dan kepuasan pengguna adalah Model Sukses IS DeLone
dan McLean (DeLone & McLean, 1992, 2002, 2003, 2004). Enam konstruksi
yang saling terkait berikut ini membentuk kesuksesan IS: kualitas sistem,
kualitas informasi, kualitas layanan, (niat untuk) penggunaan, kepuasan
pengguna, dan keuntungan bersih. Sejumlah besar penelitian sebelumnya
telah menggunakan model ini untuk menguji pengguna, kepuasan pengguna
dan keberhasilan sistem. Contoh aplikasi terbaru dari teori ini meliputi studi
Kim, Oh, Shin, dan Chae (2009), yang menguji penggunaan, dan kepuasan
pengguna mengenai komputasi di mana-mana, dan Floropoulos, Spathis,
Halvatzis, dan Tsipouridou (2010) yang meneliti Keberhasilan Sistem
Informasi Perpajakan Yunani. Karena tujuan dari penelitian ini juga untuk
menguji kepuasan pengguna yang telah mengadopsi teknologi RFID, DeLone
dan McLean's IS Success Model (DeLone & McLean, 1992, 2002, 2003,
2004; Petter & McLean, 2009; Urbach & Muller, 2011) dianggap sebagai
model yang paling tepat untuk penelitian ini. Semua konstruksi (kecuali
manfaat bersih) dari DeLone dan McLean's IS Success Model digunakan
untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan dan kepuasan
8
the net benefit construct was removed.
In line with the IS Success Model (DeLone & McLean, 2002, 2003), the
proposed model postulates that information quality, system quality, and service
quality influence the actual use of RFID-based systems in libraries. The model
also proposes that use, information quality, service quality and system quality
will have a significant influence on user satisfaction. Fig. 1 illustrates the
adapted IS Success Model, and the formulated hypotheses are presented in
Table 2 and briefly discussed in remaining paragraphs of this section.
3.1. System quality (SQ)
According to Urbach and Muller (2011), system quality is made up of the
desirable characteristics of an information system and, hence, accounts for
measures of the information system itself, which specifically concentrate on the
usability aspects and performance characteristics of the system in question. Wu
and Wang (2006) highlighted that the importance of system quality is concerned
with the following: whether there are errors in the system, ease of use, stability,
response time and flexibility. More recently, Kim et al. (2009) illustrated the
significant influence of system quality on the use of ubiquitous computing. Petter
and McLean (2009) conducted a meta-analysis of findings reported in nine
published studies that examined the effect of system quality on use and user
satisfaction. The findings from their meta-analysis demonstrated that, overall
(across nine studies), system quality had a strong and significant influence on
both use and user satisfaction constructs (Petter & McLean, 2009). Considering
the above discussion, it can be argued that the greater the quality of RFID
systems in a library, the more likely it is that the system will be used and the
user will be satisfied. Thus, the hypotheses proposed for empirical testing are:
H1. System quality will significantly influence use of RFID systems.
H2. System quality will significantly influence user satisfaction.
pengguna yang timbul dari penggunaan sistem RFID. Karena makalah ini
ditujukan untuk aspek penggunaan dan kepuasan pengguna, konstruksi
manfaat bersih telah dihapus.
Sejalan dengan Model Keberhasilan IS (DeLone & McLean, 2002, 2003),
model yang diusulkan tersebut mendalilkan bahwa kualitas informasi, kualitas
sistem, dan kualitas layanan mempengaruhi penggunaan sebenarnya dari
sistem berbasis RFID di perpustakaan. Model juga mengusulkan bahwa
penggunaan, kualitas informasi, kualitas layanan dan kualitas sistem akan
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pengguna. Gambar 1
mengilustrasikan Model Kesuksesan IS yang teradaptasi, dan hipotesis yang
dirumuskan disajikan pada Tabel 2 dan dibahas secara singkat dalam
paragraf yang tersisa dari bagian ini.
3.1. Kualitas sistem (SQ)
Menurut Urbach dan Muller (2011), kualitas sistem terdiri dari karakteristik
sistem informasi yang diinginkan dan oleh karena itu memperhitungkan
ukuran sistem informasi itu sendiri, yang secara khusus berkonsentrasi pada
aspek kegunaan dan karakteristik kinerja sistem yang dimaksud. . Wu dan
Wang (2006) menyoroti bahwa pentingnya kualitas sistem berkaitan dengan
hal-hal berikut: apakah ada kesalahan dalam sistem, kemudahan
penggunaan, stabilitas, waktu respon dan fleksibilitas. Baru-baru ini, Kim et al.
(2009) menggambarkan pengaruh signifikan kualitas sistem terhadap
penggunaan komputasi di mana-mana. Petter dan McLean (2009) melakukan
meta-analisis terhadap temuan yang dilaporkan dalam sembilan studi yang
dipublikasikan yang menguji pengaruh kualitas sistem terhadap penggunaan
dan kepuasan pengguna. Temuan dari meta-analisis mereka menunjukkan
bahwa, secara keseluruhan (di sembilan penelitian), kualitas sistem memiliki
pengaruh yang kuat dan signifikan terhadap penggunaan dan kepuasan
pengguna (Petter & McLean, 2009). Mengingat pembahasan di atas, dapat
dikatakan bahwa semakin besar kualitas sistem RFID di perpustakaan,
semakin besar kemungkinan sistem tersebut akan digunakan dan pengguna
akan puas. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan untuk pengujian
empiris adalah:
H1. Kualitas sistem secara signifikan akan mempengaruhi penggunaan
sistem RFID.
H2. Kualitas sistem secara signifikan akan mempengaruhi kepuasan
9
pengguna.

10
11
3.2. Service quality (SQ) 3.2. Kualitas layanan (SQ)
Service quality refers to all direct or non-direct assistance offered in relation to a
Kualitas layanan mengacu pada semua bantuan langsung atau tidak
service or a purchase that the organization has to offer, to enhance customer langsung yang ditawarkan sehubungan dengan layanan atau pembelian yang
experience (Pérez-Mira, 2010). DeLone and McLean (2003, 2004) argued that ditawarkan organisasi, untuk meningkatkan pengalaman pelanggan (Pérez-
poor user support will result in lost customers and decreased sales. Pitt, Mira, 2010). DeLone dan McLean (2003, 2004) berpendapat bahwa
Watson, and Kavan (1995) reviewed and analyzed various studies to conclude dukungan pengguna yang buruk akan mengakibatkan hilangnya pelanggan
that service quality equates to the discrepancy between the customer’s dan penurunan penjualan. Pitt, Watson, dan Kavan (1995) meninjau dan
perception and their expectation. Hence, satisfying a user’s expectations leads menganalisis berbagai penelitian untuk menyimpulkan bahwa kualitas
to increased overall user satisfaction (Pitt et al., 1995). Kim et al.’s (2009) study
layanan setara dengan perbedaan antara persepsi pelanggan dan ekspektasi
also reported a significant influence of service quality on the use of ubiquitous mereka. Oleh karena itu, memuaskan harapan pengguna menyebabkan
computing. An empirical examination by Floropoulos et al. (2010), which peningkatan kepuasan pengguna secara keseluruhan (Pitt et al., 1995). Studi
examined the success of the Greek Taxation Information System, demonstrated Kim et al. (2009) juga melaporkan pengaruh yang signifikan dari kualitas
the significant influence of service quality on perceived usefulness and user layanan terhadap penggunaan komputasi di mana-mana. Pemeriksaan
satisfaction. Udo, Bagchi, and Kirs (2010) also observed significant effects of empiris oleh Floropoulos dkk. (2010), yang menguji keberhasilan Sistem
web service quality on intention to use and user satisfaction. In line with Informasi Perpajakan Yunani, menunjukkan pengaruh yang signifikan dari
previous studies described above, the following hypotheses are proposed for kualitas layanan terhadap perceived usefulness dan user satisfaction. Udo,
empirical testing: Bagchi, dan Kirs (2010) juga mengamati pengaruh signifikan dari kualitas
layanan web terhadap niat untuk menggunakan dan kepuasan pengguna.
Sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dijelaskan di atas, hipotesis
berikut diajukan untuk pengujian empiris:
H3. Service quality will significantly influence use of RFID systems. H3. Kualitas layanan secara signifikan akan mempengaruhi penggunaan
H4. Service quality will significantly influence user satisfaction. sistem RFID.
H4. Kualitas layanan secara signifikan akan mempengaruhi kepuasan
pengguna.
3.3. Information quality (IQ) 3.3. Kualitas informasi (IQ)
The measures of the information quality construct include timeliness, accuracy, Pengukuran kualitas informasi meliputi ketepatan waktu, akurasi,
availability, completeness, consistency, precision, reliability, scope, relevance, ketersediaan, kelengkapan, konsistensi, presisi, reliabilitas, ruang lingkup,
and format of information generated by an information system (Seddon & Kiew, relevansi, dan format informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi (Seddon
2007; Urbach & Muller, 2011). Urbach and Muller (2011, p. 5) stated that the IQ & Kiew, 2007; Urbach & Muller, 2011). Urbach dan Muller (2011, hal 5)
is ‘often seen as a key antecedent of user satisfaction’. An empirical menyatakan bahwa IQ 'sering dipandang sebagai anteseden utama kepuasan
examination by Rai, Lang, and Welker (2002) on use and user satisfaction of pengguna'. Pemeriksaan empiris oleh Rai, Lang, dan Welker (2002)
student information systems demonstrated a significant effect of information mengenai penggunaan dan kepuasan pengguna terhadap sistem informasi
quality on perceived usefulness and user satisfaction. More recently, similar siswa menunjukkan pengaruh yang signifikan dari kualitas informasi terhadap
observations were reported by Floropoulos et al. (2010) when explaining the perceived usefulness dan user satisfaction. Baru-baru ini, pengamatan serupa
success of the Greek Taxation Information System. The findings of this study dilaporkan oleh Floropoulos et al. (2010) saat menjelaskan keberhasilan

