Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 24

Metode Istinbath Hukum Ibn Rusyd Dalam Kitab

Bidayah al-Mujtahid

Fathurrahman Azhari
Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Antasari

The sixth period of the historical development of Islamic law has been known as taqlid period—a period
preceded by the collapse of Baghdad at the hands of Holagu in the year of 656 AH. In the midst of a fanatical
mahzab, a muslim scholar, Ibn Rusyd, emerged as the auther of a fiqh book entitled Bidayah al-Mujtahid, also
as a jurist of anti-taqlid. There are some methods he used in performing ‘law istinbath’, yet there is no book has
explained the method. This study identifyed the methods used by Ibn Rusyd in performing the ‘law istinbath’
contained in the fiqh book Bidayah al’Mujtahid. Some findings an it are as follows: the method of ‘law
istinbath’ Ibn Rusyd used has been conducted by seeing the various opinions, propositions, methods from
various ‘imam mahzab’. Then, those opinions, propositions and methods are compared and the most suitable
one is chosen to be applied. Ibn Rusyd law istinbath method is actually an ijtihad intiqa’i that is practiced with
conducting mahzab comparison method. In resolving conflict between the propositions used, Ibn Rusyd has
used the following method: Giving priority to Al-Jam’u wal al-Taufiq rather than tarjih. If choosing to perform
the tarjih, some important things need to be noted: 1) The Sunnah with some narrators is given priority over the
sunnah with few narrators, 2) The Sunnah whose narrators are proficient in law is prioritized overthe sunnah
whose narrators are less proficient, 3) The Sunnah which is supported by other propositions is preferred over the
sunnah which has no supporting propositions, 4) The authentic Sunnah Ahad would take precedence over the
propositions of al-khitab and qiyas. 5) Dalalah manthuq is preferred over dalalah mafhum. 6) A specific
proposition would take precedence over the proposition of a general nature, and 7) The verse of a general nature
is preferred over qiyas.
Keywords: Method, Istinbath, Law

Periode keenam dalam sejarah perkembangan hukum Islam di kenal dengan masa taklid, yang dimulai ketika
runtuhnya Baghdad di tangan Holagu pada tahun 656 Hijriyah sampai sekarang. Di tengah-tengah fanatik
mazhab yang berlebihan inilah lahir Ibn Rusyd yang muncul menulis kitab fikih Bidayah al-Mujtahid, juga
sebagai seorang fakih yang anti taklid. Ada beberapa dari metode yang dia digunakan Ibn Rusyd dalam ber-
istinbath hukum (ushul fiqh), namun yang menerangkan metodenya belum diperoleh. Penelitian ini berusaha
untuk mengidentifikasi metode-metode yang digunakan oleh Ibn Rusyd dalam beristinbath hukum yang
termuat dalam kitab fikih Bidayah al-Mujtahid. Temuan-temuannya adalah sebagai berikut : Metode istinbath
hukumnya adalah dengan cara melihat berbagai pendapat para imam mazhab beserta dalil dan metode yang
digunakan mereka, kemudian membandingkan dan memilih salah satu di antaranya yang lebih kuat dan lebih
sesuai untuk diaplikasikan. Metode istinbath hukum Ibn Rusyd juga merupakan ijtihad intiqa’i dengan
menggunakan metode perbandingan mazhab. Dalam menyelesaikan pertentangan antara dalil yang digunakan,
Ibn Rusyd menggunakan metode sebagai berikut: Al-Jam’u wal al-Taufiq lebih di dahulukan dari pada tarjih.
Apabila melakukan tarjih maka; 1) Sunnah yang perawinya lebih banyak didahulukan dari pada sunnah
yang perawinya sedikit. 2) Sunnah yang perawinya lebih ‘alim dalam bidang hukum di dahulukan dari pada
sunnah yang perawinya kurang kealimannya dalam bidang tersebut. 3) Sunnah yang didukung oleh dalil
lain di dahulukan dari pada sunnah yang tidak ada dalil pendukungnya. 4) Sunnah ahad yang shahih lebih
di dahulukan dari pada dalil al-khithab dan qiyas. 5) Dalalah manthuq di dahulukan dari pada dalalah
mafhum. 6) Dalil yang bersifat khusus di dahulukan dari dalil yang bersifat umum. 7) Ayat yang bersifat
umum di dahulukan dari pada qiyas.
Katakunci : Metode, Istinbath, Hukum.

Tashwir Vol. 3 No. 8, Oktober – Desember 2015 351


A. Pendahuluan istinbath hukum. Mereka melakukan ijtihad
Dalam catatan sejarah, pertumbuhan jika tidak dijumpai nash dalam al-Qur’an
dan perkembangan hukum Islam maupun Hadis. Cara yang mereka tempuh
mengalami pasang surut, Muhammad al- adalah dengan jalan musyawarah (ijma’) atau
Khudary Bek membagi menjadi enam dengan menggunakan penalaran ‘illat
periode. 1 Periode Pertama, dimulai sejak hukum (qiyas). Misalnya tentang penetapan
terutusnya Rasulullah Muhammad SAW. hukum had bagi peminum khamr. Dalam
sampai beliau wafat. Pada periode ini hal ini sahabat Umar bin Khattab meng-
sepenuhnya berada di tangan Rasulullah undang para sahabat untuk bermusyawarah
SAW. atas dasar wahyu. Meskipun pada mengenai masalah tersebut. Ketika itu Ali
kenyataannya terkadang beliau berijtihad bin Abi Thalib mengemukakan pendapat-
dalam menetapkan suatu hukum, namun nya bahwa had peminum khamr adalah 80
pada hakikatnya ijtihad tersebut merupakan kali pukul. Dia mengqiyaskan hal itu
wahyu juga.2 dengan had penuduh zina. Menurutnya,
orang yang mabuk akan berkata tanpa
Meskipun istinbath hukum terhadap
kontrol yang akhirnya berkata dusta. Jadi
suatu masalah seluruhnya kembali kepada
peminum khamr akhirnya berdusta sama
wahyu, namun Rasulullah SAW. masa itu
dengan penuduh zina. Pendapat Ali bin Abi
telah memberi isyarat kepada para sahabat
Thalib itu disepakati oleh para sahabat (ijma’
akan kebolehan melakukan ijtihad.
sahabat)4 Model ijtihad yang dilakukan oleh
Kebolehanmelakukan ijtihad lebih jelas lagi
para sahabat ini semakin berkembang pada
sebagaimana yang dialami oleh “Amr bin
periode selanjutnya, yaitu seiring dengan
‘Ash yang diperintahkan Rasulullah SAW.
semakin luasnya daerah kekuasaan Islam.
untuk memutuskan suatu peristiwa
hukum, sementara Rasulullah SAW. hadir Pada masa pembukuan fikih yang
di situ. Maka ketika itu ‘Amr bin ‘Ash berlangsung sejak awal abad kedua sampai
bertanya kepada Rasulullah SAW. Apakah pertengahan abad keempat Hijriah,
aku akan berijtihad sementara Rasulullah merupakan puncak kejayaan umat islam
SAW. ada di sini?. Maka Rasulullah SAW. yang ditandai dengan kemajuan berbagai
bersabda: Jika seorang hakim memutuskan bidang ilmu termasuk hukum Islam. Ijtihad
(suatu perkara) dengan berijtihad kemudian para ulama pada periode ini sampai pada
(ijtihadnya) itu benar maka dia mendapat dua puncaknya. Pada bidang fikih muncullah
pahala, dan jika seorang hakim memutuskan imam-imam mazhab antara lain; Imam
(suatu perkara) dengan berijtihad kemudian Hanafi (w. 150 H), Imam Malik (w. 179 H),
(ijtihadnya) keliru maka dia mendapat satu Imam Syafi’i (w. 204 H), dan Imam Ahmad
pahala.3 Isyarat dari Rasulullah SAW. inilah bin Hanbal (w. 241 H).5
yang kemudian dikembangkan oleh para Setelah masa tersebut di atas, karena
sahabat dan ushuliyyyin (ulama ushul fikih) istinbath hukum hasil dari ijtihad sudah
pada periode-periode berikutnya. dianggap lengkap mencakup semua aspek
Pada masa al-Khulafa al-Rasyidin sejak kehidupan, bahkan sampai kepada
tahun 11 Hijriyah sampai dengan 40 masalah-masalah yang belum terjadi pun
Hijriyah. Pada periode ini para sahabat telah ditetapkan hukumnya, maka para
mulai mengembangkan ijtihad dalam ulama berikutnya merasa cukup dengan
hasil ijtihad yang ada. Dan hal ini merupakan
1
Muhammad al-Khusdary Bek, Tarikh al-Tasyri’ al-
Islami, Surabaya, Muhammad ibn Ahmad ibn
4
Nabhan wa Awladahu, t.th. h. 4-5. Manna al-Qaththan, al-Tasyri wa al-Fiqh fi al-Islam,
2
Lihat al-Qur’an surah al-Najm ayat 3-4. t.tp. Dar al-Ma’arif, 1989, h. 117-118.
3 5
Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al- Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah
Bukhari, juz 6. Beirut, Dar Ibnu Katsir al-Yamamah, Pemikiran dan Gerakan, Jakarta, Bulan Bintang, 1982,
1987/1407, h. 2676. h. 13.

352 Tashwir Vol. 3 No. 8, Oktober – Desember 2015


faktor kemunduran semangat berijtihad namanya Ibn Rusdy lahir pada tahun 520
dalam istinbath hukum pada periode H. (1126 M) di Kota Andalusia, wilayah Is-
berikutnya. lam di ujung barat benua Eropa.10 Sekalipun
Pada masa kemunduran, yakni masa Ibn Rusd dikenal sebagai ulama yang hidup
mundurnya semangat ijtihad yang ber- dalam lingkungan mazhab Malik, namun
langsung sejak pertengahan abad keempat pendapat-pendapatnya yang ia munculkan
sampai runtuhnya pemerintahan Bani justru banyak yang tidak sejalan dengan
Abbas tahun 656 Hijriyah. Pada periode ini mazhab Malik. Ditengah-tengah kondisi
ruh taklid menimpa ulama secara umum. taklid Ibn Rusyd muncul sebagai seorang
Mereka tidak lagi mengkaji al-Qur’an dan fakih yang anti taklid.
Hadis sebagai sumber hukum, akan tetapi Perlunya di adakan penelitian terhadap
hasil ijtihad para imam mazhab sebelumnya metode istinbath hukum Ibn Rusyd, karena:
yang mereka kaji. Karena mereka Ibn Rusyd menulis kitab Bidayah al-
menganggap telah final terhadap hasil Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid, yaitu
ijtihad yang ada. Sebagaimana perkataan kitab fikih sebagai hasil ijtihadnya, tetapi
Abu Hasan al-Karkhi (w. 340 H) ulama tidak ditemukan kitab ushul fikihnya yang
Hanafiyah: “Tiap-tiapnash al-Qur’an atau menjelaskan metode yang dipakai olehnya
Hadisyang bertentangan dengan apa yang dalam merumuskan hukum-hukum Islam.
dipegangi oleh sahabat-sahabat kita maka Pada hal dalam menulis kitab fikih sebagai
harus dita’wilkan atau di nashakh.6. Maka hasil ijtihadnya tentu ada metode yang
tidak heran jika pada masa ini tersiar berita diperpegangi atau dipakai.
bahwa pintu ijtihad telah tertutup.7 Hal tersebut di atas yang melatar-
Maka pada masa berikutnyaadalah belakangi untuk medorong diadakannya
masa taklid semata yang dimulai ketika penelitian ini. Disamping itu mengingat
runtuhnya Baghdad di tangan Holagu pada fenomena yang dialami Ibn Rusyd saat itu
tahun 656 Hijriyah sampai sekarang. Jika juga dialami oleh sebagian besar umat Is-
pada masa sebelumnya masih ada kegiatan lam dewasa ini, sehingga ketokohan Ibn
para ulama untuk mensyarah dan mentarjih, Rusyd khususnya dalam beristinbath perlu
maka pada periode ini kegiatan tersebut dilakukan penelitian dengan judul” Metode
tidak nampak lagi, mereka mencukupkan Istinbath Hukum Ibn Rusyd Dalam Kitab
dengan kitab-kitab yang ada. Namun Abd Bidayaj al-Mujtahid”.
al-Wahhab Khallaf berpendapat bahwa pada Berdasarkan latar belakang masalah
paruh kedua dari periode ini ada tanda- yang diuraikan di atas, maka masalah pokok
tanda kebangkitan dalam pembentukan yang diteliti adalah metode istinbath hukum
hukum Islam. Hal ini dimulai pada akhir Ibn Rusyd dalam kitab Bidayah al-Mujtahid,
abad ke tiga belas Hijriyah ketika dengan rumusan masalah; Bagaimana
pemerintahan Usmaniyah menyusun metode istinbath hukum Ibn Rusyd dalam
Majallah al-Ahkam al-Adiyyah. 8 kitab fikihnya Bidayah al-Mujtahidwa
Di tengah-tengah panatik mazhab Nihayah al-Muqtashid ?
inilah lahir Ibn Rusyd dan muncul dengan Beranjak dari perumusan masalah di
pemikiran cemerlang. 9 Muhammad bin atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
Ahmad bin Muhammad Ibn Rusyd, Untuk mengetahui bagaimana metode
gelarnya Abdul Walied dengan panggilan istinbath hukum Ibn Rusyd dalam kitab
fikihnya Bidayah al-Mujtahid wa al-Nihayah
6
Abd al-Wahhab Khallaf, op.cit. h. 96. al-Muqtashid.
7
Ibnu Abidin, Al-Radd al-Mukhtar ‘ala al-Durr al-
Mukhtar, j. I, Beirut, Dar al-Fikr, t.th. h. 55.
8 10
Abd al-Wahhab Khallaf, op.cit. h. 103. Zainal Abidin Ahmad, Riwayat Hidup Ibnu Rusyd,
9
Muhammad al-Khudari Bek, op.cit. h. 354. Jakarta, Bulan Bintang, 1975, h. 26.

