Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Pola Asuh Orangtua Pada Siswa Kelas Viii SMP Fransiskus Dan SMP Pgri 01 Semarang

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

PERBEDAAN SELF-REGULATED LEARNING DITINJAU DARI POLA

ASUH ORANGTUA PADA SISWA KELAS VIII SMP FRANSISKUS DAN


SMP PGRI 01 SEMARANG

Lintang Januardini, Sri Hartati, Tri Puji Astuti


Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro
Jl. Prof Sudharto. SH, Kampus Tembalang, Semarang, 50275

januardini.lintang@gmail.com; tthartati@gmail.com; pujiasjur@gmail.com

Abstract
Relationship between parents and adolescents influence achievement at school. The research was conducted to
determine differences of self-regulated learning (SRL) in terms of parenting style. The population is 8th grade
students of junior high school in SMP Fransiskus and SMP PGRI 01 Semarang. The hypothesis is there are differences
of SRL in terms of parenting style. Parenting is overall characteristic of parent’s behavior on adolescents,
including a response in the form of parental warmth, sensitivity and criticism, discipline, and involvement (control).
Self-regulated learning is the ability of students to use metacognition, motivation and behavior to achieve learning
goals. Method of data collection used two scales namely Parenting Scale and Self Regulated Learning scale.
Parenting Scale consists of 42 aitem (α = 0.931) and the SRL scale consists of 37 aitem (α = 0.906). This study
involved 208 students. Sampling technique carried out by cluster random sampling. Data analysis was performed by
one way analysis of variance (one way-Anova). Based on the data analysis, obtained F count = 3152 with p = 0.029
(p<0.05). This result indicates that there are significant differences in SRL on students with the type of parenting
authoritative, authoritarian, permissive, and neglect, so the hypothesis was accepted.

Keywords: Parenting style, SRL, 8th grade students

Abstrak

Hubungan antara orangtua dan remaja mempengaruhi prestasi remaja di sekolah. Penelitian dilakukan untuk
menentukan pebedaan dari self-regulated learning (SRL) dalam kaitan dengan pengasuhan orangtua. Populasi dari
penelitian ini adalah siswa kelas 8 di SMP Fransiskus dan SMP PGRI 01 Semarang. Hipotesis penelitian adalah ada
perbedaan SRL dalam kaitan dengan gaya pengasuhan orangtua. Pengasuhan adalah semua karakteristik dari perilaku
orangtua pada remaja, termasuk respon dalam bentuk kehangatan orangtua dan sensitivitas dan kritik, kedisiplinan,
dan keterlibatan (kontrol). Self-regulated learning adalah kemampuan siswa untuk menggunakan metacognition,
motivasi, dan perilaku untuk mencapai tujuan belajar. Metode pengumpulan data menggunakan dua skala, yaitu skala
pengasuhan (42 aitem, α = 0.931) dan skala self regulated learning (37 aitem, α = 0.906). Studi ini menggunakan 208
siswa sebagai subjek penelitian. Sampling dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Analisis data dilakukan
dengan one way analysis of variance (one way-Anova). Berdasarkan dari hasil analisi data didapatkan jumlah F= 3152
dengan p= 0.029 (p,0.05). Nilai signifikasi ini mengindikasikan bahwa terdapat signifikasi pernbedaan SRL pada
siswa dengan tipe pengasuhan authoritative, authoritarian, permissive, dan neglect. Hasil ini membuktikan bahwa
hipotesis perbedaan dalam SRL dalam kaitan dengan pengasuhan orangtua di kelas VIII SMP Fransiskus dan SMP
PGRI 01 Semarang diterima.

Katakunci: Gaya pengasuhan orangtua, SRL, siswa kelas 8

PENDAHULAUAN pada bidang matematika dan ilmu


pengetahuan, siswa Indonesia hanya berada di
Menurut Trends in Mathematic and Science ranking ke-35 dari 44 negara dalam prestasi
Study (TIMSS) 2003 (2005, h. 7), sebuah matematika dan di ranking ke-37 dari 44
penelitian yang dilakukan pada siswa kelas 8 negara dalam prestasi sains.