12
demonstrated that information quality significantly influences perceived Sistem Informasi Perpajakan Yunani. Temuan penelitian ini menunjukkan
usefulness and user satisfaction of the Greek Taxation Information Systems bahwa kualitas informasi secara signifikan mempengaruhi perceived
(Floropoulos et al., 2010). Kim et al. (2009) also illustrated a significant influence
usefulness dan kepuasan pengguna Sistem Informasi Perpajakan Yunani
of information quality on the use of ubiquitous computing. Petter and McLean (Floropoulos et al., 2010). Kim et al. (2009) juga menggambarkan pengaruh
(2009) conducted a meta-analysis of findings reported in published studies that kualitas informasi yang signifikan terhadap penggunaan komputasi di mana-
examined the effect of information quality on use (five studies) and user mana. Petter dan McLean (2009) melakukan meta-analisis terhadap temuan
satisfaction (10 studies). The findings from their meta-analysis demonstrated yang dilaporkan dalam penelitian yang dipublikasikan yang meneliti pengaruh
that, overall, information quality had a strong and significant influence on both kualitas informasi pada penggunaan (lima studi) dan kepuasan pengguna (10
use (across five studies) and user satisfaction (across 10 studies) constructs penelitian). Temuan dari meta-analisis mereka menunjukkan bahwa, secara
(Petter & McLean, 2009). Considering the above discussion, it can be argued keseluruhan, kualitas informasi memiliki pengaruh yang kuat dan signifikan
that the greater the information quality of RFID systems in libraries, the more terhadap kedua penggunaan (lima penelitian) dan kepuasan pengguna (di 10
likely it is that the system will be used and the user will be satisfied. Thus, the penelitian) konstruksi (Petter & McLean, 2009). Mengingat pembahasan di
following hypotheses are proposed for empirical testing: atas, dapat dikatakan bahwa semakin besar kualitas informasi sistem RFID di
perpustakaan, semakin besar kemungkinan sistem tersebut akan digunakan
dan pengguna akan terpuaskan. Dengan demikian, hipotesis berikut diajukan
untuk pengujian empiris:
H5. Information quality will significantly influence use of RFID systems. H5. Kualitas informasi secara signifikan akan mempengaruhi penggunaan
H6. Information quality will significantly influence user satisfaction. sistem RFID.
H6. Kualitas informasi secara signifikan akan mempengaruhi kepuasan
pengguna.
3.4. Use 3.4. Menggunakan
Urbach and Muller (2011), describe use as the degree and manner in which an Urbach dan Muller (2011), menggambarkan penggunaan sebagai tingkat dan
information system is employed. They go on to elaborate that measuring the cara di mana sistem informasi digunakan. Mereka kemudian menjelaskan
usage of an information system is a broad concept which can be considered bahwa mengukur penggunaan sistem informasi adalah konsep luas yang
across several perspectives. DeLone and McLean (2002, 2003, 2004) argued dapat dipertimbangkan di beberapa perspektif. DeLone dan McLean (2002,
that use, specially informed and effective use, is an important indication of IS 2003, 2004) berpendapat bahwa penggunaan, penggunaan khusus dan
success. A number of previous studies (Chiu, Chiu, & Chang, 2007; Halawi, efektif, merupakan indikasi penting keberhasilan IS. Beberapa penelitian
McCarthy, & Aronson, 2007; Iivari, 2005), which each conducted empirical tests, sebelumnya (Chiu, Chiu, & Chang, 2007; Halawi, McCarthy, & Aronson, 2007;
found evidence in support of DeLone and McLean’s (2002, 2003, 2004) Iivari, 2005), yang masing-masing melakukan tes empiris, menemukan bukti
argument, as they illustrated a significant positive relationship between use and untuk mendukung DeLone dan McLean's (2002, 2003, 2004) Argumen,
user satisfaction. Considering the above discussion, it can be argued that the karena mereka menggambarkan hubungan positif yang signifikan antara
greater the use of RFID systems in libraries, the more likely it is that their users penggunaan dan kepuasan pengguna. Mengingat pembahasan di atas, dapat
will be satisfied. Thus, the proposed hypothesis for empirical testing is: dikatakan bahwa semakin besar penggunaan sistem RFID di perpustakaan,
semakin besar kemungkinan penggunanya akan puas. Dengan demikian,
hipotesis yang diajukan untuk pengujian empiris adalah:

13
H7. System use likely to have significant influence on user satisfaction. H7. Penggunaan sistem cenderung memiliki pengaruh signifikan terhadap
kepuasan pengguna.

14
4. Research method 4. Metode penelitian
The survey research method, employing online questionnaires, was considered Metode penelitian survei, dengan menggunakan kuesioner online, dianggap
an appropriate method for examining the use and user satisfaction of RFID sebagai metode yang tepat untuk memeriksa penggunaan dan kepuasan
systems in a library context. The following section presents details on the survey pengguna sistem RFID dalam konteks perpustakaan. Bagian berikut ini
instrument utilized to collect data, the pilot test conducted, and the menyajikan rincian tentang instrumen survei yang digunakan untuk
administration of the questionnaire. mengumpulkan data, uji coba yang dilakukan, dan administrasi kuesioner.
4.1. Survey instrument 4.1. Instrumen survei
The survey questionnaire utilized for data collection in this research included Kuesioner survei yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian
two types of questions. The first type were multiple-choice in nature, and aimed ini mencakup dua jenis pertanyaan. Tipe pertama adalah pilihan ganda di
to capture data related to the following: (1) demographic characteristics (such as alam, dan bertujuan untuk menangkap data yang berkaitan dengan hal
age, gender, education) of respondents; (2) frequency of library visit; and (3) berikut: (1) karakteristik demografi (seperti usia, jenis kelamin, pendidikan)
awareness of RFID technology. responden; (2) frekuensi kunjungan perpustakaan; Dan (3) kesadaran akan
teknologi RFID.
The second type consisted of a total of 11 Likert scale questions. These Jenis kedua terdiri dari total 11 pertanyaan skala likert. Pertanyaan-
questions were included to collect perceptual data with which to test the pertanyaan ini dimasukkan untuk mengumpulkan data persepsi untuk menguji
hypotheses and conceptual model presented in the previous section. The hipotesis dan model konseptual yang disajikan pada bagian sebelumnya.
respondents had to rate each question on a five-point Likert scale (Hui & Responden harus menilai setiap pertanyaan pada skala Likert lima poin (Hui
Triandis, 1989; Kim et al., 2009), as follows: 5 = strongly agree; 4 = agree; 3 = & Triandis, 1989; Kim et al., 2009), sebagai berikut: 5 = sangat setuju; 4 =
neither agree nor disagree; 2 = disagree; 1 = strongly disagree. These 11 Likert setuju; 3 = tidak setuju atau tidak setuju; 2 = tidak setuju; 1 = sangat tidak
scale questions were designed to measure the perceptions of respondents in setuju. 11 skala Likert ini dirancang untuk mengukur persepsi responden
terms of five different constructs (as illustrated in Fig. 1 and listed in Table 3). dalam lima konstruk berbeda (seperti yang diilustrasikan pada Gambar 1 dan
Each construct was made up of a specific set of questions from the survey. tercantum dalam Tabel 3). Setiap konstruk terdiri dari serangkaian pertanyaan
Eleven out of a total of 16 survey questions were mapped against the respective spesifik dari survei. Sebelas dari total 16 pertanyaan survei dipetakan
constructs, as exemplified in Table 3. As described above, the remaining five berdasarkan konstruksi masing-masing, seperti ditunjukkan pada Tabel 3.
questions collected data on the five demographic factors. Seperti dijelaskan di atas, lima pertanyaan yang tersisa mengumpulkan data
mengenai lima faktor demografi.
4.2. Pilot study 4.2. Studi percontohan
With the survey instrument fully designed and in place, before targeting a larger Dengan instrumen survei yang dirancang dan dirancang sepenuhnya,
population, a pilot study was conducted to ensure the questionnaire’s sebelum menargetkan populasi yang lebih besar, sebuah studi percontohan
understandability and ease from the respondent perspective. The pilot study dilakukan untuk memastikan kesesuaian dan kemudahan kuesioner dari
involved a total of five students, and care was taken to involve students from perspektif responden. Studi percontohan melibatkan total lima siswa, dan
different study programmes. The respondents found the survey simple to perhatian diambil untuk melibatkan siswa dari berbagai program studi.
understand and quick to complete. Minor comments/suggestions were made, Responden menemukan survei sederhana untuk dipahami dan cepat selesai.
and these were addressed and incorporated into the final version of the Komentar kecil / saran dibuat, dan ini ditangani dan digabungkan ke dalam
questionnaire. daftar akhir kuesioner.

15
4.3. Data collection 4.3. Pengumpulan data
Data was collected from student users of a UK higher education institution’s Data dikumpulkan dari pengguna mahasiswa perpustakaan institusi
library that had successfully implemented RFID-based self-issue/return pendidikan tinggi Inggris yang telah berhasil mengimplementasikan terminal
terminals. Since students were the prime users of the RFID-enabled services self-issue / return berbasis RFID. Karena siswa adalah pengguna utama
installed at the library, they were considered to be the most appropriate layanan berbasis RFID yang terpasang di perpustakaan, mereka dianggap
population for testing the proposed hypotheses regarding use and user sebagai populasi yang paling tepat untuk menguji hipotesis yang diajukan
satisfaction of RFIDbased systems. Hence, the population of this survey mengenai penggunaan dan kepuasan pengguna sistem berbasis RFID. Oleh
consisted solely of students at the selected institution. After determining the karena itu, populasi survei ini hanya terdiri dari siswa di institusi terpilih.
population, the next step was to circulate the survey to all the students who Setelah menentukan populasi, langkah selanjutnya adalah mengedarkan
used library services; the library staff were contacted to facilitate this, and the
survei kepada semua siswa yang menggunakan layanan perpustakaan; Staf
library then e-mailed the online survey in the mid of July 2010 to all student perpustakaan dihubungi untuk memfasilitasi hal ini, dan perpustakaan
users of the selected library, asking for those interested to complete the survey.kemudian mengirimkan e-mail survei online pada pertengahan Juli 2010
The library staff were responsible for the circulation of the survey and the totalkepada semua pengguna siswa di perpustakaan yang dipilih, meminta
size of the targeted population was not disclosed. The respondents were mereka yang tertarik untuk menyelesaikan survei tersebut. Staf perpustakaan
requested to return the completed questionnaires within 15 days. bertanggung jawab atas peredaran survei dan jumlah keseluruhan populasi
yang ditargetkan tidak diungkapkan. Responden diminta mengembalikan
kuesioner yang telah selesai dalam waktu 15 hari.
We received 197 completed questionnaires within the specified duration. After Kami menerima 197 kuesioner lengkap dalam durasi yang ditentukan.
careful checking, it was found that 16 questionnaires had missing data for Setelah diperiksa dengan teliti, ditemukan bahwa 16 kuesioner telah
several of the Likert-scale-type questions. After careful consideration, it was kehilangan data untuk beberapa pertanyaan skala Likert. Setelah
deemed appropriate to remove the incomplete data from these 16 mempertimbangkan dengan seksama, dipandang perlu untuk menghapus
questionnaires in order maintain accuracy and reliability. Finally, the data data yang tidak lengkap dari 16 kuesioner ini untuk menjaga akurasi dan
collected from the 181 responses were subjected to further analyses using keandalan. Akhirnya, data yang dikumpulkan dari 181 tanggapan tersebut
SPSS data analysis software, the findings from which are presented in Section 5 dianalisis lebih jauh dengan menggunakan perangkat lunak analisis data
and discussed in Section 6. SPSS, yang temuannya disajikan pada Bagian 5 dan dibahas pada Bagian 6.
Analyses of the data included generating the frequency and percentage of Analisis data termasuk menghasilkan frekuensi dan persentase variabel
demographic variables, reliability tests to determine the internal consistency of demografi, uji reliabilitas untuk menentukan konsistensi internal item survei,
survey items, and descriptive statistics (means and standard deviations) of the dan statistik deskriptif (mean dan standar deviasi) dari pertanyaan tipe skala
Likert-scale-type questions. Finally, two linear regression analyses were likert. Akhirnya, dua analisis regresi linier dilakukan untuk menguji hipotesis
conducted in order to test the hypotheses formulated in Section 3. yang dirumuskan dalam Bagian 3.
5. Findings 5. Temuan
5.1. Demographics 5.1. Demografi
Table 4 presents the demographics of the survey respondents in terms of age, Tabel 4 menyajikan demografi responden survei dalam hal umur, jenis
gender, educational qualifications, library visit frequency and RFID awareness. kelamin, kualifikasi pendidikan, frekuensi kunjungan perpustakaan dan
The table illustrates that the largest proportion of respondents are 18–24 years kesadaran RFID. Tabel tersebut menggambarkan bahwa proporsi responden