Tashwir Vol. 3 No. 8, Oktober – Desember 2015 353


Hasil penelitian ini diharapkan ber- yang terkait dengan metode istinbath
manfaat baik pada tataran teoritis maupun hukum. Dan bahan hukum tertier, yakni
praktis. Pada tataran teoritis diharapkan bahan-bahan yang memberi petunjuk
menjadi bahan pustaka untuk menambah maupun penjelasan terhadap bahan hukum
khazanah perpustakaan keislaman terutama primer dan skunder, seperti kamus hukum,
dalam bidang ushul fiqh. Juga menjadi kamus bahasa Arab, dan kamus bahasa In-
bahan referensi bagi peneliti yang akan donesia.
meneliti masalah ini dari aspek yang Teknik Pengumpulan bahan hukum
berbeda. Pada tataran praktis diharapkan pada penelitian ini adalah buku yang
sebagai bahan masukan atau referensi bagi berkaitan dengan Istinbath hukum, dan
para ahli fikih dewasa ini , khususnya norma hukum dikumpulkan dengan teknik
mereka yang aktif dalam lembaga-lembaga survey kepustakaan dengan sistem kartu,
keagamaan, seperti Nahdhatul Ulama, yaitu peneliti mengunjungi perpustakaan,
Muhammadiyah dan lainnya. Begitu pula untuk mencari bahan hukum yang relevan
terhadap lembaga pendidikan tinggi Islam, dengan permasalahan yang dikaji,kemudian
seperti IAIN dan Fakultas Syariah khusus- melakukan inventarisasi terhadap bahan
nya. Bahan studi ilmiah dalam disiplin hukum yang berkaitan dengan metode
hukum Islam. istinbath hukum Ibn Rusyd dan metode
istinbath hukum para ulama yang lain
B. Metode Penelitian dengan menggunakan sistem kartu.
Jenis penelitian ini adalah penelitian Adapun pengolahan bahan hukum
hukum normatif, yaitu mengkaji bahan adalah metode istinbath hukum yang
pustaka yang berkaitan dengan metode diperoleh dalam kitab kemudian diolah
istinbath hukum Ibn Rusyd dalam Kitab berdasarkan langkah-langkah normatif,
Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al- yaitu memberi kode atau tanda pada bagian-
Muqtashid. Sedangkan sifat penelitian ini bagian tertentu, dari kitab yang menjadi
adalah deskriptif, yaitu menggambarkan sumber bahan hukum yang akan dikutip
serta mengkaji hal-hal yang berkaitan sebagai bahan hukum pokok. Selanjutnya
dengan metode istinbath hukum Ibn Rusyd mendeskripsikan atau memaparkan apa
dalam Kitab Bidayah al-Mujtahid wa adanya bahan hukum yang ditemukan dari
Nihayah al-Muqtashid. sumber bahan hukum tersebut.
Adapun tipe penelitian yang digunakan Hasil dari pengolahan bahan hukum
adalah tipe penelitian yuridis normatif, tersebut di atas kemudian dikaji dengan cara
yakni penelitian yang difokuskan untuk metode istinbath hukum dengan meng-
mengkaji metode istinbath hukum yang gunakan conten analysis, yaitu analisis isi
dirumuskan oleh Ibn Rusyd dalam kibat dengan mengkajinya berdasarkan metode
fikih Bidayah al-Mujtahid dengan pendekat- istinbath hukum. Juga menggunakan
an konseptual, pendekatan hukum, dan pemikiran komparatif (perbandingan)
pendekatan historis. selanjut ditarik suatu kesimpulan dengan
Sedangkan yang menjadi bahan pemikiran induktif.Digunakannya kajian
penelitian ini adalah bahan hukum primer tersebut adalah agar kajian ini dapat
yakni bahan hukum pokok yang terdiri dari memberikan jawaban atas permasalahan
kitab,Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al- yang ada dalam penelitian ini.
Muqtashid karya Ibn Rusyd.Bahan hukum Temuan Hasil Penelitian dan Analisis
skunder, yakni bahan hukum yang
memberi penjelasan mengenai bahan C. Biografi Ibn Rusyd
hukum primer, yaitu bahan hukum yang
Tidak seorangpun ulama yang nama-
terdapat dalam literatur hukum berupa
nya lebih dikenal di kalangan non muslim
kitab-kitab/buku ushul al-Fikih dan fikih,

354 Tashwir Vol. 3 No. 8, Oktober – Desember 2015


dibandingkan dengan ulama lainnya, Kemahiran Ibn Rusyd dalam bidang
sebagaimana halnya Ibnu Rusyd. Di Barat ilmu fikih, disamping dari jasa orang tuanya
namanya dikenal dengan sebutan yang sekaligus merupakan guru pertama-
Averrooes, nama lengkapnya adalah nya dalam bidang ilmu tersebut,
Muhammad ibn Ahmad ibn Muhammad penguasaan ilmu fikih ini juga diperoleh dari
ibn Ahmad ibn Ahmad ibn Rusyd. Gelarnya Abu Muhammad ibn Rizq, Abu al-Qasim,
Abu al-Walid. Ia dilahirkan di kota Cordova Ibn Busykual, Abu Marwan, Ibnu Musarrah,
ibukota Andalusia pada tahun 1126 M/520 Abu Bakar Ibn Samhun, Abu Ja’far ibn Abd
H. Dia seorang ahli filsafat, matematika, al-Aziz dan Abdullah al-Ma’zari.13
kedokteran dan fikih. Kakeknya seorang Dalam perjalanan hidupnya, para ahli
fukaha mazhab Maliki mufti dan Ketua sejarah menulis bahwa Ibn Rusyd termasuk
Mahkamah Agung, sedangkan ayahnya orang yang dekat dengan penguasa saat itu.
seorang fukaha yang diangkat menjadi Pada tahun 1153 M/548 H. ia dipanggil oleh
Hakim Agung pada pemerintahan Islam di Khalifah Abd al-Mu’min 14 ke Marakisy
Andalusia. 11 (Ibukota Dinasti Muwahhidin) dengan
Hal yang sangat mengagumkan dari maksud untuk meminta petunjuk dan sum-
ibnu Rusyd adalah semenjak dia sudah bangan pemikiran pada sekolah-sekolah
mulai berakal ( masa baligh ) hampir semua dan lembaga-lembaga keilmuan yang
hidupnya ia pergunakan untuk belajar dan sedang dibangun di sana. Tetapi pada tahun
membaca. Tak pernah dia melewatkan itu pula ia kembali ke Cordova dan memberi
waktunya selain untuk berpikir dan kuliah selama 10 tahun di berbagai fakultas.
membaca, kecuali pada malam ayahnya Setelah Khalifah Abd. al-Mu’min wafat
meninggal dan ketika malam pernikahan- tahun 1185 M/558 H. dan digantikan oleh
nya. Dengan keadaan seperti ini, membuat puteranya Yusuf (Abu Ya’kub) ibn Abd al-
pemikirannya semakin tajam dan kuat dari Mu’min, ia diperkenalkan oleh Ibn Tufail (w.
waktu ke waktu. Dari ayahnya ia belajar 1185 M/581 M.) kepada penguasan ketiga
ilmu fikih, ushul fikih, bahasa Arab, kalam, dari Dinasti Muwahhidin tersebut.Karena
dan sastera. kitab al-Muwattha, karangan Ibn Tufail adalah orang yang dekat dengan
imam Malik yang menjadi anutan umat Is- penguasa, maka Ibn Rusyd segera mendapat
lam Andalusia di hafalnya. Sedangkan dalam kepercayaan dan sekaligus dipersiapkan
ilmu kalam (Tauhid) ia berpegang teguh sebagai pengganti Ibn Tufail. Kepercayaan
kepada faham Asy’ariyah. Ia juga mem- Khalifah Yusuf ini terbukti dengan
pelajari ilmu-ilmu umum seperti pengangkatan Ibn Rusyd sebagai hakim di
matematika, kedokteran dan filsafat kepada Sevilla pada tahun 1169 M/565 M. Namun
para ahli, terutama kepada Abi Ja’far bin dua tahun kemudian Ibn Rusyd diangkat
Harun Terjany yang memiliki ilmu sangat menjadi hakim di kota kelahirannya
luas dalam bidang filsafat. Maka tidak heran Kordova. Ketika itulah Ibn Rusyd dapat
jika akhirnya ia menjadi seorang tokoh menyelesaikan kitab-kitab karangannya,
yang dihormati dan dikagumi karena antara lain kitab-kitab mengenai ilmu kalam
kemahirannya dalam berbagai disiplin dan penafsiran buku-buku Aristotelis. Pada
ilmu, termasuk ilmu fikih.12 tahun 1184 M/580 H. Ibn Tufail ketika itu

11
Abbas Mahmud al-Aqqad, Ibn Rusyd, (Mesir: Dar Lihat. Zainal Abidin Ahmad, Riwayat Hidup Ibnu
al-Ma’arif, t.th.), h. 18. Lihat. Zainal Abidin Ahmad, Rusyd (Averroes) Filosuf Islam Terbesar di Barat),
Riwayat Hidup Ibnu Rusyd (Averroes) Filosuf Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1975),h. 33-34
13
Terbesar di Barat), (Jakarta: Bulan Bintang, 1975),h. Muhammad Athif, al-Nuzu’ah al-Aqliyyah fi Falsafah
26-27. Ibn Rusyd, (Mesir: Dar al-Ma’arif, t.th.) h. 24.
12 14
Kamil Muhammad Muhammad Uraidhah, Ibn Abd al-Mu’min adalah penguasa kedua pada
Rusyd al-Andalusi, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Dinasti al-Muwahhidin. Lihat Zainal Abidin
1993), h. 25. Bandingkan Zainal Abidin Ahmad, Ahmad, Op.cit. h. 53.