1
177 Januardini, Hartati, Astuti
Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Pola Asuh Orangtua Pada Siswa Kelas Viii Smp
Fransiskus Dan Smp Pgri 01 Semarang

sehingga pola tersebut jugalah yang


Berdasarkan data PISA 2009, dapat diketahui membentuk kemampuan belajar pada remaja
bahwa prestasi remaja Indonesia masih (SRL). Setiap orangtua memiliki pola
rendah, khususnya remaja SMP. Menurut pengasuhan yang berbeda-beda, sehingga SRL
Slameto (2003, h. 54) rendahnya prestasi yang terbentuk pada remaja juga akan berbeda.
siswa dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Salah
satu faktor yang mempengaruhi prestasi Berdasarakan uraian di atas maka penulis
belajar adalah keadaan psikologis yang merumuskan masalah apakah ada perbedaan
meliputi konsep diri, motivasi, minat, SRL ditinjau dari pola asuh orangtua.
kebiasaan dan kemandirian dalam belajar.
METODE
Paris (2010, h.3) memaparkan terminologi Self
Regulated Learning (SRL) menjadi populer Identifikasi Variabel Penelitian
karena menekankan kemandirian dan
tanggung jawab siswa untuk mengatur sendiri Variabel Bebas : Pola Asuh Orang Tua
proses belajarnya. Zimmerman (1989, h. Variabel Tergantung : Self-regulated Learning
329) menyebutkan bahwa SRL adalah (SRL)
kemampuan metakognitif, motivasional, dan
behavioral yang secara aktif berpartisipasi
dalam proses belajar. SRL dipengaruhi oleh Definisi Operasional Variable Penelitian
beberapa faktor yaitu proses- proses dalam
diri siswa (personal process), perilaku siswa Pola asuh orangtua
(behavioral events), dan lingkungan tempat
belajar (environmental events). Dua jenis Pola asuh adalah keseluruhan karakteristik
lingkungan yang memengaruhi adalah perilaku orang tua terhadap remajanya,
pengalaman sosial dan stuktur lingkungan mencakup respon orang tua yang berupa
belajar (Zimmerman,1989, h. 3-10). Salah kehangatan dan kepekaan (warmth) dan kritik,
satu bentuk dari pengalaman sosial adalah disiplin, serta keterlibatan (control). Data
modelling, yang merupakan proses lain diperoleh melalui skala pola asuh yang
dalam pengalaman sosial yang membawa disusun berdasarkan aspek pola asuh
dampak bagi SRL. Modelling dari strategi- yaitu warmth dan control dan norma
strategi SRL yang efektif dapat meningkatkan penggolongan Pola Asuh Maccoby & Martin.
self-efficacy siswa yang merasa kurang
mampu ataupun yang yakin akan Tabel 3. Tabel Pembentukn Pola Asuh
kemampuannya (Zimmerman,1989, h. 41).
Warmth Tinggi Rendah
Role model yang dijadikan contoh bisa berasal
Control
dari teman, guru atau orang dewasa lainnya,
Tinggi Autoritatif Autoritarian
termasuk orangtua. Setiap orangtua memiliki
Rendah (1)
Permisif (2)
Neglecting
cara pengasuhan yang berbeda-beda. Pola
pengasuhan yang berbeda-beda terhadap (3) (4)
remaja akan menghasilkan sikap dan perilaku Self-regulated learning
berbeda-beda pula, begitu juga dengan
pembentukan SRL pada remaja. Self-regulated learning adalah kemampuan
siswa dalam mempergunakan metakognisi,
Hubungan orangtua dan remaja mempengaruhi motivasi dan perilakunya untuk mencapai
prestasi remaja di sekolah. Pola pengasuhan tujuan belajar. SRL dioperasionalkan sebagai
orang tua yang diterapkan kepada remaja nilai total skor yang diperoleh dari skala
ketika dirumah, diinternalisasi oleh remaja SRL. Data tentang SRL didapat melalui skala
Jurnal Psikologi Undip Vol.12 No.2 Oktober 2013 178

