Skripsi Tanpa Bab Pembahasan PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 75

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET

TAMBAH DARAH DAN PERILAKU MAKAN DENGAN KEJADIAN


ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS PANJANG
BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

ADITYA BUSTAMI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
HUBUNGAN KEPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET
TAMBAH DARAH DAN PERILAKU MAKAN DENGAN KEJADIAN
ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS PANJANG
BANDAR LAMPUNG

Oleh
Aditya Bustami

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar


SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2019
ABSTRACT

THE RELATION BETWEEN OBEDIENCE CONSUME BLOOD


ADDITION TABLETS AND EATING BEHAVIOR WITH THE EVENT OF
ANEMIA IN PREGNANT WOMANS IN HEALTH CENTER PANJANG
BANDAR LAMPUNG

By

ADITYA BUSTAMI

Background: Anemia in pregnancy is one of the problems in the health sector


because it is one indicator of nutritional status and poor health status. The
incidence of anemia in pregnant women globally is 38.2% of the Indonesian
country at 48.9%. Disorders or obstacles to the growth of body cells and brain
cells in the fetus can occur due to anemia experienced by pregnant women. In
pregnant women, the state of anemia deficiency can cause miscarriage, babies
born prematurely, low birth weight babies (LBW), bleeding before and during
childbirth. The purpose of this study was to determine the relationship of
adherence to consume tablet s added blood and eating behavior to the incidence of
anemia in pregnant women in Bandar Lampung Panjang health center.
Methods: This research used cross sectional approach. The sample of this
research is all third semester pregnant womans from helath center panjang Bandar
Lampung determined by purposive sampling. The number of samples are 68
respondents. The data were analysed by using Chi-Square test. This study uses a
cross sectional approach.
Results: Statistical analysis showed that the majority of respondents had anemia
39.7%, were not compliant to consume tablet s added blood 35.5% and poor
eating behavior 56.5%. Based on the analysis of Chi-square test found the
relationship of adherence to consume blood addition tablets incidence of anemia
in pregnant women in Bandar Lampung Panjang health center with a value of p =
0,000, and the relationship of eating behavior with anemia in pregnant women in
Panjang health center Bandar Lampung, with a value of p = 0.003 .
Conclusion: There is a significant relationship between adherence to consume
blood addition tablet s and eating behavior to the incidence of anemia in pregnant
women in the Panjang health center Bandar Lampung.
Keywords: Anemia, blood added tablet s, eating behavior
ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENGKONSUMSI TABLET


TAMBAH DARAH DAN PERILAKU MAKAN DENGAN KEJADIAN
ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS PANJANG
BANDAR LAMPUNG

Oleh

ADITYA BUSTAMI

Latar belakang: Anemia pada kehamilan merupakan salah satu permasalahan di


bidang kesehatan karena merupakan salah satu indikator dari status nutrisi dan
status kesehatan yang buruk. Angka kejadian anemia ibu hamil secara global
adalah 38,2% negara indonesia sebesar 48,9%. Gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan sel tubuh maupun sel otak pada janin dapat terjadi akibat keadaan
anemia yang dialami oleh ibu hamil. Pada ibu hamil, keadaan kekurangan anemia
dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir sebelum waktunya, berat badan lahir
rendah (BBLR), perdarahan sebelum serta pada waktu melahirkan. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan kepatuhan mengkonsumsi tablet
tambah darah dan perilaku makan terhadap kejadian anemia pada ibu hamil di
puskesmas Panjang Bandar Lampung.
Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional.
Sampel penelitian adalah ibu hamil trimester tiga di puskesmas Panjang Bandar
Lampung yang ditentukan dengan purposive sampling. Jumlah sampel 68
responden, analisis data menggunakan uji Chi-Square.
Hasil penelitian: Analisis statistik menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mengalami anemia 39,7%, tidak patuh mengkonsumsi tablet tambah darah 35,5%
dan perilaku makan kurang baik 56,5%. Berdasarkan analisis uji Chi-square
didapatkan hubungan kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah terhadap
kejadian anemia pada ibu hamil di puskesmas Panjang Bandar Lampung dengan
nilai p= 0,000, dan hubungan perilaku makan dengan kejadian anemia pada ibu
hamil di puskesmas Panjang Bandar Lampung dengan nilai p=0,003.
Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara kepatuhan mengkonsumsi
tablet tambah darah dan perilaku makan terhadap kejadian anemia pada ibu hamil
di puskesmas Panjang Bandar Lampung.
Kata kunci: Anemia, tablet tambah darah, perilaku makan.
,'l' ,: HUSUIIG.-4,il..,: ,r..i.,: ,:

'.:.
PADA IBU HAMIL ..DI

ffi++sisrya

r... i.
. ,,,
' r; Kedokteran I
'
l

'';'i;.--i.rliiiiri:::, ''
i,, r , ::::ij,r::::,::i: ..:t,,:t:5i1:.,'r;,:-'r.." '
i'-tt.- *; *'',*. ''-
'.'.ur'ttta
t.," tfi*r*unilirtin :t1,.'
'' ..- '
1: il ,...

1;i;ffiifi.tr'ri tft#
.',.:.

i:, -

;'il{" Spi*,r
# ei wz

*i
ii .,
LEMBAR PERNYAT

yeg handa tangan di bawah ini:

:AdityaBustami

Pokok lvlahasiswa :1618011175

Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 10

: Jl. Flamboyan No. 304 Bataranila

menyatakan bahwa skripsi dengan judul "F[ub*g* Antara Kepatuhan'

i Tablet Tambah Darah dan Perilaku dengan Kejadian Anemia

Ibu Hamil di Puskesmas Panjang Bandar adalah benar hasil karya

1:nulis, btr$,t menjiplak hasil karya orang lain. Jika dikeJnudian hari terdapat hal yang

dari ketentuan akademik universitas maka sayd bersedia bertanggung jawab 'i
t
il

Bandarl l0 Desember 2019


Penulis,

Aditya Bustan{i
i

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 10 oktoberr 1998, sebagai

anak kedua dari dua bersaudara, dari Bapak Dadang Karya Bakti dan Ibu Anita

Bustami.

Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan di SD Swasta Al-Kautsar

Bandarlampung pada tahun 2010, Sekolah Menengah Pertama (SMP)

diselesaikan di SMP Negeri 22 Bandarlampung pada tahun 2013, dan Sekolah

Menengan Atas (SMA) diselesaikan di SMA Negeri 9 Bandarlampung pada

tahun 2016.

Tahun 2016, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SBMPTN). Selama menjadi mahasiswa penulis aktif organisasi Badan

Eksekutif Mahasiswa sebagai staf ahli 2015-2017.


ii

“Dan berbuat baiklah karena sesungguhnya Allah menyukai


orang-orang yang berbuat baik”
(Al-Baqarah 2:195)

Karya ini kupersembahkan kepada mama, bapak, kakak,dan

keluarga,

sahabat dan teman-teman sejawat

Terima kasih untuk semua cinta, kasih sayang,

dan dukungan yang telah kalian berikan.


iii

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

segala kasih, karunia, dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet

Tambah Darah dan Perilaku Makan dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di

Puskesmas Panjang Bandar Lampung”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat masukan, bantuan,

dorongan, saran, bimbingan dan kritik dari berbagai pihak. Maka dengan

segenap kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar- besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Karomani, M.Si., selaku Rektor Universitas Lampung

2. Dr. Dyah Wulan SRW, SKM., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung

3. dr. Dian Isti Angraini S.Ked., M.P.H., selaku Pembimbing Utama atas

kesediaannya untuk meluangkan banyak waktu, memberikan nasihat,

bimbingan, saran, dan kritik yang bermanfaat dalam proses penyelesaian

skripsi ini;

4. Sutarto,SKM, M.Epid., selaku Pembimbing kedua atas kesediaannya untuk

meluangkan waktu, memberikan nasihat, bimbingan, saran, dan kritik yang


iv

bermanfaat dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. dr. Tutik Ernawati, M.Gizi., Sp.GK., selaku Penguji Utama pada ujian skripsi

atas kesediannya untuk meluangkan waktu, memberikan nasihat, ilmu, saran-

saran yang telah diberikan;

6. Dr. dr. TA Larasati, M.Kes., selaku Pembimbing Akademik saya sejak

semester 1 hingga semester 7, terimakasih atas bimbingan dan ilmu yang

telah diberikan selama ini;

7. Terimakasih kepada seluruh staf dosen dan civitas akademika Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung atas ilmu, waktu, dan bimbingan yang

telah diberikan dalam proses perkuliahan;

8. Terimakasih teruntuk Bapak (Bapak Dadang Karya Bakti) dan Mama (Ibu

Anita Bustami) yang sangat saya cintai dan sayangi atas cinta, kasih sayang,

perhatian, dukungan dan doa yang selalu mengalir setiap saat. Terima kasih

untuk perjuangan kalian memberikan pendidikan yang terbaik untukku,

baik pendidikan akademis maupun nonakademis yang dapat digunakan

untuk bekal dimasa depan;

9. Terimakasih kepada kakakku tersayang Andhini Bakti Putri dan Via Jasinda

Neola, Atok Bustami, Nyaik Helma, Kakek Atmoi, dan Mbak Sri serta

seluruh keluarga besar atas doa, dukungan, semangat, serta kesabaran.

10. Pendukung utama ku Rezita Rahma Reza terimakasih atas segala dukungan,

bantuan doa dan nasihat nya selama ini.

11. Sahabatku M. Amin Bayu Oktarian A, Wanda Lisyanto Prabowo, Iqbal

Arief Pangestu dan Dico Muhammad yang telah berjuang bersamaku selama

ini. Terimakasih untuk dukungan, bantuan, doa, dan ketulusan yang telah
v

kalian berikan;

12. Teman seperjuangan skripsi Bagus, Adilla, Bayu, Efrans, Tiara, dan

Syahrony terimakasih atas bantuan dan dukungan kalian selama ini;

13. Keluarga besar AMBIS terimkasih banyak atas dukungan dan

kebersamaannya selama ini;

14. Teman-teman TR16EMINUS yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Terimakasih atas kebersamaan, suka, duka, solidaritas selama 3,5 tahun

perkuliahan ini, semoga kelak kita bisa menjadi dokter yang baik dan

berguna bagi masyarakat.

15. Terimakasih kepada seluruh responden yang terlibat dalam penyusunan

skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, terimakasih atas doa

dan dukungan kalian.

Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan

manfaat dan pengetahuan baru kepada setiap orang yang membacanya. Terima

kasih.