Tashwir Vol. 3 No. 8, Oktober – Desember 2015 355


sebagai dokter istana umurnya telah lanjut, konfirmasikan kepada Ibn Rusyd.
maka Khalifah Yusuf memanggil Ibn Rusyd Dalam hal ini Ibn Rusyd meluruskan
untuk mendampingi Ibn Tufail sebagai bahwa tulisan itu bukan tetapi
dokter istana. Sejak itu Ibn Rusyd resmi (raja dua deratan), kesalahan ada
sebagai dokter pribadi Khalifah. Setelah itu pada pihak pembaca. Meskipun
Khalifah Yusuf memerintahkan Ibn Rusyd demikian, pembelaan Ibn Rusyd ini
untuk kembali ke Kordova untuk memang- tidak merubah keputusan Khalifah
ku jabatan sebagai Ketua Mahkamah Agung untuk menghukumnya.
(Qadhi al-Qudhah) di kota tersebut. 4. Ibn Rusyd memanggil Khalifah dengan
Tidak lama setelah pengangkatan Ibn sebutan “Ya akhy”. Sebutan itu suatu
Rusyd sebagai Ketua Mahkamah Agung, perkataan yang sama sekali tidak
Khalifah Yusuf wafat (1184 M/580 H) dan mengandung penghormatan kepada
digantikan oleh puteranya Yya’qub al- khalifah, bahkan sebaliknya bertendensi
Manshur Billah. Kedudukan Ibn Rusyd di menganggap enteng kepada khalifah.
sisi Khalifah ke empat Dinasti Muwahhidin
ini semakin tinggi, sehingga menimbulkan Terlepas dari sebab-sebab diasingkan-
kecemburuan dari pihak lian, terutama para nya Ibn Rusyd sebagaimana di atas, maka
fukaha. Kondisi ini yang akhirnya mem- menurut Kamil Muhammad (ahli sejarah
bawa fitnah terhadap Ibn Rusyd, sehingga berkebangsaan Mesir) yang merupakan
ia disingkirkan ke Lusena pada tahun 1195 penyebab utama adalah pertentangan
M/593 H. antara pendapat para fukaha konservatif
dengan tulisan Ibn Rusyd. Para fukaha
Mengenai sebab-sebab terjadinya mengklaim bahwa ajaran filsafat adalah
hukuman pengasingan Ibn Rusyd oleh sesat, sementara tulisan Ibn Rusyd justeru
Khalifah Ya’qub al-Manshur ini, sebagai- membela filsafat. Jika demikian halnya
mana dikemukakan oleh Zainal Abidin berarti keputusan pengasingan terhadap
Ahmad 15 Ibn Rusyd dilakukan oleh Khalifah Ya’Qub
1. Ibn Rusyd menulis kitab-kitab filsafat al-Manshur buka karena merasa benci,
dan falak, serta menafsirkan buku-buku tetapi semata-mata untuk meredam gejolak
Aristotelis dan membuat ringkasan. para fukaha yang melontarkan sebutan kafir
Kitab-kitab tulisan Ibn Rusyd ini kepada filusuf dan mengutuk mereka.16
dianggap bertentangan dengan syariat Pengasingan kepada Ibn Rusyd
Islam oleh para fukaha pada saat itu, berlangsung tidak lama hanya satu tahun.
sehingga mereka menuduh Ibn Rusyd yakni setelah para ulama dan cendekiawan
sebagai orang kafir. muslim meminta kepada Khalifah Ya’qub
2. Ibn Rusyd dituduh tidak mempercayai al-Manshur untuk melepas kembali Ibn
keberadaan kaum d dan tidak percaya Rusyd, dan atas penyesalan Khalifah Ya’qub
pula bahwa mereka ditumpas dengan al-Manshur itu sendiri memutus untuk
angin topan, jika seperti itu, berarti Ibn mengasingkannya, maka pada tahun 1197
Rusyd dituduh mengingkari al-Quran. M/594 H. maka Ibn Rusyd dilepaskan dari
3. Ibn Rusyd menulis kitab “al-Hayawan” pengasingan. Khalifah Ya’qub al-Manshur
dan menyebut jenis-jenis binatang. memanggil kepada Ibn Rusyd kembali ke
Ketika menulis jerapah dia berkata Marakisy untuk memperbaiki kredibilitas
(aku melihat Jerapah namanya yang telah tercemar karena
di dekat raja Barbar). Ketika tulisan itu hukuman pengasingan itu. Hanya saja Ibn
dilihat oleh Khalifah Ya’qub al-Manshur Rusyd berada di Marakisy untuk terakhir
dia terdsinggung, kemudian di-
16
Kamil Muhammad Uraidh, Op.cit. h. 28 Zainal
15
Zainal Abidin Ahmad, Op.cit, h. 73-77 Abidin Ahmad, Op.cit, h. 73-77.

356 Tashwir Vol. 3 No. 8, Oktober – Desember 2015


ini tidak berlangsung lama, karena pada buah dibidang sastra Arab, dan 11 buah
tahun tahun 1198 M/595 H. di kota Marakisy tidak disebutkan mungkin dibidang ber-
ibukota Marokko. Usia Ibn Rusyd 72 bagai ilmu pengetahuan. Renan menemu-
tahun menurut hitungan tahun masehi, kan karya Ibn Rusyd sebagian besar dalam
atau 72 tahun menurut hitungan hijriyah. bahasa Latin dan Ibrani. Hanya 10 buah
Ibn Rusyd adalah seorang ulama besar, yang masih bisa dijumpai dengan bahasa
penulis yang produktif, dan komentator aslinya, yaitu bahasa Arab. Diantaranya, 2
yang dalam terhadap filsafat Aristoteles. buah bidang filsafat, 3 buah bidang
Kegemarannya terhadap ilmu sukar dicari kedokteran, 3 buah bidang fiqih, dan 2 buah
bandingannya, karena menururut riwayat- dalam bidang ilmu kalam.18
nya, sejak kecil ia tidak pernah terputus Dalam pengantar kitab “Tahafut al-
membaca dan mempelajari kitab-kitab, Tahafut” Sulaiman Dunya menyebut jumlah
kecuali pada malam ayahnya meninggal dan kitab Ibn Rusyd sebanyak 47 buah. Dalam
malam perkawinannya. Karya-karya ilmiah kitab “al-Nuz’ah al-Aqliyyah fi Falsafah Ibn
Ibn Rusyd meliputi berbagai ilmu, seperti; Rusyd” Muhammad Athif al-Iraqi menyebut
fikih, bahasa, kedokteran, falak, politik, sebanyak 22 buah. Dalam kitab “Maushu’ah
akhlak, dan filsafat. Tidak kurang dari al-Falsafah, Abd al-Rahman al-Badawi
10.000 lembar yang telah ditulisnya selama menyebut sebanyak 23 buah. Dalam kitab
hidupnya. “Dairah al-Ma’arif al-Islamiyyah” disebut-
Kitab-kitabnya ada kalanya merupakan kan 10 buah. Dan dalam kitab “Ibn Rusyd
tulisan sendiri, atau ulasan, atau ringkasan. al-Andalusi”Karnil Muhammad menyebut
Salah satu kelebihan karya tulisnya ialah sebanyak 22 buah.
gaya penuturan yang mencakup komentar, Buku-buku yang paling penting dan
koreksi dan opini sehingga karyanya hidup yang sampai kepada kita ada empat yaitu:
dan tidak sekedar deskripsi belaka, namun 1) Fashl al-Maqal fi ma Bain al-Hikmah wa
karangannya sulit ditemukan. Karena al-Syari’ah min al- Ittishol (ilmu kalam).
sangat tinggi penghargaanya terhadap Buku ini dimaksudkan untuk menunjuk-
Aristoteles, maka tidak mengherankan kan adanya persesuaian antara filsafat dan
kalau ia memberikan perhatian yang besar syari’at. Dan sudah pernahditerjemahkan
untuk mengulaskan dan meringkas filsafat kedalam bahasa Jerman pada tahun 1859 M
Aristoteles, sehingga ia disebut komentator olehMuler, orientalis asal Jerman. buku ini
Aristoteles. Buku-buku yang telah diulasnya telah diterbitkan oleh Joseph Muller di
ialah buku-buku karangan Plato, Iskandar Jerman pada tahun 1859 M bersama kitab
Aphrodisis, Galinus, al-Farabi, Ibn Sina, al- Manahij al-Adillah dan Dhamimah li
Ghazali, dan Ibn Bajjah.17 Mas’alah al-Ilm al-Qadim, dengan judul
Ernast Renan, seorang peneliti dan “Falsafah Ibn Rusyd. Kemudian diterbitkan
sarjana Prancis telah berusaha mencari di Kairo pada tahun 1895 M. 2) Al-Kasyf’an
buku-buku karya Ibn Rusyd diberbagai Manahij al-Adillah fi Aqaidi Ahl al-Millah
perpustakaan di Eropa. Di perpustakaan (ilmu kalam). Buku ini menguraikan
Eskuirial di Madrid Spaanyol. Renan tentang pendirian aliran-aliran ilmu kalam
menemukan buku-buku Ibn Rusyd dan kelemahan-kelemahannya. Dan sudah
sebanyak 78 buah, diklasifikasikan sebagai pernah diterjemahkan ke dalam bahasa
berikut; 28 buah dalam bidang filsafat, 20 Jerman juga oleh Muler, pada tahun 1859.
buah dibidang kedokteran, 8 dibidang 3) Tahafut al-Tahafut. Suatu buku yang
hukum Islam/ fiqih, 5 dibidang ilmu kalam, terkenal dalam lapangan filsafat dan ilmu
4buah dibidang ilmu bintang/ astronomi, 2 kalam, dan dimaksudkan untuk membela

17 18
Ahamd Hanafi,Pengantar Filsafat Islam, (Jakarta: Fuad Mahbub Siraj, Ibn Rusyd, Cahaya Islam di Barat,
Bulan Bintang, 1996), h. 165 (Jakarta: Dian Rakyat, 2012), h. 19