yang disusun atas dasar aspek metakognitif, Pengukuran


motivasi, dan perilaku yang dikemukakan oleh Setelah siswa dengan kesulitan belajar
Zimmerman (1989, h. 329). diperoleh, maka siswa akan dikenai tes
inteligensi menggunakan tes WISC yang telah
Populsi dan Sampel Penelitian terstandardisasi. Data diperoleh dengan
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa melakukan subtes verbal (kosakata, informasi,
kelas VIII SMP PGRI 01 dan SMP berhitung, dan deret angka) dan subtes
Fransiskus Semarang. Adapun karakteristik performansi (menyusun gambar, desain balok,
populasi adalah: coding, dan maze). Tes dilakukan secara
a. Berusia 13-15 tahun. Subjek yang individual, dibantu oleh enam orang asisten.
diambil merupakan siswa kelas VIII SMP Data dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan
PGRI 01 dan SMP Fransiskus Semarang melaporkan IQ total, IQ performansi, dan IQ
yang sesuai dengan karakteristik yang verbal dan selanjutnya menghitung rerata dan
sudah ditetapkan dan bersedia untuk standar deviasi.
diteliti.
b. Memiliki orang tua lengkap, yaitu terdiri
dari seorang ayah dan seorang ibu.
c. Tinggal bersama orang tua Subjek HASIL DAN PEMBAHASAN
kemudian akan digolongkan ke dalam
empat tipe pola asuh sesuai norma Hasil
pembentukan pola asuh. Subjek yang tidak
masuk dalam kategorisasi sesuai norma Hasil uji hipotesis penelitian diperoleh hasil
digolongkan dalam pola asuh tidak F hitung = 3.152 dengan p=0,029 (p<0,05).
tergolongkan dan tidak dimasukkan sebagai Hasil tersebut membuktikan bahwa hipotesis
subjek penelitian. yang menyatakan adanya perbedaan SRL
ditinjau dari pola asuh orangtua pada siswa
kelas VIII SMP PGRI 01 dan SMP
Metode Pengumpulan Data
Fransiskus Semarang diterima.
Dalam penelitian ini akan digunakan dua
skala, yaitu skala pola asuh dan SRL, yang Berdasarkan penghitungan deskriptif statistik
menggunakan penilaian modifikasi skala dengan SPSS 16.0 diperoleh hasil bahwa
Likert dengan empat kategori jawaban, yaitu mean empirik SRL pada siswa dengan tipe
sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai pola asuh autoritatif paling tinggi dibanding
(TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Sistem tipe yang lain, yaitu 118, 29. Mean empirik
penilaian untuk aitem favorable adalah SS tertinggi berikutnya ditempati oleh siswa
=4, S = 3, TS = 2, STS = 1. Pada aitem dengan pola asuh autoritarian, yaitu 112, 10,
unfavorable diberlakukan sebaliknya, yaitu kemudian neglecting dengan mean empirik
SS = 1, S = 2, TS = 3, STS = 4. 110, 94, dan yang paling rendah adalah siswa
dengan tipe pola asuh permisif yaitu 106,71.
Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan untuk Pembahasan
mengetahui perbedaan SRL pada siswa Pola pengasuhan yang berbeda-beda, akan
dengan pola asuh autoritatif, autoritarian, menghasilkan siswa dengan sikap dan
permisif dan neglecting adalah teknik anava 1 perilaku berbeda-beda pula, termasuk SRL
jalur. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
pada siswa. Penelitian oleh Huang &
menggunakan program komputer SPSS versi
Prochner (2004, hal. 4) menyebutkan
16.0.
bahwa ada hubungan antara pola asuh
dengan SRL siswa. Hasil penelitian Huang
179 Januardini, Hartati, Astuti
Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Pola Asuh Orangtua Pada Siswa Kelas Viii Smp
Fransiskus Dan Smp Pgri 01 Semarang