16
old (70.7%), female (63.5%), and studying for an undergraduate degree. The
majority of respondents visited the library either once in two weeks (27.1%) or
once in a month (28.2%), and 56.4% of respondents were not aware of RFID
technology (see Table 4).
5.2. Reliability test
A reliability test was conducted to measure the internal consistency of the
survey items for each construct, the results of which are presented in Table 5.
According to Hinton, Brownlow, McMurray, and Cozens (2004) there are four
cut-off points for Cronbach’s alpha representative of reliability, which are (i) 0.90
and above, indicating excellent reliability; (ii) 0.70–0.90 for high reliability; (iii)
0.50–0.70 reflecting moderate reliability; and (iv) 0.50 and below for low
reliability.
terbesar adalah 18-24 tahun (70,7%), perempuan (63,5%), dan belajar untuk
gelar sarjana. Mayoritas responden mengunjungi perpustakaan baik dalam
dua minggu (27,1%) atau sekali dalam sebulan (28,2%), dan 56,4%
responden tidak mengetahui teknologi RFID (lihat Tabel 4).
5.2. Uji kepercayaan
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur konsistensi internal item survei untuk
masing-masing konstruk, yang hasilnya disajikan pada Tabel 5. Menurut
Hinton, Brownlow, McMurray, dan Cozens (2004) ada empat titik potong
untuk Cronbach's Perwakilan alpha reliabilitas, yaitu (i) 0,90 ke atas,
menunjukkan keandalan yang sangat baik; (Ii) 0,70-0,90 untuk keandalan
yang tinggi; (Iii) 0,50-0,70 yang mencerminkan reliabilitas sedang; Dan (iv)
0,50 dan di bawah untuk keandalan rendah.
17
As illustrated by Table 5, out of five constructs applied in the study, one
construct has an excellent reliability measure, while the alpha values for the
remaining four constructs suggest that the items have relatively high internal
consistency. The high Cronbach’s alpha values for all constructs imply that all
items of the individual constructs of which the instrument is comprised are highly
internally consistent.
5.3. Descriptive statistics
The descriptive statistics for each individual construct are represented with their
mean and standard deviation values in Table 6. The table indicates that use is
the construct with the highest average mean value of 4.52. This is followed by
user satisfaction, system quality and information quality. Finally, service quality
is seen to be the least agreed-upon construct with the lowest average mean
value of 3.80 (see Table 6).
Seperti yang digambarkan oleh Tabel 5, dari lima konstruksi yang diterapkan
dalam penelitian ini, satu konstruksi memiliki ukuran reliabilitas yang sangat
baik, sedangkan nilai alfa untuk empat konstruk yang tersisa menunjukkan
bahwa item memiliki konsistensi internal yang relatif tinggi. Nilai alpha
Cronbach yang tinggi untuk semua konstruksi menyiratkan bahwa semua
item dari konstruksi individual yang instrumennya terdiri sangat konsisten
secara internal.
5.3. Statistik deskriptif
Statistik deskriptif untuk setiap konstruksi individu ditunjukkan dengan nilai
rata-rata dan nilai deviasi standar pada Tabel 6. Tabel menunjukkan bahwa
penggunaan adalah konstruk dengan nilai mean rata-rata tertinggi 4,52. Hal
ini diikuti oleh kepuasan pengguna, kualitas sistem dan kualitas informasi.
Akhirnya, kualitas layanan dilihat sebagai konstruksi yang paling tidak
disepakati dengan nilai mean rata-rata terendah 3,80 (lihat Tabel 6).
18
5.4. Regression analysis
The linear regression analysis provided an estimate of the linear equation
coefficients, concerning one or more independent variables that result in the
best prediction of the dependent variable value (Draper and Smith, 1998). A
regression analysis was thus conducted for a total of 181 cases; in
correspondence with the proposed conceptual model (see Fig. 1), the following
two sets of regression analyses were performed.
5.4.1. Regression analysis I: the influence of user satisfaction, system
quality, information quality and service quality on use
Within the first regression cycle, three predictor variables, namely system
quality, information quality and service quality, were utilized to explain RFID
system use by library users. The resultant model was: (F(3, 181) = 33.079, p =
000). The adjusted R² value was 0.348. Of the three predictor variables, the
following two were found to have a significant effect on system use: system
quality (β = 0.316, p = 0.001); information quality (β = 0.330, p = 0.000).
However, as illustrated in Table 7, the service quality construct did not have a
significant effect on RFID system use.
5.4. Analisis regresi
Analisis regresi linier memberikan perkiraan koefisien persamaan linier,
mengenai satu atau lebih variabel bebas yang menghasilkan prediksi terbaik
dari nilai variabel dependen (Draper dan Smith, 1998). Dengan demikian,
analisis regresi dilakukan untuk 181 kasus; Dalam korespondensi dengan
model konseptual yang diusulkan (lihat Gambar 1), dua rangkaian analisis
regresi berikut dilakukan.
5.4.1. Analisis regresi I: pengaruh kepuasan pengguna, kualitas sistem,
kualitas informasi dan kualitas layanan yang digunakan
Dalam siklus regresi pertama, tiga variabel prediktor, yaitu kualitas sistem,
kualitas informasi dan kualitas layanan, digunakan untuk menjelaskan
penggunaan sistem RFID oleh pengguna perpustakaan. Model yang
dihasilkan adalah: (F (3, 181) = 33,079, p = 000). Nilai R² yang disesuaikan
adalah 0,348. Dari ketiga variabel prediktor tersebut, dua variabel berikut ini
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan sistem: kualitas
sistem (β = 0,316, p = 0,001); Kualitas informasi (β = 0,330, p = 0,000).
Namun, seperti yang diilustrasikan pada Tabel 7, kualitas layanan konstruksi
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap penggunaan sistem RFID.
19
5.4.2. Regression analysis II: the influence of use, information quality,
system quality and service quality on user satisfaction
A second round of analysis was carried out with user satisfaction as the
dependent variable, and the following four predictor variables were taken into
account: information quality, system quality, service quality and system use.
From the analysis, a significant model emerged: (F(4, 181) = 85.71, p = 0.000)
with an adjusted R² value of 0.653. In terms of the impact of individual
constructs, the findings suggest that the significant predictor variables were,
system quality (β = 0.499, p = 0.000), information quality (β = 0.219, p = 0.001),
and system use (β = 0.225, p = 0.000), while service quality (β = 0.028, p =
0.551) was considered to be the insignificant predictor.
5.4.3. Multicollinearity test
Tables 7 and 8 also illustrate that the VIF for both regression analyses varied
between 1.353 and 2.372. These values are much lower than the maximum
recommended level of 10 (Brace, Kemp, & Snelgar, 2003; Irani, Dwivedi, &
Williams, 2009). Therefore, the VIF values presented in Tables 7 and 8 suggest
that the independent variables included in this study do not suffer unduly from
the problem of multicollinearity. This means that the reported variance explained
by these variables is likely to be a reflection of the true situation (Brace et al.,
2003; Irani et al., 2009).
6. Discussion
6.1. Hypotheses testing
A total of seven research hypotheses (see Section 3 and Fig. 1) were tested to
examine whether the independent variables significantly explained the
dependent variables. Five of the seven hypotheses were supported by the data
(see Tables 7 and 8), which suggests that all independent variables except
service quality significantly explained the dependent variables (i.e. use (U) and
user satisfaction (US)). The hypotheses formulated to test the effects of service
quality on use and user satisfaction (H3 and H4) were not supported by the data
(see Tables 7 and 8); a detail explanation of this is provided within the remaining
paragraphs of this subsection.
5.4.2. Analisis regresi II: pengaruh penggunaan, kualitas informasi,
kualitas sistem dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan
pengguna
Analisis putaran kedua dilakukan dengan kepuasan pengguna sebagai
variabel dependen, dan keempat variabel prediktor berikut diperhitungkan:
kualitas informasi, kualitas sistem, kualitas layanan dan penggunaan sistem.
Dari hasil analisis, muncul model yang signifikan: (F (4, 181) = 85.71, p =
0.000) dengan nilai R² disesuaikan 0,653. Dari segi dampak konstruksi
individual, temuan menunjukkan bahwa variabel prediktor yang signifikan
adalah, kualitas sistem (β = 0,419, p = 0,000), kualitas informasi (β = 0,219, p
= 0,001), dan penggunaan sistem (β = 0,225 , P = 0,000), sedangkan kualitas
layanan (β = 0,028, p = 0,551) dianggap sebagai prediktor yang tidak
signifikan.
5.4.3. Uji multikolinieritas
Tabel 7 dan 8 juga menggambarkan bahwa VIF untuk kedua analisis regresi
bervariasi antara 1,353 dan 2,372. Nilai ini jauh lebih rendah daripada tingkat
maksimum yang direkomendasikan 10 (Brace, Kemp, & Snelgar, 2003; Irani,
Dwivedi, & Williams, 2009). Oleh karena itu, nilai VIF yang disajikan pada
Tabel 7 dan 8 menunjukkan bahwa variabel independen yang termasuk
dalam penelitian ini tidak terlalu menderita akibat masalah multikolinearitas.
Ini berarti varians yang dilaporkan yang dijelaskan oleh variabel-variabel ini
cenderung merupakan cerminan dari situasi sebenarnya (Brace et al., 2003;
Irani et al., 2009).
6. Diskusi
6.1. Pengujian hipotesis
Sebanyak tujuh hipotesis penelitian (lihat Bagian 3 dan Gambar 1) diuji untuk
menguji apakah variabel independen secara signifikan menjelaskan variabel
dependen. Lima dari tujuh hipotesis didukung oleh data (lihat Tabel 7 dan 8),
yang menunjukkan bahwa semua variabel independen kecuali kualitas
layanan secara signifikan menjelaskan variabel dependen (yaitu penggunaan
(U) dan kepuasan pengguna (AS)). Hipotesis yang dirumuskan untuk menguji
pengaruh kualitas layanan terhadap penggunaan dan kepuasan pengguna
(H3 dan H4) tidak didukung oleh data (lihat Tabel 7 dan 8); Penjelasan rinci
mengenai hal ini diberikan dalam paragraf yang tersisa dari subbagian ini.
20
As discussed in Section 3.1, a number of previous studies have illustrated the
appropriateness of the system quality construct to explain use and user
satisfaction regarding a new system/technology. For example, system quality
successfully explains the use and/or user satisfaction of knowledge
management systems (Wu & Wang, 2006), ubiquitous computing (Kim et al.,
2009), and the Greek Taxation Information System (Floropoulos et al., 2010).
Petter, DeLone, and McLean (2008, pp. 249–250) listed 14 studies reporting
significant effects of system quality on system use, and 21 studies that reported
a significant positive influence of system quality on user satisfaction. In a similar
Seperti yang dibahas di Bagian 3.1, sejumlah penelitian sebelumnya telah
menggambarkan kesesuaian dari kualitas sistem konstruksi untuk
menjelaskan penggunaan dan kepuasan pengguna mengenai sistem /
teknologi baru. Sebagai contoh, kualitas sistem berhasil menjelaskan
penggunaan dan / atau kepuasan pengguna sistem manajemen pengetahuan
(Wu & Wang, 2006), komputasi di mana-mana (Kim et al., 2009), dan Sistem
Informasi Perpajakan Yunani (Floropoulos et al., 2010 ). Petter, DeLone, dan
McLean (2008, hlm. 249-250) mencantumkan 14 studi yang melaporkan
pengaruh signifikan dari kualitas sistem pada penggunaan sistem, dan 21
21
vein, Petter and McLean (2009), by conducting a meta-analysis of nine penelitian yang melaporkan pengaruh positif yang signifikan terhadap kualitas
published studies, demonstrated that across all nine studies system quality had sistem pada kepuasan pengguna. Dengan nada yang sama, Petter dan
a strong and significant influence on both the use and user satisfaction McLean (2009), dengan melakukan meta-analisis terhadap sembilan studi
constructs. The importance of system quality for promoting the use of RFID yang dipublikasikan, menunjukkan bahwa di semua sembilan kualitas sistem
based systems to consumers has been highlighted by Gunther and studi memiliki pengaruh yang kuat dan signifikan terhadap penggunaan dan
Spiekermann (2005) and McGinity (2004). Our findings (see Tables 6–8) are in kepuasan pengguna. Pentingnya kualitas sistem untuk mempromosikan
line with the majority of existing research on the IS Success Model and penggunaan sistem berbasis RFID kepada konsumen telah disorot oleh
arguments made by RFID researchers that the quality of RFID-based systems is Gunther dan Spiekermann (2005) dan McGinity (2004). Temuan kami (lihat
an important factor for determining the use of the system and the satisfaction of Tabel 6-8) sejalan dengan sebagian besar penelitian yang ada mengenai
library users. Model Keberhasilan IS dan argumen yang dibuat oleh periset RFID bahwa
kualitas sistem berbasis RFID merupakan faktor penting untuk menentukan
penggunaan sistem dan Kepuasan pengguna perpustakaan
Along with system quality, the information quality construct was included as a Seiring dengan kualitas sistem, konstruksi kualitas informasi dimasukkan
core construct in both 1993 (DeLone and McLean, 1993) and 2003 (DeLone & sebagai konstruksi inti pada versi 1993 IS (DeLone & McLean, 2003) dan
McLean, 2003) versions of the IS Success Model. Its importance and usefulness 2003 (DeLone & McLean, 2003) dari IS Success Model. Pentingnya dan
for explaining use and user satisfaction is evidenced by a number of existing bermanfaatnya untuk menjelaskan penggunaan dan kepuasan pengguna
articles that have tested the effect of this construct. For example, information dibuktikan dengan sejumlah artikel yang ada yang telah menguji efek
quality has successfully explained the use and/or user satisfaction of integrated konstruksi ini. Sebagai contoh, kualitas informasi telah berhasil menjelaskan
student information systems (Rai et al., 2002), ubiquitous computing (Kim et al., penggunaan dan / atau kepuasan pengguna sistem informasi siswa terpadu
2009) and the Greek Taxation Information System (Floropoulos et al., 2010). (Rai et al., 2002), komputasi di mana-mana (Kim et al., 2009) dan Sistem
Petter et al. (2008, p. 250) listed four studies reporting a significant effect of Informasi Perpajakan Yunani (Floropoulos et al. , 2010). Petter dkk. (2008, hal
information quality on system use, and 15 studies that reported a significant 250) mencantumkan empat studi yang melaporkan pengaruh yang signifikan
positive influence of information quality on user satisfaction. Petter and dari kualitas informasi mengenai penggunaan sistem, dan 15 penelitian yang
McLean’s (2009) meta-analytic study concluded by analyzing findings from a melaporkan pengaruh positif yang signifikan terhadap kualitas informasi
number of published studies that overall information quality has a significant terhadap kepuasan pengguna. Penelitian meta-analitik Petter dan McLean
influence on both use and user satisfaction constructs. In line with above (2009) diakhiri dengan menganalisis temuan dari sejumlah penelitian yang
discussion, the findings (see Tables 6–8) from this study also confirm that dipublikasikan bahwa kualitas informasi secara keseluruhan memiliki
information quality is an important factor for determining use of the system and pengaruh signifikan terhadap penggunaan dan kepuasan pengguna
user satisfaction from of the use of RFID-based library systems. konstruksi. Sejalan dengan pembahasan di atas, temuan (lihat Tabel 6-8) dari
penelitian ini juga mengkonfirmasi bahwa kualitas informasi merupakan faktor
penting untuk menentukan penggunaan sistem dan kepuasan pengguna dari
penggunaan sistem perpustakaan berbasis RFID.
The third explanatory variable, service quality, was introduced in the 2003 Variabel penjelasan ketiga, kualitas layanan, diperkenalkan pada versi 2003
version of DeLone and McLean’s IS Success Model. Since its inclusion in the dari DeLone dan McLean's IS Success Model. Sejak dimasukkan dalam
model, a number of studies have empirically tested its effect on use and user model, sejumlah penelitian telah menguji secara empiris pengaruhnya