Tashwir Vol. 3 No. 8, Oktober – Desember 2015 357


filsafat dari serangan al-Ghazali dalam dipimpin oleh Abd al-Mu’min pada tahun
bukunya Tahafut al-Falasifah karya Khaujah 1147 M/541 H.20
Zadah . Kitab ini dicetak di al-Mathba’ah al- Setelah berhasil menjatuhkan Dinasti
Alamiyyah Kairo pada tahun 1885 bersama Murabithun, Abd. al-Mu’min berambisi
kitab Tahafut al-Falasifah karya al-Ghazali memperluas wilayah kekuasaannya ke
dan Tahafut karya Zadah. Buku Tahafut al- wilayah Timur. Pada tahun 1152 M/552 H.
Tahafut berkali-kali diterjemahkan kedalam Al-Jazair dapat direbut, kemudian pada
bahasa Jerman, dan terjemahannya ke tahun 1158 M/553 H. giliran Tunisia, dan
dalam bahasa Inggris oleh Van Den Berg dua tahun kemudian setelah itu Tripoli juga
terbit pada tahun 1952 M.19 4) Bidayatul al- dapat dikuasainnya. Sementara wilayah
Mujtahid wa Nihayat al-Muqtashid. Buku ini kekuasaan kaum Kristen dari Murabithun
bernilai tinggi, karena berisi perbandingan juga dapat ditaklukkan oleh Muwahhidun
mazhab (aliran-aliran) dalam fiqih dengan di bawah pimpinan Aabd al-Mu’min.
menyebutkan alasannya masing-masing. Setelah meraih sukses besar dalam karir
buku ini telah dicetak berulang kali di politiknya, akhirnya Abd al-Mu’min
Istanbul pada tahun 1915 M, di Kairo pada meninggal dunia pada tahun 1162 M/558
tahun 1950, bahkan di Indonesia dicetak dan H. dan menyerahkan kekuasaan kepada
diterbitkan oleh PT. Usaha Keluarga anaknya Yusuf ibn Abd al-Mu’min.
Semarang
Sebagaimana ayahnya, Yusuf juga
Adapun situasi politik pada masa Ibn berambisi memperluas baik kesebalah Barat
Rusyd pemerintahan Andalusia di pimpin maupun ke Timur. Pada masa pe-
oleh Dinasti Muwahhidun. Munculnya merintahannya, Dinasti Muwahhidun dua
Dinasti Muwahhidun sebagaimana kali menyerang wilayah Andalus yang
kemunculan Dinasti Murabitun, yaitu dikuasai kaum Kristen. Pertama, terjadi pada
Dinasti sebelum Muwahhidun, yang tahun 1169 M/565 H. yang berhasil merebut
muncul bermula dari gerakan keagamaan Toleda. Kedua, terjadi pada tahun 1184 M/
yang akhirnya berubah menjadi politik. 580 H. yang berhasil menaklukkan Syanfuri
Untuk memperoleh kekuasaan politik, serta berhasil menghancurkan tentara
Dinasti tersebut harus menghadapi Kristen di daerah Lisabon. Ketika merebut
kekuatan militer baik dari kalangan sesama wilayah Lisabon inilah Yusuf ibn Abd al-
muslim maupun umat Kristen. Mu’min wafat.21
Ketika Yusuf ibn Tasyfin meninggal Dinasti Muwahhidun dilanjutkan oleh
dunia, ia mewariskan kepada anaknya; Ali putera Yusuf ibn Mu’min, yaitu Ya’qub al-
ibn Yusuf wilayah kekuasaan yang sangat Manshur yang memerintah sejak tahun
luas termasuk Andalus. Untuk mem- 1184-1199 M/580-595 H. Pada pertama
pertahankan dan mengembangkan wilayah- kekuasaannya terjadi pemberontakan oleh
wilayah kekuasaannnya, Ali ibn Yusuf tidak kaum Kristen yang berusaha merebut
jarang memimpin pasukannya berjihad wilayah-wilayah kekuasaan Islam di
melawan kaum Kristen, dan berhasil Andalusia, akan tetapi pemberontakan itu
memperoleh kemenangan terhadap anak bisa dipatahkan, bahkan raja Alfonso
Alfonso VI pada tahun 1108M/501 H. bertekuk lutut dengan menerima konsensi
Setelah itu Ali ibn Yususf mengalami terhadap Dinasti Muwahhidun. Kekalahan
kekalahan pada pertempuran di Cuhera raja Alfonso ini berakibat adanya rasa
pada tahun 1129 M/522 H. Akhirnya Dinasti dendam yang mendalam dan akhirnya pada
Murabithun ini tidak dapat bertahan ketika tahun 1199 M/591 H. bala tentara Kristen
berhadapan dengan al-Muwahhidun yang memberontak lagi ke wilayah Andalusia

19 20
Ahmad Hanafi, op. cit., h. 166 Philip K. Hitti, Op.cit. h. 541.

358 Tashwir Vol. 3 No. 8, Oktober – Desember 2015


untuk merebut kekuasaan Islam. Akan yang tinggi pada masyarakat yang lain
tetapi pemberontakan kaum Kristen yang masih berada dalam kegelapan.
kedua kali ini juga dapat dipatahkan oleh Pada masa pemerintahan Dinasti
tentara Muwahhidun, bahkan tentara Muwahhidun pembangunan merupakan
Kristen ditawan sebanyak 2000 orang. kelanjutan dari Dinasti Murabithun.
Disamping kemenangan yang diperoleh Pembangunan di Andalusia semakin
Dinasti Muwahhidun di bawah ke- nampak kemajuannya. Selain pembangun-
pemimpinan Ya’qub al-Manshur juga an beberapa kantor dan masjid, pada masa
mampu membantu Salahuddin al-Ayyubi pertengahan abad VI hijriyah di Andalusia
dengan mengirim 180 unit kapal perang telah didirikan pabrik kertas tulis. Industri
untuk melawan tentara Kristen pada perang inilah yang kemudian berkembang sampai
Salib. 22 Setelah mencapai puncaknya di ke Eropah. 25
bidang politik, maka Ya’qub al-Manshur
Adapun perkembangan ilmu pe-
mwninggal dunia pada tahun 1198 M/595
ngetahuan dan fikih pada masa
H. bersamaan dengan wafatnya Ibn Rusyd.
pemerintahan Dinasti Muwahhidun, ilmu
Para penguasa Dinasti Muwahhidun pengetahuan di Andalusia mengalami
setelah Ya’qub al-Manshur pada umumnya kemajuan yang sangat pesat. Universitas
lemah, sehingga membawa kemunduran Cordova yang didirikan oleh al-Hikam II
pada Dinasti tersebut. Dinasti Muwahhidun (961-976 M/350-366 H) merupakan pusat
telah diusir dari Andalus pada tahun 1232 pengembangan ilmu pengatahuan, baik di
M.629 H. dan pada tahun 1269 M/667 H. kalangan kaum muslimin maupun kaum
Dinasti ini mengalami kehancuran. Kristen. Ketika Abd al-Mu’min sebagai
Dari uraian tersebut di atas, dapat khalifah, Ibn Rusyd dipanggil secara khusus
diketahui bahwa pada masa kehidupan Ibn untuk menangani masalah pendidikan di
Rusyd, negara selalu dalam peperangan Marakisy. Ini membuktikan bahwa Abd al-
untuk melawan orang-orang Kristen, Mu’min gemar terhadap ilmu pe-
disamping juga peperangan antar umat Is- ngetahuan.26
lam sendiri. Begitu pula pengganti Abd al-Mu’min,
Dilihat dari sosial kemasyarakatan, Yusuf ibn Abd al-Mu’min mempunyai sikap
masyarakat Andalusia adalah masyarakat yang sama. Bahkan khalifah ini memiliki
heterogen, terdiri dari bermacam-macam semangat yang tinggi dibandingkan dengan
suku bangsa. Secara garis besar warga ayahnya. Ia mengumpulkan buku-buku
Andalusia di masa kehidupan Ibn Rusyd dari berbagai wilayah Andalusia, ia juga
adalah terdiri dari suku bangsa Arab, Barbar mengundang para ulama, khususnya ulama
dan Spanyol asli.23 D isisi lain, Andalus yang menguasai bidang nalar. Sedangkan
memiliki sumber daya alam yang sangat ulama yang berada di sisinya mencapai
potensial, yakni terdapat tambang emas, jumlah yang belum pernah terjadi pada
perak, besi dan timah yang melimpah.24 preode khalifah sebelumnya.27
Heterogen warga Andalusia dan Situasi dan kondisi pada masa
kekayaan alam yang dimiliki ini merupakan Muwahhidun ini mencapai puncaknya
modal dasar dalam membangun bangsa, kemajuannya, sehingga orang awampun
sehingga mereka mempunyai peradaban berlomba-lomba untuk mengumpulkan
kitab-kitab, dan merupakan kebanggaan
21
Kafrawi Ridwan, Ensklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar
25
Baru Van Hoeve, 1993), h, 321. Philip, K. Hitti, Op.cit., h 564.
22 26
Kamil Muhammad ‘Uraidh, Op.cit. h. 29. Abd al-Rahman Badawi, Mausu’ah al-Falsafah,
23
Abd al-Halim Uwais, Ibn Hazm al-Andalusi, (Kairo: (Beirut: al-Muassasah al-Arabiyyah, 1984), h. 146-
Dar al-I’tisham, t.th.), h.43. 147
24 27
Hilmi Ali Sya’ban, Fath al-Andalus, Op.cit, h. 27. Kamil Muhammad ‘Uraidh, Op.cit. h. 25-26.

Tashwir Vol. 3 No. 8, Oktober – Desember 2015 359


jika memiliki koleksi kitab yang lebih D. Metode Istinbath Hukum Ibn
banyak. 28 Rusyd Dalam Kitab Bidayah al-
Adapun para ulama/ilmuan yang Mujtahid
muncul pada masa pemerintahan Kitab fikih Bidayah al-Mujtahid, secara
Muwahhidun ini antara lain: 1) Abu Ja’far lengkap namanya adalah Bidah al-Mujtahid
Ahmad ibn Muhammad al-Gafiqi, ia wa Nihayah al-Muqtashid yang berarti
menguasai bidang ilmu obat-obatan dengan “Tingkat pemula bagi seorang ahli hukum
kitabnya al-Adwiyyah al-Mufradah. 2) Ibn dan tingkat akhir bagi seorang yang ilmunya
Tufail, ia seorang ahli filsafat dan kedokteran, sederana”. Dari nama ini dapat dipahami
kitabnya yang terkenal adalah Hayy ibn bahwa Ibn Rusyd menulis kitab tersebut
Yaqzhan. 3) Muhammad al-Mizani, ia sebagai persiapan awal bagi seorang yang
seorang ahli geografi yang terkenal. 4)Jabir hendak melakukan ijtihad dan sebagai
ibn Aflah ibn Muhammad, ia penulis kitab pegangan utama bagi orang-orang yang
al-Hai’a yang memuat angka-angka ilmunya sederhana (selain mujtahid). Ibn
trigonometeri yang masih digunakan sampai Rusyd menulis kitab tersebut yang dalam
sekarang 5) Ibn Rusyd, ia mempunyai pembahasannya mengemukakan bagian-
keahlian dari berbagai disiplin ilmu, antara bagiannya yaitu; Bagian ibadah 77 masalah,
lain; filsafat, kedokteran dan fikih. 6) Ibn akhwal syakhshiyyah 20 masalah,
Arabi, ia seorang sufi yang terkenal dengan muamalah madaniyyah 36 masalah, jinayah
wihdah al-wujud. karya kitabnya antara lain: 6 masalah dan peradilan 4 masalah.
al-Futuhah al-Makkiyyah. 29 Pada penelitian ini bagian ibadah yang
Sedangkan dalam bidang fikih, diteliti ada tiga masalah, yaitu; masalah
pemerintahan Muwahhidun sebagaimana batasan khuff yang disapu, Batasan Waktu
pada masa pemerintahan Dinasti Mu- Bolehnya Mengusap Sepatu (Khuff), dan
rabithun, yaitu bermazhab Maliki, karena hukum berwudhu karena bersentuhan
kondisi masyarakat dalam bermazhab tidak dengan wanita yang bukan mahram. Pada
mengalami perubahan, hanya saja di bagian akhwal al-Syakhshiyyah 2 masalah;
kalangan petinggi dan elit penguasa yaitu persetujuan perkawinan bagi gadis
nampaknya mempunyai sikap yang dewasa, dan perkawinan bagi orang yang
berbeda. Hal ini dapat diketahui bahwa Abd sedang melakukan ihram. Pada bagian
al-Mu’min pernah berguru kepada Ibn muamalah madaniyyah 2 masalah; yaitu
Hazm al-Zhahiri. Begitu pula Ya’qub al- menjual pohon kurma dengan buahnya,
Manshur yang bermazhab Syafi’i.30 dan pewarisan antar pemeluk agama non
Maka dapat diketahui bahwa Ibn muslim. Pada bagian jinayah 1 masalah;
Rusyd hidup pada masa masyarakat yaitu pembunuhan sengaja oleh orang
Andalusia umumnya bertaklid pada merdeka terhadap hamba sahaya. Dan pada
mazhab Maliki, namun para elit penguasa bagian murafa’at 1 masalah; yaitu jumlah
memberikan kesempatan kepada saksi pada selain kasus zina.
masyarakat untuk bermazhab selain Maliki. Bagian Ibadah
Kondisi ini tentunya berpengaruh kepada Pada bagian ibadah ada beberapa per-
pemkiran istinbath hukum Ibn Rusyd pada masalahan yang Ibn Rusdy mengemukakan
bidang fikih. pendapatnya antara lain:
1. Batasan Sepatu (Khuff)Yang Disapu
Tentang batasan khuff yang disapu,
fukaha berbeda pendapat dalam hal
28
batasan khuff yang wajib disapu. Dalam
Abbas Mahmud Aqqad, Op.cit. h. 6.
29
Philip Kitti, Op.cit. h. 181-184. hal ini Malik dan Syafi’i berpendapat
30
Abbas Mahmud Aqqad, Op.cit. h. 9 bahwa yang wajib disapu hanya bagian