menyebutkan bahwa pola asuh secara Pola asuh budaya jawa menuntut
langsung berhubungan dengan goal setting kepatuhan, dan keterlibatan orang tua
siswa, salah satu komponen dalam SRL. dalam pemilihan keputusan yang tinggi.
Hubungan antara orangtua dan siswa akan Menurut Dariyo (2004, hal.98) segi positif
membangun pola perilaku yang digunakan dari pola asuh otoritarian siswa cenderung
siswa dalam konteks belajarnya. Pola asuh akan menjadi disiplin dan mentaati peraturan.
orangtua, dapat mempengaruhi efikasi diri,
harga diri, konsep diri, komponen Dalam penelitian ini ditemukan bahwa rerata
motivasional dalam SRL. Pola asuh dapat empirik SRL siswa dengan pola asuh permisif
mempengaruhi kualitas SRL siswa (Huang & lebih rendah dibandingkan SRL siswa dengan
Prochner, 2004, hal. 4). pola asuh neglect. Hasil tersebut terjadi
karena pada pola asuh permisif, orangtua
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa cenderung mengikuti kemauan siswa
SRL pada siswa dengan tipe pola asuh sehingga siswa kurang disiplin dan
autoritatif paling tinggi dibanding dengan bertanggung jawab. Pola pengasuhan tersebut
SRL pada siswa dengan tipe pola asuh kemudian membentuk pribadi siswa yang
autoritarian (112,10), permisif (106, 71), kurang mandiri. Penelitian yang dilakukan
maupun neglect (110, 94). SRL paling oleh Musdalifah (dalam Afianti, 2011, h.5)
rendah terdapat pada siswa dengan tipe pola menunjukkan bahwa hambatan
asuh permisif. Widiana & Nugraheni (2008, perkembangan kemandirian pada individu
h. 6) dalam penelitiannya menyebutkan disebabkan karena ketergantungan pada
bahwa terdapat hubungan positif yang orangtua, pola asuh permisif, kurangnya
signifikan antara pola asuh demokratis perhatian atau bimbingan dari orangtua. untuk
dengan kemandirian, dengan demikian menguasai tugas perkembangan yang
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini berkaitan dengan kemandirian, serta
diterima kebenarannya. Semakin tinggi pola kurangnya motivasi untuk mandiri. Berbeda
asuh demokratis yang diperoleh maka dengan tipe pola asuh neglect, tidak adanya
semakin tinggi kemandirian siswa, perhatian maupun tuntutan orangtua pada
demikian pula sebaliknya semakin rendah pola asuh neglect, mendorong siswa untuk
pola asuh demokratis maka semakin rendah mengembangkan kemandirian. sehingga
kemandirian siswa. siswa cenderung belajar untuk peduli
terhadap dirinya sendiri. Fakta ini yang
Pola asuh otoritarian berada pada peringkat kemudian membentuk kemandirian siswa
kedua untuk rerata SRL-nya, hasil tersebut dengan tipe pola asuh neglect cenderung
bertolak belakang dengan hasil penelitian lebih baik daripada siswa dengan tipe pola
Huang (2004, hal. 1) yang menyatakan asuh permisif. Hasil penelitian yang
bahwa pola asuh otoritarian yang berpengaruh dilakukan oleh Afianti, dkk, 2010, h. 12
signifikan negatif terhadap SRL. Fakta menunjukkan bahwa terdapat hubungan
tersebut terjadi karena terdapat perbedaan yang positif dan signifikan antara self-
pola asuh di dalam sudut pandang budaya. regulated learning (SRL) dengan
Penelitian Huang dilakukan di Cina, kemandirian pada siswa program akselerasi
sementara penilitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Purworejo. Hubungan yang
Indonesia dan lebih tepatnya pada positif mengindikasikan bahwa semakin
kebudayaan jawa. Pola asuh orang tua Jawa tinggi SRL, maka semakin tinggi pula
adalah proses interaksi orang tua siswa yang kemandirian dan sebaliknya semakin SRL,
berkelanjutan yang menyangkut maka semakin rendah pula kemandirian.
pemeliharaan, perlindungan dan pengarahan Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka
orang tua terhadap siswa (Idrus, 2004, hal. 6). disimpulkan bahwa siswa dengan tipe pola
Jurnal Psikologi Undip Vol.12 No.2 Oktober 2013 180