22
satisfaction. However, the majority of these studies have found that the service
quality construct is ineffective in explaining system and user satisfaction (Petter
& McLean, 2009; Petter et al., 2008). Once again, the findings from this study
(see Tables 6–8) in relation to this construct are in line with the findings reported
in the majority of previous studies. The possible reason for this (specific to the
context of this study) could be that both of the survey items that were used to
measure service quality revolved around the availability of staff to resolve
problems encountered by patrons at the self-service terminals; the respondents
showed poor agreement with this construct. It could have been the case that
either the library staff could not provide readily available for assistance with the
terminals, or the majority of users have never needed help, as they may able to
use the system without any problems. This is also evidenced by the higher
proportion of variance explained by system quality and information quality.
More generally, a reason for the underperformance of this construct could be
hidden in the underlying purpose for creating it. According to DeLone and
McLean (2003) the need for including the service quality construct was triggered
by the changing role of the IS function from information provider to service
provider. However, the authors argued that ‘to measure the success of a single
system, “information quality” and “system quality” may be the most important
quality components’ (DeLone & McLean, 2003, p. 18). They further added that
service quality may be the most important construct if one wants to examine the
overall success of the IS department (DeLone & McLean, 2003, p. 18). The
majority of studies that have utilized the 2003 version of the IS Success Model
(including this study on RFID-based systems) have examined individual systems
rather than the overall success of IS departments, and this could explain its non
significance in a number of studies, including ours. Service quality is more likely
to be effective when measuring the success of web-based systems in
comparison to individual systems, such as RFID systems.
Finally, use of the RFID-based system had a significant and substantial effect on
user satisfaction from using RFID-based systems within the library (see Tables
terhadap penggunaan dan kepuasan pengguna. Namun, sebagian besar
penelitian ini menemukan bahwa kualitas layanan konstruksi tidak efektif
dalam menjelaskan sistem dan kepuasan pengguna (Petter & McLean, 2009;
Petter et al., 2008). Sekali lagi, temuan dari penelitian ini (lihat Tabel 6-8)
sehubungan dengan konstruksi ini sesuai dengan temuan yang dilaporkan
pada sebagian besar penelitian sebelumnya. Alasan yang mungkin untuk ini
(spesifik untuk konteks penelitian ini) dapat berupa bahwa kedua item survei
yang digunakan untuk mengukur kualitas layanan berkisar pada ketersediaan
staf untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh pelanggan di terminal
layanan mandiri; Responden menunjukkan kesepakatan yang buruk dengan
konstruk ini. Bisa jadi, staf perpustakaan tidak dapat menyediakan
kemudahan untuk mendapatkan bantuan dengan terminal, atau mayoritas
pengguna tidak memerlukan pertolongan, karena mereka mungkin dapat
menggunakan sistem ini tanpa masalah. Hal ini juga dibuktikan dengan
proporsi varians yang lebih tinggi yang dijelaskan oleh kualitas sistem dan
kualitas informasi.
Secara umum, alasan untuk kinerja yang kurang baik dari konstruksi ini dapat
disembunyikan dalam tujuan mendasar untuk menciptakannya. Menurut
DeLone dan McLean (2003) kebutuhan untuk memasukkan kualitas layanan
konstruksi dipicu oleh perubahan peran fungsi IS dari penyedia informasi ke
penyedia layanan. Namun, penulis berpendapat bahwa 'untuk mengukur
keberhasilan sistem tunggal, "kualitas informasi" dan "kualitas sistem"
mungkin merupakan komponen kualitas yang paling penting' (DeLone &
McLean, 2003, hal 18). Mereka menambahkan bahwa kualitas layanan
mungkin merupakan konstruksi yang paling penting jika seseorang ingin
meneliti keberhasilan keseluruhan departemen IS (DeLone & McLean, 2003,
hal 18). Mayoritas penelitian yang telah menggunakan versi IS Success
Model versi 2003 (termasuk studi tentang sistem berbasis RFID) telah
menguji sistem individual daripada keberhasilan keseluruhan departemen IS,
dan ini bisa menjelaskan tidak pentingnya dalam sejumlah penelitian. ,
Termasuk milik kita. Kualitas layanan lebih mungkin efektif saat mengukur
keberhasilan sistem berbasis web dibandingkan dengan sistem individual,
seperti sistem RFID.
Akhirnya, penggunaan sistem berbasis RFID memiliki pengaruh yang
signifikan dan signifikan terhadap kepuasan pengguna dari penggunaan
23
6–8). The finding in relation to this is in line with the findings reported in previous
studies, such as that by Petter et al. (2008, p. 252), who listed four studies
(including Chiu et al., 2007; Halawi et al., 2007; Iivari, 2005) that observed a
significant effect of system use on user satisfaction. Petter and McLean (2009)
undertook a meta-analysis of 26 studies, and concluded that there is an overall
weak but significant relationship between use and user satisfaction across all
studies, which we also confirmed in the context of this study.
6.2. Performance of the validated conceptual model
Fig. 2 illustrates the validated model for RFID systems use and user satisfaction,
which proposed in Section 3. Fig. 2 illustrates the paths from systems quality
sistem berbasis RFID di dalam perpustakaan (lihat Tabel 6-8). Temuan
sehubungan dengan hal ini sejalan dengan temuan yang dilaporkan dalam
penelitian sebelumnya, seperti yang dilakukan oleh Petter et al. (2008, hal
252), yang mencantumkan empat penelitian (termasuk Chiu et al., 2007;
Halawi et al., 2007; Iivari, 2005) yang mengamati pengaruh signifikan dari
penggunaan sistem terhadap kepuasan pengguna. Petter dan McLean (2009)
melakukan meta-analisis terhadap 26 penelitian, dan menyimpulkan bahwa
ada hubungan yang lemah namun signifikan secara keseluruhan antara
penggunaan dan kepuasan pengguna di semua studi, yang juga kami
konfirmasikan dalam konteks penelitian ini.
6.2. Kinerja model konseptual yang divalidasi
Gambar 2 mengilustrasikan model yang divalidasi untuk penggunaan sistem
RFID dan kepuasan pengguna, yang diusulkan di Bagian 3. Gambar 2
24
and information quality, towards the use of the RFID-based system as being
significant. Also, the paths from systems quality, information quality, and the use
of the RFID-based system, towards user satisfaction, is significant. However, as
shown by dotted lines, the paths from service quality towards both user and user
satisfaction are insignificant.
In terms of performance of the model, the adjusted R² values illustrated in Fig. 2
are comparative to previous studies that have utilized the IS Success Model
(see, for example, Floropoulos et al., 2010; Rai et al., 2002; Seddon & Kiew,
2007; Wu & Wang, 2006). For example, Floropoulos et al. (2010) reported an
adjusted R² value of 0.257 for the analysis that examined the effect of
information quality, service quality and system quality, which is much lower than
the value (adjusted R2 = 0.653) illustrated in Fig. 2. Rai et al. (2002) reported an
adjusted R² value of 0.30 for use as a dependent variable, and information
quality and ease of use as independent variables. As illustrated in Fig. 2, for
similar dependent and independent variables our adjusted R² value (0.348) is
slightly better than that reported by Rai et al. (2002). The comparison with
previous studies clearly suggests that the model possesses a satisfactory level
of performance (i.e. variance explained).
6.3. Research contributions and implications
The findings presented above make theoretical contributions to the following two
lines of research enquiry. Firstly, this study contributes to the existing literature
on the IS Success Model as it tested it in a new context: RFID-based systems in
libraries. As far as the authors are aware, no previous study has examined RFID
system use and user satisfaction using the IS Success Model; hence, the
findings from this study clearly enrich the existing knowledge related to this
theoretical paradigm by adding further insights to the findings offered by
previous studies (such as Chiu et al., 2007; Floropoulos et al., 2010; Halawi et
al., 2007; Iivari, 2005; Kim et al., 2009; Rai et al., 2002; Seddon & Kiew, 2007;
Udo et al., 2010; Wu & Wang, 2006). Furthermore, this study provided empirical
support to DeLone and McLean’s (2003) arguments that service quality is a less
appropriate construct for examining individual systems, as its effect was found
to be insignificant for explaining RFID-based system use and user satisfaction,
mengilustrasikan jalan dari kualitas sistem dan kualitas informasi, terhadap
penggunaan sistem berbasis RFID sebagai signifikan. Selain itu, jalur dari
kualitas sistem, kualitas informasi, dan penggunaan sistem berbasis RFID,
terhadap kepuasan pengguna, sangat penting. Namun, seperti yang
ditunjukkan oleh garis putus-putus, jalur dari kualitas layanan terhadap
pengguna dan kepuasan pengguna tidak signifikan.
Dalam hal kinerja model, nilai R2 yang disesuaikan yang diilustrasikan pada
Gambar 2 sebanding dengan penelitian sebelumnya yang telah
menggunakan Model Kesuksesan IS (lihat, misalnya, Floropoulos et al., 2010;
Rai et al., 2002; Seddon; & Kiew, 2007; Wu & Wang, 2006). Misalnya,
Floropoulos dkk. (2010) melaporkan nilai R2 yang disesuaikan sebesar 0,257
untuk analisis yang menguji pengaruh kualitas informasi, kualitas layanan dan
kualitas sistem, yang jauh lebih rendah dari nilai (adjusted R2 = 0,653) yang
diilustrasikan pada Gambar 2. Rai et al. (2002) melaporkan nilai R2 yang
disesuaikan sebesar 0,30 untuk digunakan sebagai variabel dependen, dan
kualitas informasi dan kemudahan penggunaan sebagai variabel bebas.
Seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2, untuk variabel dependen dan
independen yang sama, nilai R2 yang disesuaikan (0.348) sedikit lebih baik
daripada yang dilaporkan oleh Rai et al. (2002). Perbandingan dengan
penelitian sebelumnya dengan jelas menunjukkan bahwa model memiliki
tingkat kinerja yang memuaskan (yaitu varians menjelaskan).
6.3. Kontribusi penelitian dan implikasi
Temuan yang dipresentasikan di atas membuat kontribusi teoritis terhadap
dua jalur penyelidikan penelitian berikut. Pertama, penelitian ini berkontribusi
terhadap literatur yang ada mengenai IS Success Model seperti yang diuji
dalam konteks baru: Sistem berbasis RFID di perpustakaan. Sejauh yang
penulis ketahui, tidak ada penelitian sebelumnya yang meneliti penggunaan
sistem RFID dan kepuasan pengguna menggunakan Model Sukses IS; Oleh
karena itu, temuan dari penelitian ini dengan jelas memperkaya pengetahuan
yang ada terkait dengan paradigma teoritis ini dengan menambahkan
wawasan lebih lanjut tentang temuan yang ditawarkan oleh penelitian
sebelumnya (seperti Chiu et al., 2007; Floropoulos et al., 2010; Halawi et al.,
2007, Iivari, 2005; Kim et al., 2009; Rai et al., 2002; Seddon & Kiew, 2007;
Udo et al., 2010; Wu & Wang, 2006). Selanjutnya, penelitian ini memberikan
dukungan empiris terhadap argumen DeLone dan McLean (2003) bahwa
25
which is an example of an individual system. Secondly, Irani et al. (2010) argued kualitas layanan adalah konstruksi yang kurang tepat untuk memeriksa sistem
that the initial academic efforts of RFID researchers have concentrated mainly individual, karena pengaruhnya tidak signifikan karena menjelaskan
on examining technological issues, and that researchers should now start penggunaan sistem berbasis RFID dan kepuasan pengguna, yang
exploring issues impacting the organizational and individual adoption of RFID merupakan Contoh sistem individu. Kedua, Irani dkk. (2010) mengemukakan
and RFID-based systems. Hence, the findings from this research will clearly bahwa upaya akademis awal dari periset RFID telah berkonsentrasi terutama
contribute to the literature on organizational and individual adoption of RFID untuk memeriksa masalah teknologi, dan bahwa peneliti sekarang harus
based systems, and supplement initial efforts (such as Brown & Russel, 2007; mulai mengeksplorasi isu-isu yang mempengaruhi penerapan sistem RFID
Pramatari & Theotokis, 2009; Rothensee & Spiekermann, 2008) on this topic. dan RFID berbasis organisasi dan individu. Oleh karena itu, temuan dari
penelitian ini jelas akan berkontribusi pada literatur tentang penerapan sistem
berbasis RFID organisasi dan individu, dan upaya awal suplemen (seperti
Brown & Russel, 2007; Pramatari & Theotokis, 2009; Rothensee &
Spiekermann, 2008) mengenai hal ini tema.
In terms of implications, libraries that are still planning to implement RFID-based Dari segi implikasi, perpustakaan yang masih berencana menerapkan sistem
systems for self-issue/return should focus on system quality (such as ease of berbasis RFID untuk self-issue / return harus fokus pada kualitas sistem
use and response time) aspects when designing and implementing their (seperti kemudahan penggunaan dan waktu respon) aspek saat merancang
systems. Library users generally skip human-assisted issues/returns queue in dan mengimplementasikan sistem mereka. Pengguna perpustakaan
the hope of saving time. However, complicated and slow self-issue/return umumnya melewatkan masalah dengan bantuan manusia / antrian balik
systems may take a longer time, which may have adverse effects on repeat use dengan harapan menghemat waktu. Namun, sistem self-issue / return yang
and user satisfaction. Hence, the requirement analysis and design stage must rumit dan lamban mungkin memerlukan waktu lebih lama, yang mungkin
involve actual users to understand how they will use and navigate the system memiliki efek buruk pada penggunaan berulang dan kepuasan pengguna.
and interface. The findings indicate that information quality (for example, Oleh karena itu, analisis kebutuhan dan tahap perancangan harus melibatkan
information regarding how to use the system and also the quality of system pengguna aktual untuk memahami bagaimana mereka akan menggunakan
output) also plays a significant role in determining system use and user dan menavigasi sistem dan antarmuka. Temuan menunjukkan bahwa kualitas
satisfaction. Therefore, appropriate information on how to use the system should informasi (misalnya, informasi mengenai bagaimana menggunakan sistem
be displayed both in the system itself and in printed form in order to assist users dan juga kualitas keluaran sistem) juga memainkan peran penting dalam
to use the system. The majority of respondents who participated in this survey menentukan penggunaan sistem dan kepuasan pengguna. Oleh karena itu,
have already used the system a number of times; hence, they may not need informasi yang tepat tentang bagaimana menggunakan sistem harus
human assistance in using the system. As discussed above, this might be a ditampilkan baik dalam sistem itu sendiri maupun dalam bentuk cetakan agar
possible reason for the insignificant role of the service quality construct. dapat membantu pengguna untuk menggunakan sistem. Mayoritas
However, libraries with new systems (and also at the beginning of new responden yang berpartisipasi dalam survei ini telah menggunakan sistem ini
academic year) should keep some dedicated staff for the first few weeks to beberapa kali; Oleh karena itu, mereka mungkin tidak memerlukan bantuan
assist new users with using the system. This will help in two ways: first, it will manusia dalam menggunakan sistem ini. Seperti dibahas di atas, ini mungkin
make users more aware of how to use the system, hence enhancing the merupakan alasan yang mungkin untuk peran konstruksi layanan yang tidak
information-quality aspect of the system. Consequently, this may have a positive signifikan. Namun, perpustakaan dengan sistem baru (dan juga pada awal
effect on use and user satisfaction. Since use was also found to have a positive tahun ajaran baru) harus menjaga beberapa staf khusus selama beberapa