360 Tashwir Vol. 3 No. 8, Oktober – Desember 2015


atas (luar)nya saja, sedangkan menyapu anggap sanadnya lebih kuat. Sedangkan
bagian dalam Hanifah berpendapat Nafi’ men-tarjih dengan menguatkan
bahwa yang wajib disapu hanyalah sunnah Mughirah ra. karena mengqiyas-
bagian luarnya saja, dan tidak kan antara menyapu dengan membasuh.
dihukumkan sunnat untuk menyapu Pada permasalahan ini Ibn Rusyd
bagian dalamnya. Sedangkan Ibnu Nafi’ lebih mendahulukan al-jam’u sebagai-
berpendapat wajib menyapu bagian luar mana Malik dan Syafi’i, ia meng-
dan dalam. Perbedaan pendapat karena kompromikan dua sunnah di atas.
adanya sunnah yang bervariasi, yaitu: Metode ini berbeda dengan metode
a. Riwayat Ibnu Majah dari Mughirah yang digunakan oleh Hanafi yang
ra.: mendahulukan Tarjih dari pada al-
Jam’u. Dalam hal ini Ibn Rusyd ber-
pegang kepada prinsip yang diketengah-
kan oleh jumhur ushuliyyin, yaitu lebih
mendahulukan al-Jam’u dari pada tarjih.
Dari Mughirah bin Syu’bah ra. Dengan metode al-jam’u ini maka
Sesungguhnya Rasulullah SAW. Ibn Rusyd mengkompromikan dua
menyapu khuff pada bagian atas dan buah sunnah di atas, dengan meng-
bawahnya. artikan bahwa sunnah yang diriwayat-
b. Riwayat Abu Dawud dari Ali ra.: kan oleh Ali ra. sebagai hal yang wajib,
sedangkan sunnah yang diriwayatkan
oleh Mughirah ra. sebagai hal yang
sunnah.
Dengan uraian di atas, maka dapat
diketahui bahwa Ibn Rusyd sependapat
dengan Malik dan Syafi’i yang
Dari Ali ra. dia berkata: Seandainya menggunakan metode al-jam’u dengan
agama hanya menggunakan pikiran, mempertemukan hadis riwayat Ali ra.
sudah tentu bagian bawah khuff lebih dan Mughirah ra. dan berbeda dengan
utama disapu dibandingkan atasnya. Hanafi yang mendahulukan Tarjih
Sungguh aku pernah melihat
Rasulullah SAW. menyapu khuff di 2. Batas Waktu Bolehnya Mengusap Sepatu
bagian luarnya. (Khuff)
Pada masalah batas waktu bolehnya
Malik dan Syafi’i menetapkan
mengusaf khuff fukaha berbeda
masalah tersebut dengan mengambil al-
pendapat. Malik berpendapat bahwa
jam’u. 33yaitu menggabungkan riwayat
menyapu khuff tidak dibatasi waktu,
sunnah Mughirah ra. dan Ali ra. Berbeda
selama pemakai tidak melepaskannya
dengan Abu Hanifah yang mengguna-
dan belum jinabah, ia tetap boleh
kan metode tarjih dengan memilih
mengusapnya. Tetapi Abu Hanifah dan
sunnah riwayat Ali ra. karena meng-
Syafi’i berpendapat bahwa menyapu
khuff dibatasi waktu. Perbedaan
31
Muhammad ibn Yazid Ibnu Majah al-Quzwini, pendapat disebabkan riwayat sunnah :
Sunan Ibnu Majah, Kairo, Dar Ihya al-Kutub al-
Arabiyyah, t.th. h. 182-183. a. Riwayat Muslim dari Ali ra.:
32
Abu Dawud al-Jisistani, Sunan Abu Dawud,
Bandung, Maktabah Dahlan, t.th. jilid 1, h. 42.
33
Ibnu Rusyd, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-
Muqtashid, Semarang, Usaha Keluarga, t.th. Jilid
1, h. 13-14.

Tashwir Vol. 3 No. 8, Oktober – Desember 2015 361


Dari Shafwan bin ‘Assal dia berkata:
Rasulullah SAW. memerintahkan kami
ketika dalam bepergian untuk tidak
melepas khuff kami selama tiga hari
tiga malam, kecuali lantaran janabat,
tetapi (tidak diperintahkan melepas)
Dari Syuraih bin Hani, dia berkata:
lantaran kencing, buang air besar dan
Saya mendatangi Aisyah dan bertanya
tidur.
dalam hal mengusap dua khuff, kemu-
dian ia menjawab, datanglah kepada Dalam masalah tersebut di atas,
Ali ibn Abi Thalib dan tanyakan Malik mengambil jalan tarjih dengan
kepadanya, karena sesungguhnya dia menguatkan sunnah yang diriwayatkan
telah bepergian bersama Rasulullah Ubay ibn Imarah. Sedangkan Abu
SAW. Kemudian kami bertanya kepada Hanifah dan Syafi’i menguatkan riwayat
Ali, dan dia menjawab bahwa Ali ra. dan Shafwan ibn ‘Assal.
Rasulullah SAW, membatasi tiga har Menanggapi dalam masalah di atas
tiga malam bagi musafir dan satu hari Ibn Rusyd mengatakan bahwa yang
satu malam untuk mukim. harus diperpegangi adalah sunnah
riwayat Ali ra. dan Shafwan ibn Assal,
b. Riwayat Abu Dawud dari Ubay ibn karena kedua sunnah riwayat itulah
Imarah: yang lebih kuat dibandingkan dengan
sunnah yang diriwayatkan oleh Ubay
Ibn Imarah.37 Karena menurut keten-
tuan tarjih bahwa sunnah yang
diriwayatkan oleh perawi yang jumlah-
nya lebih banyak harus diutamakan dari
Sesungguhnya dia bertanya: Wahai sunnah yang perawinya lebih sedikit.
Rasulullah! Apakah boleh aku meng- Disamping itu, kemampuan perawi
usap kedua khuff ? Boleh, jawab Rasul dalam bidang hukum merupakan
SAW. Ubay menanyakan lagi. Dalam pertimbangan yang sangat penting
satu SAW. Tanya Ubay, tiga hari? dalam men-tarjih sebuah sunnah.
Boleh, jawab Rasul SAW. Tanya Ubay, Dalam men-tarjih perawi yang lebih
tujuh hari? Jawab Rasul SAW selanjut- mengetahui tentang hukum harus
nya, boleh, usaplah sekehendakmu. didahulukan riwayatnya dari pada
perawi yang memiliki kemampuan di
c. Riwayat Turmudzi dari Shafwan bin bawahnya. Dalam kasus ini Ibn Rusyd
Assal ra.: memandang bahwa kemampuan Ali ra.
lebih tinggi dibanding kemampuan
Ubay, sehingga Ibn Rusyd lebih
menguatkan sunnah yang diriwayatkan
Ali ra. dari pada sunnah yang
diriwayatkan oleh Ubay.
Dari uraian di atas dapat diketahui
bahwa Ibn Rusyd lebih berpihak kepada
34
Muslim bin Hajjaj al-Qusyairi, Shahih Muslim, Juz 1, pendapat Hanafi dan Syafi’i melakukan
Beirut, Dar al-Jail, t.th. h. 159. tarjih dengan menguatkan sunnah yang
35
Abu Dawud, Op.cit. h. 40-41. diriwayatkan oleh Ali ra. dan Shafwan,
36
Abu Isa Muhammad bin Isa al-Turmudzi, Sunan
al-Turmudzi, juz 1, Beirut, Dar Ihya al-Turats al-
37
Araby, t.th. h. 159. Ibn Rusyd, Op.cit. h. 1-15.

362 Tashwir Vol. 3 No. 8, Oktober – Desember 2015


yang berbeda dengan Malik yang diutamakan dibanding pengertian
berpegang dengan sunnah yang hakiki.
diriwayatkan oleh Ubay. Menurut Ibn Rusyd lafaz
3. Hukum Berwudhu Karena Bersentuhan dalam persoalan ini lebih tepat diartikan
Dengan Wanita Yang bukan Mahram secara majazi. Karena Allah meng-
gunakan kinayah terhadap makna ber-
Fukaha berbeda pendapat dalam setubuh dengan dan yang
menetapkan masalah hukum berwudhu keduanya termasuk dalam pengertian
karena bersentukan dengan wanita yang . 38 Dengan metode ini Ibn Rusyd
bukan mahram. Malik dan Syafi’i menetapkan bahwa sentuhan seorang
berpendapat bahwa sentuhan dengan laki-laki dengan wanita bukan mahram
wanita yang bukan mahram adalah tidak membatalkan wudhu.
membatalkan wudhu. Sementara itu,
Hanafi mengatakan bahwa sentuhan Dari uraian tersebut di atas, dapat
tersebut tidak membatalkan wudhu. diketahui bahwa metode yang di-
Perbedaan pendapat itu karena adanya gunakan oleh Ibn Rusyd adalah metode
perbedaan pendapat terhadap lafaz yang digunakan oleh Hanafi dengan
“ “ pada surah al-Maidah ayat 6 menta’wilkan makna hakiki kepada
sebagai berikut: makna majazi.

Bagian Akhwal al-Syakhsyiyyah (Keluarga)


Bagian akhwal al-syakhsyiyyah
(keluarga) beberapa permasalahan yang
diketengahkan oleh Ibn Rusyd, antara lain:
1. Persetujuan Perkawinan bagi Gadis
dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan
Dewasa
atau kembali dari tempat buang air
(kakus) atau menyentuh perempuan, lalu Para fukaha berbeda pendapat
kamu tidak memperoleh air, maka dalam menetapkan masalah persetujuan
bertayamumlah dengan tanah yang baik perkawinan bagi wanita gadis dewasa
(bersih); yang ada ayahnya. Malik dan Syafi’i
mengatakan bahwa gadis dewasa yang
Dalam bahasa Arab lafaz bisa mempunyai ayah tidak perlu dimintai
diartikan secara hakiki, yaitu persetujuannya dalam melangsungkan
“menyentuh” bisa pula diartikan secara perkawinan dan cukup persetujuan
majazi yaitu “bersetubuh”. Malik dan ayahnya. Sedangkan Hanafi, Auza’i dan
Syafi’i menggunakan arti hakiki maka Abu Tsaur berpendapat bahwa gadis
ia menganggap batalnya wudhu karena tersebut harus dimintai persetujuannya.
sentuhan. Karena jika suatu lafaz bisa Perbedaan pendapat itu dikarena-
diartikan secara hakiki dan majazi maka kan adanya pertentangan antara dalilal-
yang harus diutamakan adalah makna khithab dengan ketentuan umum
hakiki, kecuali ada indikasi bahwa tentang masalah di atas. Dalilal-khithab
pemakaian majazi itu lebih utama. yang dimaksud adalah pemahaman dari
Sedangkan Hanafi menggunakan sunnah riwayat Abu Dawud dari Abu
arti majazi, maka ia menganggap tidak Hurairah ra.:
batalnya wudhu, karena ia berpegang
kepada kaidah “jika suatu lafaz
pengertiannya banyak dipakai secara
majazi, maka pengertian majazi itu lebih
38
Ibn Rusyd, Op.cit. jld.1 h. 28.