Bandar Lampung, 10 Desember 2019

Penulis

Aditya Bustami
vi

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1


1.2 Perumusan Masalah ........................................................................................ 7
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 8
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................................... 8
1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 8
1.4.1 Bagi Masyarakat ................................................................................... 8
1.4.2 Bagi Tenaga Kesehatan ......................................................................... 9
1.4.3.Bagi Pemerintah .................................................................................... 9
1.4.4 Bagi Institusi ......................................................................................... 9
1.4.5 Bagi Peneliti .......................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anemia pada Kehamilan ................................................................................. 10


2.1.1 Prevalensi Anemia Pada Kehamilan ..................................................... 12
2.1.2 Etiologi Anemia .................................................................................... 12
2.1.3 Klasifikasi Anemia................................................................................ 13
2.1.4 Gejala Anemia ..................................................................................... 16
2.1.5 Diagnosis Anemia pada Kehamilan ...................................................... 17
2.1.6 Pengaruh Anemia pada Kehamilan ..................................................... 17

2.2 Tablet tambah darah ....................................................................................... 19


2.2.1 Farmakokinetik ..................................................................................... 19
2.2.2 Kebutuhan Besi ..................................................................................... 21
2.2.3 Sumber Zat Besi Alami ......................................................................... 21
2.2.4 Indikasi ................................................................................................. 22
2.2.5 Efek Samping ........................................................................................ 22

2.3 Kepatuhan ...................................................................................................... 23


vii

2.3.1 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kepatuhan .................................... 23


2.3.2 Faktor yang mempangaruhi Kepatuhan Konsumsi Tablet tambah darah
.............................................................................................................. 25
2.3.3 Pengukuran Kepatuhan ......................................................................... 27
2.3.4 Pengukuran Kepatuhan Minum Tablet tambah darah.......................... 28

2.4 Gizi Ibu Hamil ................................................................................................ 28


2.4.1 Indikator Gizi Ibu Hamil yang Baik ..................................................... 30
2.4.2 Pedoman Umum Gizi Seimbang ........................................................... 34

2.5 Perilaku .......................................................................................................... 35


2.5.1 Faktor Predisposisi ................................................................................ 36
2.5.2 Faktor Pendukung ................................................................................. 36
2.5.3 Faktor Pendorong .................................................................................. 36

2.6 Pengertian Perilaku Makan ............................................................................ 36


2.6.1 Pengukuran Perilaku Makan ................................................................. 37
2.6.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Makan ............................ 38

2.7 Kerangka Teori ............................................................................................... 40

2.8 Kerangka Konsep ............................................................................................ 40

2.9 Hipotesis Penelitian......................................................................................... 41

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ............................................................................................. 42


3.2 Tempat danWaktu ........................................................................................... 42
3.2.1 Tempat Penelitian ................................................................................. 42
3.2.2 Waktu Penelitian .................................................................................. 42
3.3 Populasi dan Sampel ....................................................................................... 43
3.3.1 Populasi ................................................................................................ 43
3.3.2 Sampel .................................................................................................. 43
3.3.3 Kriteria Sampel ..................................................................................... 45
3.3.4 Teknik Sampling ................................................................................... 46
3.4 Identifikasi Variabel Penelitian ...................................................................... 46
3.5 Defisini Operasional ....................................................................................... 46
3.6 Alat dan Bahan Penelitian ............................................................................... 47
3.6.1 Alat ........................................................................................................ 47
3.6.2 Bahan Pemeriksaan Hemoglobin .......................................................... 48
3.7 Prosedur Pemeriksaan ..................................................................................... 49
3.8 Alur Penelitian ................................................................................................ 49
3.9 Pengolahan dan Analisis Data ......................................................................... 50
3.9.1 Analisis Univariat.................................................................................. 50
3.9.2 Analisis Bivariat ................................................................................... 51
3.10 Ethical Clearence ......................................................................................... 51
viii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian .............................................................. 52


4.2 Hasil Penelitian ............................................................................................... 54
4.2.1 Analisis Data Univariat ........................................................................ 54
4.2.2 Analisis Data Bivariat .......................................................................... 60
4.3 Pembahasan ..................................................................................................... 62
4.3.1 Distribusi Frekuensi Anemia, Kepatuhan Minum Tablet Tambah
Darah dan Perilaku Makan Ibu Hamil ........................................................... 62
4.3.2 Hubungan Kepatuhan Ibu Hamil Mengkonsumsi Tablet Tambah
Darah dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil. ........................................ 72
4.3.3 Hubungan Perilaku Makan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil.
................................................................................................................. 78

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 82
5.2 Saran ................................................................................................................ 83

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 85
ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Jumlah Kunjungan Ibu hamil dan Angka Kejadian Anemia ................... 6
Tabel 2 Kriteria Anemia Berdasarkan Kadar Hemoglobin ................................... 11
Tabel 3 Kriteria Anemia Berdasarkan Tingkat Keparahan ................................... 15
Tabel 4 Hubungan Kepatuhan Minum Tablet tambah darah dengan
Kejadian Anemia ...................................................................................... 60
Tabel 5 Hubungan Perilaku Makan dengan Kejadian Anemia ............................. 61
x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kerangka Teori .................................................................................. 40


Gambar 2 Kerangka Konsep ............................................................................... 40
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia pada kehamilan merupakan salah satu permasalahan di bidang

kesehatan karena merupakan salah satu indikator dari status nutrisi dan status

kesehatan yang buruk. World Health Organization (WHO) memperkirakan

prevalensi anemia pada kehamilan secara global sebesar 38,2 %. Di mana

38,9%-48,7% kejadian anemia ada di Asia Tenggara (WHO, 2015).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, prevalensi anemia pada

ibu hamil di Indonesia sebesar 48,9% hal ini mengalami peningkatan dari

tahun 2013 yang berada pada angka 37,1% (Kemenkes RI, 2018).

Anemia masih merupakan penyebab tidak langsung kematian utama ibu di

bidang obstetri. Anemia pada kehamilan dapat memberi dampak kurang baik

bagi ibu, baik selama masa kehamilan, persalinan maupun selama masa nifas

dan masa selanjutnya. Berbagai penyulit dapat timbul akibat anemia, seperti

partus lama karena inertia uteri, perdarahan postpartum karena atonia uteri,

syok, infeksi (baik intrapartum maupun postpartum), merupakan berbagai

macam dampak yang dapat ditimbulkan karena anemia (Hudono, 2010).


2

Gangguan atau hambatan pada pertumbuhan sel tubuh maupun sel otak pada

janin dapat terjadi akibat keadaan kekurangan besi (Fe) yang dialami oleh ibu

hamil. Pada ibu hamil, keadaan kekurangan besi (Fe) ini dapat menyebabkan

keguguran, bayi lahir sebelum waktunya, bayi berat lahir rendah (BBLR),

perdarahan sebelum serta pada waktu melahirkan, dan bahkan kematian ibu

dan bayi merupakan risiko yang dihadapi oleh ibu hamil dengan anemia berat

(Kemenkes RI, 2015).

Anemia salah satunya dapat disebabkan karena defisiensi zat besi. Anemia

defisiensi zat besi inilah yang sering terjadi pada ibu hamil. Apabila ibu hamil

dapat memenuhi kebutuhannya akan zat besi, risiko timbulnya anemia

defisiensi zat besi dapat diminimalisir. Kebutuhan zat besi ibu hamil

mengalami peningkatan hingga 1000 mg dari 18 mg/hari. Peningkatan

kebutuhan zat besi ini dapat menyebabkan ibu hamil berisiko tinggi

mengalami defisiensi besi. Suplementasi besi dilakukan sebagai upaya

pemenuhan zat besi dari makanan (Budiani, 2012).

Pemerintah telah mengupayakan kesehatan ibu hamil yang diwujudkan dalam

pemberian palayanan antenatal sekurang-kurangnya empat kali selama masa

kehamilan (K4). Pemeriksaan kehamilan sesuai standar pada semester

pertama K1, K2 dalam pengertian K(1+1=2) adalah pemeriksaan kehamilan

sesuai standar pada smester pertama dan kedua kehamilan, K3 adalah

pemgertian K(1+1+1=3) adalah pemeriksaan kehamilan sesuai standar pada

smester pertama, kedua dan ketiga kehamilan. Dan K4 itu sendiri K3 tambah
3

pemeriksaan ketika mendekati persalinan. Penjelasan ini menunjukkan

pelayanan pemeriksaan ibu hamil dalam ilmu epidemiologi menggunakan

pendekatan prospektif atau biasa dikenal dengan istilah kohor atau dalam

program pencatatan dan pelaporan program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)

tercatat dalam buku register kohor ibu. Pelayanan antenatal sebagai upaya

agar dapat memenuhi standar pemberian tablet tambah darah minimal 90

tablet selama kehamilan, serta pelayanan tes laboratorium sederhana minimal

tes hemoglobin (Hb) darah. Namun, analisis cakupan K4 dengan pemberian

tablet tambah darah sering menunjukkan adanya kesenjangan yang cukup

besar.

Berdasarkan data dinas kesehatan provinsi Lampung, pada tahun 2018

provinsi Lampung mendapat asupan zat besi minimal 90 hari sebanyak

32,5%. Sedangkan pada tahun 2015 khususnya di Bandar Lampung, cakupan

kunjungan K4 pada ibu hamil sebesar 100%, sedangkan cakupan ibu hamil

yang mendapat besi sebesar 75,24%. Padahal salah satu kriteria K4 adalah ibu

hamil tersebut mendapatkan tablet tambah darah sebanyak 90 tablet yang

diindikasikan dengan besarnya cakupan besi. Oleh karena itu seharusnya

cakupan besi lebih besar atau sama dengan cakupan K4. Namun yang terjadi

sebaliknya, cakupan ibu hamil yang mendapat besi lebih rendah dibandingkan

dengan cakupan K4 (Dinkes Prov Lampung, 2015).

Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan sebanyak 73,2% ibu hamil yang

mendapatkan tablet tambah darah dengan jumlah 90 hari minum. Terdapat

26,8% ibu hamil yang tidak minum tablet tambah darah dan hanya 38,1%
4

yang minum tablet tambah darah 90 hari atau lebih. Penyebab tidak

tercapainya target minum tablet tambah darah 90 hari atau lebih sebanyak

21,2% ibu hamil menjawab tidak suka dan sebanyak 61,9 % mengaku

mengkonsumsi tablet tambah darah kurang dari 90 hari. Di provinsi Lampung

asupan zat besi minimal 90 hari sejumlah 32,5%, asupan zat besi tertinggi di

Yogyakarta sebesar 64,2% (Kemenkes RI, 2018).

Studi yang dilakukan oleh Muhilal, dkk (2013) memperlihatkan bahwa

suplementasi besi dapat menurunkan prevalensi anemia pada wanita hamil

sekitar 20% sampai 25%. Sedangkan Werner Schultink, dkk., dalam studinya

di Jakarta terhadap program suplementasi besi berpendapat bahwa terdapat

rendahnya kepatuhan para ibu hamil dalam program suplementasi tersebut

sehingga menyebabkan kegagalan dalam menurunkan prevalensi anemia

(Schultink, 2012).

Selain penyediaan tablet tambah darah (Fe) dan sistem distribusinya, salah

satu faktor yang dianggap paling berpengaruh dalam keberhasilan program

suplementasi besi adalah kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet

tambah darah (Fe). Meskipun didapatkan hasil cakupan ibu hamil yang

mendapatkan tablet tambah darah (Fe) cukup baik, tetapi jika tidak

dikonsumsi oleh ibu hamil maka efek yang diharapkan pun tidak akan

tercapai. Menurut penelitian sebelumnya pada tahun 2017 yang dilakukan oleh

Sophia Sarah dan Irianto di Puskesmas Pejeruk, Kota Mataram, Ibu yang

mengalami anemia dan memiliki tingkat kepatuhan rendah dalam


5

mengkonsumsi tablet tambah darah sebanyak (43,3%) dan sebanyak (6,76%)

yang memiliki tingkat kepatuhan tinggi (Sarah & Irianto, 2017).

Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan memperhatikan pola

konsumsi ibu hamil harus tetap mengacu pada pola makan sehat dan

seimbang sesuai pedoman umum gizi seimbang (PUGS). Pengaturan makan

pada ibu hamil bukan hanya pada jumlah atau kuantitas melainkan juga pada

kualitas atau komposisi zat-zat gizi. Dalam masakehamilan, kebutuhan zat-zat

gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh-

kembang janin, pemeliharaan kesehatan ibu,dan persediaan laktasi baik untuk

ibu maupun janin. Kekurangan nutrisi dapat mengakibatkananemia, abortus,

partus prematurus, inersia uteri, pendarahan pascapersalinan,sepsis

puerperalis, dan lain-lain. Kelebihan nutrisi dapat berakibat kegemukan,

preeklamsia, janin besar, dan lain-lain. Anjuran meningkatkan konsumsi

bahan makanan tinggi besi seperti susu, daging, dan sayuran hijau atau buah

(Kemenkes RI, 2014).

Perilaku makan adalah penerapan kebiasaan makan terhadap individu

atau kelompok masyarakat dalam mengkonsumsi makanan yang

dipengaruhi oleh latar belakang sosial budaya di mana mereka tinggal.

Perilaku sangat berpengaruh terhadap status gizi meskipun secara tidak

langsung (Pujiati, 2015).


6

Sehubungan dengan perilaku makan yang sudah dijelaskan di atas, pemilihan

makanan sangat penting untuk dilakukan, karena berpengaruh pada kondisi

kesehatan seseorang. Salah satu kondisi di mana seseorang harus

memperhatikan kesehatan dan melakukan pemilihan makanan adalah pada

saat hamil, karena pemilihan makanan pada ibu hamil bukan hanya

berpengaruh pada dirinya sendiri tetapi juga berpengaruh pada perkembangan

janinnya (Petersen, 2012).

Meskipun kondisi mual sebagai dampak kehamilan, apabila ibu memiliki

pengetahuan yang luas akan kebutuhan gizi ibu dan janin, maka seharusnya

ibu harus tetap mengkonsumsi makanan bergizi, dengan mengatasinya melalui

makanan pengganti yang memiliki nilai gizi yang sama, atau mengkonsumsi

makanan tanpa bau yang tajam. Bahan makanan yang dapat dikonsumsi untuk

mengurangi rasa mual adalah makanan yang banyak mengandung vitamin B1

seperti makanan dari laut (Ari & Rusilanti, 2013).

Hasil wawancara dengan petugas poli Kesehatan Ibu dan Anak pada 15

Puskesmas yang ada di Bandar Lampung diperoleh data kunjungan ibu hamil

bulan September 2019 dan angka ibu anemia dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Ibu Hamil dan Angka Kejadian Anemia pada
Bulan September 2019 di Puskesmas Bandar Lampung

No. Puskesmas Kunjungan Ibu Kejadian Anemia


Hamil (Bulan)
1. Kota Karang 313 5 (1,5%)
2. Sukamaju 28 15 (53%)
3. Pasar Ambon 113 0 (0%)
4. Sukaraja 114 22 (19%)
7

5. Panjang 154 92 (59,7%)


6. Way Laga 41 7 (17%)
7. Kampung Sawah 58 0 (0%)
8. Simpur 150 5 (2%)
9. Kemiling 120 10 (8%)
10. Kedaton 240 12 (5%)
11. Way Halim 212 6 (2%)
12. Way Kandis 64 0(0%)
13. Sukarame 15 4( 26%)
14. Sukabumi 120 13 (10%)
15 Gedong Air 98 18 (18%)

Pada tabel 1.1 Angka anemia tertinggi pada bulan September 2019 di

Puskesmas wilayah Bandar Lampung adalah puskesmas Panjang, sehingga

pemilihan tempat penelitian dilakukan di Puskesmas tersebut.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti akan melakukan

penelitian dengan mengambil judul “Hubungan Antara Kepatuhan

Mengkonsumsi Tablet Tambah Darah dan Perilaku Makan dengan Kejadian

Anemia Pada Ibu Hamil di Puskesmas Panjang Bandar Lampung”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas di dapatkan perumusan masalah sebagai berikut:

1.2.1 Apakah ada hubungan kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet

tambah darah dengan kejadian anemia pada ibu hamil?

1.2.2 Apakah ada hubungan perilaku makan dengan kejadian anemia pada

ibu hamil ?
8

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi

Tablet tambah darah dan perilaku makan dengan kejadian anemia di

puskesmas Panjang Bandar Lampung.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui distribusi frekuensi anemia pada ibu hamil.

1.3.2.2 Untuk mengetahui distribusi frekuensi kepatuhan

mengkonsumsi tablet tambah darah bagi ibu hamil.

1.3.2.3 Untuk mengetahui distribusi frekuensi perilaku makan ibu

hamil.

1.3.2.4 Untuk mengetahui hubungan kepatuhan ibu hamil yang

mengkonsumsi tablet tambah darah dengan kejadian anemia

pada ibu hamil.

1.3.2.5 Untuk mengetahui hubungan perilaku makan dengan kejadian

anemia pada ibu hamil.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Bagi masyarakat

Memberikan wawasan, pengetahuan, dan kesadaran akan pentingnya

kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah dan perilaku makan

selama kehamilan.
9

1.4.2 Bagi tenaga kesehatan

Memberikan wawasan, pengetahuan, kesadaran dan mengajak

masyarakat untuk membantu para ibu hamil agar menjaga pola makan

dan meminum tablet tambah darah.

1.4.3 Bagi pemerintah

Memberikan masukan, saran, dan gambaran tentang dampak buruk

kejadian anemia pada ibu hamil, perilaku makan yang kurang baik dan

ketidak patuhan dalam mengkonsumsi tablet tambah darah.

1.4.4 Bagi institusi

Memberikan informasi dan wawasan akan pentingnya menjaga pola

makan dan meminum tablet tambah darah.

1.4.5 Bagi peneliti

Memberikan landasan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anemia Pada Kehamilan

Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa

eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk

membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan

oxygen caring capacity). Anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar

hemoglobin, kemudian hematokrit (Sudoyo, et al., 2014).

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi dimana kadar hemoglobin ibu hamil

kurang dari 11 g/dl. Selama masa kehamilan, terjadi perubahan-perubahan

dalam darah dan sumsum tulang serta kebutuhan zat-zat makanan pun

bertambah, oleh karena itu anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan

(WHO, 2015).
11

Tabel 2.1 Kriteria Anemia Berdasarkan Rata-rata Kadar Hemoglobin

Populasi Anemia
Tidak Ringan Sedang Berat
Anemia
Anak-anak usia 6-59 bulan 11,0 atau 10,0-10,09 7,0-9,9 <7,0
lebih
Anak-anak usia 5-11 tahun 11,5 atau 11,0-11,4 8,0-10,9 <8,0
lebih
Anak-anak usia 12-14 12,0 atau 11,0-11,9 8,0-10,9 <8,0
tahun lebih
Wanita tidak hamil (15 12,0 atau 11,0-11,9 8,0-10,9 <8,0
tahun ke atas) lebih
Wanita Hamil 11,0 atau 10,0-10,9 7,0-9,9 <7,0
lebih
Pria (15 tahun ke atas) 13,0 atau 11,0-12,9 8,0-10,9 <8,0
lebih

Sumber: WHO. 2014.WHA Global Nutrition Targets 2025 : Low Birth


Weight Policy Brief Switzerland.

Selama masa kehamilan, darah akan bertambah banyak. Bertambahnya darah

sudah dimulai sejak usia kehamilan sepuluh minggu dan mencapai puncaknya

antara 32-36 minggu usia kehamilan. Perbandingan pertambahan komponen

darah yaitu plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%. Namun volume

plasma yang bertambah banyak tidak sebanding dengan pertambahan sel-sel

darah, sehingga terjadi pengenceran darah. Pengenceran darah ini merupakan

penyesuaian fisiologis dalam kehamilan yang bermanfaat bagi ibu hamil

(Hudono, 2010).

Pengenceran darah tersebut akan meringankan beban jantung, karena ketika

dalam masa kehamilan jantung harus bekerja lebih berat. Akibat hidremia

(bertambah banyaknya darah dalam kehamilan) ini cardiac output akan

meningkat. Kerja jantung menjadi lebih ringan karena viskositas darah yang
12

rendah ini akan menyebabkan resistensi perifer berkurang, sehingga tekanan

darah tidak meningkat. Selain itu, pengenceran darah ini akan meminimalisir

banyaknya unsur besi yang hilang pada perdarahan waktu persalinan jika

dibandingkan dengan ketika darah masih tetap kental (Hudono, 2010).

2.1.1 Prevalensi Anemia Kehamilan

World Health Organization memperkirakan bahwa anemia

mempengaruhi kehidupan sekitar dua miliar orang di dunia, atau sekitar

sepertiga dari total populasi. Dibandingkan dengan daerah lainnya di

dunia, Asia Tenggara memiliki rata-rata prevalensi anemia tertinggi,

yaitu 38,9% - 48,7% (WHO, 2015).

2.1.2 Etiologi Anemia

Penyebab anemia bergantung pada banyaknya sel darah merah (eritrosit)

yang diproduksi dalam tubuh dan tingkat kesehatan seseorang.

Penurunan kadar hemoglobin selama kehamilan disebabkan oleh

ekspansi yang lebih besar dari volume plasma dibandingkan dengan

peningkatan volume sel darah merah (eritrosit). Disproporsi antara

tingkat kenaikan plasma dan eritrosit memiliki perbedaan yang paling

signifikan selama trimesrer kedua (American Pregnancy Association,

2015) (WHO, 2015).


13

Berdasarkan Pribadi, et al (2015) meskipun anemia defisiensi besi

merupakan penyebab terbanyak, tetapi anemia dapat disebabkan oleh

beberapa hal lainnya, antara lain:

1) Hemolisis akibat malaria atau penyakit bawaan seperti thalasemia

2) Defisiensi G6PD

3) Defisiensi nutrisi seperti vitamin B12, asam folat, dan vitamin C

4) Kehilangan darah kronis akibat cacing dan malabsorbsi besi

Menurut Sudoyo, et al (2014) anemia hanyalah suatu kumpulan gejala

yang disebabkan oleh berbagai macam penyebab. Pada dasarnya anemia

disebabkan oleh karena:

1) Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang

2) Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan)

3) Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya

(hemolisis).

2.1.3 Klasifikasi Anemia

Berdasarkan Sudoyo, et al (2010) anemia diklasifikasikan menurut

beberapa hal, yaitu:

2.1.3.1 Klasifikasi menurut etiopatogenesis

a. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang

Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit

i) Anemia defisiensi besi

ii) Anemia defisiensi asam folat


14

iii) Anemia defisiensi vitamin B12

Gangguan penggunaan (utilisasi) besi

i) Anemia akibat penyakit kronis

ii) Anemia sideroblastik

Anemia defisiensi vitamin B12

i) Anemia aplastic

ii) Anemia mieloptisik

iii) Anemia pada keganasan hematologi

iv) Anemia diseritropoietik

v) Anemia pada sindrom mielodisplastik

b. Anemia akibat hemoragi

i. Anemia setelah perdarahan akut

ii. Anemia akibat perdarahan kronik

c. Anemia hemolitik

1. Anemia hemolitik intrakorpuskular

i) Gangguan membran eritrosit (membranopati)

ii) Gangguan enzim eritrosit (enzimopati): Anemia akibat defisiensi G6PD

iii) Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati): Thalassemia dan

hemoglobinopati struktural
15

2. Anemia hemolitik ekstrakorpuskular

i) Anemia hemolitik autoimun

ii) Anemia hemolitik mikroangiopatik

iii) Lain-lain

d. Anemia dengan penyebab yang tidak diketahui atau dengan

patogenesis yang komplek.