26
and significant impact on user satisfaction, it is absolutely critical that library staff
minggu pertama untuk membantu pengguna baru menggunakan sistem ini.
should motivate and encourage library users to try the system at least few times Ini akan membantu dalam dua cara: pertama, ini akan membuat pengguna
and, as discussed above, they must have dedicated support staff at the initial lebih sadar tentang bagaimana menggunakan sistem, sehingga
stages to ease users’ anxiety regarding use of the new system. meningkatkan aspek kualitas informasi dari sistem. Akibatnya, ini mungkin
memiliki efek positif pada penggunaan dan kepuasan pengguna. Karena
penggunaan juga terbukti memiliki dampak positif dan signifikan terhadap
kepuasan pengguna, sangat penting bahwa staf perpustakaan harus
memotivasi dan mendorong pengguna perpustakaan untuk mencoba sistem
ini setidaknya beberapa kali dan, seperti yang dibahas di atas, mereka harus
memiliki staf pendukung yang berdedikasi di Tahap awal untuk memudahkan
kecemasan pengguna tentang penggunaan sistem baru.
This survey also revealed that the least-selected category represented users Survei ini juga mengungkapkan bahwa kategori yang paling tidak terpilih
who are aware of RFID, which was only 5.5% of the total respondents (see mewakili pengguna yang mengetahui RFID, yang hanya 5,5% dari total
Section 5.1 and Table 4). It is, therefore, of critical importance to update users responden (lihat Bagian 5.1 dan Tabel 4). Oleh karena itu, sangat penting
on the technology by providing all the essential information required for untuk memperbarui pengguna di bidang teknologi dengan menyediakan
effectively utilizing the benefits of the installed RFID systems. More users being semua informasi penting yang diperlukan untuk memanfaatkan secara efektif
aware of the technology will tend to increase use the technology, often there by manfaat sistem RFID yang terpasang. Semakin banyak pengguna yang
increasing the adoption rate.At the same time(as discussed above), it is menyadari teknologi akan cenderung meningkat menggunakan teknologi,
essential to keep support readily available at the initial stages of implementation seringkali ada peningkatan tingkat adopsi. Pada saat yang sama (seperti
to assist users who are having difficulties in operating the RFID terminals. dibahas di atas), penting untuk tetap mendukung ketersediaan pada tahap
awal implementasi untuk membantu pengguna. Yang mengalami kesulitan
dalam mengoperasikan terminal RFID.
7. Conclusions 7. Kesimpulan
This research forms an initial attempt towards understanding the impact of Penelitian ini merupakan upaya awal untuk memahami dampak konstruksi
selected constructs on the use of RFID-based systems, and user satisfaction. terpilih terhadap penggunaan sistem berbasis RFID, dan kepuasan
The following are some of the conclusions drawn from the research presented pengguna. Berikut adalah beberapa kesimpulan yang diambil dari penelitian
within this article: yang disajikan dalam artikel ini:
• The literature analysis reveals that RFID is the most sought-after modern-day • Analisis literatur menunjukkan bahwa RFID adalah implementasi paling
implementation for libraries (see, for example, Ayre, 2005; Coyle, 2005; Engel, populer untuk perpustakaan modern (lihat, misalnya, Ayre, 2005; Coyle,
2006; Hicks, 1999). 2005; Engel, 2006; Hicks, 1999).
• If the system quality is good, it triggers increased usage and results in higher • Jika kualitas sistemnya bagus, maka akan memicu peningkatan
user satisfaction. penggunaan dan menghasilkan kepuasan pengguna yang lebih tinggi.
• Information quality has a significant positive influence on system use and user • Kualitas informasi memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
satisfaction. penggunaan sistem dan kepuasan pengguna.
• Service quality is likely to play an insignificant role (in the context of individual • Kualitas layanan cenderung memainkan peran yang tidak signifikan (dalam