Tashwir Vol. 3 No. 8, Oktober – Desember 2015 363


tersebut jika dilihat dari segi dilalah
lafalnya termasuk kategori manthuq,
sedangkan dalilal-khithab termasuk
kategori mafhum. Dalam ketentuan
tarjih bahwa apabila terjadi pertentang-
Dari Abu Hurairah ra. dia berkata, an antara dalil manthuq dengan mafhum,
Rasulullah SAW. bersabda: Gadis yatim maka didahulukan manthuq.
dimintai persetujuan tentang dirinya, Dengan metode inilah Ibn Rusyd
apabila ia diam berarti setuju, dan apabila berkesimpulan bahwa wanita gadis yang
dia menolak maka tidak boleh dewasa harus dimintai persetjuannya
mengawininya (HR. Abu Dawud). untuk melangsungkan perkawinan. Ibn
Rusyd sama dengan pendapat Hanafi,
Dalilal-khithab sunnah di atas Auza’i dan Abu Tsaur.
memberi paham bahwa gadis yang
berayah tidak perlu dimintai per- 2. Perkawinan Bagi Orang Yang Sedang
setujuannya dalam melangsungkan Melakukan Ihram
perkawinan. Dalil inilah yang di- Para fukaha berbeda pendapat
perpegangi oleh Malik dan Syafi’i. dalam hal perkawinan orang yang
Sedangkan dalil yang menunjuk- sedang berihram. Malik, Syafi’i dan
kan ketentuan umum tentang per- Ahmad bin Hanbal berpandangan
setujuan wanita gadis atas perkawinan- bahwa orang yang sedang berihram
nya dari sunnah yang diriwayatkan oleh tidak boleh melakukan kawin dan
Muslim Sufyan: mengawinkan. Sedangkan Hanafi
mengatakan bahwa orang yang sedang
melakukan ihram boleh kawin dan
mengawinkan. Perbedaan pendapat
para fukaha di tersebnut, karena adanya
pertentangan antara riwayat-riwayat
sunnah berikut:
Sufyan menceritakan kepada kami,
a. Sunnah riwayat Ibnu Abbas ra.
sesungguhnya Nabi SAW. bersabda: Gadis
itu dimintai persetujuan tentang dirinya
oleh ayahnya dan diamnya adalah
izinnya. (HR. Muslim)
Sunnah ini merupakan ketentuan Dari Ibn Abbas ra. Sesungguhnya
umum yaitu lafaz yang berlaku Rasulullah SAW menikahi Maimunah,
untuk semua gadis. Ketentuan inilah padahal beliau sedang berihram (HR.
yang diperpegangi oleh Hanafi, Auza’i Abu Dawud)
dan Abu Tsaur. Dalam menanggapi
persoalan ini Ibn Rusyd berpendapat b. Sunnah riwayat Maimunah ra.
bahwa ketentuan umum lebih kuat
untuk diperpegangi dari pada dalilal-
khithab. 41 Hal ini dikarenakan bahwa
ketentuan umum dalam sunnah

39
Abu Dawud, Op.cit. jld. 2, h.231
40 42
Muslim, Op.cit. jld. 2, h, 594. Abu Dawud, Op.cit, jld. 2, h. 169.
41 43
Ibn Rysud, op.cit. jld. 2, h. 4 Ibid.

364 Tashwir Vol. 3 No. 8, Oktober – Desember 2015


Dari Maimunah ra. dia berkata: Bagian Muamalah Madaniyyah
Rasulullah SAW. mengawini aku, Pada bagian muamalah madaniyyah
sedangkan kami dalam keadaan tidak Ibn Rusyd mengetangahkan pendapatnya
berihram. (HR Abu Dawud) mengenai beberapa masalah, antara lain :
1. Menjual Pohon Kurma Dengan Buahnya
c. Sunnah riwayat Utsman bin Affan ra.
Para fukaha berbeda pendapat
terhadap penjualan pohon kurma yang
berbuah, apakah buahnya untuk penjual
ataukah untuk pembeli. Jumhur ulama
berpendapat bahwa jika seseorang
Dari Utsman bin Affan ra. beliau menjual pohon kurma yang waktu
berkata,sesungguhnya Rasulullah terjadi transaksi belum terjadi
SAW. telah bersabda:”orang yang penyerbukan, maka buahnya untuk
sedang ihram tidak diperbolehkan pembeli. Namun jika jual beli itu terjadi
kawin dan mengawinkan (HR. Abu setelah penyerbukan, maka buahnya
Dawud) untuk penjual, kecuali jika pembeli
Malik, Syafi’i dan Ahmad bin mensyaratkan untuknya.
Hanbal menggunakan jalan tarjih Sedangkan Hanafi mengatakan, jika
dengan menguatkan sunnah riwayat terjadi transaksi jual beli seperti tersebut
Maimunah ra. dan Utsman bin Affan di atas, maka buahnya untuk penjual,
yang tidak membolehkan (haram) baik sebelum maupun sesudahnya
kawin atau mengawinkan pada ketika terjadi penyerbukan. Sedangkan
berihram. Sementara itu Hanafi men- pendapat Ibn Abi Layla, dalam masalah
tarjih dengan menguatkan sunnah yang ini adalah, jika terjadi transaksi
diriwayatkan oleh Ibn Abbas dengan sebagaimana tersebut di atas, maka
larangan yang makruh terhadap kawin buhanya untuk pembeli, baik sebelum
atau mengawinkan ketika berihram. atau setelah terjadi penyerbukan.
Dalam menanggapi hal tersebut Perbedaan pendapat itu dikarena-
maka Ibn Rusyd dengan menempuh kan adanya silang pendapat dalam
jalan jam’u wa al-taufiq. yaitu meng- memahami sunnah (menurut dalilal-
gabungkan antara dalil yang melarang khithab atau fahwa al-khithab) dan
dengan dalil yang menghalalkan, pertentangannya dengan qiyas.
dengan kesimpulan hukum bahwa Sunnah yang dimaksud adalah
kawin atau mengawinkan ketika sedang riwayat dari Ibn Umar sebagai berikut:
melakukan ihram hukumnya boleh.
Dari uraian di atas, dapat diketahui
bahwa Ibn Rusyd, dalam menetapkan
hukum masalah kawin atau
mengawinkan ketika berihram, dia tidak
menggunakan cara yang dilakukan oleh
para fukaha, baik Malik, Syafi’i, Ahmad, Dari Abdullah ibn Umar ra.
maupun Hanafi. ia menempuh cara SesungguhnyaRasulullahSAW. bersabda:
sendiri dengan jam’u wa al-taufiq. Barangsiapa menjual pohon kurma yang
telah dilakukan penyerbukan, maka buah-

45
Bukhari, Shahih Bukhari, (Bandung: PT al-Ma’arif,
44
Ibid, h.196. t.th.), jld. 2, h. 24.

Tashwir Vol. 3 No. 8, Oktober – Desember 2015 365


nya untuk penjual kecuali jika pembeli penjual, kecuali jika ada perysaratan
mensyaratkan buahnya. (HR. Bukhari). untuknya.
Sunnah di atas menjadi pegangan Dengan demikian, metode Ibn
bagi jumhur ulama dengan memakai Rusyd sama dengan metode yang
dalil al-khithab. Mereka mengatakan dilakukan oleh jumhur ulama, yaitu
bahwa penetapan buah kurma setelah menggunakan dalil al-khithab dari
terjadi penyerbukan untuk penjual itu sunnah tersebut di atas.
dapat dipahami bahwa, jika waktu
transaksi, kurma tersebut belum terjadi 2. Pewarisan Antar Pemeluk Agama Non
penyerbukan maka buahnya untuk Muslim
pembeli. Sedangkan Hanafi dalam Para ulama silang pendapat
memahami sunnah di atas meng- mengenai pewarisan antar pemeluk
gunakan fahwa al-khithab. Dia agama di luar Islam. Malik dan Ahmad
mengatakan jika buah tersebut harus bin Hanbal berpendapat bahwa mereka
diberikan kepada penjual sesudah pemeluk agama di luar Islam yang
penyerbukan, maka terlebih lagi harus berbeda-beda tidak bisa saling mewarisi.
diberikan kepadanya sebelum terjadi Sedangkan Syafi’i mengatakan bahwa
penyerbukan. orang-orang yang bukan beragama Is-
Sementara itu Ibn Abi Layla dalam lam mereka bisa saling mewarisi.
menetapkan masalah ini dengan Perbedaan pendapat itu dikarena-
memakai qiyas, ia meninggalkan kan adanya perlawanan antara sunnah
riwayat hadis Ibn Umar tersebut. dengan dalil al-khithab. Sunnah yang
Menurutnya, buah merupakan bagian dimaksud adalah riwayat dari Abdullah
dari pohon yang dijual. Ibn Amr ra.:
Dalam menanggapi masalah ini, Ibn
Rusyd lebih menguatkan pendapat
jumhur ulama dengan menggunakan
dalil al-khithab.46 Dia menolak metode
yang digunakan oleh Hanafi karena Dari Abdullah ibn Amr ra. ia berkata:
dinilainya menggunakan fahwa al- Rasulullah SAW. bersabda : Para pemeluk
khithab sebagai dalil yang lemah. Begitu dua agama yang berbeda tidak bisa saling
pula ia menolak cara yang dilakukan mewarisi. (HR. Abu Dawud).
oleh ibn Abi Layla dengan meningalkan
sunnah shahih dan berpegang kepada Sunnah tersebut dijadikan dalil
qiyas. Karena menurut Ibn Rusyd, oleh Malik dan Ahmad dalam
kedudukan sunnah shahih lebih kuat menetapkan masalah di atas. Adapun
dibandingkan dengan qiyas. Syafi’i berpegang kepada dalil al-
Dari data di atas, maka dapat khithab dengan memahami sunnah
diketahui bahwa pendapat ibn Rusyd yang diriwayatkan oleh Usamah ibn
adalah penjualan pohon kurma yang jual Zaid ra. sebagai berikut:
belinya terjadi sebelum penyerbukan
maka buahnya untuk pembeli, akan
tetapi jika jual beli itu terjadi setelah
penyerbukan maka buahnya untuk

