Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Edu Masda Journal Vol 4 No 1 Maret, 2020

Available online at: http://openjournal.masda.ac.id/index.php/edumasda

Edu Masda Journal


ISSN (Print) 2597-4572 ISSN (Online) 2715-5269

ANALISIS STANDAR PERENCANAAN DAN PENGADAAN OBAT


DI APOTEK MALEO BINTARO
Nurwulan Adi Ismaya1*, Riris Andriati2, Lilis Suryani Butar Butar 3
1, 3
STIKes Kharisma Persada,Tangerang Selatan, 15417, Indonesia
2
STIKes Widya Dharma Husada Tangerang, 15417, Indonesia

ARTICLE INFORMATION A B S T R A C T

*Corresponding Author Selection and procurement is an important for drugs in health service.
Nurwulan Adi Ismaya In Maleo Bintaro’s pharmacy, the lateness in fulfilling the needs of
E-mail: nurwulan@masda.ac.id medicine because of the industry void, the lateness for the invoice payment
and also PBF facilities and infrastructure which is not fast enough cause
the inefficient service towards the society. The purpose of these research is
Keywords: to know how drug’s selection and procurement in MaleoBintaro
 Drugs pharmacy. This research is descriptive research by retrieving data
 Pharmacy
retrospectively. These are qualitative and quantitative data, also
interviews with the related parties. The stage of selection and procurement
 Procurement
efficiency is measured by using the indicators which are released by the
Ministry of Health (DEPKES) RI in 2002 and Pudjaningsih in 1996. The
conclusion of this research is from the 5 indicators which can be
measured; 2 indicators have not met the standard yet. First, in the
selection stage, the suitability value of the available drugs with DOEN
showed 6,78% as the result, and the incomplete letter of the order or the
contract showed the result for 12 times. On the other hand, the 3 other
indicators which are the frequency of procuring drug items, the lateness in
payment from the pharmacy to the specified time, and also the percentage
of the number of drugs that are held and planned are effective according
to the standard.

Kata Kunci: Seleksi dan pengadaan obat merupakan bagian paling penting bagi
 Obat semua fasilitas pelayanan kesehatan. Pada Apotek Maleo Bintaro,
 Apotek keterlambatan dalam pengadaan obat yang disebabkan oleh
 Pengadaan kekosongan pabrik, keterlambatan pembayaran faktur dan sarana
prasarana dari PBF yang kurang cepat menyebabkan ketidakefisienan
pelayanan terhadap masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran standar perencanaan dan pengadaan obat di
Apotek Maleo Bintaro. Penelitian deskritif dengan pengambilan data
secara retrospektif. Data berupa kualitatif dan kuantitatif disertai
wawancara pada pihak terkait. Tahap Selection dan Procurement
diukur efesiensinya dengan menggunakan indikator yang dikeluarkan
oleh Depkes RI (2002) dan Pudjaningsih (1996). Hasil penelitian ini
adalah dari 5 indikator yang dapat diukur dua indikator belum sesuai
dengan standar, yaitu pada tahap seleksi, nilai kesesuaian obat yang
tersedia dengan DOEN menunjukkan hasil 6,78%, dan kurang
lengkapnya surat pesanan/kontrak menunjukkan hasil 12 kali,
Sedangkan tiga indikator lainnya yaitu frekuensi pengadaan itemobat,
tertundanya pembayaran oleh Apotek terhadap waktu yang di tentukan
, dan persentase jumlah obat yang diadakan dengan yang direncanakan
menunjukkan hasil yang sudah efektif.