2.3.1.2 Klasifikasi berdasarkan gambaran morfologi

a) Anemia hipokromik mikrositer: Apabila MCV <80 fl dan MCH <27 pg.

b) Anemia normokromik normositer: Apabila MCV 80-95 fl dan MCH

27-34 pg.

c) Anemia makrositer: Apabila MCV >95 fl.

2.3.1.3 Klasifikasi berdasarkan derajat keparahan

Tabel 2.2. Klasifikasi derajat keparahan anemia pada kehamilan.

Klasifikasi Angka Hemoglobin

Ringan 9,0-10,0 gr/dL

Sedang 7,0-8,9 gr/dL

Berat <7,0gr/dL

Sumber: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. 2014. Buku ajar
Ilmu Penyakit Dalam jilid I. VI. Jakarta: Interna Publishing :1132-53.
16

2.1.4 Gejala Anemia

Pucat merupakan salah satu tanda yang paling sering dikaitkan dengan

anemia. Keadaan ini biasanya disebabkan karena berkurangnya volume

darah, berkurangnya hemoglobin serta vasokontriksi, untuk

memaksimalkan pasokan O2 ke organ-organ vital. Bantalan kuku, telapak

tangan, serta membran mukosa mulut dan konjungtiva meupakan indikator

yang lebih baik dalam menilai kondisi pucat jika dibandingkan dengan

warna kulit. Jika lipatan tangan tidak berwarna merah muda, kadar

hemoglobin biasanya kurang dari 8 g/dl (Kemenkes RI, 2013).

Pada anemia defisiensi besi biasanya dijumpai gejala cepat lelah, nafsu

makan berkurang, berdebar-debar, serta takikardi. Keadaan cepat lelah,

serta nafas pendek ketika melakukan aktifitas jasmani merupakan

manifestasi dari berkurangnya distribusi O2. Takikardi mencerminkan

beban kerja dan curah jantung yang meningkat. Pada anemia yang berat

dapat terjadi gagal jantung kongestif akibat otot jantung anostik sehingga

tidak dapat beradaptasi terhadap kerja jantung yang meningkat. Selain itu,

pada anemia defisiensi besi yang berat juga dapat timbul gejala-gejala

mual, anoreksia, konstipasi atau diare, dan stomatitis (Manuaba, 2012).


17

2.1.5 Diagnosis Anemia pada Kehamilan

Untuk menegakkan diagnosis anemia dalam kehamilan dapat dilakukan

anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis akan didapatkan

keluhan yang dapat mendukung diagnosis anemia, seperti keluhan cepat

lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang serta keluhan mual-muntah

yang lebih hebat pada kehamilan (Manuaba, 2012).

Pemeriksaan darah selama kehamilan minimal dilakukan dua kali, yaitu

pada trimester I dan trimester III. Pemeriksaan kadar Hb dapat dilakukan

dengan menggunakan alat sahli. Dari hasil pemeriksaan Hb dengan

menggunakan alat sahli tersebut, kadar Hb dapat digolongkan menjadi

dua, yaitu tidak anemia (Hb >11 g/dl) dan anemia (Hb<11g/dl) (WHO,

2015).

2.1.6 Pengaruh Anemia pada Kehamilan

Anemia pada kehamilan dapat memberikan pengaruh kurang baik bagi

ibu, baik selama dalam masa kehamilan, saat persalinan maupun dalam

masa nifas. Pada masa kehamilan, pengaruh yang ditimbulkan akibat

anemia antara lain yaitu persalinan prematur, abortus, hambatan tumbuh

kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, risiko dekompensasi

kordis, mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum,

serta ketuban pecah dini (Manuaba , 2012).


18

Dampak yang ditimbulkan oleh anemia saat persalinan yaitu gangguan

his, serta kala pertama dapat berlangsung lebih lama dan terjadi partus

terlantar. Pada kala kedua juga dapat berlangsung lebih lama sehingga

dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi. Kala ketiga

dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum akibat atonia

uteri. Kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan

atonia uteri. Pada masa nifas, dampak yang ditimbulkan oleh anemia

antara lain terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan

postpartum, anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi mamae dan

puerperium, pengeluaran ASI berkurang, serta dekompensasi kordis

mendadak setelah persalinan (Manuaba , 2012).

Dengan adanya anemia yang dialami oleh ibu, kemampuan metabolisme

tubuh janin akan berkurang sehingga pertumbuhan dan perkembangan

janin dalam rahim akan terganggu. Dampak anemia pada janin antara lain

abortus, kematian intrauteri, persalinan prematuritas tinggi, berat badan

lahir rendah, kelahiran dengan anemia, cacat bawaan, bayi mudah

mengalami infeksi sampai kematian perinatal, serta intelegensia yang

rendah (Manuaba , 2012).


19

2.2 Tablet Tambah Darah

Penanggulangan masalah anemia gizi besi di Indonesia masih terfokus

pada pemberian tablet tambah darah. Pemberian tablet tambah darah

merupakan salah satu palayanan/asuhan standar minimal yang diberikan

pada kunjungan antenatal. Tablet tambah darah biasanya diberikan

minimal sebanyak 90 tablet selama kehamilan, yang diberikan pada

trimester III. Setiap tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan

ibu hamil mengandung 60 mg besi elemental (dalam bentuk sediaan

Ferro Sulfat, Ferro Fumarat atau Ferro Gluconat) dan Asam Folat

0,400 mg (Kemenkes RI, 2013).

2.2.1 Farmakokinetik

Absorpsi Fe melalui saluran cerna terutama berlangsung di duodenum

dan jejunum proksimal. Transport Fe melalui sel mukosa usus terjadi

secara transport aktif. Di dalam sel mukosa, setelah diabsorpsi ion ferro

akan diubah menjadi ion ferri. Kemudian ion ferri akan masuk ke dalam

plasma dengan perantara transferin, atau diubah menjadi ferritin dan

disimpan dalam mukosa usus (Dewoto & Wardini, 2012).

Pada individu normal tanpa defisiensi besi jumlah Fe yang diabsorpsi 5-

10% atau sekitar 0,5-1 mg/hari. Absorpsi meningkat bila cadangan

rendah atau kebutuhan Fe meningkat. Absorpsi meningkat menjadi 1-2

mg/hari pada wanita menstruasi, dan pada wanita hamil dapat meningkat

menjadi 3-4 mg/hari (Dewoto & Wardini, 2012).


20

Banyak faktor yang berpengaruh pada absorbsi besi, terdapat faktor yang

mendorong dan menghambat penyerapan zat besi. Faktor yang

mendorong penyerapan zat besi antara lain asam askorbat, konsumsi

makanan sumber heme dan asam organik. Konsumsi pangan sumber besi

heme dan nonheme secara bersamaan akan membantu penyerapan besi

nonheme. Daging, ayam dan ikan sebagai sumber besi heme dapat

membantu penyerapan besi. Sedangkan asam fitat, asam oksalat dan

tannin dapat mengikat besi sehingga mempersulit penyerapannya.

Kebutuhan tubuh akan besi berpengaruh besar terhadap absorbsi besi.

Bila tubuh kekurangan besi atau kebutuhannya meningkat pada masa

kehamilan, absorbsi besi nonheme dapat meningkat sampai sepuluh kali,

sedangkan besi heme sebesar dua kali (Almatsier, 2012).

Setelah diabsorpsi, Fe dalam darah akan diikat oleh transferin, untuk

kemudian akan diangkut ke berbagai jaringan terutama ke sumsum tulang

dan depot Fe. Selain transferin, sel-sel retikulum juga dapat mengangkut

Fe untuk keperluan eritropoesis. Bila tidak digunakan dalam eritropoesis,

Fe akan mengikat protein (apoferitin) dan membentuk feritin. Komponen

Fe ini terutama disimpan pada sel mukosa usus halus dan dalam sel-sel

retikuloendotelial (di hati, limpa, dan sumsum tulang). Setelah pemberian

per oral, Fe terutama akan disimpan di limpa dan sumsum tulang

(Dewoto & Wardini, 2012).


21

Jumlah Fe yang diekskresikan tiap hari cukup sedikit, biasanya sekitar

0,5-1 mg sehari. Ekskresi terutama berlangsung melalui sel epitel kulit

dan melalui saluran cerna, selain itu juga mealui keringat, urin feses,

serta kuku, dan rambut yang dipotong. Pada wanita usia subur dengan

siklus haid 28 hari, jumlah Fe yang diekskresikan sehubungan dengan

haid diperkirakan sebanyak 0,5-1 mg sehari (Dewoto & Wardini, 2012).

2.2.2 Kebutuhan Besi

Jumlah Fe yang dibutuhkan setiap hari dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Faktor usia, jenis kelamin (sehubungan dengan kehamilan dan laktasi

pada wanita) dan jumlah darah dalam badan (dalam hal ini Hb) dapat

mempengaruhi kebutuhan. Pada keadaan normal, wanita memerlukan 12

mg sehari untuk memenuhi ambilan sebesar 1,2 mg sehari. Sedangkan

pada wanita hamil dan meyusui diperlukan tambahan asupan untuk

mengantisipasi peningkatan absorpsi besi yang bisa mencapai 5 mg

sehari (Dewoto & Wardini, 2012).

2.2.3 Sumber Besi Alami

Besi dalam sumber lauk hewani berada dalam bentuk hem, yang mudah

diserap, sedangkan besi non-hem dalam tumbuhan tidak mudah diserap.

Makanan yang mengandung besi dalam kadar tinggi (> 5 mg/100 g)

adalah hati, jantung, kuning telur, ragi, kerang, kacang-kacangan dan

buah-buahan tertentu. Makanan yang mengandung besi dalam jumlah

sedang (1-5 mg/100 g) yaitu daging, ikan, unggas, sayuran yang


22

berwarna hijau, dan biji-bijian. Sedangkan susu atau produknya, dan

sayuran yang kurang hijau mengandung besi dalam jumlah rendah (< 1

mg/100 g) (Dewoto & Wardini, 2012).

2.2.4 Indikasi

Sediaan Fe hanya diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan

anemia defisiensi besi. Penggunaan diluar indikasi, cenderung

menyebabkan penimbunan besi dan keracunan besi. Anemia defisiensi

besi paling sering disebabkan oleh karena kehilangan darah atau karena

kebutuhan yang meningkat seperti yang terjadi pada ibu hamil (Dewoto

& Wardini,2012).

2.2.5 Efek Samping

Efek samping yang paling sering terjadi berupa intoleransi terhadap

sediaan oral. Gejala yang timbul dapat berupa mual dan nyeri lambung,

konstipasi maupun diare. Gangguan ini biasanya ringan dan dapat

dikurangi dengan pemberian tablet tambah darah setelah makan.

Kemungkinan juga dapat menyebabkan timbulnya feses yang berwarna

hitam (Dewoto & Wardini, 2012).

Intoksikasi akut sangat jarang terjadi pada orang dewasa. Intoksikasi akut

dapat terjadi setelah menelan sediaan Fe sebanyak 1 g. Kelainan utama

terdapat pada saluran cerna, mulai dari iritasi, korosi, sampai terjadi

nekrosis. Gejala yang timbul biasanya berupa mual, muntah, diare,


23

hematemesis, serta feses berwarna hitam karena adanya perdarahan pada

saluran cerna, syok dan akhirnya menyebabkan gangguan kardiovaskular

dengan risiko kematian. Gejala intoksikasi tersebut dapat timbul dalam

waktu 30 menit atau setelah beberapa jam minum tablet tambah darah.