46
Ibn Rusyd, Op.cit, h. 143.
47 48
Abu Dawud, Op.cit. jld. 3. h. 125 Al-Bukhari, Op.cit. jld. 4, h. 170.

366 Tashwir Vol. 3 No. 8, Oktober – Desember 2015


Dari Usamah ibn Zaid ra. Sesungguhnya Perbedaan pendapat tersebut dikarena kan
Nabi SAW. bersabda: Orang Islam tidak adanya pertentangan antara dalil al-khithab
mewarisi orang kafir, dan orang kafir tidak dari al-Qur’an dengan dalil umum sunnah
mewarisi orang Islam (HR. Bukhari). dan qiyas. Dalil al-khithab dari ayat al-
Qur’an pada surah al-Baqarah ayat 178,
Berdasarkan dalil al-khithab sunnah yaitu:
di atas dapat dipahami bahwa orang Islm
itu mewarisi sesama muslim, dan orang
kafir mewarisi sesama kafir. Dalil inilah
yang dipegang oleh Syafi’i.
Terhadap masalah di atas, Ibn Rusyd Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan
berpegang kepada sunnah sebagaima atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-
Malik dan Ahmad dan meninggalkan orang yang dibunuh; orang merdeka dengan
dalil al-khithab 49 yang dipegang oleh orang merdeka, hamba dengan hamba ..
imam Syafi’i. Karena sunnah yang
dipegang oleh imam Malik dan Ahmad Berdasarkan dalil al-khithab dari ayat
dilihat dari segi dilalah lafazhnya dapat dipahamkan bahwa orang merdeka
termasuk dalam kategori manthuq, yang membunuh hamba sahaya tidak di
sedangkan dalil al-khithab termasuk qishash. Dalil inilah yang dipegang oleh
mafhum. Sebagaimana diketengahkan Malik, Syafi’i al-Laits dan Abu Tsaur.
pada bab terdahulu, apabila terjadi Sementara itu dalil umum sunnah
pertentangan antara manthuq dan yang terkait dengan masalah di atas, yaitu
mafhum, maka manthuq harus lebih sunnah riwayat dari Amr ibn Syu’aib ra.:
didahulukan dari mafhum. Prinsip inilah
yang diperpegangi oleh Ibn Rusyd,
sehingga ia meninggalkan dalil al-
khithab dan perpegang dengan bunyi
sunnah. Dengan metode ini, maka Ibn
Rusyd menetapkan hukumnya bahwa
pemeluk agama yang bukan beragama
Islam yang berbeda-beda tidak saling
mewarisi. Dari Amr ibn Syu’aib dari ayahnya dari
kakeknya, dia berkata, Rasulullah SAW.
Bagian Jinayah bersabda: Orang-orang Islam itu sepadan
jiwanya, dan orang yang lebih rendah dari
Di antara pendapat yang diketengah-
mereka menanggung janji kepada yang lebih
kan Ibn Rusyd pada bagian jinayah adalah
tinggi, yang lebih tinggi menolong yang lebih
mengenai pembunuhan sengaja oleh orang
rendah. Dan mereka adalah satu tangan
merdeka terhadap hamba sahaya. Para
dalam menghadapi orang-orang selain
fukaha berbeda pendapat mengenai qishash
mereka... (HR. Abu Dawud).
orang merdeka yang membunuh dengan
sengaja terhadap hamba sahaya. Sunnah tersebut secara umum adalah
Malik, Syafi’i, al-Laits dan Abu Tsaur memberi pengertian bahwa jiwa sesama
mengatakan bahwa orang merdeka tidak muslim tidak perlu dibedakan, baik yang
dikenai qishash karena membunuh hamba merdeka maupun hamba sahaya.
sahaya. Sementara pendapat al-Nakha’i Sedangkan qiyas yang terkait dalam
bahwa orang merdeka yang membunuh masalah tersebut di atas, adalah penyamaan
hamba sahaya wajib dikenakan qishash.
50
49
Ibn Rusyd, Op.cit. h. 265. Abu Dawud, Op.cit. jld. 3, h. 80-82.

Tashwir Vol. 3 No. 8, Oktober – Desember 2015 367


qishash membunuh hamba sahaya dengan hukumnya dengan dua orang saksi laki-laki
qishash membunuh orang meredeka. yang adil. Sedangkan pendapat al-Hasan al-
Karena pembunuhan terhadap hamba Bashri bahwa bilangan saksi tersebut tetap
sahaya adalah haram sebagaimana empat orang saksi.
haramnya pembunuhan terhadap orang Silang pendapat itu dikarena adanya
merdeka. Baik dalil sunnah maupun qiyas perbedaan metode dalam menetapan
tersebut menjadi dasar al-Laits dalam hukum terhadap kasus di atas. Jumhur
menetapkan hukum pada kasus tersebut di ulama berpegang kepada al-Qur’an surah al-
atas. Baqarah ayat 282:
Menanggapi kasus di atas, maka Ibn
Rusyd menganggap lemah dalil yang
dikemukakan oleh Malik, Syafi’i, al-Laits
dan Abu Tsaur, ia menganggap lemah ...Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi
terhadap pendapat yang membeda- dari orang-orang lelaki diantara kamu...
bedakan antara pembunuhan hamba
sahaya dengan orang merdeka dalam hal Ayat tersebut, memberikan pengertian
qishash 51 Dengan demikian, Ibn Rusyd bahwa persaksian secara umum yang terdiri
berarti menguatkan pendapat al-Laits yang dari dua orang saksi laki-laki. Tetapi Hasan
tidak membeda-bedakan pembunuhan or- al-Bashri dalam menetapkan hukum di atas
ang merdeka dengan hamba sahaya dalam berpegng dengan qiyas, yang menyamakan
hal qishash. semua persaksian dengan kasus zina.
Ibn Rusyd berpegang kepada dalil Terhadap kasus di atas, Ibn Rusyd lebih
umum sunnah yang didukung oleh qiyas menguatkan pendapat jumhur ulama yang
dan meninggalkan dalil khitatb dari ayat mendahulukan al-Qur’an secara umum dari
al-Qur’an. Hal ini dikarenakan bahwa dalil pada qiyas.52 Karena kehujjahan al-Qur’an
umum sunnah apabila dilihat dari dilalah secara umum tersebut lebih kuat dari pada
lafazhnya adalah manthuq, sedangkan dalil qiyas. Dengan metode tersebut, Ibn Rusyd
khithab termasuk mafhum. Apabila terjadi menetapkan bahwa bilangan saksi selain
pertentangan antara manthuq dan mafhum, perkara zina adalah dua orang saksi laki-laki
maka yang dimenangkan adalah manthuq. yang adil.
Ketentuan inilah yang dipegang oleh Ibn Dari uraian tersebut di atas, maka
Rusyd, sehingga ia berkesimpulan diketahui bahwa Ibn Rusyd dalam
hukumnya dengan berpegang kepada dalil menetapkan masalah di atas menggunakan
umum sunnah yang didukung oleh qiyas. metode yang sama dengan kelompok
jumhur, yaitu dengan mendahulukan al-
Bagian Murafa’at (Peradilan). Qur ’an yang bersifat umum dibanding
Diantara hukum yang diketengahkan qiyas.
oleh Ibn Rusyd pada masalah peradilan ini
adalah mengenai saksi. Para fukaha sepakat
bahwa perbuatan zina tidak dapat
ditetapkan dengan bilangan saksi yang
kurang dari empat orang laki-laki yang adil.
Tetapi mereka berbeda pendapat mengenai
kasus-kasus selain zina.
Jumhur ulama berpendapat bahwa
semua hak selain zina dapat ditetapkan

51 52
Ibn Rusyd, Op.cit, jld. 2. h. 298. Ibid, h. 348.

368 Tashwir Vol. 3 No. 8, Oktober – Desember 2015


Tabel 1
Persamaan dan Perbedaan Metode Istinbath Hukum Ibn Rusyd Dengan Imam Mazhab

Dari tabel di atas diketahui bahwa Metode yang digunakan oleh Ibn
metode istinbath hukum yang digunakan Rusyd sebagaimana tertera dalam tabel di
oleh Ibn Rusyd dalam menetapkan hukum atas, adalaJam’u wal al-Taufiq Sunnah
tidak selalu sama dengan metode salah satu Mughirah dan Ali pada masalah Batasan
mazhab. Hal ini menunjukkan bahwa Sepatu (Khuff)Yang Disapu metode yang
metode istinbath hukum Ibn Rusyd tidak digunakan oleh Ibn Rusyd sama dengan
terikat dengan salah satu metode yang metode yang digunakan oleh Malik dan
digunakan oleh mazhab tertentu. Bahkan Syafi’i, dan berbeda dengan Hanafi yang
dalam meng-istinbath-kan hukum, Ibn menggunakan tarjih.
Rusyd selalu melakukan ijtihad (penelitian) Tetapi pada masalah batasan waktu
terhadap pendapat-pendapat para fukaha bolehnya mengusap khuff ia melakukan
yang ada beserta dalil dan metode yang Tarjih sunnah Ali dan Syufyan sebagaimana
digunakan, kemudian ia membandingkan yang dilakukan oleh Hanafi dan Syafi’i, hal
dan memilih salah satu di antaranya yang ini berbeda dengan metode yang digunakan
lebih kuat dan relevan untuk diaplikasikan.
Tashwir Vol. 3 No. 8, Oktober – Desember 2015 369
Malik dengan tarjih menguatkan sunnah mereka, kemudian membandingkan dan
dari Ubay ibn Imarah. memilih salah satu di antaranya yang lebih
Pada masalah hukum berwudhu kuat dan lebih sesuai untuk diaplikasikan.
karena bersentuh kulit dengan wanita Metode istinbath hukum Ibn Rusyd
bukan mahram Ibn Rusyd memakai sebenarnya merupakan ijtihad intiqa’i yang
makna majazi sebagamana Hanafi, yang ber-istinbath dengan menggunakan metode
berbeda dengan Malik dan Syafi’i dengan perbandingan mazhab.
memakai makna hakiki. Pada masalah Dalam menyelesaikan pertentangan
persetujuan kawin bagi gadis dewasa yang antara dalil yang digunakan, Ibn Rusyd
berayah, Ibn Rusyd menggunakan sunnah menggunakan metode sebagai berikut: Al-
yang bersifat umum sebagaimana Hanafi, Jam’u wal al-Taufiq lebih di dahulukan dari
al-Auza’i dan Abu Tsaur, hal ini berbeda pada tarjih. Apabila melakukan tarjih maka
dengan Malik dan Syafi’i dengan dalil al- Ibn Rusyd memperhatikan, yaitu: Sunnah
khithab. yang perawinya lebih banyak didahulukan
Pada masalah perkawinan waktu dari pada sunnah yang perawinya sedikit;
berihram Ibn Rusyd dengan menggunakan Sunnah yang perawinya lebih ‘alim dalam
al-Jam’u wa al-Taufiq sebagaimana Malik, bidang hukum di dahulukan dari pada
Syafi’i dan Ahmad (Tarjih), berbeda dengan sunnah yang perawinya kurang ke’aliman-
Malik, Syafi’i dan Ahmad dengan meng- nya dalam bidang tersebut; Sunnah yang
gunakan Tarjih. Pada masalah menjual didukung oleh dalil lain di dahulukan dari
pohon kurma dengan buahnya ibn Rusyd pada sunnah yang tidak ada dalil
menggunakan metode Dalil al-khithab pendukungnya; Sunnah ahad yang shahih
sebagaimana Jumhur ulama (termasuk lebih di dahulukan dari pada dalil al-khithab
imam Malik), berbeda dengan Hanafi dan qiyas; Dalalahmanthuq di dahulukan
(fahwa al-khithab) dan Abu Layla (qiyas). dari pada dalalah mafhum;Dalil yang
bersifat khusus di dahulukan dari dalil yang
Pada persoalan pewarisan antar
bersifat umum; Ayat yang bersifat umum
pemeluk agama non muslim Ibn Rusyd
di dahulukan dari pada qiyas.
menggunakan Nash sunnah (manthuq)
sebagaimana Malik dan Ahmad bin Hanbal,
E. Penutup
hal ini berbeda dengan Imam Syafi’i ( dalil
al-khitab/mafhum). Pada kasus pembunuh- Berdasarkan data dan analisis yang
an hamba sahaya oleh orang merdeka Ibn diuraikan tersebut di atas, maka metode
Rusyd menggnakan Sunnah yang bersifat istinbath hukum Ibn Rusyd dalam kitabnya
umum dan qiyas sebagaimana al-Nakhai, Bidayah al-Mujtahidwa Nihayah al-
berbeda dengan Malik, Syafi’i, al-Laits dan Muqtashid yaitu dengan cara melihat
Abu Tsaur (dalil al-khithab dari ayat al- berbagai pendapat para imam mazhab
Qur’an). Dan pada kasus bilangan saksi beserta dalil dan metode yang digunakan
selain kasus zina Ibn Rusyd menggunakan mereka, kemudian membandingkan dan
ayat yang bersifat umum Jumhur fukaha memilih salah satu di antaranya yang lebih
(termasuk Malik), hal ini berbeda dengan kuat dan lebih sesuai untuk diaplikasikan.
Hasan al-bashri dengan metode Qiyas Metode istinbath hukum Ibn Rusyd
dengan kasus zina. merupakan ijtihad intiqa’i yang ber-istinbath
dengan menggunakan metode perbanding-
Dari uraian di atas, maka metode
an mazhab. Dalam menyelesaikan
istinbath hukum Ibn Rusyd dalam kitabnya
pertentangan antara dalil yang digunakan,
Bidayah al-Mujtahidwa Nihayah al-
Ibn Rusyd menggunakan metode sebagai
Muqtashid yaitu dengan cara melihat
berikut: Al-Jam’u wal al-Taufiq lebih di
berbagai pendapat para imam mazhab
dahulukan dari pada tarjih. Apabila
beserta dalil dan metode yang digunakan
melakukan tarjih maka: 1) Sunnah yang