asuh neglect memiliki SRL yang lebih materi yang disampaikan oleh guru
tinggi dibandingkan siswa dengn tipe pola dkitangkap oleh siswa dengan kurang
asuh permisif. sempurna, begitu juga dengan informasi
lainnya.
Secara keseluruhan, hasil rerata nilai SRL
siswa berada pada kategori sangat tinggi, Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh
yaitu 48,8%, sedangkan kategori tinggi dari Wakil Kepala Sekolah Bagian Kesiswaan
sebanyak 41,9%, dan sisanya sebanyak 9,4% SMP Fransiskus, diketahui bahwa secara
berada pada kategori rendah dan sedang. akademik, prestasi siswa memang rendah,
Berdasarkan hasil wawancara dengan Wakil namun di bidang non akademik siswa-siswa
Kepala Sekolah bagian Kesiswaan SMP SMP Fransiskus memiliki prestasi yang
PGRI 01, meskipun mayoritas orangtua siswa cukup membanggakan. Fakta tersebut
merupakan orangtua yang sibuk dan hampir sama dengan fakta yang ditemukan
kurang memperhatikan siswa, terutama pada SMP PGRI 1 Semarang.
dalam perkembangan belajarnya, peran guru
di sekolah mampu menggantikan peran SMP Fransiskus dan SMP PGRI 01 memiliki
orangtua. Guru di sekolah tidak hanya kekurangan di bidang akademik, namun dapat
berperan sebagai tenaga pendidik, namun juga dikompensasikan dengan baik pada bidang
berperan membimbing siswa dan non akademik. Sekolah-pun memfasilitasi
mengontrol perilaku siswa. Setiap masa dengan baik keinginan siswa untuk
orientasi siswa, pihak sekolah selalu berkembang di luar bidang akademik, yaitu
memberikan gambaran awal tentang materi dengan mewajibkan siswa-siswanya untuk
yang akan ditempuh siswa. Gambaran mengikuti minimal satu ekstrakurikuler.
tersebut berisi tentang kurikulum yang Hasil wawancara dengan siswa SMP
akan ditempuh siswa. Pemberian meteri Fransiskus menyatakan bahwa siswa lebih
kurikulum membantu siswa untuk memahami tertarik untuk melakukan kegiatan non
dan merencanakan belajarnya. akademik. Siswa merasa lebih nyaman
mengembangkan kemampuan di luar bidang
Tingkat SRL siswa yang tinggi, ternyata tidak akademik, pada akhirnya dapat disimpulkan
diikuti oleh tingginya prestasi akademik bahwa SRL yang tinggi tersebut digunakan
siswa. Fakta tersebut bisa terjadi karena untuk mengembangkan kemampuan non-
berdasarkan data diketahui bahwa sarana dan akademik, sehingga prestasi siswa lebih
prasarana yang tersedia di sekolah ternyata menonjol pada bidang non- akademik.
kurang memadai untuk menunjang proses
belajar mengajar siswa, salah satunya adalah Simpulan
ketiadaan perpustakaan sekolah. Ketiadaan
perpustakaan sekolah, membuat siswa Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan
terbatas dalam memperoleh tambahan materi, bahwa ada perbedaan SRL yang signifikan
sehingga hanya bergantung pada informasi antara siswa kelas VIII dengan pola asuh
yang diberikan oleh guru di sekolah. Sarana autoritatif, autoritarian, permisif, dan neglect
sekolah lain yang masih kurang adalah di SMP Fransiskus dan SMP PGRI 01
ruang kelas yang terbatas tidak sebanding Semarang.
dengan jumlah siswa yang belajar. Keadaan
ini membuat proses belajar siswa menjadi Saran
kurang nyaman karena menurut hasil
1. Bagi siswa SMP
wawancara dengan seorang siswa diketahui
bahwa kelas yang terlalu penuh membuat Bagi siswa SMP disarankan agar
siswa kurang berkonsentrasi dalam belajar, dapat mempertahankan atau
181 Januardini, Hartati, Astuti
Perbedaan Self-Regulated Learning Ditinjau Dari Pola Asuh Orangtua Pada Siswa Kelas Viii Smp
Fransiskus Dan Smp Pgri 01 Semarang