(Dewoto & Wardini,2012).

2.3 Kepatuhan

Kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah didefinisikan sebagai perilaku

ibu hamil dalam mentaati semua petunjuk yang dianjurkan oleh petugas

kesehatan untuk mengkonsumsi tablet tambah darah. Kepatuhan

mengkonsumsi tablet tambah darah antara lain diperoleh melalui perhitungan

tablet yang tersisa. Ibu hamil dikategorikan patuh apabila angka

kepatuhannya mencapai 90%. Sebaliknya ibu hamil dikatakan tidak patuh

apabila angka kepatuhannya <90% (Rahmawati dan Subagio,2012).

Perilaku seseorang pada dasarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala

kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi,

persepsi, sikap, dan sebagainya. Gejala kejiwaan tersebut dipengaruhi oleh

berbagai faktor lain, diantaranya faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik,

sosiobudaya masyarakat, dan sebagainya (Notoatmodjo,2012).

2.3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

Beberapa teori telah dicoba untuk mengungkap faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku kesehatan, salah satunya yaitu teori WHO. Tim


24

kerja dari WHO meneliti bahwa perilaku kesehatan seseorang antara lain

dipengaruhi oleh (Notoatmodjo,2012).

2.3.1.1 Pengetahuan dan Sikap

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman

orang lain. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang

terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri

atau dari orang lain yang paling dekat (Notoatmodjo, 2012).

2.3.1.2 Kepercayaan

Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, maupun tokoh

masyarakat. Seseorang menerima kepercayaan tersebut

berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih

dahulu (Notoatmodjo,2012).

2.3.1.3 Orang Penting sebagai Referensi

Perilaku seseorang lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang

yang dianggap penting. Apabila seseorang itu penting, maka apa

yang dia katakan cenderung untuk dilaksanakan. Orang-orang

yang dianggap penting ini sering disebut kelompok referensi

(reference group), antara lain kepala adat, kepala desa, alim

ulama, tenaga medis, guru, dan sebagainya (Notoatmodjo,2012).


25

2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan mengkonsumsi tablet

tambah darah menurut Arega Sadore, Abebe Gebretsadik, & Aman

Hussen, 2015 :

2.3.2.1 Pengaruh Tubuh

Faktor-faktor tubuh ysng dapat terjadi seperti mual, muntah,

kram lambung, nyeri ulu hati, dan konstipasi (kadang-kadang

diare). Namun derajat mual yang ditimbulkan oleh setiap preparat

tergantung pada jumlah element zat besi yang diserap. Takaran

zat besi diatas 60 mg dapat menimbulkan efek samping yang

tidak dapat diterima pada ibu hamil sehingga berisiko terjadi

ketidakpatuhan dalam konsumsi tablet tambah darah. Dosis

rendah lebih cenderung ditoleransi (dan diminum) dari pada

dosisi tinggi.

2.3.2.2 Dosis dan Bentuk Sediaan

Kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah menurun seiring

dengan peningkatan jumlah dosis dan ukuran sediaan. Pemberian

tablet tambah darah selama kehamilan merupakan salah satu cara

yang paling cocok bagi ibu hamil untuk meningkatkan kadar Hb

sampai tahap yang di inginkan, karena sangat efektif dimana satu

tablet mengandung 60 mg Fe. Setiap tablet setara dengan 200 mg

ferrosulfat. Selama kehamilan minimal diberikan 90 tablet.


26

Jika ibu hamil yang terdiagnosis anemia akan dianjurkan

mengkonsumsi dua tablet selama 30 hari pertama dan satu tablet

di 60 hari berikutnya.

2.3.2.3 Pemanfaatan Layanan Kesehatan dan Keyakinan Pribadi

Jarak ke klinik, kendala ekonomi (biaya perjalanan), dan

kesibukan klinik di mana jadwal pasien untuk berkonsultasi

dengan tenaga kesehatan sangat terbatas dapat mempengaruhi

pemanfaatan layanan kesehatan. Keyakinan mengenai kesehatan

dan pengobatan juga dapat mempengaruhi kepatuhan, misalnya

beberapa ibu hamil di Thailand tidak patuh mengkonsumsi tablet

tambah darah karena mereka berpikir tablet tambah darah dapat

menyebabkan bayi lebih besar sehingga susah dilahirkan.

2.3.2.4 Hubungan Pasien dengan Tenaga Kesehatan

Kualitas hubungan pasien dengan tenaga kesehatan sangat

penting dalam mempengaruhi kepatuhan, meskipun kualitas

bukan berarti bahwa pasien diberikan informasi yang lebih.

Keterlibatan pasien, kejelasan pesan yang disampaikan, dan

bagaimana pesan tersebut disampaikan penting dalam

meningkatkan dinamika antara pasien dengan tenaga kesehatan.


27

2.3.2.5 Ketersediaan

Hubungan yang baik antara pasien dengan petugas kesehatan

tidak akan mempengaruhi kepatuhan jika ketersediaan tablet

tambah darah terbatas.

2.3.3 Pengukuran Kepatuhan

Pengukuran kepatuhan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara

langsung maupun tidak langsung. Pengukuran secara langsung dapat

dilakukan dengan melihat kadar hemoglobin, hematokrit, atau ferritin

serum. Kekurangan dari cara pengukuran ini antara lain keakuratan

pengukuran langsung dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup, serta dapat

diperoleh hasil yang bias karena ketidaknyamanan pasien (Arega Sadore,

Abebe Gebretsdik, & Aman Hussen, 2015).

Pengukuran secara tidak langsung dapat dilakukan melaui observasi atau

pengawasan tablet yang dikonsusmai oleh petugas kesehatan, laporan

pasien, perhitungan jumlah tablet yang dikonsumsi, wawancara dengan

pasien, penggunakan kalender untuk mengingatkan dan mencatat tablet

yang dikonsumsi. Diantara beberapa cara tersebut, pelaporan pasien

merupakan cara yang paling dapat diandalkan (Arega Sadore, Abebe

Gebretsdik, & Aman Hussen, 2015)

.
28

2.3.4 Pengukuran Kepatuhan Minum Tablet Tambah Darah

Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8) versi Indonesia terdiri

atas delapan soal untuk menilai kepatuhan minum obat yang telah di uji

validasi pada penelitian Defilia, 2017 dengan nilai r = 0,883, dengan nilai

sensitivitas = 82,575% dan nilai spesifisitas = 44,915%. Kriteria

penilaian kepatuhan tinggi dengan skor 8, kepatuhan sedang skor 6-7 dan

kepatuhan rendah kurang dari 6. Pengukuran kepatuhan minum tablet

tambah darah menggunakan kuesioner kepatuhan minum obat. (Defilia,

2017)

2.4 Gizi Ibu Hamil

Proses kehamilan dapat terjadi berbagai perubahan seperti perubahan tubuh

ibu dibandingkan sebelum hamil dan pertambahan berat badan yang beragam

selama kehamilan antar ibu hamil. Pertambahan berat badan normal ibu hamil

di Indonesia berkisar antara 10-12 kg. Pertambahan berat badan adalah per

trimester, pada trimester I yaitu 1,1 kg, trimester II yaitu 2,2 kg, dan trimester

III yaitu 5,0 kg. Selain itu, terjadi perubahan pada mekanisme pengaturan dan

fungsi organ-organ tubuh, yaitu peningkatan aktivitas fisiologis, metabolik dan

anatomis. Perubahan fisiologis meliputi perubahan hormon. Perubahan

anatomis mencakup peningkatan volume darah ibu, peningkatan ukuran uterus

ibu, pertambahan berat badan dari plasenta dan janin (Hardinsyah dan

Supariasa, 2016).
29

Kebutuhan protein selama kehamilan akan meningkat sampai 68%, asam folat

100%, kalsium 50%, dan zat besi 200-300%. Tujuannya untuk memenuhi

cakupan kalori, protein, vitamin, mineral,dan cairan bagi ibu dan janin. Bahan

makanan yang digunakan sebaiknya meliputi makanan yang mengandung

protein (hewani dan nabati), kalsium (susu dan olahannya), karbohidrat (roti

dan biji-bijian), buah dan sayur yang kaya akan vitamin C, sayuran berwarna

hijau tua serta tambahan suplementasi zat besi dan asam folat (Arisman,

2014).

Sebagian besar masalah gizi yang terjadi di dunia adalah gizi kurang, yang

utamanya disebabkan karena kurang makan. Penyebab utama pada anak dan

ibu adalah kemiskinan, tidak ada makanan, sakit yang berulang, kebiasaan

praktik pemberian makanan yang kurang tepat dan kurang perawatan serta

kebersihan. Permasalahan gizi lainnya yang sering dijumpai pada ibu hamil

adalah obesitas atau kelebihan berat badan, diabetes pada kehamilan,

hipertensi dan anemia (Hardinsyah dan Supariasa, 2016).

Kebutuhan ibu hamil akan meningkat, pengetahuan ibu yang kurang terhadap

peningkatan kebutuhan selama kehamilan dapat menyebabkan mudah

terjadinya anemia pada ibu hamil. Ibu hamil dengan pengetahuan yang rendah

akan berperilaku kurang patuh dalam mengkonsumsi tablet tambah darah

serta dalam pemilihan makanan yang sesuai kebutuhan juga rendah.

Sebaliknya ibu hamil dengan pengetahuan yang baik, maka cenderung lebih
30

banyak menggunakan pertimbangan rasional dan lebih patuh dalam

mengkonsumsi suatu makanan (Arisman, 2014).

Semakin muda dan semakin tua usia seorang ibu yang sedang hamil, akan

berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Usia muda (<20 tahun)

perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk pertumbuhan

dan perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang

sedang dikandungnya. Sedangkan untuk usia tua (diatas 35 tahun) perlu energi

yang besar juga karena fungsi organ semakin melemah dan tetap harus bekerja

maksimal maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung

kehamilannya (Kristiyanasari, 2010).

Asupan makanan yang kurang dapat menyebabkan risiko kejadian anemia dan

kekurangan gizi. Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai darah yang

mengantarkan oksigen dan makanan pada janin akan terhambat, sehingga

janin akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan (Maulana,

2010)

2.4.1 Indikator Gizi ibu Hamil yang Baik

Penilaian status gizi merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi

seseorang dengan cara mengumpulkan data penting baik yang bersifat

subjektif maupun yang bersifat objektif. Status gizi janin ditentukan

antara lain oleh status gizi ibu sebelum dan selama kehamilan. Hal
31

tersebut dipengaruhi juga oleh tingkat sosial ekonomi, keadaan

kesehatan maupun tingkat pengetahuan ibu.

2.4.1.1 Menimbang berat badan secara teratur

Tujuan dari penimbangan secara teratur yaitu untuk mengetahui

perubahan berat badan dalam menggambarkan perubahan

konsumsi makanan atau gangguan kesehatan, dengan

mengetahui perubahan berat badan yang terjadi dapat mengenali

masalah kesehatan dan gizi serta mampu mengatasi masalahnya,

baik oleh diri sendiri atau dengan bantuan petugas. Cara

memantau berat badan yaitu dengan menimbang berat badan di

rumah, posyandu atau tempat lain (klinik) kemudian hasil

pengukuran berat badan dimasukkan ke dalam buku KIA

(Kemenkes RI,2015).