88
Edu Masda Journal Vol 4 No 1 , Maret 2020
Analisis Standar Perencanaan dan Pengadaan Obat

PENDAHULUAN bergantung pada kemampuan secara


Obat atau sediaan farmasi andal dan konsisten memasok obat –
berperan penting dalam dunia obat yang berkualitas, sesuai standar,
kesehatan, dimana ketika ada orang dengan harga yang terjangkau bagi
yang sakit dan pergi ke dokter, pasti seluruh tingkatan sistem perawatan
akan diberikan resep. Pengadaan obat kesehatan(Iqbal, Geer, & Dar, 2016;
menyumbang 5% sampai 12% Muhia, Waithera, & Songole, 2017).
keuntungan pada sarana pelayanan
kesehatan di negara maju dan Dalam tingkat perencanaan,

menyumbang 40% keuntungan di diestimasikan terdapat 3000- 4000


negara berkembang. Keberadaan obat obat di seluruh dunia yang sudah di
merupakan bagian paling penting bagi registrasi di berbagai rumah sakit,
semua fasilitas pelayanan kesehatan. 70% diantaranya tidak dibutuhkan.
Mengingat pentingnya sediaan farmasi Rumah sakit – rumah sakit pusat
dalam pelayanan kesehatan, maka hanya membutuhkan 150 sampai 200
diperlukan sistem manajemen yang baik obat, sedangkan pusat pelayanan
dan berkesinambungan terkait kesehatan dapat mengelola 40-50 obat.
pengelolaannya. Kekurangan jumlah Semakin sedikit daftar obat yang
sediaan farmasi terutama obat di masuk dalam urutan formularium
sarana pelayanan kesehatan akan rumah sakit maka semakin mudah
menurunkan tingkat kepercayaan untuk dikelola, diadakan, dan
konsumen terhadap suatu apotek, oleh diberikan pada pasien sehingga
sebab itu sistem manajemen pengadaan rasionalitas penggunaan obat dapat
menjadi hal penting untuk di kelola
meningkat. Pada tingkat pengadaan
dengan baik ( Permenkes RI No.73
(procurement), hasil dari data
Tahun 2016).Pengelolaan obat terbagi
penelitian menunjukkan hanya 61%
menjadi 5 fungsi dasar yang
fasilitas kesehatan yang sesuai dengan
dinamakan siklus Manajemen Sediaan
daftar obat esensial WHO, dan 39%
Farmasi yang terdiri dari :
list obat yang benar – benar
perencanaan (selection), pengadaan
digunakan. Sementara itu, di apotek –
(procurement), distribusi
apotek hanya 64% obat yang sesuai
(distribution), dan penggunaan (use).
dengan daftar obat essensial WHO. Di
Kesuksesan siklus manajemen ini
Indonesia, hasil penelitian Ulfah

