Professional Documents
Culture Documents
Trauma Tajam Abdomen/Penetrating Abdominal Injury
Trauma Tajam Abdomen/Penetrating Abdominal Injury
Penetrating abdominal injury is any penetrating injury that could hava entered the peritoneal
cavity or retroperitoneum inflicting damage on the abdominal contents. In general, the entry
wounds for an abdominal inuury ectend from the fifth intercostal space to the perineum.
The most common cause is a stab or gunshot. The most common organs injured are the
small bowel (50%), large bowel (40%), liver (30%), and intra-abdominal vascular (25%).
These injuries may be life-threatening because abdominal organs bleed profusely. If the
pancreas is injured, further injury occurs from autodigestion. Injuries of the liver often present
in shock because the liver tissue has a large blood supply. The intestines are at risk of
perforation with concomitant fecal matter complicating penetration.
Pembagian regio abdomen (penting untuk mengetahui organ yang terlibat) :
a. 4 regio
b. 9 regio
o Nilai kesadaran cepat dapat membantu memastikan patensi airway dan kesadaran pasien
dapat dilakukan dengan AVPU
o Airway + C-spine control :
Pada pasien dengan multiple trauma dan kecurigaan adanya spinal injury/trauma
cervical (multi trauma, penurunan kesadaran, jejas diatas klavikula) maka harus segera
dilakukan imobilisasi dengan memfiksasi leher. Dapat dilakukan dengan cara manual
inline stabilization atau dengan pemasangan collar neck.
Nilai patensi airway dengan look, listen, and feel. Obstruksi airway dapat terjadi secara
parsial maupun total.
Simple airway adjuncts : dapat dilakukan dengan suctioning (obstruksi benda cair),
Oropharyngeal-airway (OPA), Nasopharyngeal-airway (NPA), dan laryngeal mask-
airway (LMA). Bebaskan airway dari benda asing jika benda yang menyumbat
terlihat dan dapat diraih dengan finger sweep.
OPA berguna untuk mencegah lidah jatuh kebelakang (note: lidah jatuh kebelakang
dapat terjadi pada pasien dengan penurunan kesadaran). Terdapat dua jenis OPA
yang sering digunakan, yaitu Guedel dan Berman.
Cara pemasangan OPA
NPA sendiri kontraindikasi dipasangkan pada pasien dengan nose bleed atau fractured
nose. Biasanya pemasangan NPA dilakukan pada pasien semi-conscious/setengah
sadar yang membutuhkan airway device tapi tidak dapat dipasangkan OPA karena
gag-reflex (pasien dapat muntah). Juga dilakukakan pada pasien dengan clenched-
jaw atau pasien yang membutuhkan nasal-tracheal suctioning.
Pemasangan ETT
o Breathing dan ventilasi-oksigenasi
Pengelolaan ventilasi dilakukan dengan Bag Valve Mask (BVM), sedangkan oksigenasi
dilakukan dengan pemberian oksigen tingkat tinggi.
Hemothorax
Flail-Chest
o Circulation
Mencari sumber perdarahan eksternal mapun internal yang fatal. Pada perdarahan
eksternal kontrol perdarahan dilakukan dengan bebat tekan. Tanda-tanda yang perlu
diwaspadai jika terdapat internal bleeding adalah memar.
Periksa nadi, nilai kualitas dan kecepatan denyutnya
Pengukuran tekanan darah
Kenali tanda-tanda shock yaitu penurunan kesadaran, takikardi atau henti jantung,
tachypnea atau henti napas, sianosis, hipotensi, tekanan nadi <20mmHg, CRT
>2detik. Nilai derajat shock :
Pasang kateter IV 2 line ukuran besar, dan lakukan resusitasi dengan cairan
kristaloid. (Lihat algoritme resusitasi)
Pemasangan kateter urin penting untuk memantau urine output dan perfusi ginjal
o Disability
Menentukan tingkat kesadaran dengan Glasgow-coma scale (GCS)
Nilai pupil: besarnya, isokor atau tidak, refleks cahaya, dan tanda adanya lateraliasasi
o Exposure
Buka pakaian dan cegah hipotermia pada pasien
o Reassessment
Kembali nilai ABCD, jika kondisi pasien sudah stabil, selanjutnya lakukan secondary survey
dengan complete head-to-toe examination.
o Secondary Survey
Anamnesis : AMPLE (Allergic, Medication, Past illness, Las meal, Event)
Pemeriksaan head-to-toe. Deskripsikan pemeriksaan yang ditemukan.
Kepala-leher bagaimana…
Thoraks : cor dan pulmo bagaimana…
Abdomen
o Inspeksi pada seluruh regio abdomen (anterior dan posterior) : Perhatikan
adanya cembung/distensi, apakah ada eviserasi, bruise, kontusio, dimana regio
terjadinya trauma, abrasi.
Pemeriksaan penunjang :
o Darah rutin
o CXR/Chest X-ray : adanya gambaran “free air” under the diaphragm
o DPL/Diagnostic peritoneal lavage to identify hollow viscus injury (stomach, small bowel,
colon) or diaphragmatic injury
o FAST/Focused Assessment with sonography for trauma : looking for free fluid
o CT-Scan
o Laparoscopy
Penanganan evierasi :
Komplikasi : Spesis, fistula, peritonitis, abdominal compartement syndrome
Prognosis : the death rate from penetrating abdominal trauma spans the entire spectrum (0-
100%), depending on the extent of injury.