2.4.1.2 Hemoglobin

Hemoglobin adalah komponen darah yang bertugas mengangkut

oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Untuk level

normalnya untuk wanita sekitar 12-16 gram per 100 ml sedang

untuk pria sekitar 14-18 gram per 100 ml. Pengukuran Hb pada

saat kehamilan biasanya menunjukkan penurunan jumlah kadar

Hb. Hemoglobin merupakan parameter yang digunakan untuk

menetapkan prevalensi anemia. Anemia merupakan masalah

kesehatan yang paling banyak ditemukan pada ibu hamil.

Kurang lebih 50% ibu hamil di Indonesia menderita anemia.


32

Anemia merupakan salah satu status gizi yang berpengaruh

terhadap BBLR. Pengukuran kadar haemoglobin dilakukan

sebelum usia kehamilan 20 minggu dan pada kehamilan 28

minggu

2.4.1.3 Relative Body Weight (RBW)

Relative body weight merupakan standart penilaian kecukupan

kalori (energi) secara tidak langsung. Energi dapat didefinisikan

sebagai kemampuan untuk melakukan pekerjaan, tubuh

memperoleh energi dari makanan yang dimakan, dan energi

dalam makanan ini terdapat sebagai energi kimia yang dapat

diubah menjadi energi bentuk lain. Bentuk energi yang berkaitan

dengan proses-proses biologi adalah energi kimia, energi

mekanis, energi panas dan energi listrik. Penentuan kebutuhan

kecukupan energi dengan teori RBW adalah

RBW = BB/(TB-100) x 100%

BB = Berat badan (Kg); TB = Tinggi badan (Cm); dengan

ketentuan:

1) Kurus, jika RBW < 90 %

2) Normal, jika RBW = 90-100 %

3) Gemuk, jika RBW >110 % atau <120%

4) Obesitas ringan, RBW 120-130 %

5) Oesitas sedang, RBW > 130-140 %

6) Obesitas berat, RBW > 140 % 130-140 %


33

2.4.1.4 Mengkonsumsi Suplemen Besi (Tablet Tambah Darah)

Suplemen adalah kombinasi dua atau lebih vitamin dan zat

mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. Suplemen dapat berupa

gabungan dari berbagai macam vitamin atau zat lain seperti

asam amino. Jenis suplemen tunggal bisa terdiri dari kalsium,

zink, vitamin, asam folat, dan lain-lain. Asupan gizi paling

bagus adalah dari makanan (Damanik, 2010).

Zat besi adalah unsur mineral yang paling penting dibutuhkan

oleh tubuh karena perannya dalam pembentukkan hemoglobin.

Senyawa ini bertindak sebagai pembawa oksigen dalam darah,

dan juga berperan dalam mentransfer CO2 dan H pada

rangkaian transport elektron yang diatur oleh fosfat organik.

Besi merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam

tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 2-3 gram di dalam

tubuh manusia dewasa. Besi mempunyai beberapa fungsi

essensial di dalam tubuh sebagai alat angkut oksigen dari paru-

paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam

sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim didalam

jaringan tubuh (Rukman, 2009).


34

2.4.2 Pedoman Umum Gizi Seimbang

Gizi Seimbang untuk ibu hamil dan ibu menyusui mengindikasikan bahwa

konsumsi ibu hamil harus memenuhi kebutuhan untuk dirinya dan untuk

pertumbuhan serta perkembangan janin/bayinya. Oleh karena itu ibu hamil

dan ibu menyusui membutuhkan zat gizi yang lebih banyak dibandingkan

dengan keadaan tidak hamil atau tidak menyusui, tetapi konsumsi

pangannya tetap beranekaragam dan seimbang dalam jumlah dan

proporsinya. Sehubungan dengan hal itu, ibu harus mempunyai status gizi

yang baik sebelum hamil dan mengkonsumsi makanan yang

beranekaragam baik proporsi maupun jumlahnya (Kemenkes RI, 2014).

Ikan, daging, hati dan tempe adalah jenis pangan yang baik untuk ibu

hamil karena kandungan zat besinya tinggi. Kebutuhan asam folat selama

kehamilan juga meningkat karena digunakan untuk pembentukan sel dan

sistem saraf termasuk sel darah merah. Sayuran hijau seperti bayam dan

kacang–kacangan banyak mengandung asam folat yang sangat diperlukan

pada masa kehamilan. Buah merupakan sumber vitamin yang baik bagi

tubuh dan buah yang tinggi serat karena dapat melancarkan buang air

besar sehingga mengurangi risiko sembelit (Kemenkes RI, 2014).

Kebutuhan kalsium meningkat pada saat hamil karena digunakan untuk

mengganti cadangan kalsium ibu yang digunakan untuk pembentukan

jaringan baru pada janin. Apabila konsumsi kalsium tidak mencukupi

maka akan berakibat meningkatkan risiko ibu mengalami komplikasi yang


35

disebut keracunan kehamilan (pre eklampsia). Selain itu ibu akan

mengalami pengeroposan tulang dan gigi. Sumber kalsium yang baik

adalah sayuran hijau, kacang–kacangan dan ikan teri serta susu.

(Kemenkes RI, 2014)

Batasi meminum kopi, kafein bila dikonsumsi oleh ibu hamil akan

mempunyai efek diuretik dan stimulan. Oleh karenanya bila ibu hamil

minum kopi sebagai sumber utama kafein yang tidak terkontrol, akan

mengalami peningkatan buang air kecil (BAK) yang akan berisiko terjadi

dehidrasi, tekanan darah meningkat dan detak jantung juga akan

meningkat. Pangan sumber kafein lainnya adalah coklat, teh dan minuman

suplemen energi. Satu botol minuman suplemen energi mengandung

kafein setara dengan 1–2 cangkir kopi. Disamping mengandung kafein,

kopi juga mengandung inhibitor (zat yang mengganggu penyerapan zat

besi). (Kemenkes RI, 2014)

2.5 Perilaku

Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi sangat

luas yang membedakan adanya tiga area, wilayah, ranah atau domain perilaku,

yakni kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor).

Perilaku adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi

tersebut mempunyai bentuk bermacam-macam yang pada hakekatnya

digolongkan menjadi dua reaksi yakni dalam bentuk pasif (tanpa tindakan

nyata atau konkrit), dan dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit). Bentuk
36

perilaku ini dapat diamati melalui sikap dan tindakan, namun demikian tidak

berarti bentuk perilaku itu hanya dapat dilihat dari sikap dan tindakan saja,

perilaku juga dapat bersifat potensial, yakni dalam bentuk pengetahuan,

motivasi dan persepsi (Notoatmodjo, 2012).

Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh faktor-faktor, yakni

faktor perilaku dan faktor diluar perilaku, selanjutnya perilaku itu sendiri

ditentukan atau dibentuk dari tiga faktor :

2.5.1 Faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2.5.2 Faktor pendukung (enabling factors) yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas maupun sarana.

2.5.3 Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas, merupakan kelompok referensi dari perilaku

masyarakat (Notoatmodjo, 2012).

2.6 Pengertian Perilaku Makan

Perilaku makan adalah respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan

vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap, dan

praktik terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya (zat

gizi), pengolahan makanan dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

Menurut Guthe & Mead perilaku makan adalah cara-cara individu dan

kelompok individu memilih, mengkonsumsi dan menggunakan makanan-


37

makanan yang tersedia, yang didasarkan kepada faktor-faktor sosial dan

budaya dimana individu hidup. Perilaku makan adalah tingkah laku manusia

atau sekelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makanan yang

meliputi sikap, kepercayaan, dan pilihan makanan. Perilaku makan yaitu

mengkonsumsi makanan yang beragam, yang memenuhi kebutuhan energi,

serta cukup gizi (Sulistyioningsih, 2011).

2.6.1 Pengukuran Perilaku Makan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku makan

adalah pandangan seseorang terhadap makanan serta sikap seseorang

memilih makanan untuk dikonsumsi agar memenuhi kebutuhan energi

serta zat gizi. Pengukuran perilaku makan pada dewasa menggunakan

Adult Eating Behaviour Questionnaire (AEBQ). Kuesioner perilaku

makan dengan jumlah 32 soal, pilihan jawaban skala Likert tidak pernah,

jarang, kadang-kadang, sering dan selalu, dengan skor 1-5. Delapan skala

AEBQ memiliki reliabilitas internal yang baik (α: 0,762-0,881) Adapun

subskala dari pendekatan makanan (H, EF, EOE, FR) dan subskala dari

penghindaran makanan (EUE, SE, SR, FF) Di dalam kuesioner terdapat

delapan jenis perilaku makan, yaitu (Hunot et al., 2016):

2.6.1.1 Enjoyment of Food (EF) yaitu menikmati setiap makanan seperti

keinginan untuk makan dan menikmati makanan jika makanan

tersebut disukai serta enak.


38

2.6.1.2 Emotional Over-Eating (EOE) yaitu emosional/keinginan

untuk makan yang berlebihan.

2.6.1.3 Emotional Under-Eating (EUE) yaitu emosional/keinginan

untuk makan kurang.

2.6.1.4 Food Fussiness (FF) yaitu cerewet tentang masalah

makanan.

2.6.1.5 Food Responsiveness (FR) yaitu respon pada makanan. dimana

respon makanan ini dipengaruhi oleh rangsangan eksternal yaitu

rasa, bau, penampilan, dll.

2.6.1.6 Slowness in Eating (SE) yaitu lambat saat makan. SE

menunjukkan bahwa minat untuk makan sangat rendah.

2.6.1.7 Hunger (H) yaitu kelaparan. H menunjukkan bahwa keinginan

untuk makan saat lapar.

2.6.1.8 Satiety Responsiveness (SR) yaitu respon kenyang yang

berlebihan. SR mewakili kemampuan untuk mengurangi asupan

makanan setelah makan dan berfungsi untuk mengatur asupan

energi, serta mencegah asupan energi yang berlebihan serta

memastikan asupan energi digunakan lebih efisien.

2.6.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku makan.

2.6.2.1 Sosial Budaya

Budaya memberi pengaruh orang dalam bertingkah laku,

menentukan apa yang akan dimakan, bagaimana pengolahan,

persiapan, dan penyajiannya, serta kapan seseorang boleh atau


39

tidak mengkonsumsi suatu makan dan bagaimana pangan tersebut

dikonsumsi (Sulistyoningsih, 2011)

2.6.2.2 Sosiodemografi

Usia akan mempengaruhi asupan makanan melalui sejumlah

proses biologis (pertumbuhan). Jenis kelamin, wanita dan pria

memiliki perbedaan pada penyusunan tubuh dan jenis

aktivitasnya. Wanita memiliki kebutuhan energi yang lebih

rendah dari pada pria karena massa otot tubuh wanita yang lebih

rendah. Seseorang yang tergolong dalam kelompok kelas sosial

yang lebih tinggi dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi

cenderung memiliki perilaku makan yang lebih sehat. Tingginya

pendapatan yang tidak diimbangi pengetahuan, akan

menyebabkan seseorang menjadi sangat konsumtif terhadap

makanan (Sulistyoningsih, 2011).


40

2.7 Kerangka Teori

Berdasarkan uraian teori di atas maka disusunlah kerangka teori berikut ini.