89
Edu Masda Journal Vol 4 No 1 , Maret 2020
Analisis Standar Perencanaan dan Pengadaan Obat

Mahdiyani yang dilakukan di rumah adalah keterlambatan dalam


sakit di Magelang menyatakan bahwa pengadaan obat yang disebabkan oleh
dari 7 indikator pengukuran, terdapat 6 kekosongan pabrik, keterlambatan
indikator yang belum sesuai dengan pembayaran faktur dan sarana dan
standar, yaitu persentase alokasi dana prasarana dari PBF yang kurang cepat.
pengadaan obat, perbandingan jumlah Akibat dari kekosongan obat tersebut
item obat yang direncanakan dengan pihak apotek memesan obat pada
jumlah item dalam kenyataan apotek lain dan itu menyebabkan
pemakaian, persentase jumlah barang ketidakefisienan terhadap pelayanan
dalam satu item obat dalam terhadap masyarakat
perencanaan dengan jumlah barang (Badaruddin,Mahmud,2015).
dalam item tersebut dalam kenyataan
Tingginya permasalahan terhadap
pemakaian, frekuensi pengadaan item
ketidaksesuaian obat baik di dunia maupun
obat, frekuensi kurang lengkapnya
di Indonesia membuat peneliti tertarik
surat pesanan/kontrak, dan frekuensi
mengambil judul “Gambaran Standar
tertundanya pembayaran rumah
Perencanaan dan Pengadaan Obat di
sakit(Iqbal et al., 2016; Ulfah, Apotek Maleo Bintaro tahun 2018”.
Wiedyaningsih, & Endarti, 2018). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menegetahui Gambaran Standar
Apotek Maleo merupakan
Perencanaan dan Pengadaan Obat di
salah satu apotek swasta yang terletak
Apotek Maleo Bintaro tahun 2018.
di Bintaro Tangerang selatan, yang
memiliki ruang lingkup Instalasi
Farmasi yang lebih kecil dibandingkan
METODE
dengan rumah sakit pada umumnya.
Penelitian ini merupakan penelitian
Berdasarkan hasil wawancara penulis
kualitatif deskriptif. Data diambil secara
dengan pemilik sarana apotek, retrospektif yaitu pengambilan data yang
masalah kekosongan obat merupakan sudah ada pada tahun sebelumnya atau
masalah yang sering dihadapi oleh pada masa lampau, disertai dengan
setiap apotek begitupun dialami oleh wawancara mendalam dengan sumber
Apotek Maleo Bintaro. Masalah lain informasi yang relevan. Populasi pada
yang sering dihadapi di apotek maleo penelitian ini adalah semua jenis obat yang
dalam pengadaan sediaan farmasi termasuk dalam daftar perencanaan dan

90
Edu Masda Journal Vol 4 No 1 , Maret 2020
Analisis Standar Perencanaan dan Pengadaan Obat

pengadaan obat di Apotek Maleo Bintaro terdiri dari : data obeservasi dan hasil
Tahun 2018 sebanyak 1750 jenis obat. wawancara kemudian diurutkan dan
Sampel yang digunakan yaitu total dilakukan analisa deksriptif disesuaikan
sampling sebanyak 1750 jenis obat. dengan pustaka.
Instrumen penelitian yaitu lembar
HASIL
observasi DOEN, daftar pengadaan obat,
Dari penelitian yang
faktur penerimaan dan pemesanan, alat
dilakukan didapatkan hasil berdasarkan
perekam suara. Data yang telah diperoleh
masing-masing indikator.

Tabel 1 Hasil Penelitian Tahap Selection

Indikator
Nilai pembanding Hasil
Kesesuaian item obat dengan DOEN
49% 6,78%

Tabel 2. Hasil Penelitian Tahap Procurement

No Frekuensi Nilai Pembanding Hasil


1 Frekuensi pengadaan item obat
pertahun Rendah <12x/tahun
Sedang 12-24x/tahun 1-52 x/tahun
Tinggi >24x/tahun

2 Frekuensi kurang lengkapnya surat


1-9 kali 10 kali
pesanan/kontrak
3 Frekuensi tertundanya pembayaran
oleh Apotik terhadap waktu yang 0-25 kali 2 kali
ditentukan
4 Persentase Jumlah item obat yang
100 – 120% 110,9%
diadakan dengan yang direncanakan

Berdasarkan Tabel 1 dan 2, diketahui kali, frekuensi tertundanya pembayaran


bahwa keseuaian item obat yang dilakukan oleh apotek terhadap waktu yang
di Apotek Maleo Bintaro selama tahun ditentukan sebanyak 2 kali, danpersentase
2018 dengan item obat yang berada jumlah item obat yang diadakan dengan
di DOEN menunjukkan nilai persentase yang direncanakan sebesar 110,9%.
kesesuaian sebesar 6,78%,frekuensi
DISKUSI
pengadaan item obat pertahun sebanyak 1-
Tahap selection, Persentase item
52 setiap tahun, frekuensi kurang
obat yang sesuai dengan Daftar Obat
lengkapnya surat pesanan/ kontrak
Esensial Nasional (DOEN) di Apotek
terjadi sebanyak 10 (sepuluh)
Maleo Bintaro pada tahun 2018 sebesar

