Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 3

ANALISA KASUS

Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat II


Dosen Pengampu : Ns. Rosma Karina Haq, M.Kep

Disusun Oleh :
Nama : Widi Astuti Wahyu Lestari
NIM : S17052
Kelas : S17A

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
CASE STUDY

A 77-year-old man is admitted to the intensive care unit (ICU) of a university hospital
from the operating room. Earlier the same day, he had presented to the emergency department
with abdominal pain. His medical history included treated hypertension and
hypercholesterolemia, previous heavy alcohol intake, and mild cognitive impairment. In the
emergency department, he was drowsy and confused when roused and was peripherally cold
with cyanosis. The systemic arterial blood pressure was 75/50 mm Hg, and the heart rate was
125 beats per minute. The abdomen was tense and distended. After the administration of 1 liter
of intravenous crystalloid to restore the blood pressure, a computed tomographic scan of the
abdomen showed extraluminal gas and suspected extraluminal feces consistent with a perforated
sigmoid colon. He was treated with intravenous antibiotics and taken to the operating room for
laparotomy. During this procedure, gross fecal peritonitis from a perforated sigmoid colon was
confirmed; resection of the sigmoid colon with closure of the rectal stump and creation of an end
colostomy was performed with extensive peritoneal toilet and washout.

On arrival in the ICU, he is still anesthetized, the trachea is intubated, and the lungs are
mechanically ventilated with a fraction of inspired oxygen of 0.4; the arterial blood pressure is
supported with a norepinephrine infusion. When the patient was in the operating room, he
received a total of 4 liters of crystalloid. On his arrival in the ICU, the vital signs are a blood
pressure of 88/52 mm Hg, heart rate of 120 beats per minute in sinus rhythm, central venous
pressure of 6 mm Hg, and temperature of 35.6°C. An analysis of arterial blood shows a pH of
7.32, a partial pressure of carbon dioxide of 28 mm Hg, a partial pressure of oxygen of 85 mm
Hg, and a lactate level of 3.0 mmol per liter.

Terjemahan Bahasa Indonesia

Seorang pria 77 tahun dirawat di unit perawatan intensif (ICU) rumah sakit universitas
dari ruang operasi. Sebelumnya pada hari yang sama, ia dating ke unit gawat darurat dengan
sakit perut. Riwayat medisnya termasuk hipertensi dan hiper kolesterolemia yang diobati, asupan
alcohol sebelumnya yang berat, dan gangguan kognitif ringan. Di unit gawat darurat, dia
mengantuk dan bingung ketika bangun dan perifer dingin dengan sianosis. Tekanan darah arteri
sistemika dalah 75/50 mm Hg, dan denyut jantung 125 detak per menit. Perutnya tegang dan
buncit. Setelah pemberian 1 liter kristaloid intravena untuk mengembalikan tekanan darah,
pemindaian tomografi pada perut menunjukkan gas ekstraluminal dan dugaan tinja ekstra
luminal konsisten dengan kolon sigmoid berlubang. Dia dirawat dengan antibiotic intravena dan
dibawa keruang operasi untuk laparotomi. Selama prosedur ini, peritonitis fekal kotor dari kolon
sigmoid berlubang dikonfirmasi; reseksi kolon sigmoid dengan penutupan tungkai rectum dan
pembentukan kolostomi ujung dilakukan dengan toilet peritoneum yang luas dan pencucian.
Setibanya di ICU, ia masih dianestesi, trakea diintubasi, dan paru-paru diventilasi secara mekanis
dengan fraksi oksigen inspirasi 0,4; tekanan darah arteri didukung dengan infuse norepinefrin.
Ketika pasien berada di ruang operasi, ia menerima total 4 liter kristaloid. Pada kedatangannya di
ICU, tanda-tanda vital adalah tekanan darah 88/52 mm Hg, denyut jantung 120 detak per menit
dalam irama sinus, tekanan vena sentral 6 mm Hg, dansuhu 35,6 ° C. Analisis darah arteri
menunjukkan pH 7,32, tekanan parsial karbondioksida 28 mm Hg, tekanan parsial oksigen 85
mm Hg, dan tingkat laktat 3,0 mmol per liter.

Pertanyaan :
1. Sebutkan komplikasi pembentukan kolostomi
2. Apakah seseorang yang melakukan kolostomi dapat buang angin?
3. Jenis syok apa pada kasus diatas?
Jawab :
1. Komplikasi kolostomi yaitu:
a. Terjadi sumbatan pada kolostomi
b. Kerusakan pada organ perut lain saat operasi
c. Hernia atau turun berok, yakni kondisi di mana organ dalam perut turun dari tempat
seharusnya akibat adanya bagian otot penyangga yang melemah
d. Infeksi
e. Perdarahan dalam rongga perut
f. Terbentuknya jaringan parut pada luka bekas operasi
g. Terjadinya luka terbuka pada area sekitar bekas operasi
h. Iritasi apabila tinja dari kolostomi mengenai kulit perut
2. Seorang yang melakukan kolostomi tetap akan buang angin seperti orang normal, namun
semuanya dikeluarkan melalui dinding perut yang telah disambungkan langsung pada
usus besar. Penderita pun dapat mengalami diare dan sakit perut seperti orang lainnya
jika memang ada infeksi pada saluran cerna.
3. Syok septic (Syok distributive )

You might also like