1. Gangguan pembentukan eritrosit


di sumsum tulang
2. Hemoragi
3. Hemolitik
4. Penyebab tidak di ketahui

1. Kepercayaan
Kepatuhan dalam
2. Pengaruh tubuh mengkonsumsi Anemia
3. Dosis dan bentuk sediaan tablet tambah darah
4. Fasilitas dan tenaga kesehatan

1. Faktor pendorong (pengetahuan,


sikap, keyakinan, kepercayaan,
nilai-nilai, tradisi, dll)
2. Faktor pemungkin ( sarana Perilaku Makan
prasarana)
3. Faktor penguat (tokoh
masyarakat, teman dekat,
keluarga)

Gambar 1 Kerangka teori faktor- faktor yang menyebabkan


anemia pada ibu Hamil
(Sumber: Modifikasi WHO, 2015 & Notoatmodjo, 2012)

2.8 Kerangka Konsep

Kepatuhan
mengkonsumsi tablet
tambah darah

Anemia

Perilaku Makan

Variabel independen :

Variabel dependen :

Gambar 2 kerangka konsep


41

2.9 Hipotesis penelitian

1. Ho: Tidak terdapat hubungan kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi

tablet tambah darah dengan kejadian anemia pada ibu hamil di puskesmas

Panjang Bandar Lampung.

H1: Terdapat hubungan kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet

tambah darah dengan kejadian anemia pada ibu hamil di puskesmas

Panjang Bandar Lampung.

2. Ho: Tidak terdapat hubungan perilaku makan dengan kejadian anemia

pada ibu hamil di puskesmas Panjang Bandar Lampung.

H1: Terdapat hubungan perilaku makan dengan kejadian anemia pada

ibu hamil di puskesmas Panjang Bandar Lampung.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan pendekatan

cross sectional, dimana pada obyek penelitian dilakukan pengukuran dan

pemeriksaan serta pengumpulan data sekaligus pada satu waktu. Penelitian

dilakukan dengan bentuk mengisi kuesioner tentang kepatuhan

mengkonsumsi tablet tambah darah sejumlah 90 tablet dan perilaku makan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas Panjang

Bandar Lampung.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 23 Oktober sampai dengan

14 November 2019.
43

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

3.3.1.1 Populasi Target

Populasi target adalah seluruh populasi yang diinginkan oleh

peneliti yang berkaitan dengan penelitian. Pada penelitiaan ini,

populasi target peneliti adalah seluruh ibu hamil trimester III di

wilayah kerja Puskesmas Panjang Bandar Lampung.

3.3.1.2 Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau adalah populasi yang dapat di gunakan

peneliti dalam penelitiannya dan memenuhi kriteria inklusi.

Pada penelitian ini populasi terjangkau yang digunakan

peneliti adalah ibu hamil dengan usia kehamilan 36-40 minggu

di wilayah kerja puskesmas Panjang Bandar Lampung

sejumlah 154 pasien.

3.3.2 Sampel

Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan

berdasarkan rumus penelitian analitik kategorik tidak berpasangan

(Dahlan, 2011)
44

n = Besar Sampel penelitian

Zα = derivat baku alfa dengan tongkat kemaknaan 95%, hipotesis dua

arah sehingga Zα = 1,96

Zβ = derivat baku beta dengan kekuatan uji penelitian 80%, sehingga

Zβ = 0,842

P1 = proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgmen

peneliti

Q1 = 1-P1

Q2= 1-P2

P2 = proporsi pada kelompok yang dudah diketahui nilainya

P = jumlah P1 + P2 dibagi 2

Q = 1-P

Tabel 3.1 Jumlah sampel dan proporsinya mengenai hubungan


kepatuhan konsumsi tablet tambah darah, perilaku makan
dengan anemia

Variabel Variabel P1 P2 Sampel Sumber


independen Dependen
Kepatuhan Anemia 0,79 0,5 42 Utomo,
mengkonsumsi Nurdiati,
zat besi Padmawati
(2015)
Pengetahuan Kepatuhan 0,4 0,2 62
konsumsi
tablet Maulida (2013)
tambah
darah

Perilaku gizi Status gizi 0,9 0,7 62 Olivia (2017)


seimbang
45

Jumlah sampel yang dibutuhkan adalah:

n = (1,96 √2 x 0,8 x 0,2 + 0,842 √(0,9 x 0,1) + ( 0,7 x 0,3))2


----------------------------------------------------------------------
0,9 – 0,7

n = ((1,96 x 0,32) + (0,842 x 0,3))2


----------------------------------------------------------

0,2
n = (1,12 + 0,46)2
---------------- = 62 ibu hamil
0,2
Untuk mengantisipasi adanya responden yang drop out maka jumlah

sampel ditambah 10% sehingga jumlah sampel menjadi 68 ibu hamil.

3.3.3 Kriteria Sampel

3.3.3.1 Kriteria Inklusi

1. Ibu hamil trimester III yang memperoleh 90 tablet tambah darah.

2. Ibu yang memeriksakan kehamilan di puskesmas Panjang.

3. Bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani informed

consent.

3.3.3.2 Kriteria Eksklusi

1. Sedang menjalani program diet .

2. Ibu hamil menderita gangguan saluran cerna.

3. Menderita penyakit kronis lainnya antara lain (HIV, GGK, TBC).


46

3.3.4 Teknik Sampling

Teknik sampling menggunakan teknik sistematik Purposive sampling,

semua ibu hamil yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi diambil

sampai dengan jumlah sampel yang ditentukan sejumlah 68 responden.

3.4 Identifikasi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah kepatuhan

mengkonsumsi tablet tambah darah dan perilaku makan. Variabel terikat

adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah anemia.

3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan definisi dari variabel yang telah

dipilih oleh peneliti dan merupakan acuan dari keseluruhan penelitian.

Tabel 3.2 Definisi operasional

Variabel Definisi Alat ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
Independen

Anemia Kondisi seorang Hemoglobino Pengukuran Anemia: Ordinal


ibu meter menggunakan kadar Hb < 11
hamil yang metode Hb gr%
memiliki meter (WHO,2015).
kadar Hb rendah yang diperiksa
yaitu < 11 g/dl petugas Tidak anemia:
laboratorium di kadar Hb ≥ 11
Puskesmas gr %
(WHO,2015).
47

Kepatuhan Suatu tingkatan Kuesioner Wawancara Tidak Patuh Ordinal


kepatuhan ibu jika skor ≤ 12
hamil dalam (Defilia,
mengkonsumsi 2017)
tablet tambah
darah sejumlah 90 Patuh jika
tablet sesuai skor >12
dengan anjuran (Defilia,
medis atau tenaga 2017)
kesehatan

Suatu tingkatan Kuesioner Wawancara Perilaku Ordinal


Perilaku perilaku makan ibu makan kurang
makan hamil sesuai gizi baik skor ≤
seimbang. 76 (Hunot et
al., 2016)

Perilaku
makan baik
skor > 76
(Hunot et al.,
2016)

3.6 Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.6.1 Alat

Alat yang di gunakan adalah : Kuesioner dan Hb meter.

Kuesioner kepatuhan menggunakan kuesioner MMAS–8 dengan

jumlah soal 8 , pilihan jawaban ya skor 2 dan tidak dengan skor 1.

Validitas dan reliabilitas pada kuesioner MMAS-8 versi Indonesia

adalah r = 0,883, dengan nilai sensitivitas = 82,575% dan nilai

spesifisitas = 44,915% (Defilia, 2017).

Kuesioner perilaku makan dengan jumlah 32 soal, pilihan jawaban

skala Likert tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering dan selalu,


48

dengan skor 1-5. Delapan skala AEBQ memiliki reliabilitas internal

yang baik (α: 0,762-0,881) (Hunot et al., 2016).

Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan terhadap 35 ibu

hamil yang memeriksakan kehamilannya di puskesmas Simpur.

Pemilihan puskesmas Simpur dikarenakan puskesmas Simpur relatif

sama dengan puskesmas Panjang dengan jumlah kunjungan perbulan

mendekati sama (rata-rata 150/bulan), puskesmas rawat inap dengan

akreditasi paripurna. Analisis menggunakan Cronbachh’s Alfa. Hasil

analisis pada kuesioner kepatuhan diuji coba dengan sejumlah 35 ibu

hamil, dari delapan soal yang diuji, sejumlah delapan soal valid dan

reliabel dengan nilai Cronbach’s Alfa 0,889 > r tabel = 0,349.

Kuesioner perilaku diuji coba pada ibu hamil sejumlah 35 orang, dari

32 soal yang diujikan, hanya 20 soal yang valid dan reliabel dengan

nilai Cronbach’s Alfa 0,916 > r tabel = 0,349

3.6.2 Bahan Pemeriksaan Hemoglobin

Bahan yang di gunakan adalah darah vena, diambil sebanyak 2 mL

(termasuk pemeriksaan darah lengkap ibu hamil), spuit 3 ml, dan

tabung berisi K3 EDTA serta kapas alkohol. Selanjutnya dilakukan

pemeriksaan kadar Hb di laboratorium Puskesmas.


49

3.7 Prosedur Pemeriksaan Hemoglobin

1. Peneliti menjelaskan prosedur penelitian dan informed consent.

2. Mendesinfeksi vena mediana cubiti dengan kapas alkohol, ditunggu 15

detik, setelah kering dilakukan injeksi, darah diambil sebanyak 2 ml

dengan spuit 3 cc.

3. Darah dimasukkan ke dalam tabung yang telah ada K3 EDTA,

selanjutnya pemeriksaan kadar Hb di laboratorium puskesmas Panjang.

4. Hasil dibaca dan dicatat dalam lembar observasi.

3.8 Alur Penelitian

Alur prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan Pembuatan Proposal,


Perijinan, Koordinasi

2. Tahap Pelaksanaan Kriteria Inklusi dan Pengisian Informed Consent


Ekslusi

Pasien melakukan pengisian kuesioner

Pengambilan dan pemeriksaan


kadar Hb darah

Tahap Pengolahan Data

Analisa Statistik

Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian


50

3.9 Pengolahan dan Analisis Data

3.9.1 Pengolahan Data

Analisis data dilakukan dengan program software komputer. Data yang

telah diperoleh dari proses pengumpulan data dilakukan pengecekan

kelengkapan data, selanjutnya dilakukan skoring masing-masing

jawaban kuesioner responden. Setelah itu dilakukan Coding untuk

variable perilaku skor ≤ 76 diberikan coding 0, dan skor > 76 diberikan

coding 1, variable kepatuhan skor ≤ 12 diberi coding 0 dan > 12 diberi

coding 1, sedangkan variable anemia nilai Hb < 11 coding 0 dan Hb ≥

11 coding 0.

Selanjutnya dilakukan entry data ke dalam program komputer,

kemudian dilakukan cleaning data, dan dilakukan analisis data dengan

program komputer. Hasil output analisis kemudian dicetak.

3.9.2 Analisis Data

Analisis statistika menggunakan program statistik pada komputer,

dilakukan dua macam analisis data, yaitu analisis univariat dan analisis

bivariat.

Analisis Univariat

Analisis univariat menggunakan persentase hasil dari setiap variabel

yang ditampilkan dalam bentuk distribusi kepatuhan konsumsi tablet

tambah darah, perilaku makan dan kejadian Anemia.


51

Analisis Bivariat

Analisis untuk menguji perbandingan (komparasi) dua variabel

kategorik tidak berpasangan dengan uji statistik ChiSquare. Analisis

bivariat untuk menguji hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen. Taraf kesalahan yang digunakan adalah 5%, untuk

melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas

kemaknaan 0,05. Jika p value < 0,05 maka hasilnya bermakna yang

artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Namun bila p value > 0,05 maka

hasilnya Ho diterima dan Ha ditolak (Dahlan, 2014). Uji statistik yang

dilakukan menggunakan bantuan program komputer.