370 Tashwir Vol. 3 No. 8, Oktober – Desember 2015


perawinya lebih banyak didahulukan dari Abd al-Rahman, Jalal al-Din. 2000,Ghayah
pada sunnah yang perawinya sedikit. 2) al-Wushul ila Daqa’iq ‘Ilmi al-Ushul.
Sunnah yang perawinya lebih ‘alim dalam tt, tp,
bidang hukum di dahulukan dari pada
Abu Zahrah, Muhammad. 1958,Tarikh al-
sunnah yang perawinya kurang ke’aliman-
Mazahib al-Islamiyyah. Juz. 2 Tt, Dar
nya dalam bidang tersebut. 3) Sunnah yang
al-Fikr al-‘Arabi, tth
didukung oleh dalil lain di dahulukan dari
pada sunnah yang tidak ada dalil Abu Zahrah, Muhammad, Ushûl Fiqh,
pendukungnya. 4) Sunnah ahad yang shahih Qahirah, Darul Fikri.
lebih di dahulukan dari pada dalil al-khithab Abu Daud Sulaiman bin ASy’ats, t.th. As,
dan qiyas. 5) Dalalahmanthuq di dahulukan Sunan Abu Daud, Makkah, Darul Baz.
dari pada dalalah mafhum. 6) Dalil yang
bersifat khusus di dahulukan dari dalil yang Ala al-Din Syams al-Nazhr Abu Bakar
bersifat umum. 7) Ayat yang bersifat umum Muhammad bin Ahmad al-
di dahulukan dari pada qiyas. Samrqandi. 1997, Mizan al-Ushul fi
Nata’ij al-‘Uqul.Qatar, al-Syu’uni al-
Berdasarkan hasil penelitian dan
Islamiyyah.
pembahasan tersebut di atas, di-
rekomendasikan pada penelitian ini; bahwa Ali Hasaballah, 1971, Ushul at-Tasyri’ al-
perkembangan fikih di Andalusia ketika Islamy, Mesir, Darul Ma’arif.
kehidupan Ibn Rusyd tidak jauh berbeda Amidi, Al, t.th.Al-Ihkam fi Ushûlil Ahkam,
dengan kondisi umat Islam sekarang ini, Qahirah, Muwassasah al-Halabi was-
yang sebagian besar umat Islam masih Syirkah lin-Nasyar wat-Tauzy’,
terikat kepada salah satu mazhab. Dalam
kondisi seperti ini disarankan kepada umat Anshari, Abu Yahya Zakariya.Al, t.th.
Islam, khususnya mereka yang aktif dalam Ghayah al-Wushul syarh Lubb al-
lembaga kajian hukum Islam untuk Ushul. Surabaya, Syirkah Maktabah
mengembangkan metode istinbath hukum Ahmad bin Sa’ad bin Nubhan,
seperti yang dilakukan oleh Ibn Rusyd, Ashfahani, Syams al-Din Mahmud ‘Abd al-
yaitu metode perbandingan mazhab. Hal ini Rahman, Al, 1998, Syarh al-Minhaj li
dimaksudkan agar permasalahan- al-Baidhawi fi ‘Ilmi al-Ushul. Jilid. 1.
permasalahan hukum yang muncul dewasa Riyadh, Maktabah al-Rusydi.
ini bisa diatasi secara fleksibel dengan
memperhatikan semua pendapat beserta Ash-Shiddieqy, T.M. Hasbi, 1971,Sejarah
dalil dan metode istinbath yang ada. Pertumbuhan dan Perkembangan
Kemudian, jika permasalahan hukum yang Hukum Islam,Jakarta,Bulan Bintang, .
timbul belum dibicarakan oleh para fukaha Azhari, Fathurrahman 2012. Pemikiran
sebelumnya, hendaknya permasalahan Istinbath Hukum al-Syaukani
tersebut diselesaikan dengan menggunakan Aplikasinya Dalam Hukum Islam,
metode istinbath hukum yang telah Jogjakarta, Pustaka Akademika.
digariskan oleh para fukaha terdahulu.
Baihaqi, al-Hafizh Abu Bakar Ahmad bin
Husain bin Ali, Al, t,th,Sunan Kubra,
Referensi
Beirut, Darul Ma’arif,
Abadi, Abu Thayyib Muhammad Syams al-
Beik, Muhammad Khudhari, 1930.Ushûl al-
Haq al-‘Azhim. 1979,‘Aun al-Ma’bud
Fiqh, Kairo, Mathba’ah Al-Istiqamah.
syarh Sunan Abi Dawud. Juz. 12.
Beirut, Dar al-Fikr. Bukhari, Imam Abi Abdillah Muhammad
bin Ismail, t.th.al-Shahih al-Bukhari,
Mesir, Darul Fikr lith-thabaah wan
nasyar wat-Tauzi’.

Tashwir Vol. 3 No. 8, Oktober – Desember 2015 371


Dabusi, Abu Zaid ‘Ubaid Allah bin Umar Jurjani, Muhammad, Al, t.th.Kitab al-
bin Isa. Al, 2001.Taqwim al-Adillah fi Ta’rifat Singapore-Jeddah.
Ushul al-Fiqh. Beirut, Dar al-Kutub al-
Khatib, Muhammad al-Syarbani, Al, Al-
‘Ilmiyyah,.
Iqna’ Darul Fikri , t.th.
Darul Quthni, al-Hafizh Ali bin Umar, t.th.
Khallaf, Abd. Wahab, Al, 1402.Ilmu Ushûl
Sunan Darul Quthni, Beirut, Darul
al-Fiqh, Kuwait, Dar al-Qalam,
Ma’arif,
Khudari Bik, Muhammad.tth. tth.Tarikh al-
Din, Zaki, al- 1965, Ushul Fiqh al-Islami,
Tasyri’ al-Islami. Tt, Dar al-Kutub al-
Mesir, Dar al-Ta’lif.
Islamiyyah,
Ghazali, Muhammad bin Muhammad, Al,
_________________1982.Ushûl al-Fiqh, Tj.
1983.Al-Mushtashfa min ‘Ilmi al-
Zaid H. Al-Hamid, Pekalongan, Raja
Ushûl, Beirut, Dar al-Kutub al-
Murah,
’Ilmiyah,
Mahmassani, Sobhi, 1981.Falsafatu al-
Hakim, Muhammad Taqi, Al, 1963.Al-Ushûl
Tasyri’ fi al-Islamy, Tj. Ahmad
al-Ammah li al-Fiqh al-Muqarran,
Sadjono, Bandung, PT. Ma’arif,
Beirut, Dar al-Andalus,
Mubarok, Jaih, 2000, Sejarah dan
Hasballah, Ali, 1971. Ushûl at-Tasyri’ al-
Perkembangan Hukum Islam,
Islamy, Mesir, Darul Ma’arif,
Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,
Ibn Rusyd, 1995. Bidayatu al-Mujtahid wa
Muhammad Ibn Ali Ibn al-Thaib, Abi al-
Nihayah al-Maqtasid, Darul Fikr lith-
Hasan, , t.th.Al-Mu’tamad fi ushûl al-
Thabaah wan-nasyar wat-Tauzi’,
Fiqh, Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah
Ibnu Majah, al-Hafizh Abi Abdillah
Munziri, Al, , t,th.Mukhtasar Sunan Abi
Muhammad bin Yazid al-Quzwini,
Daud Ma’limus Sunan, Kairo,
1995.Sunan Ibnu Majah, Mesir, Darul
Mathba’ah as-Sunnah al-
Fikr lith-Thabaah wan-nasyar wat-
Muhammadiyah
Tauzi’
Muslim, al-Imam Abi Husain Muslim bin
Ibnu Hazm Al-Zhahiri, Abu Muhammad Ali
Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi,1996.al-
ibn Ahmad, t.th.Al-Ihkam fi Ushûl al-
Shahih Muslim, Mesir, Darul Fikr lith-
Ahkam, Beirut, Dar al-Kutub al-
thabaah wan-nasyar wat-Tauzi’
Ilmiyah.
Muzied, M. Abdul, 1994, Kamus Istilah
Ibnu Qudamah, t. th.Al-Mughni, Riyadh,
Fiqih, Jakarta, Pustaka Firdaus, ,
Maktabah Riyadh al-Hadîtsah,
Qardhawi, Yusuf, Al, Tj. Hussein
Ifriqi, Ibnu Manzhur, t.th.Lisan al-Arab,
Muhammad, 1987.Dasar Pemikiran
Beirut, Dar al-Fikr,
Hukum Islam (Taqlid Ijtihad), Yakarta,
Isa, Abu Isa bin, t.th.Sunan At-Turmudzi, jilid Pustaka Firdaus,
III, Beirut, Darul Ihya Atturuts Al-
Qaththan, Manna, Al, 1989, al-Tasyri wa
Arabi,
al-Fiqh fi al-Islam, t.tp. Dar al-Ma’arif.
Jauziyah, Ibn Qayyim, Al- t.thA’lam al-
Razy, Fakhruddin, Al- 1999, Al-Mahshul fi
Muwaqqi’in an Rabb al-‘Alamin,
‘Ilmi al-Ushûl, Beirut, Dar al-Kutub
Beirut, Dar al-Kutub al-ilmiyah.
al’Ilmiyyah
Jaziry, Abdurrahman, 1994 Al, Al-Fiqh ‘Ala
Syaukani, Muhammad bin Ali bin
Madzahibi al-Arba’ah, Juz II, Beirut,
Muhammad, al. t.th, Irsyâdu al-Fuhûl
Darul Fikri,.

372 Tashwir Vol. 3 No. 8, Oktober – Desember 2015


ila Tahqiq al-Haqq min ilmi al-Ushûl, Tirmidzi, Abi isa Muhammad bin Isa Surah,
Beirut, Dar al-Fikr. Al, 1988.Sunan at-Tirmidzi, Mesir,
Darul Fikr lith-thabaah wan-nasyar
Syafi’i, Muhammad bin Idris al-Syafi’i.
wat-Tauzi’.
tth.Al-Risalah. Beirut, Dar al-Fikr,
Wahab Khallaf, Abd al, Ilmu Ushûl al-Fiqh,
_________________ t.th., Al-Umm, Beirut,
Mesir, Maktabah Dakwah Islamiyah,
Darul Fikri,
1968.
Syatibi, Abu Ishaq Ibrahim ibn Musa al-
Zaidan, Abd al-Karim 1977.al-Wajiz fi Ushul
,1975.Al-Muwafaqat fi Ushûl al-
al-Fiqh, Baghdad, al-Dar al-Arabiyah
Syar’iyah, Beirut, Dar al-Ma’rifah,
li al-Tiba’ah.
Sajastani, Abu Dawud Sulaiman bin al-
Zuhaily, Wahbah, al, 2002.Al-Fiqh al-Islamy
Asy’asy. Al. 1994, Sunan Abi Dawud
wa Adillatuhu, Damsyiq. Dar al-Fikr,
Juz. 1 dan 4. Beirut, Dar al-Fikr,
_______________, 1406 H.Ushûl al-Fiqh al-
Islami, Beirut, Dar al-Fikr,

Tashwir Vol. 3 No. 8, Oktober – Desember 2015 373


374 Tashwir Vol. 3 No. 8, Oktober – Desember 2015

You might also like