27
 systems) once the system has been adopted and used a few times by library
users.
• Use of the system has a significant positive influence on user satisfaction.
Thus, a conducive environment is necessary at the early stages of new system
implementation in order to engage users with the new system. Since the
majority of respondents indicated that they use self-issue/return terminals
frequently, it can be concluded that users prefer using the RFID terminals to
self-issue/return books from/to the library.
7.1. Limitations and future research directions
As far as the limitations and the scope for future research are concerned, only
students of a university utilizing RFID-equipped services were targeted. In
reality, these services are also utilized by other staff and faculty members, and a
future scenario should aim at a user population comprising users from all
streams. Furthermore, included users from varied streams would also increase
the chances of receiving a high response rate, which will contribute towards
increasing the strength of the survey findings. Also, non-probability sampling
and delivery of the survey to all students may have led to the introduction of a
self-selection bias, as it might have been the case that only those students who
are either frequent users of the RFID terminals or are interested in the
technology participated in the survey. Since the purpose of this survey was to
examine use and user satisfaction, self-selected frequent users of RFID-based
systems were the ideal candidates for this research, and this aspect is therefore
unlikely to have a significant affect on the findings presented in this study.
However, if a survey aims to examine the adoption/acceptance of new systems,
then this in effect increases the chances of the non-adopters or the low
frequency users of this technology having not participated in the survey. Hence,
the results of such surveys would be deprived of the perceptions of the non
adopter population, making the findings biased towards the adopter population.
Future surveys that intend to investigate the adoption of new systems can
eliminate such problems by using the probability sampling approach and
carefully observing the nonresponse bias.
konteks sistem individual) setelah sistem diadopsi dan digunakan beberapa
kali oleh pengguna perpustakaan.
• Penggunaan sistem memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
kepuasan pengguna. Dengan demikian, lingkungan yang kondusif
diperlukan pada tahap awal implementasi sistem baru agar bisa melibatkan
pengguna dengan sistem yang baru. Karena mayoritas responden
mengindikasikan bahwa mereka sering menggunakan self-issue / return
terminal, dapat disimpulkan bahwa pengguna lebih suka menggunakan
terminal RFID untuk menerbitkan sendiri / mengembalikan buku dari / ke
perpustakaan.
7.1. Keterbatasan dan arah penelitian masa depan
Sejauh keterbatasan dan cakupan penelitian masa depan yang bersangkutan,
hanya siswa dari universitas yang memanfaatkan layanan yang dilengkapi
RFID yang ditargetkan. Kenyataannya, layanan ini juga digunakan oleh staf
lain dan anggota fakultas, dan skenario masa depan harus ditujukan pada
populasi pengguna yang terdiri dari pengguna dari semua aliran. Selanjutnya,
termasuk pengguna dari beragam aliran juga akan meningkatkan peluang
menerima tingkat respons tinggi, yang akan berkontribusi terhadap
peningkatan kekuatan temuan survei. Selain itu, sampling non-probabilitas
dan penyampaian survei kepada semua siswa mungkin telah menyebabkan
diperkenalkannya bias seleksi diri, karena mungkin saja hanya siswa yang
merupakan pengguna frequent dari terminal RFID atau tertarik Dalam
teknologi berpartisipasi dalam survei. Karena tujuan dari survei ini adalah
untuk menguji penggunaan dan kepuasan pengguna, pengguna sistem RFID
berbasis pengguna yang dipilih sendiri adalah kandidat ideal untuk penelitian
ini, dan oleh karena itu, hal ini tampaknya tidak berpengaruh signifikan
terhadap temuan yang disajikan dalam penelitian ini. . Namun, jika sebuah
survei bertujuan untuk menguji adopsi / penerimaan sistem baru, maka hal ini
akan meningkatkan peluang pengguna non-adopsi atau pengguna frekuensi
rendah dari teknologi ini karena tidak berpartisipasi dalam survei. Oleh karena
itu, hasil survei semacam itu akan dirampas dari persepsi populasi non
adopter, sehingga temuan tersebut bias terhadap populasi adopter. Survei
masa depan yang bermaksud untuk menyelidiki penerapan sistem baru dapat
menghilangkan masalah tersebut dengan menggunakan pendekatan
sampling probabilitas dan mengamati bias nonresponse dengan hati-hati.
28
Constructs like service quality, which was found to be insignificant, may have Konstruksinya seperti kualitas layanan, yang ternyata tidak signifikan,
been related to issues with the instrument or sample, and it may be the case mungkin terkait dengan masalah dengan instrumen atau sampel, dan
that the non-adopters would have had different perceptions. Or, it may be that mungkin saja pihak non-pengadopsi memiliki persepsi yang berbeda. Atau,
this construct is more relevant during the early stages of implementing new mungkin saja konstruksi ini lebih relevan selama tahap awal penerapan
systems, and future research should further refine, develop and use service sistem baru, dan penelitian selanjutnya harus menyempurnakan,
quality measures to examine the role of this construct in order to determine use mengembangkan, dan menggunakan langkah-langkah kualitas layanan untuk
and user satisfaction. To measure perceptions on system quality, information memeriksa peran konstruksi ini agar dapat mengetahui penggunaan dan
quality, service quality, use and user satisfaction, we utilized a five-point Likert kepuasan pengguna. Untuk mengukur persepsi terhadap kualitas sistem,
scale measurement. Although the five-point scale has been successfully kualitas informasi, kualitas layanan, penggunaan dan kepuasan pengguna,
employed in existing research (see for example, Kim et al., 2009), there is kami menggunakan pengukuran skala Likert lima poin. Meskipun skala lima
concern that it is less balanced than the seven-point scale. Considering wider poin telah berhasil digunakan dalam penelitian yang ada (lihat misalnya, Kim
academic debate on this issue, for future research it might be more appropriate et al., 2009), ada kekhawatiran bahwa hal itu kurang seimbang daripada skala
to utilize the seven-point scale. tujuh poin. Mengingat perdebatan akademis yang lebih luas mengenai
masalah ini, untuk penelitian di masa depan mungkin lebih tepat untuk
memanfaatkan skala tujuh poin.
Acknowledgements Ucapan Terima Kasih
The authors would like to thank the Editor and the anonymous reviewers for Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Editor dan peninjau anonim
their constructive comments and suggestions for improvement on an earlier atas komentar dan saran konstruktif mereka untuk perbaikan pada versi awal
version of this paper. makalah ini.
References/ Referensi
Abad, E., Palacio, F., Nuin, M., de Zarate, A. G., Juarros, A., & Gomez, J. M. (2009). RFID smart tag for traceability and cold chain monitoring of foods:
Demonstration in an intercontinental fresh fish logistic chain. Journal of Food Engineering, 93(4), 394–399.
Adenso-Diaz, B., & Gascón, F. (1999). A payback model for radio frequency in warehousing. International Journal of Physical Distribution & Logistics
Management, 29(10), 631–645.
Ajzen, I. (1991). The theory of planned behavior. Organizational Behavior and Human Decision Processes, 50(1), 179–211.
Ampatzidis, Y. G., & Vougioukas, S. G. (2009). Field experiments for evaluating the incorporation of RFID and barcode registration and digital weighing
technologies in manual fruit harvesting. Computers and Electronics in Agriculture, 66(2), 166–172.
Anandarajan, M., Igbaria, M., & Anakwe, U. P. (2002). IT acceptance in a lessdeveloped country: A motivational factor perspective. International Journal of
Information Management, 22(1), 47–65.
Apte, U. M., Dew, N., & Ferrer, G. (2006). What is the right RFID for your process? Acquisition, Research Sponsored Report Series, 1–78.
Atkinson, W. (2004). Tagged: The risks and rewards of RFID technology. Risk Management, 51(7), 12–18.
Ayoade, J. (2006). Security implications in RFID and authentication processing framework. Computers & Security, 25(3), 207–212.
Ayre, L. B. (2005). Position paper: RFID and libraries. In S. Garfinkel, & B. Rosenberg (Eds.), Wireless privacy: RFID, bluetooth and 802.11 (pp. 228–241).
Boston, MA: Addison Wesley/Prentice Hall.
Bansode, S. Y., & Desale, S. K. (2009). Implementation of RFID technology in University of Pune Library. Program-Electronic Library and Information Systems,