meningkatkan SRL dengan cara, antara sehingga siswa tidak hanya


lain: memiliki SRL yang baik tetapi
prestasi akademik yang bagus juga.
a. Meningkatkan kemampuan
mengatur lingkungan belajar
yang nyaman bagi dirinya. e. Pihak sekolah diharapkan
mengkomunikasikan kepada
b. Meningkatkan keaktifan dalam
orangtua siswa tentang pentingnya
mencari materi pelajaran tambahan
penerapan pola asuh yang tepat
dari sumber-sumber yang tersedia.
bagi terbentuknya SRL remaja,
c. Meningkatkan keyakinan
melalui kegiatan pertemuan orangtua
terhadap kemampuannya,
murid dan guru.
sehingga tidak mudah menyerah
dalam menghadapi materi pelajaran
yang sulit. 3. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik
2. Bagi guru dan sekolah untuk meneliti pola asuh disarankan
a. Keterlibatan guru dalam proses untuk mencermati faktor-faktor lain
pembelajaran bukan semata-mata yang berpengaruh terhadap pola asuh,
memberikan materi pelajaran saja, seperti status sosial ekonomi, jenis
namun keterlibatan guru secara kelamin, tingkat pendidikan. Aspek-
personal, dan keterhubungan secara aspek yang digunakan pada skala
emosional terhadap siswanya. Guru untuk mengungkap pola asuh dapat
dapat memfasilitasi siswa dalam menggunakan teori lain.
mencari informasi yang diperlukan,
dan juga guru sebagai motivator Bagi peneliti yang tertarik untuk
siswa untuk meyakini meneliti SRL, dapat melakukan
kemampuannya. penelitian SRL ditinjau dari fator-faktor
lain, seperti metode pengajaran, status
b. Guru membantu siswa dalam sosial ekonomi, jenis kelamin.
menentukan perencanaan belajarnya
dengan cara menyampaikan tujuan Bagi peneliti yang hendak meneliti
setiap materi pembelajaran yang dengan aspek serupa, dapat melakukan
disampaikan. penelitian dengan menggunakan subjek
penelitian pada jenjang pendidikan
c. Guru diharapkan mampu yang berbeda, yaitu SD, SMA/K atau
menerapkan metode pengajaran tingkat mahasiswa.
yang tepat, yang menunjang bagi
terbentuknya SRL siswa, yaitu
dengan menggunakan metode DAFTAR PUSTAKA
pengajaran yang menarik bagi siswa,
Afianti, Ryza, dkk. (2011). Hubungan antara
misal dengan memberikan reward
self-regulated learning (SRL) dengan
bagi siswa yang mendapat nilai baik.
kemandirian pada siswa program
akselerasi SMA Negeri 1 Purworejo.
d. Bagi sekolah diharapkan Skripsi. (Tidak diterbitkan).
memberikan fasilitas belajar yang
memadai bagi siswa seperti ruang Berns, Roberta. M. (2007). Child, family,
perpustakaan dan ruang kelas yang school, community socialization and
disesuaikan dengan kapasitas siswa
Jurnal Psikologi Undip Vol.12 No.2 Oktober 2013 182

support. 7th Edition. Belmont: Thomson


Learninng Inc. Pintrich, P.R, dkk. (1991). Manual for the
use of the motivated strategies for
Boekaerts, P. R., Pintrich, & M. Zeidner learning questionnaire. Washington:
(Eds.). Handbook of self-regulation (pp. Office of Educational Research and
13-39). San Diego, CA: Academic Press. Improvement.
Dariyo & Agoes.(2004). Psikologi
Perkembangan Remaja . Bogor : Ghalia Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor
Indonesia. yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Huang, Juan & Larry Prochner. ( 2004).
Chinese Parenting Style and Children’s Summers, Bryce. (2006). The effect of family
Self Regulated Learning. Journal of structure and parenting style on school
Research in Childhood Education. disciplinary incidents of highschool
Idrus & Muhammad. (2004). Hubungan senior. Tesis. Wichita : Wichita State
kepercayaan siri remaja dengan pola University.
asuh orang tua etnis jawa. Intisari Skripsi.
Yogyakarta: Tidak diterbitkan TIMSS. (2005). Findings from IEA’s trends
in international mathematics and science
OECD. (2010). PISA 2009 results: Learning
study at the fourth and eighth grades
trends: Changes in sudent performance
diunduh dari
since 2000 (Volume V) diunduh dari
http://timss.bc.edu/timss2003i/intl_report
http://dx.doi.org/10.1787/9789264091580
s.html pada tanggal 15 Mei 2011.
-en tanggal 16 Mei 2011.
Widiana, Arika, & Nugraheni. (2008).
Paris, G.Scott. (2010). Children’s reading
Hubungan antara pola asuh demokratis
comprehension and assesment. New
dengan kemandirian pada remaja. Jurnal
Jersey: Lawrence Elbraum associates.
Psikohumanika, Volume 1.

Zimmerman, B.J. 1989. A social cognitive


view of self regulated academic
learning. Journal of Educational
Psychology, 0022-0663, Vol. 81. Issues 3.

You might also like