3.10 Ethical Clearance

Penelitian ini telah dilakukan kaji etik di Komisi Etik Penelitian

Kesehatan (KEPK) Fakultas kedokteran Universitas Lampung, dengan

nomor ethical approval 3167/ UN26.18.PP.05.02.00/2019.


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penelitian ini dilakukan pada 68 responden ibu hamil trimester III yang melakukan

pemeriksaan ibu hamil di puskesmas Panjang. Kesimpulan dari penelitian ini

adalah:

5.1.1 Distribusi usia responden terbanyak pada usia produktif 20-35 tahun

85,3%, pendidikan terbanyak SMP 45,6%, pekerjaan ibu rumah tangga

83,8%, paritas multigravida 77,9% dan semua ibu hamil berada pada

trimester III (Usia kehamilan 28-39 Minggu).

5.1.2 Distribusi frekuensi kejadian anemia sejumlah 39,7%, tidak patuh minum

tablet tambah darah sejumlah 35,3%, dan perilaku makan kurang baik

sejumlah 56,5%.

5.1.3 Terdapat hubungan kepatuhan minum tablet tambah darah dengan

kejadian anemia pada ibu hamil di puskesmas Panjang (p= 0,000).

5.1.4 Terdapat hubungan perilaku makan dengan kejadian anemia pada ibu hamil

di puskesmas Panjang (p-0,003).


83

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, maka saran dari penelitian ini untuk:

1. Puskesmas Panjang

Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan kepatuhan minum tablet tambah

darah dan perilaku makan terhadap kejadian anemia, untuk itu diperlukan upaya

promotif dan preventif terhadap ibu hamil terutama konseling saat pemberian

tablet tambah darah dan perilaku makan yang baik yang mengacu pada PUGS,

serta monitoring terhadap kepatuhan minum tablet tambah darah. Pentingnya

informasi tentang anemia dan upaya pencegahan dan penatalaksanaannya

melalui poster, leaflet ataupun keterlibatan keluarga dalam pengawasan minum

tablet tambah darah.

2. Profesi Dokter dan tenaga kesehatan lain

Hasil penelitian ini memperkuat teori yang telah ada, sehingga diperlukan

upaya lebih giat terkait tindakan preventif, promotif dan kuratif dari

permasalahan anemia, mengingat dampak anemia pada ibu hamil dan janin.

Upaya yang dapat dilakukan lebih kepada konseling gizi dan pengawasan

minum tablet tambah darah. Memberikan kesadaran pada ibu hamil tentang

pentingnya minum tablet tanbah darah disamping menu gizi seimbang

sangatlah penting, sehingga perlu upaya dari tenaga kesehatan selalu

menyebarluaskan informasi terkait anemia dan penatalaksanaannya baik saat

kegiatan perkuliahan, seminar kesehatan, atau informasi yang diberikan saat

kontak langsung dengan masyarakat yang berisiko.


84

3. Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian dapat dilanjutkan dengan faktor lain terkait pencegahan atau

penatalaksanaan anemia saat menikah dan persiapan kehamilan, seperti terapi

deteksi dan terapi anemia pranikah, deteksi defisiensi zat besi, ataupun faktor

budaya, kebiasaan, dan kepercayaan di masyarakat yang meningkatkan risiko

kejadian anemia pada ibu hamil.


DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2012. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama.

Arega Sadore, A., Abebe Gebretsadik, L., & Aman Hussen, M. 2015. Compliance
with iron-folate supplement and associated factors among antenatal care attendant
mothers in Misha District, South Ethiopia: Community based cross-sectional
study. Journal of Environmental and Public Health, 2015.
Ari Istiany & Rusilanti. (2013). Gizi Terapan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Arisman. 2014. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.

AWP,Utomo. 2015. Rendahnya Asupan Zat Besi dan Kepatuhan Mengkonsumsi


Tablet tambah darah Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas I Kembaran, Banyumas. Jurnal di internet. Diakses 26
September 2019.

Budiarni W. 2012. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Motivasi dengan


Kepatuhan Konsumsi Tablet tambah darah pada Ibu Hamil .[Skripsi]. Semarang
Indonesia: Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran. Universitas
Diponegoro.

Dahlan MS. 2010. Seri Evidence Based Medicine 3: Langkah-langkah Membuat


Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Edisi Ke-2. Jakarta:
Sagung Seto;

Dahlan MS.2009. Seri Evidence Based Medicine 2: Besar Sampel dan Cara
Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Edisi Ke-2.
Jakarta: Salemba Medika;

Dahlan MS.2009. Seri Evidence Based Medicine 1: Statistik untuk Kedokteran


dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat. Edisi ke-4. Jakarta: Salemba
Medika;

Departemen Kesehatan RI,2013 Pusat Data dan Informasi. Profil Kesehatan 2013.
Internet. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2013. Diakses 26 September 2019.

Departemen Kesehatan RI.2015 Rencana Strategis Nasional Making Pregnancy


Safer (MPS) di Indonesia 2015-2019. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Diakses
26 September 2019.
Defilia.2017. Validasi 8-Item Morisky Medication Adherence Scale Versi
Indonesia Pada Pasien Hipertensi Dewasa Di Puskesmas Kabupaten Sleman Dan
Kota Yogyakarta.Tesis.Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada

Dewoto HR, Wardini S.2012 Anemia Defisiensi dan eritropoietin. Dalam:


Sunawan SG, dkk., editor. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-5. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.

Dinkes. 2015. Profil Data Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2015.Dinas


Kesehatan Provinsi Lampung. Lampung.

Hudono ST.2010 Penyakit Darah. Dalam: Wiknjosastro H, Saifuddin AB, editor.


Ilmu Kebidanan. Edisi Ke-4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo;.

Hidayah, W dan Anasari T 2010. Hubungan Kepatuhan Ibu Hamil Mengkonsumsi


Tabelt Fe dengan Kejadian Anemia di Desa Pageraji Kecamatan Cilongok
Kabupaten Banyumas.Jurnal Ilmu Kebidanan Vol. 3 No. 2 Edisi Desember 2012
(hlm. 41-53).

Hidayah W & Annasari T, Hubungan Kepatuhan Ibu Hamil Mengkonsumsi


Tablet Fe Dengan Kejadian Anemia Di Desa Pageraji Kecamatan Cilongok
Kabupaten Banyumas. Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 3 No. 2 Edisi Desember
2012

Hunot, C., Fildes, A., Croker, H., Llewellyn, C. H., Wardle, J., & Beeken, R. J.
2016. Appetitive traits and relationships with BMI in adults : Development of the
Adult Eating Behaviour Questionnaire. Appetite, 105, 356–363.

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta.

Kementrian Kesehatan RI, 2013. Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu
dan Anak. Kinerja Kegiatan Pembinaan Gizi Tahun 2013: Menuju Perbaikan Gizi
Perseorangan dan Masyarakat yang Bermutu Internet. Jakarta: Direktorat Bina
Gizi. Diakses 26 September 2019.

Kementrian Kesehatan RI,2018, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.


Riset Kesehatan Dasar 2018.Internet. Jakarta. Diakses 26 September 2019.

Kristiyanasari, W. 2010. Gizi Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha Medika

Mandariska CP & Sarwinanti.2014. Hubungan Kepatuhan Meminum Tablet Fe


terhadap kejadian anemia pada Ibu Hamil trimester III di Puskesmas Kalikajari
Wonosomo.Yogyakarta.Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Aisyiyah.Skripsi.

Maulana, HDJ. 2010. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.


Maulida ,NS. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Pada Ibu
Hamil dengan Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Tablet tambah darah (Fe) di
Puskesmas Keling II Kabupaten Jepara Tahun 2013. [Skripsi]. Jakarta. Program
Studi Pendidikan Dokter.Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah.

Manuaba IBG., Manuaba IAC., Manuaba IBGF.2012. Pengantar Kuliah Obstetri.


Jakarta: EGC.

Notoatmodjo S.2012, Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Olivia M. 2017. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Mengenai Gizi


Seimbang dengan Status Gizi Pada Wanita Usia Subur di Kecamatan Terbanggi
Besar Kabupaten Lampung Tengah. [Skripsi]. Lampung. Program Studi
Pendidikan Dokter. Universitas Lampung.

Permenkes RI. No 88 tahun 2012 Tentang Standar Tablet tambah darah Bagi
Wanita Usia Subur Dan Ibu Hamil

Pertiwi, Aldila Septiana. 2013. Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian
Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Kerjo Kabupaten
Karanganyar. Jurnal Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Petersen, Sandra Denise Kunz. 2012. Diet and Eating Habits at the transition to
Motherhood: Influencing factors, Self-Developed coping Strategies and How the
Public and Private Sector Can Support the Maintenance of a Healthy Diet.
Bussiness and Social Sciences, AARHUS university.

Pujiati, Arneliwati, & Rahmalia, S. 2015. Hubungan Antara Perilaku Makan


Dengan Status Gizi Pada Remaja Putri Di RW5 Kelurahan Cinta Raja Kecamatan
Sail Kota Pekanbaru.[Skripsi]. Pekanbaru: Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau.

Rahmawati, F. dan Subagio.2012. Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi Folat


Pada Ibu Hamil dan Faktor Yang Mempengaruhi. Journal of Nutrition
College,Vol1 No.1, hal.55-62.

Rofia'ah, SZ (2017) Perilaku Kesehatan Ibu Hamil dalam Pemilihan Makanan di


Kecamatan Pucakwangi Kabupaten PATI. Skripsi. https://www.google.com

Rukman, 2009. Hematologi dan Transfusi. Jakarta: Erlangga.

Salman Y dkk. 2015. Hubungan Pola Konsumsi Zat Besi dan Kepatuhan
Mengkonsumsi Tabelt Fe dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah
Kerja Puskesmas Sambung Makmur Tahun 2015.Jurkessia, Vol. VI, No. 2, Maret
2016 (hlm. 51-58).

Sarah, S., & Irianto, I. 2017. Pengaruh Tingkat Kepatuhan Minum Tablet Fe
Terhadap Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Pejeruk
Tahun 2017. YARSI Medical Journal, 26(2), 075.
Siti Misaroh Ibrahim. M, & Atikah Proverawati. 2010. Nutrisi Janin & Ibu Hamil
Cara Membuat Otak Janin Cerdas. Yogyakarta: Nuha Medika

Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Suranto,Sri Karyati, & Sholihah. 2013. Hubungan Antara Pola Makan dengan
Terjdinya Anemia Pada Ibu Hamil di Puskesmas Dawe Kecamatan Dawe
Kabupaten Kudus. JIKK Vol. 4, No. 2 Januari : 38-43.

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. 2014. Buku ajar Ilmu
Penyakit Dalam jilid I. VI. Jakarta: Interna Publishing :1132-53.

Schultink W, van der Ree M, Matulessi P, Gross R.2012. Low Compliance with
An Iron-Supplementatation Program: A Study Among Pregnant Woment in
Jakarta, Indonesia. Am J Clin Nutr .[cited 2012 Des 22];57:135-9.

Wijayanti. 2019. Pola Makan Ibu Hamil Yang Mempengaruhi Kejadian Kek Di
Puskesmas Gabus I Kabupaten Pati. https://www.researchgate.net/

WHO. 2015.Worldwide Prevalence of Anemia 2011. World Health Organization.

WHO. 2014. WHA Global Nutrition Targets 2025 : Low Birth Weight Policy
Brief Switzerland. World Health Organization

You might also like