29
 43(2), 202–214.
Berthold, O., Gunther, O., & Spiekermann, S. (2005). RFID: Consumer fears and consumer protection. Wirtschaftsinformatik, 47(6), 422–430.
Bose, I., Ngai, E. W. T., Teo, S. H., & Spiekermann, S. (2009). Managing RFID projects in organizations. European Journal of Information Systems, 18, 534–
540.
Boss, R. W. (2004). RFID technology for libraries. Library Technology Reports, 39(6), 1–55.
Brace, N., Kemp, R., & Snelgar, R. (2003). SPSS for psychologists: A guide to data analysis using SPSS for windows. New York: Palgrave Macmillan.
Brown, I., & Russel, J. (2007). Radio frequency identification technology: An exploratory study on adoption in the South African retail sector. International
Journal of Information Management, 27(4), 250–265.
Chen, M., Gonzalez, S., Leung, V., Zhang, Q., & Li, M. (2010). A 2g-Rfid-based Ehealthcare system. IEEE Wireless Communications, 17(1), 37–43.
Ching, S. H., & Tai, A. (2009). HF RFID versus UHF RFID –– Technology for Library Service Transformation at City University of Hong Kong. Journal of
Academic Librarianship, 35(4), 347–359.
Chiu, C. M., Chiu, C. S., & Chang, H. C. (2007). Examining the integrated influence of fairness and quality on learners’ satisfaction and Webbased learning
continuance intention. Information Systems Journal, 17(3), 271–287.
Coyle., K. (2005). Management of RFID in libraries. The Journal of Academic Librarianship, 31(5), 486–489.
Davis, F. D. (1989). Perceived usefulness, perceived ease of use, and user acceptance of information technology. MIS Quarterly, 13(3), 319–339.
De Kok, A. G., Donselaar, K. H., & Woensel, T. (2008). A break-even analysis of RFID technology for inventory sensitive to shrinkage. International Journal of
Production Economics, 112(2), 521–531.
DeLone, W. H., & McLean, E. R. (1992). Information systems success: The quest for the dependent variable. Information Systems Research, 3(1), 60–95.
DeLone, W. H., & McLean, E. R. (2002). Information systems success revisited. In Proceedings of the 35th Hawaii international conference on system sciences
(HICSS 02) Big Island, Hawaii, January 7––10.
DeLone, W. H., & McLean, E. R. (2003). The Delone and Mclean model of information systems success: A ten-year update. Journal of Management Information
Systems, 19(4), 9–30.
DeLone, W. H., & McLean, E. R. (2004). Measuring e-commerce success: Applying the Delone and Mclean Information Systems Success Model. International
Journal of Electronic Commerce, 9(1), 31–47.
Deyle, T., Nguyen, H., Reynolds, M. S., & Kemp, C. C. (2010). RFID-guided robots for pervasive automation. IEEE Pervasive Computing, 9(2), 37–45.
Doerr, K. H., Gates, W. R., & Mutty, J. E. (2006). A hybrid approach to the valuation of RFID/MEMS technology applied to ordnance inventory. International
Journal of Production Economics, 103(2), 726–741.
Draper, N. and Smith, H. (1998). Applied Regression Analysis. Wiley, New York. Edwards, S., & Fortune, M. (2008). BIC e4libraries project: A guide to RFID
in libraries. Available from: http://www.http://www.bic.org.uk/e4libraries/11/RFID-/bic.org.uk/e4libraries/11/RFID-/
Engel, E. (2006). RFID Implementations in California Libraries: Costs and Benefits, Report: U.S. Institute of Museum and Library Services, under the provisions
of the Library Services and Technology Act.
Erwin, E., & Kern, C. (2003). Radio-frequency-identification for security and media circulation in libraries. Library and Archival Security, 18(2), 23–38.
Ferrer, G., Dew, N., & Apte, U. (2010). When is RFID right for your service? International Journal of Production Economics, 124(2), 414–425.
Floropoulos, J., Spathis, C., Halvatzis, D., & Tsipouridou. (2010). Measuring the success of the Greek Taxation System. International Journal of Information
Management, 30(1), 47–56.

30
Gaukler, G., Seifert, R. W., & Hausman, W. H. (2007). Item-level RFID in the retail supply chain. Production and Operations Management, 16(1), 65–67.
Gomez-Gomez, A., Ena-Rodriguez, B., & Priore, P. (2007). RFID in library management and maintenance. Profesional De La Informacion, 16(4), 319–328.
Gudigantala, N., Song, J., & Jones, D. (2011). User satisfaction with Web-based DSS: The role of cognitive antecedents. International Journal of Information
Management, 31(4), 327–338.
Gunther, O., & Spiekermann, S. (2005). RFID and the perception of control: The consumer’s view. Communications of the ACM, 48(9), 73–76.
Halawi, L. A., McCarthy, R. V., & Aronson, J. E. (2007). An empirical investigation of knowledge-management systems’ success. The Journal of Computer
Information Systems, 48(2), 121–135.
Han, S., Lim, H., & Lee, J. (2007). An efficient localization scheme for a differentialdriving mobile robot based on RFID system. IEEE Transactions on Industrial
Electronics, 54(6), 3362–3369.
Hansen, T., Jensen, J. M., & Solgaard, H. S. (2004). Predicting online grocery buying intention: A comparison of the theory of reasoned action and the theory
of planned behavior. International Journal of Information Management, 24(6), 539–550.
Herianto Sakakibara, T., Koiwa, T., & Kurabayashi, D. (2008). Realization of a pheromone potential field for autonomous navigation by radio frequency
identification. Advanced Robotics, 22(13), 1461–1478.
Hicks, P. (1999). RFID and the book trade. Publishing Research Quarterly, 15(2), 21–23.
Hildner, L. (2006). Defusing the threat of RFID: Protecting consumer privacy through technology-specific legislation at the state level. Harvard Civil Rights-Civil
Liberties Law Review, 41(1), 133–176.
Hinton, P. R., Brownlow, C., McMurray, I., & Cozens, B. (2004). SPSS explained. East Sussex, England: Routledge Inc.
Hopkinson, A., & Chandrakar, R. (2006). Introducing RFID at Middlesex University learning resources. Program-Electronic Library and Information Systems,
40(1), 89–97.
Hsiao, C. H., & Yang, C. (2011). The intellectual development of the technology acceptance model: A co-citation analysis. International Journal of Information
Management, 31(2), 128–136.
Huang, G. Q., Zhang, Y. F., & Jiang, P. Y. (2007). RFID-based wireless manufacturing for walking-worker assembly islands with fixed-position layouts. Robotics
and Computer-Integrated Manufacturing, 23(4), 469–477.
Hui, C. H., & Triandis, H. C. (1989). Effects of culture and response format on extreme response style. Journal of Cross-Cultural Psychology, 20(1), 296–309.
Iivari, J. (2005). An empirical test of DeLone–McLean model of information systems success. The DATA BASE for Advances in Information Systems, 36(2),
8–27.
Irani, Z., Dwivedi, Y. K., & Williams, M. D. (2009). Understanding consumer adoption of broadband: An extension of technology acceptance model. Journal of
Operational Research Society, 60(10), 1322–1334.
Irani, Z., Gunasekaran, A., & Dwivedi, Y. K. (2010). Radio frequency identification (RFID): Research trends and framework. International Journal of Production
Research, 49(9), 1–27.
Jones, P., Clarke-Hill, C., Hillier, D., Shears, P., & Comfort, D. (2004). Radio frequency identification in retailing and privacy and public policy issues.
Management Research News, 27(8––9), 46–56.
Juban, R., & Wyld, D. (2004). Would you like chips with that? Consumer perspectives of RFID. Management Research News, 27(11–12), 29–44.
Kang, Y., & Stanley, B. (2005). Information accuracy in inventory systems: Stock loss and stock out. IIE Transaction, 37(9), 843–859.
Kelly, E. P., & Erickson, G. S. (2005). RFID tags: Commercial applications vs. Privacy rights. Industrial Management & Data Systems, 105(6), 703–713.