91
Edu Masda Journal Vol 4 No 1 , Maret 2020
Analisis Standar Perencanaan dan Pengadaan Obat

6,78% dari jumlah item obat yang dibandingkan pada penelitian yang
diadakan sebanyak 1578 item obat, dilakukan oleh Achmad Fakhriadi
menurut Depkes bahwa nilai standar untuk Marchaban dan Dwi Pudjaningsih (2011)
indikator tersebut adalah sebesar 49%. dimana tidak dapat mengidentifikasi faktur
Persentase item obat yang sesuai DOEN di – faktur yang salah karena data pesanan
Apotek Maleo Bintaro belum efektif. belum di dokumentasi dengan jelas, maka
Jumlah ini sangat tidak efektif jika nilai pada apotek Maleo Bintaro masih

dibandingkan dengan penelitian Gregorius lebih baik.

Nesi dan Erna Kristin di IFRS RSUD Tahap Procurement tertundanya

Kafenau - Timor Tengah Utara tahun 2018 pembayaran oleh apotek terhadap waktu
yang ditentukan. Pada tahun 2018 Apotek
sebesar 57,24%.
Maleo Bintaro telah 2 kali menunda
Tahap Procurement, frekuensi
pembayaran. Menurut penelitian
pengadaan item obat pertahun. Dari hasil
Pudjaningsih, 1996 (nilai standar 0-25
data frekuensi pengadaan item obat di
x/tahun) nilai ini masuk dalam kategori
Apotek Maleo bintaro tahun 2018
efektif, jika dibandingkan pada penelitian
menunjukkan hasil sebanyak 1-52x/tahun,
Ulfah Mahdiyani dengan nilai rata – rata
menurut penelitian Pudjaningsih,1996 nilai
16,72 kali, maka dapat dikatakan
ini masuk ke dalam kategori tinggi
pengadaan obat pada Apotek Maleo
(>24x/tahun). Jika dibandingkan dengan
Bintaro sudah Efisien.
penelitian Lilihata(2011), frekuensi
Dari hasil penelitian yang
pengadaan tiap item obat sebanyak 2-
dilakukan pada Apotek maleo Bintaro
7x/tahun , maka nilai pada Apotek Maleo
tahun 2018 bahwa persentase jumlah item
masuk dalam kategori Efektif.
Tahap Procurement kurang obat yang diadakan dengan yang

lengkapnya Surat pesanan/kontrak. Dari direncanakan sebanyak 110,9%. Menurut

hasil pengamatan 2548 faktur, ditemukan penelitian Pudjaningsih, 1996 nilai ini

terjadi kesalahan sebanyak 10 kali masuk dalam kategori efektif (100-120%)

diantaranya 6 kali karena salah nya jumlah jika dibandingkan pada penelitian yang
obat yang dikirim dan 4 kali karena pihak dilakukan oleh Mahdiyani pada tahun
apotek tidak memesan barang tersebut, 2017 dimana hasil yang didapatkan adalah
jika dibandingkan dengan penelitian pada periode 2015 sebesar 104,8%
pudjaningsih 1996, kategori efektif (1- sedangkan periode 2016 sebesar
9kali), maka nilai pada apotek maleo 80,80%,penelitian lain terkait yang
masuk dalam kategori tidak efektif, jika dilakukan oleh Rianasari tahun 2016