31
Kern, C. (2004). Radio-frequency-identification for security and media circulation in libraries. The Electronic Library, 22(4), 317–324.
Kim, U., & Choi, J. (2010). Design of a wideband rectangular loop tag antenna for UHF RFID library management. Microwave and Optical Technology Letters,
52(6), 1439–1445.
Kim, M., & Chong, N. Y. (2007). RFID-based mobile robot guidance to a stationary target. Mechatronics, 17(4––5), 217–229.
Kim, S., & Garrison, G. (2010). Understanding users’ behaviors regarding supply chain technology: Determinants impacting the adoption and implementation of
RFID technology in South Korea. International Journal of Information Management, 30(5), 388–398.
Kim, C., Oh, E., Shin, N., & Chae, M. (2009). An empirical investigation of factors affecting ubiquitous computing use and U-business value. International Journal
of Information Management, 29(6), 436–448.
Kumar, P., Reinitz, H. W., Simunovic, J., Sandeep, K. P., & Franzon, P. D. (2009). Overview of RFID technology and its applications in the food industry. Journal
of Food Science, 74(8), 101–106.
Lau, P. Y., Yung, K. K. O., & Yung, E. K. N. (2010). A low-cost printed CP patch antenna for RFID smart bookshelf in library. IEEE Transactions on Industrial
Electronics, 57(5), 1583–1589.
Lean, O. K., Zailani, S., Ramayah, T., & Fernando, Y. (2009). Factors influencing intention to use e-government services among citizens in Malaysia.
International Journal of Information Management, 29(6), 458–475.
Lee, J. H., Lin, C., Lim, H., & Lee, J. M. (2009). Sliding mode control for trajectory tracking of mobile robot in the RFID sensor space. International Journal of
Control Automation and Systems, 7(3), 429–435.
Lee, H., & Ozer, O. (2007). Unlocking the value of RFID. Production and Operations Management, 16(1), 40–64.
Lin, H.-F. (2011). An empirical investigation of mobile banking adoption: The effect of innovation attributes and knowledge-based trust. International Journal of
Information management, 31(3), 252–260.
Liu, T. Y., Tan, T. H., & Chu, Y. L. (2009). Outdoor natural science learning with an RFIDsupported immersive ubiquitous learning environment. Educational
Technology & Society, 12(4), 161–175.
Loebbecke, C., & Huyskens, C. (2008). A competitive perspective on standardmaking: Kaufhof’s RFID project in fashion retailing. Electronic Markets, 18(1),
30–38.
Molnar, D., & Wagner, D. (2004). Privacy and security in library RFID: Issues, practices, and architectures. In Proceedings of the 11th ACM conference on
computer and communications security (pp. 25–29).
Muir, S. (2007). RFID security concerns. Library Hi Tech, 25(1), 95–107.
McGinity, M. (2004). RFID: Is this game of tag fair play? Tracking the circuitous tradeoffs of potential consumer benefit versus marketer intrusiveness.
Communications of the ACM, 47(1), 15–18.
Niederman, F., Mathieu, R. G., Morley, R., & Kwon, I. W. (2007). Examining RFID applications in supply chain management. Communications of the ACM, 50(7),
92–101.
O’Conner Catherine, M. (2005). Group studies RFID to stop digital piracy. RFID Journal, http://www.rfidjournal.com/article/articleview/1/1/ (accessed March
17, 2011)
Park, Y. J., Heo, P. S., & Rim, M. H. (2008). Measurement of a customer satisfaction index for improvement of mobile RFID services in Korea. ETRI Journal,
30(5), 634–643.
Park, N., Roman, R., Lee, S., & Chung, J. E. (2009). User acceptance of a digital library system in developing countries: An application of the Technology

32
 Acceptance Model. International Journal of Information Management, 29(3), 196–209.
Pérez-Mira, B. (2010). Validity of DeLone and McLean’s Model of information systems success at the web site level of analysis. Doctoral Dissertation, Louisiana
State University.
Petter, S., DeLone, W., & McLean, E. (2008). Measuring information systems success: Models, dimensions, measures, and interrelationships. European Journal
of Information Systems, 17(3), 236–263.
Petter, S., & McLean, E. R. (2009). A meta-analytic assessment of the DeLone and McLean IS Success Model: An examination of IS success at the individual
level. Information & Management, 46(3), 159–166.
Pitt, L. F., Watson, R. T., & Kavan, C. B. (1995). Service quality: A measure of information systems effectiveness. MIS Quarterly, 19(2), 173–187.
Phillips, T., Karygiannis, T., & Huhn, R. (2005). Security standards for the RFID market. IEEE Security and Privacy, 3(6), 85–89.
Pramatari, K., & Theotokis, A. (2009). Consumer acceptance of RFID-enabled services: A model of multiple attitudes, perceived system characteristics and
individual traits. European Journal of Information Systems, 18(6), 541–552.
Rai, A., Lang, S. S., & Welker, R. B. (2002). Assessing the validity of IS Success Models: An empirical test and theoretical analysis. Information Systems
Research, 13(1), 50–69.
Rappold, J. (2003). The risks of RFID. Industrial Engineer, 35(11), 37–38.
Reyes, P. M., Frazier, G. V., Prater, E. L., & Cannon, A. R. (2007). RFID: The state of the union between promise and practice. International Journal of
Integrated Supply Management, 3(2), 125–134.
Roberts, C. M. (2006). Radio frequency identification (RFID). Computers & Security, 25(1), 18–26.
Rogers, E. M. (2003). Diffusion of innovations (5th ed.). New York: The Free Press.
Rothensee, M., & Spiekermann, S. (2008). Between extreme rejection and cautious acceptance –– Consumers’ reactions to RFID-based IS in retail. Social
Science Computer Review, 26(1), 75–86.
Seddon, P. B., & Kiew, M. Y. (2007). A Partial test and development of DeLone and McLean’s Model of Success. Australasian Journal of Information Systems,
4(1), 90–109.
Smart, L., & Schaper, L. (2004). Making sense of RFID. Library Journal, 4, 4–12.
Staake, T., Thiesse, F., & Fleisch, E. (2005). Extending the EPC network: The potential of RFID in anti-counterfeiting. In Proceedings of the (2005) ACM
symposium on Applied computing (pp. 13–17).
Tesoriero, R., Tebar, R., Gallud, J. A., Lozano, M. D., & Penichet, V. M. R. (2010). Improving location awareness in indoor spaces using RFID technology.
Expert Systems with Applications, 37(1), 894–898.
Udo, G. J., Bagchi, K. K., & Kirs, P. J. (2010). An assessment of customers’ e-service quality perception, satisfaction and intention. International Journal of
Information Management, 30(6), 481–492.
Urbach, N., & Muller, B. (2011). The updated DeLone and McLean Model of information systems success. In Y. K. Dwivedi, & al. et (Eds.), Integrated series in
information systems Information systems theory: Explaining and predicting our digital society (pp. 1–18). USA: Springer.
Wang, H. W., Chen, S., & Xie, Y. (2010). An RFID-based digital warehouse management system in the tobacco industry: A case study. International Journal of
Production Research, 48(9), 2513–2548.
Wang, Y.-S., Wu, S.-C., Lin, H.-H., & Wang, Y.-Y. (2011). The relationship of service failure severity, service recovery justice and perceived switching costs with
customer loyalty in the context of e-tailing. International Journal of Information Management, 31(4), 350–359.

33
Want, R. (2004). The magic of RFID. ACM Queue, 2(7), 41–48.
Wen, W. (2010). An intelligent traffic management expert system with RFID technology. Expert Systems with Applications, 37(4), 3024–3035.
Wu, J. H., & Wang, Y. M. (2006). Measuring KMS success: A respecification of the DeLone and McLean’s model. Information and Management, 43, 728–739.
Wu, Y. C. J., & Yen, T. C. (2007). RFID technology innovations: The use of patent data. International Journal of Manufacturing Technology and Management,
10(1), 106–120.
Yu, S. C. (2007). RFID implementation and benefits in libraries. The Electronic Library, 25(1), 54–64.
Yu,S.C.(2008).ImplementationofaninnovativeRFIDapplicationinlibraries. Library Hi Tech, 26(3), 398–410.
Yogesh K. Dwivedi is a Senior Lecturer in Information Systems and E Business Yogesh K. Dwivedi adalah Dosen Senior dalam Sistem Informasi dan Bisnis
at the School of Business and Economics, Swansea University, Wales, UK. He E di School of Business and Economics, Universitas Swansea, Wales,
obtained his PhD and MSc in Information Systems from Brunel University, UK. Inggris. Ia memperoleh gelar PhD dan MSc dalam Sistem Informasi dari
He has co authored several papers which have appeared in international Universitas Brunel, Inggris. Dia telah turut menulis beberapa makalah yang
referred journals such as CACM, DATA BASE, EJIS, ISJ, ISF, JCIS, JIT, JORS, telah dimuat dalam jurnal internasional seperti CACM, DATA BASE, EJIS,
and IMDS. He is Associate Editor of EJIS, Assistant Editor of TGPPP, Managing ISJ, ISF, JCIS, JIT, JORS, dan IMDS. Dia adalah Associate Editor dari EJIS,
Editor of JECR and member of the editorial board/review board of several Asisten Editor TGPPP, Managing Editor JECR dan anggota dewan editorial /
journals. He is a member of the AIS and IFIP WG8.6. dewan peninjau beberapa jurnal. Dia adalah anggota AIS dan IFIP WG8.6.
Kawal Kapoor is a PhD candidate in the school of Business and Economics at Kawal Kapoor adalah kandidat PhD di sekolah Bisnis dan Ekonomi di
Swansea University, Wales. She has her bachelors in industrial engineering & Swansea University, Wales. Dia memiliki gelar sarjana teknik dan manajemen
management from JSSATE, India. She is a master of business administration industri dari JSSATE, India. Dia adalah master administrasi bisnis dan
and has her MBA degree awarded from Swansea University, Wales. Her memiliki gelar MBA yang diberikan dari Swansea University, Wales. Penelitian
ongoing PhD research is on the Diffusion of Innovations. She carries three years PhD yang sedang berlangsung adalah tentang Difusi Inovasi. Dia membawa
of work experience in the IT industry, as a software engineer with Accenture tiga tahun pengalaman kerja di industri TI, sebagai insinyur perangkat lunak
Services Private Limited, India. Accenture Services Private Limited, India.
Michael D. Williams is a Professor in the School of Business and Economics at Michael D. Williams adalah seorang Profesor di School of Business and
Swansea University in the UK. He holds a BSc from the CNAA, an MEd from the Economics di Swansea University di Inggris. Beliau meraih gelar BSc dari
University of Cambridge, and a PhD from the University of Sheffield. He is a CNAA, MEd dari University of Cambridge, dan PhD dari University of
member of the British Computer Society and is registered as a Chartered Sheffield. Dia adalah anggota British Computer Society dan terdaftar sebagai
Engineer. Prior to entering academia Professor Williams spent twelve years Chartered Engineer. Sebelum memasuki akademisi Profesor Williams
developing and implementing ICT systems in both public and private sectors in menghabiskan dua belas tahun mengembangkan dan menerapkan sistem
a variety of domains including finance, telecommunications, manufacturing, and TIK di sektor publik dan swasta di berbagai domain termasuk keuangan,
local government, and since entering academia, has acted as consultant for telekomunikasi, manufaktur, dan pemerintah daerah, dan sejak memasuki
both public and private organizations. He is the author of numerous fully akademisi, telah bertindak sebagai konsultan untuk publik dan swasta.
refereed and invited papers within the ICT domain, has editorial board Organisasi. Dia adalah penulis berbagai surat kabar yang sepenuhnya
membership of a number of academic journals, and has obtained external disahkan dan diundang dalam domain TIK, memiliki keanggotaan dewan
research funding from sources including the European Union, the Nuffield editorial dari sejumlah jurnal akademis, dan telah memperoleh pendanaan
Foundation, and the Welsh Assembly Government. penelitian dari luar dari sumber termasuk Uni Eropa, Nuffield Foundation, dan

34

Janet Williams is a Senior Lecturer at the University of Glamorgan Business
School. She holds BSc (Econ) and MSc (Econ) from Cardiff University. Her
research interests are focused upon the social, economic and organisational
implications of technological change, and utilisation of the internet.
Pemerintah Majelis Welsh.
Janet Williams adalah Dosen Senior di University of Glamorgan Business
School. Dia memegang gelar BSc (Econ) dan MSc (Econ) dari Universitas
Cardiff. Kepentingan penelitiannya terfokus pada implikasi sosial, ekonomi
dan organisasi dari perubahan teknologi, dan pemanfaatan internet.
35