92
Edu Masda Journal Vol 4 No 1 , Maret 2020
Analisis Standar Perencanaan dan Pengadaan Obat

mendapatkan hasil 92%. Berdasarkan Fakhriadi A,Marchaban, Pudjaningsih


D.Analisis Pengelolaan Obat
kedua hasil tersebut yang dilakukan
di Rumah Sakit PKU
penelitian dari dua rumah sakit berbeda Muhammadiyah Temanggung tahun
2006,2007 dan 2008. Jurnal
menunjukkan bahwa terdapat
Manajemen dan Pelayanan Farmasi
ketidaksesuaian antara perencanaan dan vol 2.
Iqbal, M. J., Geer, M. I., & Dar, P. A.
pengadaan.Dimana pengelolaan tersebut
(2016). Medicines management in
harus diperhatikan sebaik mungkin agar hospitals: A supply chain
tidak menyebabkan kerugian baik dari segi perspective. Systematic Reviews in
Pharmacy, 8(1), 80–85.
dana ataupun kepercayaan pasien. https://doi.org/10.5530/srp.2017.1.14
Kagashe GA, Massawe
SIMPULAN T.,2012. Medicine Stock Out
and Inventory Management
Hasil penelitian menyimpulkan Problems in Public Hospitals
bahwa masih banyak obat di apotek InTanzania: A Case of Dar Es
Salaam Region Hospitals.
Maleo Bintaro yang belum sesuai dengan
International journal of Pharmacy ,
DOEN. Pada tahap Procurement 252-9
Kementerian Kesehatan RI,2017. Undang-
frekuensi pengadaan item obat pertahun
Undang Republik Indonesia Nomor
tergolong tinggi yaitu 1-52x setiap tahun. 9 tahun 2017 Tentang Apotik.
Jakarta.
Kurang lengkapnya Surat pesanan/kontrak
Muhia, J., Waithera, L., & Songole, R.
menunjukkan hasil yang belum efisien (2017). Factors Affecting the
Procurement of Pharmaceutical
yaitu 10 kali. Tertundanya pembayaran
Drugs: A Case Study of Narok
oleh apotek terhadap waktu yang County Referral Hospital, Kenya.
ditentukan menunjukkan hasil yang sudah Medical & Clinical Reviews, 03(04),
1–8. https://doi.org/10.21767/2471-
efisien yaitu sebanyak 2 kali. Persentase 299x.1000061
jumlah item obat yang diadakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
58 tahun 2014 tentang Standar
yang direncanakan menunjukkan hasil Pelayanan kefarmasian di Apotik.
yang sudah efisien yaitu bernilai 110,9%. Pudjaningsih,D.,1996, Pengembangan
Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat
di Farmasi RS, Tesis, 40, Program
DAFTAR PUSTAKA Pasca Sarjana, Fakultas Kedokteran,
Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Badaruddin, Mahmud,2015, Gambaran Quick J. D, Rankin, J R. Laing. R. O. O’
pengelolaan persediaan obat Connor R.W, Hogerzeil H.V
di Gudang Farmasi Rumah Sakit Dukes,M.N.G., Garnet A.,1997,
Umum Daerah Kota Managing Drug Supply, Second
SekayuKabupaten Musi Banyu Asin Edition,revised and expanded,4, 14,
Palembang Tahun 2015.Skripsi 33, Kumarin Press, West Harford.
FKIK UIN. Jakarta. Sasongko, H, 2016, Evaluasi
Pengelolaan Obat Tahap

93
Edu Masda Journal Vol 4 No 1 , Maret 2020
Analisis Standar Perencanaan dan Pengadaan Obat

Procurement di RSUD Sukoharjo 2016. Jmpf, 8(1), 24–31. Retrieved


Jawa Tengah, 21-28 from
Siregar, C.J.P., dan Amalia, L.,2003, https://journal.ugm.ac.id/jmpf/article
Farmasi Rumah Sakit, Teori dan /view/31883/pdf
Penerapan 7, Penerbit: Buku World Health Organization, 1993, How
Kedokteran EGC, Jakarta to Investigate Drug Use in
Ulfah, M., Wiedyaningsih, C., & Endarti, Health Facilities, Selected
D. (2018). Evaluasi Pengelolaan Drug Use Indicator, Action
Obat Tahap Perencanaan dan Program On Essential
Pengadaan di RSUD Muntilan Drug, 46,52, WHO, Geneva.
Kabupaten Magelang Tahun 2015 –

94
Edu Masda Journal Vol 4 No 1 , Maret 2020

You might also like